A. Sejarah Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS)
Think Pair Share (TPS) atau berfikir, berpasangan dan berbagi, merupakan model pembelajaran kooperatif yang berbasis pada pembelajaran diskusi kelas. Model pembelajaran TPS ini dikembangkan oleh Frank Lyman, dkk dari Universitas Maryland pada tahun 1985. TPS dirancang untuk mempengaruhi pola pikir dan interaksi peserta didik dalam kelompoknya. TPS memberikan waktu kepada peserta didik untuk berfikir dan merespon serta saling bantu satu sama lain (Trianto, 2010). Frank Lyman berpendapat bahwa tipe pembelajaran ini sangat efektif dalam membuat variasi suasana pola diskusi di kelas. Karena semua diskusi di kelas membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan dan prosedur yang digunakan dalam tipe pembelajaran ini memberikan waktu berfikir yang lebih banyak bagi peserta didik, untuk merespon dan saling membantu diantara peserta didik. (Trianto, 2010). Proses pembelajaran yang kontekstual sangat dibutuhkan oleh peserta didik terutama pada mata pelajaran sains yang banyak mengkaji ilmu alam yang nyata atau kontekstual. Kontekstual mempunyai makna mengeksploarasi fakta- fakta yang terkait pembelajaran sehingga dapat memberikan informasi yang aktual dan dapat menstimulus otak peserta didik dalam menganalisa, menemukan dan menginformasikan materi yang dipelajari. Respon stimulasi dapat berupa pengajuan hipotesis, menyelidiki dengan eksperimen atau diskusi sehingga peserta didik dapat menemukan dan meyimpulkan tentang kebenaran hipotesisnya. B. Pengertian Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS) Pengertian Think Pair Share (TPS) atau berpikir berpasangan berbagi merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang di rancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Strategi TPS ini berkembang dari penelitian kooperatif dan waktu tunggu. Pertama kali dikembangkan oleh Frang Lyman dan koleganya di Universitas Maryland yang menyatakan bahwa TPS merupakan cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas.1 Metode TPS berarti memberikan waktu pada siswa untuk memikirkan jawaban dari pertanyaan atau permasalahan yang akan diberikan oleh guru. Siswa saling membantu dalam menyelesaikan masalah tersebut dengan kemampuan yang dimiliki masing-masing. Setelah itu dijabarkan atau menjelaskan di ruang kelas. Metode Think Pair Share (TPS) merupakan metode pembelajaran yang dilakukan dengan cara sharing pendapat antar siswa. Metode ini dapat digunakan sebagai umpan balik materi yang diajarkan guru. Pada awal pembelajaran, guru menyuruh dua orang peserta didik untuk duduk berpasangan dan saling berdiskusi membahas materi yang disampaikan guru. Pasangan saling mengoreksi kesalahan masing-masing dan menjelaskan hasil diskusi di kelas. Guru menambah materi yang belum di kuasai peserta didik berdasarkan penyajian hasil diskusi. Think Pair Share adalah suatu model pembelajaran kooperatif yang memberi siswa waktu untuk berfikir dan merespon serta saling bantu satu sama lain. Model ini memperkenalkan ide “waktu berfikir atau waktu tunggu” yang menjadi faktor kuat dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam merespon pertanyaan. Pembelajaran Kooperatif model Think-Pair-Share ini relatif lebih sederhana karena tidak menyita waktu yang lama untuk mangatur tempat duduk ataupun mengelompokkan siswa. Pembelajaran ini melatih siswa untuk berani berpendapat dan menghargai pendapat teman (Trianto, 2010). Think Pair Share memiliki prosedur yang secara eksplisit untuk memberi siswa waktu untuk berpikir, menjawab, saling membantu satu sama lain. Dengan demikian diharapkan siswa mampu bekerja sama, saling membutuhkan, dan saling bergantung pada kelompok kecil secara kooperatif. Teknik ini memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Dengan metode klasikal yang memungkinkan hanya satu siswa maju dan membagikan hasilnya untuk seluruh kelas, teknik think pair share ini memberi kesempatan sedikitnya delapan kali lebih banyak kepada setiap siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain, yaitu pada saat guru mempresentasikan sebuah pelajaran di kelas, siswa duduk berpasangan di dalam tim mereka (Hartina, 2008). Hal senada juga disampaikan oleh Ibrahim, dkk, mereka menyatakan bahwa TPS (Think- Pair-Share) atau (Berfikir-Berpasangan-Berbagi) merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Think-Pair-Share menghendaki siswa bekerja saling membantu dalam kelompok kecil (2-6 anggota) dan lebih dirincikan oleh penghargaan kooperatif, dari pada penghargaan individual ( Ibrahim, 2000 ). Dari berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran koopratif learning tipe Think Pair Share (TPS) adalah Model Pembelajaran yang menggunakan metode diskusi berpasangan yang dilanjutkan dengan diskusi pleno. Dengan model pembelajaran ini siswa dilatih bagaimana mengutarakan pendapat dan siswa juga belajar menghargai pendapat orang lain dengan tetap mengacu pada materi atau tujuan pembelajaran. C. Tujuan model pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) Think Pair Share digunakan untuk mengajarkan isi akademik atau untuk mengecek pemahaman siswa terhadap isi tertentu. Guru menciptakan interaksi yang dapat mendorong rasa ingin tahu, ingin mencoba, bersikap mandiri, dan ingin maju. Guru memberi informasi, hanya informasi yang mendasar saja, sebagai dasar pijakan bagi anak didik dalam mencari dan menemukan sendiri informasi lainnya. Atau guru menjelaskan materi dengan mengaitkannya dengan pengalaman dan pengetahuan anak sehingga memudahkan mereka menanggapi dan memahami pengalaman yang baru bahkan membuat anak didik mudah memusatkan perhatian. Karenanya guru sangat perlu memperhatikan pengalaman dan pengetahuan anak didik yang didapatinya dalam kehidupan sehari-hari (Lie, 2004). Hasil dari Think Pair Share adalah untuk mengembangkan partisipasi siswa dalam kelas dengan berdiskusi dan meningkatkan pemahaman konsep. Dengan cara siswa saling belajar satu sama lain dan mendapatkan jalan keluar dari ide mereka setelah berdiskusi dan membuat ide mereka untuk didiskusikan dalam kelas (Sanjaya, 2007). Tujuan pembelajaran koopratif learning tipe Think Pair Share antara lain : a. Hasil belajar akademik Menurut Ibrahim (2000), bahwa pembelajaran kooperatif juga bertujuan untuk meningkatkan kinerja pebelajar dalam tugas - tugas akademik. Para ahli mengemukakan bahwa model ini unggul dalam membantu pembelajar yang memiliki konsep-konsep yang sulit. Struktur penghargaan pada pembelajaran kooperatif telah dapat meningkatkan penilaian pebelajar pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Selain itu, pembelajaran kooperatif dapat memberikan keuntungan baik pada pebelajar kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerjasama menyelesaikan tugas - tugas akademi. b.Penerimaan terhadap perbedaan individu Tujuan lain dari model pambelajaran kooperatif adalah penerimaan terhadap orang yang berbeda ras, budaya, kelas sosial, maupun kemampuan. (Ibrahim, 2000) mengemukakan bahwa kontak fisik di antara orang-orang yang berbeda ras atau kelompok etnis tidak cukup untuk mengurangi kecurigaan dan perbedaan ide. Pembelajaran kooperatif memungkinkan pebelajar yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung satu dengan yang lain atas tugas-tugas bersama, dan melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif, belajar untuk menghargai satu dengan yang lain. c. Pengembangan keterampilan sosial Keterampilan sosial sangat penting untuk dimiliki oleh masyarakat. Banyak kerja orang dewasa sebagian besar dilakukan dalam organisasi yang saling bergantung satu sama lain dan di dalam masyarakat yang secara budaya beragam. Atas dasar itu, Ibrahim (2000) mengemukakan bahwa tujuan penting yang lain dari pembalajaran kooperatif adalah untuk mengajarkan kepada pebelajar keterampilan kerja sama dan kolaborasi. D. Langkah-langkah Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS) Think Pair Share (TPS) atau berpikir berpasangan berbagi merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Strategi Think Pair Share ini berkembang dari penelitian belajar kooperatif dan waktu tunggu. Pertama kali dikembangkan oleh Frang Lyman dan koleganya di Universitas Maryland sesuai yang dikutip Arends, menyatakan bahwa Think Pair Share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa semua resitasi atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam Think Pair Share dapat memberi siswa waktu berpikir, untuk merespons dan saling membantu. Guru memperkirakan hanya melengkapi penyajian singkat atau siswa membaca tugas, atau situasi yang menjadi tanda tanya. Sekarang guru menginginkan siswa mempertimbangkan lebih banyak apa yang telah dijelaskan dan dialami. Guru memilih menggunakan Think Pair Share untuk membandingkan tanya jawab kelompok keseluruhan. Ada 3 tahap pembelajaran TPS yang harus dilakukan oleh guru think (berpikir), pair (berpasangan), dan share (berbagi). Guru memberikan batasan waku agar siswa dapat belajar berfikir dan bertindak secara cepat dan tepat. Guru menggunakan langkah-langkah fase berikut: 1. Berpikir (Think) Pada tahap Think, siswa diminta untuk berpikir secara mandiri mengenai pertanyaan atau masalah yang diajukan. Pada tahap ini, siswa sebaiknya menuliskan jawaban mereka, hal ini karena guru tidak dapat memantau semua jawaban siswa satu per satu sehingga dengan catatan siswa tersebut, guru dapat memantau semua jawaban dan selanjutnya akan dapat dilakukan perbaikan atau pelurusan atas konsep-konsep maupun pemikiran yang masih salah. Dengan adanya tahap ini, maka guru dapat mengurangi masalah dari adanya siswa yang mengobrol karena pada tahap Think ini mereka akan bekerja sendiri untuk dapat menyelesaikan masalah. Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran, meminta siswa memikirkan jawaban dari permasalahan yang diajukan secara mandiri. 2. Berpasangan (Pairing) Pada tahap ini guru meminta kepada siswa untuk berpasangan dengan teman disampingnya, misalnya teman sebangkunya. Ini dilakukan agar siswa yang bersangkutan dapat bertukar informasi satu sama lain dan saling melengkapi ide-ide jawaban yang belum terpikirkan pada tahap Think. Pada tahap ini bahwa ada dua orang siswa untuk setiap pasangan. Langkah ini dapat berkembang dengan menerima pasangan lain untuk membentuk kelompok berempat dengan tujuan memperkaya pemikiran mereka sebelum berbagi dengan kelompok lain yang lebih besar, misalnya kelas. Namun dengan pertimbangan tertentu, terkadang kelompok yang besar akan bersifat kurang efektif karena akan mengurangi ruang dan kesempatan bagi tiap individu untuk berpikir dan mengungkapkan idenya. Guru mengarahkan siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan apa yang telah dipikirkan dengan teman sebangku. 3. Berbagi (Sharing) Pada tahap ini setiap pasangan atau kelompok kemudian berbagi hasil pemikiran, ide, dan jawaban mereka dengan pasangan atau kelompok lain atau bisa ke kelompok yang lebih besar yaitu kelas. Langkah ini merupakan penyempurnaan langkah-langkah sebelumnya, dalam artian bahwa langkah ini menolong agar semua kelompok berakhir titik yang sama yaitu jawaban yang paling benar. Pasangan atau kelompok yang pemikirannya masih kurang sempurna atau yang belum menyelesaikan permasalahannya diharapkan menjadi lebih memahami pemecahan masalah yang diberikan berdasarkan penjelasan kelompok lain yang berkesempatan untuk mengungkapkan pemikirannya. Atau jika waktu memungkinkan, dapat juga memberi kesempatan pada semua kelompok untuk maju dan menyampaikan hasil diskusinya bersama pasangannya. Siswa berbagi pengetahuan yang diperoleh dari hasil diskusi di depan kelas. Pada kesempatan ini pula, guru dalam meluruskan dan mengoreksi mampu memberikan penguatan jawaban di akhir pembelajaran. Sebelum guru menerapkan ketiga tahap di atas, guru terlebih dahulu memberikan penjelasan materi yang akan dibahas oleh siswa baik secara individu maupun berpasangan. Jika hal ini tidak dilaksanakan, kemungkinan akan membuat siswa kebingungan mengenai materi yang hendak di bahas. Berikut adalah langkah-langkahnya: a. Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai. b. Siswa diberikan satu permasalahan yang berkaitan dengan pokok bahasan yang telah dijelaskan oleh guru, untuk kemudian dipikirkan pemecahannya secara individu. c. Siswa membentuk pasangan dengan teman sebangku dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing. Dalam langkah ini siswa harus mencari titik temu dari pemikiran masing-masing. d. Siswa mempresentasikan hasil diskusi bersama pasangan di depan kelas. e. Berawal dari kegiatan tersebut, guru mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi yang belum di ungkapkan oleh siswa. f. Guru memberi kesimpulan. g. Penutup.
E. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS)
Dalam setiap stategi, metode, maupun model pembelajaran, tidak akan ada sesuatu hal yang sempurna dan dapat digunakan dalam setiap pembelajaran. Setiap jenis pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan kekurangannya. 1. Kelebihan Think Pair Share antara lain: a. Meningkatkan daya pikir siswa. b. Menyediakan waktu berpikir untuk meningkatkan kualitas respons siswa. c. Siswa menjadi lebih aktif dalam berpikir mengenai konsep dalam mata pelajaran. d. Siswa lebih memahami tentang konsep topik pelajaran selama diskusi. e. Siswa dapat belajar dari siswa lain. f. Setiap siswa dalam kelompoknya mempunyai kesempatan untuk berbagi atau menyampaikan idenya. 2. Kekurangan Think Pair Share antara lain: a. Banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor. b. Lebih sedikit ide yang muncul. c. Jika jumlah siswa sangat besar maka guru akan mengalami kesulitan dalam membimbing siswa yang membutuhkan perhatian lebih. d. Lebih banyak waktu yang di perlukan untuk presentasi karena kelompok yang banyak. Berdasarkan uraian di atas dapat di simpulkan bahwa tps memiliki beberapa kelebihan di antaranya dapat memudahkan guru maupun siswa dalam mementuk kelompok, karena setiap kelompok terdiri dari dua siswa saja. Selain itu siswa dapat lebih leluasa mengemukakan pendapatnya. Namun, tps juga memiliki kekurangan jika kemampuan siswa rendah dan kelompok banyak, model pembelajaran ini sulit di terapkan. F. Manfaat Think Pair Share (TPS) Manfaat Think Pair Share antara lain adalah: 1. Memungkinkan siswa untuk bekerja sendiri dan bekerja sama dengan orang lain. 2. Mengoptimalkan partisipasi siswa. 3. Memberi kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain. Kemampuan yang umumnya dibutuhkan dalam strategi ini adalah berbagi informasi, bertanya, meringkas gagasan orang lain, dan menganalisis. Pada implementasinya di lapang, masing-masing model pembelajaran tentu memiliki kelebihan dan kekurangan. Lie (2004) mengemukakan bahwa kelebihan dari kelompok berpasangan (kelompok yang teridiri dari 2 orang peserta didik) adalah 1. akan meningkatkan pasrtisipasi peserta didik, 2. cocok untuk tugas sederhana, 3. lebih banyak memberi kesempatan untuk kontribusi masing-masing anggota kelompok, 4. interaksi lebih mudah, dan 5. lebih mudah dan cepat membentuk kelompok. Selain itu, menurut Lie, keuntungan lain dari teknik ini adalah teknik ini dapat digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik. Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share adalah sangat sulit diterapkan di sekolah yang rata-rata kemampuan peserta didiknya rendah dan waktu yang terbatas, sedangkan jumlah kelompok yang terbentuk banyak (Hartina, 2008). Menurut Isjoni, (2009) ada beberapa manfaat/kelebihan TPS bagi murid antara lain: a. Memungkinkan peserta didik untuk merumuskan dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai materi yang diajarkan karena secara tidak langsung memperoleh contoh pertanyaan yang diajukan oleh guru, serta memperoleh kesempatan untuk memikirkan materi yang diajarkan. b. Peserta didik akan terlatih menerapkan konsep karena bertukar pendapat dan pemikiran dengan temannya untuk mendapatkan kesepakatan dalam memecahkan masalah. c. Peserta didik lebih aktif dalam pembelajaran karena menyelesaikan tugasnya dalam kelompok, dimana tiap kelompok hanya terdiri dari 2 orang. d. Peserta didik memperoleh kesempatan untuk mempersentasikan hasil diskusinya dengan seluruh peserta didik sehingga ide yang ada menyebar. e. Dapat menerima teman dengan berbagai kelemahannya, mendukung teman sebaya, meningkatkan prestasi akademik, harga diri dan minat. f. Mampu berbagi tanggapan dan meningkatkan kualitas tanggapan. g. Mengasah kemampuan berpikir kritis. Isjoni (2009) menyatakaan bahwa ada beberapa kelemahan penerapan pembelajaran TPS adalah sebagai berikut: 1. Bagi guru: a. Guru dituntut untuk mempersiapkan materi pembelajaran dengan matang terkait waktu, tenaga dan pemikiran. b. Guru harus bisa menguasai kelas dalam diskusi c. Pendampingan penuh harus dilakukan guru meskipun student oriented 2. Bagi peserta didik: a. Selama kegiatan berlangsung kecenderungan materi yang dibahas terlalu meluas, sehingga kurang efektif b. Membutuhkan ketersedian waktu yang panjang untuk diskusi dan penjelasan guru c. Biasanya didominasi oleh peserta didik yang kemampuan bicaranya menonjol, dan peserta didik yang lain pasif saat diskusi. d. Jika peserta didik tidak belajar terlebih dahulu tentang materi yang akan dibahas di kelas sangat berpeluang terjadinya miskonsepsi. e. Harus ada penengah jika terjadi perselisihan dalam kelompok.
Manajemen konflik dalam 4 langkah: Metode, strategi, teknik-teknik penting, dan pendekatan operasional untuk mengelola dan menyelesaikan situasi konflik
ILMU PERUBAHAN DALAM 4 LANGKAH: Strategi dan teknik operasional untuk memahami bagaimana menghasilkan perubahan signifikan dalam hidup Anda dan mempertahankannya dari waktu ke waktu