Anda di halaman 1dari 18

Model-model pembelajaran dimaksud antara lain;

1. Discovery learning
belajar melalui penelusuran, penelitian, penemuan, dan pembuktian. Contoh dalam
pembelajaran guru menugaskan peserta didik untuk menelusuri faktor penyebab terjadinya
banjir di daerah setempat. Peserta didik bekerja secara berkelompok menelurusi informasi
dengan mewawancarai penduduk disertai pelacakan informasi di internet (bimbingan
disesuaikan tingkatan usia) dan kemudian diminta untuk membuat kesimpulan dilanjutkan
presentasi.
2. Pembelajaran berbasis proyek
proyek memiliki target tertentu dalam bentuk produk dan peserta didik merencanakan cara
untuk mencapai target dengan dipandu oleh pertanyaan menantang. Contohnya pada
peserta didik SMK Kewirausahaan diberikan pertanyaan produk kreatif berbahan lokal
seperti apakah yang memiliki nilai tambah secara ekonomis? Peserta didik bisa mengikuti
tahapan pembelajaran seperti eksplorasi ide, mengembangkan gagasan, merealisasikan
gagasan menjadi prototipe produk, melakukan uji coba produk, dan memasarkan produk.
Pada prosesnya peserta didik bisa memanfaatkan teknologi untuk mencari informasi bagi
upaya pengembangan gagasan, membuat sketsa produk menggunakan software tertentu,
menguji produk melalui respon pasar dengan google survey dan sebagainya.
3. Pembelajaran berbasis proyek
belajar berdasarkan masalah dengan solusi “open ended”, melalui penelusuran dan
penyelidikan sehingga dapat ditemukan banyak solusi masalah. Contohnya mengatasi
masalah pencemaran udara akibat asap kendaraan bermotor. Peserta didik bisa
mengeksplorasi lingkungan memanfaatkan sumber-sumber fisik diperkaya sumber-sumber
digital, menggali pengalaman orang lain atau contoh nyata penyelesaian masalah dari
beragam sudut pandang. Peserta didik terlatih untuk menghasilkan gagasan baru, kreatif,
berpikir tingkat tinggi, kritis, berlatih komunikasi, berbagi, lebih terbuka bersosialisasi
dalam konteks pemecahanmasalah.
4. Belajar berdasarkan pengalaman sendiri (Self Directed Learning/SDL)
SDL merupakan proses di mana insiatif belajar dengan/atau tanpa bantuan pihak lain
dilakukan oleh peserta didik sendiri mulai dari mendiagnosis kebutuhan belajar sendiri,
merumuskan tujuan, mengidentifikasi sumber, memilih dan menjalankan strategi belajar,
dan mengevaluasi belajarnya sendiri. Contoh guru bisa membantu peserta didik
mengidentifikasi kebutuhan belajar peserta didik atau mulai dari kemampuan apa yang
ingin dikuasai. Misalnya ingin menguasai cara melukis menggunakan software corel draw
maka guru bisa membantupeserta didik merumuskan tujuan-tujuan penting yang dapat
membantu mencapai tujuannya. Peserta didik belajar mandiri mengeskplorasi tutorialnya
melalui youtube, menerapkan, dan mengevaluasi kemampuannya.
5. Pembelajaran kontekstual (melakukan)
guru mengaitkan materi yang dipelajari dengan situasi dunia nyata peserta didik sehingga
memungkinkan peserta didik menangkap makna dari yang pelajari, mengkaitkan
pengetahuan baru dengan pegetahuan dan pengalaman yang sudah dimiliki. Contoh dalam
pembelajaran bentuk-bentuk tulang daun guru menugaskan kepada peserta didik secara
berkelompok mengeksplorasi melalui internet. Guru menginginkan peserta didik dapat
memperoleh pengalaman bermakna yang mendalam dan dapat mengkaitkan apa yang
dipelajari dengan kehidupan nyata. Pada PAUD dan sekolah dasar kelas rendah bisa saja
peserta didik belum bisa membedakan secara nyata perbedaan kelenturan dan kekuatan
tulang daun dari setiap bentuk yang berbeda, sehingga diperlukan pengalaman langsung. 
6. Bermain peran dan simulasi
Peserta didik bisa diajak untuk bermain peran dan menirukan adegan,
gerak/model/pola/prosedur tertentu. Misalnya seorang guru menggunakan tayangan video
dari youtube, peserta didik diminta mencermati alur cerita dan peran dari tokoh-tokoh yang
ada kemudian berlatih sesuai tokoh yang diperankan. Pada tataran lebih kompleks membuat
cerita sendiri kemudian  memperagakannya dengan bermain peran. 
 
7. Pembelajaran kooperatif
Pembelajaran kooperatif; merupakan bentuk pembelajaran berdasarkan faham
kontruktivistik. Peserta didik berkelompok kecil dengan tugas yang sama saling bekerjasama
dan membantu untuk mencapai tujuan bersama. Ada beberapa teknik cooperative learning
yang akan dijelaskan disini, empat teknik yang pertama di antaranya dikembangkan oleh
Robert Slavin (1991) yaitu STAD, TGT, TAI, dan CIRC.
8. Pembelajaran kolaboratif
merupakan belajar dalam tim dengan tugas yang berbeda untuk mencapai tujuan bersama.
Pembelajaran kolaboratif lebih cocok untuk peserta didik yang sudah menjelang dewasa.
Kolaborasi bisa dilakukan dengan bantuan teknologi misalnya melalui dialog elektronik,
teknologi untuk menengahi dan memonitor interaksi, dimana masing-masing pihak
memegang kendali dirinya dalam berkomunikasi untuk mencapai tujuan bersama. Fasilitasi
bisa diberikan oleh guru, ketua kelompok pelatih online maupun mentor. 
9. Diskusi kelompok kecil
diskusi kelompok kecil diorientasikan untuk berbagai pengetahuan dan pengalaman serta
untuk melatih komunikasi lompok kecil tujuannya agar peserta didik memiliki ketrampilan
memecahkan masalah terkait materi pokok dan persoalan yangihadapi dalam kehidupan
sehari-hari. Diskusi kelompok kecil bertujuan untuk meningkatkan partisipasi siswa karena
lebih banyak siswa yang dilibatkan. Jumlah kelompok diskusi antara empat sampai lima
orang. Metode diskusi digunakan untuk melatih kecakapan berpikir, kecakapan
berkomunikasi, kemampuan kepemimpinan, debat, dan kompromi.

Metode pembelajaran kurikulum 2013.


Metode Ceramah (Lecturing Method)
Ceramah merupakan metode paling klasik dan mudah dalam dunia pendidikan. Ceramah
memungkinkan guru untuk menyampaikan informasi secara luas kepada seluruh siswa secara
langsung. Bisa dibilang ceramah menjadi metode mengajar yang berfokus pada guru (penjelasan
guru) dan siswa harus menyimak untuk mendapatkan ilmu. Di indonesia sendiri metode ceramah
dipakai pada tahun 2000an hingga 2013 lewat kurikulum KTSP. Namun seiring berjalannya
waktu, implementasi dari metode ini tidak memberikan hasil yang signifikan untuk proses KBM.
Meskipun kurikulum sudah direvisi, namun masih banyak pengajar yang menggunakan metode
ceramah di kelas. Hal ini disebabkan karena cakupan kelas yang begitu besar dan jumlah siswa
yang banyak. Sehingga ceramah bisa menjadi alternatif untuk mengcover seluruh siswa dalam
satu waktu. Sebelum lanjut membahas perbedaan metode, strategi, pendekatan, dan tehnik
silahkan simak kelebihan dan kekurangan ceramah.
Kelebihan metode ceramah:
 Efektif untuk mengajar kelas dengan jumlah siswa banyak.
 Penguasaan kelas menjadi lebih mudah.
 Mudah untuk menyampaikan materi yang padat.
Kekurangan metode ceramah:
 Guru tidak bisa melakukan monitoring dan evaluasi penguasaan materi pada siswa.
 Berpotensi membuat siswa bosan.
 Kurangnya keaktifan di dalam kelas.
 Siswa pasif karena hanya menjadi pendengar saja.
 Menghambat proses kreatifitas dan keaktifan siswa.
Di Indonesia sendiri metode ceramah sudah lama ditinggalkan dan diganti dengan variasi metode
lainnya. Misalnya saja collaborative teaching & learning, forum discussion, dan lain sebagainya
yang berorientasi pada siswa. Dengan demikian diharapkan mampu membuat siswa lebih aktif
dan nyaman dalam mengikuti KBM.
Metode Diskusi (Discussion)
Diskusi menjadi salah satu metode trend yang bisa mempersatukan kelas serta memperkuat
ikatan antara guru dengan murid. Diskusi juga banyak sekali diterapkan di berbagia negara
karena tingkat kesuksesannya tinggi. Dalam diskusi biasanya siswa dan guru akan membicarakan
sebuah masalah dan mencari jawabannya bersama-sama. Metode pembelajaran ini bisa juga
disebut problem solving karena melibatkan proses analisa masalah dan pemecahan solusi. Tidak
hanya dilakukan oleh guru dan murid saja, melainkan metode diskusi juga bisa diterapkan dalam
lingkup antar siswa secara berkelompok.
Melalui grup diskusi tersebut siswa bisa mengembangkan potensi berpikir kritis bersama-sama.
Selain itu, dari segi sosial siswa bisa saling menghargai pemikiran dan pendapat temannya
melalui diskusi. Metode ini tidak memiliki model pembelajaran yang banyak namun guru harus
mempersiapkan strategi mengajar yang tepat agar diskusi berjalan lancar. Di Indonesia, diskusi
sering diartikan sebagai salah satu strategi pembelajaran untuk mencapai kelas yang aktif.
Padahal jika mengacu pada penuturan ahli, terdapat perbedaan antara metode dan strategi yang
sangat kontras.
Metode Kolaborasi (Collaborative)
Salah satu metode yang sering dianggap sebagai strategi mengajar dan teknik pembelajaran
adalah collaborative learning. Padahal jika dilihat dari sudut pandang guru, kolaborasi termasuk
dalam metode mengajar agar bagaimana siswa bisa aktif saling menyampaikan opini. Nah,
setelah mendapatkan konsep kolabirasi diperlukan adanya strategi pembelajaran agar tujuan bisa
tercapai. Strategi tersebut akhirnya melibatkan tehnik mengajar bagaimana pembawaan guru
dalam melaksanakan kolaborasi.
Metode kolaborasi pun bisa dibagi menjadi beberapa model pembelajaran berdasarkan strategi
yang diambil. Misalnya saja strategi “fishbowl discussion” dimana siswa dibagi menjadi 2
tingkatan grup (luar dan dalam). Pada tingkatan dalam, perwakilan siswa saling melakukan
diskusi secara bersama membahas materi. Sementara itu, siswa yang ada pada tingkatan luar
akan mendengarkan dan mencatat poin penting hasil diskusi. Selanjutnya guru bisa melakukan
rolling agar semua siswa memiliki kesempatan yang sama menjadi pembicara maupun
pendengar.
Metode Proyek (Project Based)
Jenis metode pembelajaran kurikulum selanjutnya tidak lain adalah metode perencanaan atau
dalam bahasa inggris biasa disebut project based learning. Pengertian dari project based adalah
model pembelajaran yang menggunakan kegiatan berbasis proyek. Dilaksanakan dalam jangka
waktu dan tujuan tertentu sesuai dengan kesepakatan antara siswa dan guru. Melalui metode
mengajar yang satu ini bisa memembentuk karakter siswa menjadi lebih aktif, dilain sisi suasana
kelas menjadi interaktif, meningkatkan critical thinking, dan lain sebagainya. mengapa bisa
demikian? Karena project based learning sejatinya adalah metode pembelajaran berbasis siswa
(student centered). Model pembelajaran seperti ini sangat sesuai terapkan pada kurikulum 2013
yang notabennya menuntut pendidikan karakter didalamnya.
Sayangnya, metode pembelajaran berbasis proyek ini tidak bisa digunakan di semua mata
pelajaran. Misalnya saja pada matematika, tidak mungkin kita meminta siswa untuk membuat
project menghitung luas suatu bangun. Lain halnya ketika kita berada di mapel biologi, kita bisa
memberikan project pada siswa sebagai bentuk penugasan berjangka. Siswa diminta menanam 2
jenis kacang tanah dengan treatment yang berbeda. Selang waktu yang ditentukan mereka harus
mengamati perbedaan dan membuat hipotesis kenapa hal perbedaan tersebut bisa terjadi.
Metode Team Teaching (Mengajar Beregu)
Team teaching menjadi opsi metode pembelajaran terbaru di era milenial seperti saat ini.
Pengertian dari tema teaching sendiri adalah pembelajaran yang dilaksanakan secara beregu
dimana terdapat dua maupun lebih tenaga pendidik untuk menghandle kelas. Jadi dalam satu
kelas terdapat dua/lebih guru dengan jobdesk dan role sendiri-sendiri. Implementasi team
teaching dapat memberikan nuansa baru di dalam kelas karena pengajarnya bisa saling
bergantian menyampaikan materi. Karena mendapatkan 2 gaya pengajar yang berbeda akhirnya
siswa pun tidak akan mudah bosan, terlebih lagi jika regu pengajar memiliki personalisasi yang
baik. Di indonesia, team teaching banyak digunakan di jenjang perguruan tinggi. Namun metode
mengajar ini juga kerap dipakai di sekolah-sekolah kredibel dengan taraf internasional.
Metode Pelatihan (Drilling Method)
Salah satu metode pembelajaran yang bisa meningkatkan kemampuan motorik siswa adalah
drilling method. Metode mengajar yang satu ini lebih berfokus pada kegiatan praktek dimana
kegiatan bertujuan mengasah keterampilan siswa. pelatihan tersebut bisa didapatkan melalui
secara indoor maupun outdoor tergantung pada kebutuhan kelas dan materi yang ingin
disampaikan. Oleh karenanya banyak siswa merasa senang ketika guru menggunakan metode
mengajar yang satu ini.
Berbagai kelebihan drilling method yang diapat dirasakan antara lain adalah terbentuknya
kemampuan motorik peserta didik. karena sifatnya lebih banyak praktek dan sedikit teori
membuat siswa merasa nyaman. Membantu siswa mengembangkan mental serta ketepatan dalam
melakukan sesuatu. Meskipun demikian metode pembelajaran drilling juga memiliki segudang
kekurangan yang menjadi pertimbangan jika diterapkan dalam K13. Mulai dari mencegah
kekreatifan siswa, membuat mereka menjadi pembelajar yang monoton dan lain-lain.

Jenis-jenis strategi pembelajaran


Dalam pelaksanaan pendidikan tentunya banyak contoh strategi pembelajaran yang dapat
digunakan. Misalnya, jika strategi pembelajaran memiliki sisi positif dan negatif, perlu diketahui
apa sisi negatif dan positifnya. agar lebih mudah dikendalikan. Berikut penjelasannya:
1. Metode ceramah
Jenis strategi pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah yaitu penuturan materi dalam
bahan ajar secara lisan yang dilakukan oleh guru. Terdapat kelebihan dan kekurangan dalam
melaksanakan metode pembelajaran yang satu ini. Yakni:
Kelebihan:
Ini adalah metode yang mudah dan murah.
Dapat menyajikan materi pelajaran secara luas dan lebih detail.
Guru dapat mengontrol keadaan kelas dengan lebih mudah.
Kekurangan:
Materi yang diserap siswa hanyalah apa yang diajarkan guru di dalam kelas.
Tidak ada peragaan khusus dari setiap materi yang disajikan.
Siswa juga sering merasa bosan jika guru tidak memiliki kemampuan berbahasa yang baik.
Lebih sulit untuk mendeteksi tingkat pemahaman siswa.
2. Metode demonstrasi
Metode demonstrasi merupakan jenis pembelajaran yang menyajikan materi pelajaran kepada
siswa yang digabungkan dengan penjelasan. Tujuannya agar siswa dapat lebih mudah memahami
materi pembelajaran yang dijelaskan.
Kelebihan:
Siswa tidak akan ketinggalan pemahaman karena penjelasan disertai dengan latihan.
Proses pembelajaran juga akan lebih menarik karena siswa tidak hanya mendengarkan.
Dengan proses mengamati, siswa dapat mengembangkan pola berpikirnya dalam
menghubungkan antara teori dan praktik.
Kekurangan:
Memerlukan persiapan yang lebih matang dari segi bahan, peralatan dan juga bahan dan tempat
karena jika tidak, justru akan berdampak pada tidak efektifnya proses pembelajaran. Hal tersebut
hanya dapat dilakukan oleh guru yang memiliki kemampuan dan keterampilan khusus.
3. Strategi pembelajaran metode diskusi
Jenis strategi pembelajaran lainnya yaitu dengan menggunakan metode diskusi yaitu dengan
menghadapkan siswa pada suatu masalah untuk menemukan solusi yang tepat.
Kelebihan:
Dapat merangsang siswa untuk berpikir lebih kreatif.
Dapat melatih siswa dalam mengungkapkan pendapatnya.
Dapat melatih siswa untuk saling menghargai sudut pandang.
Kekurangan:
Kegiatan diskusi seringkali hanya dikuasai oleh orang-orang tertentu.
Dapat mengaburkan kesimpulan dalam suatu pelajaran, karena topiknya bisa lebih luas.
Seringkali ada perbedaan pendapat yang berujung pada emosi.
Perlu waktu lama untuk mempelajari suatu mata pelajaran tertentu.
4. Metode simulasi
Sedangkan metode simulasi dalam strategi pembelajaran yaitu dengan menghadirkan situasi
tiruan agar setiap siswa dapat lebih mudah memahami konsep dan juga materi yang disampaikan.
Kelebihan:
Dapat menjadi bekal bagi siswa dalam menghadapi suatu keadaan yang sebenarnya.
Dapat mengembangkan sisi kreatif seorang siswa saat melakukan proses pembelajaran.
Dapat menumbuhkan keberanian dan kepercayaan diri.
Dapat meningkatkan semangat belajar siswa.
Kekurangan:
Ada beberapa faktor psikologis siswa, misalnya rasa malu ketika sedang melakukan simulasi
tersebut.

Pengertian Pendekatan Pembelajaran


Pendekatan pembelajaran adalah ide atau prinsip cara memandang dalam menentukan kegiatan
pembelajaran. Pernyataan tersebut senada dengan Rusman (2018) yang berpendapat bahwa
pendekatan pembelajaran adalah tahap pertama pembentukan suatu ide dalam memandang dan
menentukan objek kajian.
Berbeda dengan metode pembelajaran yang telah menentukan langkah di kelas atau model
pembelajaran yang memiliki kerangka konseptual, pendekatan pembelajaran itu lebih luas lagi.
Artinya, pendekatan merupakan landasan berpikir atau filosofi dalam menentukan pembelajaran.
Pengertian Pendekatan Pembelajaran menurut Para Ahli
Gulo
Pendekatan menurut Gulo (dalam Suprihatingrum, 2013, hlm. 146) adalah sudut pandang kita
dalam memandang seluruh masalah yang ada dalam kegiatan belajar-mengajar (pembelajaran).
Sudut pandang tersebut menggambarkan cara berpikir dan sikap seorang pendidik dalam
menyelesaikan persoalan yang dihadapi pada kegiatan pembelajaran.
Sanjaya
Sementara itu, Sanjaya (dalam Suprihatiningrum, 2013, hlm. 146) berpendapat bahwa
pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap
proses pembelajaran.
Wati
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang guru terhadap
proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang
sifatnya masih sangat umum (Wati, 2010, hlm. 7).
Pendekatan mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan
cakupan teoritis tertentu.
Rahmawati
Pendekatan pembelajaran ialah jalan atau cara yang akan ditempuh dan digunakan oleh pendidik
untuk memungkinkan siswa belajar sesuai dengan tujuan tertentu (Rahmawati, 2011, hlm. 74).
Dapat disimpulkan bahwa pendekatan pembelajaran adalah pandangan atau sudut pandang
berupa rencana awal untuk menentukan pelaksanaan proses pembelajaran dalam menerapkan
perlakuan (tindakan kelas) yang akan digunakan dalam kegiatan belajar-mengajar.
Ciri Ciri Pendekatan Pembelajaran
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat ditentukan beberapa unsur penting yang
membedakan pendekatan dari konsepsi pembelajaran yang lain, yakni:
1. Merupakan sebuah filosofi/landasan.
2. Merupakan sudut pandang.
3. Serangkaian gagasan untuk mencapai tujuan tertentu.
4. Jalan yang ditempuh untuk menyampaikan pembelajaran.
Pendekatan merupakan sebuah filosofi atau landasan sudut pandang dalam melihat bagaimana
proses pembelajaran dilakukan sehingga tujuan yang diharapkan tercapai.
Jenis Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan dalam pembelajaran secara garis besar dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu: teacher
centered (berpusat pada guru) dan student centered (berpusat pada siswa).
Pendekatan Teacher Centered
Pada pendekatan ini, pembelajaran berpusat pada Guru sebagai seorang ahli yang memegang
kontrol selama proses pembelajaran dalam aspek organisasi, materi, dan waktu. Guru bertindak
sebagai pakar yang mengutarakan pengalamannya sehingga dapat menstimulus perkembangan
siswa.
Pendekatan yang berpusat pada guru menurunkan beberapa strategi seperti: pembelajaran
langsung (direct instruction), dan pembelajaran deduktif atau pembelajaran ekspositori.
Pendekatan Student Centered
Sementara itu, pendekatan student centered mendorong siswa untuk mengerjakan sesuatu
sebagai pengalaman praktik dan membangun makna atas pengalaman yang diperolehnya. Pusat
pembelajaran diserahkan langsung ke peserta didik dengan supervisi dari Guru.
Pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa menurunkan strategi pembelajaran
seperti discovery learning dan inquiry (penyingkapan atau penyelidikan).
Macam Macam Pendekatan Pembelajaran
Contoh pendekatan pembelajaran yang dapat diterapkan adalah sebagai berikut.
Pendekatan Kontekstual (CTL)
Pendekatan pembelajaran kontekstual merupakan pendekatan pembelajaran yang dikenal dengan
sebutan CTL (Contextual Teaching and Learning) adalah pendekatan pembelajaran yang
mengaitkan materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa.
Melalui pendekatan kontekstual diharapkan hasil belajar dapat lebih bermakna bagi siswa,
karena siswa dapat mengaplikasikan hasil belajarnya dalam kehidupan mereka dalam jangka
panjang.
Pendekatan pembelajaran kontekstual lebih mengutamakan aktivitas siswa dalam pembelajaran
sehingga siswa dapat menemukan konsep tentang materi pembelajaran dan mengaitkan konsep
tersebut dengan situasi dunia nyata mereka.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Johnson (dalam Siregar & Nara, 2011, hlm. 117) bahwa
kekuatan, kecepatan, dan kecerdasan otak (IQ) tidak lepas dari faktor lingkungan atau faktor
konteks, karena ada antarmuka (jembatan penghubung) antara kognisi dan lingkungan.
Komponen – komponen yang menyusun pendekatan kontekstual  dan sekaligus menjadi cirinya
adalah sebagai berikut (Siregar & Nara, 2011, hlm. 117).
1. Membangun hubungan untuk menemukan makna (relating),
2. Melakukan sesuatu yang bermakna (experiencing),
3. Belajar secara mandiri,
4. Kolaborasi (collaborating),
5. Berpikir kritis dan kreatif (applying),
6. Mengembangkan potensi individu (transfering),
7. Standar pencapaian yang tinggi,
8. Asesmen yang autentik.
Pendekatan Ekspositori (Expository)
Pendekatan Ekspositori menekankan pada penyampaian informasi yang disampaikan sumber
belajar kepada peserta pembelajaran. Dalam pendekatan ekspositori sumber belajar dapat
menyampaikan materi sampai tuntas, artinya pembelajaran dilaksanakan secara holistik dan tidak
khusus.
Pendekatan Ekspositori lebih cocok untuk jenis bahan belajar yang bersifat informatif dan
umum. Misalnya prinsip-prinsip dasar yang perlu dipahami untuk menunjang tahap
pembelajaran lebih lanjut
Pendekatan ini juga hanya cocok apabila jumlah peserta didik dalam kegiatan pembelajaran
relatif lebih banyak seperti dalam keadaan perkuliahan antar program studi di perguruan tinggi.
Pendekatan ini cenderung berpusat pada sumber belajar, dan memiliki ciri atau karakteristik
sebagai berikut:
1. adanya dominasi sumber belajar dalam pembelajaran,
2. bahan belajar terdiri dari konsep-konsep dasar atau materi yang baru bagi warga belajar,
3. materi lebih cenderung bersifat informasi,
4. terbatasnya sarana pembelajaran.
Pendekatan Induktif
Menurut Purwanto dalam Rahmawati (2011, hlm. 75) pendekatan induktif dalam pembelajaran
adalah pendekatan yang bermula dengan menyajikan sejumlah keadaan khusus kemudian dapat
disimpulkan menjadi suatu fakta, prinsip, atau aturan.
Pembelajaran diawali dengan memberikan contoh-contoh khusus kemudian sampai kepada
generalisasinya. Dengan kata lain, pengajaran berawal dengan menyajikan sejumlah keadaan
khusus kemudian dapat disimpulkan menjadi suatu kesimpulan, prinsip atau aturan yang
spesifik.
Karakteristik atau ciri dari pendekatan ini meliputi:
1. Dimulai dengan melakukan pengamatan terhadap hal-hal yang bersifat khusus, kemudian
siswa dibimbing guru untuk dapat menyimpulkan generalisasinya (prinsip, hukum yang
mengatur hal-hal khusus tersebut).
2. Kegiatan utama siswa adalah: mengamati, menyelidiki, memeriksa, memikirkan, dan
menganalisis berdasarkan kemampuan masing-masing hal-hal yang bersifat khusus dan
membangun konsep atau generalisasi atau sifat-sifat umum berdasar hal-hal khusus
tersebut.
3. Siswa memiliki kesempatan ikut aktif di dalam menemukan suatu rumus atau formula
umum yang diperoleh dari penyelidikan contoh-contoh khususnya.
4. Memiliki semangat untuk menemukan, adanya kesadaran akan hakikat pengetahuan, dan
mampu berpikir logis.
5. Menemukan dan memahami rumus atau teorema tersebut membutuhkan waktu yang
tidak singkat.
Penjelasan lengkap mengenai pendekatan ini dapat disimak pada artikel di bawah ini.
Baca juga: Pendekatan Induktif : Pengertian, Karakteristik & Langkah
Pendekatan Deduktif
Pendekatan deduktif adalah pembelajaran yang berpangkal dari hal yang bersifat umum lalu
diarahkan pada hal yang bersifat khusus. Ya, pendekatan ini adalah kebalikan dari pendekatan
induktif.
Deduktif adalah cara berfikir yang bertolak dari pernyataan yang bersifat umum kemudian
menarik kesimpulan yang bersifat khusus (Busrah, 2012, hlm. 5).
Oleh karena itu Pembelajaran dengan pendekatan deduktif terkadang sering disebut
pembelajaran tradisional yaitu guru memulai dengan teori-teori dan meningkat ke penerapan
teori (contoh).
Pembelajaran dengan pendekatan deduktif menekankan pada guru mentransfer informasi atau
pengetahuan kepada siswa.
Karakterisitk atau ciri pendekatan deduktif adalah sebagai berikut:
1. Pembelajaran menekankan transfer informasi oleh guru kepada siswa berupa pemaparan
abstraksi, definisi dan penjelasan istilah-istilah.
2. Dilandasi suatu pemikiran bahwa proses pembelajaran akan berjalan dengan baik jika
siswa telah mengetahui wilayah persoalan dan konsep dasarnya.
3. Menjelaskan hal-hal yang bersifat umum ke yang bersifat khusus yaitu guru memberikan
materi dan kemudian memberikan contoh-contoh khususnya.
4. Lebih menekankan ingatan siswa dan siswa bersifat pasif dalam kegiatan pembelajaran.
Guru berperan banyak dalam kegiatan pembelajaran.
Penjelasan lengkap mengenai pendekatan ini dapat disimak pada artikel di bawah ini.
Pendekatan Konstruktivisme
Dalam kelas konstruktivis seorang guru tidak mengajarkan kepada anak bagaimana
menyelesaikan persoalan, namun mempresentasikan masalah dan mendorong siswa untuk
menemukan cara mereka sendiri dalam meyelesaikan permasalahan.
Pendekatan ini tidak menginginkan siswa untuk dapat menjawab pertanyaan sesuai dengan apa
yang ada dalam sumber belajar. Guru tidak akan sesederhana mengatakan bahwa jawaban dari
siswa benar atau salah namun justru lebih mengutamakan perkembangan daya kritis siswa dalam
menyikapi berbagai opsi jawaban yang ada.
Guru terus mendorong siswa untuk menyetujui atau justru menolak ide seseorang dan saling
bertukar pikiran hingga persetujuan dicapai. Siswa diberdayakan oleh pengetahuannya yang
berada dalam dirnya sendiri dan saling berbagi strategi dan penyelesaiannya dengan sesama
siswa yang disupervisi oleh guru.
Pendekatan Pemecahan Masalah (Problem Solving)
Dalam pendekatan ini siswa didorong untuk memperoleh pengalaman menggunakan
pengetahuan serta keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah
yang bersifat tidak rutin atau jarang ditemui (masih belum dikuasai).
Jika suatu masalah diberikan kepada siswa dan siswa tersebut dapat langsung mengetahui cara
menyelesaikannya dengan benar, maka persoalan tersebut tidak dapat dikatakan sebagai masalah.
Harus terjadi kesenjangan antara ekspektasi dan realita.
Menurut Dewey (dalam Sanjaya, 2011, hlm. 217) langkah utama dalam pendekatan pemecahan
masalah adalah sebagai berikut:
1. Merumuskan masalah.
2. Menganalisis masalah. Pemecahan masalah menekankan pada pentingnya identifikasi
masalah untuk menentukan berbagai kemungkinan penyelesaiannya, sehingga analisis
adalah hal yang wajib dilakukan.
3. Mengembangkan beberapa hipotesis. Hipotesis adalah alternatif penyelesaian dari
pemecahan masalah.
4. Mengumpulkan data: langkah siswa mencari dan menggambarkan informasi yang
diperlukan untuk pemecahan masalah.
5. Menguji beberapa hipotesis. Mengevaluasi kelemahan dan kelebihan hipotesis.
6. Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah.
Baca juga: Model Pembelajaran Problem Solving (Penjelasan Lengkap)
Pendekatan Open-Ended
Siswa dihadapkan pada open-ended tujuan utamanya bukan untuk mendapatkan jawaban tetapi
lebih menekankan pada cara bagaimana sampai pada suatu jawaban.
Pendekatan open-ended memiliki prinsip yang serupa tapi tak sama dengan pendekatan
pemecahan masalah, yaitu dimulai dengan memberikan suatu masalah kepada siswa.
Bedanya permasalahan yang disajikan adalah masalah yang memiliki banyak jawaban yang
benar. Masalah yang memiliki lebih dari satu jawaban disebut sebagai masalah tidak lengkap
atau open-ended problem.
Karakteristik dari pendekatan open-ended ini adalah:
1. kegiatan siswa harus terbuka, artinya tidak hanya hitam dan putih (benar dan salah) saja.
2. kegiatan materi memiliki ragam berpikir yang berbeda.
3. kegiatan siswa dan kegiatan materi atau permasalahan merupakan satu kesatuan.
Pendekatan Saintifik
Pendekatan saintifik dalam pembelajaran adalah proses pembelajaran yang dirancang agar
peserta didik secara aktif mengonstruksi konsep, prosedur, hukum atau prinsip melalui tahapan
saintifik, yakni:
1. mengamati;
2. merumuskan masalah;
3. mengajukan/merumuskan hipotesis;
4. mengumpulkan data;
5. menganalisis data;
6. menarik kesimpulan;
7. mengomunikasikan.
Pendekatan saintifik adalah pendekatan pembelajaran k13. Artinya, kurikulum 2013
menggunakan pendekatan ini sebagai induk model dan metode pembelajarannya.
Pendekatan saintifik dalam pembelajaran (menurut kurikulum 2013) menggunakan 5 langkah
yang tidak harus berurut namun harus selalu ada dalam proses pembelajaran. Beberapa langkah
tersebut adalah sebagai berikut.
Mengamati
Mengamati berarti peserta didik mengidentifikasi suatu objek menggunakan panca indera dengan
atau tanpa alat bantu.
Alternatif kegiatannya meliputi: observasi lingkungan, mengamati gambar, video, grafik data
atau tabel, menganalisis peta, hingga membaca berbagai informasi yang tersedia di media masa
(medali cetak ataupun internet).
Bentuk hasil belajar dari kegiatan mengamati adalah siswa dapat mengidentifikasi masalah.
Kata kerja operasional yang dibutuhkan dalam evaluasi agar kemampuan siswa dapat terukur.
Menanya
Merupakan kegiatan siswa untuk mengungkapkan yang ingin diketahuinya berkenaan dengan
suatu objek, peristiwa, maupun proses tertentu. Dalam kegiatan ini siswa dapat bertanya secara
individu maupun kelompok mengenai apa yang belum diketahuinya.
Siswa dapat bertanya kepada guru, narasumber, atau siswa lainnya. Siswa juga dapat bertanya
kepada dirinya sendiri lewat bimbingan guru, sehingga siswa dapat mandiri dan terbiasa untuk
melakukannya.
Pertanyaan dapat diajukan secara lisan atau melalui tulisan dan harus membangkitkan motivasi
siswa agar tetap aktif dan bergembira dalam pembelajaran. Sementara bentuknya dapat berupa
kalimat pertanyaan atau kalimat hipotesis.
Bentuk hasil belajar dari menanya adalah siswa dapat merumuskan masalah dan merumuskan
hipotesis.
Mengumpulkan Data
Kegiatan siswa mencari informasi sebagai bahan untuk dianalisis dan disimpulkan. Kegiatan
mengumpulkan data dapat dilakukan dengan studi pustaka (membaca buku), observasi lapangan,
eksperimen (jua coba), wawancara, menyebarkan kuesioner, dll.
Hasil belajar yang didapatkan melalui kegiatan ini adalah siswa dapat menguji hipotesis.
Mengasosiasi
Merupakan kegiatan siswa dalam mengolah data dalam serangkaian aktivitas fisik dan psikis
(pikiran) dengan bantuan alat tertentu. Kegiatan mengolah data antara lain melakukan
pengurutan, menghitung, membagi, menyusun data dan melakukan klasifikasi.
Kegiatan konkretnya antara lain membuat tabel, bagan, grafik, peta konsep hingga merumuskan
perhitungan dan pemodelan tertentu. Selanjutnya siswa menganalisis data untuk membandingkan
atau menentukan hubungan antara data yang telah diolahnya dengan teori yang ada.
Sehingga dapat ditarik simpulan ada ditemukan konsep dan prinsip penting yang bermakna
dalam menambah skema kognitif, meluaskan pengalaman dan wawasan pengetahuannya.
Hasil belajar dari kegiatan mengasosiasi atau menalar adalah siswa dapat menyimpulkan hasil
kajian dari hipotesis.
Mengomunikasikan
Kegiatan siswa yang mendeskripsikan dan menyampaikan hasil temuannya dari kegiatan
sebelumnya di atas, yakni: mengamati, menanya, mengumpulkan data dan mengolahnya, serta
mengasosiasi yang ditujukan kepada orang lain baik secara lisan maupun tulisan.
Bentuk kegiatan dapat berupa presentasi lisan di depan siswa lainnya menggunakan diagram,
bagan, gambar menggunakan teknologi sederhana atau teknologi informasi dan komunikasi.
Hasil belajar dari kegiatan mengomunikasikan adalah siswa dapat menjabarkan dan
mempertanggungjawabkan pembuktian hipotesis.
Materi lebih lengkap dan jelas mengenai pendekatan saintifik dapat disimak pada artikel di
bawah ini.
Baca juga: Pendekatan Saintifik : Pengertian, Karakteristik, Langkah, dsb
Pendekatan Inquiry (Inkuiri)
Pendekatan inquiry adalah pendekatan yang berusaha untuk memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk belajar melalui penyingkapan atau penyelidikan terhadap suatu
permasalahan. Seperti problem solving, pendekatan inquiry lebih berpusat pada keaktifan siswa
yang berusaha memecahkan permasalahan secara mandiri.
Dalam pendekatan ini materi yang disajikan tidak dibahas sampai tuntas, sehingga memberi
peluang kepada peserta didik untuk mencari dan menemukannya sendiri dengan menggunakan
berbagai cara yang distimulus oleh Guru.
Bruner mengngkapkan bahwa landasan yang mendasari pendekatan inquiri adalah karena hasil
belajar dengan cara ini lebih mudah diingat dan menerap pada siswa. Selain itu, materi juga
menjadi lebih mudah untuk disampaikan kepada seluruh peserta didik.
Pengetahuan dan kecakapan kognitif yang didapatkan melalui pendekatan ini juga
menumbuhkan motif intrinsik karena peserta didik merasa puas atas penemuannya sendiri.
Menurut Rusyan dkk (1992) Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menggunakan
pendekatan Inquiry yaitu:
1. Stimulation, sumber belajar mulai dengan bertanya mengajukan persoalan atau memberi
kesempatan kepada warga belajar untuk membaca atau mendengarkan uraian yang
memuat permasalahan.
2. Problem Statement, peserta didik diberi kesempatan mengidentifikasi berbagai
permasalahan. Permasalahan yang dipilih selanjutnya harus dirumuskan dalam bentuk
pertanyaan atau hipotesis
3. Data Collection, untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis
itu, peserta didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan berbagai informasi yang
relevan, membaca literatur, mengamati objeknya, mewawancarai nara sumber, uji coba
sendiri dan sebagainya.
4. Data Processing, Semua informasi itu diolah, dilacak, diklasifikasikan, ditabulasikan
kalau mungkin dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan
tertentu.
5. Verification, Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran atau informasi yang ada tersebut,
pertanyaan atau hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek terbukti
atau tidak.
6. Generalization, Berdasarkan hasil verifikasi maka peserta didik menarik generalisasi atau
kesimpulan tertentu.

Anda mungkin juga menyukai