KAJIAN PUSTAKA
Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini antara lain sebagai
berikut:
38% atau dari 32 siswa hanya 12 siswa yang tuntas. Pada siklus I, nilai
rata-rata meningkat menjadi 72,3 dengan ketuntasan 63%. Pada siklus II,
diperoleh rata-rata nilai siswa 4,5 dengan ketuntasan klasikal 30%. Setelah
menggunakan media kertas lipat pada siklus I, nilai rata-rata siswa menjadi
6,7 dengan pencapaian ketuntasan 63%. Pada siklus II, capaian nilai rata-
rata siswa 7,8 dengan persentase siswa yang tuntas mencapai 70%. Dengan
demikian media kertas lipat terbukti signifikan mempengaruhi peningkatan
siswa.
belajar siswa pada materi operasi pecahan meningkat dari 40% pada pra
2. Pair
Siswa selanjutnya dipasangkan dengan siswa lain untuk mendiskusikan apa
yang telah dipikirkannya pada tahap pertama. Interaksi pada tahap ini
diharapkan dapat saling membagikan ide-ide mereka satu sama lain.
3. Share
Pada langkah akhir, guru meminta kepada pasangan-pasangan tersebut
untuk berbagi atau melaporkan hasil diskusi mereka kepada seluruh kelas.
Dengan penerapan ketiga tahap di atas secara sistematis, model
pembelajaran think pair share diharapkan dapat mendorong keterlibatan
siswa dalam mengonstruksi pengetahuan dan meningkatkan keterampilan
komunikasi sosial mereka.
Jadi dapat disimpulkan bahwa metode Think Pair Share adalah
sebuah metode pembelajaran dimana peserta didik bekerjasama untuk
memecahkan suatu masalah atau menjawab pertanyaan guru mengenai
tugas yang diberikan. guru. saling mengutarakan hasil pemikiran masing-
masing, yang tiap anggota pasangan ditentukan oleh guru.
2.2.1.2 Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share
Berikut ini adalah beberapa karakteristik utama dari model pembelajaran
kooperatif tipe Think Pair Share:
1. Mengutamakan kerjasama antar siswa dalam kelompok kecil. Siswa
didorong untuk saling membantu pemahaman dan penyelesaian masalah.
2. Setiap anggota kelompok/pasangan memiliki tanggung jawab secara
individual maupun kelompok. Misalnya harus bisa menjelaskan jawaban/ide
mereka ke pasangannya atau ke seluruh kelas.
3. Interaksi tatap muka antar siswa. Hal ini terjadi saat siswa berdiskusi
berpasangan (pair) dan berbagi jawaban ke seluruh kelas.
4. Keterampilan komunikasi sangat dituntut, baik komunikasi verbal maupun
mendengarkan dengan aktif. Siswa harus mampu mengomunikasikan
pemikiran dan mendengarkan pasangannya.
5. Pembelajaran yang aktif dan menyenangkan. Siswa terlibat langsung
mengonstruksi pengetahuan, bukan sekadar menerima dari guru.
6. Meningkatkan kemampuan berpikir individu maupun kelompok. Dengan
tahap think-pair-share, kemampuan berpikir siswa dilatih secara utuh.
7. Tidak ada persaingan antar siswa karena mereka bekerja dalam kelompok
kooperatif dengan tanggung jawab bersama.
Itulah beberapa karakteristik model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair
Share.
2.2.1.3 Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share
1. Think (Berpikir)
- Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang berhubungan
dengan pelajaran, kemudian meminta siswa untuk memikirkan jawabannya
sendiri secara individu.
2. Pair (Berpasangan)
- Guru meminta siswa berpasangan dengan teman sebelah atau di depannya
untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkannya pada tahap think.
- Guru dapat membuat aturan tentang cara berpasangan, misalnya hitungan,
sesuai deretan tempat duduk, dan sebagainya.
3. Share (Berbagi)
- Guru meminta kepada pasangan-pasangan yang telah berdiskusi untuk
berbagi hasil diskusi dengan seluruh kelas melalui presentasi di depan kelas
atau dengan berputar ke pasangan lain.
- Pada tahap ini terjadi tanya jawab, tanggapan, serta diskusi kelas.
- Guru memberikan konfirmasi, klarifikasi, dan kesimpulan pada akhir
tahap ini.
4. Evaluasi (Penilaian)
- Guru memberikan evaluasi untuk mengukur pemahaman siswa berkaitan
dengan materi yang telah dipelajari melalui model think pair share. Bisa
melalui tes tertulis, praktik, dan lainnya.
5. Penutup
- Guru menutup pembelajaran dengan meninjau kembali point-point penting
materi dan proses pembelajaran pada pertemuan tersebut.
2.2.1.5 Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair
Share
Menurut Bloom (1956), pemahaman konsep adalah kemampuan menangkap arti dari
dua konsep atau lebih. Ini meliputi kemampuan membedakan contoh dan non-contoh dari konsep
yang dipelajari.
substansi yang terkandung dalam konsep yang ditandai dengan kemampuan menjelaskan konsep
pengertian seperti mampu mengungkapkan suatu materi yang disajikan ke dalam bentuk yang
1. Pemahaman terjemahan
Merupakan tingkat pemahaman konsep terendah dimana siswa hanya
mampu mengartikan makna sebuah konsep secara harfiah. Misalnya
menerjemahkan konsep "demand" dalam ekonomi hanya sebatas
permintaan.
2. Pemahaman penafsiran
Kemampuan memahami dan menafsirkan makna konsep berdasarkan
pengetahuan awal yang dimiliki. Seperti menafsirkan pengertian
"muatan listrik" dalam fisika bukan sekadar 'isi listrik'.
3. Pemahaman ekstrapolasi
Pemahaman dengan cara memperluas arti dan makna konsep serta
ramalan tentang konsekuensi atau dapat menerapkannya dalam
situasi baru. Seperti memahami konsep "momentum" untuk
meramalkan hasil tumbukan benda.
Menurut Nurdin (2007), ada beberapa faktor yang mempengaruhi pemahaman konsep,
antara lain:
4. Kemampuan penalaran
Kemampuan bernalar penting untuk membangun pemahaman dan hubungan antar
konsep.
5. Keterampilan metakognitif
Metakognitif seperti perencanaan dan evaluasi belajar sendiri mempengaruhi pemahaman
konsep.
Jadi banyak faktor yang mempengaruhi, baik internal dari dalam siswa itu sendiri
maupun eksternal dari luar seperti cara guru mengajar. Semakin optimal faktor-faktor
tersebut, pemahaman konsep siswa biasanya akan semakin baik
2.2.3 Pembelajaran Matematika
2.2.3.1 Pengertian Pembelajaran Matematika
Shihab dalam Mobarokah (2019) pembelajaran matematika adalah suatu
materi matematika.
Pembelajaran matematika menurut Situmorang (2016) yaitu kunci utama
matematika sebagai mata pelajaran yang menyenangkan dan ada juga yang
matematika adalah suatu proses belajar mengajar yang dibangun oleh guru untuk
dapat menumbuhkan pemikiran yang kreatif pada siswa, yang bisa memberikan
memotivasi diri siswa untuk dapat memecahkan masalah yang menantang dan
penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia.
Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini
sesuai dengan tuntutan kebutuhan. James dan James dalam kamus matematikanya
lainnya. James membagi matematika ke dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis,
dan geometri. Maka dari itu matematika juga disebut sebagai: (a) ilmu Deduktif;
(b) ilmu Terstruktur; (c) alat berkomunikasi dan kegiatan pemecahan masalah; (d)
Imajinasi, Intuisi, dan Penemuan; dan (e) terpenting Ratu dan Pelayan Ilmu.
kalimat lengkap, simbol, tabel, diagram atau media lain untuk memperjelas
kehidupan: 6) memiliki sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai dalam
(Kemendikbud, 2014).
lainnya.
matematika dalam bentuk tabel, diagram serta media lain untuk mempertegas
keseharian siswa.
membuat jenuh siswa dalam belajar yang pada akhirnya dapat mempengaruhi
satu model pembelajaran saja seperti kooperatif tentu akan membuat siswa merasa
bosan sehingga siswa tidak akan memahami materi pembelajaran yang guru
guru mengaitkan dengan apa yang telah diketahui siswa sebelum memulai proses
Pair Share merupakan salah satu model pembelajaran matematika. Lie (2008)
Kooperatif Tipe Think Pair Share akan membantu siswa untuk belajar bagaimana
pemahaman siswa tersebut. Hal itu akan menciptakan suasana kelas yang tidak
Diharapkan dari model pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share dapat
Siswa Guru
Siswa
Guru
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think
Pair Share