LEARNING (SCL)
Abstrak
Tulisan ini bertujuan menginformasikan tentang strategi pembelajaran dalam Student
Centered Learning sebagai upaya pendekatan pembelajaran yang kini sangat populer di
kalangan praktisi pendidikan di dunia. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Undang – Undang Republik Indonesia
Nomor 12 Tahun 20212 tentang Pendidikan Tinggi,dinyatakan bahwa “ Pembelajaran adalah
interaksi antara pendidik,peserta didik,dan sumber belajar,didalam lingkungan belajar
tertentu. Pada dasarnya, strategi pembelajaran merupakan suatu siasat melakukan kegiatan
pembelajaran yang bertujuan mengubah keadaan pembelajaran menjadi pembelajaran yang
diharapkan, maka dari itu Student Centered Learning hadir untuk mengubah keadaan
tersebut. Student Centered Learning merupakan model pembelajaran yang menempatkan
siswa sebagai pusat dari proses belajar mengajar, model pembelajaran ini memiliki tujuan
meningkatkan proses pembelajaran guna meraih hasil belajar mahasiswa secara optimal.
Metode dalam Student Centered Learning terdiri atas Self directed learning,Collaborative
learning,Small Group Discussion,Project Based Learning, Cooperative Learning,Discovery
Learning dan Simulation. Metode tersebut dapat diterapkan sebagai strategi dalam
pembelajaran untuk siswa maupun mahasiswa. Manfaat Student Centered Learning
khususnya pada kalangan mahasiwa sangat membantu dalam proses belajar karena
mahasiswa dapat merasakan bahwa pembelajaran menjadi miliknya karena mahasiswa diberi
kesempatan yang luas untuk berpartisipasi. Strategi pembelajaran Student Centered Learning
diharapkan mampu mendorong aktivitas belajar megajar pada sekolah maupun perguruan
tinggi karena strategi pembelajaran ini banyak memberikan manfaat untuk siswa maupun
mahasiswa.
PENDAHULUAN
Di era globalisasi sekarang ini, setiap orang dihadapkan pada berbagai macam
tantangan dalam berbagai bidang. Untuk menghadapi tantangan tersebut maka setiap
orang harus dapat melengkapi diri dengan pengetahuan dan wawasan yang luas agar
dirinya mampu beradaptasi dengan lingkungan. Salah satu cara yang dapat dilakukan
adalah dengan menempuh pendidikan sebaik mungkin agar dapat dijadikan bekal untuk
mendapatkan masa depan yang cerah, pekerjaan yang layak, dan kehidupan yang
memadai. Sekolah merupakan bagian yang tidak terpisah dari dunia pendidikan.
Sekolah merupakan suatu lingkungan yang diciptakan untuk dapat memberikan
keterampilan dasar melalui proses pembelajaran. Menurut Winkel (1987), sekolah
merupakan lingkungan pendidikan formal. Oleh karena itu di lingkungan tersebut
dilaksanakan serangkaian kegiatan yang terencana dan terorganisir secara sistematis.
Salah satunya adalah kegiatan belajar mengajar di dalam kelas yang bertujuan untuk
menghasilkan perubahan-perubahan positif yang dapat diusahakan melalui proses
pembelajaran.
Dengan kegiatan belajar mengajar yang terarah dan terpimpin, siswa
memperoleh pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap, dan nilai yang
mengantarkan pada kedewasaan. Dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah, terdapat
banyak unsur yang saling berkaitan dan menentukan keberhasilan. Unsur-unsur tersebut
adalah pendidik (guru), peserta didik (siswa), kurikulum, pengajaran, tes, dan 2
Universitas Kristen Maranatha lingkungan. Siswa sebagai subjek dalam proses tersebut
juga sangat berperan dalam keberhasilan kegiatan belajar mengajar (Sudjana 2001).
Model pembelajaran pada proses belajar mengajar terus mengalami perubahan. Salah
satu bentuk perubahan yang dimaksud adalah perubahan dari bentuk Teacher Centered
Learning (TCL) ke Student Centered Learning (SCL).
SCL (Student-Centered Learning)adalah suatu metode pembelajaran yang
menempatkan peserta didik sebagai pusat dari proses belajar. Dalam menerapkan
konsep Student-Centered Leaning, peserta didik diharapkan sebagai peserta aktif dan
mandiri dalam proses belajarnya, yang bertanggung jawab dan berinitiatif untuk
mengenali kebutuhan belajarnya, menemukan sumber-sumber informasi untuk dapat
menjawab kebutuhannya, membangun serta mempresentasikan pengetahuannya
berdasarkan kebutuhan serta sumber-sumber yang ditemukannya. Dalam batas-batas
tertentu peserta didik dapat memilih sendiri apa yang akan dipelajarinya. Dengan
anggapan bahwa tiap peserta didik adalah individu yang unik, proses, materi dan
metode belajar disesuaikan secara fleksibel dengan minat, bakat, kecepatan, gaya serta
strategi belajar dari tiap peserta didik. Tersedianya pilihan-pilihan bebas ini bertujuan
untuk menggali motivasi intrinsik dari dalam dirinya sendiri untuk belajar sesuai
dengan kebutuhannya secara individu, bukan kebutuhan yang diseragamkan (Aipni,
2013).
Student Center Learning (SCL) merupakan metode pembelajaran yang
memberdayakan peserta didik menjadi pusat perhatian selama proses pembelajaran
berlangsung. Pembelajaran yang bersifat kaku instruksi dari pendidik dirubah menjadi
pembelajaran yang memberi kesempatan pada peserta didik menyesuaikan dengan
kemampuannya dan berperilaku langsung dalam menerima pengalaman belajarnya.
Landasan pemikiran dari SCL adalah teory belajar konstruktivis (Weswood
Peter,2008:26). Prinsip teori konstruktivis berasal dari tori belajar yang dikembangkan
oleh Jean Piaget, Jerome Breuner, dan John Dewey, yaitu memusatkan proses
pembelajaran pada perubahan perilaku peserta didik itu sendiri dan dialami langsung
untuk membentuk konsep belajar dan memahami. Selanjutnya, konsep pengalaman
belajar dari segitiga Dale membuktikan bahwa belajar mengalami sendiri pada kondisi
nyata atau sebenarnya dan mengendalikan proses belajarnya merupakan pemenuhan
pengalaman belajar yang lebih baik dibanding belajar dengan mengamati (Weswood
Peter, 2008) Bila ditinjau dari kondisi peserta didik pada saat menerima pengalaman
belajarnya, rasa kecemasan yang selalu membebani peserta didik akan berkurang
seiring dengan interaksi mereka dalam proses pembelajaran.
Beban harus bisa menguasai kemampuan di akhir pembelajaran akan diurai
menjadi potonganpotongan kemampuan yang membentuk satu kemampuan atau
kompetensi akhir dengan sendirinya (Nursalam, 2012) Secara operasional, didalam SCL
para mahasiswa memiliki keleluasaan untuk segenap potensinya (cipta, karsa, rasa),
mengeksplorasikan bidang /ilmu yang diminatinya, membangun pengetahuan serta
kemudian mencapai kopetensinya melalui proses pembelajaran aktif, interaktif,
kolaboratif, kooperati, kontextual dan mandiri (Harsono, 2006).
KESIMPULAN
SCL (Student-Centered Learning) adalah suatu metode pembelajaran yang
menempatkan peserta didik sebagai pusat dari proses belajar. Dalam menerapkan
konsep Student-Centered Leaning, peserta didik diharapkan sebagai peserta aktif dan
mandiri dalam proses belajarnya, yang bertanggung jawab dan berinitiatif untuk
mengenali kebutuhan belajarnya, menemukan sumber-sumber informasi untuk dapat
menjawab kebutuhannya, membangun serta mempresentasikan pengetahuannya
berdasarkan kebutuhan serta sumber-sumber yang ditemukannya.
Metode pembelajaran Student Centered Learning terbagi atas sembilan yaitu
Self-directed learning,Collaborative learning,Small group discussion,Project-based
learning,Cooperative learning,Discovery learning,Simulation ,Contextual Instruction
(CI), Problem-Based Learning/Inquiry (PBL/I).
Manfaat dari pembelajaran Student Centered Learning ialah (1) Menjadikan
para mahasiswa sebagai bagian integral dari komunitas akademik.Sebenarnya,
mahasiswa kini disebut sebagai civitas academica, akan tetapi, seringkali posisi itu tidak
terwujud hanya karena dosen tidak memperlakukan mereka sebagai masyarakat
akademik, melainkan objek ceramah dosen yang–sekali waktu- diukur tingkat
pemahamannya terhadap kandungan ceramah tersebut. Sebagai masyarakat akademik,
tentu mahasiswa memiliki hak untuk melakukan proses inquiry, proses pencarian dan
pengkajian, serta proses pemahaman yang dilakukan oleh mereka sendiri.(2)
Meningkatkan motivasi belajar mahasiswa. Hal ini karena SCL memperlakukan
mahasiswa sebagai masyarakat akademik yang harus menguasai teori,
mengaplikasikannya, dan terus melakukan kajian dan evaluasi atas teori tersebut.
(3)Mahasiswa menjadi lebih independen dan bertanggung jawab untuk terus belajar.
Pembelajaran berbasis pada mahasiswa membuat mahasiswa selalu terikat untuk
belajar, karena mereka harus mempresentasikan hasil belajar di hadapan peer
group dan dosen mereka. (4) Arus masuk pendidikan tinggi yang kian besar dan
kebutuhan pasar yang semakin lebar dan ragam, maka kebutuhan belajar para
mahasiswa juga semakin diversifikatif sesuai arah profesi yang akan mereka tuju pasca
belajar di perguruan tinggi.
DAFTAR RUJUKAN
Attard, Angela, et all. 2010. Student Centred Learning, Toolkit for students Staffs,
and Higher Education Institution. Education International and the European
Student Union, Brussel, Belgia.
Attard, Angele, et al. (2010). Student-Centred Learning: Toolkit for Students, Staff
and Higher Education Institutions. European Students’ Union (NJ1).
Izzah.U. (2016). Student Centered Learning.repository.umy.ac.id
Kemendikbud. (2016). Kamus Besar Bahasa Indonesia Daring. Jakarta: Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.
Kridalaksana, H. (2001). Kamus Linguistik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Mansyur, U. (2013). Evaluasi Kompetensi Pedagogik Guru Bahasa Indonesia SMP
Peserta MGMP dan yang Bukan Peserta MGMP di Kabupaten Pinrang. Tesis.
Tidak Diterbitkan. Makassar: Universitas Negeri Makassar
Mansyur, U. (2016). Bahasa Indonesia dalam Belitan Media Sosial: Dari Cabe-
Cabean Hingga Tafsir Al-Maidah 51. In Prosiding Seminar Nasional &
Dialog Kebangsaan dalam Rangka Bulan Bahasa 2016 (pp. 145–155).
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin.
Mansyur, U. (2018). Pembelajaran Inovatif Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar. INA-
Rxiv. https://doi.org/10.31227/osf.io/fyr8g
Mulyadi, S., Basuki, H., & Rahardjo, W. (2016). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT
Rajagrafindo Persada.
Rosyada, Dede. (2015). Student Centered Learning. http://uinjkt.ac.id
Soedjadi. (1999). Kamus Besar Bahasa Indonesia.Strategi Pembelajaran
TelkomUniversity. (2019). Student Centered Learning dan Kombinasi Metode-
Metode Pembelajaran. Bandung.
Tsai, C.W., Lee, T.H., & Shen, P.D. (2013). Developing Longterm Computing Skills
Among Low-Achieving Students Via Web-Enabled Problem-Based Learning
and Self-Regulated Learning. Innovations in Education and Teaching
International, 50,121-132.
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang
Negara, serta Lagu Kebangsaan.
Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 20212 tentang Pendidikan
Tinggi.
Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
Zimmerman, B.J. & Shunk, D.H. (Eds). (1989). Self Regulated Learning and
Academic Achievement. New York: Springer.