Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

MATHEMATICS LEARNING STRATEGY


“Student Centered Learning Methods”

Dosen Pengampu :
Prof. Dr. Nurdin Arsyad, M.Pd.
Syahrullah Asyari, S.pd., M.Pd.
Disusun oleh :
Putri Anugrah Wanti (200101511006)
Nur Hudayani Husaen (200101512005)

PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA ICP


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
Semester Ganjil 2021
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi rabbil’alamin, kami panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Student Centered Learning Methods”. Selama penyusunan makalah ini diperlukan
usaha keras dengan harapan dapat memberikan yang terbaik.
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Mathematics Learning
Strategi yang diampu oleh Bpk. Prof. Dr. Nurdin Arsyad, M.Pd. dan Bpk. Syahrullah Asyari,
S.pd., M.pd. kami menyadari bahwa makalah yang kami buat masih jauh dari kata sempurna dan
masih terdapat banyak kekurangan, hal ini disebabkan karena keterbatasan kemampuan, waktu,
pengetahuan serta pengalaman yang kami miliki.
Pada kesempatan ini, dengan rasa syukur dan kerendahan hati kami ingin menyampaikan rasa
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu baik secara moril
maupun materil hingga makalah kami bisa diselesaikan dengan tepat waktu. Oleh karena itu,
kami mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah
yang kami buat. Kami berharap makalah yang kami buat dapat memberikan manfaat untuk
semua pihak yang membutuhkannya.

Makassar, 26 September 2021

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
problematika pendidikan yang terjadi di Indonesia salah satunya adalah proses belajar
mengajar yang diberikan di kelas pada umumnya hanya mengemukakan konsep-konsep
dalam suatu materi. Proses belajar mengajar yang dilakukan adalah satu arah (teaching
direct). Model pembelajaran tersebut dianggap kurang mengeksplorasi wawasan dan
pengetahuan siswa.
Perubahan paradigma yang tadinya berpusat pada guru (teacher centered) menjadi
pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered) diharapkan dapat mendorong
siswa untuk terlibat secara aktif dalam membangun pengetahuan, sikap dan perilaku. Dalam
proses pembelajaran yang berpusat pada siswa, maka siswa memperoleh kesempatan dan
fasilitas untuk membangun sendiri pengetahuannya sehingga mereka akan memperoleh
pemahaman yang mendalam dan pada akhirnya dapat meningkatkan mutu kualiatas siswa.
Peran guru dalam student centered learning methods adalah sebagai fasilitator yang dalam
hal ini, guru memfasilitasi proses pembelajaran di kelas.
Pembelajaran inovatif dengan student centered learning methods memiliki keragaman
metode pembelajaran yang menuntut partisipasi aktif dari siswa. Dalam makalah ini akan
dibahas metode-metode yang ada dalam student centered learning methods, diantaranya:
discussion, reinvention, and question & answer.

B. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan Student Centered Learning Methods?
b. Apa saja karakteristik dari Student Centered Learning Methods?
c. Apa saja model pembelajaran dalam Student Centered Learning Methods?
d. Apa saja kelebihan dan kekurangan dari masing-masing model pembelajaran
tersebut?

C. Tujuan Penulisan
a. Untuk memahami pengertian Student centered Learning Methods.
b. Untuk mengetahui karakteristik-karakteristik yang ada pada Student Centered
Learning Methods.
c. Untuk mengetahui model-model pembelajaran yang ada pada Student Centered
Learning Methods.
d. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan yang ada pada model-model
pembelajaran pada Student Centered Learning Methods.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Student Centered Learning Methods


Student Centered Learning merupakan pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai
pusat kegiatan belajar. Pembelajaran yang berpusat pada siswa telah didefinisikan sebagian besar
hanya sebagai pendekatan pembelajaran dimana peserta didik memilih, tidak hanya apa yang
akan dipelajari tetapi juga tentang bagaimana dan mengapa topik itu bisa menjadi menarik. Di
sisi lain, lingkungan belajar memiliki tanggung jawab dan aktivitas pembelajar di dirinya.
Berbeda dengan penekanan pada kontrol instruktur dan cakupan konten akademis yang banyak
ditemukan di konvensional.
Selain itu, peserta didik menemukan proses belajar lebih bermakna ketika topik relevan
dengan kehidupan, kebutuhan, dan minat mereka serta ketika mereka secara aktif terlibat dalam
hal menciptakan, memahami dan terhubung ke pengetahuan itu sendiri.
Instruktur yang menyampaikan intruksi yang berpusat pada siswa melibatkan siswa
dalam keputusan tentang bagaimana siswa dalam proses belajar dan bagaimana siswa itu dinilai
dan mereka menghormati, mengakomodasi perbedaan individu dalam latar belakang, minat,
kemampuan, dan pengalaman siswa. Peran dari pendidik atau instruktur di ruang kelas yang
berpusat pada siswa adalah untuk mendorong siswa melakukan lebih banyak pembelajaran
penemuan dan untuk belajar satu sama lain. Guru atau instruktur di dalam kelas berfokus dalam
membangun tugas-tugas kehidupan nyata yang otentik dan memotivasi keterlibatan dalam proses
belajar siswa.

B. Karakteristik Student Centered Learning Methods


Metode Student Centered Learning (SCL) memiliki 6 karakteristik, yakni:
1. Pembelajaran aktif adalah pembelajaran dimana siswa diberi kesempatan untuk
berinteraksi atau berdikusi dengan teman ataupun gurunya.
2. Pembelajaran interaktif adalah pembelajaran dimana siswa mengerjakan materi
sesuai dengan yang dipelajari.
3. Pembelajaran mandiri adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa dimana
proses dan pengalamannya di atur oleh siswa itu sendiri.
4. Pembelajaran kolaboratif adalah pembelajaran yang berbentuk kelompok dan
bersama-sama bertanggungjawab dalam menyelesaikannya.
5. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dimana berkelompok menghasilkan
pengetahuan baru dengan mutu yang lebih baik disbanding belajar sendiri.
6. Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang membangun pendekatan
kerja kelompok.

C. Model Pembelajaran dalam Student Centered Learning Methods

1. Diskusi
Metodologi pembelajaran adalah ilmu yang mempelajari cara-cara untuk melakukan
aktivitas yang tersistem dari sebuah lingkungan yang terdiri atas pendidik dan peserta didik
untuk saling berinteraksi dalam melakukan suatu kegiatan sehingga proses belajar berjalan
dengan baik dalam arti tujuan pengajaran tercapai (Hastuti, 1997). Sedangkan Muhibbin (2000),
mendefinisikan bahwa metode diskusi adalah metode mengajar yang sangat erat hubungannya
dengan memecahkan masalah (problem solving). Metode ini lazim juga disebut sebagai diskusi
kelompok (group discussion) dan resitasi bersama (socialized recitation). Metode diskusi adalah
suatu cara penyampaian bahan pelajaran dan pengajar memberi kesempatan kepada siswa untuk
mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternatif pemecahan.
Diskusi sebagai metode pembelajaran adalah proses pelibatan dua orang peserta atau lebih untuk
berinteraksi saling bertukar pendapat, dan atau saling mempertahankan pendapat dalam
pemecahan masalah sehingga didapatkan kesepakatan diantara mereka. Pembelajaran yang
menggunakan metode diskusi merupakan pembelajaran yang bersifat interaktif, menyebutkan
bahwa dibanding dengan metode ceramah, dalam hal retensi, proses berpikir tingkat tinggi,
pengembangan sikap dan pemertahanan motivasi, lebih baik dengan metode diskusi. Hal ini
disebabkan metode diskusi memberikan kesempatan anak untuk lebih aktif dan memungkinkan
adanya umpan balik yang bersifat langsung. Menurut Mc. Keachie-Kulik dari hasil
penelitiannya, dibanding metode ceramah, metode diskusi dapat meningkatkan anak dalam
pemahaman konsep dan keterampilan memecahkan masalah. Tetapi dalam transformasi
pengetahuan, penggunaan metode diskusi hasilnya lambat dibanding penggunaan ceramah.
Sehingga metode ceramah lebih efektif untuk meningkatkan kuantitas pengetahuan anak dari
pada metode diskusi.
Pemecahan masalah merupakan tujuan utama dari diskusi (Maier, dalam Depdikbud,
1983). Masalah-masalah yang tepat untuk pembelajaran dengan metode diskusi adalah masalah
yang menghasilkan banyak alternatif pemecahan. Dan juga masalah yang mengandung banyak
variabel. Banyaknya alternatif dan atau variabel tersebut dapat memancing anak untuk berfikir.
Oleh karena itu, masalah untuk diskusi yang pemecahannya tidak menuntut anak untuk berfikir,
misalnya hanya menuntut anak untuk menghafal, maka masalah tersebut tidak cocok untuk
didiskusikan.
Menurut Maiyer (Depdikbud, 1983) dalam diskusi kelompok kecil, dapat meningkatkan
siswa untuk berpartisipasi dalam memecahkan masalah. Untuk itu, bilamana guru menginginkan
keterlibatan anak secara maksimal dalam diskusi, maka jumlah anggota kelompok diskusi perlu
diperhatikan guru. Jumlah anggota kelompok diskusi yang mampu memaksimalkan partisipasi
anggota adalah antara 3-7 anggota. Dari hasil pengamatan, kelompok diskusi yang jumlah
anggotanya antara 3-7. Anggota yang diduga kurang berpartisipasi penuh berkisar 1-2 orang.
Dalam diskusi dengan jumlah anggota yang relatif kecil memungkinkan setiap anak memperoleh
kesempatan untuk berpartisipasi. Masalah atau isu yang dijadikan topik diskusi hendaknya yang
relevan dengan minat anak. Masalah diskusi yang cocok dengan minat anak dapat mendorong
keterlibatan mental dan keterlibatan emosional siswa secara optimal.

Jenis-jenis Diskusi
1. Diskusi Kelompok Besar (Whole Group Discussion. Jenis diskusi kelompok besar dilakukan
dengan memandang kelas sebagai satu kelompok. Dalam diskusi ini, guru sekaligus sebagai
pemimpin diskusi. Namun begitu, siswa yang dipandang cakap, dapat saja ditugasi guru
sebagai pemimpin diskusi. Dalam diskusi kelompok besar, sebagai pemimpin diskusi, guru
berperan dalam memprakarsai terjadinya diskusi. Untuk itu, guru dapat mengajukan
permasalahan-permasalahan serta mengklarifikasinya sehingga mendorong anak untuk
mengajukan pendapat. Dalam diskusi kelompok besar, tidak semua siswa menaruh perhatian
yang sama, karena itu tugas guru sebagai pemimpin diskusi untuk membangkitkan perhatian
anak terhadap masalah yang sedang didiskusikan. Di samping itu, distribusi siswa yang ingin
berpendapat perlu diperhatikan. Dalam diskusi kelompok besar, pembicaraan sering
didominasi oleh anak-anak tertentu. Akibatnya tidak semua anak berkesempatan untuk
berpendapat. Untuk menghindari keadaan itu, pemimpin diskusi perlu mengatur distribusi
pembicaraan. Tugas terberat bagi pemimpin diskusi adalah menumbuhkan keberanian
peserta untuk mengemukakan pendapatnya. Dalam praktek, tidak sedikit anak-anak yang
kurang berani berpendapat dalam berdiskusi. Terlebih bagi anak yang kurang menguasai
permasalahan yang menjadi bahan diskusi.
2. Diskusi Kelompok Kecil (Buzz Group Discussion) Kelas dibagi menjadi beberapa kelompok
kecil terdiri atas 4-5 orang. Tempat berdiskusi diatur agar siswa dapat berhadapan muka dan
bertukar pikiran dengan mudah. Diskusi diadakan dipertengahan pelajaran atau diakhir
pelajaran dengan maksud menajamkan pemahaman kerangka pelajaran, memperjelas
penguasaan bahan pelajaran atau menjawab pertanyaan-pertanyaan. Hasil belajar yang
diharapkan ialah agar segenap individu membandingkan persepsinya yang mungkin berbeda-
beda tentang bahan pelajaran, membandingkan interpretasi dan informasi yang diperoleh
masing-masing individu yang dapat saling memperbaiki pengertian, persepsi, informasi,
interpretasi, sehingga dapat dihindarkan kekeliruan-kekeliruan.
3. Diskusi Panel Fungsi utama diskusi panel adalah untuk mempertahankan keuntungan diskusi
kelompok dengan situasi peserta besar, dimana ukuran kelompok tidak memungkinkan
partisipasi kelompok secara mutlak. Dalam artian panel memberikan pada kelompok besar
keuntungan partisipasi yang dilakukan orang lain dalam situasi diskusi yang dibawakan oleh
beberapa peserta yang terplih. Peserta yang terpilih yang melaksanakan panel mewakili
beberapa sudut pandangan yang dipertimbangkan dalam memecahkan masalah. Mereka
memiliki latar belakang pengetahuan yang memenuhi syarat untuk berperan dalam diskusi
tersebut. Forum panel secara fisik dapat dihadiri audience secara lansung atau tidak langsung
(melalui TV, radio, dan sebagainya).
4. Brain Storming Group. Kelompok menyumbangkan ide-ide baru tanpa dinilai segera. Setiap
anggota kelompok mengeluarkan pendapatnya. Hasil belajar yang diharapkan ialah agar
kelompok belajar menghargai pendapat orang lain, menumbuhkan ide-ide yang yang
ditemukannya dianggap benar.
5. Symposium. Beberapa orang membahas tentang aspek dari suatu subjek tertentu dan
membacakan di muka peserta simposium secara singkat (5-20 menit). Kemudian diikuti
dengan sanggahan dan pertanyaan dari para penyanggah dan juga dari pendengar. Bahasan
dan sanggahan itu selanjutnya dirumuskan oleh panitia perumus sebagai hasil simposium.
6. Informal Debate. Kelas dibagi menjadi dua tim yang agak sama besarnya dan mendiskusikan
subjek yang cocok untuk diperdebatkan tanpa memperdebatkan peraturan perdebatan. Bahan
yang cocok untuk diperdebatkan ialah yang bersifat problematis, bukan yang bersifat faktual.
7. Colloqium. Seseorang atau beberapa orang manusia sumber menjawab pertanyaan-
pertanyaan dari audiensi. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa/mahasiswa menginterview
manusia sumber, selanjutnya mengundang pertanyaan lain/tambahan dari siswa mahasiswa
lain.
8. Fish Bowl. Beberapa orang peserta dipimpin oleh seorang ketua mengadakan suatu diskusi
untuk mengambil suatu keputusan. Tempat duduk diatur merupakan setengah lingkaran
dengan dua atau tiga kursi kosong menghadap peserta diskusi, kelompok pendengar duduk
mengelilingi kelompok diskusi, seolah-olah melihat ikan yang berada dalam mangkuk (fish
bowl). Selama kelompok diskusi berdiskusi, kelompok pendengar yang ingin menyumbang
pikiran dapat masuk duduk di kursi kosong. Apabila ketua diskusi mempersilahkan berbicara
ia dapat langsung berbicara, dan meninggalkan kursi setelah berbicara.

Langkah-Langkah Pembelajaran Diskusi


Agar penggunan diskusi berhasil dengan efektif, maka perlu dilakukan langkah-langkah sebagai
berikut:
a. Langkah persiapan
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam persiapan diskusi diantaranya:
1. Merumuskan tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan yang bersifat umum maupun tujuan
khusus.
2. Menentukan jenis diskusi yang dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
3. Menetapkan masalah yang akan dibahas.
4. Mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan teknis pelaksanaan diskusi,
misalnya ruang kelas dengan segala fasilitasnya, petugas-petugas diskusi seperti moderator,
notulis, dan tim perumus manakala diperlukan.
b. Pelaksanaan diskusi
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan diskusi adalah:
1. Memeriksa segala persiapan yang dianggap dapat memengaruhi kelancaran diskusi.
2. Memberikan pengarahan sebelum dilaksanakan diskusi, misalnya menyajikan tujuan yang
ingin dicapai serta aturan-aturan diskusi sesuai dengan jenis diskusi yang akan dilaksanakan.
3. Melaksanakan diskusi sesuai dengan aturan main yang telah ditetapkan. Dalam pelaksanaan
diskusi hendaklah memerhatikan suasana atau iklim belajar yang menyenangkan, misalnya
tidak tegang, tidak saling menyudutkan, dan harus saling menghargai pendapat orang lain.
4. Memberikan kesempatan yang sama kepada setiap peserta diskusi untuk mengeluarkan
gagasan dan ide-idenya.
5. Mengendalikan pembicaraan kepada pokok persoalan yang sedang dibahas. Hal ini sangat
penting, sebab tanpa pengendalian biasanya arah pembahasan menjadi melebar dan tidak
fokus.
c. Menutup diskusi
Akhir dari proses pembelajaran dengan menggunakan diskusi hendaklah dilakuan hal-hal sebagai
berikut:
1. Membuat pokok-pokok pembahasan sebagai kesimpulan sesuai dengan hasil diskusi.
2. Me-review jalannya diskusi dengan meminta pendapat dari seluruh peserta sebagai umpan
balik untuk perbaikan selanjutnya.

Kelebihan dan Kekurangan Metode Diskusi

Kelebihan:
-Memberi pemahaman pada siswa bahwa masalah dapat dipecahkan dengan berbagai cara.
-Memberi pemahaman pada siswa bahwa dengan berdiskusi mereka dapat saling mengemukakan
pendapat secara konstruktif sehingga diperoleh keputusan yang lebih baik.
-Membiasakan siswa untuk mendengarkan pendapat orang lain sekalipun berbeda dengan
pendapatnya serta membiasakan bersikap toleransi.
Kekurangan:
Kekurangan dari model diskusi yaitu tidak bisa diterapkan pada grup yang anggotanya banyak
karena diskusi akan menjadi kurang efektif yang disebabkan diskusi dikuasai oleh siswa-siswa
tertentu sehingga akan ada siswa yang pasif.

2. Penemuan (discovery)

Pengertian Model Pembelajaran Discovery Learning atau Penemuan 


Penemuan atau (discovery) adalah teori  belajar yang didefinisikan  sebagai proses
pembelajaran yang  terjadi  apabila  materi pembelajaran  tidak  disajikan  dengan    dalam 
bentuk finalnya,  tetapi  diharapkan  peserta didik itu sendiri yang mengorganisasi  sendiri.  Hal
ini sejalan dengan pendapat  Bruner, bahwa:  “Discovery  Learning  can  be  defined  as  the 
learning  that  takes  place  when thestudent  is  not  presented  with  subject  matter  in  the 
final  form,  but  rather  is  required  to organize  it  him  self”  (Lefancois  dalam  Emetembun, 
1986:103). 
Dasar  pemikiran Bruner  tersebut adalah pendapat dari Piaget yang menyatakan bahwa anak
harus berperan aktif dalam belajar di kelas. Bruner  memakai  metode  yang  disebutnya
Discovery  Learning, dimana  murid mengorganisasi  bahan  yang  dipelajari  dengan suatu 
bentuk  akhir  (Dalyono,  1996:41).

Sedangkan menurut Budiningsih, (2005:43) Pengertian Model Pembelajaran Discovery


Learning atau Penemuan diartikan pula sebagai cara belajar memahami konsep, arti, dan
hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan. Discovery
terjadi  bila  individu  terlibat,  terutama  dalam  penggunaan  proses  mentalnya  untuk
menemukan  beberapa  konsep  dan  prinsip. Discovery dilakukan  melalui  observasi,
klasifikasi,  pengukuran,  prediksi,  penentuan  daninferi.  Proses  tersebut  oleh Robert B. Sund
(Malik, 2001:219) disebut cognitive process sedangkan discovery itu  sendiri  adalah the  mental 
process  of  assimilatig  conceps and principles in the mind
Sebagai strategi  belajar, Model Pembelajaran Discovery  Learning mempunyai  prinsip 
yang  sama  dengan  inkuiri (inquiry) dan Problem  Solving.  Tidak  ada  perbedaan  yang 
prinsipil  pada  ketiga  istilah  ini, pada Discovery Learning lebih menekankan pada
ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui.
Perbedaannya dengan discovery learning dengan inkuiri learning ialah bahwa
pada discovery masalah yang dihadapi siswa atau peserta didik adalah semacam masalah yang
direkayasa oleh guru, sedangkan  pada  inkuiri  masalahnya  bukan  hasil  rekayasa,  sehingga 
siswa  harus mengerahkan  seluruh  pikiran  dan  keterampilannya  untuk  mendapatkan  temuan-
temuan di dalam masalah itu melalui proses penelitian. Sedangkan Perbedaannya dengan
discovery learning dengan Problem Solving. Pada model Problem Solving lebih memberi
tekanan pada kemampuan menyelesaikan masalah.
Dengan  mengaplikasikan  metode Discovery  Learning secara  berulang-ulang  dapat
meningkatkan  kemampuan  penemuan  diri  individu  yang  bersangkutan.  Penggunaan
metode / model Discovery  Learning,  ingin  merubah  kondisi  belajar  yang  pasif  menjadi 
aktif  dan kreatif.  Mengubah  pembelajaran  yang teacher  oriented ke student  oriented. 
Mengubah modus  Ekspositori siswa  hanya  menerima  informasi  secara  keseluruhan  dari 
guru  ke modus Discovery siswa menemukan informasisendiri.
Di  dalam  proses  belajar,  Bruner  mementingkan  partisipasi  aktif  dari  tiap  siswa, 
dan mengenal  dengan  baik  adanya  perbedaan  kemampuan.  Untuk  menunjang  proses  belajar
perlu lingkungan memfasilitasi rasa ingin tahu siswa pada tahap eksplorasi. Lingkungan ini
dinamakan Discovery  Learning  Environment, yaitu lingkungan  dimana  siswa  dapat
melakukan  eksplorasi,  penemuan-penemuan  baru  yang  belum  dikenal  atau pengertian yang 
mirip  dengan  yang  sudah  diketahui.  Lingkungan  seperti  ini  bertujuan  agar  siswa dalam
proses belajar dapat berjalan dengan baik dan lebih kreatif.
Untuk  memfasilitasi  proses  belajar  yang  baik  dan  kreatif  harus  berdasarkan  pada
manipulasi  bahan  pelajaran  sesuai  dengan  tingkat  perkembangan  kognitif  siswa.
Manipulasi  bahan  pelajaran  bertujuan  untuk  memfasilitasi  kemampuan  siswa  dalam berpikir
(merepresentasikan  apa  yang  dipahami)  sesuai  dengan  tingkat perkembangannya.
Menurut  Bruner  perkembangan  kognitif  seseorang  terjadi  melalui  tiga  tahap  yang
ditentukan  oleh  bagaimana  cara lingkungan,  yaitu: enactive,  iconic,  dan symbolic. Tahap
enaktive,  seseorang  melakukan  aktivitas-aktivitas  dalam  upaya  untuk  memahami
lingkungan  sekitarnya,  artinya,  dalam memahami  dunia  sekitarnya  anak  menggunakan
pengetahuan  motorik,  misalnya  melalui  gigitan,  sentuhan,  pegangan,  dan  sebagainya.
Tahap  iconic,  seseorang  memahami  objek-objek  atau  dunianya  melalui  gambar-gambar dan 
visualisasi  verbal.  Maksudnya,  dalam  memahami  dunia  sekitarnya  anak  belajar melalui 
bentuk  perumpamaan  (tampil)  dan  perbandingan  (komparasi).Tahap  symbolic, seseorang 
telah  mampu  memiliki  ide-ide  atau  gagasan-gagasan  abstrak  yang  sangat dipengaruhi  oleh 
kemampuannya  dalam  berbahasa  dan  logika.  Dalam  memahami  dunia sekitarnya  anak 
belajar  melalui  simbol-simbol  bahasa,  logika,  matematika,  dan sebagainya.
Karakteristik dari Model Pembelajaran Discovery Learning atau Penemuan
a) Peran guru sebagai pembimbing;
b) Peserta didik belajar secara aktif sebagai seorang ilmuwan;
c) Bahan ajar disajikan dalam bentuk informasi dan peserta didik melakukan kegiatan
menghimpun, membandingkan, mengkategorikan, menganalisis, serta membuat  
kesimpulan

Langkah-langkah Operasional Implementasi Model Pembelajaran Discovery Learning


atau Penemuan
Berikut ini langkah-langkah dalam mengaplikasikan model discovery learning di kelas.
Langkah Persiapan Metode Discovery Learning
1. Menentukan tujuan pembelajaran.
2. Melakukan identifikasi karakteristik siswa peserta didik (kemampuan awal, minat, gaya belajar,
dan sebagainya).
3. Memilih materi pelajaran
4. Menentukan topik-topik yang harus dipelajarisiswapeserta didiksecara induktif (dari contoh-contoh
generalisasi)
5. Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh, ilustrasi,  tugas dan sebagainya
untuk dipelajarisiswapeserta didik
6. Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari yang konkret ke abstrak,
atau dari tahap enaktif, ikonik sampai ke simbolik.
7. Melakukan penilaian proses dan hasil belajarsiswapeserta didik.

Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Discovery Learning


Kelebihan Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning atau Penemuan
a. Membantu  siswa  untuk  memperbaiki  dan  meningkatkan  keterampilan-keterampilan  dan
proses-proses  kognitif.  Usaha  penemuan  merupakan  kunci  dalam  proses  ini,  seseorang
tergantung bagaimana cara belajarnya.
b. Pengetahuan yang diperoleh melalui metode ini sangat pribadi dan ampuh karenamenguatkan
pengertian, ingatan dan transfer.
c. Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki danberhasil.
d.  Metode  ini  memungkinkan  siswa  berkembang dengan  cepat  dan  sesuai  dengan kecepatannya
sendiri.
e.  Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan melibatkanakalnya dan
motivasi sendiri.
f.  Metode  ini  dapat  membantu  siswa  memperkuat  konsep  dirinya,  Karena memperoleh
kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya.
g. Berpusat  pada  siswa  dan  guru  berperan  sama-sama  aktif  mengeluarkan  gagasan-gagasan.
Bahkan gurupun dapat bertindak sebagai siswa, dan sebagai peneliti di dalam situasi diskusi.
h. Membantu siswamenghilangkanskeptisme (keragu-raguan) karena mengarah padakebenaran yang
final dan tertentuatau pasti.
i.  Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik.
j.  Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada situasi proses belajaryang baru.
k. Mendorong siswa berpikir danbekerja atas inisiatif sendiri.
l.  Mendorong siswa berpikir intuisi dan merumuskan hipotesis sendiri.
m. Memberikan keputusan yang bersifat intrinsic.
n.  Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang.
o. Proses belajar meliputi sesama aspeknya siswa menuju pada pembentukan manusia seutuhnya.
p.  Meningkatkan tingkat penghargaanpadasiswa.
q. Kemungkinan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar.
r.  Dapat mengembangkan bakat dankecakapan individu.

Kelemahan Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning atau Penemuan


a.Metode inimenimbulkanasumsi  bahwa  ada  kesiapan  pikiran  untuk  belajar.  Bagi  siswa 
yangkurang pandai, akan mengalami kesulitan abstrak atauberpikiratau mengungkapkan
hubunganantara konsepkonsep,  yang  tertulis  atau  lisan,  sehingga  pada  gilirannya  akan 
menimbulkan frustasi.
b. Metode  ini  tidak  efisien  untuk  mengajar  jumlah  siswa  yang  banyak,  karenamembutuhkan
waktu  yang  lama  untuk  membantu  mereka  menemukan  teori  atau  pemecahan  masalah
lainnya.
c. Harapan-harapan  yang  terkandung  dalam  metode  ini  dapat  buyar  berhadapandengan  siswa
dan guru yang telah terbiasa dengan cara-cara belajar yang lama.
d. Pengajaran discovery lebih  cocok  untuk  mengembangkan  pemahaman,  sedangkan
mengembangkan aspek konsep, keterampilan dan emosi secara keseluruhan kurang mendapat
perhatian.
e. Pada  beberapa  disiplin  ilmu,  misalnya  IPA  kurang  fasilitas  untuk  mengukur  gagasan yang
dikemukakan oleh para siswa
f.  Tidak  menyediakan  kesempatan-kesempatanuntukberpikiryang  akan  ditemukanoleh  siswa
karena telah dipilih terlebih dahulu oleh guru

3. Eksperimen
Metode percobaan adalah pemberian kesempatan kepada anak didik perorangan atau
kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan. Syaiful Bahri Djamarah,
(2000). Menurut Roestiyah (2001:80) Metode eksperimen adalah suatu cara mengajar, di mana
siswa melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan
hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh
guru. Penggunaan teknik ini mempunyai tujuan agar siswa mampu mencari dan menemukan
sendiri berbagai jawaban atau persoalan-persoalan yang dihadapinya dengan mengadakan
percobaan sendiri. Juga siswa dapat terlatih dalam cara berfikir yang ilmiah. Dengan eksperimn
siswa menemukan bukti kebenaran dari teori sesuatu yang sedang dipelajarinya.
Agar penggunaan metode eksperimen itu efisien dan efektif, maka perlu diperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
a. Dalam eksperimen setiap siswa harus mengadakan percobaan, maka jumlah alat dan bahan
atau materi percobaan harus cukup bagi tiap siswa.
b. Agar eksperimen itu tidak gagal dan siswa menemukan bukti yang meyakinkan, atau mungkin
hasilnya tidak membahayakan, maka kondisi alat dan mutu bahan percobaan yang digunakan
harus baik dan bersih.
c. dalam eksperimen siswa perlu teliti dan konsentrasi dalam mengamati proses percobaan ,
maka perlu adanya waktu yang cukup lama, sehingga mereka menemukan pembuktian
kebenaran dari teori yang dipelajari itu.
d. Siswa dalam eksperimen adalah sedang belajar dan berlatih , maka perlu diberi petunjuk yang
jelas, sebab mereka disamping memperoleh pengetahuan, pengalaman serta ketrampilan, juga
kematangan jiwa dan sikap perlu diperhitungkan oleh guru dalam memilih obyek eksperimen itu.
e. Tidak semua masalah bisa dieksperimenkan, seperti masalah mengenai kejiwaan, beberapa
segi kehidupan social dan keyakinan manusia. Kemungkinan lain karena sangat terbatasnya
suatu alat, sehingga masalah itu tidak bias diadakan percobaan karena alatnya belum ada.

Metode eksperimen mempunyai kelebihan dan kekurangan

Kelebihan metode eksperimen :

(a) Membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya.

(b) dalam membina siswa untuk membuat terobosan-terobosan baru dengan penemuan dari hasil
percobaannya dan bermanfaat bagi kehidupan manusia.

(c) Hasil-hasil percobaan yang berharga dapat dimanfaatkan untuk kemakmuran umat manusia.

Kekurangan metode eksperimen :


(a) Metode ini lebih sesuai untuk bidang-bidang sains dan teknologi.
(b) metode ini memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan bahan yang tidak selalu mudah
diperoleh dan kadangkala mahal.

(c) Metode ini menuntut ketelitian, keuletan dan ketabahan.

(d) Setiap percobaan tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan karena mungkin ada factor-
faktor tertentu yang berada di luar jangkauan kemampuan atau pengendalian.

4. Tanya Jawab
Kata metode merupakan suatu tata cara untuk melakukan kegiatan dalam rangka
mencapai tujuan tertentu, maka dengan demikian metode pembelajaran adalah suatu tata cara
yang berhubungan erat dengan pelaksanaan proses pembelajaran. Metode digunakan guru
menyampaikan materi pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan.
Dari beberapa pengertian tersebut, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu
cara yang digunakan guru dalam interaksi dengan peserta didik pada saat proses pembelajaran
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Metode pembelajaran yang
digunakan membawa pengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap pencapaian hasil yang
diharapkan, baik berupa perubahan pengetahuan, perilaku dan keterampilan. Oleh karena itu,
metode pembelajaran memegang peranan penting dan merupakan satu kunci keberhasilan proses
belajar mengajar yang diselenggarakan. Kualitas belajar peserta didik dapat dicapai dengan
menggunakan metode pembelajaran yang efektif, karena metode pembelajaran merupakan salah
satu faktor yang mendukung terhadap keberhasilan belajar di samping faktor-faktor lainnya,
seperti bahan pelajaran, kondisi belajar dan lain sebagainya.
Metode tanya jawab adalah suatu cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan
yang harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa tetapi dapat pula dari siswa kepada guru.
Metode tanya jawab dapat pula diartikan sebagai suatu cara untuk menyampaikan bahan
pelajaran dalam bentuk pertanyaan dari guru yang harus dijawab oleh siswa
Metode tanya jawab merupakan salah satu cara panyampaian pelajaran kepada siswa
dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa apabila ada pertanyaan dari guru atau
sebaliknya.
Metode tanya jawab dapat pula diartikan sebagai format interaksi antara guru-siswa
melalui kegiatan bertanya yang dilakukan oleh guru untuk mendapatkan respons lisan dari siswa,
sehingga dapat menumbuhkan pengetahuan guru pada diri siswa.
Dari beberapa pernyataan tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa metode tanya jawab
adalah cara penyajian bahan pelajaran dalam proses pembelajaran yang berbentuk pertanyaan
yang harus dijawab, sehingga terjadi interaksi dua arah antara guru dan peserta didik untuk
memperoleh pengalaman guru pada peserta didik.
Penggunaan metode tanya jawab bermanfaat agar peserta didik lebih termotivasi untuk
belajar selama proses pembelajaran, sehingga baik guru atau peserta didik sama-sama aktif
dalam proses pembelajaran.
Langkah-Langkah Penggunaan Metode Tanya Jawab
Untuk menghindari penyimpangan dari pokok persoalan, penggunaan metode tanya
jawab harus memperhatikan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Merumuskan tujuan tanya jawab sejelas-jelasnya dalam bentuk tujuan khusus dan berpusat
pada tingkah laku peserta didik.
b. Mencari alasan pemilihan metode tanya jawab.
c. Menetapkan kemungkinan pertanyaan yang akan dikemukakan.
d. Menetapkan kemungkinan jawaban untuk menjaga agar tidak menyimpang dari pokok
persoalan.
e. Menyediakan kesempatan bertanya bagi peserta didik.

Kekurangan dan Kelebihan Metode Tanya Jawab


Suatu metode yang digunakan oleh guru dalam mengajar sudah barang tentu
mempunyai keunggulan dan kekurangan, begitupun dengan metode tanya jawab. Berikut
keunggulan dan kekurangan metode tanya jawab :
a. Keunggulan metode tanya jawab
1. Kelas akan hidup karena anak didik aktif berfikir dan menyampaikan pikiran melalui
berbicara.
2. Baik sekali untuk melatih anak didik agar berani mengemukakan pendapatnya.
3. Akan membawa kelas kedalam suasana diskusi.

b. Kelemahan metode tanya jawab:


1. Dengan tanya jawab kadang-kadang pembicaraan menyimpang dari pokok persoalan
bila dalam mengajukan pertanyaan, siswa menyinggung hal-hal lain walaupun masih ada
hubungannya dengan pokok yang dibicarakan. Dalam hal ini sering tidak terkendalikan
sehingga membuat persoalan baru.
2. Membutuhkan waktu yang banyak dalam proses tanya jawab dari guru untuk siswa.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses
penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran media tertentu ke penerima
pesan. Pesan berupa isi ajaran dan didikan yang ada di kurikulum dituangkan oleh
guru atau sumber lain ke dalam simbol-simbol komunikasi baik verbal maupun non-
verbal.
Sebagai calon guru kita harus mengetahui Student Centered Learning Methods
atau metode pembelajaran yang berpusat pada siswa agar kita mengetahui cara
mengatasi masalah-masalah siswa saat proses belajar mengajar dan menerapkan
metode pembelajaran tersebut.

B. Saran
Setelah kita mengetahui beberapa pengajaran yang berpusat pada siswa sebaiknya
kita terapkan dalam dunia pendidikan yang biasa kita geluti. Dengan memperhatikan
prinsip-prinsip dalam pengembangan kurikulum, kita bisa mencapai tujuan yang
diharapkan dalam pelaksanaan pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA
Hamrumi, (2011) strategi pembelajaran, Yogyakarta: penerbit insan madani

Munadi Yudhi (2013), media pembelajaran, Jakarta: penerbit referensi (GP Press Group)

Sadiman Arief S (dkk) 2011 Media Pendidikan, Jakarta: Rajawali pers

Agus Amed Blogspot. Metode Pembelajaran Yang Berpusat pada Siswa. http://agus-
amed.blogspot.com/2011/11/metode-pembelajaran-yang-berpusat-pada.html?m=1

https://www.asikbelajar.com/pengertian-metode-eksperimen/
https://www.academia.edu/5297858/
METODE_TANYA_JAWAB_DALAM_PEMBELAJARAN

Anda mungkin juga menyukai