Anda di halaman 1dari 6

7/27/2021 Print Article

Student Centered Learning dan Kombinasi Metode-


Metode Pembelajaran

Secara luas, Student Centered Learning didasarkan pada konstruktivisme sebagai teori pembelajaran yang
dibangun pada gagasan bahwa mahasiswa harus membangun dan merekonstruksi pengetahuan untuk belajar
secara efektif ketika dengan belajar menjadi paling efektif sebagai bagian dari suatu kegiatan dan mahasiswa
mengalami konstruk produk yang bermakna.

Metode Student Centered Learning juga serupa untuk pembelajaran transformatif yang memiliki beberapa jenis
cara pembelajaran yang dapat dilakukan secara bergantian sesuai dengan materi atau kondisi namun tetap
berpusat pada mahasiswa. Selain itu metode ini juga menekankan pada proses perubahan kualitatif dalam proses
pembelajaran sebagai proses yang berkelanjutan dari transformasi yang berfokus pada peningkatan dan
pemberdayaan mahasiswa untuk mengembangkan kemampuan kritis mereka.

Student Centered Learning (SCL) dapat dikatakan juga sebagai tempat mahasiswa belajar dalam kelompok dan
secara individu untuk mengeksplorasi masalah, menjadi pihak yang aktif dalam proses pembelajaran
berlangsung dan tidak hanya menjadi penerima pengetahuan yang pasif (Harmon SW, 1996).

Dalam pelaksanaannya, lingkungan belajar yang berpusat pada mahasiswa dirancang untuk memberikan
mahasiswa kesempatan mengambil peran yang lebih aktif dalam pembelajaran mereka dengan mengalihkan
tanggung jawab pengorganisasian, menganalisis, dan mensintesis konten dari guru ke pelajar (Means, 1994).
Lingkungan ini memungkinkan mahasiswa untuk memeriksa masalah kompleks menggunakan berbagai sumber
daya, mengembangkan strategi mereka sendiri untuk mengatasi masalah ini, menyajikan dan menegosiasikan
solusi untuk masalah ini secara kolaboratif (Hannafin, Hill, & Land, 1997).

Dalam penerapannya, metode Student Centered Learning ini memiliki beberapa kelebihan yang menjadi
dorongan untuk diimplementasikan dalam proses belajar mengajar seperti, mahasiswa akan dapat merasakan
bahwa pembelajaran menjadi miliknya karena mahasiswa diberi kesempatan yang luas untuk berpartisipasi,
tumbuhnya suasana demokratis dari dialog dan diskusi yang terjadi, menambah wawasan dan pengetahuan bagi
pengajar ataupun mahasiswa karena sesuatu yang disampaikan mungkin tidak diketahui sebelumnya,
mengenalkan hubungan antara pengetahuan dan dunia nyata, mendorong mahasiswa ikut berpartisipasi secara
aktif dan berpikir kritis, memberikan kesempatan pengembangan untuk berbagai strategi assessment dan lain
sebagainya.

Namun metode ini juga memiliki beberapa kekurangan yang perlu diperhatikan seperti, sulit diimplementasikan
pada kelas besar, memerlukan waktu yang lebih banyak, tidak efektif untuk semua jenis kurikulum dan tidak
cocok untuk mahasiswa yang tidak terbiasa aktif, mandiri dan demokratis.

1/6
7/27/2021 Print Article

https://images.app.goo.gl/E7JWtUzfmNcZT8BY8
(https://images.app.goo.gl/E7JWtUzfmNcZT8BY8) accessed April 4, 2019

Metode Student Centered Learning juga serupa untuk pembelajaran transformatif yang memiliki beberapa jenis
cara pembelajaran yang dapat dilakukan secara bergantian sesuai dengan materi atau kondisi namun tetap
berpusat pada mahasiswa.

Selain itu metode ini juga menekankan pada proses perubahan kualitatif dalam proses pembelajaran sebagai
proses yang berkelanjutan dari transformasi yang berfokus pada peningkatan dan pemberdayaan mahasiswa
untuk mengembangkan kemampuan kritis mereka.

Student Centered Learning (SCL) dapat dikatakan juga sebagai tempat mahasiswa belajar dalam kelompok dan
secara individu untuk mengeksplorasi masalah, menjadi pihak yang aktif dalam proses pembelajaran
berlangsung dan tidak hanya menjadi penerima pengetahuan yang pasif (Harmon SW, 1996).

Dalam pelaksanaannya, lingkungan belajar yang berpusat pada mahasiswa dirancang untuk memberikan
mahasiswa kesempatan mengambil peran yang lebih aktif dalam pembelajaran mereka dengan mengalihkan
tanggung jawab pengorganisasian, menganalisis, dan mensintesis konten dari guru ke pelajar (Means, 1994).

Lingkungan ini memungkinkan mahasiswa untuk memeriksa masalah kompleks menggunakan berbagai sumber
daya, mengembangkan strategi mereka sendiri untuk mengatasi masalah ini, menyajikan dan menegosiasikan
solusi untuk masalah ini secara kolaboratif (Hannafin, Hill, & Land, 1997).

Dalam penerapannya, metode Student Centered Learning ini memiliki beberapa kelebihan yang menjadi
dorongan untuk diimplementasikan dalam proses belajar mengajar seperti,

mahasiswa akan dapat merasakan bahwa pembelajaran menjadi miliknya karena mahasiswa diberi kesempatan
yang luas untuk berpartisipasi,

tumbuhnya suasana demokratis dari dialog dan diskusi yang terjadi,

menambah wawasan dan pengetahuan bagi pengajar ataupun mahasiswa karena sesuatu yang disampaikan
mungkin tidak diketahui sebelumnya,

2/6
7/27/2021 Print Article

mengenalkan hubungan antara pengetahuan dan dunia nyata, mendorong mahasiswa ikut berpartisipasi secara
aktif dan berpikir kritis,

memberikan kesempatan pengembangan untuk berbagai strategi assessment dan lain sebagainya.

Namun metode ini juga memiliki beberapa kekurangan yang perlu diperhatikan seperti, sulit diimplementasikan
pada kelas besar,

memerlukan waktu yang lebih banyak, tidak efektif untuk semua jenis kurikulum dan tidak cocok untuk
mahasiswa yang tidak terbiasa aktif, mandiri dan demokratis.

Metode Student Centered Learning telah banyak diterapkan diberbagai jenjang pendidikan salah satunya di
dunia perkuliahan seperti pada mata kuliah Interaksi Manusia dan Komputer

Program Studi S1 Teknik Informatika dari tim yang diketuai oleh Dawam Dwi Jatmiko S pada periode Semester
Gasal 2014/2015 dan Jaringan Komputer Program Studi D3 Teknik Komputer dari tim yang diketuai oleh Mia
Rosmiati dalam Hibah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pada periode Semester Gasal 2014/2015, Universitas
Telkom.

Kedua mata kuliah tersebut memiliki karakter yang bereda. Mata kuliah Interaksi Manusia dan Komputer secara
umum mempelajari tentang bagaimana membuat User Interface (UI) yang menarik agar pengguna merasa puas,
senang dan tidak frustasi saat menggunakan aplikasi yang telah dibangun.

Sedangkan Jaringan Komputer mempelajari tentang konsep konsep dasar dan keahlian membangun jaringan
komputer sederhana seperti konsep lapisan pada OSI dan TCP/IP, teknologi ethernet, perencanaan, media,
konfigurasi dan pengujian jaringan komputer, konsep dasar routing, routing statis, dan perangkat lunak bantu
troubleshooting jaringan komputer.

Metode Student Centered Learning dipilih untuk memperbaiki metode pembelajaran sebelumnya yaitu Teacher
Centered Learning yang ternyata belum cukup memuaskan dalam meningkatkan pemahaman mahasiswa.

Terdapat beberapa jenis metode Student Centered Learning yang diterapkan dalam kedua mata kuliah tersebut,
metode-metode tersebut adalah sebagai berikut :

1. Self-directed learning

Self Directed Learning (SDL) merupakan proses pembelajaran dimana seseorang memiliki inisiatif dengan atau
tanpa bantuan orang lain, menganalisis kebutuhan belajarnya sendiri, merumuskan tujuan belajarnya sendiri,
mengidentifikasi sumber-sumber belajar, memilih dan melaksanakan strategi belajar sesuai serta mengevaluasi
hasil belajarnya sendiri.

2. Collaborative learning

Collaborative Learning merupakan suatu jenis pendekatan yang meliputi penggabungan karya/usaha intelektual
mahasiswa atau mahasiswa bersama dengan pengajar.

Biasanya mahasiswa bekerja dalam 2 atau lebih kelompok, saling mencari pemahaman, penyelesaian,
membentuk suatu produk atau hasil proses belajar kelompok yang setiap anggota menyumbangkan informasi,
pengalaman, ide, sikap, pendapat, kemampuan, dan ketrampilan yang dimilikinya, untuk secara bersama-sama
saling meningkatkan pemahaman seluruh anggota.

3. Small group discussion

Small group discussion merupakan proses pembelajaran dengan melakukan diskusi kelompok kecil tujuannya
agar peserta didik memiliki ketrampilan memecahkan masalah terkait materi pokok dan persoalan yang dihadapi
dalam kehidupan sehari-hari yang didalamnya terdapat proses penglihatan dua atau lebih individu yang
3/6
7/27/2021 Print Article

berinteraksi secara global dan saling berdiskusi mengenai tujuan atau sasaran yang sudah tertentu melalui tukar
menukar informasi, mempertahankan pendapat atau pemecahan masalah.

4. Project-based learning

Project Based Learning merupakan metode pembelajaran yang menggunakan proyek sebagai kegiatan proses
pembelajaran untuk mencapai kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan.

Penekanan pembelajaran terletak pada aktivitas-aktivitas mahasiswa untuk menghasilkan produk dengan
menerapkan keterampilan meneliti, menganalisis, membuat, sampai dengan mempresentasikan produk
pembelajaran berdasarkan pengalaman nyata.

Produk yang dimaksud adalah hasil proyek dalam bentuk desain, skema, karya tulis, karya seni, karya teknologi
atau prakarya dan nilai-nilai.

Pendekatan ini memperkenankan mahasiswa untuk bekerja sama secara mandiri maupun berkelompok dalam
mengkontsruksikan produk nyata.

5. Cooperative learning

Cooperative learning merupakan metode pembelajaran yang didasarkan pada belajar dalam kelompok kecil yang
menekankan pada kemampuan mahasiswa baik secara individu maupun kelompok.

Pembelajaran kooperatif memiliki dua aspek yaitu lingkungan yang kooperatif yang memacu mahasiswa untuk
bersaing satu sama lain dan bukan hanya sekedar bekerja sama dan mengindikasikan bahwa belajar kooperatif
bila diimplikasikan secara umum mempunyai potensi untuk memberikan kontribusi secara umum,

mempunyai potensi untuk memberikan kontribusi secara positif pada kemampuan akademik, keterampilan sosial
dan kepercayaan diri.

6. Discovery learning

Discovery learning adalah proses mental dimana mahasiswa mampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau
prinsip.

Proses mental tersebut antara lain mengamati, mencerna, mengerti menggolong-golongkan, membuat dugaan,
menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya. Terdapat dua jenis metode discovery, yaitu
pembelajaran penemuan bebas (Free Discovery Learning) yakni pembelajaran penemuan tanpa adanya petunjuk
atau arahan dan pembelajaran penemuan terbimbing (Guided Discovery Learning) yakni pembelajaran yang
membutuhkan peran pengajar sebagai fasilitator dalam proses pembelajarannya.

7. Simulation

Metode simulasi adalah metode yang diberikan kepada mahasiswa agar dapat menggunakan sekumpulan fakta,
konsep, dan strategi tertentu.

Penggunaan metode tersebut memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk berinteraksi sehingga dapat
mengurangi rasa takut.

Metode simulasi cenderung lebih dinamis dalam menanggapi gejala fisik dan sosial, karena melalui metode ini
seolah-olah mahasiswa melakukan hal-hal yang nyata ada. Dengan mensimulasikan sebuah kasus atau
permasalahan, seseorang akan lebih menjiwai keberadaannya.

Dalam proses pembelajaran pada mata kuliah Interaksi Manusia dan Komputer jenis metode Student Centered
Learning yang digunakan yaitu self-directed learning, collaborative learning, small group discussion, project-
based learning, cooperative learning dan simulation.
4/6
7/27/2021 Print Article

Namun metode ini masih belum memberikan hasil yang signifikan dan masih perlu diperbaiki lagi terkait pola
yang diterapkan pada setiap materi yang harus dipahami oleh mahasiswa.

Perlu diketahui bahwa tidak menutup kemungkinan jenis metode Student Centered Learning yang lain akan
dapat memberikan hasil yang baik untuk mata kuliah lainnya seperti pada mata kuliah Jaringan Komputer yang
menggunakan discovery learning, cooperative learning dan program based learning yang memberikan hasil lebih
baik dari semester sebelumnya.

Maka dapat disimpulkan banyaknya metode yang digunakan belum tentu dapat memberikan hasil yang
diharapkan karena harus disesuaikan terlebih dahulu dengan berbagai aspek yang terkait dalam proses
pembelajaran yang berlangsung.

Sumber :

[1] Sakti, Intan Widuri. “Implementation and Evaluation of a Student-Centered Learning in Faculty Business
and Management–Widyatama University.” Conference On Professional Development In Education (PDE2014),
Widyatama University Indonesia, Open University Indonesia and Open University Malaysia, 2014.

[2] Attard, Angele, et al. “Student-Centred Learning: Toolkit for Students, Staff and Higher Education
Institutions.” European Students’ Union (NJ1) (2010).

[3] Guglielmino, Lucy Madsen. “The case for promoting self-directed learning in formal educational
institutions.” SA-eDUC 10.2 (2013).

[4] Smith, Barbara Leigh, and Jean T. MacGregor. “What is collaborative learning.” (1992): 233-267.

[5] Ismail S.M, Ayo Paktek PTK, (Semarang: Rasail Media Group, 2010), 87-89

[6] Hasibuan dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000)

[7] Andayani, Y., S. Hadisaputra, and H. Hasnawati. “Analysis of the Level of Conceptual
Understanding.” Journal of Physics: Conference Series. Vol. 1095. No. 1. IOP Publishing, 2018.

[8] Johnson, and Karl Smith. “The state of cooperative learning in postsecondary and professional
settings.” Educational Psychology Review 19.1 (2007): 15-29.

[9] Sari, Amika. “Peningkatan Prestasi Belajar Pada Mata Pelajaran IPS Menggunakan Metode Simulasi Kelas
IV-A SDN 02 Tiuh Toho Kecamatan Menggala Tahun Pelajaran 2010/2011.” (2011)

[10] Manning, M. Lee, and Robert Lucking. “Cooperative learning and multicultural classrooms.” The
Clearing House 67.1 (1993): 12-16.

[11] Maarif, Samsul. “Improving junior high school students’ mathematical analogical ability using
discovery learning method.” International Journal of Research in Education and Science 2.1 (2016): 114-124.

[12] Dawam Dwi Jatmiko S, dkk. 2015. Student Centered Learning-Lecturer’s Encouragement, Assistance and
stimulating-Deliverance (SCL-LEAD). Universitas Tekom: Bandung

[13] Mia Rosmiati, dkk. 2015. Teacher Learning System (TCL) / SCL. Universitas Telkom: Bandung

Updated on June 26, 2019

5/6
7/27/2021 Print Article

© CTLE, 2021. Powered by weDocs


https://ctle.telkomuniversity.ac.id

6/6

Anda mungkin juga menyukai