Anda di halaman 1dari 15

Nama : Astri Ainun Najib

NIM : 2202125
Kelas : 3A PGSD

(Mata Kuliah Kurikulum dan Pembelajaran: Resume Materi Pertemuan 12)


Materi Rumpun -Rumpun dalam Model Pembelajaran

MODEL PEMBELAJARAN
Model pembelajaran sangat penting dalam proses pembelajaran di sekolah, karena model
pembelajaran merupakan salah satu sarana interaksi antara guru dengan siswa dalam proses
pembelajaran. Model pembelajaran yang guru gunakan dalam setiap kali pertemuan kelas tidak
asal pakai, akan tetapi telah melalui seleksi yang berkesesuaian dengan perumusan tujuan
instruksional pembelajaran. Berkenaan dengan hal tersebut yang diperlukan oleh seorang guru
adalah mempertimbangkan dan memilih metode pembelajaran yang efektif dan tepat.
Manik (2014:48) menyatakan bahwa, pemilihan model pembelajaran dalam kegiatan belajar
mengajar merupakan kerangka konseptual yang melukiskan suatu prosedur sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Model pembelajaran
yang dipilih dan digunakan oleh guru adalah model yang dapat membuat siswa aktif serta
mampu mengembangkan kreativitas sesuai dengan potensi yang dimiliki siswa. Maka dari itu,
diperlukan model pembelajaran yang cocok untuk mewujudkan pencapaian tujuan
pembelajaran.
Model pembelajaran adalah salah satu sarana interaksi guru dengan siswa dalam proses
pembelajaran. Model pembelajaran yang guru gunakan dalam setiap kali pertemuan kelas tidak
asal pakai akan tetapi, telah melalui seleksi yang berkesesuaian dengan perumusan tujuan
instruksional pembelajaran. Berkenaan dengan hal tersebut, yang diperlukan oleh seorang guru
adalah mempertimbangkan
Situmorang (2016:15) menjelaskan bahwa, model pembelajaran adalah suatu perencanaan
(planning) atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman untuk merencanakan
pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial untuk menentukan perangkat
pembelajaran yang termasuk buku, film, komputer, kurikulum, dan sebagainya.
Model pembelajaran adalah cara atau strategi yang digunakan oleh guru untuk merencanakan,
melaksanakan, dan mengevaluasi proses pembelajaran. Model pembelajaran dapat
mempengaruhi kualitas dan hasil pembelajaran, sehingga perlu disesuaikan dengan tujuan,
materi, dan karakteristik siswa. Model pembelajaran juga harus memperhatikan prinsip-prinsip
pembelajaran yang efektif, seperti aktif, interaktif, kreatif, inovatif, menyenangkan, dan
bermakna.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa, model
pembelajaran merupakan salah satu rencana atau pola yang dapat digunakan dalam proses
belajar mengajar di kelas agar interaksi antara guru dan siswa dapat mengalami kolaboratif
yang menyenangkan.
Model Pembelajaran ini memiliki berbagai macam model diantaranya yaitu:
A. Model Pembelajaran Kooperatif (Kerjasama)
Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan
dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling bekerja sama, saling berbagi dan berdiskusi
dengan temannya.25 Kooperatif mengandung pengertian bekerja sama dalam mencapai tujuan
bersama. Jadi hakikat sosial dan penggunaaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam
pembelajaran kooperatif. Pembelajaran dengan pendekatan kooperatif adalah miniatur dari
konsep hidup bermasyarakat. Sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk sosial, ia memiliki
ketergantungan pada orang lain, memiliki kekurangan dan kelebihan, memiliki rasa senasib,
serta mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama. Model ini menekankan pada kerjasama
antara siswa dalam kelompok-kelompok kecil untuk mencapai tujuan pembelajaran bersama.
Model ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan sosial, komunikasi, dan pemecahan
masalah siswa. Beberapa jenis model pembelajaran kooperatif adalah jigsaw, think-pair-share,
numbered heads together, dan student teams achievement division.
Dengan asumsi tersebut, melalui belajar kelompok secara kooperatif, siswa dilatih dan
dibiasakan untuk saling berbagi (sharing) pengetahuan, pengalaman, tugas, dan tanggung jawab.
Sehingga yang mampu dapat membantu yang lemah dengan asumsi what I teach I master (apa
yang saya ajarkan saya kuasai). Yang lemah juga akan terbantu sehingga lebih muncul minat,
motivasi dan percaya dirinya, karena tidak mesti bertanggung jawab secara individu tetapi lebih
menonjolkan kebersamaan. Dalam konteks ini siswa saling membantu dan berlatih
berinteraksi-komunikasi dan sosialisasi.
Dengan demikian, model pembelajaran kooperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara
berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkonstruksi konsep, mengerjakan
tugas, menyelesaikan masalah/ persoalan, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan
bersama lainnya. Bukanlah cooperative learning namanya jika siswa duduk bersama dalam
kelompok-kelompok kecil dan mempersilahkan salah seorang diantaranya untuk menyelesaikan
pekerjaan seluruh kelompok. Terdapat lima macam unsur yang terdapat dalam pembelajaran
kooperatif menurut (Roger and David Johnson) yakni:

1. Saling Ketergantungan Positif (Positive Interdependence)


Dalam pembelajaran kelompok, keberhasilan suatu penyelesaian tugas sangat tergantung
kepada usaha yang dilakukan setiap anggota kelompoknya. Kerja sama ini dibutuhkan untuk
mencapai tujuan. Siswa benar benar mengerti bahwa kesuksesan kelompok tergantung pada
kesuksesan anggotanya.

2. Tanggung Jawab Perseorangan(Personal Responsibility)


Prinsip ini merupakan konsekuensi dari prinsip yang pertama. Karena keberhasilan kelompok
tergantung pada setiap anggotanya, maka setiap anggota kelompok harus memiliki tanggung
jawab sesuai dengan tugasnya.

3. Interaksi Tatap Muka (Face to face Promotion Interaction)


Yaitu memberi kesempatan kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka melakukan
interaksi dan diskusi untuk saling memberi dan menerima informasi dari anggota kelompok
lain. Kegiatan interaksi ini akan memberi siswa bentuk sinergi yang menguntungkan semua
anggota. Karena hasil pemikiran beberapa kepala akan lebih kaya dari pada hasil pemikiran satu
kepala saja.

4. Komunikasi & interaksi Antar Anggota (Interpersonal Skill)


Yaitu memberi ruang dan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk
bertatap muka saling memberikan informasi dan saling membelajarkan. Interaksi tatap muka
akan memberikan pengalaman yang berharga kepada setiap anggota kelompok untuk bekerja
sama, menghargai setiap perbedaan, memanfaatkan kelebihan masing-masing anggota dan
mengisi kekurangan masing-masing.

5. Evaluasi Proses Kelompok (Group Processing)


Yaitu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok
dan hasil kerja sama mereka, agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.

Ciri-Ciri Pembelajaran Kooperatif yakni:


a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.
b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.
c. Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelmin
berbeda-beda.
d. Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu.

B. Model Pembelajaran Tematik


Pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses belajar secara
aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dan
terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajarinya. Melalui
pengalaman langsung siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari dan
menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya. Teori pembelajaran ini
dimotori para tokoh Psikologi Gestalt, termasuk Piaget yang menekankan bahwa pembelajaran
haruslah bermakna dan berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan anak.
Pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan
sesuatu (learning by doing). Oleh karena itu, guru perlu mengemas atau merancang pengalaman
belajar yang akan mempengaruhi kebermaknaan belajar siswa. Pengalaman belajar yang
menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual menjadikan proses pembelajaran lebih efektif.
Kaitan konseptual antara mata pelajaran yang dipelajari akan membentuk skema, sehingga
siswa akan memperoleh keutuhan dan kebulatan pengetahuan. Selain itu, dengan penerapan
pembelajaran tematik di sekolah dasar akan sangat membantu siswa, karena sesuai dengan
tahap perkembangannya siswa yang masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan
(holistik).

Beberapa ciri khas dari pembelajaran tematik antara lain yakni:


1) pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan dengan tingkat perkembangan dan
kebutuhan anak usia sekolah dasar;
2) kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik bertolak dari minat
dan kebutuhan siswa;
3) kegiatan belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi siswa sehingga hasil belajar dapat
bertahan lebih lama;
4) membantu mengembangkan keterampilan berpikir siswa;
5) menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang
sering ditemui siswa dalam lingkungannya;
6) mengembangkan keterampilan sosial siswa, seperti kerjasama, toleransi, komunikasi, dan
tanggap terhadap gagasan orang lain.

Manfaat pembelajaran tematik antara lain yakni:

C. Model Pembelajaran Project Based Learning


Model Project Based Learning (PBL) digunakan untuk memperdalam pengetahuan dan
keterampilan yang diperoleh dengan cara membuat karya atau proyek yang terkait dengan
materi ajar dan kompetensi yang diharapkan dimiliki oleh siswa. Menurut Ngalimun, Project
Based Learning (PBL) adalah model pembelajaran yang berfokus pada konsep-konsep dan
prinsip-prinsip utama (central) dari suatu disiplin. melibatkan siswa dalam kegiatan pemecahan
masalah dan tugas-tugas bermakna lainnya, memberi peluang siswa bekerja secara otonom
mengkonstruk belajar mereka sendiri, dan puncaknya menghasilkan produk karya siswa
bernilai dan realistik. Lebih lanjut, Wena (2010) menyatakan bahwa model Project Based
Learning (PBL) merupakan model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada guru
untuk mengelola pembelajaran di kelas dengan melibatkan kerja proyek. Guru atau instruktur
tidak lebih aktif dan melatih secara langsung dalam kerja proyek, akan tetapi guru menjadi
pendamping. fasilitator, dan memahami pikiran belajar (Ngalimun, 2014). Melalui Pembelajaran
model Project Based Learning (PBL), siswa akan terlibat dalam kegiatan pemecahan masalah
dan tugas-tugas bermakna lainnya. Proyek yang telah disepakati antara siswa dengan guru
didasarkan pada suatu permasalahan nyata. Kelompok kecil siswa bekerja sama mencari
pemecahan masalah melalui proyek tersebut. Model ini melibatkan siswa dalam proyek yang
kompleks dan berorientasi pada produk atau hasil akhir. Model ini bertujuan untuk
mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi, kolaborasi, dan kemandirian siswa.
Beberapa komponen model pembelajaran berbasis proyek adalah pertanyaan mengemuka,
penyelidikan, produk, umpan balik, dan refleks.

Model Project Based Learning digunakan untuk melatih siswa melakukan analisis terhadap
permasalahan, kemudian melakukan eksplorasi, mengumpulkan informasi, interpretasi, dan
penilaian dalam mengerjakan proyek yang terkait dengan permasalahan yang dikaji.
Pembelajaran ini memungkinkan siswa untuk mengembangkan kreativitasnya dalam
merancang dan membuat proyek yang dapat dimanfaatkan untuk mengatasi permasalahan.

D. Model Pembelajaran Inkuiri (Inquiry Learning)


Teori Bruner mengungkapkan pembelajaran inkuiri merupakan suatu model pembelajaran
yang lebih menekankan pentingnya pemahaman tentang struktur materi dari suatu ilmu yang
dipelajari, perlunya belajar aktif sebagai dasar dari pemahaman sebenarnya, dan nilai dari
berpikir secara induktif dalam belajar. Dalam pembelajaran inkuiri. guru memberikan contoh
dan siswa bekerja berdasarkan contoh tersebut sampai menemukan hubungan antar bagian dari
suatu struktur materi. Model pembelajaran inkuiri adalah suatu model yang menuntut siswa
untuk lebih aktif dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan, mencari informasi dan melakukan
penyelidikan untuk menemukan sendiri suatu konsep dimana guru membimbing siswa
melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan awal dan mengarahkannya pada suatu
kegiatan diskusi. Inkuiri memberikan pengalaman-pengalaman belajar yang nyata dan aktif bagi
siswa. Siswa belajar menjadi seorang ilmuwan dimana mereka diberi kesempatan untuk
menyelidiki dan mencari jawaban sendiri.
E. Model Pembelajaran Kolaboratif
Menurut Elizabert E. Barkley dalam bukunya Collaborative Learning techniques mengatakan
berkolaborasi berarti bekerja bersama-sama dengan orang lain. Praktek pembelajaran
kolaboratif berarti bekerja secara berpasangan atau dalam kelompok kecil untuk mencapai
tujuan pembelajaran bersama. Pembelajaran kolaboratif berarti belajar melalui kerja kelompok,
bukan belajar dalam kesendirian. Collaborative Learning it meliputi kemampuan sosial dan
kemampuan pembelajaran yang menggabungkan 3 konsep yaitu tanggung jawab individu
(individual accountability), keuntungan kelompok (group benefit), dan pencapaian kesuksesan
yang sama (equal achievement of success). Collaborative Learning merupakan pembelajaran
dimana pesertanya saling berbicara untuk bertukar pemikiran. melalui pembicaraan tersebut
terjadi diskusi dimana para peserta dalam kelompok saling bereksplorasi, mendapat penjelasan,
berbagi interpretasi.

F. Model Personal (Personal Models)


Model ini bertitik tolak dari teori Humanistik, yaitu berorientasi terhadap pengembangan diri
individu. Perhatian utamanya pada emosional siswa untuk mengembangkan hubungan yang
produktif dengan lingkungannya. Model menjadikan pribadi siswa yang mampu membentuk
hubungan yang harmonis serta mampu memproses informasi secara efektif. Model ini juga
berorientasi pada individu dan perkembangan keakuan, Tokoh humanistik adalah Abraham
Maslow, Rogers, C. Buhler dan Arthur Comb. Menurut teori ini, guru harus berupaya menciptakan
kondisi kelas yang kondusif, agar siswa merasa bebas dalam belajar dan mengembangkan
dirinya, baik emosional maupun intelektual. Teori humanistik timbul sebagai gerakan
memanusiakan manusia. Pada teori humanistik ini, pendidik seharusnya berperan sebagai
pendorong, bukan menahan sensitivitas siswa terhadap perasaan.

G. Model Identifikasi Tingkah Laku (Behavioural)


Model ini bertitik tolak dari teori belajar behavioristik, yaitu bertujuan mengembangkan
sistem yang efisien untuk mengurutkan tugas-tugas belajar dan membentuk TL dengan cara
memanipulasi penguatan (reinforcement). Model ini lebih menekankan pada aspek perubahan
perilaku psikologis dan perilaku yang tidak dapat diamanti Karakteristik. Model ini adalah
dalam hal penjabaran tugas-tugas yang harus dipelajari siswa lebih efisien dan berurutan.
Implementasi dari model modifikasi tingkah laku ini adalah meningkatkan ketelitian
pengucapan pada anak. Guru selalu perhatian terhadap tingkah laku belajar siswa. Modifikasi
tingkah laku anak yang kemampuan belajarnya rendah dengan strategi pembelajaran bagaimana
yang dipandang lebih efektif dalam yang menjadi harapannya. Dalam pembelajaran kontekstual
ada prinsip pembelajaran yang harus dikembangkan oleh guru yaitu: 1) konstruktivisme, 2)
menemukan (inquiry), 3) bertanya, 4) masyarakat belajar, 5) pemodelan, 6) refleksi dan 7)
penilaian sebenarnya.

H. Model Pemrosesan Informasi


Model in berdasarkan teori belajar kognitif (Piaget) dan berorientasi pada kemampuan siswa
memproses informasi yang dapat memperbaiki kemampuannya. Pemrosesan Informasi merujuk
pada cara mengumpulkan menerima stimulus dari lingkungan mengorganisasi data,
memecahkan masalah, menemukan konsep dan menggunakan simbol verbal dan visual. Teori
pemrosesan informasi/kognitif dipelopori oleh Robert Gague, asumsinya adalah pembelajaran
merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan Perkembangan merupakan hasil
kumulatif dari pembelajaran. Dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi yang
kemudian diolah sehingga menghasilkan output dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan
informasi terjadi interaksi antara kondisi internal (keadaan individu, proses kognitif) dan
kondisi-kondisi eksternal (rangsangan dari lingkungan) dan interaksi antar keduanya akan
menghasilkan hasil belajar. Pembelajaran merupakan keluaran dari pemrosesan informasi yang
berupa kecakapan manusia (human capitalities)

i. Model Interaksi Sosial


Model ini didasari oleh teori belajar Gestalt (field-theory). Model Interaksi Sosial
menitikberatkan hubungan yang harmonis antara individu dengan masyarakat (learning to life
together). Teori Pembelajaran Gestalt dirmis oleh Max Wertheimer, bersama dengan Kurt Koffka
dan W. Kohler, mengadakan eksperimen mengenai pengamatan visual dengan fenomena fisik
Percobaannya yaitu memproyeksikan titik-titik cahaya (keseluruhan lebih penting daripada
bagian). Pokok pandangan Gestalt adalah objek atau peristiwa tertentu akan dipandang sebagai
suam keseluruhan yang terorganisasikan. Makna suatu objek peristiwa adalah terletak pada
keseluruhan bentuk (gestalt) dan bukan bagian-bagiannya. Pembelajaran akan lebih bermakna
bila materi diberikan secara utuh bukan bagian-bagian.

J. Model Problem Based Learning (PBL)


Model ini menantang siswa untuk memecahkan masalah nyata atau simulasi yang relevan
dengan materi pembelajaran. Model ini bertujuan untuk mengembangkan keterampilan berpikir
kritis, analitis, dan kreatif siswa. Beberapa langkah model pembelajaran berbasis masalah
adalah mengidentifikasi masalah, mencari informasi, menghasilkan alternatif, memilih dan
menerapkan solusi, dan mengevaluasi hasil.
K. Model Based Learning Model
Model ini membantu siswa untuk membentuk dan mengembangkan model mental tentang
fenomena atau konsep yang dipelajari. Model ini bertujuan untuk mengembangkan pemahaman
konseptual, penalaran, dan pengetahuan ilmiah siswa. Beberapa jenis model pembelajaran
berbasis model adalah model mental, model eksternal, model ekspresif, dan model konsensus⁵.

L. Model Pembelajaran Campuran (Mixed Model)


Model ini menggabungkan pembelajaran tatap muka dan pembelajaran daring dalam satu
kesatuan. Model ini bertujuan untuk meningkatkan fleksibilitas, efisiensi, dan efektivitas
pembelajaran. Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam model pembelajaran
campuran adalah tujuan, konten, metode, media, dan evaluasi pembelajaran.

Selain model-model pembelajaran di atas, ada juga beberapa model pembelajaran terbaru
yang berbasis pada teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI). Model-model
pembelajaran ini menggunakan algoritma-algoritma yang dapat belajar dari data dan
menghasilkan pengetahuan atau keterampilan baru. Beberapa model pembelajaran berbasis AI
yang sedang berkembang yakni:

M. Model Pembelajaran Mendalam


Model ini menggunakan jaringan syaraf tiruan (neural network) yang memiliki banyak lapisan
tersembunyi (hidden layer) untuk memproses data yang kompleks dan berdimensi tinggi. Model
ini dapat belajar dari data yang tidak berlabel (unsupervised learning), data yang berlabel
sebagian (semi-supervised learning), atau data yang berlabel lengkap (supervised learning).
Model ini dapat digunakan untuk berbagai aplikasi, seperti pengenalan gambar, pengenalan
suara, pemrosesan bahasa alami, dan lain-lain.

N. Model Pembelajaran Penguatan


Model ini menggunakan mekanisme hadiah dan hukuman (reward and punishment) untuk
mengajarkan agen (agent) yang berinteraksi dengan lingkungan (environment) untuk mencapai
tujuan tertentu. Model ini dapat belajar dari pengalaman sendiri (trial and error) atau dari
kebijakan optimal (optimal policy) yang diberikan oleh orang lain. Model ini dapat digunakan
untuk berbagai aplikasi, seperti robotika, permainan, kontrol, dan lain-lain.

O. Model Pembelajaran Transfer


Model ini menggunakan pengetahuan atau keterampilan yang telah dipelajari sebelumnya
untuk mempelajari hal-hal baru yang berkaitan. Model ini dapat mengurangi waktu dan biaya
pembelajaran, serta meningkatkan kinerja dan generalisasi. Model ini dapat digunakan untuk
berbagai aplikasi, seperti adaptasi domain, pembelajaran multitugas, pembelajaran meta, dan
lain-lain.

P. Model Pembelajaran Discovery Learning (DL)


Model pembelajaran discovery learning adalah salah satu model pembelajaran yang
berorientasi pada siswa, di mana siswa diberi kesempatan untuk menemukan sendiri
pengetahuan, konsep, atau prinsip yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Model ini
didasarkan pada teori konstruktivisme, yang menganggap bahwa belajar adalah proses
konstruksi makna yang dilakukan oleh siswa berdasarkan pengalaman dan konteks mereka.
Model ini juga sesuai dengan kurikulum 2023, yang menekankan pada pengembangan
kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan siswa secara holistik dan integratif. Model
pembelajaran discovery learning memiliki beberapa tujuan, antara lain:
● Meningkatkan motivasi, minat, dan rasa ingin tahu siswa terhadap materi pembelajaran.
● Mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi, seperti berpikir kritis, analitis,
kreatif, dan reflektif.
● Membentuk sikap ilmiah, seperti percaya diri, mandiri, bertanggung jawab, dan berani
mengambil risiko.
● Meningkatkan pemahaman konseptual, penalaran, dan pengetahuan ilmiah siswa.
● Mendorong siswa untuk belajar mandiri dan berkolaborasi dengan sesama.
Model pembelajaran discovery learning memiliki beberapa tahapan, antara lain:
1) Pemberian rangsangan: Guru memberikan rangsangan yang menarik dan relevan
dengan materi pembelajaran, seperti pertanyaan, masalah, gambar, video, atau benda
nyata. Rangsangan ini bertujuan untuk menimbulkan rasa ingin tahu dan keinginan
siswa untuk menemukan jawaban atau solusi.
2) Pernyataan atau identifikasi masalah: Guru membantu siswa untuk merumuskan
masalah yang akan diselesaikan atau tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran.
Masalah atau tujuan ini harus jelas, spesifik, dan dapat diukur.
3) Pengumpulan data: Guru membimbing siswa untuk mencari dan mengumpulkan data
yang relevan dengan masalah atau tujuan pembelajaran, baik dari sumber internal
maupun eksternal. Sumber internal adalah pengetahuan atau pengalaman sebelumnya
yang dimiliki siswa, sedangkan sumber eksternal adalah buku, internet, media, atau
orang lain yang dapat memberikan informasi.
4) Pengolahan data: Guru membantu siswa untuk mengolah data yang telah dikumpulkan,
seperti mengklasifikasikan, mengurutkan, menghitung, mengukur, menggambar, atau
membuat tabel. Pengolahan data ini bertujuan untuk menemukan pola, hubungan, atau
aturan yang berkaitan dengan masalah atau tujuan pembelajaran.
5) Pembuktian: Guru membantu siswa untuk membuktikan kebenaran atau validitas dari
pola, hubungan, atau aturan yang telah ditemukan. Pembuktian ini dapat dilakukan
dengan cara melakukan eksperimen, observasi, simulasi, atau perbandingan dengan
sumber lain yang dapat dipercaya.
6) Menarik simpulan atau generalisasi: Guru membantu siswa untuk menarik simpulan
atau generalisasi dari hasil pembuktian. Simpulan atau generalisasi ini merupakan
pengetahuan, konsep, atau prinsip baru yang ditemukan oleh siswa. Guru juga
membantu siswa untuk mengaplikasikan simpulan atau generalisasi ini pada situasi lain
yang serupa atau berbeda.
Model pembelajaran discovery learning memiliki beberapa kelebihan, antara lain:
a) Model ini dapat meningkatkan motivasi, minat, dan rasa ingin tahu siswa terhadap
materi pembelajaran, karena siswa merasa terlibat dan berperan aktif dalam proses
pembelajaran.
b) Model ini dapat mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi, seperti berpikir
kritis, analitis, kreatif, dan reflektif, karena siswa dituntut untuk menemukan sendiri
pengetahuan, konsep, atau prinsip yang berkaitan dengan materi pembelajaran.
c) Model ini dapat membentuk sikap ilmiah, seperti percaya diri, mandiri, bertanggung
jawab, dan berani mengambil risiko, karena siswa ditantang untuk menyelesaikan
masalah atau mencapai tujuan yang ditetapkan dalam pembelajaran.
d) Model ini dapat meningkatkan pemahaman konseptual, penalaran, dan pengetahuan
ilmiah siswa, karena siswa dapat mengalami dan menemukan sendiri pengetahuan,
konsep, atau prinsip yang berkaitan dengan materi pembelajaran.
e) Model ini dapat mendorong siswa untuk belajar mandiri dan berkolaborasi dengan
sesama, karena siswa dapat menggunakan sumber belajar yang beragam dan berdiskusi
dengan teman atau guru dalam pembelajaran.
Model pembelajaran discovery learning juga memiliki beberapa kekurangan, antara lain:

a) Model ini membutuhkan waktu yang lebih lama dan persiapan yang lebih matang dari
guru, karena guru harus merancang rangsangan, masalah, data, dan evaluasi yang sesuai
dengan materi pembelajaran.
b) Model ini membutuhkan kesiapan dan kemampuan siswa yang cukup tinggi, karena
siswa harus memiliki pengetahuan atau pengalaman sebelumnya, keterampilan belajar,
dan motivasi belajar yang baik untuk dapat menemukan sendiri pengetahuan, konsep,
atau prinsip yang berkaitan dengan materi pembelajaran.
c) Model ini membutuhkan bimbingan dan umpan balik yang efektif dari guru, karena
guru harus dapat membantu siswa untuk menemukan sendiri pengetahuan, konsep,
atau prinsip yang berkaitan dengan materi pembelajaran, tanpa memberikan jawaban
atau solusi secara langsung.

Q. Model Pembelajaran Kontekstual


Model pembelajaran kontekstual adalah model pembelajaran yang menghubungkan materi
pembelajaran dengan situasi nyata yang ada di sekitar siswa. Model ini didasarkan pada teori
konstruktivisme, yang menganggap bahwa belajar adalah proses konstruksi makna yang
dilakukan oleh siswa berdasarkan pengalaman dan konteks mereka. Model ini juga sesuai
dengan kurikulum 2023, yang menekankan pada pengembangan kompetensi sikap,
pengetahuan, dan keterampilan siswa secara holistik dan integratif. Pembelajaran kontekstual
merupakan pembelajaran yang mengaitkan materi pembelajaran dengan konteks dunia nyata
yang dihadapi siswa sehari-hari baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, alam sekitar dan
dunia kerja, sehingga siswa mampu membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama
pembelajaran yakni: konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning), menyelidiki
(inquiry), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection),
dan penilaian autentik (authentic assessment).

R. Model Pembelajaran Langsung


Inti dari model pembelajaran langsung adalah guru mendemonstrasikan pengetahuan atau
keterampilan tertentu, selanjutnya melatihkan keterampilan tersebut selangkah demi selangkah
kepada siswa. Rasional teoritik yang melandasi model ini adalah teori pemodelan tingkah laku
yang dikembangkan oleh Albert Bandura. Menurut Bandura, belajar dapat dilakukan melalui
pemodelan (mencontoh, meniru) perilaku dan pengalaman orang lain. Sebagai contoh untuk
dapat mengukur panjang dengan jangka sorong, siswa dapat belajar dengan menirukan cara
mengukur panjang dengan jangka sorong yang dicontohkan oleh guru. Tujuan yang dapat
dicapai melalui model pembelajaran ini terutama adalah penguasaan pengetahuan prosedural
(pengetahuan bagaimana melakukan sesuatu). Model pembelajaran ini cenderung berpusat
pada guru, sehingga sebagian besar siswa cenderung bersikap pasif, maka perencanaan dan
pelaksanaan hendaknya sangat hati-hati. Sistem pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh
guru harus menjamin keterlibatan seluruh siswa khususnya dalam memperhatikan,
mendengarkan, dan resitasi (tanya jawab). Pengaturan lingkungan mengacu pada tugas dan
memberi harapan yang tinggi agar siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran.
S. Model ExPRession
Selama proses pembelajaran dalam model "ExPRession" ini diawali dengan pemberian
motivasi pada peserta didik dengan menampilkan fenomena pembiasan cahaya (ill-structured
problem) sebagai pemicu pembelajaran. Tahap orientasi, yang berisikan kegiatan untuk
mengidentifikasi konsep- konsep, mengumpulkan berbagai informasi terkait konsep yang
terdapat dalam fenomena yang sedang dibahas, dan membuat prediksi. Kegiatan ini dilakukan
secara individu melalui buku teks dan website. Pada tahap ini peserta didik diharapkan
mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya, untuk ditelaah dan dihubungkan dengan
pengetahuan yang telah dimiliki. Untuk memperdalam pemahaman terhadap pengetahuan yang
dibangun, maka dilakukan diskusi kelompok. Jika tahap ini dilakukan, maka akan diduga peserta
didik terlibat langsung baik fisik maupun mental dalam memperoleh pengetahuan bagi dirinya,
dengan demikian pemahaman konsep peserta didik akan semakin baik. Hal ini sejalan dengan
apa yang menjadi inti teori konstruktivis, teori kognitif, teori pembelajaran bermakna, dan teori
pemrosesan informasi. Pengetahuan atau konsep yang diperoleh pada tahap orientasi
selanjutnya digunakan untuk menyelesaikan masalah dengan tahapan. Kegiatan yang ada dalam
langkah ekspresi. Pada tahap ekspresi ini peserta didik dilatihkan untuk menemukan masalah
berdasarkan prediksi yang telah mereka buat dalam langkah orientasi. Pada tahap ini peserta
didik dilatih untuk membuat translasi masalah ke dalam berbagai bentuk
representasi.Selanjutnya peserta didik melaksanakan kegiatan investigasi dimulai dari
merumuskan masalah hingga pengujian hipotesis dan melakukan diskusi agar diperoleh solusi
terbaik dari masalah yang ditemukan. Setelah peserta didik menyelesaikan masalah seperti yang
diuraikan di atas, maka tahap berikutnya peserta didik melakukan evaluasi melalui diskusi
kelas. Pada bagian ini peserta didik diharapkan dapat menilai pengetahuannya ataupun menilai
apa yang dilakukan teman. Kegiatan Pembelajaran diakhiri dengan melakukan generalisasi
dengan cara berlatih menemukan masalah sendiri dan menyelesaikan masalah tersebut. Pada
Langkah ini peserta didik juga berlatih menyelesaikan masalah secara numerik menggunakan
kemampuan useful description, physics approach,specific application of physics, mathematical
procedures, dan logical progression.

T. Model Guided Discovery


Model pembelajaran Guided Discovery merupakan suatu pembelajaran yang melibatkan siswa
ke dalam proses kegiatan mental melalui diskusi, membaca dan mencoba, agar siswa dapat
belajar mandiri. Pembelajaran Guided Discovery merupakan pembelajaran yang mengarahkan
siswa untuk memperoleh pengetahuan yang belum diketahuinya tidak hanya melalui
pemberitahuan langsung, namun pengetahuan tersebut dapat ditemukan secara kelompok.
Pembelajaran discovery (penemuan), yaitu pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa,
sehingga siswa mudah menemukan konsep dan prinsip melalui proses mental (Jauwad &
Supriyono, 2015:51).
Model pembelajaran penemuan terbimbing dapat lebih memvariasikan hasil temuannya
dengan lebih baik, karena guru menggunakan model pembelajaran penemuan terbimbing
dengan menghadirkan masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari sebagai alternatif
belajar siswa.
Adapun langkah-langkah model pembelajaran guided discovery serta keunggulan dan
kelemahan menurut Efendi & Joko (2013:215) antara lain:
1. Menjelaskan tujuan/mempersiapkan siswa, yaitu guru menyampaikan tujuan pembelajaran,
memotivasi siswa dengan mendorong siswa untuk terlibat dalam kegiatan pembelajaran:
2. Orientasi masalah, yaitu guru menjelaskan masalah sederhana yang berkaitan dengan
materi pembelajaran;
3. Merumuskan hipotesis, yaitu guru memberikan hipotesis sesuai permasalahan yang
dikemukakan;
4. Melakukan kegiatan penemuan, yaitu guru membimbing siswa melakukan kegiatan
penemuan dengan mengarahkan siswa untuk memperoleh informasi yang diperlukan;
5. Mempresentasikan hasil kegiatan penemuan, yaitu guru membimbing siswa dalam
menyajikan hasil kegiatan, merumuskan kesimpulan/menemukan konsep; dan
6. Mengevaluasi kegiatan penemuan, yaitu guru mengevaluasi langkah-langkah kegiatan yang
telah dilakukan.

U. Model Pembelajaran GOLD


Model pembelajaran GOLD merupakan salah satu model pembelajaran yang digunakan untuk
mengembangkan keterampilan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran. Model
pembelajaran GOLD dengan pengaplikasian Aksara Lontara bilingual berbasis Android mampu
menciptakan proses akomodasi kognitif yang berawal dari pengetahuan siswa menjadi suatu
pengetahuan baru yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari agar siswa dapat
menjadi mandiri dalam memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Model
pembelajaran GOLD memberikan fasilitas untuk mengakomodasi pengetahuan awal siswa
sehingga menjadi pengetahuan baru yang dapat siswa manfaatkan dalam kehidupan sehari-hari.
Model pembelajaran GOLD merupakan model pembelajaran yang mengadopsi langkah-langkah
model pembelajaran Guided Discovery dan Organizing (pengorganisasian) yang berarti model
pembelajaran yang merangsang keaktifan belajar siswa, di mana siswa dituntun untuk
menyusun sebuah kalimat berisi tulisan dan gambar yang tercetak tentang suatu masalah dalam
bentuk kuis puzzle leaflet, sehingga dalam pembelajaran dapat menyenangkan bagi siswa,
kreatif, unik, tidak tegang, cukup santai, siswa senang mengikuti pelajaran saat diterapkannya
model pembelajaran GOLD dan dapat menarik perhatian siswa untuk belajar yang melibatkan
siswa ke dalam proses kegiatan mental melalui diskusi penemuan dan membuat siswa tidak
merasa bosan dalam proses pembelajaran.
Dasar terciptanya model pembelajaran GOLD adalah dengan mengacu pada kekurangan model
pembelajaran Guided Discovery serta perpaduan langkah-langkah model pembelajaran Guided
Discovery dengan Organizing (pengoganisasian) dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
(IPS). Adanya penambahan beberapa langkah baru dalam model pembelajaran Guided
Doiscovery seperti organizing dan media pembelajaran leaflet bertujuan agar dapat menjadi
sebuah model pembelajaran yang mampu menutupi kelemahan dari model pembelajaran
Guided Discovery.
Model pembelajaran GOLD diharapkan dapat melatih siswa belajar dalam kelompok untuk
menyelesaikan sebuah permasalahan dengan cepat. Model ini didasarkan pada asumsi bahwa
kemampuan untuk mengikuti dan menyelesaikan tugas dalam setting kelompok adalah penting.
Siswa yang berpartisipasi dalam pemecahan masalah (problem solving) akan memiliki
keterampilan yang diperlukan untuk berbagai mata pelajaran, melatih kepemimpinan dan
tanggung jawab serta solidaritas dan toleransi.
Penerapan model pembelajaran GOLD menuntut adanya kreativitas guru dalam mendesain
proses pembelajaran agar siswa dapat termotivasi dan tercipta interaksi belajar mengejar yang
positif. Penggunaan aplikasi Android pada akhirnya diharapkan akan menjadi media
pembelajaran yang dapat memudahkan pembelajaran siswa baik di dalam kelas maupun di luar
kelas. Selain itu dengan penggunaan tambahan media aplikasi Android siswa diarahkan agar
lebih memanfaatkan smartphone yang siswa miliki agar smartphone tersebut digunakan tidak
hanya untuk berkomunikasi namun dapat digunakan untuk ranah pendidikan. Dengan
pembuatan aplikasi ini diharapkan dapat membantu para siswa untuk lebih memahami materi
pembelajaran (Nur, et all. 2018:131).
Kegiatan inti dari model pembelajaran GOLD penggunaan kuis puzzle leaflet. Hasil dari leaflet
tersebut akan didiskusikan, di mana dalam tahap diskusi siswa dilatih untuk bersikap
menghargai, menghayati, menganalisis, mengamati, menanya, menalar dan menciptakan. Proses
pembelajaran dalam hal diskusi diharapkan agar siswa dapat berkomunikasi dengan baik serta
diharapkan untuk saling menghargai orang lain.
Unsur-unsur yang terdapat pada model pembelajaran GOLD (Guided, Organizing, Leaflet,
Discovery) yaitu:

1. Guided (bimbingan), yaitu guru membimbing siswa dengan cara mengajukan pertanyaan yang
berkaitan dengan materi pembelajaran kemampuan analogi siswa; untuk membangun
2. Organizing (pengorganisasian), yaitu guru membagi kelompok belajar siswa secara heterogen,
kelompok belajar di sini untuk memudahkan siswa agar dapat membangun kemampuan
analoginya:
3. Leaflet (lembar balik), yaitu guru mengarahkan kepada siswa untuk menyusun kalimat dalam
bentuk game puzzle leaflet yang telah disediakan untuk membentuk sebuah Leaflet. Kalimat
yang telah disusun berisi kalimat yang berisi pernyataan dengan pertanyaan yang mengarahkan
siswa agar dapat membangun kemampuan analoginya; dan 4. Discovery (penemuan), yaitu guru
meminta salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil penemuannya di depan kelas (di
depan teman-temannya), kemudian guru mengarahkan kepada kelompok lain untuk
mengajukan pertanyaan kepada kelompok yang presentasi memaparkan hasil temuannya.

Anda mungkin juga menyukai