Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS)

Oleh :
Risky Januar Syah
(F1051181030)

Dosen Pengampuh
Dra. Haratua Tiur Maria S, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada saya sehingga berhasil menyelesaikan Makalah ini
yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Model Pembelajaran Think
Pair Share”

Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan Yang
Maha Esa senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Pontianak , 01 Oktober 2019

Risky Januar Syah


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Inovasi pembelajaran berasal dari kata inovasi dan pembelajaran. Inovasi
berasal dari kata latin, innovation yang artinya perubahan dan pembaruan.
Inovasi ialah suatu perubahan yang baru yang menuju ke arah perbaikan atau
ke arah yang berbeda dari yang sebelumnya, dan dilakukan dengan sengaja
dan berencana. Istilah perubahan dan pembaruan memiliki perbedaan dan
persamaan. Perbedaan diantara keduanya adalah jika pembaruan terdapat
unsur kesengajaan, sedangkan perubahan lebih cenderung pada unsur
ketidaksengajaan. Persamaan dari pembaruan dan perubahan adalah sama-
sama akan menimbulkan suatu unsur yang berbeda dari sebelumnya. Salah
satu cara yang dapat dipakai agar mendapatkan hasil optimal seperti yang
diinginkan adalah memberi tekanan dalam proses pembelajaran. Hal ini dapat
dilakukan dengan memilih salah satu model pembelajaran yang tepat. Karena
pemilihan model pembelajaran yang tepat pada hakikatnya merupakan salah
satu upaya dalam mengoptimalkan hasil belajar peserta didik. Oleh karena itu,
kami membuat makalah yang berjudul” Penerapan Model Kooperatif Learning
Tipe Think Pair and Share (TPS) Terhadap Hasil Belajar Matematika Peserta
didik”.Model pembelajaran Think-Pair-Share merupakan salah satu model
pembelajaran kooperatif sederhana yang memiliki prosedur secara eksplisit
sehingga model pembelajaran Think-Pair-Share dapat disosialisasikan dan
digunakan sebagai alternatif dalam pembelajaran matematika di sekolah.
Beberapa akibat yang dapat ditimbulkan dari model ini adalah peserta didik
dapat berkomunikasi secara langsung oleh individu lain yang dapat saling
memberi informasi dan bertukar pikiran serta mampu berlatih untuk
mempertahankan pendapatnya jika pendapat itu layak untuk
dipertahankan.Model TPS juga merupakan bentuk refleksi dari structural kelas
yang kurang optimal. Oleh karena itu, penulis ingin memperbaiki struktur
kelas yang seperti itu dengan menerapkan model pembelajaran tipe Think-
Pair-Share (TPS).Model pembelajaran TPS sepertinya akan diterapkan
dikalangan sekolah manapun. Karena model ini tidak membutuhkan banyak
biaya, sehingga dapat digunakan baik di sekolah yang kurang memiliki
fasilitas hingga sekolah elite sekalipun.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
makalah ini adalah sebagai berikut
1. Apa pembelajaran kooperatif ?
2. Bagaimana sejarah Metode pembelajaran Think Pair Share?
3. Bagaimana sintaks pembelajaran kooperatif think pair share ?
4. Apakah manfaat model pembelajaran dari Think pair Share?
5. Sebutkan kelebihan dan kekurangan model pembelajaran think pair share?

C. Tujuan Masalah
Berdasarkan pada rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah
dalam makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui apa pembelajaran kooperatif.
2. Untuk mengetahui bagaimana sejarah pembelajaran kooperatif think
pair share.
3. Untuk mengetahui sintaks pembelajaran model pembelajaran think pair
share
4. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari metode pembelajaran
dari think pair share

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang
berdasarkan paham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi
belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat
kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap
siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu
untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar
dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum
menguasai bahan pelajaran.
Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran
yang mendukung pembelajaran kontekstual. Sistem pengajaran kooperatif
learning dapat didefinisikan sebagai sistem kerja/ belajar kelompok yang
terstruktur. Yang termasuk di dalam struktur ini adalah lima unsur pokok yang
dikemukakan oleh Johnson & Johnson yaitu saling ketergantungan positif,
tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan
proses kelompok. Sedangkan Lie (2005) menyebutkan model pembelajaran
kooperatif tidak sama dengan sekadar belajar kelompok, tetapi ada unsur-
unsur dasar yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang
dilakukan asal-asalan.
Model pembelajaran kooperatif adalah salah satu model pembelajaran yang
menempatkan siswa sebagai subjek pembelajaran (student oriented). Dengan
suasana kelas yang demokratis, yang saling membelajarkan memberi
kesempatan peluang lebih besar dalam memberdayakan potensi siswa secara
maksimal. Peran guru dalam pembelajaran kooperatif sebagai fasilitator,
moderator, organisator dan mediator terlihat jelas.
Karakteristik pembelajaran kooperatif diantaranya, (a) siswa bekerja dalam
kelompok kooperatif untuk menguasai materi akademis, (b) anggota-anggota
dalam kelompok diatur terdiri dari siswa yang berkemampuan rendah, sedang,
dan tinggi, (c) jika memungkinkan, masing-masing anggota kelompok
kooperatif berbeda suku, budaya, dan jenis kelamin, (d) sistem penghargaan
yang berorientasi kepada kelompok daripada individu.
Pelaksanaan model pembelajaran kooperatif membutuhkan partisipasi dan
kerja sama dalam kelompok pembelajaran. Pembelajaran kooperatif dapat
meningkatkan cara belajar siswa menuju belajar lebih baik, sikap tolong
menolong dalam beberapa perilaku sosial. Sharan menyebutkan bahwa siswa
yang belajar menggunakan metode pembelajaran kooperatif akan memiliki
motivasi yang tinggi karena didorong dan didukung dari rekan sebaya. Jadi,
siswa tidak lagi memperoleh pengetaghuan itu hanya dari guru, dengan belajar
kelompok seorang teman haruslah memberikan kesempatan kepada teman
lainnya untuk mengemukakan pendapatnya dengan cara mengharagi pendapat
orang saling mengoreksi kesalahan, dan saling membetulkan satu sama
lainnya.
Dalam pembelajaran kooperatif siswa akan terlatih untuk mendengar
pendapat-pendapat orang lain dan merangkum pendapat-pendapat tersebut
dalam bentuk tulisan. Tugas–tugas orang lain akan memacu siswa untuk
bekerja sama, saling membantu dalam mengintegrasikan pengetahuan-
pengetahuan baru dengan pengetahuan yang dimiliki.Ada tiga tujuan yang
diharapkan dapat dicapai dalam pembelajaran kooperatif, yaitu
1. Prestasi akademik
Pembelajaran kooperatif sangat menguntungkan baik bagi siswa
berkemampuan tinggi maupun rendah. Khususnya bagi siswa berkemampuan
tinggi, secara akademik akan mendapat keuntungan karena pengetahuan
semakin mendalam.
2. Penerimaan terhadap keanekaragaman
Heterogen yang ditonjolkan dalam pemilihan anggota kelompok akan
mengarahkan siswa untuk mengakui dan menerima perbedaan yang ada
antara dirinya dan orang lain
3. Pengembangan keterampilan sosial
Pembelajaran kooperatif bertujuan mengarahkan kepada keterampilan-
keterampilan kerjasama sebagai suatu tim. Keterampilan ini kelak akan sangat
bermanfaat bagi siswa ketika mereka
Keuntungan guru menggunakan pembelajaran kooperatif ialah dapat
menimbulkan suasana yang baru dalam pembelajaran. Hal ini dikarenakan
sebelumnya hanya dilaksanakan model pembelajaran secara konvensional
yaitu camah dan tanya jawab. Metode tersebut ternyata kurang memberi
motivasi dan semangat kepada siswa untuk belajar. Dengan digunakannva
model cooperative learning, maka tampak suasana kelas menjadi lebih hidup
dan lebih bermakna. Selain itu, pembelajaran kooperatif mampu
mengembangkan kesadaran pada diri siswa terhadap permasalahan-
permasalahan sosial yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Dengan bekerja
kelompok maka timbul adanya perasaan ingin membantu siswa lain yang
mengalami kesulitan sehingga mampu mengembangkan sosial skill siswa.

B. Sejarah Model Pembelajaran Think Pair Share


Think Pair Share pertama kali dikembangkan oleh Frank Lyman pada tahun
1981. Resiko dalam pembelajaran Think Pair Share relative rendah dan
struktur pembelajaran kaloboratif pendek, sehingga sangat ideal bagi guru Dan
siswa yang baru belajar kolaboratif. Think pair Share merupakan jenis
pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi
siswa. Think Pair share menghendaki siswa bekerja saling membantu dalam
kelompok kecil (2-6 anggota).
Metode pengajaran tipe Think Pair Share ini dikembangkan oleh Frank
Lyman dan kawan-kawan di Universitas Maryland yang mampu mengubah
asumsi bahwa metode resitasi dan diskusi perlu diselenggarakan dalam setting
kelompok secara keseluruhan, dan prosedur yang banyak waktu untuk berpikir
dan merespons serta saling membantu yang lain. Guru hanya memperkirakan
hanya melengkapi penyajian singkat atau siswa membaca tugas atau situasi
yang menjadi tanda Tanya.sekarang guru menginginkan siswa
mempertimbangkan lebih banyak apa yang telah dijelaskan dan dialami.

C. Model Pembelajaran Think Pair Share


Model pembelajaran think pair share merupakan salah satu model
pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran ini berbasis pembelajaran
diskusi kelas. Think Pair Share memiliki prosedur yang secara ekplisit dapat
memberi siswa waktu lebih banyak untuk berpikir,menjawab, saling
membantu satu sama lain. Melalui cara seperti ini diharapkan siswa mampu
bekerja sama, saling membutuhkan dan saling bergantung pada kelompok-
kelompok kecil secara koooperatif.
Pembelajaran dengan think pare ini akan memberikan variasi tersendiri dalam
lingkungan belajar siswa. Silberman (2009: 151) mengemukakan bahwa salah
satu cara terbaik untuk mengembangkan belajar yang aktif adalah memberikan
tugas belajar yang diselesaikan dalam kelompok kecil siswa. Dengan Think
Pair Share siswa belajar dari satu sama lain dan berupaya bertukar ide dalam
kelompoknya. Rasa percaya diri siswa meningkat dan semua siswa
mempunyai kesempatan berpartisipasi di kelas karena sudah memikirkan
jawaban atas pertanyaan guru, tidak seperti biasanya hanya siswa siswa
tertentu saja yang menjawab.
Think Pair Share membantu menstrukturkan diskusi. Siswa mengikuti proses
yang telah tertentu sehingga membatasi kesempatan berfikirnya yang melantur
dan tingkah lakunya menyimpang karena mereka harus berfikir dan
melaporkan hasil pemikirannya ke mitranya. Think Pair Share meningkatkan
partisipasi siswa dan meningkatkan banyaknya informasi yamg diingat siswa.
Dengan Think Pair Share siswa belajar dari satu sama lain dan berupaya
bertukar ide dalam konteks yang tidak mendebarkan hati sebelum
mengemukakan idenya ke dalam kelompok yang lebih besar. Rasa percaya
diri siswa meningkat dan semua siswa mempunyai kesempatan berpartisipasi
di kelas karena sudah memikirkan jawaban atas pertanyaan guru, tidak seperti
biasanya hanya siswa siswa tertentu saja yang menjawab.
Model pembelajaran think pair share ini merupakan model pembelajaran yang
dilakukan untuk meningkatkan belajar kolaboratif dan mendorong
kepentingan dan keuntungan sinergi itu. Oleh karena hal itu Silberman (2009:
161) menyebutkan istilah ”dua kepala tentu lebih baik daripada satu”.
Langkah- langkah dalam Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share
sebagai berikut :
* Langkah ke 1 : Guru menyampaikan pertanyaan
Aktifitas : Guru melakukan apersepsi, menjelaskan tujuan pembelajaran, dan
menyampaikan pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang akan
disampaikan.
* Langkah ke 2 : Siswa berpikir secara individual.
Aktifitas : Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memikirkan
jawaban dari permasalahan yang disampaikan guru. Langkah ini dapat
dikembangkan dengan meminta siswa untuk menuliskan hasil pemikirannya
masing-masing.
* Langkah ke 3: Setiap siswa mendiskusikan hasil pemikiran masing-
masing dengan pasangan.
Aktifitas : Guru mengorganisasikan siswa untuk berpasangan dan memberi
kesempatan kepada siswa untuk mendiskusikan jawaban yang menurut mereka
paling benar atau paling meyakinkan. Guru memotivasi siswa untuk aktif
dalam kerja kelompoknya.
* Langkah ke 4 : Siswa berbagi jawaban dengan seluruh kelas .
Aktifitas : Siswa mempresentasikan jawaban atau pemecahan masalah secara
individual atau kelompok didepan kelas.
* Langkah ke 5 : Menganalisis dan mengevaluasi hasil pemecahan masalah
Aktifitas : Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi
terhadap hasil pemecahan masalah yang telah mereka diskusikan.

Kegiatan “berpikir-berpasaangan-berbagi” dalam model Think Pair Share


memberikan keuntungan. Siswa secara individu dapat mengembangkan
pemikirannya masing-masing karena adanya waktu berpikir (think time),
Sehingga kualitas jawaban juga dapat meningkat. Menurut Jones (2002),
akuntabilitas berkembang karena siswa harus saling melaporkan hasil
pemikiran masing-masing dan berbagi (berdiskusi) dengan pasangannya,
kemudian pasangan-pasangan tersebut harus berbagi dengan seluruh kelas.
Jumlah anggota kelompok yang kecil mendorong setiap anggota untuk terlibat
secara aktif, sehingga siswa jarang atau bahkan tidak pernah berbicara didepan
kelas paling tidak memberikan ide atau jawaban karena pasangannya.

D. Manfaat Model Pembelajaran Think Pair Share


Manfaat model pembelajaran Think Pair Share adalah
1. Para peserta didik menggunakan waktu yang lebih banyak untuk
mengerjakan tugasnya dan untuk mendengarkan satu sama lain ketika mereka
terlibat dalam kegiatan Think-Pair-Share lebih banyak peserta didik yang
mengangkat tangan mereka untuk menjawab setelah berlatih dalam
pasangannya. Para peserta didik mungkin mengingat secara lebih seiring
penambahan waktu tunggu dan kualitas jawaban mungkin menjadi lebih baik.
2. Para guru juga mungkin mempunyai waktu yang lebih banyak untuk
berpikir ketika menggunakan Think-Pair-Share. Mereka dapat berkonsentrasi
mendengarkan jawaban peserta didik, mengamati reaksi peserta didik, dan
mengajukan pertanyaaan tingkat tinggi.

E. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Think Pair Share


1. Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe TPS adalah:
a) Memungkinkan siswa untuk merumuskan dan mengajukan pertanyaan-
pertanyaan mengenai materi yang diajarkan karena secara tidak langsung
memperoleh contoh pertanyaan yang diajukan oleh guru, serta memperoleh
kesempatan untuk memikirkan materi yang diajarkan.
b) Siswa akan terlatih menerapkan konsep karena bertukar pendapat dan
pemikiran dengan temannya untuk mendapatkan kesepakatan dalam
memecahkan masalah.
c) Siswa lebih aktif dalam pembelajaran karena menyelesaikan tugasnya
dalam kelompok, dimana tiap kelompok hanya terdiri dari 2 orang.
d) Siswa memperoleh kesempatan untuk mempersentasikan hasil diskusinya
dengan seluruh siswa sehingga ide yang ada menyebar.
e) Memungkinkan guru untuk lebih banyak memantau siswa dalam proses
pembelajaran

2. Kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe TPS adalah :


a) Banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor.
b) Lebih sedikit ide yang muncul, dan
c) Tidak ada penengah jika terjadi perselisihan dalam kelompok.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Penerapan model pembelajaran think pair share dapat meningkatkan hasil


belajar siswa. Dalam pelaksanaan model pembelajaran think pair share pada
setiap pertemuan mengalami perubahan materi pokok dan variasi kegiatan,
maksudnya adalah adanya variasi media pembelajaran yang digunakan dan
adanya permainan – permainan untuk menunjang pembelajaran think pair
share.
Peningkatan hasil belajar dapat dilihat dari aktivitas siswa selama mengikuti
pembelajaran think pair share dan nilai akhir yang berasal dari gabungan nilai
individu dan kelompok.

B. Saran
Adapun saran yang diberikan penulis adalah sebagai berikut. Bagi siswa
sebaiknya siswa meningkatkan aktivitas membaca, sehingga mempermudah
dalam menghafal dan memahami materi . Tingkatkan pula rasa percaya diri,
agar selalu aktif mengikuti pembelajaran. Sedangkan saran bagi guru adalah
hendaknya guru bisa menerapkan model pembelajaran think pair share. Agar
siswa lebih aktif dan mampu mengidentifikasi masalah sosial dan
pemecahannya.
DAFTAR PUSTAKA

Idonbiu,2009. http://www.idonbiu.com/2009/05/pembelajaran-cooperative-
learning.htm).

Isjoni. 2010. Cooperative Learning: Efektifitas Pembelajaran Kelompok. Bandung:


Alfabeta.

Sahrudin,2011.http://www.sriudin.com/2011/07/model-pembelajaran-think-pair-
and- share.html.

Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses


Pendidikan.Jakarta: Kencana.

Saukah, Ali dkk. 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Edisi Kelima. Malang:
Universitas Negeri Malang

Anda mungkin juga menyukai