Dosen Pengampu :
Prof. Dr. Nurdin Arsyad, M.Pd.
Syahrullah Asyari, S.pd., M.Pd.
Disusun oleh :
Putri Anugrah Wanti (200101511006)
Nur Hudayani Husaen (200101512005)
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
problematika pendidikan yang terjadi di Indonesia salah satunya adalah proses belajar
mengajar yang diberikan di kelas pada umumnya hanya mengemukakan konsep-konsep
dalam suatu materi. Proses belajar mengajar yang dilakukan adalah satu arah (teaching
direct). Model pembelajaran tersebut dianggap kurang mengeksplorasi wawasan dan
pengetahuan siswa.
Perubahan paradigma yang tadinya berpusat pada guru (teacher centered) menjadi
pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered) diharapkan dapat mendorong
siswa untuk terlibat secara aktif dalam membangun pengetahuan, sikap dan perilaku. Dalam
proses pembelajaran yang berpusat pada siswa, maka siswa memperoleh kesempatan dan
fasilitas untuk membangun sendiri pengetahuannya sehingga mereka akan memperoleh
pemahaman yang mendalam dan pada akhirnya dapat meningkatkan mutu kualiatas siswa.
Peran guru dalam student centered learning methods adalah sebagai fasilitator yang dalam
hal ini, guru memfasilitasi proses pembelajaran di kelas.
Pembelajaran inovatif dengan student centered learning methods memiliki keragaman
metode pembelajaran yang menuntut partisipasi aktif dari siswa. Dalam makalah ini akan
dibahas metode-metode yang ada dalam student centered learning methods, diantaranya:
discussion, reinvention, and question & answer.
B. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan Student Centered Learning Methods?
b. Apa saja karakteristik dari Student Centered Learning Methods?
c. Apa saja model pembelajaran dalam Student Centered Learning Methods?
d. Apa saja kelebihan dan kekurangan dari masing-masing model pembelajaran
tersebut?
C. Tujuan Penulisan
a. Untuk memahami pengertian Student centered Learning Methods.
b. Untuk mengetahui karakteristik-karakteristik yang ada pada Student Centered
Learning Methods.
c. Untuk mengetahui model-model pembelajaran yang ada pada Student Centered
Learning Methods.
d. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan yang ada pada model-model
pembelajaran pada Student Centered Learning Methods.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Diskusi
Metodologi pembelajaran adalah ilmu yang mempelajari cara-cara untuk melakukan
aktivitas yang tersistem dari sebuah lingkungan yang terdiri atas pendidik dan peserta didik
untuk saling berinteraksi dalam melakukan suatu kegiatan sehingga proses belajar berjalan
dengan baik dalam arti tujuan pengajaran tercapai (Hastuti, 1997). Sedangkan Muhibbin (2000),
mendefinisikan bahwa metode diskusi adalah metode mengajar yang sangat erat hubungannya
dengan memecahkan masalah (problem solving). Metode ini lazim juga disebut sebagai diskusi
kelompok (group discussion) dan resitasi bersama (socialized recitation). Metode diskusi adalah
suatu cara penyampaian bahan pelajaran dan pengajar memberi kesempatan kepada siswa untuk
mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternatif pemecahan.
Diskusi sebagai metode pembelajaran adalah proses pelibatan dua orang peserta atau lebih untuk
berinteraksi saling bertukar pendapat, dan atau saling mempertahankan pendapat dalam
pemecahan masalah sehingga didapatkan kesepakatan diantara mereka. Pembelajaran yang
menggunakan metode diskusi merupakan pembelajaran yang bersifat interaktif, menyebutkan
bahwa dibanding dengan metode ceramah, dalam hal retensi, proses berpikir tingkat tinggi,
pengembangan sikap dan pemertahanan motivasi, lebih baik dengan metode diskusi. Hal ini
disebabkan metode diskusi memberikan kesempatan anak untuk lebih aktif dan memungkinkan
adanya umpan balik yang bersifat langsung. Menurut Mc. Keachie-Kulik dari hasil
penelitiannya, dibanding metode ceramah, metode diskusi dapat meningkatkan anak dalam
pemahaman konsep dan keterampilan memecahkan masalah. Tetapi dalam transformasi
pengetahuan, penggunaan metode diskusi hasilnya lambat dibanding penggunaan ceramah.
Sehingga metode ceramah lebih efektif untuk meningkatkan kuantitas pengetahuan anak dari
pada metode diskusi.
Pemecahan masalah merupakan tujuan utama dari diskusi (Maier, dalam Depdikbud,
1983). Masalah-masalah yang tepat untuk pembelajaran dengan metode diskusi adalah masalah
yang menghasilkan banyak alternatif pemecahan. Dan juga masalah yang mengandung banyak
variabel. Banyaknya alternatif dan atau variabel tersebut dapat memancing anak untuk berfikir.
Oleh karena itu, masalah untuk diskusi yang pemecahannya tidak menuntut anak untuk berfikir,
misalnya hanya menuntut anak untuk menghafal, maka masalah tersebut tidak cocok untuk
didiskusikan.
Menurut Maiyer (Depdikbud, 1983) dalam diskusi kelompok kecil, dapat meningkatkan
siswa untuk berpartisipasi dalam memecahkan masalah. Untuk itu, bilamana guru menginginkan
keterlibatan anak secara maksimal dalam diskusi, maka jumlah anggota kelompok diskusi perlu
diperhatikan guru. Jumlah anggota kelompok diskusi yang mampu memaksimalkan partisipasi
anggota adalah antara 3-7 anggota. Dari hasil pengamatan, kelompok diskusi yang jumlah
anggotanya antara 3-7. Anggota yang diduga kurang berpartisipasi penuh berkisar 1-2 orang.
Dalam diskusi dengan jumlah anggota yang relatif kecil memungkinkan setiap anak memperoleh
kesempatan untuk berpartisipasi. Masalah atau isu yang dijadikan topik diskusi hendaknya yang
relevan dengan minat anak. Masalah diskusi yang cocok dengan minat anak dapat mendorong
keterlibatan mental dan keterlibatan emosional siswa secara optimal.
Jenis-jenis Diskusi
1. Diskusi Kelompok Besar (Whole Group Discussion. Jenis diskusi kelompok besar dilakukan
dengan memandang kelas sebagai satu kelompok. Dalam diskusi ini, guru sekaligus sebagai
pemimpin diskusi. Namun begitu, siswa yang dipandang cakap, dapat saja ditugasi guru
sebagai pemimpin diskusi. Dalam diskusi kelompok besar, sebagai pemimpin diskusi, guru
berperan dalam memprakarsai terjadinya diskusi. Untuk itu, guru dapat mengajukan
permasalahan-permasalahan serta mengklarifikasinya sehingga mendorong anak untuk
mengajukan pendapat. Dalam diskusi kelompok besar, tidak semua siswa menaruh perhatian
yang sama, karena itu tugas guru sebagai pemimpin diskusi untuk membangkitkan perhatian
anak terhadap masalah yang sedang didiskusikan. Di samping itu, distribusi siswa yang ingin
berpendapat perlu diperhatikan. Dalam diskusi kelompok besar, pembicaraan sering
didominasi oleh anak-anak tertentu. Akibatnya tidak semua anak berkesempatan untuk
berpendapat. Untuk menghindari keadaan itu, pemimpin diskusi perlu mengatur distribusi
pembicaraan. Tugas terberat bagi pemimpin diskusi adalah menumbuhkan keberanian
peserta untuk mengemukakan pendapatnya. Dalam praktek, tidak sedikit anak-anak yang
kurang berani berpendapat dalam berdiskusi. Terlebih bagi anak yang kurang menguasai
permasalahan yang menjadi bahan diskusi.
2. Diskusi Kelompok Kecil (Buzz Group Discussion) Kelas dibagi menjadi beberapa kelompok
kecil terdiri atas 4-5 orang. Tempat berdiskusi diatur agar siswa dapat berhadapan muka dan
bertukar pikiran dengan mudah. Diskusi diadakan dipertengahan pelajaran atau diakhir
pelajaran dengan maksud menajamkan pemahaman kerangka pelajaran, memperjelas
penguasaan bahan pelajaran atau menjawab pertanyaan-pertanyaan. Hasil belajar yang
diharapkan ialah agar segenap individu membandingkan persepsinya yang mungkin berbeda-
beda tentang bahan pelajaran, membandingkan interpretasi dan informasi yang diperoleh
masing-masing individu yang dapat saling memperbaiki pengertian, persepsi, informasi,
interpretasi, sehingga dapat dihindarkan kekeliruan-kekeliruan.
3. Diskusi Panel Fungsi utama diskusi panel adalah untuk mempertahankan keuntungan diskusi
kelompok dengan situasi peserta besar, dimana ukuran kelompok tidak memungkinkan
partisipasi kelompok secara mutlak. Dalam artian panel memberikan pada kelompok besar
keuntungan partisipasi yang dilakukan orang lain dalam situasi diskusi yang dibawakan oleh
beberapa peserta yang terplih. Peserta yang terpilih yang melaksanakan panel mewakili
beberapa sudut pandangan yang dipertimbangkan dalam memecahkan masalah. Mereka
memiliki latar belakang pengetahuan yang memenuhi syarat untuk berperan dalam diskusi
tersebut. Forum panel secara fisik dapat dihadiri audience secara lansung atau tidak langsung
(melalui TV, radio, dan sebagainya).
4. Brain Storming Group. Kelompok menyumbangkan ide-ide baru tanpa dinilai segera. Setiap
anggota kelompok mengeluarkan pendapatnya. Hasil belajar yang diharapkan ialah agar
kelompok belajar menghargai pendapat orang lain, menumbuhkan ide-ide yang yang
ditemukannya dianggap benar.
5. Symposium. Beberapa orang membahas tentang aspek dari suatu subjek tertentu dan
membacakan di muka peserta simposium secara singkat (5-20 menit). Kemudian diikuti
dengan sanggahan dan pertanyaan dari para penyanggah dan juga dari pendengar. Bahasan
dan sanggahan itu selanjutnya dirumuskan oleh panitia perumus sebagai hasil simposium.
6. Informal Debate. Kelas dibagi menjadi dua tim yang agak sama besarnya dan mendiskusikan
subjek yang cocok untuk diperdebatkan tanpa memperdebatkan peraturan perdebatan. Bahan
yang cocok untuk diperdebatkan ialah yang bersifat problematis, bukan yang bersifat faktual.
7. Colloqium. Seseorang atau beberapa orang manusia sumber menjawab pertanyaan-
pertanyaan dari audiensi. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa/mahasiswa menginterview
manusia sumber, selanjutnya mengundang pertanyaan lain/tambahan dari siswa mahasiswa
lain.
8. Fish Bowl. Beberapa orang peserta dipimpin oleh seorang ketua mengadakan suatu diskusi
untuk mengambil suatu keputusan. Tempat duduk diatur merupakan setengah lingkaran
dengan dua atau tiga kursi kosong menghadap peserta diskusi, kelompok pendengar duduk
mengelilingi kelompok diskusi, seolah-olah melihat ikan yang berada dalam mangkuk (fish
bowl). Selama kelompok diskusi berdiskusi, kelompok pendengar yang ingin menyumbang
pikiran dapat masuk duduk di kursi kosong. Apabila ketua diskusi mempersilahkan berbicara
ia dapat langsung berbicara, dan meninggalkan kursi setelah berbicara.
Kelebihan:
-Memberi pemahaman pada siswa bahwa masalah dapat dipecahkan dengan berbagai cara.
-Memberi pemahaman pada siswa bahwa dengan berdiskusi mereka dapat saling mengemukakan
pendapat secara konstruktif sehingga diperoleh keputusan yang lebih baik.
-Membiasakan siswa untuk mendengarkan pendapat orang lain sekalipun berbeda dengan
pendapatnya serta membiasakan bersikap toleransi.
Kekurangan:
Kekurangan dari model diskusi yaitu tidak bisa diterapkan pada grup yang anggotanya banyak
karena diskusi akan menjadi kurang efektif yang disebabkan diskusi dikuasai oleh siswa-siswa
tertentu sehingga akan ada siswa yang pasif.
2. Penemuan (discovery)
3. Eksperimen
Metode percobaan adalah pemberian kesempatan kepada anak didik perorangan atau
kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan. Syaiful Bahri Djamarah,
(2000). Menurut Roestiyah (2001:80) Metode eksperimen adalah suatu cara mengajar, di mana
siswa melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan
hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh
guru. Penggunaan teknik ini mempunyai tujuan agar siswa mampu mencari dan menemukan
sendiri berbagai jawaban atau persoalan-persoalan yang dihadapinya dengan mengadakan
percobaan sendiri. Juga siswa dapat terlatih dalam cara berfikir yang ilmiah. Dengan eksperimn
siswa menemukan bukti kebenaran dari teori sesuatu yang sedang dipelajarinya.
Agar penggunaan metode eksperimen itu efisien dan efektif, maka perlu diperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
a. Dalam eksperimen setiap siswa harus mengadakan percobaan, maka jumlah alat dan bahan
atau materi percobaan harus cukup bagi tiap siswa.
b. Agar eksperimen itu tidak gagal dan siswa menemukan bukti yang meyakinkan, atau mungkin
hasilnya tidak membahayakan, maka kondisi alat dan mutu bahan percobaan yang digunakan
harus baik dan bersih.
c. dalam eksperimen siswa perlu teliti dan konsentrasi dalam mengamati proses percobaan ,
maka perlu adanya waktu yang cukup lama, sehingga mereka menemukan pembuktian
kebenaran dari teori yang dipelajari itu.
d. Siswa dalam eksperimen adalah sedang belajar dan berlatih , maka perlu diberi petunjuk yang
jelas, sebab mereka disamping memperoleh pengetahuan, pengalaman serta ketrampilan, juga
kematangan jiwa dan sikap perlu diperhitungkan oleh guru dalam memilih obyek eksperimen itu.
e. Tidak semua masalah bisa dieksperimenkan, seperti masalah mengenai kejiwaan, beberapa
segi kehidupan social dan keyakinan manusia. Kemungkinan lain karena sangat terbatasnya
suatu alat, sehingga masalah itu tidak bias diadakan percobaan karena alatnya belum ada.
(a) Membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya.
(b) dalam membina siswa untuk membuat terobosan-terobosan baru dengan penemuan dari hasil
percobaannya dan bermanfaat bagi kehidupan manusia.
(c) Hasil-hasil percobaan yang berharga dapat dimanfaatkan untuk kemakmuran umat manusia.
(d) Setiap percobaan tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan karena mungkin ada factor-
faktor tertentu yang berada di luar jangkauan kemampuan atau pengendalian.
4. Tanya Jawab
Kata metode merupakan suatu tata cara untuk melakukan kegiatan dalam rangka
mencapai tujuan tertentu, maka dengan demikian metode pembelajaran adalah suatu tata cara
yang berhubungan erat dengan pelaksanaan proses pembelajaran. Metode digunakan guru
menyampaikan materi pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan.
Dari beberapa pengertian tersebut, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu
cara yang digunakan guru dalam interaksi dengan peserta didik pada saat proses pembelajaran
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Metode pembelajaran yang
digunakan membawa pengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap pencapaian hasil yang
diharapkan, baik berupa perubahan pengetahuan, perilaku dan keterampilan. Oleh karena itu,
metode pembelajaran memegang peranan penting dan merupakan satu kunci keberhasilan proses
belajar mengajar yang diselenggarakan. Kualitas belajar peserta didik dapat dicapai dengan
menggunakan metode pembelajaran yang efektif, karena metode pembelajaran merupakan salah
satu faktor yang mendukung terhadap keberhasilan belajar di samping faktor-faktor lainnya,
seperti bahan pelajaran, kondisi belajar dan lain sebagainya.
Metode tanya jawab adalah suatu cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan
yang harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa tetapi dapat pula dari siswa kepada guru.
Metode tanya jawab dapat pula diartikan sebagai suatu cara untuk menyampaikan bahan
pelajaran dalam bentuk pertanyaan dari guru yang harus dijawab oleh siswa
Metode tanya jawab merupakan salah satu cara panyampaian pelajaran kepada siswa
dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa apabila ada pertanyaan dari guru atau
sebaliknya.
Metode tanya jawab dapat pula diartikan sebagai format interaksi antara guru-siswa
melalui kegiatan bertanya yang dilakukan oleh guru untuk mendapatkan respons lisan dari siswa,
sehingga dapat menumbuhkan pengetahuan guru pada diri siswa.
Dari beberapa pernyataan tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa metode tanya jawab
adalah cara penyajian bahan pelajaran dalam proses pembelajaran yang berbentuk pertanyaan
yang harus dijawab, sehingga terjadi interaksi dua arah antara guru dan peserta didik untuk
memperoleh pengalaman guru pada peserta didik.
Penggunaan metode tanya jawab bermanfaat agar peserta didik lebih termotivasi untuk
belajar selama proses pembelajaran, sehingga baik guru atau peserta didik sama-sama aktif
dalam proses pembelajaran.
Langkah-Langkah Penggunaan Metode Tanya Jawab
Untuk menghindari penyimpangan dari pokok persoalan, penggunaan metode tanya
jawab harus memperhatikan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Merumuskan tujuan tanya jawab sejelas-jelasnya dalam bentuk tujuan khusus dan berpusat
pada tingkah laku peserta didik.
b. Mencari alasan pemilihan metode tanya jawab.
c. Menetapkan kemungkinan pertanyaan yang akan dikemukakan.
d. Menetapkan kemungkinan jawaban untuk menjaga agar tidak menyimpang dari pokok
persoalan.
e. Menyediakan kesempatan bertanya bagi peserta didik.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses
penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran media tertentu ke penerima
pesan. Pesan berupa isi ajaran dan didikan yang ada di kurikulum dituangkan oleh
guru atau sumber lain ke dalam simbol-simbol komunikasi baik verbal maupun non-
verbal.
Sebagai calon guru kita harus mengetahui Student Centered Learning Methods
atau metode pembelajaran yang berpusat pada siswa agar kita mengetahui cara
mengatasi masalah-masalah siswa saat proses belajar mengajar dan menerapkan
metode pembelajaran tersebut.
B. Saran
Setelah kita mengetahui beberapa pengajaran yang berpusat pada siswa sebaiknya
kita terapkan dalam dunia pendidikan yang biasa kita geluti. Dengan memperhatikan
prinsip-prinsip dalam pengembangan kurikulum, kita bisa mencapai tujuan yang
diharapkan dalam pelaksanaan pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Hamrumi, (2011) strategi pembelajaran, Yogyakarta: penerbit insan madani
Munadi Yudhi (2013), media pembelajaran, Jakarta: penerbit referensi (GP Press Group)
Agus Amed Blogspot. Metode Pembelajaran Yang Berpusat pada Siswa. http://agus-
amed.blogspot.com/2011/11/metode-pembelajaran-yang-berpusat-pada.html?m=1
https://www.asikbelajar.com/pengertian-metode-eksperimen/
https://www.academia.edu/5297858/
METODE_TANYA_JAWAB_DALAM_PEMBELAJARAN