Anda di halaman 1dari 16

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Model Pembelajaran Think Pair Share

2.1.1.1 Pengertian Model Pembelajaran Think Pair Share

Menurut Budiyanto (2016:92) “Model Think Pair Share adalah model

pembelajaran sederhana dimana ketika guru menyampaikan pelajaran di dalam

kelas, para siswa duduk berpasangan antara tim mereka. Guru memberikan

pertanyaan di dalam kelas. Siswa diarahkan berfikir menuju sebuah jawaban pada

pasangan mereka, kemudian teman mereka mencapai kesepakatan pada sebuah

jawaban. Akhirnya, guru menanyakan untuk berbagi jawaban mereka pada semua

siswa.” Prosedur tersebut telah disusun dan dibentuk sedemikian rupa sehingga

dapat memberikan waktu yang lebih banyak kepada siswa untuk dapat berpikir

dan merespon yang nantinya akan membangkitkan partisipasi siswa.

Penelitian belajar kooperatif mengembangkan sebuah tipe model think

pair share. Model ini pertama kali dikembangkan oleh Frang Lyman dan

Koleganya di universitas Maryland pada 1981 dan diadopsi oleh banyak penulis

di bidang pembelajaran kooperatif pada tahun – tahun berikutnya sesuai yang

dikutip Arends dalam Budiyanto (2016:92), menyatakan bahwa model ini

merupakan cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas.

Dengan asumsi bahwa semua resitasi atau diskusi membutuhkan pangaturan

untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang di gunakan

10
11

dalam Think Pair Share dapat memberi siswa lebih banyak waktu berfikir, untuk

merespon dan saling membantu. Guru memperkirakan hanya melengkapi

penyajian singkat atau siswa membaca tugas, atau situasi yang menjadi tanda

tanya. Sekarang guru menginginkan siswa mempertimbangkan lebih banyak apa

yang telah dijelaskan dan dialami. Guru memilih menggunakan think pair share

untuk membandingkan tanya jawab kelompok keseluruhan.

Menurut Morgan dalam Nasih dan Kholidah (2013:57) “Menegaskan

bahwa diskusi yang ideal adalah berpartisipasinya sekelompok individu dalam

diskusi terhadap suatu masalah yang memerlukan informasi atau tindakan lanjut”

Model pembelajaran think pair share menggunakan metode diskusi berpasangan

yang kemudian dilanjutkan dengan sidang pleno yang dipimpin oleh guru di kelas.

Maka menurut Huda (2015:206) “Skill-skill yang umumnya dibutuhkan

dalam strategi ini adalah sharing informasi, bertanya, meringkas gagasan orang

lain, dan paraphrasing.” Model pembelajaran ini siswa dilatih untuk

mengutarakan pendapatnya dan dilatih untuk menghargai pendapat orang lain.

2.1.1.2 Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Sanjaya (2014:241) “Ada empat unsur penting dalam SPK

(Strategi Pembelajaran Kooperatif), yaitu: (1) adanya peserta dalam kelompok; (2)

adanya aturan kelompok; (3) adanya upaya belajar setiap anggota kelompok; dan

(4) adanya tujuan yang harus dicapai.” Jadi pembelajaran kooperatif merupakan

model pembelajaran dengan menggunakan system pengelompokan tim kecil, yaitu

antara dua sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan
12

akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda – beda, sehingga antar

peserta dapat saling membelajarkan melalui tukar pikiran, pengalaman, maupun

gagasan-gagasan. Dan setiap anggota kelompok dapat memahami sasaran setiap

kegiatan belajar.

Dan menurut Sanjaya (2014:243) “Jadi, hal yang menarik dari SPK adalah

adanya harapan selain memiliki dampak pembelajaran, yaitu berupa peningkatan

prestasi belajar peserta didik (student achievement) juga mempunyai dampak

pengiring seperti relasi sosial, penerimaan terhadap peserta didik yang dianggap

lemah, harga diri, norma akademik, penghargaan terhadap waktu, dan suka

memberi pertolongan pada yang lain.” Siswa selain bisa mengembangkan

kemampuan individunya sendiri, juga bisa mengembangkan kemampuan

berkelompoknya serta keterampilan atau kecakapan sosial. Dan kecakapan sosial

siswa selama proses pembelajaran yang diamati, meliputi: bertanya, kemampuan

bekerjasama dalam berkelompok, menyampaikan ide atau berpendapat, menjadi

pendengar yang baik.

Menurut Slavin dalam Sanjaya (2006:242) “Mengemukakan dua alasan

sehubungan dengan pembelajaran kooperatif, pertama beberapa hasil penelitian

membuktikan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan

prestasi belajar siswa serta dapat meningkatkan kemampuan hubungan sosial,

menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dari orang lain, serta dapat

meningkatkan harga diri. Kedua, pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan

kebutuhan siswa dalam belajar berfikir, memecahkan masalah, dan

mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan. Dari dua alasan tersebut,


13

maka pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran yang dapat

memperbaiki sistem pembelajaran yang selama ini memiliki kelemahan.

Menurut Suhardjono (2016:157) “Beberapa pakar menyatakan ada tiga

tujuan utama model pembelajaran kooperatif ini, yakni hasil belajar akademik,

penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial.” Jadi

diharapkan dengan model pembelajaran ini dapat meningkatkan potensi nilai

akademik siswa sebagai hasil belajar yang diharapkan.

2.1.1.3 Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Think Pair Share

Model Think Pair Share (TPS) merupakan salah satu strategi dalam

pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar dalam kelompok kecil secara

heterogen dan bekerja sama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung

jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran dan menyampaikan materi tersebut

kepada anggota kelompok lain dengan tetap mengacu pada materi pembelajaran

fiqih yang menjadi bahan diskusi.

2.1.1.4 Langkah-langkah Model Think pair Share

Menurut Arend dalam Budiyanto (2016:92) Langkah-langkah penerapan

model think pair share di sekolah dapat dilakukan melalui beberapa cara di bawah

ini :

a. Langkah 1 : Berpikir (thinking)


14

Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan

pelajaran, dan meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk

berfikir sendiri jawaban atau atau masalah.

b. Langkah 2 : Berpasangan (pairing)

Selanjutnya guru meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan

apa yang telah mereka peroleh. Interaksi selama waktu yang disediakan

dapat menyatukan jawaban jika suatu pertanyaan yang diajukan

menyatukan gagasan apabila suatu masalah khusus yang diidentifikasi.

Secara normal guru memberi waktu tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk

berpasangan.

c. Langkah 3 : Berbagi (sharing)

Pada langkah akhir, guru meminta pasangan – pasangan untuk berbagi

dengan keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan. Hal ini efektif

untuk berkeliling ruangan dari pasangan ke pasangan dan melanjutkan

sampai sekitar sebagian pasangan mendapat kesempatan untuk

melaporkan.

2.1.1.5 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Think Pair Share

Menurut Budiyanto (2016:93) dalam buku sintaks 45 model pembelajaran

dalam student centered learning (SCL) Semua model pembelajaran itu baik

namun masih ada kelebihan dan kekurangannya tidak terkecuali pada model think

pair share berikut ini merupakan kelebihan dan kekurangan model think pair

share, diantara kelebihannya adalah:


15

a. Memberi siswa waktu lebih banyak untuk berfikir, menjawab, dan saling

membantu satu sama lainnya.

b. Meningkatkan partisipasi akan cocok untuk tugas sederhana.

c. Lebih banyak kesempatan untuk konstribusi masing-masing anggota

kelompok.

d. Interaksi lebih mudah.

e. Lebih mudah dan cepat membentuk kelompoknya.

f. Seorang siswa juga dapat belajar dari siswa lain serta saling

menyampaikan idenya untuk didiskusikan sebelum disampaikan di depan

kelas.

g. Dapat memperbaiki rasa percaya diri dan semua siswa diberi kesempatan

untuk berpartisipasi dalam kelas.

h. Siswa dpat mengembangkan keterampilan berfikir dan menjawab dalam

komunikasi antara satu dengan yang lain, serta bekerja saling membantu

dalam kelompok kecil.

i. Siswa secara langsung dapat memecahkan masalah, memahami suatu

materi secara berkelompok dan saling membantu antara satu dengan yang

lainnya, membuat kesimpulan (diskusi) serta mempresentasikan didepan

kelas sebagai salah satu langkah evaluasi terhadap kegiatan pembelajaran

yang telah dilakukan.

j. Memungkinkan siswa untuk merumuskan dan mengajukan pertanyaan-

pertanyaan mengenai materi materi yang diajarkan karena secara tidak


16

langsung memperoleh contoh pertanyaan yang diajukan oleh guru, serta

memperoleh kesempatan untuk memikirkan materi yang diajarkan.

k. Siswa akan terlatih menerapkan konsep karena bertukar pendapat dan

pemikiran dengan temannya untuk mendapatkan kesepakatan dalam

memecahkan masalah.

l. Siswa lebih aktif dalam pembelajaran karena menyelesaikan tugasnya

dalam kelompok, dimana tiap kelompok hanya terdiri dari 2 orang.

m. Siswa memperoleh kesempatan untuk mempresentasikan hasil diskusinya

dengan seluruh siswa sehingga ide yang ada menyebar.

n. Memungkinkan guru untuk lebih banyak memantau siswa dalam proses

pembelajaran.

o. Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas. Penggunaan model

pembelajaran Think Pair Share menuntut siswa menggunakan waktunya

untuk mengerjakan tugas-tugas atau permasalahan yang diberikan oleh

guru di awal pertemuan sehingga diharapkan siswa mampu memahami

materi dengan baik sebelum guru menyampaikan pada pertemuan

selanjutnya.

p. Memperbaiki kehadiran. Tugas yang diberikan oleh guru pada setiap

pertemuan selain untuk melibatkan siswa secara aktif dalam proses

pembelajaran juga dimaksudkan agar siswa dapat selalu berusaha hadir

pada setiap pertemuan. Sebab bagi siswa yang sekali tidak hadir maka

siswa tersebut tidak mengerjakan tugas dan hal ini akan mempengaruhi

hasil belajar mereka.


17

q. Angka putus ssekolah berkurang. Model pembelajaran TPS diharapkan

dapat memotivasi siswa dalam pembelajaran sehingga hasil belajar siswa

dapat lebih baik daripada pembelajaran dengan model konvensional.

r. Sikap apatis berkurang. Sebelum pembelajaran dimulai, kecenderungan

siswa merasa malas karena proses belajar di kelas hanya mendengarkan

apa yang disampaikan guru dan menjawab semua yang ditanyakan oleh

guru. dengan melibatkan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar,

model pembelajaran Think Pair Share akan lebih menarik dan tidak

monotone dibandingkan metode konvensional.

s. Penerimaan terhadap individu lebih besar. Dalam model pembelajaran

konvensional, siswa yang aktif di dalam kelas hanyalah siswa tertentu

yang benar-benar rajin dan cepat dalam menerima materi yang

disampaikan oleh guru sedangkan siswa lain hanyalah “pendengar” materi

yang disampaikan oleh guru. Dengan pembelajaran TPS hal ini dapat

diminimalisir sebab semua siswa akan terlibat dengan permasalahan yang

diberikan oleh guru.

t. Hasil belajar lebih mendalam. Parameter dalam PBM adalah hasil belajar

yang diraih oleh siswa. Dengan pembelajaran TPS perkembangan hasil

belajar siswa dapat diidentifikasi secara bertahap. Sehingga pada akhir

pembelajaran hasil yang diperoleh siswa dapat lebih optimal.

u. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi. System kerjasama

yang diterapkan dalam model pembelajaran TPS menuntut siswa untuk

dapat bekerja sama dalam tim, sehingga siswa untuk dapat bekerja sama
18

dalam tim, sehingga siswa dituntut untuk dapat belajar berempati,

menerima pendapat orang lain atau mengakui secara sportif jika

pendapatnya tidak diterima.

Adapun kekurangan dari model pembelajaran TPS (Think Pair Share)

adalah :

a. Membutuhkan koordinasi secara bersamaan dari berbagai aktivitas.

b. Membutuhkan perhatian khusus dalam penggunaan ruangan kelas.

c. Peralihan dari seluruh kelas kelompok kecil dapat menyita waktu

pengajaran yang berharga. Untuk itu guru harus dapat membuat

perencanaan yang seksama sehingga dapat meminimalkan jumlah waktu

yang terbuang.

d. Banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor.

e. Lebih sedikit ide yang muncul.

f. Jika ada perselisihan, tidak ada penengah.

g. Menggantungkan pada pasangan.

h. Jumlah siswa yang ganjil berdampak pada saat pembentukan kelompok,

karena ada satu siswa tidak mempunyai pasangan.

i. Ketidaksesuaian antara waktu yang direncanakan dengan pelaksanaannya.

j. Model pembelajaran think pair share belum banyak diterapkan di sekolah.

k. Sangat memerlukan kemampuan dan keterampilan guru, waktu

pembelajaran berlangsung guru melakukan intervensi secara maksimal.

l. Menyusun bahan ajar setiap pertemuan dengan tingkat kesulitan yang

sesuai dengan taraf berfikir anak.


19

m. Mengubah kebiasaan siswa belajar dari yang dengan cara mendengarkan

ceramah diganti dengan belajar berfikir memecahkan masalah secara

kelompok, hal ini merupakan kesulitan sendiri bagi siswa.

n. Sangat sulit diterapkan di sekolah yang rata-rata kemampuan siswanya

rendah dan waktu yang terbatas.

o. Jumlah kelompok yang terbentuk banyak.

p. Sejumlah siswa bingung, sebagian kehilangan rasa percaya diri, saling

mengganggu antar siswa karena siswa baru tahu model Think Pair share.

2.1.2 Hasil Belajar

Berbicara tentang hasil belajar banyak pakar memiliki pendapat yang

berbeda – beda, Menurut Majid (2014:23) “Salah satu upaya dalam meningkatkan

kualitas proses dan hasil belajar sebagai bagian dari peningkatan kualitas

pendidikan dapat dilakukan melalui system penilaian.” Dan menurut Sudjana

(2017:22) “Penilaian adalah upaya atau tindakan untuk mengetahui sejauh mana

tujuan yang telah ditetapkan itu tercapai atau tidak.” Penilaian Proses Belajar

adalah upaya memberikan nilai terhadap kegiatan belajar mengajar yang

dilakukan oleh siswa dan guru dalam mencapai tujuan-tujuan pengajaran. Jadi

penilaian bisa dijadikan alat untuk mengetahui keberhasilan proses dan hasil

belajar siswa.

Sedangkan menurut Sudjana dalam Majid (2014:27) Mengemukakan

bahwa penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil

belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Hal ini memberi isyarat bahwa
20

objek yang dinilai adalah hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa pada umumnya

dilihat dari perubahan tingkah laku setelah mengalami proses belajar mengajar.

Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian luas mencakup bidang

kognitif, afektif, dan psikomotorik. Penilaian dan pengukuran hasil belajar

dilakukan dengan menggunakan tes hasil belajar, terutama hasil belajar kognitif

berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan

dan pengajaran. Perubahan biasanya dapat dilihat dari tingkat perkembangan

mental siswa yang lebih baik dibandingkan pada saat sebelum belajar.yang tidak

tahu menjadi tahu dan dari kurang mengerti menjadi mengerti.

Disisi lain Woordworth dalam Majid berpendapat bahwa (2014:28) “Hasil

belajar merupakan perubahan tingkah laku sebagai akibat dari proses belajar.”

Terciptanya proses belajar yang efektif dan efisien akan menjadikan hasil belajar

lebih berarti, lebih bermakna serta berdaya guna pada diri individu yang belajar.

Dan Sudjana dalam Majid (2014:28) mengutarakan tujuan penilaian hasil

belajar sebagai berikut :

1) Mendeskripsikan kecakapan belajar siswa sehingga dapat diketahui

kelebihan dan kekurangannya dalan berbagai bidang studi atau mata

pelajaran yang ditemputhnya. Dengan pendeskrisian kecakapan tersebut

dapat diketahui pula posisi kemampuan siswa dibandingkan dengan siswa

lainnya.
21

2) Mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran di sekolah,

yakni seberapa jauh keefektifannya dalam mengubah tingkah laku siswa

kea rah tujuan pendidikan yang diharapkan.

3) Menentukan tindak lanjut hasil penilaian, yakni melakukan perbaikan dan

penyempurnaan dalam hal program pendidikan dan pengajaran serta

system pelaksanaannya.

4) Memberikan pertanggung jawaban (accountability) dari pihak sekolah

kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

Hasil belajar yang demikian dapat dicapai antara lain apabila kegiatan

mengajar atau menyampaikan mata pelajaran sesuai dengan gaya belajar siswa,

keefektifan belajar akan semakin tinggi bila kegiatan mengajar sesuai bagi setiap

siswa.

Yang dimaksud dengan hasil belajar dalam penelitian ini adalah hasil

belajar siswa yang diperoleh setelah melakukan model pembelajaran Think Pair

Share (TPS), dan nilai tes akhir pada setiap siklus. Dari tes yang dilakukan

tersebut, dapat diketahui ketuntasan belajar siswa.

2.1.2.1 Belajar

Belajar sebagai proses memungkinkan seseorang untuk mengubah

perilakunya, beberapa ahli pendidikan mengemukakan tentang batas mengajar

antara lain menurut Suryabrata dalam Nurfuadi (2012:21) bahwa : “ Belajar

adalah suatu proses yang menghasilkan perubahan perilaku yang dilakukan


22

dengan sengaja untuk memperoleh pengetahuan, kecakapan dan pengalaman baru

kearah yang lebih baik.”

Thursan Hakim dalam Hamdani(2011:21) juga mengemukakan bahwa

belajar adalah suatu proses perubahan dalam kepribadian manusia, dan perubahan

tersebut ditampakkan dalam benttuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah

laku, seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman,

keterampilan, daya pikir, dan lain-lain. Hal ini berarti peningkatan kualitas dan

kuantitas tingkah laku seseorang diperlihatkan dalam bentuk bertambahnya

kualitas dan kuantitas kemampuan seseorang dalam berbagai bidang. Apabila

tidak mendapatkan peningkatan kualitas dan kuantirtas kemampuan, orang

tersebut belum mengalami proses belajar atau dengan kata lain, ia mengalami

kegagalan di dalam proses belajar.

Ahli lain yakin Ahmadi dan Supriyono dalam Nurfuadi (2012:21)

mengemukakan bahwa “ secara psikologis belajar berarti suatu proses usaha yang

dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru

secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi

dengan lingkungan.”

Disisi lain Moh. Surya dalam Nurfuadi (2012:21) juga berpendapat

“Belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk

memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari

pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya.


23

Maka dari beberapa pendapat diatas belajar dapat diartikan sebagai suatu

proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari latihan pengalaman individu

akibat interaksi dengan lingkungannya. Perubahan-perubahan yang terjadi sebagai

akibat dari hasil perbuatan belajar seseorang dapat berupa kebiasaan-kebiasaan,

kecakapan atau dalam bentuk pengetahuan, sikap dan keterampilan. Dalam hal ini

juga dimaksudkan belajar berarti usaha mengubah tingkah laku. Jadi belajar akan

membawa suatu perubahan pada individu-individu yang belajar. Perubahan itu

tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga

berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak,

penyesuaian diri.

Dari uraian diatas juga dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan belajar itu

ada tiga jenis yaitu untuk mendapatkan pengetahuan, penanaman konsep dan

keterampilan serta pembentukan sikap. Jadi pada intinya tujuan belajar itu adalah

ingin mendapatkan pengetahuan, keterampilan dan penanaman sikap mental /

nilai-nilai. Dan pencapaian tujuan belajar berarti akan menghasilkan hasil belajar.

Beberapa ciri belajar, seperti dikutip oleh Darsono dalam Hamdani

(2011:22) adalah sebagai berikut :

1. Belajar dilakukan dengan sadar dan mempunyai tujuan. Tujuan digunakan

sebagai arah kegiatan, sekaligus tolok ukur keberhasilan belajar.

2. Belajar merupakan pengalaman sendiri, tidak dapat diwakilkan kepada

orang lain. Jadi, belajar bersifat individual.


24

3. Belajar merupakan proses interaksi antara individu dan lingkungan. Hal ini

berarti individu harus aktif apabila dihadapkan pada lingkungan tertentu.

Keaktifan ini dapat terwujud karena individu memiliki berbagai potensi

untuk belajar.

4. Belajar mengakibatkan terjadinya perubahan pada diri orang yang belajar.

Perubahan tersebut bersifat integral, artinya perubahan dalam aspek

kognitif, afektif,, dan psikomotor yang terpisahkan satu dengan yang

lainnya.

Berdasarkan ciri belajar tersebut, proses mengajar bukanlah kegiatan

memindahkan pengetahuan dari guru kepada siswa, tetapi suatu kegiatan yang

memungkinkan siswa merekontruksi sendiri pengetahuannya sehingga mampu

menggunakan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari.

2.1.3 Hubungan antara Model Think Pair Share dengan Hasil Belajar

Model Think Pair Share (TPS) merupakan salah satu strategi dalam

pembelajaran kooperatif yang dapat memberikan waktu kepada siswa untuk

berpikir sehingga strategi ini punya potensi kuat untuk memberdayakan

kemampuan berpikir siswa. Peningkatan kemampuan berpikir siswa akan

meningkatkan hasil belajar atau prestasi belajar siswa dan kecakapan

akademiknya.

Hasil belajar siswa dalam pembelajaran fiqih di SMP Muhammadiyah 1

Jember akan mengalami peningkatan dengan penerapan model pembelajaran

Think Pair Share (TPS), karena model pembelajaran ini memberikan kesempatan

kepada siswa untuk bekerja sendiri atau bekerja sama dengan orang lain. Siswa
25

dilatih bernalar dan dapat berpikir kritis untuk memecahkan masalah yang

diberikan oleh guru. Hasilnya siswa mampu menemukan jalan keluar terhadap

masalah yang mereka hadapi dengan bekerja sama dengan teman sebangkunya.

Disamping itu penggunaan model ini dapat memberikan siswa waktu lebih banyak

berfikir, menjawab dengan asumsi pemikirannya sendiri, kemudian berpasangan

untuk mendiskusikan hasil jawabannya kepada teman sekelas untuk dapat

didiskusikan dan dicari pemecahannya bersama-sama sehingga terbentuk suatu

konsep.

Pembelajaran Think Pair Share dapat mengembangkan kemampuan

mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata dan membandingkan ide-

idenya dengan orang lain. Membantu siswa respek pada orang lain dan menyadari

akan segala keterbatasan serta menerima segala perbedaan. Siswa dapat

mengembangkan kemampuan untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri dan

menerima umpan balik interaksi yang terjadi selama pembelajaran dapat

meningkatkan hasil belajar dan memberikan rangsangan untuk berpikir sehingga

bermamfaat bagi proses pembelajaran khususnya dalam pembelajaran fiqih.

2.2 Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan merupakan dugaan sementara yang mungkin benar atau

mungkin salah, yang akan diterima kalau fakta-fakta yang membenarkannya dan

akan ditolak jika salah atau palsu. Maka menurut peneliti hipotesis tindakan dari

penelitian ini adalah : Model Think Pair Share diduga dapat meningkatkan hasil

belajar siswa pada materi fiqih kelas VII SMP Muhammadiyah 1 Jember.

Anda mungkin juga menyukai