Anda di halaman 1dari 7

STRATEGI PEMBELAJARAN DALAM STUDENT CENTERED

LEARNING (SCL)

Marhani1, Hesti Tahir2, Mustika3, Rahmawati4, Dian Ayu Ningsi Madubun5


1,2,3,4,5
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Universitas Muslim Indonesia, Makassar
Email: marhanimusmar@gmail.com

Abstrak
Tulisan ini bertujuan menginformasikan tentang strategi pembelajaran dalam Student
Centered Learning sebagai upaya pendekatan pembelajaran yang kini sangat populer di
kalangan praktisi pendidikan di dunia. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Undang – Undang Republik Indonesia
Nomor 12 Tahun 20212 tentang Pendidikan Tinggi,dinyatakan bahwa “ Pembelajaran adalah
interaksi antara pendidik,peserta didik,dan sumber belajar,didalam lingkungan belajar
tertentu. Pada dasarnya, strategi pembelajaran merupakan suatu siasat melakukan kegiatan
pembelajaran yang bertujuan mengubah keadaan pembelajaran menjadi pembelajaran yang
diharapkan, maka dari itu Student Centered Learning hadir untuk mengubah keadaan
tersebut. Student Centered Learning merupakan model pembelajaran yang menempatkan
siswa sebagai pusat dari proses belajar mengajar, model pembelajaran ini memiliki tujuan
meningkatkan proses pembelajaran guna meraih hasil belajar mahasiswa secara optimal.
Metode dalam Student Centered Learning terdiri atas Self directed learning,Collaborative
learning,Small Group Discussion,Project Based Learning, Cooperative Learning,Discovery
Learning dan Simulation. Metode tersebut dapat diterapkan sebagai strategi dalam
pembelajaran untuk siswa maupun mahasiswa. Manfaat Student Centered Learning
khususnya pada kalangan mahasiwa sangat membantu dalam proses belajar karena
mahasiswa dapat merasakan bahwa pembelajaran menjadi miliknya karena mahasiswa diberi
kesempatan yang luas untuk berpartisipasi. Strategi pembelajaran Student Centered Learning
diharapkan mampu mendorong aktivitas belajar megajar pada sekolah maupun perguruan
tinggi karena strategi pembelajaran ini banyak memberikan manfaat untuk siswa maupun
mahasiswa.

Kata Kunci: strategi pembelajaran, student centered learning

PENDAHULUAN
Di era globalisasi sekarang ini, setiap orang dihadapkan pada berbagai macam
tantangan dalam berbagai bidang. Untuk menghadapi tantangan tersebut maka setiap
orang harus dapat melengkapi diri dengan pengetahuan dan wawasan yang luas agar
dirinya mampu beradaptasi dengan lingkungan. Salah satu cara yang dapat dilakukan
adalah dengan menempuh pendidikan sebaik mungkin agar dapat dijadikan bekal untuk
mendapatkan masa depan yang cerah, pekerjaan yang layak, dan kehidupan yang
memadai. Sekolah merupakan bagian yang tidak terpisah dari dunia pendidikan.
Sekolah merupakan suatu lingkungan yang diciptakan untuk dapat memberikan
keterampilan dasar melalui proses pembelajaran. Menurut Winkel (1987), sekolah
merupakan lingkungan pendidikan formal. Oleh karena itu di lingkungan tersebut
dilaksanakan serangkaian kegiatan yang terencana dan terorganisir secara sistematis.
Salah satunya adalah kegiatan belajar mengajar di dalam kelas yang bertujuan untuk
menghasilkan perubahan-perubahan positif yang dapat diusahakan melalui proses
pembelajaran.
Dengan kegiatan belajar mengajar yang terarah dan terpimpin, siswa
memperoleh pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap, dan nilai yang
mengantarkan pada kedewasaan. Dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah, terdapat
banyak unsur yang saling berkaitan dan menentukan keberhasilan. Unsur-unsur tersebut
adalah pendidik (guru), peserta didik (siswa), kurikulum, pengajaran, tes, dan 2
Universitas Kristen Maranatha lingkungan. Siswa sebagai subjek dalam proses tersebut
juga sangat berperan dalam keberhasilan kegiatan belajar mengajar (Sudjana 2001).
Model pembelajaran pada proses belajar mengajar terus mengalami perubahan. Salah
satu bentuk perubahan yang dimaksud adalah perubahan dari bentuk Teacher Centered
Learning (TCL) ke Student Centered Learning (SCL).
SCL (Student-Centered Learning)adalah suatu metode pembelajaran yang
menempatkan peserta didik sebagai pusat dari proses belajar. Dalam menerapkan
konsep Student-Centered Leaning, peserta didik diharapkan sebagai peserta aktif dan
mandiri dalam proses belajarnya, yang bertanggung jawab dan berinitiatif untuk
mengenali kebutuhan belajarnya, menemukan sumber-sumber informasi untuk dapat
menjawab kebutuhannya, membangun serta mempresentasikan pengetahuannya
berdasarkan kebutuhan serta sumber-sumber yang ditemukannya. Dalam batas-batas
tertentu peserta didik dapat memilih sendiri apa yang akan dipelajarinya. Dengan
anggapan bahwa tiap peserta didik adalah individu yang unik, proses, materi dan
metode belajar disesuaikan secara fleksibel dengan minat, bakat, kecepatan, gaya serta
strategi belajar dari tiap peserta didik. Tersedianya pilihan-pilihan bebas ini bertujuan
untuk menggali motivasi intrinsik dari dalam dirinya sendiri untuk belajar sesuai
dengan kebutuhannya secara individu, bukan kebutuhan yang diseragamkan (Aipni,
2013).
Student Center Learning (SCL) merupakan metode pembelajaran yang
memberdayakan peserta didik menjadi pusat perhatian selama proses pembelajaran
berlangsung. Pembelajaran yang bersifat kaku instruksi dari pendidik dirubah menjadi
pembelajaran yang memberi kesempatan pada peserta didik menyesuaikan dengan
kemampuannya dan berperilaku langsung dalam menerima pengalaman belajarnya.
Landasan pemikiran dari SCL adalah teory belajar konstruktivis (Weswood
Peter,2008:26). Prinsip teori konstruktivis berasal dari tori belajar yang dikembangkan
oleh Jean Piaget, Jerome Breuner, dan John Dewey, yaitu memusatkan proses
pembelajaran pada perubahan perilaku peserta didik itu sendiri dan dialami langsung
untuk membentuk konsep belajar dan memahami. Selanjutnya, konsep pengalaman
belajar dari segitiga Dale membuktikan bahwa belajar mengalami sendiri pada kondisi
nyata atau sebenarnya dan mengendalikan proses belajarnya merupakan pemenuhan
pengalaman belajar yang lebih baik dibanding belajar dengan mengamati (Weswood
Peter, 2008) Bila ditinjau dari kondisi peserta didik pada saat menerima pengalaman
belajarnya, rasa kecemasan yang selalu membebani peserta didik akan berkurang
seiring dengan interaksi mereka dalam proses pembelajaran.
Beban harus bisa menguasai kemampuan di akhir pembelajaran akan diurai
menjadi potonganpotongan kemampuan yang membentuk satu kemampuan atau
kompetensi akhir dengan sendirinya (Nursalam, 2012) Secara operasional, didalam SCL
para mahasiswa memiliki keleluasaan untuk segenap potensinya (cipta, karsa, rasa),
mengeksplorasikan bidang /ilmu yang diminatinya, membangun pengetahuan serta
kemudian mencapai kopetensinya melalui proses pembelajaran aktif, interaktif,
kolaboratif, kooperati, kontextual dan mandiri (Harsono, 2006).

METODE PEMBELAJARAN STUDENT CENTERED LEARNING ( SCL )


1. Self-directed learning
Self Directed Learning (SDL) merupakan proses pembelajaran dimana
seseorang memiliki inisiatif dengan atau tanpa bantuan orang lain, menganalisis
kebutuhan belajarnya sendiri, merumuskan tujuan belajarnya sendiri, mengidentifikasi
sumber-sumber belajar, memilih dan melaksanakan strategi belajar sesuai serta
mengevaluasi hasil belajarnya sendiri.
2. Collaborative learning
Collaborative Learning merupakan suatu jenis pendekatan yang meliputi
penggabungan karya/usaha intelektual mahasiswa atau mahasiswa bersama dengan
pengajar.Biasanya mahasiswa bekerja dalam 2 atau lebih kelompok, saling mencari
pemahaman, penyelesaian, membentuk suatu produk atau hasil proses belajar kelompok
yang setiap anggota menyumbangkan informasi, pengalaman, ide, sikap, pendapat,
kemampuan, dan ketrampilan yang dimilikinya, untuk secara bersama-sama saling
meningkatkan pemahaman seluruh anggota.
3. Small group discussion
Small group discussion merupakan proses pembelajaran dengan melakukan
diskusi kelompok kecil tujuannya agar peserta didik memiliki ketrampilan memecahkan
masalah terkait materi pokok dan persoalan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari
yang didalamnya terdapat proses penglihatan dua atau lebih individu yang berinteraksi
secara global dan saling berdiskusi mengenai tujuan atau sasaran yang sudah tertentu
melalui tukar menukar informasi, mempertahankan pendapat atau pemecahan masalah.
4. Project-based learning
Project Based Learning merupakan metode pembelajaran yang menggunakan
proyek sebagai kegiatan proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi sikap,
pengetahuan dan keterampilan.Penekanan pembelajaran terletak pada aktivitas-aktivitas
mahasiswa untuk menghasilkan produk dengan menerapkan keterampilan meneliti,
menganalisis, membuat, sampai dengan mempresentasikan produk pembelajaran
berdasarkan pengalaman nyata.
Produk yang dimaksud adalah hasil proyek dalam bentuk desain, skema, karya
tulis, karya seni, karya teknologi atau prakarya dan nilai-nilai. Pendekatan ini
memperkenankan mahasiswa untuk bekerja sama secara mandiri maupun berkelompok
dalam mengkontsruksikan produk nyata.
5. Cooperative learning
Cooperative learning merupakan metode pembelajaran yang didasarkan pada
belajar dalam kelompok kecil yang menekankan pada kemampuan mahasiswa baik
secara individu maupun kelompok.Pembelajaran kooperatif memiliki dua aspek yaitu
lingkungan yang kooperatif yang memacu mahasiswa untuk bersaing satu sama lain
dan bukan hanya sekedar bekerja sama dan mengindikasikan bahwa belajar kooperatif
bila diimplikasikan secara umum mempunyai potensi untuk memberikan kontribusi
secara umum, mempunyai potensi untuk memberikan kontribusi secara positif pada
kemampuan akademik, keterampilan sosial dan kepercayaan diri.
6. Discovery learning
Discovery learning adalah proses mental dimana mahasiswa mampu
mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip.Proses mental tersebut antara lain
mengamati, mencerna, mengerti menggolong-golongkan, membuat dugaan,
menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya. Terdapat dua jenis
metode discovery, yaitu pembelajaran penemuan bebas (Free Discovery Learning)
yakni pembelajaran penemuan tanpa adanya petunjuk atau arahan dan pembelajaran
penemuan terbimbing (Guided Discovery Learning) yakni pembelajaran yang
membutuhkan peran pengajar sebagai fasilitator dalam proses pembelajarannya.
7. Simulation
Metode simulasi adalah metode yang diberikan kepada mahasiswa agar dapat
menggunakan sekumpulan fakta, konsep, dan strategi tertentu.Penggunaan metode
tersebut memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk berinteraksi sehingga dapat
mengurangi rasa takut.Metode simulasi cenderung lebih dinamis dalam menanggapi
gejala fisik dan sosial, karena melalui metode ini seolah-olah mahasiswa melakukan
hal-hal yang nyata ada. Dengan mensimulasikan sebuah kasus atau permasalahan,
seseorang akan lebih menjiwai keberadaannya.
Dalam proses pembelajaran pada mata kuliah Interaksi Manusia dan Komputer
jenis metode Student Centered Learning yang digunakan yaitu self-directed learning,
collaborative learning, small group discussion, project-based learning, cooperative
learning dan simulation.Namun metode ini masih belum memberikan hasil yang
signifikan dan masih perlu diperbaiki lagi terkait pola yang diterapkan pada setiap
materi yang harus dipahami oleh mahasiswa.Perlu diketahui bahwa tidak menutup
kemungkinan jenis metode Student Centered Learning yang lain akan dapat
memberikan hasil yang baik untuk mata kuliah lainnya seperti pada mata kuliah
Jaringan Komputer yang menggunakan discovery learning, cooperative learning dan
program based learning yang memberikan hasil lebih baik dari semester sebelumnya.
Maka dapat disimpulkan banyaknya metode yang digunakan belum tentu dapat
memberikan hasil yang diharapkan karena harus disesuaikan terlebih dahulu dengan
berbagai aspek yang terkait dalam proses pembelajaran yang berlangsung.
8. Contextual Instruction ( CI )
CI adalah konsep belajar yang membantu dosen mengaitkan isi mata kuliah
dengan situasi nyata dalam kehidupan sehari – hari dan memotivasi mahasiswa untuk
membuat keterhubungan antara pengetahuan dan aplikasinya dalam kehidupan sehari –
hari sebagai anggota masyarakat,pelaku kerja profesional atau manajerial,enterpreneur,
maupun investor.
Sebagai contoh,apabila kompetensi yang dituntut mata kuliah adalah
mahasiswa dapat menganalisis faktor – faktor yang memengaruhi proses transaksi jual
beli,maka dalam pembelajarannya,selain konsep transaksi ini dibahas dalam kelas,juga
diberikan contoh,dan mendiskusikannya. Mahasiswa juga diberi tugas dan kesempatan
untuk terjun langsung di pusat – pusat perdagangan untuk mengamati secara langsung
proses transaksi jual beli tersebut, atau bahkan terlibat langsung sebagai salah satu
pelakunya, sebagai pembeli,misalnya. Pada saat itu mahasiswa dapat melakukan
pengamatan langsung,mengkajinya dengan berbagai teori yang ada,sampai ia dapat
menganalisis faktor – faktor apa saja yang memengaruhi terjadinya proses transaksi jual
beli. Pada intinya dengan CL, dosen dan mahasiswa memanfaatkan pengetahuan serta
memberikan kesempatan pada semua orang yang terlibat dalam pembelajaran untuk
belajar satu sama lain.
9. Problem-Based Learning/Inquiry ( PBL/I )
PBL/I adalah belajar dengan memanfaatkan masalah dan mahasiswa harus
melakukan pencarian/penggalian informasi ( inquiry ) untuk dapat memecahkan
masalah tersebut. Pada umunya,terdapat empat langkah yang perlu dilakukan
mahasiswa dalam PBL/I, yaitu: (a) Menerima masalah yang relevan dengan salah
satu/beberapa kompetensi yang dituntut mata kuliah,dari dosennya; (b) Melakukan
pencarian data dan informasi yang relevan untu memecahkan masalah; (c) Menganalisis
strategi pemecahan masalah PBL/I adalah belajar dengan memanfaatkan masalah dan
mahasiswa harus melakukan pencarian/penggalian informasi ( inquiry ) untuk dapat
memecahkan masalah tersebut.

MANFAAT STUDENT CENTERED LEARNING BAGI MAHASISWA


1. Menjadikan para mahasiswa sebagai bagian integral dari komunitas akademik.
Sebenarnya, mahasiswa kini disebut sebagai civitas academica, akan tetapi,
seringkali posisi itu tidak terwujud hanya karena dosen tidak memperlakukan mereka
sebagai masyarakat akademik, melainkan objek ceramah dosen yang–sekali waktu-
diukur tingkat pemahamannya terhadap kandungan ceramah tersebut. Sebagai
masyarakat akademik, tentu mahasiswa memiliki hak untuk melakukan
proses inquiry, proses pencarian dan pengkajian, serta proses pemahaman yang
dilakukan oleh mereka sendiri. Melalui SCL mereka memiliki kesempatan untuk
melakukan penelitian dan mempresentasikannya di hadapan peer group dan dosen
mereka. Selanjutnya, dosen harus memberi masukkan terhadap hasil penelitian para
mahasiswanya. Dengan demikian, para mahasiswa benar-benar menjadi masyarakat
akademik sebagaimana diidealkan.
2. Meningkatkan motivasi belajar mahasiswa.
Hal ini karena SCL memperlakukan mahasiswa sebagai masyarakat akademik
yang harus menguasai teori, mengaplikasikannya, dan terus melakukan kajian dan
evaluasi atas teori tersebut. Selain itu, para mahasiswa juga dituntut untuk
mempresentasikan hasil kajiannya pada peer group dan dosen pembinanya. Dengan
demikian, mahasiswa akan termotivasi untuk memperbanyak kegiatan belajar di luar
kelas sehingga nantinya menjadi masyarakat pembelajar.
3. Mahasiswa menjadi lebih independen dan bertanggung jawab untuk terus belajar.
Pembelajaran berbasis pada mahasiswa membuat mahasiswa selalu terikat
untuk belajar, karena mereka harus mempresentasikan hasil belajar di hadapan peer
group dan dosen mereka. Dengan demikian, para mahasiswa akan memiliki tanggung
jawab dan harus bergerak secara independen, karena dituntut terus melengkapi berbagai
informasi keilmuan yang mereka butuhkan untuk dipresentasikan di depan kelas pada
setiap minggu.
4. Arus masuk pendidikan tinggi yang kian besar dan kebutuhan pasar yang semakin
lebar dan ragam, maka kebutuhan belajar para mahasiswa juga semakin
diversifikatif sesuai arah profesi yang akan mereka tuju pasca belajar di perguruan
tinggi. Pembelajaran berbasis pada mahasiswa memberi mereka peluang untuk
mempelajari keilmuan yang ditekuninya secara independen dan tidak terikat dengan
bahan ajar yang menjadi fokus kajian teman lain dari program studi yang berbeda, atau
bahkan mungkin dari program studi yang sama.

KESIMPULAN
SCL (Student-Centered Learning) adalah suatu metode pembelajaran yang
menempatkan peserta didik sebagai pusat dari proses belajar. Dalam menerapkan
konsep Student-Centered Leaning, peserta didik diharapkan sebagai peserta aktif dan
mandiri dalam proses belajarnya, yang bertanggung jawab dan berinitiatif untuk
mengenali kebutuhan belajarnya, menemukan sumber-sumber informasi untuk dapat
menjawab kebutuhannya, membangun serta mempresentasikan pengetahuannya
berdasarkan kebutuhan serta sumber-sumber yang ditemukannya.
Metode pembelajaran Student Centered Learning terbagi atas sembilan yaitu
Self-directed learning,Collaborative learning,Small group discussion,Project-based
learning,Cooperative learning,Discovery learning,Simulation ,Contextual Instruction
(CI), Problem-Based Learning/Inquiry (PBL/I).
Manfaat dari pembelajaran Student Centered Learning ialah (1) Menjadikan
para mahasiswa sebagai bagian integral dari komunitas akademik.Sebenarnya,
mahasiswa kini disebut sebagai civitas academica, akan tetapi, seringkali posisi itu tidak
terwujud hanya karena dosen tidak memperlakukan mereka sebagai masyarakat
akademik, melainkan objek ceramah dosen yang–sekali waktu- diukur tingkat
pemahamannya terhadap kandungan ceramah tersebut. Sebagai masyarakat akademik,
tentu mahasiswa memiliki hak untuk melakukan proses inquiry, proses pencarian dan
pengkajian, serta proses pemahaman yang dilakukan oleh mereka sendiri.(2)
Meningkatkan motivasi belajar mahasiswa. Hal ini karena SCL memperlakukan
mahasiswa sebagai masyarakat akademik yang harus menguasai teori,
mengaplikasikannya, dan terus melakukan kajian dan evaluasi atas teori tersebut.
(3)Mahasiswa menjadi lebih independen dan bertanggung jawab untuk terus belajar.
Pembelajaran berbasis pada mahasiswa membuat mahasiswa selalu terikat untuk
belajar, karena mereka harus mempresentasikan hasil belajar di hadapan peer
group dan dosen mereka. (4) Arus masuk pendidikan tinggi yang kian besar dan
kebutuhan pasar yang semakin lebar dan ragam, maka kebutuhan belajar para
mahasiswa juga semakin diversifikatif sesuai arah profesi yang akan mereka tuju pasca
belajar di perguruan tinggi.
DAFTAR RUJUKAN
Attard, Angela, et all. 2010. Student Centred Learning, Toolkit for students Staffs,
and Higher Education Institution. Education International and the European
Student Union, Brussel, Belgia.
Attard, Angele, et al. (2010). Student-Centred Learning: Toolkit for Students, Staff
and Higher Education Institutions. European Students’ Union (NJ1).
Izzah.U. (2016). Student Centered Learning.repository.umy.ac.id
Kemendikbud. (2016). Kamus Besar Bahasa Indonesia Daring. Jakarta: Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.
Kridalaksana, H. (2001). Kamus Linguistik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Mansyur, U. (2013). Evaluasi Kompetensi Pedagogik Guru Bahasa Indonesia SMP
Peserta MGMP dan yang Bukan Peserta MGMP di Kabupaten Pinrang. Tesis.
Tidak Diterbitkan. Makassar: Universitas Negeri Makassar
Mansyur, U. (2016). Bahasa Indonesia dalam Belitan Media Sosial: Dari Cabe-
Cabean Hingga Tafsir Al-Maidah 51. In Prosiding Seminar Nasional &
Dialog Kebangsaan dalam Rangka Bulan Bahasa 2016 (pp. 145–155).
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin.
Mansyur, U. (2018). Pembelajaran Inovatif Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar. INA-
Rxiv. https://doi.org/10.31227/osf.io/fyr8g
Mulyadi, S., Basuki, H., & Rahardjo, W. (2016). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT
Rajagrafindo Persada.
Rosyada, Dede. (2015). Student Centered Learning. http://uinjkt.ac.id
Soedjadi. (1999). Kamus Besar Bahasa Indonesia.Strategi Pembelajaran
TelkomUniversity. (2019). Student Centered Learning dan Kombinasi Metode-
Metode Pembelajaran. Bandung.
Tsai, C.W., Lee, T.H., & Shen, P.D. (2013). Developing Longterm Computing Skills
Among Low-Achieving Students Via Web-Enabled Problem-Based Learning
and Self-Regulated Learning. Innovations in Education and Teaching
International, 50,121-132.
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang
Negara, serta Lagu Kebangsaan.
Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 20212 tentang Pendidikan
Tinggi.
Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
Zimmerman, B.J. & Shunk, D.H. (Eds). (1989). Self Regulated Learning and
Academic Achievement. New York: Springer.

Anda mungkin juga menyukai