Anda di halaman 1dari 43

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Matematika sebagai ilmu dasar menjadi pendukung bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, oleh kena itu matematika sudah mulai di ajarkan dari tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi untuk membekali mereka dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif serta kemampuan bekerja sama. Hal ini dikarenakan mutu pengajaran matematika mempunyai peranan yang sangat dominan bagi kemajuan bangsa. Kenyataan ini sesuai dengan yang dikemukakan Hudoyo (1979:49) bahwa Pendidikan matematika di Sekolah Dasar adalah untuk menciptakan ahli-ahli pengetahuan dan teknologi dan ahli-ahli perencanaan kota. Mengingat pentingnya matematika dalam ilmu pengetahuan dan teknologi maka matematika perlu dikuasai dan dipahami oleh segenap lapisan masyarakat terutama siswa sekolah formal. Dalam penerapannya, pembelajaran matematika haruslah terstruktur dengan baik, karena dalam proses penerapannya membutuhkan ketekunan, keuletan serta rasa cinta terhadap matematika dengan demikian siswa terarah dalam menghubungkan konsep-konsep matematika yang telah dipelajari sebelumnya dan dapat menguasainya dengan efektif dan efisien. Matematika salah satu pelajaran yang sangat penting di sekolah, namun kenyataan di sekolah-sekolah matematika masih dianggap sebagai mata pelajaran yang membosankan dan sulit dimengerti. Semua ini bisa saja disebabkan oleh paradigma yang digunakan oleh seorang guru adalah paradigma pembelajaran lama, dalam arti komunikasi dalam pembelajaran matematika cenderung berlangsung dari satu arah umumnya dari guru ke siswa, guru lebih mendominasi pembelajaran maka pembelajaran cenderung monoton sehingga mengakibatkan siswa merasa jenuh dan membosankan, Oleh karena itu dalam mengajarkan matematika kepada siswa, guru hendaknya lebih memilih berbagai variasi pendekatan, strategi, metode yang sesuai dengan situasi dan materi yang di ajarkan sehingga tujuan pembelajaran yang direncanakan akan tercapai dengan sempurna. Perlu diketahui bahwa baik atau tidaknya suatu pemilihan model pembelajaran akan tergantung pada tujuan

pembelajarannya, kesesuaian antara materi belajar, tingkat perkembangan siswa, kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran serta mengoptimalkan sumbersumber belajar yang ada. Oleh sebab itu penulis akan membahas suatu model pembelajaran kooperatif yang berpotensi membuat siswa sebagai pusat pembelajaran yang akan merubah paradigma-paradigma lama yang terjadi dalam pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif memiliki beberapa tipe, diantaranya yaitu STAD, TGT, TAI, JINGSAW, NHT,PARTNER SWITCH, CIRC, dan lain-lainnya. Dalam makalah ini akan di jelaskan mengenai model pembelajaran koooperatif dan tipe-tipe Kooperatif tipe NHT,PARTNER SWITCH, dan CIRC B. Tujuan Pemasalahan Adapun tujuan yang diharapkan dari pembahasan makalah ini antara lain: 1. Agar peserta diskusi sebagai calon guru kedepannya mengetahui tentang model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT), Coopertive Integrated Reading and Composition (CIRC),dan Partner Switch. 2. Agar para calon guru dapat mengaplikasikan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT), Coopertive Integrated Reading and Composition (CIRC), dan Partner Switch dalam pembelajaran. 3. Agar peserta diskusi sebagai calon guru kedepan dalam pembelajaran dapat merubah konsep pembelajaran lama menjadi pembelajaran yang efektif dan kreatif yang bisa membangkitkan minat belajar siswa.

BAB II PEMBAHASAN

I. Model Pembelajaran Kooperatif 1. Pengertian Model Pembelajaraan Kooperatif Menurut Soekamto dan Winataputra (1994:78), Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam

mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar. Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam siswa dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Beberapa pendapat para ahli mengenai model pembelajaran kooperatif antara lain: a. Etin Solihatin & Raharjo (2007), Mengartikan kooperatif sebagai bentuk kerjasama dalam mencapai tujuan bersama. Pembelajaran kooperatif

(cooperative learning) merupakan suatu model pembelajaran yang membantu siswa dalam mengembangkan pemahaman dan sikapnya sesuai dengan kehidupan nyata sehingga dalam bekerja secara bersama-sama diantara sesama anggota kelompok dapat meningkatkan motivasi, produktivitas, dan hasil belajar. b. Priyanto (2007), Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Prinsip dasar pembelajaran kooperatif adalah siswa membentuk kelompok kecil dan saling mengajar sesamanya untuk mencapai tujuan bersama. Dalam pembelajaran kooperatif siswa pandai mengajar siswa yang kurang pandai tanpa merasa dirugikan. Siswa kurang pandai dapat belajar dalam suasana yang menyenangkan karena banyak teman yang membantu dan memotivasinya. Siswa yang sebelumnya terbiasa bersikap

pasif setelah menggunakan pembelajaran kooperatif maka akan terpaksa berpartisipasi secara aktif agar bisa diterima oleh anggota kelompoknya. c. Menurut Lie (2002), Pembelajaran kooperatif adalah sistem pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalamfekif d. tugas-tugas yang terstruktur dan dalam sistem ini guru bertindak sebagai fasiltator. Berdasarkan dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan dalam kegiatan-kegiatan belajar. Dalam hal ini sebagian besar aktifitas pembelajaran berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi dan berdiskusi memecahkan masalah.

2.

Ciri-Ciri/Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif Dalam hal ini para ahli memberikan beberapa ciri-ciri pembelajaran kooperatif

antara lain adalah: a. Menurut Stahl dalam Ismail (2002: 12), bahwa ciri-ciri pembelajaran kooperatif adalah : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Belajar dengan teman Tatap muka antar teman Mendengarkan diantara anggota Belajar dari teman sendiri dalam kelompok Belajar dalam kelompok kecil Produktif berbicara atau mengemukakan pendapat Siswa membuat keputusan Siswa aktif

b. Johnson dalam Ismail (2002:12), menyebutkan belajar dengan Model Kooperatif mempunyai ciri : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Saling ketergantungan yang positif Dapat dipertanggungjawabkan secara individu Heterogen Berbagi kepemimpinan Berbagi tanggung jawab Ditekankan pada tugas dan kebersamaan Mempunyai ketrampilan dalam berhubungan sosial Guru mengamati Efektifitas tergantung kepada kelompok

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut : 1. Siswa belajar dalam kelompok, produktif mendengar, mengemukakan pendapat dan membuat keputusan secara bersama. 2. Kelompok siswa yang dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, jenis kelamin, dan kemampuan belajar. 3. Panghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok.

3.

Unsur-Unsur Model Pembelajaran Kooperatif Roger dan Dafid Johnson mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok

bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal, ada lima unsur yang harus diterapkan dalam pembelajaran kooperatif yaitu: a. Saling Ketergantungan Positif (positive interdependence). Dalam pembelajaran kooperatif, keberhasilan dalam menyelesaikan tugas tergantung pada usaha yang dilakukan oleh kelompok tersebut. Keberhasilan kerja kelompok ditentukan oleh kinerja masing-masing anggota kelompok. Oleh karena itu, semua anggota dalam kelompok akan merasa saling ketergantungan. b. Tanggung Jawab Perorangan (individual accountability). Keberhasilan anggota kelompok sangat tergantung dari masingmasing anggota kelompoknya. Oleh karena itu, setiap anggota kelompok

mempunyai tugas dan tanggung jawab yang harus dikerjakan dalam kelompok tersebut. c. Interaksi Tatap Muka (face to face promotion interaction). Memberikan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka melakukan interaksi dan diskusi untuk saling memberi dan menerima informasi dari anggota kelompok lain. d. Partisipasi dan Komunikasi (participation and communication). Melatih siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dan berkomunikasi dalam kegiatan pembelajaran. e. Evaluasi Proses Kelompok Menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerjasama mereka, agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.

4.

Tahapan/Sintak Model Pembelajaran Kooperatif Terdapat 6 tahapan dalam model pembelajaran kooperatif, yaitu:

Langkah Langkah 1

Keterangan Menyampaikan

Kegiatan tujuan Guru menyampaikan tujuan

dan memotivasi siswa.

pembelajaran dan mengkomunikasikan kompetensi dasar yang akan dicapai serta memotivasi siswa.

Langkah 2

Menyajikan informasi.

Guru menyajikan informasi kepada siswa.

Langkah 3

Mengorganisasikan siswa ke

Guru

menginformasikan

dalam pengelompokan siswa.

kelompok-kelompok belajar. Langkah 4 Membimbing kelompok Guru belajar. membimbing kelompok-

kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

Langkah 5

Evaluasi.

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang

materi

pembelajaran

yang

telah

dipelajari. Langkah 6 Memberikan penghargaan. Guru memberi penghargaan hasil

belajar individual dan kelompok.

5. Teknik Pembentukan Kelompok dan Pembelajaran Kooperatif

Kriteria Penghargaan Model

Salah satu cara membentuk kelompok berdasarkan kemampuan akademik seperti berikut ini.

Kemampuan

No 1

Nama

Ranking 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

Kelompok A B C D D C B A A B C D D C B A

Tinggi

2 3 4 5 6 7

Sedang

8 9 10 11 12 13

Rendah

14 15 16

Menurut Slavin (1995) guru memberikan penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar dari nilai dasar (awal) ke nilai kuis/tes setelah siswa bekerja dalam kelompok.

Cara-cara penentuan nilai penghargaan kepada kelompok dijelaskan sebagai berikut: Langkah langkah memberi penghargaan kelompok: 1. Menentukan nilai dasar (awal) masing-masing siswa. Nilai dasar (awal) dapat berupa nilai tes/kuis awal atau menggunakan nilai ulangan sebelumnya. 2. Menentukan nilai tes/kuis yang telah dilaksanakan setelah siswa bekerja dalam kelompok, misal nilai kuis I, nilai kuis II, atau rata-rata nilai kuis I dan kuis II kepada setiap siswa yang kita sebut nilai kuis terkini. 3. Menentukan nilai peningkatan hasil belajar yang besarnya ditentukan berdasarkan selisih nilai kuis terkini dan nilai dasar (awal) masing-masing siswa dengan menggunakan kriteria berikut ini. Kriteria Nilai kuis/tes terkini turun lebih dari 10 poin di bawah nilai awal Nilai kuis/tes terkini turun 1 sampai dengan 10 poin di bawah nilai awal Nilai kuis/tes terkini sama dengan nilai awal sampai dengan 10 di atas nilai awal Nilai kuis/tes terkini lebih dari 10 poin di atas nilai awal Nilai Peningkatan 5

10

20 30

Penghargaan kelompok diberikan berdasarkan rata-rata nilai peningkatan yang diperoleh masing-masing kelompok dengan memberikan predikat cukup, baik, sangat baik, dan sempurna. Kriteria untuk status kelompok: 1. Cukup, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok kurang dari 15 (Rata-rata nilai peningkatan kelompok < 15). 2. Baik, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok antara 15 dan 20 (15 rata nilai peningkatan kelompok < 20) 3. Sangat baik, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok antara 20 dan 25 (20 Ratarata nilai peningkatan kelompok < 25) 4. Sempurna, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok lebih atau sama dengan 25 (Rata-rata nilai peningkatan kelompok 25). Rata-

6. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif memiliki kelebihan, antara lain: 1. Melalui pembelajaran kooperatif siswa tidak terlalu tergantung pada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber dan belajar dari siswa yang lain. 2. Pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide siswa lain. 3. Pembelajaran kooperatif dapat membantu siswa untuk respek pada siswa lain dan menyadari akan segala keterbatasan serta menerima segala perbedaan. 4. Pembelajaran kooperatif membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar. 5. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan keterampilan bertanya dan membahas suatu masalah. 6. Mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan keterampilan berdiskusi. 7. Siswa lebih aktif bergabung dengan teman mereka dalam proses belajar, mereka lebih aktif berpartisipasi dalam berdiskusi. 8. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan rasa menghargai dan menghormati antar siswa, dimana mereka telah saling bekerja sama dalam kelompok untuk mencapai tujuan bersama. 9. Interaksi selama belajar kooperatif dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir kepada siswa. Di samping memiliki kelebihan, model pembelajaran kooperatif juga memiliki Kelemahan, antara lain: 1. Penilaian yang diberikan dalam pembelajaran model pembelajaran kooperatif didasarkan pada hasil kerja kelompok. 2. Keberhasilan dalam upaya mengembangkan kesadaran berkelompok

memerlukan periode waktu yang cukup panjang. 3. Walaupun kemampuan bekerja sama merupakan kemampuan yang sangat penting untuk siswa, akan tetapi banyak aktivitas dalam kehidupan yang hanya didasarkan kepada kemampuan secara individual.

4. 5. 6.

Guru khawatir bahwa akan terjadi kekacauan dikelas. Banyak siswa tidak senang apabila disuruh bekerja sama dengan yang lain. Perasaan was-was pada anggota kelompok akan hilangnya karakteristik atau keunikan pribadi mereka karena harus menyesuaikan diri dengan kelompok.

7.

Banyak siswa takut bahwa pekerjaan tidak akan terbagi rata atau secara adil, bahwa satu siswa harus mengerjakan seluruh pekerjaan tersebut.

8.

Tidak semua siswa dapat aktif berkomunikasi dan mengeluarkan pendapat dalam kelompok.

7.

Tujuan Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya

tiga tujuan pembelajaran yang disarikan dalam Ibrahim, dkk (2000:7-8) sebagai berikut: 1. Meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit. 2. Penerimaan yang luas terhadap orang yang berbeda menurut ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, maupun ketidakmampuan. Mengajarkan untuk saling menghargai satu sama lain. 3. Mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi. Keterampilan ini penting karena banyak anak muda dan orang dewasa masih kurang dalam keterampilan sosial.

II. Beberapa Tipe Model Pembelajaran Kooperatif A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT)

1. Pengertian Together

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head

Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada langkah khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola-pola interaksi siswa dalam memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan isi akademik. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep Spencer Kagen (Dalam Ibrahim, 2000:28) untuk

10

melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dengan mengecek pemahaman mereka mengenai isi pelajaran tersebut. Sebagai pengganti pertanyaan lansung kepada seluruh kelas, guru menggunakan empat langkah sebagai berikut : a. Penomoran. b. Pengajuan pertanyaan. c. Berpikir bersama. d. Pemberian jawaban. Langkah-langkah tersebut kemudian dikembangkan menjadi enam langkah sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan pembelajaran. Keenam langkah tersebut adalah: a. Persiapan. b. Pembentukan kelompok c. Diskusi masalah. d. Pemberian jawaban bedasarkan nomor anggota e. Memberi kesimpulan f. Memberi penghargaan.

2. Ciri-ciri/Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif Head Together

Tipe Numbered

Model kooperatif tipe numbered head together memiliki beberapa ciri utama meliputi sebagai berikut: 1. Berpusat pada siwa, dengan melibatkan semua siswa dalam upaya untuk meningkatkan tanggung jawab individu dalam diskusi untuk saling bekerja sama dalam kelompok, sehingga masing-masing anggota kelompok paham dengan hasil kerja kelompok dan bertanggung jawab terhadap hasil diskusinya. 2. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya. 3. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. 4. Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok dari pada individu.

11

3. Tahapan/Sintak Dalam Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together Dalam penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep Spencer Kagen (Dalam Ibrahim, 2000:28) yang dikembangkan menjadi enam langkah sesuai kebutuhan pelaksanaan penelitian dalam pembelajaran. Keenam langkah tersebut adalah sebagai berikut: 1. Langkah perama: Persiapan Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. 2. Langkah kedua: pembentukan kelompok Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 4 sampai 5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, jenis kelamin dan kemampuan belajar. Selain itu, dalam pembentukan kelompok digunakan nilai tes (pre-test) sebagai dasar dalam menentukan masing-masing kelompok. Sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai, guru memperkenalkan keterampilan kooperatif dan menjelaskan tiga aturan dasar dalam pembelajaran kooperatif yaitu: 1. Tetap berada dalam kelas 2. Mengajukan pertanyaan kepada kelompok sebelum mengajukan

pertanyaan kepada guru. 3. Memberikan umpan balik terhadap ide-ide serta menghindari saling mengkritik sesama siswa dalam kelompok. 3. Langkah ketiga: Diskusi masalah Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok, setiap siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa setiap orang mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau

12

pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari spesifik sampai yang bersifat umum. 4. Langkah keempat: Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas. 5. Langkah kelima: Memberi kesimpulan Guru memberikan kesimpulan atau jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan. 6. Langkah Keenam: Memberikan penghargaan Pada tahap ini, guru memberikan penghargaan yang bisa berupa kata-kata pujian pada siswa dan memberi nilai yang lebih tinggi kepada kelompok yang hasil belajarnya lebih baik. 4. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Numbered Head Together 1. Kelebihan dari model kooperatif tipe numbered heads together a. Dapat melatih siswa untuk saling berbagi, saling bekerja sama, dan tidak menang sendiri. b. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengeluarkan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. c. Melatih siswa meningkatkan keterampilan berkomunikasi melalui diskusi kelompok, memberikan waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain, dan meningkatkan berpikir siswa baik secara individu maupun kelompok. 2. Kelemahan dari model kooperatif tipe numbered heads together a. Memerlukan waktu yang lebih banyak untuk memahami materi karena ada diskusi kelompok dan diskusi kelas. b. Terkadang siswa cenderung mengungkapkan idenya tanpa diskusi terlebih dahulu dengan kelompoknya. c. Tidak semua siswa mempunyai kesempatan untuk mengeluarkan idenya karena waktu yang tersedia terlalu singkat. Tipe

13

d. Ditinjau dari sarana kelas, jika kelas tersebut hanya dibuat untuk pembelajaran kooperatif tipe NHT maka setiap kali pertemuan harus mengatur tempat duduk sehingga suasana kelas akan menjadi ribut, dan waktu yang tersedia untuk jam pelajaran semakin berkurang.

B. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Partner Switch (Bertukar Pasangan) 1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Partner Switch Model kooperatif tipe partner switch atau lebih dikenal dengan tipe bertukar pasangan merupakan suatu model pembelajaran kooperatif yang setiap

kelompoknya terdiri dari dua orang ( berpasangan ), yang keduanya bekerja sama dalam mengerjakan tugas yang diberikan kemudian menjelaskannya kepada pasangan lainnya ( bertukar pasangan ), disini setiap anggota kelompok memiliki tugas yang berbeda untuk saling menukar informasi dan temuan baru yang didapat dari pertukaran pasangan tersebut kemudian dibagikan kepada pasangannya yang semula. Model pembelajaran Bertukar Pasangan termasuk pembelajaran dengan tingkat mobilitas cukup tinggi, di mana siswa akan bertukar pasangan dengan pasangan lainnya dan kemudian harus kembali ke pasangan semula/pertamanya. Model pembelajaran bertukar pasangan ini merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yang dikembangkan dari teori kontruktivisme karena mengembangkan struktur kognitif untuk membangun pengetahuan sendiri melalui berpikir rasional (Rustaman et al., 2003: 206). 2. Ciri-ciri/Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Partner Switch Adapun karakteristik dari Pembelajaran Kooperatif tipe Partner Switch anatra lain: 1. 2. 3. 4. Setiap siswa mendapat satu pasangan (ditunjuk ataupun teman sebangku). Guru memberikan tugas dan siswa mengerjakan tugas dengan pasangannya. Setelah selesai, setiap pasangan bergabung dengan satu pasangan yang lain. Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan, masing-masing pasangan yang baru ini saling menanyakan dan mengukuhkan jawaban mereka.

14

5.

Temuan baru yang didapat dari pertukaran pasangan kemudian dibagikan kepada pasangan semula.

3. Tahapan/Sintak Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Partner Switch Adapun tahapan dalam pembelajaran kooperatif tipe partner switch adalah sebagai berikut: 1. Fase pertama Siswa dibentuk berkelompok secara berpasangan/2 orang (guru bisa menunjuk pasangannya atau siswa memilih sendiri pasangannya). 2. Fase kedua Guru memberikan tugas dan siswa mengerjakan tugas dengan pasangannya. 3. Fase ketiga Setelah selesai setiap pasangan bergabung dengan satu pasangan dari kelompok yang lain. 4. Fase keempat Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan, kemudian pasangan yang baru ini saling menanyakan dan mencari kepastian jawaban mereka. 5. Fase kelima Temuan baru yang didapat dari pertukaran pasangan kemudian dibagikan kepada pasangan semula. 6. Fase keenam (Kesimpulan) Guru memberi kesimpulan terhadap hasil diskusi siswa. 7. Fase ketujuh (Penutup) Guru memberi penghargaan bagi kelompok yang telah tampil baik. Pada tahap ini, guru memberikan penghargaan yang bisa berupa katakata pujian pada siswa dan memberi nilai yang lebih tinggi kepada kelompok yang hasil belajarnya lebih baik. 4. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Partner Switch 1. Kelebihan model pembelajaran tipe Partner switch a. Pembelajaran kooperatif tipe partner switch membantu siswa mempelajari materi pelajaran yang sedang dibahas. b. Dapat melatih siswa untuk saling berbagi dan saling bekerja sama.
15

ini

c. Sangat membantu siswa yang lemah karena tiap kelompok hanya terdiri dari dua orang. d. Siswa mudah untuk memahami materi karena penjelasan yang digunakan menurut bahasa pasangannya (teman sebaya). e. Setiap siswa termotivasi untuk menguasai materi. f. Menghilangkan kesenjangan antara yang pintar dengan tidak pintar. g. Mendorong siswa tampil prima karena membawa nama baik kelompok pertamanya. h. Tercipta suasana gembira dalam belajar. Dengan demikian meskipun saat pelajaran menempati jam terakhirpun, siswa tetap antusias belajar. 2. Kelemahan model pembelajaran tipe partner switch a. b. Kurangnya ide atau pendapat karena jumlah anggota yang terlalu sedikit. Siswa yang memiliki kemampuan yang tinggi merasa terbeban jika mendapat pasangan yang berkemampuan rendah. c. Akan terkendala jika dalam satu pasangan tersebut sama- sama memiliki kemampuan yang rendah. d. Ada siswa yang mengambil jalan pintas ,dengan meminta tolong pada temannya untuk mencarikan jawabnya.

C. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC) 1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Cooperative Integrated Reading And Composition(CIRC) Pembelajaran kooperatif tipe CIRC dari segi bahasa dapat diartikan sebagai suatu model pembelajaran kooperatif yang mengintegrasikan suatu bacaan secara menyeluruh kemudian mengkomposisikannya menjadi bagian-bagian yang penting. CIRC singkatan dari Cooperative Integrated Reading and Compotition, termasuk salah satu model pembelajaran cooperative learning yang pada mulanya merupakan pengajaran kooperatif terpadu yaitu sebuah program komprehensif atau luas dan lengkap untuk pengajaran membaca dan menulis untuk kelas-kelas tinggi sekolah dasar.

16

Dalam model pembelajaran CIRC, siswa ditempatkan dalam kelompokkelompok kecil yang heterogen, yang terdiri atas 4-5 siswa, jadi dalam kelompok ini sebaiknya ada siswa yang pandai, sedang atau lemah, dan masing-masing siswa merasa cocok satu sama lain. Dengan pembelajaran kooperatif, diharapkan para siswa dapat meningkatkan cara berfikir kritis, kreatif dan menumbuhkan rasa sosial yang tinggi. 2. Ciri-ciri/Karakteristik Model Model Pembelajaran Kooperatif Cooperative Integrated Reading And Composition 1. Salah satu anggota atau beberapa kelompok membaca soal. 2. Membuat prediksi atau menafsirkan isi soal pemecahan masalah, termasuk menuliskan apa yang diketahui, apa yang ditanyakan dan memisalkan yang ditanyakan dengan suatu variabel. 3. Saling membuat ikhtisar/rencana penyelesaian soal pemecahan masalah. 4. Menuliskan penyelesaian soal pemecahan masalah secara urut, dan Saling merevisi dan mengedit pekerjaan/penyelesaian. Tipe

3. Tahapan/Sintak

Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe Cooperative

Integrated Reading And Composition(CIRC) Dalam model pembelajaran CIRC tahapan dalam pembelajaran dibagi menjadi beberapa fase yaitu: 1. Fase pertama (Orientasi) Pada fase ini, guru melakukan apersepsi dan pengetahuan awal siswa tentang materi yang akan diberikan. Selain itu juga memaparkan tujuan pembelajaran yang akan dilakukan kepada siswa. 2. Fase kedua, (Organisasi) Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok, dengan memperhatikan keheterogenan akademik. Membagikan bahan bacaan tentang materi yang akan dibahas kepada siswa. Selain itu menjelaskan mekanisme diskusi kelompok dan tugas yang harus diselesaikan selama proses pembelajaran berlangsung.

17

3. Fase ketiga,(Pengenalan konsep) Dengan cara mengenalkan tentang suatu konsep baru yang mengacu pada hasil penemuan selama eksplorasi. Pengenalan ini bisa didapat dari keterangan guru, buku paket, film, kliping, poster atau media lainnya. 4. Fase keempat, (Publikasi) Siswa mengkomunikasikan hasil temuan-temuannya,membuktikan,

memperagakan tentang materi yang dibahas baik dalam kelompok maupun di depan kelas. 5. Fase kelima, (Penguatan dan Refleksi) Pada fase ini guru memberikan penguatan berhubungan dengan materi yang dipelajari melalui penjelasan-penjelasan ataupun memberikan contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya siswa pun diberi kesempatan untuk merefleksikan dan mengevaluasi hasil pembelajarannya serta memberikan penghargaan terhadan kelompok yang telah tampil dengan baik. 4. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Cooperative Integrated Reading And Composition 1. Kelebihan dari model kooperatif tipe CIRC a. CIRC amat tepat untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah. b. Dominasi guru dalam pembelajaran berkurang. c. Siswa termotivasi pada hasil secara teliti, karena bekerja dalam kelompok. d. Para siswa dapat memahami makna soal dan saling mengecek pekerjaannya. e. Membantu siswa yang lemah terhadap daya serapnya. f. Meningkatkan hasil belajar khususnya dalam menyelesaikan soal yang berbentuk pemecahan masalah. 2. Kelemahan dari model kooperatif tipe CIRC a. Kurangnya minat siswa untuk membaca sehingga menjadi kendala dalam meningkatkan keterampilan siswa. b. Kurangnya pemahaman siswa tentang soal-soal pemecahan masalah.

18

D. Contoh RPP Berisi Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe

Numbered Head Together (NHT) Pada Materi SPLDV di SMAN 1 Arongan Lambalek

Rencana Pelaksaaan Pembelajaran (RPP) Nomor Sekolah :1 : SMAN 1 Arongan Lambalek

Mata Pelajaran : Matematika Kelas/Semester : X/ganjil Standar Kompetensi : 3. Memecahkan masalah yang berkaitan dengan

sistem persamaan linear dan pertidaksamaan linear satu variabel. Kompetensi Dasar : 3.1. Menyelesaikan sistem persamaan linear dan system persamaan campuran linear dan kuadrat dalam dua variabel. Indikator : Menentukan penyelesaian sistem persamaan linear dua variabel.

Alokasi Waktu

: 2 x 45 menit

A. Tujuan Pembelajaran Siswa mampu menentukan penyelesaian sistem persamaan linear dua variabel. B. Materi Pokok Sistem Persamaan Linear Dua Variabel C. Strategi Pembelajaran Pendekatan Metode : Realistik dan Pemecahan Masalah : Diskusi, tanya jawab, ekspositori, pemberian tugas, dan penemuan terbimbing. Model : Kooperatif Tipe NHT

19

D. Media, Alat Peraga, dan Sumber Belajar Media Alat Perag Sumber Belajar : Lembar Kerja Siswa (LKS) : Model lipstik dan model blush on : Buku paket MATEMATIKA SMA untuk kelas x Semester 1 Penerbit Erlangga.

E. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Alokasi Waktu

Tahap Pendahuluan

Kegiatan Guru dan Siswa Apersepsi: Guru memperkenalkan sedikit tentang sistem persamaan

Keterangan

linear dua variabel. Motivasi: Guru memotivasi siswa dengan cara menjelaskan apa manfaat dari materi yang akan 10 menit Langkah : 1 Persiapan

disampaikan, misalnya dengan menjelaskan bahwa materi

sistem persamaan linear yang akan berguna sehari-hari. Kegiatan inti Guru membagi siswa kedalam beberapa kelompok, dimana satu kelompok terdiri dari 4-5 orang dan memberi nomor 5 menit setiap anggota kelompoknya. Guru menyuruh menggunakan siswa untuk buku Langkah : 2 Pembentukan Kelompok disampaikan dalam sangat

kehidupan

MATEMATIKA SMA untuk

20

kelas x Semester 1 Penerbit Erlangga Guru sebagai sumber

belajar SPLDV. memilih topik dan

menentukan yang akan

permasalahan dibahas dalam

kelompok. Guru membagikan LKS kepada tiap-tiap kelompok. Siswa mencoba menyelesaikan soal yang tersedia pada LKS berdasarkan kelompok mereka masing-masing. kelompok mereka Dalam membuat

penyelidikan bersama tentang bagaimana memecahkan suatu masalah. Siswa secara bersama-sama 40 menit membahas Langkah : 3 Diskusi masalah (berpikir bersama)

menyelidiki

dan

tentang cara menghitung sistem persamaan linear dua variabel berdasarkan LKS. Siswa dalam kelompok saling menukarkan informasi dan ideide, memberikan masukan, untuk

mendiskusikan

kelompoknya agar semua siswa dalam kelompok mengetahui cara menyelesaikan soal-soal tersebut. Guru memanggil salah satu nomor untuk 20 menit Langkah : 4 Memanggil

21

mempresentasikan kerjanya Kelompok dalam

hasil kelompok

nomor anggota atau

(hasil dari diskusi). lain mengamati

pemberian jawaban

mengevaluasi, mengklarifikasi, dan mengajukan pertanyaan atau tanggapan. Masing-masing koreksi terhadap

melakukan laporan Langkah : 5 10 menit Memberi kesimpulan

masing-masing hasil diskusi kelas.

berdasarkan

Guru memberikan kesimpulan atas semua pertanyaan yang berhubungan Guru dengan materi

yang telah dipelajari. Penutup memberikan kepada

penghargaan/pujian

kelompok yang telah tampil baik. Guru memberikan tugas (PR) dengan soal-soal yang ada di buku paket. Guru yang menyampaikan akan dipelajari materi pada Langkah : 6 5 menit Memberi penghargaan

pertemuan yang akan datang.

F. Penilaian 1. Teknik penilaian 2. Bentuk instrumen : Tes tertulis : Tes tertulis

22

Contoh instrumen: 1. Pada suatu hari di akhir pekan, di swalayan CDR Heni dan Yuda membeli perlengkapan make up. Heni membeli 4 lipstik dan 2 blush on dengan warna yang berbeda seharga Rp. 150.000,00 Sedangkan Yuda membeli 3 lipstik dan 1 blush on dengan produk yang sama dengan Heni seharga Rp. 95.000,00 Setelah selesai membeli make up dengan hati yang gembira mereka pulang ke rumah. Setibanya di rumah datanglah Imul dan Rosi dengan niat ingin membeli mereka menanyakan berapa harga 1 lipstik dan 1 blush on. Dari masalah diatas tentukan Berapakah harga satu lipstik dan 1 blush on? Penyelesaian: Diketahui: a. Heni membeli 4 lipstik dan 2 blush on dengan warna yang berbeda seharga Rp. 150.000,00 b. Yuda membeli 3 lipstik dan 1 blush on dengan produk yang sama dengan Heni seharga Rp. 95.000,00 Ditanya: a. Berapakah harga satu lipstik dan satu blush on? Jawab: 1. Membuat model matematika

Misalkan: Harga 1 lipstik =x

Harga 1 blush on = y Jadi model matematika dari pemasalahan diatas adalah Heni Yuda 2. 4 x +2 y = 150.000 3x + y = 95.000 (persamaan 1) (persamaan 2)

Menentukan penyelesaian SPLDV tersebut

Langkah I, metode eliminasi Eliminasi persamaan 1 dengan persamaan 2 dengan cara kalikan persamaan 1 dan 2 agar koefisien x sama.

23

4 x +2 y = 150.000 3x + y = 95.000

3 4

12x + 6y = 450.00 12x + 4y = 380.000

(persamaan 3) (persamaan 4)

Kurangkan persamaan 3 dengan persamaan 4 12x + 6y = 450.000 12x + 4y = 380.000 2y = 70.000 y = 35.000 Langkah II metode subtitusi Subtitusikan y = 35.000 ke persamaan 1 4x + 2y = 150.000 4x + 235.000 = 150.000 4x + 70.000 = 150.000 4x = 80.000 x = 20.000 3. Kesimpulan Karena pemisalan 1 lipstik dan 1 blush on adalah x dan y maka dapat disimpulkan bahwa harga 1 lipstik adalah Rp. 20.000,00 dan harga 1 blush on adalah Rp. 35.000,00 di swalayan CDR. (kedua ruas dikurang 70.000) (kedua ruas dibagi 4) (subtitusikan nilai y ) (kedua ruas di kali )

2. Umur ayah 5 tahun lebih tua dari umur ibu, sedangkan jumlah umur mereka 101 tahun. Buat model matematikanya dan tentukan berapa umur ayah dan ibu?

24

Jawab: a. Membuat model matematika Misal: Umur ayah = p Umur ibu = q Maka model matematika dari pemasalahan tersebut adalah p=5+q p + q=101 (persamaan 1) (persamaan 2)

b. Menyelesaikan sistem persamaan diatas Subtitusi persamaan 1 ke persamaan 2 p + q = 101 (5 + q) + q = 101 5 +2q = 101 2q = 101 5 2q = 96 q= q = 48 Subtitusi nilai q ke persamaan 1 p = 5 + 48 p = 53 (kedua ruas dibagi 2) (kedua ruas dikurang 5)

c. Kesimpulan Karna pemisalan umur ayah dan ibu berturut-turut adalah p dan q maka umur ayah adalah 53 tahun dan umur ibu adalah 48 tahun.

3. Diketahui keliling sebuah persegi panjang adalah 60 cm. jika panjangnya dua kali lebarnya, buatlah model matematikanya dan berapa pula panjang dan lebarnya? Jawab: a. Membuat model matematika

25

Misal : Panjang Lebar = x cm = y cm

Keliling : 2.p + 2.l = 60 p = 2.l maka model matematikanya, 2.x + 2.y = 60 x = 2.y (persamaan 1) (persamaan 2)

b. Menyelesaikan sistem persamaan linear di atas Subtitusi persamaan 2 ke persamaan 1 2.x + 2.y = 60 2(2.y) + 2.y = 60 4.y + 2.y = 60 6.y = 60 y= y = 10 (kedua ruas di bagi 6) (subtitusi nilai x)

Subtitusi y ke persamaan 2 x = 2.y x = 2(10) x = 20 (subtitusi nilai y)

c. Kesimpulan Karena pemisalan panjang dan lebar adalah x da y, maka panjang persegi panjang adalah 20 dan lebarnya adalah 10.

4. Jumlah dua bilangan cacah adalah 15, sedangkan selisihnya adalah 3. Tentukanlah kedua bilangan cacah tersebut!

26

Jawab: a. Membuat nodel matematika Misal: Bilangan cacah pertama = p Bilangan cacah kedua = l Maka model matematikanya p + l = 15 p-l=3 (persamaan 1) (persamaan 2)

b. Menentukan penyelesaian Eliminasi persamaan 1 dan 2 p + l = 15 p-l=3 2p = 18 p= p=9 subtitusi nilai p ke persamaan 1 p + l = 15 9 + l = 15 l = 15-9 l=6 c. Kesimpulan Karena pemisalan bilangan cacah pertama dan kedua adalah p dan l maka kedua bilangan cacah tersebut adalah 9 dan 6. (subtitusi nilai p) (kedua rus dikurang 9) (kedua rus di bagi 2)

Mengetahui Kepala Sekolah

Banda Aceh, 9 desember 2011 Guru Mata Pelajaran

(............................) NIP.

(................................) NIP.

27

E. Model Alat Peraga Alat peraga yang digunakan dalam penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together pada materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel yaitu sebagai berikut: 1. Model lipstik

2.

Model blush on

28

F. Lembar Kerja Siswa

Mata Pelajaran Materi Kelas/Semester Tujuan 1.

: Matematika : Sistem Persamaan Linear Dua Variabel : X/Ganjil

Siswa dapat membuat model matematika dari masalah yang akan diajukan sehingga menjadi sebuah sistem persamaan linear dua variabel.

2.

Siswa dapat menyelesaikan soal sistem persamaan linear dua variabel.

Petunjuk 1. Mulailah dengan membaca basmallah! 2. Tuliskan nama kelompok dan anggota kelompok pada tempat yang tersedia! 3. Bacalah dengan teliti soal dibawah ini! 4. Diskusikan dan jawablah soal dibawah ini dengan mengikuti satiap langkahlangkahnya!

Nama kelompok: Anggota : 1. 2. 3. 4.

29

Permasalahan: 1. Jika Harga 3 mangkuk bakso dan 3 gelas teh Rp. 15.000,00 dan harga 4 mangkuk bakso dan 3 gelas teh harganya Rp. 19.000,00 maka tentukan harga 1 mangkuk bakso dan 1 gelas teh?

Jawab: 1. Membuat model matematika misalkan: Harga 1 mangkuk bakso = x Harga 1 gelas es teh = y Maka, model matematika system persamaan linearnya: 3.x + 3.y = 15.000 4.x + 3.y = 19.000 2. Menyelesaikan persamaan linear Eliminasi nilai y : 3.x + 3.y = 15.000 4.x + 3.y = 19.000 - ... = 4000 ... = ... (kedua ruas dikali - ...) (persamaan 1) (persamaan 2)

substitusikan 1 mangkok bakso = ... ke persamaan 1. 3x + 3.y = 15.000 3(...) + 3.y = 15.000 ... + 3.y = 15.000 3.y =... y = ... 3. Kesimpulan Maka, Harga 1 mangkok makso adalah ... Harga 1 gelas teh adalah ... (kedua ruas dibagi 3)

30

G. Contoh RPP Berisi Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Partner Switch Pada Materi Statistik di SMAN 1 Arongan Lambalek

Tipe

Rencana Pelaksaaan Pembelajaran (RPP) Nomor Sekolah :2 : SMAN 1 Arongan Lambalek

Mata Pelajaran : Matematika Kelas/Semester : XI/ganjil Standar Kompetensi : 1. Melakukan pengolahan, penyajian dan penafsiran data. Kompetensi Dasar : 1.1. Menghitung ukuran pemusatan, ukuran letak, dan ukuran penyebaran data, serta menafsirkannya. Indikator : 1.1.1 Menghitung ukuran pemusatan data tunggal: a. Menentukan rataan serta menfsirkannya. b. Menentukan median serta menafsirkannya. c. Menentukan modus serta menfsirkannya. Alokasi Waktu A. Tujuan Pembelajaran a. b. c. Siswa mampu menghitung rataan suatu data serta bisa menafsirkannya. Siswa mampu menghitung median suatu data serta bisa menafsirkannya. Siswa mampu menghitung modus suatu data serta bisa menafsirkannya. : 2 x 45 menit

B. Materi Pokok Statistika C. Strategi Pembelajaran Pendekatan Metode :Realistik dan Pemecahan Masalah :Diskusi, tanya jawab, ekspositori, pemberian tugas, dan penemuan terbimbing. Model : Kooperatif Tipe Partner Switch

D. Media, Alat Peraga, dan Sumber Belajar Media : Lembar Kerja Siswa (LKS)

31

Alat Peraga Sumber Belajar

: Alat Tulis dan perLengkapan Sekolah : Buku paket MATEMATIKA SMA untuk kelas XI Semester 1 Penerbit Erlangga.

E. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Alokasi Waktu

Tahap Pendahuluan

Kegiatan Guru dan Siswa Apersepsi: Guru mengingatkan kembali tentang bagaimana menyaji dan mengurutkan suatu data. Motivasi: Guru memotivasi siswa dengan cara menjelaskan apa manfaat dari materi yang

Keterangan

akan 10 menit dengan materi

dipelajari, menjelaskan

misalnya bahwa

statistik sangat berguna dalam kehidupan agar perkembangan sehari-hari kita. Kegiatan inti Guru membagi siswa kedalam beberapa kelompok, dimana 5 menit satu kelompok terdiri dari 2 orang. Fase Pertama sehari-hari yaitu

mengetahui kehidupan

32

Guru menyuruh menggunakan

siswa untuk buku

MATEMATIKA SMA untuk kelas x Semester 1 Penerbit Erlangga belajar. Guru memilih topik dan sebagai sumber Fase Kedua

menentukan yang akan

permasalahan dibahas dalam 40 menit

kelompok. Guru membagikan LKS kepada tiap-tiap kelompok. Siswa mencoba menyelesaikan soal yang tersedia pada LKS berdasarkan kelompok mereka masing-masing. kelompok mereka Dalam membuat

penyelidikan bersama tentang bagaimana memecahkan suatu masalah. Siswa secara bersama-sama membahas menghitung Fase Ketiga

menyelidiki tentang rataan,

dan

cara

median, dan modus

suatu data. Siswa dalam kelompok saling menukarkan informasi dan ideide, memberikan masukan, untuk

mendiskusikan

kelompoknya agar semua siswa dalam kelompok mengetahui cara menyelesaikan soal-soal

33

tersebut. Guru menginstruksikan agar siswa bertukar pasangan serta saling berdiskusi di dalam pasangan barunya tresebut. 20 menit Fase Keempat

Setelah kelompok kemudian kembali

berdiskusi barunya,

dalam guru Fase Kelima

menginstruksikan agar kembali ke

kelompok asalnya. Guru memberikan kesimpulan 10 menit penjelasan atas semua Fase Keenam kesimpulan

pertanyaan yang di anggap siswa kurang jelas di dalam proses diskusi kelompok. Guru

Penutup

memberikan kepada

penghargaan/pujian

kelompok yang telah tampil baik. Guru memberikan tugas (PR) dengan soal-soal yang ada di buku paket. Guru yang menyampaikan akan dipelajari materi pada 5 menit Fase Ketujuh penutup

pertemuan yang akan datang.

34

F. Penilaian a. Teknik penilaian b. Bentuk instrumen Contoh Instrumen 1. Dalam 9 kali pertandingan di kompetisi basket NBA, tim LA Lakers telah mencetak angka sebagai berikut: 109 97 100 100 102 98 89 105 100. Dari data tersebut tentukan: a. Rata-rata angka yang dicetak oleh LA Lakers pada setiap pertandingan? b. Median dari perolehan angka? c. Angka yang sering di peroleh oleh LA Lakers? Jawab: Dik : Data Banyak data (n) Dit : a. Rata-rata angka yang dicetak oleh LA Lakers pada setiap pertandingan? b. Median dari perolehan angka? c. Angka yang sering di peroleh oleh LA Lakers? : 109 97 100 100 102 98 89 105 100 :9 : Tes tertulis : Tes tertulis

Penyelesaian:

a. Untuk menghitung rata-rata ini, terlebih dahulu kita mengetahui rumus rataan untuk data tunggal : Rata-rata( ) = = = 100 Jadi, rata-rata angka yang dicetak LA Lakers pada setiap pertandingan adalah 100 angka. b. Untuk menentukan median, data terlebih dahulu di urutkan dari data terkecil sampai terbesar baru kemudian digunakan rumus median, dalam hal ini rumus median yang digunakan adalah median data ganjil :

35

Data setelah diurutkan : 89 97 Median(Me) = Me= Me = Me = 100

98 100 100 100 102

105 109

Jadi nilai tengah dari angka tersebut adalah 100. c. Angka yang sering diperoleh oleh LA Lakers atau disebut Modus Dari data diatas dapat ditentukan bahwa modusnya = 100, karena angka yang sering diperoleh LA Lakers dalam 9 pertandingannya adalah 100.

36

H. Model Alat Peraga Model alat peraga ini di pakai saat pembelajaran untuk memudah siswa dalam membuat tabel frekuansi yaitu dengan menghitung tiap jenis barang yang dia miliki lalu mendaftarkan nya daam tabel frekuensi malalui bimbingan guru.

37

I. Lembar Kerja Siswa

Mata Pelajaran Materi Kelas/Semester Tujuan

: Matematika : Statistika : XI / 1 : Siswa mampu menghitung rataan, median, dan modus pada suatu data tunggal yang telah di berikan.

Petunjuk 1. 2. 3. 4.

Mulailah dengan membaca basmallah! Tuliskan nama kelompok dan anggota kelompok pada tempat yang tersedia! Bacalah dengan teliti soal dibawah ini! Diskusikan dan jawablah soal dibawah ini dengan mengikuti satiap langkahlangkahnya! Nama kelompok: Anggota : 1. 2.

Permasalahan: 1. Diketahui suatu data observasi yang diperlihatkan pada tabel berikut ini : Data (xi) 81 82 83 84 85 86 87 88 Frekuensi(fi) 5 3 7 4 2 8 9 6

38

89 90

10 1

Dari tabel diatas tentukanlah: a. Rata-rata dari data tersebut! b. Median dari data tersebut! c. Modus dari tabel tersebut! Jawab: Dik: Data (xi) 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 Dit : a. Rata-rata dari data tersebut! b. Median dari data tersebut! c. Modus dari tabel tersebut! Penyelesaian : Data (xi) 81 82 83 84 85 86 Frekuensi(fi) 5 3 7 4 2 8 fi.xi ... ... ... ... ... ... Frekuensi(fi) 5 3 7 4 2 8 9 6 10 1

39

87 88 89 90 Jumlah a. Rata-rata (

9 6 10 1 = ...

... ...

= ...

= = ... = ...

Jadi rata-rata dari data diatas adalah ... . b. Median(data ganjil) = = = = ... Maka media dari tabel diatas adalah ... .

c. Dari data diatas dapat ditentukan bahwa modusnya = ... Karena angka yang sering diperoleh LA Lakers dalam 9 pertandingannya adalah ...

40

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu. Pembelajaran kooperatif didefinisikan sebagai sistem kerja atau belajar yang terstruktur. Struktur ini memuat lima unsur pokok yaitu : 1. Saling ketergantungan positif 2. Tanggung jawab perseorangan 3. Tatap muka 4. Komunikasi antar anggota 5. Evaluasi proses kelompok pembelajaran koperatif dibagi kedalam nbeberapa tipe diantranhya telah dibahas dalam makalah ini yaitu: a. Model kooperatif tipe NHT merupakan model pembelajaran yang mempunyai struktur sederhana dan terdiri atas enam tahap disempurnakan, yang digunakan untuk mereview fakta- fakta dan informasi dasar yang berfungsi untuk mengatur interaksi para siswa. b. Model kooperatif tipe PARTNER SWITCH merupakan suatu model pembelajaran kooperatif yang setiap kelompoknya terdiri dari dua orang (berpasangan), yang keduanya bekerja sama dalam mengerjakan tugas yang diberikan kemudian menjelaskannya kepada pasangan lainnya (bertukar pasangan). c. Model kooperatif tipe CIRC merupakan suatu model pembelajaran kooperatif yang mengintegrasikan suatu bacaan secara menyeluruh kemudian mengkomposisikannya menjadi bagian bagian yang penting . B. Saran Melalui makalah ini, penulis menyarankan kepada pembaca terutama calon guru untuk dapat membekali diri dengan pengetahuan tentang model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan dengan menjadikan

41

model pembelajaran kooperatif tipe NHT, CIRC dan Partner Switch sebagai salah satu alternative model pembelajaran yang diterapkan pada proses pembelajaran sehingga pembelajarannya lebih bervariasi dan inovatif.

42

DAFTAR RUJUKAN

Alifah. 2011. http://alifah-daigakusei.blogspot.com/2011/04/model-pembelajarankooperatif-tipe.html (diakses 29 November 2011). Hudoyo. 1990. Strategi Mengajar Belajar Matematika, IKIP Malang:

Malang(online: diakses 4/12/11). Http://Ras-Eko.Blogspot.Com/2011/05/Model-Pembelajaran-BertukarPasangan.Html (Diakses tanggal 4 Desember 2011). Johan, Rahmah. 2007. Model-model Pembelajaran, FKIP ; Banda Aceh(online: diakses 4 Desember 2011). Nurfadhilah, Cut, dkk. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Banda Aceh: Universitas Syiah Kuala. Soekamto, Winataputra. 1994. Prinsip Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Dirjen PPTK Dikti. Suyitno, Amin. 2005. Mengadopsi Pembelajaran CIRC dalam meningkatkan ketrampilan siswa menyelesaikan soal cerita, ( Seminar Nasiaonal fakultas

MIPA UNNES ).(diakses 4 Desember 2011). Wena, made.20 09.Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer.jakarta:bumi aksara.

43

Anda mungkin juga menyukai