Anda di halaman 1dari 73

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

JIGSAW
PENGERTIAN MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF JIGSAW
Dari sisi etimologi Jigsaw berasal dari bahasa ingris yaitu gergaji ukir dan ada juga
yang menyebutnya dengan istilah Fuzzle, yaitu sebuah teka teki yang menyususn
potongan gambar. Pembelajaran kooperatif model jigsaw ini juga mengambil pola
cara bekerja sebuah gergaji ( jigsaw), yaitu siswa melakukan sesuatu kegiatan
belajar dengan cara bekerja sama dengan siswa lain untuk mencapai tujuan
bersama.
Model pemebelajaran kooperatif model jigsaw adalah sebuah model belajar
kooperatif yang menitik beratkan kepada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok
kecil, seperti yang diungkapkan Lie ( 1993: 73), bahwa pembelajaran kooperatif model
jigsaw ini merupakan model belajar kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok
kecil yang terdiri atas empat sampai dengan enam orang secara heterogen dan siswa bekerja
sama salaing ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri.
Dalam model pembelajaran jigsaw ini siswa memiliki banyak kesempatan untuk
mengemukanakan pendapat, dan mengelolah imformasi yang didapat dan dapat
meningkatkan keterampilan berkomunikasii, anggota kelompok bertanggung jawab atas
keberhasilan kelompoknya dan ketuntasan bagian materi yang dipelajari, dan dapat
menyampaikan kepada kelompoknya ( Rusman, 2008.203).
Bandingkan dengan Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw

LANGKAH-LANGKAH MODEL PEMBELAJARAN


KOOPERATIF JIGSAW
Menurut Rusman (2008 : 205) model pembelajaran jigsaw ini dikenal juga dengan
kooperatif para ahli. Karena anggota setiap kelompok dihadapkan pada
permasalahan yang berbeda. Namun, permasalahan yang dihadapi setiap kelompok
sama, kita sebut sebagai team ahli yang bertugas membahas permasalahan yang
dihadapi. Selanjutnya, hasil pembahasan itu di bawah kekelompok asal dan
disampaikan pada anggota kelompoknya.

KEGIATAN YANG DILAKUKAN PADA MODEL


PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW SEBAGAI
BERIKUT:
1. Melakukan mambaca untuk menggali informasi. Siswa memeperoleh topik –
topik permasalahan untuk di baca sehingga mendapatkan imformasi
dari permasalahan tersebut.
2. Diskusi kelompok ahli. Siswa yang telah mendapatka topik permasalahan
yang sama bertemu dalam satu kelompok atau kita sebut dengan kelompok ahli
untuk membicaran topik permasalahan tersebut.
3. Laporan kelompok, kelompok ahli kembali ke kelompok asal dan
menjelaskan dari hasil yang didapat dari diskusi tim ahli.
4. Kuis dilakukan mencakup semua topik permasalahan yang dibicarakan tadi.
5. Perhitungan sekor kelompok dan menetukan penghargaan kelompok.

Sedangkan menurut Stepen, Sikes and Snapp (1978 ) yang dikutip Rusman (2008),
mengemukakan langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw sebagai
berikut:

1. Siswa dikelompokan sebanyak 1 sampai dengan 5 orang sisiwa.


2. Tiap orang dalam team diberi bagian materi berbeda
3. Tiap orang dalam team diberi bagian materi yang ditugaskan
4. Anggota dari team yang berbeda yang telah mempelajari bagian sub bagian yang
sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusiksn sub bab
mereka.
5. Setelah selesai diskusi sebagai tem ahli tiap anggota kembali kedalam kelompok
asli dan bergantian mengajar teman satu tem mereka tentang sub bab yang mereka
kusai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan seksama.
6. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi.
7. Guru memberi evaluasi.
8. Penutup

Oleh FADHLY. MP.d.I “Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Jigsaw“


Nah itulah Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw silahkan anda pilih mana
model pembelajaran yang baik untuk peserta didik.
Kelebihan dan Kekurangan
Pembelajaran Kooperatif Tipe
Jigsaw
 Dapatkan link
 Facebook
 Twitter
 Pinterest
 Google+
 Email

- Januari 20, 2015

Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw memiliki kelebihan dan kekurangan.


Kelebihan model pembelajaran Jigsaw adalah sebagai berikut :
1. Mempermudah pekerjaan guru dalam mengajar, karena sudah ada kelompok ahli yang
bertugas menjelaskan materi kepada rekan-rekannya.
2. Mengembangkan kemampuan siswa mengungkapkan ide atau gagasan dalam
memecahkan masalah tanpa takut membuat salah.
3. Dapat meningkatkan kemampuan sosial: mengembangkan rasa harga diri dan hubungan
interpersonal yang positif.
4. Siswa lebih aktif dalam berbicara dan berpendapat karena siswa diberikan kesempatan
untuk berdiskusi dan menjelaskan materi pada masing-masing kelompok.
5. Siswa lebih memahami materi yang diberikan karena dipelajari lebih dalam dan sederhana
dengan anggota kelompoknya.
6. Siswa lebih menguasai materi karena mampu mengajarkan materi tersebut kepada teman
kelompok belajarnya.
7. Siswa diajarkan bagaimana bekerja sama dalam kelompok
8. Materi yang diberikan kepada siswa dapat merata.
9. Dalam proses belajar mengajar siswa saling ketergantungan positif
Menurut Ibrahim dkk (2000) menyatakan bahwa belajar kooperatif dapat
mengembangkan tingkah laku kooperatif dan hubungan yang lebih baik antar siswa, dan
dapat mengembangkan kemampuan akademis siswa. Siswa lebih banyak belajar dari
teman mereka dalam belajar kooperatif dari pada guru. Ratumanan (2002) menyatakan
bahwa interaksi yang terjadi dalam bentuk kooperatif dapat memacu terbentuknya ide
baru dan memperkaya perkembangan intelektual siswa.
Adapun kekurangan yang bisa ditemukan didalam pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw adalah sebagai berikut:
1. Siswa yang tidak memiliki rasa percaya diri dalam berdiskusi maka akan sulit dalam
menyampaikan materi pada teman.
2. Siswa yang aktif akan lebih mendominasi diskusi, dan cenderung mengontrol jalannya
diskusi.
3. Siswa yang memiliki kemampuan membaca dan berpikir rendah akan mengalami kesulitan
untuk menjelaskan materi apabila ditunjuk sebagai tenaga ahli.
4. Siswa yang cerdas cenderung merasa bosan.
5. Siswa yang tidak terbiasa berkompetisi akan kesulitan untuk mengikuti proses
pembelajaran.
6. Penugasan anggota kelompok untuk menjadi tim ahli sering tidak sesuai antara
kemampuan dengan kompetensi yang harus dipelajari.
7. Keadaan kondisi kelas yang ramai, sehingga membuat siswa kurang bisa berkonsentrasi
dalam menyampaikan pembelajaran yang dikuasainya.
8. Jika jumlah anggota kelompok kurang akan menimbulkan masalah, misal jika ada anggota
yang hanya membonceng dalam menyelesaikan tugas-tugas dan pasif dalam diskusi.

9. Jika tidak didukung dengan kondisi kelas yang mumpuni (luas) metode sulit dijalankan
mengingat siswa harus beberapa kali berpindah dan berganti kelompok.

10. Membutuhkan waktu yang lebih lama apalagi bila penataan ruang belum terkondiki
dengan baik, sehingga perlu waktu merubah posisi yang dapat juga menimbulkan gaduh
serta butuh waktu dan persiapan yang matang sebelum model pembelajaran ini bisa
berjalan dengan baik.

Beberapa hal yang bisa menjadi kendala aplikasi model ini dilapangan yang harus
kita cari jalan keluarnya, menurut Roy Killen (1996), adalah:
1. Prinsip utama pola pembelajaran ini adalah ‘peer teaching” pembelajaran oleh teman
sendiri, akan menjadi kendala karena perbedaan persepsi dalam memahami suatu konsep
yang akan didiskusikan bersama dengan siswa lain.

2. Dirasa sulit meyakinkan siswa untuk mampu berdiskusi menyampaikan materi pada
teman, jika siswa tidak memiliki rasa kepercayaan diri.

3. Rekod siswa tentang nilai, kepribadian, perhatian siswa harus sudah dimiliki oleh pendidik
dan ini biasanya dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk mengenali tipe-tipe siswa
dalam kelompok tersebut.

4. Awal penggunaan metode ini biasanya sulit dikendalikan, biasanya membutuhkan waktu
yang cukup dan persiapan yang matang sebelum model pembelajaran ini bisa berjalan
dengan baik.

5. Aplikasi metode ini pada kelas yang besar ( lebih dari 40 siswa) sangatlah sulit, tapi bisa
diatasi dengan model team teaching

Tidak selamanya proses belajar dengan model jigsaw berjalan dengan lancar. Ada
beberapa hambatan yang dapat muncul, yang paling sering terjadi adalah kurang
terbiasanya peserta didik dan pengajar dengan model ini. Peserta didik dan pengajar
masih terbawa kebiasaan metode konvensional, dimana pemberian materi terjadi secara
satu arah. Faktor penghambat lain adalah kurangnya waktu, proses model ini
membutuhkan waktu yang lebih banyak, sementara waktu pelaksanaan metode ini harus
disesuaikan dengan beban kurikulum.

Untuk mengatasi masalah atau kelemahan yang muncul dalam penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw serta agar pelaksanaan pembelajaran kooperatif dapat
berjalan dengan baik, dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Guru senantiasa mempelajari teknik-teknik penerapan model pembelajaran kooperatif di


kelas dan menyesuaikan dengan materi yang akan diajarkan.
2. Pembagian jumlah siswa yang merata, dalam artian tiap kelas merupakan kelas
heterogen.
3. Pengelompokan dilakukan terlebih dahulu, mengurutkan kemampuan belajar siswa dalam
kelas.
4. Sebelum tim ahli, misalnya ahli materi pertama kembali ke kelompok asal yang akan
bertugas sebagai tutor sebaya, perlu dilakukan tes penguasaan materi yang menjadi tugas
mereka
5. Materi sebaiknya secara alami dapat dibagi menjadi beberapa bagian materi
pembelajaran.
6. Perlu diperhatikan bahwa jika menggunakan Jigsaw untuk belajar materi baru maka perlu
dipersiapkan suatu tuntunan dan isi materi yang runtut serta cukup sehingga tujuan
pembelajaran dapat tercapai.
7. Meningkatkan sarana pendukung pembelajaran terutama buku sumber.
8. Mensosialisasikan kepada siswa akan pentingnya sistem teknologi dan informasi yang
dapat mendukung proses pembelajaran
9. Diadakan sosialisasi dari pihak terkait tentang teknik pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw.
10. Untuk mengantisipasi masalah siswa yang aktif akan lebih mendominasi diskusi ini guru,
maka harus benar-benar memperhatikan jalannya diskusi. Guru harus menekankan agar
para anggota kelompok menyimak terlebih dahulu penjelasan dari tenaga ahli. Kemudian
baru mengajukan pertanyaan apabila tidak mengerti.
11. Untuk mengantisipasi siswa yang memiliki kemampuan membaca dan berfpikir rendah,
maka guru harus memilih tenaga ahli secara tepat, kemudian memonitor kinerja mereka
dalam menjelaskan materi, agar materi dapat tersampaikan secara akurat.
12. Untuk mengantisipasi siswa cerdas yang cenderung merasa bosan maka guru harus
pandai menciptakan suasana kelas yang menggairahkan agar siswa yang cerdas tertantang
untuk mengikuti jalannya diskusi.

MAKALAH
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW
Disusun guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah Inovasi Pembelajaran Matematika
Disusun Oleh

3F/Kelompok 7:

1. Yulia Ningrum (11310259)

2. Eka Rini Widiastuti (11310263)

3. Furi Putri Adityana (11310268)

PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

IKIP PGRI SEMARANG

2012

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah Swt atas rahmat dan hidayahnya kami dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini dibuat berdasarkan sumber yang
berasal dari buku, internet kemudian materi dikumpulkan dan dikemas dalam bentuk suatu
makalah.

Penulisan dan pembuatan makalah ini bertujaun untuk memenuhi tugas mandiri mata
kuliah “Inovasi Pembelajaran Matematika”. Serta membahas mengenai Model Pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw untuk memberikan pengenalan bagaimana cara menerapkan model ini
beserta langkah-langkah untuk menerapkan dalam pembelajaran di kelas.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak – pihak yang telah ikut membantu dalam
menyelesaikan makalah ini, dan tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen
pengampu mata kuliah Inovasi Pembelajaran Matematika Bapak Prayito yang telah memberikan
kesempatan waktu untuk menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan maupun
kesalahan dalam penulisan.Oleh karena itu, penulis mohom kritik dan saran yang membangun agar
penulisan makalah selanjutnya dapat menjadi lebih baik dan berguna bagi pembacanya.

Semarang, September 2012

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................ i

DAFTAR ISI............................................................................................................. ii
A. BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang............................................................................................. 1

2. Rumusan Masalah........................................................................................ 1

3. Tujuan........................................................................................................... 2

B. BAB II PEMBAHASAN

1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw............................. 3

2. Lngkah-langkah Metode Jigsaw.................................................................. 5

3. Kelebihan dan Kekuranagan Pembelajaran Metode Jigsaw................... .... 6

4. Evaluasi Materi yang cocok untuk SMP/SMA............................................ 7

C. BAB III PENUTUP

1. Simpulan....................................................................................................... 8

2. Saran............................................................................................................. 9

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 10
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Falsafah yang mendasari pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam pendidikan ialah “homo
homoni socius” (pembelajaran gotong-royong) yang menekankan bahwa manusia adalah makhluk
social. Pembelajaran kooperatif terutama tipe jigsaw dianggap sangat cocok di terapkan di Indonesia
karena sesuai dengan budaya Indonesia yang menjunjung tinggi nilai gotong royong.

Model pembelajaran jigsaw adalah suatu tehnik pembelajaran kooperatiff dimana siswa,
bukan guru yang memiliki tanggung jawab lebih besar dalam pelaksanaan pembelajaran. Adapun
tujuan dari model pembelajaran jigsaw ini mengembangkan kerja tim, ketrampilan belajar
kooperatif, serta menguasai pengetahuan secara mendalam yang tidak mungkin diperoleh bila
mereka mencoba untuk mempelajari semua materi secara sendirian.

Menurut Anita Lie dalam bukunya “Cooperative Learning Teknik Jigsaw” bahwa metode
pembelajaran koopertif teknik jigsaw tidak sama dengan sekadar belajar kelompok, tetapi ada
unsure-unsur dasar yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan.
Roger dan David Johnson mangatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative
learning teknik jigsaw.

B. Rumusan Masalah

Dalam pembuatan makalah ini penulis merumuskan beberapa rumusan masalah sabagai
berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw?

2. Bagaimana langkah-langkah metode jigsaw?

3. Apa saja kekurangan dan kelebihan dari metode jigsaw?

4. Apa materi yang cocok untuk diterapkan dengan metode jigsaw?


C. Tujuan

Dalam makalah ini penulis menemukan beberapa tujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui yang dimaksud/pengertian dengan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

2. Untuk mengetahui bagaimana langkah – langkah metode pembelajaran tipe jigsaw.

3. Untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan metode jigsaw.

4. Untuk mengetahui materi yang cocok menggunakan metode jigsaw.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif tipe jigsaw

Pengetian pembelajaran secara umum adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh
guru sedemikan rupa sehingga tingkah laku siswa menjadi kearah yang lebih baik. Metode
pembelajaran kooperatif tipe jigasaw adalah pembelajaran dimana siswa belajar dalam
kelompok dan bertanggung jawab atas penguasaan materi belajar yang ditugaskan kepadanya
lalu mengajarkan bagian tersebut kepada anggota kelompok lain.
Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan teman-
teman di Universitas Texas, kemudian diadaptasikan oleh Slavin dan temen-teman di
Universitas John Hopkins (Arends, 2001).
Teknik mengajar Jigsaw dikembangkan oleh Aronson et.al.sebagai model
Cooperative Learning. Teknik ini dapat digunakan dalam pengajaran membaca,
menulis,berbicara, ataupun mendengarkan. Dalam Teknik ini, guru memperhatikan
skemataatau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan schemata
ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu, siswa bekerja sama dengan
sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai kesempatan untuk mengolah
informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.
Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang
terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan
bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam
kelompoknya (Arends, 1997 dalam http://matamatika-ipa.com ). Model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw merupakan tipe model pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar
dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 – 6 orang secara heterogen dan bekerjasama saling
ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran
yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kapada kelompok yang lain
(Arends, 1997).
Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap
pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari
materi yang diberikan, tetapi mereka juga siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut
pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan demikian, “siswa saling tergantung satu
dengan yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang
ditugaskan” (Lie,A., 1994).
Para anggota dari tim – tim yang berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk
diskusi (tim ahli) saling membantu satu sama lain tentang topik pembelajaran yang
ditugaskan kepada mereka. Kemudian siswa-siswi itu kembali pada tim / kelompok asal
untuk menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain tentang apa yang telah mereka
pelajari sebelumnya pada tim ahli.
Pada model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, terdapat kelompok asal dan
kelompok ahli. Kelompok asal, yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan siswa
dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang beragam.Kelompok asal
merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli, yaitu kelompok siswa yang terdiri
dari anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami
topik tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk
kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.Hubungan antara kelompok asal dan
kelompok ahli digambarkan sebagai berikut (Arends, 2001) :
X X

X X

= =

= =
+ +

+ +

+ =

X *

+ =

X *

+ =

X *

+ =

X *
KELOMPOK ASAL

* *

* *
KELOMPOK AHLI

Para anggota dari kelompok asal yang berbeda, bertemu dengan topik yang sama dalam
kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas materi yang ditugaskan pada masing-masing anggota
kelompok serta membantu satu sama lain untuk mempelajari topik mereka tersebut. Setelah
pembahasan selesai, para anggota kelompok kemudian kembali pada kelompok asal dan
mengajarkan pada teman sekelompoknya apa yang telah mereka dapatkan pada saat pertemuan di
kelompok ahli.

B. Langkah - Langkah Metode Jigsaw :

I. Tahap Pendahuluan

1. Review, apersepsi, motivasi

2. Menjelaskan pada siswa tentang model pembelajaran yang dipakai dan menjelaskan manfaatnya.

3. Pembentukan kelompok.

4. Setiap kelompok terdiri dari 4-6 siswa dengan kemampuan siswa yang heterogen.

5. Pembagian materi/soal pada setiap anggota kelompok.

II. Tahap Penguasaan

1. Siswa dengan materi/soal yang sama bergabung dalam kelompok ahli dan berusaha menguassai
materi sesuai dengan soal yang diterima.

2. Guru memberikan bantuan sepenuhnya.

III. Tahap Penularan


1. Setiap siswa kembali ke kelompok asalnya.

2. Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian
mengajar teman satu tim mereka tentang subbab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya
mendengarkan denga sungguh-sungguh.

3. Terjadi diskusi antar siswa dalam kelompok asal.

4. Dari diskusi tersebut siswa memperoleh jawaban soal.

IV. Penutup

C. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Metode Jigsaw

# Kelebihan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah sebagai berikut:

1. Siswa diajarkan bagaimana bekerjasama dalam kelompok

2. Siswa yang lemah dapat terbantu dalam menyelesaikan masalah

3. Menerapkan bimbingan sesama teman

4. Rasa harga diri siswa yang lebih tinggi

5. Memperbaiki kehadiran

6. Penerimaan terhadap perbedaan individu lebih besar

7. Sikap apatis berkurang

8. Pemahaman materi lebih mendalam

9. Meningkatkan motivasi belajar

10. Dalam proses belajar mengajar siswa saling ketergantungan positif

11. Setiap anggota siswa berhak menjadi ahli dalam kelompok

12. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama dengan kelompok lain

13. Setiap siswa saling mengisi satu sama lain.


 Kekurangan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah sebagai berikut.

1. Keadaan kondisi kelas yang ramai,sehingga membuat siswa binggung dan pembelajran kooperatif
tipe jigsaw merupakan pembelajaran baru;

2. Jika guru tidak meningkatkan agar siswa selalu menggunakan ketrampilan-ketrampilan kooperatif
dalam kelompok masing-masing maka dikhawatirksn kelompok akan macet

3. Siswa lemah dimungkinkan menggantungkan pada siswa yang pandai

4. Jika jumlah anggota kelompok kurang akan menimbulkan masalah,misal jika ada anggota yang hanya
memboncengdalam menyelesaikan tugas-tugas dan pasif dalam diskusi

5. Membutuhkan waktu yang lebih lama apalagi bila ada penataan ruang belum terkondiki dengan
baik, sehingga perlu waktu merubah posisi yang dapat juga menimbulkan gaduh serta butuh waktu
dan persiapan yang matang sebelum model pembelajaran ini bisa berjalan dengan baik.

D. Evaluasi Materi yang cocok untuk SMP / SMA dengan Metode Jigsaw

Beberapa contoh materi matematika yang cocok di jigsawkan adalah: menyelesaikan sistim
persamaan linier dua peubah ( kelompok ahli 1 mempelajari menyelesaikan dengan eliminasi,
kelompok ahli 2 dengan substitusi, kelompok ahli 3 dengan garis bilangan, kelompok ahli 4 dengan
matrik, dll), limit kiri-limit kanan ( kelompok ahli 1 mempelajari limit kiri, yang lain limit kanan),
Luas bangun segi 4 (kel 1 mempelajari belah ketupat, kelompok 2 layang-layang, kelompok ahli 3
tentang trapezium sama kaki, kelompok ahli 4 trapesium sebarang, dst).

Pemilihan materi tidak hanya didasarkan pada banyaknya sub bab atau sub-sub bab saja
yang mengindikasikan mudah “dibagi-bagi” untuk didiskusikan dalam kelompok-kelompok ahli.
Namun hal penting lain yang tidak boleh dilaupakan bahwa seyogyanya kita tidak memaksakan 1
rangkaian pembelajaran kooperatif, apa saja, dalam satu pertemuan. Masih banyak materi yang
sesuai di-jigsaw-kan. Namun kita harus memeriksanya terlebih dahulu, sehingga tujuan kita tercapai,
bukan sebaliknya menambah bingung siswa.
BAB III

PENUTUP

A. SIMPULAN

1. Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah suatu strategi belajar mengajar yang menekan pada
sikap atau perilaku bersama dalam belajar atau membantu diantara sesame dalam struktur kerja
sama yang teratur dalam kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih.

2. Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw ini pada kelas siswa dibagi
berkelompok dengan lima atau enam anggota kelompok belajar heterogen.setiap anggota
bertanggung jawab untuk mempelajari,menguasai bagian tertentu bahan yang diberikan kemudian
menjelaskan pada anggota kelompoknya. Dengan demikian terdapat rasa saling membutuhkan dan
harus berkerjasama secara cooperative untuk mempelajari materi yang ditugaskan.

3. Kerangka model pembelajaran jigsaw adalah para anggota dari kelompok asal yang
berbeda,bertemu dengan topik yang sama dalam kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas
materi yang ditugaskan pada masing-masing anggota kelompok serta membatu satu sama lain untuk
mempelajari topic mereka tersebut.setelah pembahasan selesai, para anggota kelompok kemudian
kembali pada kelompok semula ( asal ) dan berusaha mengajarkan pada teman sekelompoknya apa
yang telah mereka dapatkan pada saat pertemuan dikelompok ahli. Kunci tipe JIGSAW ini adalah
interdepensi yang diperlukan dengan tujuan agar dapat mengerjakan kuis dengan baik.

4. Keuntungan mengembangkan kerja tim, ketrampilan belajar kooperatif, dan menguasai


pengetahuan secara mendalam yang tidak mungkin diperoleh apabila mereka mencoba untuk
mempelajari semua materi sendirian. Sementara untuk kerugiannya ada beberapa yaitu keadaan
kondisi kelas yang ramai, siswa yang lemah dimungkinkan menggantungkan pada siswa yang pandai
serta membutuhkan waktu yang lebih lama apabila bila ada pernataan ruang belum terkondisi
dengan baik.

5. Alasan mengapa kami menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw dalam
bab Fungsi, Persamaan dan pertidaksamaan Kuadrat karena tekhik pembelajaran jigsaw dapat
diterapkan pada materi pembelajaran yang tidak berstuktur ( tidak saling berhubungan antara sub-
sub materi ). Karena fungsi dan persamaan kuadratadalah materi yang tidak berstruktur maka kami
memilih materi untuk diterapkan dalam model pembelajaran cooperativelearningtipe jigsaw.

B. SARAN

1. Guru seharusnya menjelaskan model pembelajaran tipe jigsaw ini dulu kepada siswa sebelum
menerapkannya, agar siswa tidak binggung.

2. Guru harus pandai dalam memilih materi pembelajaran yang tepat untuk diterapkan dalam model
ini.

3. Bangku perlu ditata sedemikian rupa sehingga semua siswa bias melihat guru/papan tulis dengna
jelas, bias melihat rekan-rekan kelompoknya dengan baik,dan berada dalam jangkauan kelompoknya
dengan merata.

4. Model pembelajaran kooperatif tipejigsaw perlu digunakan atau diterepkan karena suasana positif
yang timbul akan membarikan kesempatan kepada siswa untuk mencintai pelajaran dan sekolah
atau guru, selain itu siswa akan merasa lebih terdorong untuk belajar dan berpikir serta
meningkatkan keaktifan.
DAFTAR PUSTAKA

Silberman, Mel. 2010. Cara Pelatihan & Pembelajaran Aktif. Jakarta: PT Indeks.

http://matematika-ipa.com/pembelajaran-kooperatifmodel-pembelajaran-kooperatif-tipe-jigsaw-
kelebihan-dan-kelemahan-tipe-jigsaw/

http://kabar-pendidikan.blogspot.com/2011/24/pembelajaran-dengan-metode-jigsaw.html?m=1

http://repository.upi.edu/operator/upload/s_a0651_0805985_chapter2.pdf

www.scribd.com/mobile/documents/24529374

PENERAPAN METODE BELAJAR KOOPERATIF JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR


SISWA KELAS XII TEKNIK KENDARAAN RINGAN-2 SMK NEGERI 5 SEMARANG DALAM
MENYELESAIKAN TURUNAN FUNGSI.

PENDEKATAN COOPERATIVE LEARNING TEKNIK JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN


PENGUASAAN OPERASI PECAHAN DI SDN PASEH I KABUPATEN SUMEDANG.
http://file.upi.edu/Direktori/JURNAL/PENDIDIKAN_DASAR/Vol._V_No._7_April_2007/Pend
ekatan_Cooperative_Learning_Teknik_Jigsaw_untuk_Meningkatkan_Penguasaan_Operasi_P
ecahan_di_SDN_Paseh_I_Kabupaten_Sumedang.pdf (diakses 17 September)

IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL


BELAJAR MATEMATIKA KOMPETENSI DASAR SISTEM PERSAMAAN PADA SISWA KELAS X
TEHNIK GAMBAR BANGUNAN SMK N 1 ADIWERNA TEGAL SEMESTER 1 TAHUN 2008/2009.
http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/62095564_1693-8631.pdf (diakses tanggal 17
September)

JIGSAW TYPE OF COOPERATIVE LEARNING AS A MEANS OF IMPROVING HIGH SCHOOL


STUDENT’S MATHEMATICAL COMMUNICATION
ABILITY.http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/1209207218.pdf (diakses tanggal 17
September)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

Sekolah : SMP

Mata Pelajaran : Matematika


Alokasi Waktu : 2 x 40 menit

Kelas/ Semester : VII / II

Pokok Bahasan : Sistem Persamaan Linier Dua Variabel

A. Standar Kompetensi

Memecahkan masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan linear dua variabel.

B. Kompetensi Dasar

Menyelesaikan sistem persamaan linear dua variabel.

C. Indikator

1. Menjelaskan Menentukan himpunan penyelesaian dari SPLDV berturut- turut dengan metode grafik,
substitusi, eliminasi,dan gabungan.

D. Tujuan Pembelajaran

1. Peserta didik dapat menentukan himpunan penyelesaian dari SPLDV berturut-turut dengan metode
grafik, substitusi, eliminasi, dan gabungan.

E. Materi Pembelajaran

Sistem Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV)

F. Model Pembelajaran

Pembelajaran Kooperatif tipe jigsaw


G. Metode dan Pendekatan

Diskusi dan Deduktif

H. Tahap Kegiatan Pembelajaran

No Kegiatan

1 Pendahuluan (5 menit)

a. Guru mengucapkan salam dan menyuruh siswa berdo’a

b. Guru mengabsen siswa

c. Melakukan apersepsi tentang sistem persamaan dua variabel

d. Menyampaikan tujuan pembelajaran

2 Kegiatan inti (Jigsaw Learning)

1) Eksplorasi (15 menit)

a. Guru menyampaikan penggunaan buku yang digunakan

b. Guru memberikan masalah Jigsaw yang berkaitan dengan materi yang akan
disampaikan

c. Guru menyampaikan materi yang akan dibahas disertai siswa menbuka buku yang
digunakan (LKS)

2) Elaborasi (45 menit)

a. Guru mempersiapkan siswa untuk dibagi dalam kelompok asal yang terdiri dari 3 - 4
orang yang bersifat heterogen, baik dari segi kemampuan, jenis kelamin, budaya dan
sebagian.

b. Guru memberikan masalah berupa LKS untuk siswa dikerjakan secara berkelompok
c. Dari masing – masing kelompok diambil seorang anggota untuk membentuk kelompok
baru (kelompok ahli) dengan membahas tugas yang sama. Dalam kelompok ini
diadakan diskusi antara kelompok ahli.

d. Anggota kelompok ahli kemudian kembali lagi ke kelompok asal, untuk mengajari
anggota kelompoknya. Dalam kelompok ini diadakan diskusi antara anggota kelompok
yang telah didiskusikan dalam kelompok ahli.

e. Tiap kelompoki ahli, mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas.

3) Konfirmasi (10 menit)

a. Guru mengadakan evaluasi, baik secara individual ataupun kelompok untuk


mengetahui kemajuan belajar siswa bagi yang memperoleh nilai hasil belajar
sempurna di beri penghargaan.

b. Guru memberi kesempatan kepada para siswa yang kurang paham untuk bertanya

c. Guru menyampaikan kesimpulan hasil diskusi

3 Penutup (5 menit)

a. Guru memberikan soal – soal yang ada pada LKS untuk dikerjakan di rumah (PR)

b. Guru memberikan informasi tentang materi yang akan disampaikan pada pertemuan
yang akan datang

I. Sumber Belajar

1. LKS

2. Buku paket Matematika kelas VIII SMP

J. Alat Peraga

1. Whiteboard

2. Spido
K. Penilaian

1. Jenis tagihan : tugas

2. Teknik : individu dan kelompok

3. Bentuk instrumen : pertanyaan lisan dan tes tertulis

4. Tindak lanjut : pembahasan bersama

5. Instrumen : 3 (tiga) soal kelompok

Semarang, Oktober 2012

Guru Matematika SMP kelas VII

Uraian Materi
Sistem Persamaan Linear Dua Variabel

Sistem persamaan linear dua variabel terdiri dari dua buah persamaan linear yang masing-
masing memuat dua variabel (peubah). Bentuk umum sistem persamaan linear dua variabel dalam

dan adalah:

a1x + b1y = c1

a2x + b2y = c2

dengan a1, b1, c1, a2, b2,dan c2 adalah bilangan nyata.

Penyelesaian dari sistem pertidaksamaan linear dua variabel adalah pasangan bilangan x dan
y, biasanya ditulis (x,y), yang memenuhi kedua persamaan tersebut. Ada beberapa metode yang
digunakan untuk menentukan penyelesaian sistem persamaan linear dua variabel, di antaranya yaitu
metode grafik, substitusi, eliminasi dan ,metode gabungan eliminasi dan subtitusi.

1. Metode Grafik

Secara geometri persamaan linear ax + by = c dapat digambarkan sebagai sebuah garis. Hal ini
berarti sistem persamaan linear dua variabel yang terdiri dari dua persamaan dapat digambarkan
sebagai dua buah garis dan pasangan bilangan (x,y) yang memenuhi kedua persamaan adalah titik
potong kedua garis tersebut.

Langkah-langkah menentukan penyelesain sistem persamaan linear dua variabel dengan


metode grafik adalah sebagai berikut:

a. Gambarkan kedua garis yang mewakili persamaan linear pada satu bidang kooadinat.

b. Tentukan koordinat titik potong kedua garis yang merupakan penyelesain.

2. Metode Substitusi

Berikut ini adalah langkah-langkah untuk menyelesaikan sistem persamaan linear dua
variabel dengan metode substitusi:
a. Nyatakan salah satu persamaan dalam bentuk y = ax + by (atau x = my + n).

b. Substitusikan y (atau x) pada langkah pertama ke persamaan yamng lainnya.

c. Selesaikan persamaan yang diperoleh untuk mendapatkan nilai x = x1

( atau y = y1).

d. Substitusikan nilai x = x1 ( atau y = y1) ke salah satu persamaan linear untuk memperoleh nilai y = y1
(atau x = x1).

e. Penyelesaianya adalah (x1, y1).

3. Metode Eliminasi

Penyelesaian dengan metode eliminasi menggunakan langkah-langkah berikut:

a. Kalikan masing-masing persamaan dengan bilangan tertentu sehingga koefisien salah satu peubah (x
atau y) pada kedua persamaan sama.

b. Jumlahkan atau kurangkan persamaan yang satu dengan yang lain sehingga salah satu peubah
menjadi nol.

c. Setelah kita dapatkan sistem persamaan yang sedehana, tentukan nilai peubah tersebut.

4. Metode Gabungan Eliminasi dan Subtitusi

Metode ini merupakan gabungan dari metode eliminasi untuk menemukan nilai dari
variabel pertama dan metode substitusi untuk nilai variabel kedua. Langkah – langkah metode
gabungan yaitu dengan metode eliminasi temukan nilai salah satu dari variabel x atau y dan
substitusikan ke salah satu persamaan linear nilai x atau y yang telah diperoleh pada langkah
pertama.

Contoh 1

Tentukan himpunan penyelesaian, dan gambar grafik dari persamaan

2x +3y= 6,

dengan x ?{ 0, 1, 2, 3 } dan y ∈ { bilangan bulat }


Untuk x = 0, maka : Untuk x = 2, maka :

2.0 + 3y = 6 2.2 + 3y = 6

3y = 6 4 + 3y = 6

y=2 3y = 2 ↔ y =

x = 0 dan y = 2 tidak memenuhi ( mengapa ? )

yang ditulis dalam pasangan berurutan (0, 2)

Untuk x = 1, maka : Untuk x = 3, maka :

2.1 + 3y = 6 2.3 + 3y = 6

2 + 3y = 6 3y = 0

3y = 4 y =0

y=

tidak memenuhi ( mengapa ? ) x = 3 dan y = 0 atau (3, 0)

Jadi, (0, 2 ) dan (3, 0) merupakan penyelesaian.

Dari contoh 1, jika x, y ? { bilangan real }, maka ada tak terhingga banyak pasangan berurutan dalam
himpunan penyelesaian. Bila himpunan penyelesaiannya digambar grafiknya akan berupa titik- titik
yang tak terhingga pula banyaknya, semua terletak pada suatu garis lurus yang melalui titik (0, 2)
dan (3, 0)
Jika x, y? bilangan

Real maka grafiknya

seperti gambar

di sebelah kanan

Contoh 2

1. Tentukan penyelesaian dari sistem persamaan linear berikut!


y = 2x – 5

x – 3y = 10

Pemecahan:

Substitusikan y = 2x – 5 ke persamaan lainnya.


x – 3y = 10 ⟺ x - 3(2x – 5) = 10

⟺ x – 6x + 15 = 10

⟺ -5x = -5

⟺x=1

Substitusikan x = 1 ke persamaan pertama.


y = 2x – 5 ⟹ y = 2(1) – 5
⟹ y = -3

Jadi, penyelesaiannya adalah (1, -3)

Contoh 3

Tentukan himpunan penyelesaian dari sistem persamaan linear berikut ini!

2x + 5y = 1

3x – y = 10

Pemecahan:

Eliminasi y diperoleh:

2x + 5y = 1 x1 2x + 5y = 1

3x – y = 10 x5 15x – 5y = 50

17x = 51 ↔ x = 3

Substitusikan x = 3 ke salah satu persamaan:

3x – y = 10 ⟹3(3) – y = 10 ⟹y = -1

Jadi. Himpunan penyelesaiannya adalah {(3, -1)}


Model Pembelajaran Jigsaw
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam era global, teknologi telah menyentuh segala aspek pendidikan
sehingga, informasi lebih mudah diperloleh, hendaknya siswa aktif berpartisipasi
sedemikian sehingga melibatkan intelektual dan emosional siswa didalam proses
belajar. Keaktifan disini berarti keaktifan mental walaupun untuk maksud ini
sedapat mungkin dipersyaratkan keterlibatan langsung keaktifan fisik dan tidak
nya berfokus pada satu sumber informasi yaitu guru yang hanya mengandalakan
satu sumber komunikasi. Seringnya rasa malu siswa yang muncul untuk
melakukan komunikasi dengan guru, membuat kondisi kelas yang tidak aktif
sehingga berpulang pada rendahnya prestasi belajar siswa. Maka perlu adanya
usaha untuk menimbulkan keaktifan dengan mengadakan komunikasi yaitu guru
dengan siswa dan siswa dengan rekannya. Salah satu pembelajaran yang
ditawarkan adalah kooperatif tipe jigsaw.
Falsafah yang mendasari pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam
pendidikan ialah “homo homoni socius” (pembelajaran gotongroyong) yang
menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial. Pembelajaran kooperatif
terutama tipe jigsaw dianggap sangat cocok di terapkan di Indonesia karena
sesuai dengan budaya Indonesia yang menjunjung tinggi nilai gotong royong.
Model pembelajaran jigsaw adalah suatu tehnik pembelajaran kooperatiff
dimana siswa, bukan guru yang memiliki tanggung jawab lebih besar dalam
pelaksanaan pembelajaran. Adapun tujuan dari model pembelajaran jigsaw ini
mengembangkan kerja tim, ketrampilan belajar kooperatif, serta menguasai
pengetahuan secara mendalam yang tidak mungkin diperoleh bila mereka
mencoba untuk mempelajari semua materi secara sendirian.
Menurut Anita Lie dalam bukunya “Cooperative Learning Teknik Jigsaw”
bahwa metode pembelajaran koopertif teknik jigsaw tidak sama dengan sekadar
belajar kelompok, tetapi ada unsureunsur dasar yang membedakannya dengan
pembagian kelompok yang dilakukan asalasalan. Roger dan David Johnson
mangatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative
learning teknik jigsaw.

B. Rumusan Masalah
Berangkat dari uraian singkat di atas, tim penyusun dapat merumuskan
masalah yang menjadi pokok pembahasan dalam makalah ini yaitu:
1) Pengertian model pembelajaran jigsaw?
2) Sejarah model pembelajaran jigsaw?
3) Langkah-langkah model pembelajaran jigsaw?
4) Kekurangan dan kelebihan model pembelajaran jigsaw?

C. Tujuan
Dalam makalah ini penulis menemukan beberapa tujuan sebagai berikut:
1) Untuk mengetahui pengertian model pembelajaran jigsaw.
2) Untuk mengetahui sejarah model pembelajaran jigsaw
3) Untuk mengetahui bagaimana langkah-langkah model pembelajaran jigsaw.
4) Untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan model jigsaw.

D. Metode Penulisan
Dalam pembuatan makalah ini, acuan penulisan yang kami gunakan
adalah bersumber dari buku dan internet serta blog yang berkaitan dengan
materi kuliah model-model pembelajaran khususnya model pembelajaran
“Jigsaw”.

BAB II
PEMBAHASAN
Metode ini dikembangkan oleh Elliot Aronson dan kawan-kawannya dari
Universitas Texas dan kemudian di adaptasi oleh Slavin dan kawan-kawannya.
Melalui metode jigsaw kelas dibagi menjadi beberapa tim yang anggotanya terdiri
dari 5 atau 6 siswa dengan karakteristik yang heterogen. Bahan akademik
disajikan kepada siswa dalam bentuk teks; dan tiap siswa bertanggung jawab
untuk mempelajari suatu bagian dari bahan akademik tersebut.
Para anggota dari berbagai tim yang berbeda memiliki tanggung jawab
untuk mempelajari suatu bagian akademik yang sama dan selanjutnya
berkumpul untuk saling membantu mengkaji bagian bahan tersebut. Kumpulan
siswa semacam itu disebut "kelompok pakar" (expert group). Selanjutnya para
siswa yang berada dalam kelompok pakar kembali kembali ke kelompok semula
(home teams) untuk mengajar anggota lain mengenai materi yang telah dipelajari
dalam kelompok pakar. Setelah diadakan pertemuan dan diskusi dalam "home
teams", para siswa dievaluasi secara individual mengenai bahan yang telah
dipelajari.

A. Pengertian Metode Jigsaw


Dalam hal ini peneliti menggunakan metode jigsaw. Istilah metode berasal dari
bahasa Yunani "Metodos". Kata ini terdiri dari dua suku kata yaitu "Metha" yang
berarti melalui atau melewati dan "hodos" jalan atau cara. Jadi metode adalah
suatu jalan yang dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Pengertian Kata jigsaw
berasal dari bahasa Inggris yang berarti “gergaji atau memotong”. Dalam metode
pembelajaran teknik jigsaw termasuk dalam jenis metode pembelajaran
kooperatif.
Metode jigsaw adalah teknik pembelajaran kooperatif di mana siswa, bukan guru,
yang memiliki tanggung jawab lebih besar dalam melaksanakan pembelajaran.
Jigsaw adalah teknik pembelajaran aktif yang biasa digunakan karena teknik ini
mempertahankan tingkat tanggung jawab pribadi yang tinggi. Tujuan dari jigsaw
ini adalah mengembangkan kerja tim, ketrampilan belajar kooperatif, dan
menguasai pengetahuan secara mendalam yang tidak mungkin diperoleh apabila
mereka mencoba untuk mempelajari semua materi sendirian.
Pengertian jigsaw learning adalah sebuah teknik yang dipakai secara luas yang
memiliki kesamaan dengan teknis "pertukaran dari kelompok ke kolompok lain."
(group to group exchange) dengan suatu perbedaan penting: setiap peserta didik
mengajarkan sesuatu. Sedangkan menurut Arends (1997) model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif, dengan siswa
belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang secara heterogen dan
bekerjasama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas
ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan
materi tersebut kepada kelompok yang lain.
B. Sejarah Jigsaw
Teknik jigsaw adalah salah satu teknik cooperative learning yang pertama kali
diterapkan oleh Aronson tahun 1971 dan dipublikasin tahun 1978. Pada awalnya
penelitiannya kelas jigsaw ini dipakai untuk tujuan agar mengurangi rasa
kompetisi pembelajar dan masalah ras yang terdapat di sebuah kelas yang
berada di Austin, Texas. Kota texas ini termasuk mengalami masalah rasis yang
sangat parah, dan itu pun memunculkan intervensi dari sekolah¬-sekolah untuk
menghilangkan masalah tersebut.
Di dalam suatu kelas banyak pembelajar amerika keturunan afrika, keturunan
hispanik (latin), dan pembelajar kulit putih amerika untuk yang pertama kalinya
berada dalam sebuah kelas bersama-¬sama. Situasi semakin memanas dan
mangancam lingkungan belajar mereka. Dan pada tahun 1971 Aronson dan
beberapa lulusan pembelajar lainnya menciptakan jigsaw dan mencoba untuk
menerapkannya didalam kelas. Dan usaha keras ini berhasil dengan sukses,
pembelajar yang pada awalnya kurang berkomunikasi mulai berkomunikasi dan
mulai bekerja sama.
Eksperimen ini terdiri dari membentuk kelompok pembelajaran (kelompok jigsaw)
dimana tiap pembelajar tergantung kepada anggota kelompoknya untuk
mendapatkan informasi yang diperlukan untuk lulus dalam ujian. Tanpa
memandang ras, mereka digabungkan menjadi sebuah grup dan wajib
berkerjasama diantara anggotanya agar mencapai sukses akademik. Ketika
dibandingkan dengan kelas tradisional dimana pembelajar--pembelajar bersaing
secara individu, pembelajar-¬pembelajar di dalam kelas.
Wardani mengatakan bahwa teknik jigsaw adalah salah satu cooperative learning
mendorong pembelajar aktif dan saling membantu dalam menguasai materi
pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal. Dimana dalam belajar teknik
jigsaw terdapat tahap-¬tahap dalam penyelenggaraannya yaitu :
a. Pengelompokkan pembelajar.
b. Pemberian tugas untuk setiap anggota kelompok.
c. Diskusi kelompok yang terdiri dari kelompok ahli.
Yaitu kelompok yang terdiri dari kelompok ahli yaitu kelompok yang terdiri dari
pembelajar heterogen , ditinjau dari segi kemampuan dan jenis kelamin yang
tergabung dalam bahasan, tema, ataupun masalah yang sama. Sedangkan
kelompok asal yaitu masing¬ masing kelompok terdiri dari pembelajar yang
heterogen, ditinjau dari kemampuan dan jenis kelamin yang tergabung dalam
bahasan, tema, masalah yang berbeda.
a. Pemberian tes/kuis.
b. Perhitungan penghargaan kelompok.
Hariyanto menyatakan bahwa metode cooperative learning . Pengertian Metode
Jigsaw merupakan model belajar dimana pembelajar belajar dalam kelompok
kecil yang terdiri dari empat sampai enam orang secara heterogen dan bekerja
sama saling bergantung positif dan bertanggung jawab secara mandiri. Setiap
anggota kelompok asal bertemu dalam kelompok ahli untuk membahas materi
yang ditugaskan pada masing¬masing anggota kelompok ahli untuk membahas
materi yang ditugaskan pada masing¬-masing anggota kelompok dan
bertanggung jawab atas bagian dari materi belajar yang ditugaskan kepadanya.
Setelah pembahasan tugas seleseai kemudian kembali ke kelompok semula
(asal) dan menjelaskan pada teman sekelompoknya untuk mencapai ketuntasan
materi.
C. Langkah-langkah Metode Pembelajaran Jigsaw
Dalam pembelajaran kooperatif jigsaw langkah-langkah yang harus dilakukan
antara lain :
1) Pembelajaran jigsaw diawali dengan pengenalan topik. Guru menuliskan topik
tersebut di papan tulis dan menanyakan kepada peserta didik apa yang mereka
ketahui mengenai topik tersebut. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengaktifkan
skemata atau struktur kognitif peserta didik agar lebih siap menghadapi kegiatan
pelajaran yang baru.
2) Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok sesuai dengan jumlah topik yang
akan dibahas yang memiliki kemampuan akademik yang heterogen. Kelompok
ini dinamakan kelompok asal.
3) Masing-masing anggota kelompok asal mengambil undian untuk menentukan
topik yang akan dibahas.
4) Dari undian yang telah mereka ambil, peserta didik yang mendapat undian
pertama maka akan membahas topik pertama, sedangkan yang mendapat
undian kedua maka akan membahas topik kedua, demikian seterusnya.
Kelompok ini dinamakan kelompok ahli yang bertanggung jawab untuk mengkaji
secara mendalam topik yang mereka dapatkan. Guru memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk mendiskusikannya
5) Setelah selesai, peserta didik dari masing-masing kelompok ahli kembali
kekelompok asal untuk membagikan pengetahuan yang mereka dapatkan dari
kelompok ahli. Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
berdiskusi.
6) Sebelum pembelajaran diakhiri, diadakan diskusi dengan seluruh kelas.
Selanjutnya, guru menutup pembelajaran dengan memberikan review terhadap
topik yang telah dipelajari.
Fasilitator dapat mengatur strategi jigsaw dengan dua cara:
a. Pengelompokkan Homogen
Instruksi : Kelompokkan para peserta yang memiliki kartu nomor yang sama.
Misalnya, para pe¬serta akan diorganisir ke dalam kelompok diskusi berdasarkan
apa yang mereka baca. Oleh karena itu, semua peserta yang membaca bab 1,
bab 2, dst, akan ditempatkan di kelompok yang sama.
Sediakanlah empat kertas lipat, lipatlah masing-masing menjadi dua menjadi
papan nama, berilah nomor 1 sampai 4 dan letakkanlah di atas meja.
Kelebihan : Pengelompokan semacam ini memungkinkan peserta berbagi
perspektif yang ber¬beda tantang bacaan yang sama, yang secara potensial
diakibatkan oleh pemahaman yang lebih mendalam terhadap salah satu bab.
Potensi yang lebih besar untuk memunculkan proses analisis daripada hanya
sekedar narasi sederhana.
Kelemahan : Fokusnya sempit (satu bab) dan kemungkinan akan berlebihan.
b. Pengelompokkan Hiterogen
Instruksi : Tempatkan para peserta yang memiliki nomor yang berbeda-beda
untuk duduk ber¬sama. Misalnya, setiap kelompok diskusi kemungkinan akan
terdiri atas 4 individu: satu yang telah membaca bab 1, satu yang telah membaca
bab 2, dsb. Sediakanlah empat kertas lipat, lipatlah masing-masing menjadi dua
menjadi papan nama, berilah nomor 1 sampai 4 dan letakkanlah di setiap meja.
Biarkan para peserta mencari tempatnya sendiri sesuai bab yang telah mereka
baca berdasarkan “siapa cepat ia dapat”.
Kelebihan : Memungkinkan “peer instruction” dan pengumpulan pengetahuan,
memberikan pe¬serta informasi dari bab-bab yang tidak mereka baca.
Kelemahan : Apabila satu peserta tidak membaca tugasnya, informasi tersebut
tidak dapat dibagi/ didiskusikan. Potensi untuk pembelajaran yang naratif (bukan
interpretatif) dalam berbagi infor¬masi.

D. Kelemahan dan Kelebihan Metode Jigsaw


Tidak selamanya proses belajar dengan metode jigsaw berjalan dengan lancar.
Ada beberapa hambatan yang dapat muncul, yang paling sering terjadi adalah
kurang terbiasanya peserta didik dan pengajar dengan metode ini. Peserta didik
dan pengajar masih terbawa kebiasaan metode konvensional, dimana pemberian
materi terjadi secara satu arah. Faktor penghambat lain adalah kurangnya waktu,
proses metode ini membutuhkan waktu yang lebih banyak, sementara waktu
pelaksanaan metode ini harus disesuaikan dengan beban kurikulum.
 Kelebihan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah sebagai berikut:
1) Siswa diajarkan bagaimana bekerjasama dalam kelompok
2) Siswa yang lemah dapat terbantu dalam menyelesaikan masalah
3) Menerapkan bimbingan sesama teman
4) Rasa harga diri siswa yang lebih tinggi
5) Memperbaiki kehadiran
6) Penerimaan terhadap perbedaan individu lebih besar
7) Sikap apatis berkurang
8) Pemahaman materi lebih mendalam
9) Meningkatkan motivasi belajar
10) Dalam proses belajar mengajar siswa saling ketergantungan positif
11) Setiap anggota siswa berhak menjadi ahli dalam kelompok
12) Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama dengan
kelompok lain
13) Setiap siswa saling mengisi satu sama lain.
 Kekurangan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah sebagai berikut.
1) Keadaan kondisi kelas yang ramai,sehingga membuat siswa binggung dan
pembelajran kooperatif tipe jigsaw merupakan pembelajaran baru;
2) Jika guru tidak meningkatkan agar siswa selalu menggunakan ketrampilan-
ketrampilan kooperatif dalam kelompok masingmasing maka dikhawatirksn
kelompok akan macet
3) Siswa lemah dimungkinkan menggantungkan pada siswa yang pandai
4) Jika jumlah anggota kelompok kurang akan menimbulkan masalah,misal jika
ada anggota yang hanya memboncengdalam menyelesaikan tugastugas dan
pasif dalam diskusi
5) Membutuhkan waktu yang lebih lama apalagi bila ada penataan ruang belum
terkondiki dengan baik, sehingga perlu waktu merubah posisi yang dapat juga
menimbulkan gaduh serta butuh waktu dan persiapan yang matang sebelum
model pembelajaran ini bisa berjalan dengan baik.

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam hal ini peneliti menggunakan metode jigsaw. Istilah metode berasal dari
bahasa Yunani "Metodos". Kata ini terdiri dari dua suku kata yaitu "Metha" yang
berarti melalui atau melewati dan "hodos" jalan atau cara. Jadi metode adalah
suatu jalan yang dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Pengertian Kata jigsaw
berasal dari bahasa Inggris yang berarti “gergaji atau memotong”. Dalam metode
pembelajaran teknik jigsaw termasuk dalam jenis metode pembelajaran
kooperatif. Metode jigsaw adalah teknik pembelajaran kooperatif di mana siswa,
bukan guru, yang memiliki tanggung jawab lebih besar dalam melaksanakan
pembelajaran. Tujuan dari jigsaw ini adalah mengembangkan kerja tim,
ketrampilan belajar kooperatif, dan menguasai pengetahuan secara mendalam
yang tidak mungkin diperoleh apabila mereka mencoba untuk mempelajari
semua materi sendirian. Metode ini dikembangkan oleh Elliot Aronson dan
kawan-kawannya dari Universitas Texas dan kemudian di adaptasi oleh Slavin
dan kawan-kawannya. Melalui metode jigsaw kelas dibagi menjadi beberapa tim
yang anggotanya terdiri dari 5 atau 6 siswa dengan karakteristik yang heterogen.
Bahan akademik disajikan kepada siswa dalam bentuk teks; dan tiap siswa
bertanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian dari bahan akademik
tersebut.
B. Saran
1. Guru seharusnya menjelaskan model pembelajaran tipe jigsaw ini dulu kepada
siswa sebelum menerapkannya, agar siswa tidak binggung.
2. Guru harus pandai dalam memilih materi pembelajaran yang tepat untuk
diterapkan dalam model ini.
3. Bangku perlu ditata sedemikian rupa sehingga semua siswa biasa melihat
guru/papan tulis dengna jelas, biasa melihat rekanrekan kelompoknya dengan
baik, dan berada dalam jangkauan kelompoknya dengan merata.
4. Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw perlu digunakan atau diterapkan
karena suasana positif yang timbul akan memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mencintai pelajaran dan sekolah atau guru, selain itu siswa akan merasa
lebih terdorong untuk belajar dan berpikir serta meningkatkan keaktifan.

DAFTAR PUSTAKA

Zaini, Hisyam dkk. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta : Pustaka Insan


Madani, 2006 http:///sunartombs.wordpress.com/2009/06/15/pengertian-dan-
penerapan-metode-jigsaw: Diakses pada tanggal 07 Maret 2012

www.kabarpendidikan.blogspot.com,www.arminaperdana.blogspot.com,www.km
pmalang.com : Diakses pada tanggal 07 Maret 2012

http://carapedia.com/model_pembelajaran_jigsaw_info587.html : Diakses pada


tanggal 07 Maret 2012 http://infoini.com/2012/pengertian-metode-jigsaw.html :
Diakses pada tanggal 07 Maret 2012 Silberman, Mel. 2010. Cara Pelatihan &
Pembelajaran Aktif. Jakarta: PT Indeks.

http://matematikaipa.com/pembelajarankooperatifmodelpembelajarankooperatif-
tipejigsawkelebihandankelemahantipejigsaw
/ http://kabarpendidikan.blogspot.com/2011/24/pembelajarandenganmetode-
jigsaw.html?m=1

makalah pembelajaran tipe Jigsaw

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pembelajaran Jigsaw


Dari sisi etimologi Jigsaw berasal dari Bahasa Ingris yaitu gergaji ukir danada juga yang
menyebutnya dengan istilah Fuzzle, yaitu sebuah teka teki yangmenyususn potongan gambar.
Pembelajaran kooperatif model jigsaw ini jugamengambil pola cara bekerja sebuah gergaji ( jigsaw),
yaitu siswa melakukan sesuatu kegiatan belajar dengan cara bekerja sama dengan siswa lain untuk
mencapai tujuanbersama.

Model pemebelajaran kooperatif model jigsaw adalah sebuah model belajarkooperatif yang
menitik beratkan kepada kerja kelompok siswa dalam bentukkelompok kecil , seperti yang
diungkapkan Lie ( 1993: 73), bahwa pembelajarankooperatif model jigsaw ini merupakan model
belajar kooperatif dengan cara siswabelajar dalam kelompok kecil yang terdiri atas empat sampai
dengan enam orangsecara heterogen dan siswa bekerja sama saling ketergantungan positif
danbertanggung jawab secara mandiri. Dalam model pembelajaran jigsaw ini siswamemiliki banyak
kesempatan untuk mengemukanakan pendapat, dan mengelolahimformasi yang didapat dan dapat
meningkatkan keterampilan berkomunikasii,anggota kelompok bertanggung jawab atas keberhasilan
kelompoknya danketuntasan bagian materi yang dipelajari, dan dapat menyampaikan
kepadakelompoknya.( Rusman, 2008.203)

Pembelajaran kooperatif model Jigsaw juga diartikan sebagai satu jenis pembelajaran kooperatif
yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan
bagian materi belajar dan mampu mengajarkan bagian tersebut kepada anggota lain dalam
kelompoknya. Jigsaw menggabungkan konsep pengajaran pada teman sekelompok atau teman
sebaya dalam usaha membantu belajar. Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab
untuk pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain.

Model jigsaw pada hakekatnya model pembelajaran kooperatif yang berpusat pada siswa. Siswa
mempunyai peran dan tanggung jawab besar dalam pembelajaran. Guru berperan sebagai
fasilisator dan motifator. Tujuan model Jigsaw ini adalah untuk mengembangkan kerja tim,
ketrampilan belajar kooperatif dan penguasaan pengetahuan secara mendalam yang tidak mungkin
diperoleh siswa apabila siswa mempelajari materi secara individual. Dalam metode Jigsaw ini siswa
dibagi menjadi dua kelompok yaitu “kelompok awal” dan “kelompok ahli”. Setiap siswa yang ada
dalam” kelompok awal” mengkhususkan diri pada satu bagian dalam sebuah unit pembelajaran.
Siswa dalam “kelompok awal” ini kemudian dibagi lagi untuk masuk kedalam “kelompoka ahli”
untuk mendiskusikan materi yang berbeda. Siswa kemudian kembalike “kelompok awal” untuk
mendiskusikan materi hasil “kelompok ahli” pada siswa “kelompok awal”. Dalam konsep ini siswa
harus bisa mendapat kesempatan dalam proses belajar supaya semua pemikiran siswa dapat
diketahui.
Pembelajaran model Jigsaw menuntut setiap siswa untuk bertanggung jawab atas ketuntasan
bagian pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota
kelompok lainnya.

B. Manfaat atau Tujuan Pembelajaran Jigsaw


Ada banyak alasan yang membuat pembelajaran kooperatif memasuki jalur utama praktik
pendidikan. Salah satunya adalah untuk meningkatkan pencapaian prestasi siswa, dan juga akibat-
akibat positif lainnya yang dapat mengembangkan hubungan antar kelompok, penerimaan terhadap
teman sekelas yang lemah dalam bidang akademik, dan meningkatkan rasa harga diri. Alasan lain
adalah tumbuhnya kesadaran bahwa siswa perlu belajar berpikir, menyelesaikan masalah, dan
mengintegrasikan serta mengaplikasikan kemampuan dan pengetahuan mereka bahwa
pembelajaran kooperatif merupakan sarana yang sangat baik untuk mencapai hal-hal semacam itu.

Menurut (Slavin, 1994 : 121) Tujuan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah menciptakan
situasi dimana keberhasilan individu ditentukan oleh keberhasilan kelompoknya. Sistem ini berbeda
dengan kelompok konvensional yang menerapkan sistem kompetisi, dimana keberhasilan individu
diorientasikan pada kegagalan orang lain. Dan tujuan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw itu
sendiri adalah memberikan rasa tanggung jawab individu dan kelompok untuk keberhasilan bersama
dan untuk saling berinteraksi dengan kelompok lain. Untuk itu, kekompakan dan kerja sama yang
solid antar kelompok menentukan berhasil dan tidaknya pembelajaran tersebut karena satu sama
lain akan memberikan informasi yang telah di dapat dari kelompok lain.

C. Prinsip Pembelajaran Jigsaw


Menurut Anita Lie (2005) ada lima prinsip dalam pembelajaran kooperatif model jigsaw,
yaitu sebagai berikut:
1. Prinsip ketergantungan positif (positif Interpendence), yaitu dalam pembelajaran kooperatif,
keberhasilan dalam penyelsaian tugas tergantung pada usaha yang dilakukan oleh kelompok
tersebut. Keberhasilan kerja kelompok ditentukan oleh kinerja masing-masing anggota kelompok.
Oleh karena itu, semua anggota dalam kelompok akan merasa saling ketergantungan.
2. Tanggung jawab perseorangan (individual accountability), yaitu keberhasilan kelompok sangat
tergantung dari masing-masing anggota kelompoknya. Oleh karena itu, setiap anggota kelompok
mempunyai tugas dan tanggung jawab yang harus dikerjakan dalam kelompok tersebut.
3. Interaksi tatap muka (face to fece promation interaction), yaitu memberikan kesempatan yang luas
kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka melakukan interaksi dan diskusi untuk saling
memberi dan menerima imformasi dari kelompok lain.
4. Partisipasi dan komunikasi (participation communication), yaitu melatih siswa untuk dapat
berpartisipasi aktif dan berkomunikasi dalam kegiatan pembelajaran.
5. Evaluasi proses kelompok, yaitu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi
proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka, agar selanjutnya dapat bekerja sama lebih
efektif.

D. Tahap-Tahap Pembelajaran Jigsaw


Prosedur penerapan Pembelajaran Jigsaw melalui delapan tahap berikut.

 Langkah Pertama:

Guru merencanakan pembelajaran yang akan menghubungkan beberapa konsep dalam satu
rentang waktu secara bersamaan. Misalnya, pada mata pelajaran IPA di SMP, siswa akan
memperlajari energi dalam kehidupan. Konsep yang akan siswa pelajari: (1) bentuk energi, (2) sumber
energi, dan (3) transformasi energi. Tentu saja perlu menyiapkan RPP dengan menerapkan metode
Jigsaw.

 Langkah Kedua:

Siapkan handout materi pelajaran untuk masing-masing konsep sehingga guru memiliki tiga jelas
handouts tentang (1) bentuk energi, (2) sumber energi, dan (3) transformasi energi.

 Langkah Ketiga:

Guru menyiapkan kuis sebanyak tiga jenis sesuai materi yang akan siswa pelajari.
 Langkah Keempat:

Bagilah kelas dalam tiga kelompok. Guru menyampaikan pengantar diskusi kelompok dengan
menjelaskan secara sangat singkat (1) topik yang akan dipelajari masing-masing kelompok, (2) tujuan dan
indikator belajar yang diharapkan (3) bentuk tagihan tiap kelompok (4) prosedur kegiatan (5) sumber
belajar yang dapat siswa gunakan. Diskusi dimulai, siswa aktif mempelajari materi, guru menjadi pemantau
dan fasilitator.

Masing-masing kelompok bersiap untuk mempelajari tiga konsep yang telah ditentukan. Tiap kelompok
terbagi dalam sub kelompok masing-masing mempelajari satu hand out. Pada saat diskusi setiap sub
kelompok mendalami satu konsep dan sub kelompok lain berhak bertanya kepada sub kelompok lain untuk
memahaminya.

Kelompok ini dalam bahasa Inggris disebut home groups, istilah itu dapat diterjemahkan secara bebas
dengan menggunakan istilah kelompok belajar (KB)

Pada bagian akhir sesi ini setiap kelompok mendalami satu konsep agar dapat menyampaikan materi
kepada sub kelompok lain. Setelah memenuhi target waktu dan berdasarkan pemantauan guru siswa telah
cukup memahami materi maka diskusi ditutup sementara.

 Langkah Kelima:

Setiap sub kelompok mendalami materi pada hand out yang menjadi pegangannya. Mendalami
fakta, konsep dan prosedur penerapan konsep agar ilmu yang mereka pelajari dapat mereka sampaikan
kembali kepada teman-temannya. Pada fase ini tidak ada interaksi antar sub kelompok. Kegiatan refleksi
ini merupakan proses peningkatan penguasaan materi untuk menghadapi babak diskusi tim ahli.
 Langkah Keenam:

Setiap subkelompok yang ahli mengenai konsep ke-1 bergabung dengan ahli konsep ke-1
dari kelompok lain. Begitu juga dengan subkelompok ke-2 dan ke-3 sehingga membentuk struktur
kelompok ahli.

Pada langkah ini siswa kembali berdiskusi. Tiap kelompok membahas satu hand out materi
yang menjadi bidang keahliannya. Di sini terdapat masa kritis yang perlu guru pantau pada tiap kelompok,
memastikan bahwa konsep yang siswa kembangkan sesuai dengan yang seharusnya atau tidak
mengandung kekeliruan.

 Langkah Ketujuh:

Selesai mendalami materi melalui diskusi kelompok ahli, siswa kembali ke kelompok awal atau
kelompok belajar. Hasil dari diskusi pada kelompok ahli dibahas kembali dalam kelompok awal. Pada
tahap akhir kegiatan belajar setiap sub kelompok menyampaikan hasil diskusi pada kelompok ahli. Dengan
cara ini seluruh siswa mengulang telaah seluruh materi yang harus dikuasainya. Setiap anggota kelompok
memiliki catatan hasil diskusi pada tahap satu, tahap dua diskusi tim ahli dan kembali ke kelompok semula.

 Langkah kedelapan:

Guru mengukur hasil belajar siswa dengan tes atau kuis. Guru dapat menilai tingkat ketuntasan belajar
dengan cara membandingkan hasil yang siswa capai dengan target yang ditetapkan dalam RPP.
E. Kelebihan dan Kelemahan
Pembelajaran model Jigsaw memiliki beberapa kelebihan dan juga kekurangan. Kelebihan
model pembelajaran Jigsaw antara lain :

1. Mendorong siswa untuk lebih aktif di kelas, kreatif dalam berfikir serta bertanggungjawab
terhadap proses belajar yang dilakukannya.
2. Mendorong siswa untuk berfikir kritis dan dinamis.
3. Memberi kesempatan setiap siswa untuk menerapkan dan mengembangkan ide yang
dimiliki untuk menjelaskan materi yang dipelajari kepada siswa lain dalam kelompok
belajar yang telah dibentuk oleh guru.
4. Diskusi tidak didominasi oleh siswa tertentu saja, tetapi semua siswa dituntut untuk
menjadi aktif dalam diskusi tersebut.
Kelemahan model pembelajaran Jigsaw :

1. Bagi guru metode ini memerlukan kemampuan lebih karena setiap kelompok
membutuhkan penanganan yang berbeda.
2. Keadaan kondisi kelas yang ramai, sehingga membuat siswa binggung dan pembelajran
kooperatif tipe jigsaw merupakan pembelajaran baru;
3. Jika guru tidak meningkatkan agar siswa selalu menggunakan keterampilan-keterampilan
kooperatif dalam kelompok masing-masing maka dikhawatirkan kelompok akan macet
4. Siswa yang malas dimungkinkan menggantungkan pada siswa yang pandai
5. Jika jumlah anggota kelompok kurang akan menimbulkan masalah, misal jika ada anggota
yang hanya membonceng dalam menyelesaikan tugas-tugas dan pasif dalam diskusi
6. Membutuhkan waktu yang lebih lama apalagi bila ada penataan ruang belum terkondisi
dengan baik, sehingga perlu waktu merubah posisi yang dapat juga menimbulkan gaduh
serta butuh waktu dan persiapan yang matang sebelum model pembelajaran ini bisa
berjalan dengan baik.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pembelajaran kooperatif model Jigsaw merupakan model belajar kooperatif dengan cara
siswa belajar dalam kelompok kecil yang anggotanyaterdiridari 4 atau 6 orang secara heterogen.
Siswa bekerja sama saling ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri.Model
pembelajaran jigsaw, siswa memiliki banyak kesempatan untuk menyumbangkan pendapat, ide,
informasi, pengalaman, sikap, dan keterampilan berkomunikasi yang dimiliki. Anggota kelompok
bertanggung jawab atas keberhasilan kelompoknya dan ketuntasan bagian materi yang dipelajari,
kemudian menyampaikan kepada kelompoknya

B. SARAN
Semoga dengan adanya makalah ini kita sebagai calon guru dapat mengetahui secara
mendalam tentang pengertian pembelajaran Jigsaw, manfaat dan tujuan pembelajaran Jigsaw,
prinsip-prinsip pembelajaran Jigsaw, tahap-tahap pembelajaran Jigsaw, dan kelebihan & kekurangan
pembelajaran Jigsaw.

.
C.
DAFTAR PUSTAKA

1. Model jigsaw.pdf

2. http://mastugino.blogspot.com/2013/06/pembelajaran-model-jigsaw.html

3. http://www.majalahpendidikan.com/2011/04/pelaksanaan-pembelajaran-kooperatif.html
4. http://rahman-destia.blogspot.com/2012/06/metode-pembelajaran-jigsaw.html
5. http://ebookbrowse.com/langkah-langkah-model-pembelajaran-kooperatif-tipe-jigsaw-
pada-mata-pelajaran-matematikasd-pdf-d343641184
6. http://carapedia.com/model_pembelajaran_jigsaw_info587.html
7. http://belajarpsikologi.com/tag/model-pembelajaran-jigsaw/
8. http://id.scribd.com/doc/24529374/27/Tabel-2-2-Langkah-langkah-Model-Cooperative-
Tipe-Jigsaw

Makalah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan
bangsa suatu Negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru sebagai
pendidik dan siswa sebagai peserta didik, diwujudkan dengan adanya interaksi belajar mengajar atau
proses pembelajaran. Dalam konteks perencanaan ini guru dengan sadar merencanakan kegiatan
pengajarannya secara sistematis.
Proses pembelajaran yang dilakukan oleh banyak oleh tenaga pendidik saat ini cenderung
pada pencapaian target materi kurikulum, lebih mementingkan pada penghafalan konsep bukan pada
pemahaman. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan pembelajaran dalam kelas yang selalu didominasi
oleh guru, dengan demikian suasana pembelajaran menjadi tidak kondusif sehingga siswa menjadi
pasif.
Model pembelajaran di kelas yang semula hanya konvensional secara monoton dan guru
sebagai pusat pembelajaran. Hal ini sudah tidak sesuai dengan perubahan paradigma pendidikan yang
semula teacher centre berubah menjadi student centre. Perubahan ini tidak hanya membawa dampak
terhadap metode, aktivitas, dan sikap ilmiah belajar siswa, akan tetapi juga terhadap cara penilaian
yang berpusat pada peserta didik.
Upaya untuk meningkatkan prestasi siswa guru harus lebih kreatif dan membuat
pembelajaran dengan lebih menarik dan disukai oleh peserta didik. Pembelajaran kooperatif terutama
teknik Jigsaw dianggap cocok diterapkan dalam pendididkan di Indonesia karena sesuai dengan
budaya bangsa Indonesia yang menjunjung tinggi nilai gotong-royong.
Pembelajaran dengan menggunakan model Jigsaw materi yang dipelajari biasanya berbentuk
narasi tertulis dan tujuan pembelajarannya lebih diutamakan untuk penguasaan konsep daripada
penguasaan kemampuan. Pengajaran materi Jigsaw biasanya berupa sebuah bab, narasi atau diskripsi
yang sesuai. Para siswa bekerja dalam sebuah tim yang heterogen, diberikan tugas membaca,
memahami, mendiskusikan dan menyampaikan materi kepada rekan yang lain.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana munculnya model pembelajaran cooperative learning ?


2. Apa pengertian model pembelajaran cooperative learning ?
3. Apa saja sintak model pembelajaran cooperative learning ?
4. Bagaimana model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw ?
5. Apa saja sintak model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw ?
6. Apa saja kelebihan dan kekurangan pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Munculnya model pembelajaran Cooperative Learning

Pembelajaran kooperatif atau cooperative learning dikembangkan dari teori belajar


konstruktivisme yang lahir dari gagasan Piaget dan Vygotsky. Berdasarkan penelitian Piaget yang
pertama, dikemukakan bahwa pengetahuan itu dibangun dalam pikiran anak (Ratna, 1988: 181, dalam
Abdul Majid).
Dalam pembelajaran kooperatif, guru berperan sebagai fasilitator yang berfungsi sebagai
jembatan penghubung ke arah pemahaman yang lebih tinggi dengan catatan siswa sendiri. Guru tidak
hanya memberikan pengetahuan pada siswa, tetapi harus membangun dalam pikirannya juga. Siswa
mempunyai kesempatan untuk mendapatkan pengetahuan langsung dalam menerapkan ide-ide
mereka. Hal ini merupakan kesempatan bagi siswa untuk menemukan dan menerapkan ide-ide mereka
sendiri.
Piaget dan Vigotsky mengemukakan adanya hakikat sosial pada sebuah proses belajar, juga
mengemukakan tentang penggunaan kelompok-kelompok belajar dengan kemampuan anggota-
anggotanya yang beragam sehingga terjadi perubahan konseptual. Piaget menekankan bahwa belajar
adalah sebuah proses aktif dan pengetahuan di susun dalam pemikiran siswa. Oleh karena itu, belajar
adalah tindakan kreatif di mana konsep dan kesan dibentuk dengan memikirkan objek dan peristiwa,
serta bereaksi dengan objek dan peristiwa tersebut.
Selain aktivitas dan kreativitas yang diharapkan dalam sebuah proses pembelajaran, juga
dituntut interaksi yang seimbang. Interaksi yang dimaksud adalah adanya interaksi atau komunikasi
antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa, dengan harapan terjadi komunikasi multi arah
dalam proses pembelajaran.
Pandangan konstuktivisme Piaget dan Vigotsky dapat berjalan berdampingan dalam proses
pembelajaran konstruktivisme. Piaget yang menekankan pada kegiatan internal individu terhadap
objek yang dihadapi dan pengalaman yang dimiliki orang tersebut, sedangkan konstruktivisme
Vigotsky menenkankan pada interaksi sosial dan melakukan konstruksi pengetahuan dari lingkungan
sosialnya. Berkaitan dngan karya Vigotsky dan penjelasan Piaget, para konstruktivis menekankan
pentingnya interaksi dengan teman sebaya melalui pembentukan kelompok belajar, dan siswa
diberikan kesempatan secara aktif untuk mengungkapkan sesuatu yang dipikirkan kepada temannya.
Hal itu akan membantunya untuk melihat sesuatu dengan jelas, bahkan melihat ketidaksesuaian
pandangan mereka sendiri.

B. Pengertian Model Pembelajaran Cooperative Learning

Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang mengutamakan kerja sama untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk
pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara
kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompok yang bersifat
heterogen.
Pada hakikatnya, pembelajaran kooperatif sama dengan kerja kelompok. Oleh karena itu,
banyak guru yang menyatakan tidak ada sesuatu yang aneh dala cooperative learing, karena mereka
telah biasa melakukan pembelajaran cooperative learning dalam bentuk belajar kelompok, walaupun
tidak semua belajar kelompok disebut cooperative learning .
Dalam pembelajaran ini akan tercipta sebuah interaksi yang lebih luas, yaitu interaksi dan
komunikasi yang dilakukan antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, dan siswa dengan guru
(multi way traffic communication). Dalam model ini, siswa memiliki dua tanggung jawab, yaitu
mereka belajar untuk dirinya sendiri dan membantu sesama anggota kelompok untuk belajar. Siswa
belajar bersama dalam sebuah kelompok kecil dan mereka dapat melakukannya seorang diri.
Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur
dasar pembelajaran kooperatif yang membedakan dengan pembelajaran kelompok yang dilakuan asal-
asalan. Pelaksanaan prinsip dasar pokok sistem pembelajaran kooperatif dengan benar akan
memungkinkan guru mengelola kelas dengan lebih efektif. Dalam pembelajaran kooperatif proses
pembelajaran tidak harus belajar dari guru kepada siswa. Siswa dapat saling belajar dengan sesama
siswa lainnya. Pembelajaran oleh rekan sebaya lebih efektif daripada pembelajaran oleh guru.

C. Sintak model pembelajaran Cooperative Learning

Terdapat enam langkah utama atau tahapan cooperative learning, yaitu:

1. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar.


2. Guru menyampaikan informasi dan bahan bacaan kepada siswa.
3. Siswa dikelompokkan dalam tim-tim belajar
4. Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mengerjakan tugas
5. Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya
6. Guru mencari cara-cara untuk menghargai upaya atu hasil belajar individu maupun kelompok.

D. Model pembelajaran Cooperative Learning tipe Jigsaw

Ditinjau dari sisi etimologi, jigsaw berasal dari bahasa inggris yang berarti “gergaji ukir”. Ada
juga yang menyebutnya dengan istilah fuzzle yaitu sebuah teka-teki yang menyusun potongan gambar.
Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini juga mengambil pola cara bekerja sebuah gergaji (jigsaw)
yaitu siswa melakukan kegiatan belajar dengan cara bekerja sama dengan siswa lain untuk mencapai
tujuan bersama.

Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah sebuah model belajar kooperatif yang menitik beratkan
pada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil. Seperti yang diungkapkan Lie (1993:73)
bahwa pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini merupakan model belajar kooperatif dengan cara
siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri atas 4-6 orang secara heterogen dan siswa bekerja
sama saling ketergantungan positif, serta bertanggung jawab secara mandiri. Materi pelajaran
diberikan pada siswa dalam bentuk teks. Setiap anggota bertanggung jawab untuk mempelajari bagian
tertentu dari bahan yang diberikan. Anggota dari kelompok yang lain mendapat tugas topik yang
sama, yakni berkumpul dan berdiskusi tentang topik tersebut. Kelompok ini disebut kelompok ahli
(Ibrahim, dkk.2000:52).

E. Sintak model pembelajaran Cooperative Learning tipe Jigsaw

Menurut Stepen, Sikes dan Snapp (1978) yang dikutip Rusman (2008), mengemukakan
langkah-langkah cooperative tipe jigsaw sebagai berikut:
1. Siswa dikelompokkan sebanyak 1 sampai 5 orang siswa.
2. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda.
3. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan.
4. Anggota dari tim yang berbeda telah mempelajari sub bagian yang sama bertemu dalam kelompok
baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka.
5. Setelah selesai diskusi, sebagai tim ahli tiap anggota kembali kepada kelompok asli dan bergantian
mengajar teman satu timnya tentang sub bab yang mereka kuasai, dan tiap anggota lainnya
mendengarkan dengan seksama.
6. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi
7. Guru memberi evaluasi
8. Penutup
Adapun kegiatan yang dilakukan sebagai berikut:
1. Melakukan kegiatan membaca untuk menggali informasi. Siswa memperoleh topik-topik
permasalahan untuk dibaca, sehingga mendapatkan infornmasi untuk poermasalahan tersebut.
2. Diskusi kelompok ahli. Siswa yang telah mendapatkan topik permasalahan yang sama bertemu dalam
satu kelompok, atau disebut dengan kelompok ahli untuk membicarakan topik permasalahn tersebut.
3. Laporan kelompok. Kelompok ahli kembali ke kelompok asal dan menjelaskan hasil yang didapatkan
dari diskusi tim ahli.
4. Kuis dilakukan mencakup semua topik permasalahan yang dibicarakan tadi.
5. Perhitungan skor kelompok dan menentukan penghargaan kelompok.

F. Kelebihan dan kekurangan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

Dalam pelaksanaannya, pembelajaran kooperatif tipe jigsaw memiliki kelebihan dan


kekurangan (Ibrahim, dkk. 2000:70-71). Di antara kelebihannya adalah:
1. Dapat memberikan kesempataan kepada siswa untuk bekerjasama dengan siswa lainnya
2. Siswa dapat menguasai pelajaran yang disampaikan
3. Setiap anggota siswa berhak menjadi ahli dalam kelompoknya
4. Dalam proses belajar mengajar, siswa saling ketergantungan positif
5. Setiap siswa dapat saling mengisi satu sama lain.

Sedangkan kekurangannya adalah:


1. Membutuhkan waktu yang lama
2. Siswa yang pandai cenderung tidak mau disatukan dengan temannya yang kurang pandai, dan yang
kurang pandai pun merasa minder apabila digabungkan dengan temannya yang pandai, walaupun
lama-kelamaan perasaan itu akan hilang dengan sendirinya.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Pembeljaran kooperatif model jigsaw ini merupakan model belajar kooperatif dengan cara
siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri atas 4-6 orang secara heterogen, dan siswa bekerja
sama saling ketergantungan positif, dan bertanggung jawab secara mandiri.

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE


JIGSAW
Posted by PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN on Sunday, May 3, 2015

A. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Tipe Jigsaw adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif di mana pembelajaran melalui
penggunaan kelompok kecil siswa yang bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk
mencapai tujuan pembelajaran dan mendapatkan pengalaman belajar yang maksimal, baik
pengalaman individu maupun pengalaman kelompok. Pada pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini
setiap siswa menjadi anggota dari 2 kelompok, yaitu anggota kelompok asal dan anggota kelompok
ahli. Anggota kelompok asal terdiri dari 3-5 siswa yang setiap anggotanya diberi nomor kepala 1-5.
Nomor kepala yang sama pada kelompok asal berkumpul pada suatu kelompok yang disebut
kelompok ahli.

Dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terdapat 3 karakteristik yaitu: a. kelompok


kecil, b. belajar bersama, dan c. pengalaman belajar. Esensi kooperatif learning adalah tanggung
jawab individu sekaligus tanggung jawab kelompok, sehingga dalam diri siswa terbentuk sikap
ketergantungan positif yang menjadikan kerja kelompok optimal. Keadaan ini mendukung siswa
dalam kelompoknya belajar bekerja sama dan tanggung jawab dengan sungguh-sungguh sampai
suksesnya tugas-tugas dalam kelompok.
Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Johnson (1991 : 27) yang

menyatakan bahwa “Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw ialah kegiatan belajar secara kelompok

kecil, siswa belajar dan bekerja sama sampai kepada pengalaman belajar yang maksimal, baik

pengalaman individu maupun pengalaman kelompok”.

B. Pembentukan Kelompok Belajar

Pada pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw siswa dibagi menjadi dua anggota kelompok
yaitu kelompok asal dan kelompok ahli, yang dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Kelompok kooperatif awal (kelompok asal).

Siswa dibagi atas beberapa kelompok yang terdiri dari 3-5 anggota. Setiap anggota diberi
nomor kepala, kelompok harus heterogen terutama di kemampuan akademik.

b. Kelompok Ahli

Kelompok ahli anggotanya adalah nomor kepala yang sama pada kelompok asal, dengan
diagram sebagai berikut:

C. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini berbeda dengan kelompok kooperatif lainnya,
karena setiap siswa bekerja sama pada dua kelompok secara bergantian, dengan langkah-langkah
pembelajaran sebagai berikut:

a. Siswa dibagi dalam kelompok kecil yang disebut kelompok inti, beranggotakan 4 orang. Setiap siswa
diberi nomor kepala misalnya A, B, C, D.

b. Membagi wacana / tugas sesuai dengan materi yang diajarkan. Masing-masing siswa dalam kelompok
asal mendapat wacana / tugas yang berbeda, nomor kepala yang sama mendapat tugas yang sama
pada masing-masing kelompok.

c. Kumpulkan masing-masing siswa yang memiliki wacana/ tugas yang sama dalam satu kelompok
sehingga jumlah kelompok ahli sama dengan jumlah wacana atau tugas yang telah dipersiapkan oleh
guru.

d. Dalam kelompok ahli ini tugaskan agar siswa belajar bersama untuk menjadi ahli sesuai dengan wacana
/ tugas yang menjadi tanggung jawabnya.
e. Tugaskan bagi semua anggota kelompok ahli untuk memahami dan dapat menyampaikan informasi
tentang hasil dari wacana / tugas yang telah dipahami kepada kelompok kooperatif (kelompok inti).
Poin a dan b dilakukan dalam waktu 30 menit.

f. Apabila tugas telah selesai dikerjakan dalam kelompok ahli masing-masing siswa kembali ke kelompok
kooperatif asal.

g. Beri kesempatan secara bergiliran masing-masing siswa untuk menyampaikan hasil dari tugas di
kelompok asli. Poin c dan d dilakukan dalam waktu 20 menit.

h. Bila kelompok sudah menyelesaikan tugasnya secara keseluruhan, masing-masing kelompok


menyampaikan hasilnya dan guru memberikan klarifilkasi. (10 menit).

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Depdiknas, 2005, Pendidikan Kewarganegaraan, Kurikulum dan Silabus Pendidikan Kewarganegaraan, Jakarta :
Depdiknas

Depdiknas, 2005, Pendidikan Kewarganegaraan, Strategi dan Metode Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan,
Jakarta : Depdiknas

Johnson DW & Johnson, R, T (1991) Learning Together and Alone. Allin and Bacon : Massa Chussetts

Sardiman, A.M, 2003, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada

Wina Senjaya, 2006, Strategi Pembelajaran Berorientasi Proses Standar Proses Pendidikan, Jakarta : Kencana Prima

Melaksanakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Labels: Model pembelajaran


Melaksanakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Beberapa waktu yang lalu kita pernah mengulas tentang Model Pembelajaran Kooperatif
secara umum. Kali ini artikel di blog penelitian tindakan kelas agak lebih spesifik, yaitu
tentang cara melaksanakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Model
pembelajaran kooperatif Jigsaw adalah teknik pembelajaran kooperatif yang bertujuan
mengurangi konflik antar siswa, merangsang kegiatan belajar yang lebih baik, meningkatkan
motivasi belajar, dan meningkatkan kepuasan pengalaman belajar. Teknik jigsaw pertama
kali dikembangkan pada awal tahun 1970 oleh Elliot Aronson dan mahasiswa-
mahasiswanya di University of Texas dan University of California. Sejak saat itu, ratusan
sekolah telah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini dengan sukses.

Strategi jigsaw adalah startegi pembelajaran kooperatif yang telah tercatat selama lebih dari
tiga puluh tahun berhasil mengurangi konflik rasial dan meningkatkan hasil pendidikan
secara positif di Amerika. Pada strategi ini, setiap siswa memegang peran penting untuk
penyelesaian tugas dan pemahaman pembelajaran. Oleh karena semua siswa memiliki
peran penting inilah yang membuat strategi model pembelajaran kooperatif ini menjadi
sangat efektif.

Contoh Pelaksanakan Strategi Jigsaw


Para siswa di kelas sejarah, misalnya, dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil yang terdiri
dari 5 atau 6 siswa. Misalkan tugas mereka adalah untuk belajar tentang Perang Dunia II.
Dalam satu kelompok jigsaw, Maisarah bertanggung jawab untuk meneliti bagaimana Hitler
bisa naik ke tampuk kekuasaan di masa sebelum perang Jerman pecah. Anggota lain dari
kelompok, misalnya Sanusi, ditugaskan untuk mempelajari bagaimana keadaan tentang
kamp-kamp konsentrasi, Faisal diberikan tugas meneliti peran Inggris dalam perang, Melisa
bertugas mencermati bagaimana kontribusi Uni Soviet, Tata akan berusaha memahami
bagaimana masuknya Jepang ke dalam perang, serta Cintia akan membaca bahan tentang
bagaimana bom atom dikembangkan sebagai senjata.

Struktur Kelompok Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Untuk meningkatkan keakuratan setiap laporan anggota kelompok, para siswa yang
melakukan penelitiannya masing-masing tidak segera bawa kembali ke kelompok jigsaw
mereka. Sebaliknya, mereka harus terlebih dahulu bertemu dengan siswa dari kelompok lain
yang memiliki tugas yang sama (satu dari masing-masing kelompok jigsaw). Misalnya, siswa
ditugaskan untuk topik bom atom maka mereka akan bertemu sebagai tim spesialis bom
atom. Mereka mengumpulkan informasi, menjadi ahli pada topik mereka, dan melatih
presentasi mereka di kelompok ahli. Langkah ini sangat bermanfaat bagi siswa-siswa yang
mungkin memiliki kesulitan belajar atau mengorganisir tugas mereka, sehingga mereka
dapat mendengar dan berlatih dengan lainnya "ahli." Setelah presenter berlatih di kelompok
ahli, maka kelompok jigsaw berkumpul kembali dalam konfigurasi awal mereka yang
heterogen. Ahli bom atom di dalam setiap kelompok memberikan presentasi kepada
anggota kelompok lainnya tentang pengembangan bom atom. Setiap siswa dalam setiap
kelompok berbagi tentang spesialisasinyamasing-masing. Siswa kemudian diuji tentang apa
yang telah mereka pelajari dari anggota kelompoknya tentang Perang Dunia II.

Situasi yang dibuat terstruktur secara khusus, sedemikian rupa seperti di atas membuat
satu-satunya akses setiap anggota terhadap seluruh informasi adalah harus mendengarkan
dengan cermat laporan setiap orang di dalam kelompoknya. Dengan demikian, Semua
orang saling membutuhkan dan saling merasa bertanggung jawab untuk kesuksesan dirinya
dan teman sekelompoknya.

Apa Manfaat Penggunaan Strategi Jigsaw?


Pertama dan terpenting, jigsaw adalah cara yang sangat efisien untuk mempelajari materi
pelajaran. Proses jigsaw juga mendorong siswa untuk mendengarkan, terlibat aktif, dan
berempati dengan memberikan kesempatan kepada setiap anggota kelompok sebagai
bagian penting dalam kegiatan akademik. Anggota kelompok harus bekerja sama sebagai
satu tim untuk mencapai tujuan bersama, setiap orang tergantung pada orang lain. Tidak
ada siswa dapat berhasil sepenuhnya kecuali semua orang bekerja dengan baik bersama-
sama sebagai sebuah tim. Jigsaw adalah bentuk kerjasama yang didesain untuk
memfasilitasi interaksi antar semua siswa di kelas, membimbing mereka untuk menghargai
satu sama lain sebagai kontributor untuk tugas bersama mereka.

Baca juga: Langkah-langkah Melaksanakan Model Pembelajaran


Kooperatif Tipe Jigsaw (Tim Ahli).

Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw mempunyai beberapa kelebihan antara lain : (1)
memudahkan siswa untuk belajar; (2) mudah digunakan; (3) dapat diimplementasikan
bersama strategi pengajaran lainnya; (4) merupakan strategi pembelajaran kooperatif yang
sangat efektif, bahkan jika hanya digunakan satu jam pelajaran per hari.

Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yang Baik Sulit Direalisasikan


Di Kelas?
Jawabannya bisa ya atau tidak. Akan menyesatkan untuk menyatakan bahwa sesi
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw selalu
berjalan lancar. Kadang-kadang, seorang siswa yang mendominasi akan berbicara terlalu
banyak atau mencoba untuk mengendalikan kelompok. Lalu bagaimana cara guru agar
dapat mencegah hal ini agar tidak terjadi? Beberapa siswa yang tidak lancar membaca atau
pemikir lambat akan mengalami kesulitan membuat laporan yang baik untuk kelompok
mereka. Bagaimana guru dapat membantu siswa yang tidak lancar membaca dan pemikir
lamban inii? Di sisi lain, beberapa siswa sangat berbakat sehingga mereka bisa bosan
bekerja dengan siswa lambat. Apakah teknik jigsaw efektif dengan siswa-siswa berbakat
yang dapat bosan dengan siswa yang lamban? Dalam beberapa kasus, siswa mungkin tidak
memiliki pengalaman mengikuti pembelajaran kooperatif dengan strategi jigsaw ini
sebelumnya. Akankah strategi jigsaw dapat berfungsi pada siswa yang lebih tua yang telah
terlatih untuk bersaing satu sama lain? Berikut pembahasannya.

Permasalahan dengan Siswa yang Suka Mendominasi


Banyak guruyang berpengalaman menggunakan strategi jigsaw dalam pembelajaran
kooperatif mereka merasa bahwa dengan menunjuk salah satu siswa yang suka
mendominasi diskusi untuk menjadi pemimpin diskusi di setiap sesi secara bergiliran sangat
membantu masalah menyelesaikan ini. Tugas pemimpin adalah untuk memanggil siswa
secara adil dan mencoba untuk menyebarkan partisipasi setiap orang merata. Selain itu,
siswa yang suka mendominasi ini akan dengan cepat menyadari bahwa kelompok akan
berjalan lebih efektif jika setiap siswa diperbolehkan untuk mempresentasikan tugasnya atau
bahan sebelum ada pertanyaan dan komentar. Dengan demikian, kepentingan diri kelompok
akhirnya mengurangi masalah dominasi.

Permasalahan dengan Siswa Lamban


Guru harus memastikan bahwa siswa dengan kemampuan belajar lamban tidak
menyampaikan laporan lebih rendah daripada anggota kelompok jigsawnya yang lain. Jika
ini terjadi, strategi jigsaw mungkin akan menjadi bumerang. Untuk mengatasi masalah ini,
teknik jigsaw bergantung pada kelompok "ahli". Sebelum menyajikan laporan kepada
kelompok jigsaw mereka, setiap siswa memasuki sebuah kelompok ahli yang terdiri dari
siswa lain yang telah menyiapkan laporan tentang topik yang sama. Dalam kelompok ahli,
siswa memiliki kesempatan untuk membahas laporan mereka dan memodifikasi dengan
didasarkan pada saran dari anggota lain dari kelompok ahli mereka. Sistem ini bekerja
sangat baik. Pada tahap awal, guru dapat memantau kelompok ahli dengan hati-hati, untuk
memastikan bahwa setiap siswa nantinya akan dapat memberikan laporan yang akurat
untuk dipresentasikan kepada kelompok jigsaw-nya. Kebanyakan guru menemukan bahwa
setelah kelompok ahli mendapatkan pemahaman yang baik tentang materi pelajaran yang
menjadi tugasnya, pemantauan yang hati-hati dan ketat tidak lagi diperlukan.

Permasalahan dengan Siswa Berbakat yang Menjadi Bosan


Terlepas dari teknik pembelajaran apapun yang digunakan guru , kebosanan bisa menjadi
masalah serius di setiap kelas. Penelitian menunjukkan, bahwa tingkat kebosanan dalam
ruang kelas yang mengaplikasikan strategi jigsaw lebih rendah daripada di kelas tradisional.
Anak-anak di kelas jigsaw lebih menyukai sekolah, dan hal ini berlaku baik bagi siswa
berprestasi serta siswa yang lamban. Jika siswa berprestasi didorong untuk
mengembangkan pola pikir "sebagi guru bagi kawannya," maka pengalaman belajar yang
membosankan dapat menjadi sebuah tantangan yang menarik.

Permasalahan Dengan Siswa Yang Telah Terbiasa Bersaing


Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw memiliki
pengaruh yang sangat bagus bila diperkenalkan di sekolah dasar. Tapi bagaimana jika
jigsaw belumpernah diikuti siswa saat berada di sekolah dasar dan telah terbiasa bersaing?
Memang bila demikian, usaha guru menjadi lebih sulit untuk memperkenalkan pembelajaran
kooperatif. Tidak mudah mengubah kebiasaan lama mereka yang sering bersaing atau
dihadapkan pada persaingan. Tapi hal ini bukan berarti tidakdapat dirubah. Pengalaman
dan penelitian menunjukkan bahwa meskipun secara umum membutuhkan waktu sedikit
lebih lama, siswa sekolah menengah yang terbiasa bersaing dapat berpartisipasi dalam
jigsaw dan menampilkan kemampuan luar biasa untuk mendapatkan keuntungan dari
struktur kooperatif.

Kesimpulan
Beberapa guru mungkin merasa bahwa mereka telah mencoba pendekatan pembelajaran
kooperatif karena mereka kadang-kadang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok
kecil, memerintahkan mereka untuk bekerja sama. Namun pembelajaran kooperatif
membutuhkan lebih dari anak-anak yang sedang duduk mengelilingi sebuah meja dan
mengatakan kepada mereka untuk berbagi, bekerja sama, dan bersikap baik satu sama lain.
Situasi yang loggar dan tidak terstruktur dalam pembelajaran berkelompok bukanlah
pembelajaran koperatif. Sebuah pembelajaran kooperatif memerlukan unsur-unsur penting
yang dapat menjamin strategi seperti jigsaw dan lainnya pada model pembelajaran
kooperatif dapat terstruktur dan berfungsi dengan baik.

Referensi:
www.jigsaw.org
http://www.readwritethink.org/professional-development/strategy-guides/using-jigsaw-
cooperative-learning-30599.html

You might also like:


 Jenis-Jenis Model Pembelajaran Kooperatif untuk Diterapkan Di Kelas Anda
 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw (model tim ahli) – Langkah-Langkah
Pembelajaran
 Sekilas Meninjau Model Pembelajaran Koperatif
Langkah-Langkah Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe
Jigsaw
Diposkan oleh Rini Andriani - Pembelajaran Kooperatif

Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw -


Setelah pada postingan kemarin telah diuraikan mengenai model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Maka pada postingan kali ini, blog
pembelajaran akan share bagaimana langkah-langkah model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini. Berikut uraiannya.

Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah sebuah model


pembelajaran yang akan memeberikan beberapa keuntungan yaitu
dapat mencegah dan mengurangi masalah konflik yang diakibatkan
oleh adanya perbedaan-perbedaan (suku/ras/agama) di antara para
siswa, pembelajaran menjadi lebih baik, meningkatkan motivasi siswa,
dan meningkatkan kenyamanan dalam proses pembelajaran.

Langkah-Langkah Pembelajaran Jigsaw

1. Elliot Aronson (2008) mengemukakan ada 10 langkah mudah


dalam jigsaw, yaitu:

 Membagi 5 atau 6 siswa menjadi satu kelompok jigsaw yang bersifat


heterogen.
 Menetapkan satu siswa dalam kelompok menjadi pemimpin
 Membagi pelajaran menjadi 5 atau 6 bagian
 Setiap siswa dalam kelompok mempelajari satu bagian pelajaran
 Memberi waktu pada siswa untuk membaca bagian materi pelajaran
yang telah ditugaskan kepadanya.
 Siswa dari kelompok jigsaw bergabung dalam kelompok ahli yang
mempunyai materi yang sama, dan berdiskusi
 Kembali ke kelompok jigsaw
 Siswa mempresentasikan bagian yang dipelajari pada kelompoknya.
 Kelompok jigsaw mempresentasikan hasil diskusi kelompok di depan
kelas.
 Diakhir kegiatan siswa diberikan soal untuk dikerjakan mengenai
materi.
2. Menurut Trianto (2010: 73) langkah-langkah dalam pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw yaitu:

 Siswa dibagi dalam beberapa kelompok (tiap kelompok terdiri dari 5-


6 orang).
 Materi pelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks yang
telah dibagi-bagi menjadi sub bab.
 Setiap anggota kelompok membaca sub bab yang ditugaskan dan
bertanggungjawab untuk mempelajarinya. Tiap anggota kelompok
ahli setelah kembali kekelompoknya bertugas mengajar teman-
temannya.
 Anggota dari kelompok lain yang telah mempelajari sub bab yang
sama bertemu dalam kelompok-kelompok ahli untuk mendiskusikan.
 Pada pertemuan dan diskusi kelompok asal,siswa-siswa dikenai
tagihan berupa kuis individu.
 Anggota dari kelompok lain yang telah mempelajari subbab yang
sama bertemu dalam kelompok-kelompok ahli untuk mendiskusikan.

Advertisement

3. Menurut Isjoni (2009:77) pembelajaran kooperatif tipe jigsaw


merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong
siswa aktif dan saling membantu dalam penguasaan materi pelajaran
untuk mencapai prestasi yang maksimal. Pada kegiatan ini keterlibatan
guru dalam proses belajar mengajar semakin berkurang dalam arti
guru menjadi pusat kegiatan kelas. Guru berperan sebagai fasilitator
yang mengarahkan dan memotivasi siswa untuk belajar mandiri serta
menumbuhkan rasa tanggungjawab.

Langkah-langkah dalam model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw


(Isjoni 2009: 80-81), yaitu:

 Siswa dihimpun dalam satu kelompok yang terdiri dari 4-6 orang.
 Masing-masing kelompok diberi tugas untuk dikerjakan.
 Para siswa dari masing-masing kelompok yang memiliki tugas yang
sama berkumpul membentuk kelompok anggota yang baru, untuk
mengerjakan tugas mereka, para siswa tersebut menjadi anggota
dengan bidang-bidang mereka yang telah ditentukan.
 Masing-masing perwakilan tersebut dapat menguasain materi yang
ditugaskan, kemudian masing-masing perwakilan tersebut kembali
kekelompok masing-masing atau kelompok asalnya.
 Siswa diberi tes, hal tersebut untuk mengetahui apakah siswa sudah
dapat memahami suatu materi.
Demikianlah uraian mengenai langkah-langkah model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw. Semoga dapat dimengerti dan dapat
bermanfaat.
MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE
LEARNING TIPE JIGSAW

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 menyatakan bahwa


pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar
pada suatu lingkungan belajar. Dalam pembelajaran, guru harus memahami hakikat materi
pelajaran yang diajarkannya dan memahami berbagai model pembelajaran yang dapat
merangsang kemampuan siswa untuk belajar dengan perencanaan pengajaran yang
matang oleh guru.

BAB I PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan
bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru
sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik, diwujudkan dengan adanya interaksi
belajar mengajar atau proses pembelajaran. Dalam konteks penyelenggaraan ini, guru
dengan sadar merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis dan berpedoman
pada seperangkatn aturan dan rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk
kurikulum.

Kurikulum secara berkelanjutan disempurnakan untuk meningkatkan mutu pendidikan dan


berorientasi pada kemajuan sistem pendidikan nasional, tampaknya belum dapat
direalisasikan secara maksimal. Salah satu masalah yang dihadapi dalam dunia pendidikan
di Indonesia adalah lemahnya proses pembelajaran.

Berdasarkan pengamatan riil di lapangan, proses pembelajaran di sekolah dewasa ini


kurang meningkatkan kreativitas siswa, terutama dalam pembelajaran ekonomi. Masih
banyak tenaga pendidik yang menggunakan metode konvensional secara monoton dalam
kegiatan pembelajaran di kelas, sehingga suasana belajar terkesan kaku dan didominasi
oleh sang guru.

Proses pembelajaran yang dilakukan oleh banyak tenaga pendidik saat ini cenderung pada
pencapaian target materi kurikulum, lebih mementingkan pada penghafalan konsep bukan
pada pemahaman. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan pembelajaran di dalam kelas yang
selalu didominasi oleh guru. Dalam penyampaian materi, biasanya guru menggunakan
metode ceramah, dimana siswa hanya duduk, mencatat, dan mendengarkan apa yang
disampaikannya dan sedikit peluang bagi siswa untuk bertanya. Dengan demikian, suasana
pembelajaran menjadi tidak kondusif sehingga siswa menjadi pasif.
Upaya peningkatan prestasi belajar siswa
tidak terlepas dari berbagai faktor yang mempengaruhinya. Dalam hal ini, diperlukan guru
kreatif yang dapat membuat pembelajaran menjadi lebih menarik dan disukai oleh peserta
didik. Suasana kelas perlu direncanakan dan dibangun sedemikian rupa dengan
menggunakan model pembelajaran yang tepat agar siswa dapat memperoleh kesempatan
untuk berinteraksi satu sama lain sehingga pada gilirannya dapat diperoleh prestasi belajar
yang optimal.

Proses pembelajaran dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut adanya
partisipasi aktif dari seluruh siswa. Jadi, kegiatan belajar berpusat pada siswa, guru sebagai
motivator dan fasilitator di dalamnya agar suasana kelas lebih hidup.

Pembelajaran kooperatif terutama teknik Jigsaw dianggap cocok diterapkan dalam


pendidikan di Indonesia karena sesuai dengan budaya bangsa Indonesia yang menjunjung
tinggi nilai gotong royong.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk menyusun makalah dengan judul
“Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Teknik Jigsaw dalam
Pembelajaran”.

BAB II PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TEKNIK JIGSAW

A. Pembelajaran Cooperative Learning

Model pembelajaran Cooperative Learning merupakan salah satu model pembelajaran yang
mendukung pembelajaran kontekstual. Sistem pengajaran Cooperative Learning dapat
didefinisikan sebagai sistem kerja/ belajar kelompok yang terstruktur. Yang termasuk di
dalam struktur ini adalah lima unsur pokok (Johnson & Johnson, 1993), yaitu saling
ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja
sama, dan proses kelompok.
Falsafah yang mendasari pembelajaran Cooperative Learning (pembelajaran gotong
royong) dalam pendidikan adalah “homo homini socius” yang menekankan bahwa manusia
adalah makhluk sosial.

Cooperative Learning adalah suatu strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap
atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur
kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih.

Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham
konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa
sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam
menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja
sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran
kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum
menguasai bahan pelajaran.

Menurut Anita Lie dalam bukunya “Cooperative Learning”, bahwa model pembelajaran
Cooperative Learning tidak sama dengan sekadar belajar kelompok, tetapi ada unsur-unsur
dasar yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan.
Roger dan David Johnson mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap
Cooperative Learning, untuk itu harus diterapkan lima unsur model pembelajaran gotong
royong yaitu :

1. Saling ketergantungan positif.

Keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap anggotanya. Untuk
menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa
sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain
dapat mencapai tujuan mereka.

2. Tanggung jawab perseorangan.

Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran Cooperative
Learning, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik.
Pengajar yang efektif dalam model pembelajaran Cooperative Learning membuat persiapan
dan menyusun tugas sedemikian rupa sehingga masing-masing anggota kelompok harus
melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok bisa
dilaksanakan.

3. Tatap muka.

Dalam pembelajaran Cooperative Learning setiap kelompok harus diberikan kesempatan


untuk bertatap muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para
pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Inti dari sinergi
ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan.

4. Komunikasi antar anggota.


Unsur ini menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai keterampilan
berkomunikasi, karena keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan para
anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan
pendapat mereka. Keterampilan berkomunikasi dalam kelompok juga merupakan proses
panjang. Namun, proses ini merupakan proses yang sangat bermanfaat dan perlu ditempuh
untuk memperkaya pengalaman belajar dan pembinaan perkembangan mental dan
emosional para siswa.

5. Evaluasi proses kelompok.

Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses
kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan
lebih efektif.

Urutan langkah-langkah perilaku guru menurut model pembelajaran kooperatif yang


diuraikan oleh Arends (1997) adalah sebagaimana terlihat pada table berikut ini

Tabel Sintaks Pembelajaran Kooperatif

FASE – FASE TINGKAH LAKU GURU

FASE 1Menyampaikan tujuan dan Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin
memotivasi siswa dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi
siswa belajar

FASE 2Menyajikan informasi Guru menyajikan kepada siswa dengan jalan


demontsrasi atau lewat bahan bacaan

FASE 3Mengorganisasikan siswa Guru menjelaskan kepada siswa begaimana


kedalam kelompok-kelompok belajar caranya membentuk kelompok belajar dan
membantu setiap kelompok agar melakukan
transisi secara efesien

FASE 4Membimbing kelompok Guru membimbing kelompok-kelompok belajar


bekerja dan belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka

FASE 5Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi


yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok
mempersentasikan hasil kerjanya.

FASE 6Memberikan penghargaan Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik


upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok

B. Tujuan Pembelajaran Cooperative Learning


Tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok konvensional yang menerapkan
sistem kompetisi, di mana keberhasilan individu diorientasikan pada kegagalan orang lain.
Sedangkan tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi di mana
keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya (Slavin,
1994).

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan


pembelajaran penting yang dirangkum oleh Ibrahim, et al. (2000), yaitu:

1. Hasil belajar akademik

Dalam belajar kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki
prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat
bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. Para
pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model struktur penghargaan kooperatif
telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang
berhubungan dengan hasil belajar. Di samping mengubah norma yang berhubungan
dengan hasil belajar, pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada siswa
kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas
akademik.

2. Penerimaan terhadap perbedaan individu

Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas dari orang-orang
yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan
ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari berbagai
latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas
akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu
sama lain.

3. Pengembangan keterampilan sosial

Tujuan penting ketiga pembelajaran kooperatif adalah, mengajarkan kepada siswa


keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan-keterampilan sosial, penting
dimiliki oleh siswa sebab saat ini banyak anak muda masih kurang dalam keterampilan
sosial.

C. Model Pembelajaran Cooperative Learning Teknik Jigsaw

Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan teman-teman
di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman di Universitas
John Hopkins (Arends, 2001).

Teknik mengajar Jigsaw dikembangkan oleh Aronson et. al. sebagai metode Cooperative
Learning. Teknik ini dapat digunakan dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan,
ataupun berbicara.
Dalam teknik ini, guru memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman siswa dan
membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna.
Selain itu, siswa bekerja sama dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan
mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan
berkomunikasi.

Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri
dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan
bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam
kelompoknya (Arends, 1997).

Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif


dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 – 6 orang secara heterogen
dan bekerja sama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas
ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi
tersebut kepada anggota kelompok yang lain (Arends, 1997).

Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya
sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang
diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada
anggota kelompoknya yang lain. Dengan demikian, “siswa saling tergantung satu dengan
yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang
ditugaskan” (Lie, A., 1994).

Para anggota dari tim-tim yang berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk diskusi (tim
ahli) saling membantu satu sama lain tentang topic pembelajaran yang ditugaskan kepada
mereka. Kemudian siswa-siswa itu kembali pada tim / kelompok asal untuk menjelaskan
kepada anggota kelompok yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari sebelumnya
pada pertemuan tim ahli.

Pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, terdapat kelompok asal dan kelompok
ahli. Kelompok asal yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan siswa dengan
kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang beragam. Kelompok asal merupakan
gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota
kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik
tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk
kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.

Langkah-langkah dalam penerapan teknik Jigsaw adalah sebagai berikut :

• Guru membagi suatu kelas menjadi beberapa kelompok, dengan setiap kelompok terdiri
dari 4 – 6 siswa dengan kemampuan yang berbeda. Kelompok ini disebut kelompok asal.
Jumlah anggota dalam kelompok asal menyesuaikan dengan jumlah bagian materi
pelajaran yang akan dipelajari siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
Dalam tipe Jigsaw ini, setiap siswa diberi tugas mempelajari salah satu bagian materi
pembelajaran tersebut. Semua siswa dengan materi pembelajaran yang sama belajar
bersama dalam kelompok yang disebut kelompok ahli (Counterpart Group/CG). Dalam
kelompok ahli, siswa mendiskusikan bagian materi pembelajaran yang sama, serta
menyusun rencana bagaimana menyampaikan kepada temannya jika kembali ke kelompok
asal. Kelompok asal ini oleh Aronson disebut kelompok Jigsaw (gigi gergaji). Misal suatu
kelas dengan jumlah 40 siswa dan materi pembelajaran yang akan dicapai sesuai dengan
tujuan pembelajarannya terdiri dari 5 bagian materi pembelajaran, maka dari 40 siswa akan
terdapat 5 kelompok ahli yang beranggotakan 8 siswa dan 8 kelompok asal yang terdiri dari
5 siswa. Setiap anggota kelompok ahli akan kembali ke kelompok asal memberikan
informasi yang telah diperoleh atau dipelajari dalam kelompok ahli. Guru memfasilitasi
diskusi kelompok baik yang ada pada kelompok ahli maupun kelompok asal.

Gambar Contoh Pembentukan Kelompok Jigsaw

• Setelah siswa berdiskusi dalam kelompok ahli maupun kelompok asal, selanjutnya
dilakukan presentasi masing-masing kelompok atau dilakukan pengundian salah satu
kelompok untuk menyajikan hasil diskusi kelompok yang telah dilakukan agar guru dapat
menyamakan persepsi pada materi pembelajaran yang telah didiskusikan.

• Guru memberikan kuis untuk siswa secara individual.

• Guru memberikan penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan berdasarkan


perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya.

• Materi sebaiknya secara alami dapat dibagi menjadi beberapa bagian materi
pembelajaran.

• Perlu diperhatikan bahwa jika menggunakan Jigsaw untuk belajar materi baru maka perlu
dipersiapkan suatu tuntunan dan isi materi yang runtut serta cukup sehingga tujuan
pembelajaran dapat tercapai.

Dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah tidaklah selalu berjalan dengan mulus


meskipun rencana telah dirancang sedemikian rupa. Hal-hal yang dapat menghambat
proses pembelajaran terutama dalam penerapan model pembelajaran Cooperative Learning
diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Kurangnya pemahaman guru mengenai penerapan pembelajaran Cooperative Learning.

2. Jumlah siswa yang terlalu banyak yang mengakibatkan perhatian guru terhadap proses
pembelajaran relatif kecil sehingga yang hanya segelintir orang yang menguasai arena
kelas, yang lain hanya sebagai penonton.

3. Kurangnya sosialisasi dari pihak terkait tentang teknik pembelajaran Cooperative


Learning.

4. Kurangnya buku sumber sebagai media pembelajaran.

5. Terbatasnya pengetahuan siswa akan sistem teknologi dan informasi yang dapat
mendukung proses pembelajaran.
Agar pelaksanaan pembelajaran Cooperative Learning dapat berjalan dengan baik, maka
upaya yang harus dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Guru senantiasa mempelajari teknik-teknik penerapan model pembelajaran Cooperative


Learning di kelas dan menyesuaikan dengan materi yang akan diajarkan.

2. Pembagian jumlah siswa yang merata, dalam artian tiap kelas merupakan kelas
heterogen.

3. Diadakan sosialisasi dari pihak terkait tentang teknik pembelajaran Cooperative Learning.

4. Meningkatkan sarana pendukung pembelajaran terutama buku sumber.

5. Mensosialisasikan kepada siswa akan pentingnya sistem teknologi dan informasi yang
dapat mendukung proses pembelajaran.

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Pembelajaran di sekolah yang melibatkan siswa dengan guru akan melahirkan nilai yang
akan terbawa dan tercermin terus dalam kehidupan di masyarakat. Pembelajaran yang
melibatkan siswa secara aktif dalam kelompok secara bergotong royong (kooperatif) akan
menimbulkan suasana belajar partisipatif dan menjadi lebih hidup. Teknik pembelajaran
Cooperative Learning dapat mendorong timbulnya gagasan yang lebih bermutu dan dapat
meningkatkan kreativitas siswa.

Jigsaw merupakan bagian dari teknik-teknik pembelajaran Cooperative Learning. Jika


pelaksanaan prosedur pembelajaran Cooperative Learning ini benar, akan memungkinkan
untuk dapat mengaktifkan siswa sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

Sampai saat ini pembelajaran Cooperative Learning terutama teknik Jigsaw belum banyak
diterapkan dalam pendidikan walaupun orang Indonesia sangat membanggakan sifat gotong
royong dalam kehidupan bermasyarakat.

B. Saran

Sudah saatnya para pengajar mengevaluasi cara mengajarnya dan menyadari dampaknya
terhadap anak didik. Untuk menghasilkan manusia yang bisa berdamai dan bekerja sama
dengan sesamanya dalam pembelajaran di sekolah, model pembelajaran Cooperative
Learning perlu lebih sering digunakan karena suasana positif yang timbul akan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mencintai pelajaran dan sekolah / guru. Selain itu, siswa
akan merasa lebih terdorong untuk belajar dan berpikir.
DAFTAR PUSTAKA

Anita Lie. 2007. Cooperative Learning. Jakarta : Grasindo.

Daeng Sudirwo. 2002. Kurikulum dan Pembelajaran Dalam Rangka Otonomi Daerah.
Bandung : Andira.

Departemen Pendidikan Nasional. 2004. Pedoman Pembelajaran Ekonomi Secara


Kontekstual Untuk Guru SMP. Jawa Barat : Depdiknas.

Departemen Pendidikan Nasional. 2004. Pedoman Pembelajaran Geografi Secara


Kontekstual Untuk Guru SMP. Jawa Barat : Depdiknas.

Muhibbin Syah. 1995. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung : Rosda.

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. 1995. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka
Cipta.

Syaiful Sagala. 2006. Konsep Dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta

http://nurmanspd.wordpress.com

Anda mungkin juga menyukai