Anda di halaman 1dari 21

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian


Kualitas pendidikan merupakan investasi yang paling utama untuk
meningkatkan sumber daya manusia. Sedangkan dunia pendidikan merupakan
salah satu bidang dalam kehidupan yang begitu besar manfaatnya. Dengan
perkembangan zaman di dunia pendidikan yang terus berubah dengan signifikan
sehingga banyak merubah pola pikir pendidik, dari pola pikir yang awam dan
kaku menjadi lebih modern. Melalui pendidikan peserta didik dapat memperoleh
pengetahuan yang dapat menunjang dan menyelesaikan berbagai permasalahan
yang dihadapinya dalam proses pendidikan (Hariyanto, 2012).
Pendidikan sendiri pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidik dan
peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan yang berlangsung dalam
lingkungan tertentu. Pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka
mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap
lingkungannya dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya
yang memungkinkannya untuk berfungsi secara adikuat dalam kehidupan
masyarakat (Hamalik, 2011:79). Menurut Kunandar (2011: 5), pendidikan adalah
investasi sumber daya manusia jangka panjang yang mempunyai nilai strategis
bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia. Oleh sebab itu, hampir semua
negara menempatkan variabel pendidikan sebagai sesuatu yang penting dan utama
dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Begitu juga Indonesia
menempatkan pendidikan sebagai sesuatu yang penting dan utama melalui proses
belajar.
Bidang pendidikan yang paling berperanan dalam meningkatkan mutu
pendidikan adalah guru, dimana guru dituntut aktif dan kreatif dalam proses
belajar sehingga hasil belajar yang didapat maksimal. Dalam proses pembelajaran
ini guru sebagai komponen paling penting yaitu sebagai fasilitator, pengelola,
pembimbing, motivator dan pelaksana (Sumarmi, 2012: 3-4). Berdasarkan
2

komponen professional guru tersebut maka guru harus mampu menumbuhkan dan
meningkatkan pemahaman materi pelajaran peserta didik yang bukan bersifat
hafalan saja.
Berdasarkan pandangan tersebut peserta didik seharusnya
diberdayagunakan, difasilitasi, dimotivasi, dan diberi kesempatan, untuk berpikir,
bernalar, berkolaborasi, untuk mengkonstruksi pengetahuan sesuai dengan minat
dan kebutuhannya serta diberi kebebasan untuk belajar. Dalam proses
pembelajaran tersebut guru tidak hanya semata-mata memberikan pengetahuan
kepada peserta didik, tetapi seharusnya peserta didik dapat membangun
pengetahuannnya sendiri dengan mendayagunakan otaknya untuk berpikir. Guru
dapat membantu proses ini, dengan cara-cara membelajarkan, mendesain
informasi menjadi lebih bermakna dan lebih relevan bagi kebutuhan peserta didik.
Caranya dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan
atau menerapkan sendiri ide-ide, dan dengan mengajak mereka agar menyadari
dan secara sadar menggunakan strategi-strategi mereka sendiri untuk belajar.
Kenyataan dari hasil observasi sementara di SD Negeri Kalikayen 02
Kecamatan Ungaran Timur bahwa ternyata siswa banyak yang tidak
memperhatikan penjelasan materi yang disampaikan oleh guru, sehingga siswa
kurang aktif dalam proses KBM yang ditandai dengan jarangnya siswa yang
bertanya dan lebih banyak diam ketika ditanya. Hal itu terjadi karena guru lebih
sering menggunakan metode hafalan dan ceramah dalam KBM yang membuat
kurangnya partisipasi aktif peserta didik. Banyak cara yang dapat diterapkan guru
dalam mengajar yang dapat meningkatkan keaktifan, minat dan pemahaman siswa
dalam belajar, salah satunya adalah pembelajaran inkuiri.
Guru sebagai fasilitator dan motivator dalam mengoptimalkan proses
belajar siswa, harus dapat memilih suatu pembelajaran yang dapat mengaktifkan
siswa dalam belajar sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa, salah satu
pembelajaran yang dapat digunakan adalah model pembelajaran inkuiri. Model
pembelajaran inkuiri adalah suatu kegiatan proses pembelajaran yang didasarkan
pada pencarian dan penemuan melalui proses berfikir secara sistematis (Sanjaya,
2010: 23).
3

Model pembelajaran inkuiri mengutamakan keterlibatan siswa secara aktif


dan efektif, mencari, memeriksa dan merumuskan konsep dan prinsip dari
pelajaran yang ada (Suroso, dkk. 2003: 68). Pengalaman belajar yang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mencoba sendiri mencari jawaban suatu masalah
akan jauh lebih bermakna daripada apabila mereka hanya mencerna informasi
yang diberikan guru saja (Suparno, 2001: 23).
Model pembelajaran inkuiri lebih menekankan kepada kegiatan–kegiatan
yang berpusat pada pengembangan kreativitas belajar siswa (Supartin, 2008: 17).
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Sujarwo (2008: 23) yang
mengatakan bahwa model pembelajaran inkuiri dapat menumbuhkan berfikir
secara kreatif–kritis, belajar mengemukakan pendapat secara teratur, toleran
terhadap pendapat orang lain, berusaha untuk mencari informasi yang baru,
mampu menganalisis masalah menurut sudut pandang lain, mampu
membandingkan realita dengan konsep yang dimiliki, mampu memberikan
tanggapan yang belum pernah dipikirkan sebelumnya, memberikan alternatif
pemecahan masalah secara rinci dan sistematis.
Penggunaan model pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar
siswa (Budi, dkk., 2011: 47). Senada dengan pendapat tersebut Tristinah (2011;
23) juga mengatakan, penerapan model pembelajaran inkuiri terbukti dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini sesuai dengan Supartin (2008: 78)
yang mengatakan bahwa, model pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa. Maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang Penerapan Model
Pembelajaran Inkuiri di SD Negeri Kalikayen 02 Kecamatan Ungaran Timur.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang penelitian di atas maka permasalahan
dalam makalah ini dapat dirumuskan adalah; Bagaimanakah peningkatan hasil
belajar siswa pada pembelajaran yang menerapkan metode inkuiri di SD Negeri
Kalikayen 02 Kecamatan Ungaran Timur.
4

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Model Pembelajaran Inkuiri

a. Definisi Pembelajaran Inkuiri


Strategi pembelajaran merupakan suatu tindakan tertentu yang harus
dilakukan guru dan siswa dalam pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat
tercapai. Menurut Kemp (dalam Wina, 2006:126) “Strategi pembelajaran
adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa
agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien”. Senada
dengan Dick and Carey (dalam Asep, 2007:89) yang menyatakan bahwa
“Strategi pembelajaran adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran
yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada
siswa”.

Strategi pembelajaran inkuiri merupakan salah satu strategi


pembelajaran yang dapat mendorong siswa untuk aktif dalam pembelajaran.
Kunandar (2010:371) menyatakan bahwa “Pembelajaran inkuiri adalah
kegiatan pembelajaran di mana siswa didorong untuk belajar melalui
keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip,
dan guru mendorong siswa untuk memiliki pengalaman dan melakukan
percobaan yang memungkinkan siswa menemukan prinsip-prinsip untuk diri
mereka sendiri”. Lebih lanjut Wina (2006:196), menyatakan bahwa “Strategi
pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang
menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan
menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan”.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli yang dikemukakan di atas dapat


disimpulkan bahwa strategi pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan
pembelajaran yang menekankan pada keaktifan siswa untuk memiliki
pengalaman belajar dalam menemukan konsep-konsep materi berdasarkan
masalah yang diajukan.
5

b. Karakteristik Strategi Pembelajaran Inkuiri


Pengertian strategi pembelajaran inkuiri yang sedikit berbeda yaitu
dari, Kourilsky dalam Hamalik (2011:220) menyatakan “Pengajaran
berdasarkan inkuiri adalah suatu strategi yang berpusat pada siswa di mana
kelompok siswa inkuiri ke dalam suatu isu atau mencari jawaban-jawaban
terhadap isi pertanyaan melalui suatu prosedur yang digariskan secara jelas
dan struktur kelompok”. Dari pengertian strategi pembelajaran inkuiri yang
dikemukakan para ahli, peneliti mengambil kesimpulan bahwa strategi
pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang mencakup
seluruh kemampuan siswa dalam struktur kelompok melalui proses berfikir
kritis, logis, analitis, dan sistematis untuk menemukan jawaban dari suatu
masalah. Masalah yang akan dicari jawabannya tersebut harus kontekstual.

Kontekstual dalam hal ini yaitu mengkaitkan konten mata pelajaran


(isi, materi pelajaran) dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa
membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan
sehari-hari. Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama strategi pembelajaran
inkuiri oleh Sanjaya (2011:196-197) adalah, sebagai berikut:

1) Menempatkan siswa sebagai subjek belajar Artinya menekankan pada


aktivitas siswa secara maksimal dalam proses pembelajaran. Siswa tidak
hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru
secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari
materi pelajaran itu sendiri.

2) Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan


menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan Hal ini
diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri. Aktivitas
pembelajaran biasanya dilakukan melalui proses tanya jawab antara guru
dan siswa. Oleh sebab itu, kemampuan guru dalam menggunakan teknik
bertanya merupakan syarat utama dalam melakukan inkuiri.

3) Tujuan dari penggunaan inkuiri yaitu mengembangkan kemampuan


berpikir secara sistematis, logis, dan kritis, atau mengembangkan
6

kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental. Sanjaya


(2011:199-201), mengungkapkan penggunaan strategi pembelajaran
inkuiri terdapat prinsip yang harus diperhatikan oleh guru yaitu sebagai
berikut:

a) Berorientasi pada pengembangan intelektual. Strategi pembelajaran ini


selain berorientasi pada hasil belajar juga berorientasi pada proses
belajar. Pengembangan intelektual pada proses belajar disesuaikan
dengan tingkat perkembangan kognitif siswa berdasarkan usia.

b) Prinsip interaksi Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses


interaksi, baik interaksi antarsiswa, siswa dengan guru, dan siswa dengan
lingkungan.

c) Prinsip bertanya Kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan


pada dasarnya sudah merupakan sebagian dari proses berpikir. Oleh
sebab itu, kemampuan guru untuk bertanya dalam setiap langah inkuiri
sangat diperlukan. Berbagai jenis dan teknik bertanya perlu dikuasai oleh
setiap guru, apakah itu bertanya hanya sekedar untuk meminta perhatian
siswa, bertanya untuk melacak, bertanya untuk mengembangkan
kemampuan berpendapat, atau bertanya untuk menguji.

d) Prinsip belajar untuk berpikir belajar bukan hanya mengingat sejumlah


fakta, akan tetapi belajar adalah proses berpikir (learning how to think).
Dalam proses berpikir, siswa membangun sendiri pengetahuan mereka
melalui keterlibatan aktif melalui pengalaman nyata dalam pembelajaran

e) Prinsip keterbukaan Segala sesuatu mungkin saja terjadi. Oleh karena


itu, perlu adanya mencoba berbagai kemungkinan tersebut. Siswa perlu
diberikan kebebasan untuk mencoba sesuai dengan perkembangan
kemampuan logika dan nalarnya. Untuk menciptakan kondisi yang
demikian, peranan guru sangat menentukan keberhasilan strategi
pembelajaran inkuiri. Guru tidak lagi berperan sebagai pemberi informasi
dan siswa sebagai penerima informasi. Oleh karena itu, peran guru dalam
strategi pembelajaran inkuiri (Trianto, 2011:136), adalah sebagai berikut:
7

(1) Motivator, memberi rangsangan agar siswa aktif dan bergairah berpikir

(2) Fasilitator, menunjukkan jalan keluar jika siswa mengalami kesulitan

(3) Penanya, menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka buat

(4) Administrator, bertanggungjawab seluruh kegiatan kelas

(5) Pengarah, memimpin kegiatan siswa untuk mencapai tujuan yang


diharapkan

(6) Manajer, mengelola sumber belajar, waktu, dan organisasi kelas

(7) Rewarder, memberi penghargaan pada prestasi yang dicapai siswa.


Dalam menggunakan strategi pembelajaran inkuiri diharapkan efektif,
sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Menurut Sanjaya (2011:
197), strategi inkuiri akan efektif apabila:

(a) Guru mengharapkan siswa dapat menemukan sendiri jawaban dari suatu
permasalahan yang ingin dipecahkan.

(b) Bahan pelajaran yang akan diajarkan tidak berbentuk fakta atau konsep
yang sudah jadi, akan tetapi sebuah kesimpulan yang perlu pembuktian.

(c) Proses pembelajaran berangkat dari rasa ingin tahu siswa terhadap
sesuatu.

(d) Guru akan mengajar pada sekelompok siswa yang rata-rata memiliki
kemauan dan kemampuan berpikir.

(e) Jumlah siswa yang belajar tak terlalu banyak sehingga bisa dikendalikan
oleh guru

(f) Guru memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan metode yang
berpusat pada siswa.

Dari teori strategi pembelajaran inkuiri, maka dapat dipahami bahwa


pengetahuan yang dimiliki siswa sebaiknya bukan sejumlah fakta hasil dari
mengingat saja. Akan tetapi, hasil dari proses menemukan sendiri
menggunakan potensi yang dimilikinya melalui kegiatan aktif dalam
8

pembelajaran. Menemukan yang dibahas di sini bukan menemukan hal baru


yang belum diketahui orang lain, tetapi menemukan pengalaman baru oleh
siswa sendiri. Siswa bekerja dalam struktur kelompok kecil. Dalam
kelompok, siswa dapat mengembangkan kemampuan berbahasa melalui
koordinasi saat percobaan, diskusi, dan presentasi hasil percobaan. Selain itu
juga dapat mengembangkan sikap sosial melalui interaksi bekerja sama dalam
kelompok. Dengan adanya aktivitas menemukan konsep, akan mengurangi
ketergantungan siswa kepada guru sebagai satu-satunya sumber informasi dan
melatih siswa memanfaatkan lingkungan sebagai sumber informasi. Strategi
pembelajaran inkuiri mengarahkan pada berfikir tingkat tinggi yang meliputi
pemahaman sains, terampil memperoleh dan menganalisis informasi, dan
kreatif untuk menciptakan sesuatu. Dari proses berpikir tingkat tinggi melalui
kegiatan belajar dengan melakukan akan membangun kaitan antara informasi
baru dengan konsep dari pengalaman nyata yang ada dalam struktur kognitif
siswa sebagai dasar keingintahuan yang distimulus oleh pertanyaan-
pertanyaan dari guru. Siswa akan menggunakan kemampuan alat inderanya
untuk mencari jawaban dari keingintahuannya. Namun demikian, untuk
mengubah paradigma belajar sebagai proses berfikir daripada mengutamakan
hasil belajar saja tampaknya bukan hal yang mudah. Padahal untuk
menerapkan strategi pembelajaran inkuiri siswa diajak memecahkan suatu
persoalan, bertanya dan menjawab pertanyaan ke dan dari guru. Sehingga
dalam proses inkuiri guru harus benar-benar memahami dari segi bobot
materi dan kemampuan siswa untuk menciptakan pembelajaran dengan
penggunaan strategi inkuiri yang efektif. Berdasarkan kajian teori strategi
pembelajaran inkuiri, dapat disimpulkan bahwa strategi ini merupakan
pengembangan dari pendekatan keterampilan proses sehingga orientasi
pembelajaran berpusat pada siswa melalui aktivitas penemuan dalam struktur
kelompok. Untuk mengarahkan pada kegiatan penemuan disesuaikan tingkat
perkembangan kognitif siswa berdasarkan usia dengan benda atau
pengalaman konkret menuju pada pembelajaran bermakna.
9

c. Langkah-Langkah Strategi Pembelajaran Inkuiri


Kunandar (2010:373), menyatakan bahwa pembelajaran inkuiri
dilakukan melalui beberapa siklus, yaitu observasi (observation), bertanya
(questioning), mengajukan hipotesis (hypothesis), pengumpulan data (data
gathering), pembahasan, dan penyimpulan (conclusion). Pendapat lain
dikemukakan oleh Wina (2006:201), yang menyatakan bahwa “Secara umum
proses pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran inkuiri
dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut: 1) orientasi, 2)
merumuskan masalah, 3) merumuskan hipotesis, 4) mengumpulkan data, 5)
menguji hipotesis, dan 6) merumuskan kesimpulan”.

Trianto (2011: 168) menyatakan, bahwa kemampuan yang diperlukan


untuk melaksanakan pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut:

1) Mengajukan pertanyaan atau permasalahan. Kegiatan inkuiri


dimulai ketika pertanyaan atau permasalahan diajukan. Untuk
meyakinkan bahwa pertanyaan sudah jelas, pertanyaan tersebut
dituliskan dipapan tulis, kemudian siswa diminta untuk
merumuskan hipotesa.

2) Merumuskan hipotesa. Hipotesa adalah jawaban sementara atas


pertanyaan atau solusi permasalahan yang dapat diuji dengan data.
Untuk memudahkan proses ini, guru menanyakan pada siswa
gagasan mengenai hipotesis yang mungkin. Dari semua gagasan
yang ada, dipilih salah satu hipotesis yang relevan dengan
permasalahan yang diberikan.

3) Mengumpulkan data. Hipotesis digunakan untuk menuntun proses


pengumpulan data. Data yang dihasilkan dapat berupa tabel, matrik,
atau grafik.

4) Analisis data siswa bertanggung jawab menguji hipotesis yang telah


dirumuskan dengan menganalisis data yang telah diperoleh. Faktor
penting dalam menguji hipotesis adalah pemikiran “benar“ atau
“salah“. Setelah memperoleh kesimpulan, dari data percobaan,
10

siswa dapat menguji hipotesis yang telah dirumuskan. Bila ternyata


hipotesis itu salah atau ditolak, siswa dapat menjelaskan sesuai
dengan proses inkuiri yang telah dilakukannya.

5) Membuat kesimpulan merupakan langkah penutup dari


pembelajaran inkuiri yaitu membuat kesimpulan sementara
berdasarkan data yang diperoleh siswa.

Suhana (2010:73) menyatakan bahwa strategi inkuiri dalam prosesnya


mempunyai tahapan dalam pembelajarannya yaitu sebagai berikut: a)
Pengamatan (observation) b) Bertanya (questioning) c) Mengajukan dugaan
(hipothesis) d)Pengumpulan data (data gathering) e) Penyimpulan
(conclussion). Amri (2010:92), mengungkapkan bahwa strategi inkuiri
mempunyai langkah-langkah yang berurutan dalam proses pembelajarannya,
diantaranya: a. Observasi atau pengamatan terhadap berbagai fenomena alam
b. Mengajukan pertanyaan tentang fenomena yang dihadapi c. Mengajukan
dugaan atau kemungkinan jawaban. d. Mengumpulkan data terkait dengan
pertanyaan yang diajukan. e. Merumuskan kesimpulan kesimpulan
berdasarkan data.

Dalam pelaksanaan langkah–langkah inkuiri supaya siswa lebih aktif


dan menarik maka langkah–langkah pembelajaran yang dilakukan adalah
sebagai berikut: a) Mengajukan pertanyaan atau permasalahan. b)
Merumuskan hipotesa. c) Mengumpulkan data. d) Menganalisa data. e)
Membuat kesimpulan.

d. Keunggulan Strategi Pembelajaran Inkuiri


Strategi pembelajaran inkuiri sebagai salah satu strategi pembelajaran
yang cocok digunakan dalam pembelajaran matematika di SD memiliki
beberapa keunggulan. Nurhadi (2002:71), menyatakan “Pembelajaran dengan
inkuiri memacu keinginan siswa untuk mengetahui, memotivasi mereka untuk
melanjutkan pekerjaannya hingga mereka menemukan jawabannya. Siswa
juga belajar memecahkan masalah secara mandiri dan memiliki keterampilan
11

berpikir kritis karena mereka harus selalu menganalisis dan menangani


informasi”.

Menurut Wina (2006:208), strategi Pembelajaran Inkuiri merupakan


strategi yang banyak dianjurkan karena strategi ini memiliki keunggulan: 1)
merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan
aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang, sehingga
pembelajaran dengan strategi ini dianggap lebih bermakna, 2) dapat
memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar
mereka, 3) merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan
psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan
tingkah laku berkat adanya pengalaman, dan 4) dapat melayani kebutuhan
siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata.

Pada hakikatnya strategi pembelajaran inkuiri memiliki keunggulan


untuk menciptakan keaktifan siswa dalam pembelajaran agar siswa dapat
terlatih untuk mandiri dalam memecahkan masalah dan memperoleh
pengalaman belajar sesuai dengan perkembangannya.

B. Pengertian Hasil Belajar


Sudjana (2001: 23) mengungkapkan hasil belajar dalam rangka
studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif,
psikomotor. Perinciannya adalah sebagai berikut:

a. Ranah kognitif

Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6


aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, anaslisis, sintesis
dan penilaian.

1) Pengetahuan. Pengetahuan disini merupakan pengetahuan yang


harus dipelajari dan harus diingat.

2) Pemahaman. Pemahaman disini lebih pada memahami sebuah


materi
12

3) Penerapan. Penerapan disini lebih pada cara menerapkan sebuah


materi yang sudah dipelajari.

4) Analisis. Analisis disini lebih pada kecakapan dalam menguraikan


materi supaya lebih bisa dimengerti.

5) Sintesis. Disini sintesis lebih pada kecakapan memadukan konsep-


konsep sehingga dapat membentuk struktur atau pola baru.

6) Evaluasi. Evaluasi mengacu pada kemampuan memberikan


pertimbangan terhadap nilai-nilai materi untuk tujuan tertentu.

b. Ranah afektif

Ranah afektif, disini ranah afektif berkenaan dengan sikap


dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan yaitu
penerima, menjawab atau reaksi, penilaian, organisasi dan
internalisasi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Sikap
seseorang dapat diramalkan perubahannya, bila seseorang telah
memiliki penguasaan kognitif tingkat tinggi. Pada afektif lebih tampak
pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiannya terhadap
pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman
sekelas, kebiasaan belajar dan hubungan sosial. Ada beberapa jenis
kategori ranah afektif sebagai hasil, yaitu:

1) Receving /attending, yaitu kepekaan dalam menerima rangsangan


(stimulus) dari luar yang datang kepada siswa dalam bentuk
masalah, situasi, gejala dll.

2) Responding atau jawaban, yakni reaksi yang diberikan oleh


seseorang terhadap stimulus yang datang dari luar.

3) Valuing (penilaian) berkenaan dengan nilai dan kepercayaan


terhadap gejala atau stimulus tadi. Dalam evaluasi ini termasuk
didalamnya kesediaan menerima nilai, latar belakang, atau
pengalaman untuk menerima nilai dan kesepakatan terhadap nilai
tersebut.
13

4) Organisasi, yakni pengembangan dari nilai ke dalam satu sistem


organisasi, termasuk hubungan satu nilai, pemantapan dan prioritas
nilai yang telah dimilikinya.

5) Karakteristik nilai atau internalisasi nilai, yaitu keterpaduan semua


sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengarui pola
kepribadian dan tingkah laku.

Sudjana (2000:72), dikemukakan bahwa keaktifan siswa dalam


mengikuti proses belajar mengajar dapat dilihat dari: a) Turut serta dalam
melaksanakan tugas belajarnya. b) Terlibat dalam pemecahan masalah. c)
Bertanya kepada siswa lain atau kepada guru apabila tidak memahami
persoalan yang dihadapinya. d) Berusaha mencari berbagai informasi yang
diperlukan untuk memecahkan masalah. e) Melaksanakan diskusi kelompok
sesuai dengan petunjuk gurunya dan hasil-hasil yang diperolehnya. f) Menilai
kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya. g) Melatih diri dalam
memecahkan soal atau masalah yang sejenis. h) Kesempatan menggunakan
atau menerapkan apa yang telah diperolehnya dalam menyelesaikan tugas
atau persoalan yang dihadapinya.
14

BAB III
PEMBAHASAN MASALAH

A. Bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran yang


menerapkan metode inkuiri di SD Negeri Kalikayen 02 Kecamatan
Ungaran Timur.
Berdasar pada observasi penulis di lapangan nampak bahwa hasil
belajar siswa di SDN Kalikayen 02 kec. Ungaran Timur menunjukkan
peningkatan yang nyata. Fenomena menarik dari penerapan model inkuiri
yang berhasil dilakukan guru sekolah ini adalah terlihat dari meningkatnya
berbagai prestasi sekolah, baik akademik maupun non akademik. Dugaan
awal dari peningkatan ini adalah adanya penerapan model inkuiri yang
dilakukan berdampak pada hasil belajar siswa. Hasil penerapan penilaian
metode inkuiri ini berdampak pada ketercapaian kriteria ketuntasan minimal
(KKM) di SDN Kalikayen 02 kec. Ungaran Timur.

Tabel 3.1 Hasil Belajar Siswa Sebelum Menggunakan Metode


Inkuiri di SDN Kalikayen 02 Kecamatan Ungaran Timur
Kabupaten Semarang
Mencapai Tidak Mencapai
No Nama Guru KKM Nilai Siswa
KKM KKM
1 Abelia Puspita 65 80 √ -
Dewi
2 Ahmad 65 30 - √
Yasirlana
3 Altair Hendra 65 50 - √
Prayoga
4 Anand Tirta 65 40 - √
Wicaksana
5 Andre Ka Aditya 65 70 √ -
6 Azil Adistrian 65 30 - √
7 Dara Vellycia 65 40 - √
Syfa
8 Faiz Ardian 65 70 √ -
Syaputra
9 Fara Desvita 65 60 - √
Lestari
10 Husain Miftah 65 40 - √
Amrullah
11 Ibrahim Asmoro 65 60 - √
12 Indrata Ragasa 65 70 √ -
15

Mencapai Tidak Mencapai


No Nama Guru KKM Nilai Siswa
KKM KKM
13 Janeeta Najla 65 40 - √
Pramusita
14 Jelita Anggun 65 80 √ -
Permata
15 Juvita Febi 65 60 - √
Amelia
16 Muhamad Bagus 65 40 - √
Robbuna
17 Muhammad 65 70 √ -
Ahsan Waqtarib
18 Nawa Akhmad 65 40 - √
Yusuf Al S.
19 Rangga Ilham 65 60 - √
Maulana
20 Reno Haidar 65 50 - √
Laith Yaasa
21 Revan Ai Biarta 65 50 - √
Yusuf R.
22 Revano Aprilian 65 30 - √
Najib
23 Risty Ely 65 80 √ -
Yuanita
24 Salma Ayu 65 50 - √
Anindita
25 Salwa Nur 65 70 √ -
Chafidhoh
26 Sely Putri 65 50 - √
Andriaz
27 Senja Desita 65 50 - √
Rahmawati
28 Zidan Khoirul 65 40 - √
Ahnaf
Jumlah 8 20
Persentase 28,57 % 71,43 %

Tabel 3.2 Ketercapaian Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) di


SDN Kalikayen 02 Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten
Semarang
Mencapai Tidak Mencapai
No Nama Guru KKM Nilai Siswa
KKM KKM
1 Abelia Puspita 65 90 √ -
Dewi
2 Ahmad 65 70 √ -
Yasirlana
3 Altair Hendra 65 80 √ -
Prayoga
4 Anand Tirta 65 70 √ -
Wicaksana
16

Mencapai Tidak Mencapai


No Nama Guru KKM Nilai Siswa
KKM KKM
5 Andre Ka Aditya 65 80 √ -
6 Azil Adistrian 65 50 - √
7 Dara Vellycia 65 70 √ -
Syfa
8 Faiz Ardian 65 90 √ -
Syaputra
9 Fara Desvita 65 80 √ -
Lestari
10 Husain Miftah 65 70 √ -
Amrullah
11 Ibrahim Asmoro 65 80 √ -
12 Indrata Ragasa 65 90 √ -
13 Janeeta Najla 65 70 √ -
Pramusita
14 Jelita Anggun 65 90 √ -
Permata
15 Juvita Febi 65 80 √ -
Amelia
16 Muhamad Bagus 65 60 - √
Robbuna
17 Muhammad 65 80 √ -
Ahsan Waqtarib
18 Nawa Akhmad 65 80 √ -
Yusuf Al S.
19 Rangga Ilham 65 80 √ -
Maulana
20 Reno Haidar 65 70 √ -
Laith Yaasa
21 Revan Ai Biarta 65 70 √ -
Yusuf R.
22 Revano Aprilian 65 80 √ -
Najib
23 Risty Ely 65 90 √ -
Yuanita
24 Salma Ayu 65 70 √ -
Anindita
25 Salwa Nur 65 80 √ -
Chafidhoh
26 Sely Putri 65 70 √ -
Andriaz
27 Senja Desita 65 70 √ -
Rahmawati
28 Zidan Khoirul 65 70 √ -
Ahnaf
Jumlah 26 2
Persentase 92,86 % 7,14 %
17

Berdasarkan tabel 3.1 dan tabel 3.2 di atas dapat diketahui bahwa

terjadi peningkatan hasil belajar siswa setelah guru menerapkan metode

inkuiri dalam proses pembelajaran. Pada proses pembelajaran sebelum

menerapkan metode inkuiri, terdapat 8 siswa yang mampu mencapai target

kriteria ketuntasan minimal dan 20 siswa yang tidak mencapai terget kriteria

ketuntasan minimal. Sedangkan pada proses pembelajaran yang menerapkan

metode inkuiri terdapat 26 siswa atau sebesar 92,86 % mampu mencapai

target kriteria ketuntasan minimal di mana rata-rata siswa mampu mencapai

kriteria ketuntasan minimal yang sudah ditentukan, dan hanya ada 2 siswa

atau 7,14 % yang tidak mencapai nilai KKM.

Maka dapat diketahui bahwa tujuan penerapan model inkuiri untuk

meningkatkan keaktifan peserta didik dalam pembelajaran, mendidik peserta

didik agar tidak tergantung pada guru, dan memberikan pengalaman yang

bermakna bagi peserta didik melalui pemanfaatan lingkungan sebagai sumber

belajar. Hasil belajar siswa mampu ditingkatkan dengan model pembelajaran

inkuiri dimana siswa mampu menemukan sendiri permasalahan belajarnya,

sehingga dapat menciptakan suasana kelas yang demokratis, lingkungan saling

menghormati, mampu memberi kesempatan pada siswa untuk belajar sendiri,

dapat berpendapat sendiri, serta mampu berdiskusi mencari jalan keluar dalam

menghadapi masalah.

Dengan model inkuiri diharapkan dapat mengembangkan kemampuan

berpikir siswa secara lebih aktif serta menumbuhkan kepercayaan pada diri

sendiri yang kuat yang berdampak pada hasil belajar yang lebih baik daripada

kelompok dengan model pembelajaran secara langsung.


18

BAB IV
SIMPULAN

A. Kesimpulan
1. Ternyata model inkuiri yang dilakukan guru mampu meningkatkan
hasil belajar siswa di SDN Kalikayen 02 kec. Ungaran Timur
2. Dapat diketahui bahwa tujuan penerapan model inkuiri untuk
meningkatkan keaktifan peserta didik dalam pembelajaran, mendidik
peserta didik agar tidak tergantung pada guru, dan memberikan
pengalaman yang bermakna bagi peserta didik melalui pemanfaatan
lingkungan sebagai sumber belajar

B. Saran
Sebaiknya guru menerapkan metode inkuiri secara berkelanjutan dan lebih
aktif lagi agar hasil belajar siswa semakin meningkat dan berprestasi sesuai
harapan.
19

DAFTAR PUSTAKA

Asep Herry Hernawan. 2007. Belajar dan Pembelajaran Sekolah Dasar. UPI
Press Bandung.

Budi, dkk. 2011. “Penggunaan Metode Inkuiri Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa Kelas I Tentang Energi Bunyi Di Bimbingan Belajar Desa Ploso
Randuacir Salatiga. Dalam Jurnal Ilmiah Pendidikan ke-SD-an
SHOLARIA”. Salatiga: SHOLARIA, Volume 1. Nomor 01, Mei 2011.

Endah Dwi Yuniyanti, Widha Sunarno, Haryono. 2012. Pembelajaran Kimia


Menggunakan Inkuiri Terbimbing dengan Media Modul dan E-
Learning ditinjau dari Kemampuan Pemahaman Membaca dan
Kemampuan Bepikir Abstrak. JURNAL INKUIRI. ISSN: 2252-7893,
Vol 1, No 2, 2012 (hal 112-120) http://jurnal.pasca.uns.ac.id

Erlina, Sofiani. 2011. Pengaruh Model Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry)


terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa pada Konsep Listrik Dinamis.
Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.

Hamalik, Oemar. 1989. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru.

_____________. 2011. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan


Sistem. Jakarta: Bumi Aksara.

Hanafiah, Nanang dan Cucu Suhana, 2010. Konsep Strategi Pembelajaran.


Bandung: Refika Aditama.

I Made, Tangkas. 2012. Pengaruh Implementasi Model Pembelajaran Inkuiri


Terbimbing terhadap Kemampuan pemahaman konsep dan
Keterampilan proses sains siswa kelas X SMAN 3 Amlapura. Program
Studi Pendidikan Sains, Program Pascasarjana Universitas Pendidikan
Ganesha.

I Made Wirtha dan Ni Ketut Rapi. 2008. Pengaruh Model Pembelajaran dan
Penalaran Formal terhadap Penguasaan Konsep Fisika dan Sikap
Ilmiah Siswa SMA N 4 Singaraja. Jurnal Penelitian dan Pengembangan
Pendidikan, 1(2), 15-29. JPPP, Lembaga Penelitian Undiksha, April
2008.

James P. Spradley. 2007. Metode Etnografi. Yogyakarta: Tiara Wacana, Edisi


II.
20

Kunandar. 2010. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai


Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Kunandar. 2011. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai


Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Rajawali Press.

Moleong, L.J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rasda


Karya.

Nurhadi. 2002. Pendekatan Konstekstual (Contextual Teaching and Learning).


Jakarta: Depdiknas Dirjen Dikdasmen.

Risnanosanti. 2009. Penggunaan Pembelajaran Inkuiri Dalam Mengembangkan


Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMA Di Kota Bengkulu. Seminar
Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan
Matematika FMIPA UNY, 5 Desember 2009 ISBN : 978-979-16353-
3-2.

Sanjaya, W. 2006. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media


Group.

Sanjaya, W. 2010. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakluta:


kencana.

Sanjaya, W. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses


Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Sudjana, nana. 2001. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT


Rmaja Rosdakarya.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung :


Alfabeta.

Sujarwo, Mulyadi. 2008. Pembelajaran Kreatif Kritis Dengan Menggunakan


Pendekatan Inkuiri Dalam Pembelajaran Mata Kuliah Program
Pendidikan Orang Dewasa. Dalam Jurnal Penelitian Teknologi
Pendidikan TEKNODIKA. Surakarta: Prodi TP Pascasarjana UNS,
TEKNODIKA, Volume 6. Nomor 01, Maret 2008.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya.

Sumarmi. 2012. Model-Model Pembelajaran Geografi. Aditya Media,


Yogyakarta.

Suparno, P. 2001. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Yogyakarta:


Kanisus.
21

Suroso. T. Hadinegoro SR, Wuryadi S, Sumanjuntak G, Umar AI, Pitoyo PD,


et.al. Penyakit Demam Berdarah Dengue dan Demam Berdarah
Dengue. WHO dan Depkes. RI, Jakarta 2003. P.3 – 58.

Sutama. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Kuantitaif, Kualitatif, PTK dan


R&D. Surakarta: Fairus Media.

Trianto. 2011. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Jakarta:
Prestasi Pustaka Publisher.

Jon B. E. 2014. Instructional Technology and School Ethos: A Primary School


Model in Southwest England. World Journal on Educational
Technology

H. Rupley, William.et al .2011. Theorizing an Integration of Reading and


Mathematics: Solving Mathematical Word Problems in the Elementary
Grades.Learning Landscapes

Giffen, Yueh-Hsiu Cheng. 2012. CAPE Model Integrated with Net-Arts: An


Application Research of Fourth-Grade Social Studies. Bulletin of
Educational Research

Bayekolaei,M.D. et.al. 2015. Application of Two-Valued and Fuzzy Logics


Teaching in Understanding the Precise and Approximate Concepts.
International Journal of Education & Literacy Studies

Anwariningsih, S. H. Sri Ernawati. 2013. Development of Interactive Media for


ICT Learning at Elementary School Based on Student Self Learning.
Journal of Education and Learning

Anda mungkin juga menyukai