JIGSAW
PENGERTIAN MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF JIGSAW
Dari sisi etimologi Jigsaw berasal dari bahasa ingris yaitu gergaji ukir dan ada juga
yang menyebutnya dengan istilah Fuzzle, yaitu sebuah teka teki yang menyususn
potongan gambar. Pembelajaran kooperatif model jigsaw ini juga mengambil pola
cara bekerja sebuah gergaji ( jigsaw), yaitu siswa melakukan sesuatu kegiatan
belajar dengan cara bekerja sama dengan siswa lain untuk mencapai tujuan
bersama.
Model pemebelajaran kooperatif model jigsaw adalah sebuah model belajar
kooperatif yang menitik beratkan kepada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok
kecil, seperti yang diungkapkan Lie ( 1993: 73), bahwa pembelajaran kooperatif model
jigsaw ini merupakan model belajar kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok
kecil yang terdiri atas empat sampai dengan enam orang secara heterogen dan siswa bekerja
sama salaing ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri.
Dalam model pembelajaran jigsaw ini siswa memiliki banyak kesempatan untuk
mengemukanakan pendapat, dan mengelolah imformasi yang didapat dan dapat
meningkatkan keterampilan berkomunikasii, anggota kelompok bertanggung jawab atas
keberhasilan kelompoknya dan ketuntasan bagian materi yang dipelajari, dan dapat
menyampaikan kepada kelompoknya ( Rusman, 2008.203).
Bandingkan dengan Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw
Sedangkan menurut Stepen, Sikes and Snapp (1978 ) yang dikutip Rusman (2008),
mengemukakan langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw sebagai
berikut:
9. Jika tidak didukung dengan kondisi kelas yang mumpuni (luas) metode sulit dijalankan
mengingat siswa harus beberapa kali berpindah dan berganti kelompok.
10. Membutuhkan waktu yang lebih lama apalagi bila penataan ruang belum terkondiki
dengan baik, sehingga perlu waktu merubah posisi yang dapat juga menimbulkan gaduh
serta butuh waktu dan persiapan yang matang sebelum model pembelajaran ini bisa
berjalan dengan baik.
Beberapa hal yang bisa menjadi kendala aplikasi model ini dilapangan yang harus
kita cari jalan keluarnya, menurut Roy Killen (1996), adalah:
1. Prinsip utama pola pembelajaran ini adalah ‘peer teaching” pembelajaran oleh teman
sendiri, akan menjadi kendala karena perbedaan persepsi dalam memahami suatu konsep
yang akan didiskusikan bersama dengan siswa lain.
2. Dirasa sulit meyakinkan siswa untuk mampu berdiskusi menyampaikan materi pada
teman, jika siswa tidak memiliki rasa kepercayaan diri.
3. Rekod siswa tentang nilai, kepribadian, perhatian siswa harus sudah dimiliki oleh pendidik
dan ini biasanya dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk mengenali tipe-tipe siswa
dalam kelompok tersebut.
4. Awal penggunaan metode ini biasanya sulit dikendalikan, biasanya membutuhkan waktu
yang cukup dan persiapan yang matang sebelum model pembelajaran ini bisa berjalan
dengan baik.
5. Aplikasi metode ini pada kelas yang besar ( lebih dari 40 siswa) sangatlah sulit, tapi bisa
diatasi dengan model team teaching
Tidak selamanya proses belajar dengan model jigsaw berjalan dengan lancar. Ada
beberapa hambatan yang dapat muncul, yang paling sering terjadi adalah kurang
terbiasanya peserta didik dan pengajar dengan model ini. Peserta didik dan pengajar
masih terbawa kebiasaan metode konvensional, dimana pemberian materi terjadi secara
satu arah. Faktor penghambat lain adalah kurangnya waktu, proses model ini
membutuhkan waktu yang lebih banyak, sementara waktu pelaksanaan metode ini harus
disesuaikan dengan beban kurikulum.
Untuk mengatasi masalah atau kelemahan yang muncul dalam penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw serta agar pelaksanaan pembelajaran kooperatif dapat
berjalan dengan baik, dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
MAKALAH
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW
Disusun guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah Inovasi Pembelajaran Matematika
Disusun Oleh
3F/Kelompok 7:
PENDIDIKAN MATEMATIKA
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah Swt atas rahmat dan hidayahnya kami dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini dibuat berdasarkan sumber yang
berasal dari buku, internet kemudian materi dikumpulkan dan dikemas dalam bentuk suatu
makalah.
Penulisan dan pembuatan makalah ini bertujaun untuk memenuhi tugas mandiri mata
kuliah “Inovasi Pembelajaran Matematika”. Serta membahas mengenai Model Pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw untuk memberikan pengenalan bagaimana cara menerapkan model ini
beserta langkah-langkah untuk menerapkan dalam pembelajaran di kelas.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak – pihak yang telah ikut membantu dalam
menyelesaikan makalah ini, dan tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen
pengampu mata kuliah Inovasi Pembelajaran Matematika Bapak Prayito yang telah memberikan
kesempatan waktu untuk menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan maupun
kesalahan dalam penulisan.Oleh karena itu, penulis mohom kritik dan saran yang membangun agar
penulisan makalah selanjutnya dapat menjadi lebih baik dan berguna bagi pembacanya.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................................................. ii
A. BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang............................................................................................. 1
2. Rumusan Masalah........................................................................................ 1
3. Tujuan........................................................................................................... 2
B. BAB II PEMBAHASAN
1. Simpulan....................................................................................................... 8
2. Saran............................................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 10
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Falsafah yang mendasari pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam pendidikan ialah “homo
homoni socius” (pembelajaran gotong-royong) yang menekankan bahwa manusia adalah makhluk
social. Pembelajaran kooperatif terutama tipe jigsaw dianggap sangat cocok di terapkan di Indonesia
karena sesuai dengan budaya Indonesia yang menjunjung tinggi nilai gotong royong.
Model pembelajaran jigsaw adalah suatu tehnik pembelajaran kooperatiff dimana siswa,
bukan guru yang memiliki tanggung jawab lebih besar dalam pelaksanaan pembelajaran. Adapun
tujuan dari model pembelajaran jigsaw ini mengembangkan kerja tim, ketrampilan belajar
kooperatif, serta menguasai pengetahuan secara mendalam yang tidak mungkin diperoleh bila
mereka mencoba untuk mempelajari semua materi secara sendirian.
Menurut Anita Lie dalam bukunya “Cooperative Learning Teknik Jigsaw” bahwa metode
pembelajaran koopertif teknik jigsaw tidak sama dengan sekadar belajar kelompok, tetapi ada
unsure-unsur dasar yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan.
Roger dan David Johnson mangatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative
learning teknik jigsaw.
B. Rumusan Masalah
Dalam pembuatan makalah ini penulis merumuskan beberapa rumusan masalah sabagai
berikut:
BAB II
PEMBAHASAN
Pengetian pembelajaran secara umum adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh
guru sedemikan rupa sehingga tingkah laku siswa menjadi kearah yang lebih baik. Metode
pembelajaran kooperatif tipe jigasaw adalah pembelajaran dimana siswa belajar dalam
kelompok dan bertanggung jawab atas penguasaan materi belajar yang ditugaskan kepadanya
lalu mengajarkan bagian tersebut kepada anggota kelompok lain.
Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan teman-
teman di Universitas Texas, kemudian diadaptasikan oleh Slavin dan temen-teman di
Universitas John Hopkins (Arends, 2001).
Teknik mengajar Jigsaw dikembangkan oleh Aronson et.al.sebagai model
Cooperative Learning. Teknik ini dapat digunakan dalam pengajaran membaca,
menulis,berbicara, ataupun mendengarkan. Dalam Teknik ini, guru memperhatikan
skemataatau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan schemata
ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu, siswa bekerja sama dengan
sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai kesempatan untuk mengolah
informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.
Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang
terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan
bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam
kelompoknya (Arends, 1997 dalam http://matamatika-ipa.com ). Model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw merupakan tipe model pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar
dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 – 6 orang secara heterogen dan bekerjasama saling
ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran
yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kapada kelompok yang lain
(Arends, 1997).
Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap
pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari
materi yang diberikan, tetapi mereka juga siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut
pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan demikian, “siswa saling tergantung satu
dengan yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang
ditugaskan” (Lie,A., 1994).
Para anggota dari tim – tim yang berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk
diskusi (tim ahli) saling membantu satu sama lain tentang topik pembelajaran yang
ditugaskan kepada mereka. Kemudian siswa-siswi itu kembali pada tim / kelompok asal
untuk menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain tentang apa yang telah mereka
pelajari sebelumnya pada tim ahli.
Pada model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, terdapat kelompok asal dan
kelompok ahli. Kelompok asal, yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan siswa
dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang beragam.Kelompok asal
merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli, yaitu kelompok siswa yang terdiri
dari anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami
topik tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk
kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.Hubungan antara kelompok asal dan
kelompok ahli digambarkan sebagai berikut (Arends, 2001) :
X X
X X
= =
= =
+ +
+ +
+ =
X *
+ =
X *
+ =
X *
+ =
X *
KELOMPOK ASAL
* *
* *
KELOMPOK AHLI
Para anggota dari kelompok asal yang berbeda, bertemu dengan topik yang sama dalam
kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas materi yang ditugaskan pada masing-masing anggota
kelompok serta membantu satu sama lain untuk mempelajari topik mereka tersebut. Setelah
pembahasan selesai, para anggota kelompok kemudian kembali pada kelompok asal dan
mengajarkan pada teman sekelompoknya apa yang telah mereka dapatkan pada saat pertemuan di
kelompok ahli.
I. Tahap Pendahuluan
2. Menjelaskan pada siswa tentang model pembelajaran yang dipakai dan menjelaskan manfaatnya.
3. Pembentukan kelompok.
4. Setiap kelompok terdiri dari 4-6 siswa dengan kemampuan siswa yang heterogen.
1. Siswa dengan materi/soal yang sama bergabung dalam kelompok ahli dan berusaha menguassai
materi sesuai dengan soal yang diterima.
2. Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian
mengajar teman satu tim mereka tentang subbab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya
mendengarkan denga sungguh-sungguh.
IV. Penutup
5. Memperbaiki kehadiran
12. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama dengan kelompok lain
1. Keadaan kondisi kelas yang ramai,sehingga membuat siswa binggung dan pembelajran kooperatif
tipe jigsaw merupakan pembelajaran baru;
2. Jika guru tidak meningkatkan agar siswa selalu menggunakan ketrampilan-ketrampilan kooperatif
dalam kelompok masing-masing maka dikhawatirksn kelompok akan macet
4. Jika jumlah anggota kelompok kurang akan menimbulkan masalah,misal jika ada anggota yang hanya
memboncengdalam menyelesaikan tugas-tugas dan pasif dalam diskusi
5. Membutuhkan waktu yang lebih lama apalagi bila ada penataan ruang belum terkondiki dengan
baik, sehingga perlu waktu merubah posisi yang dapat juga menimbulkan gaduh serta butuh waktu
dan persiapan yang matang sebelum model pembelajaran ini bisa berjalan dengan baik.
D. Evaluasi Materi yang cocok untuk SMP / SMA dengan Metode Jigsaw
Beberapa contoh materi matematika yang cocok di jigsawkan adalah: menyelesaikan sistim
persamaan linier dua peubah ( kelompok ahli 1 mempelajari menyelesaikan dengan eliminasi,
kelompok ahli 2 dengan substitusi, kelompok ahli 3 dengan garis bilangan, kelompok ahli 4 dengan
matrik, dll), limit kiri-limit kanan ( kelompok ahli 1 mempelajari limit kiri, yang lain limit kanan),
Luas bangun segi 4 (kel 1 mempelajari belah ketupat, kelompok 2 layang-layang, kelompok ahli 3
tentang trapezium sama kaki, kelompok ahli 4 trapesium sebarang, dst).
Pemilihan materi tidak hanya didasarkan pada banyaknya sub bab atau sub-sub bab saja
yang mengindikasikan mudah “dibagi-bagi” untuk didiskusikan dalam kelompok-kelompok ahli.
Namun hal penting lain yang tidak boleh dilaupakan bahwa seyogyanya kita tidak memaksakan 1
rangkaian pembelajaran kooperatif, apa saja, dalam satu pertemuan. Masih banyak materi yang
sesuai di-jigsaw-kan. Namun kita harus memeriksanya terlebih dahulu, sehingga tujuan kita tercapai,
bukan sebaliknya menambah bingung siswa.
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
1. Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah suatu strategi belajar mengajar yang menekan pada
sikap atau perilaku bersama dalam belajar atau membantu diantara sesame dalam struktur kerja
sama yang teratur dalam kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih.
2. Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw ini pada kelas siswa dibagi
berkelompok dengan lima atau enam anggota kelompok belajar heterogen.setiap anggota
bertanggung jawab untuk mempelajari,menguasai bagian tertentu bahan yang diberikan kemudian
menjelaskan pada anggota kelompoknya. Dengan demikian terdapat rasa saling membutuhkan dan
harus berkerjasama secara cooperative untuk mempelajari materi yang ditugaskan.
3. Kerangka model pembelajaran jigsaw adalah para anggota dari kelompok asal yang
berbeda,bertemu dengan topik yang sama dalam kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas
materi yang ditugaskan pada masing-masing anggota kelompok serta membatu satu sama lain untuk
mempelajari topic mereka tersebut.setelah pembahasan selesai, para anggota kelompok kemudian
kembali pada kelompok semula ( asal ) dan berusaha mengajarkan pada teman sekelompoknya apa
yang telah mereka dapatkan pada saat pertemuan dikelompok ahli. Kunci tipe JIGSAW ini adalah
interdepensi yang diperlukan dengan tujuan agar dapat mengerjakan kuis dengan baik.
5. Alasan mengapa kami menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw dalam
bab Fungsi, Persamaan dan pertidaksamaan Kuadrat karena tekhik pembelajaran jigsaw dapat
diterapkan pada materi pembelajaran yang tidak berstuktur ( tidak saling berhubungan antara sub-
sub materi ). Karena fungsi dan persamaan kuadratadalah materi yang tidak berstruktur maka kami
memilih materi untuk diterapkan dalam model pembelajaran cooperativelearningtipe jigsaw.
B. SARAN
1. Guru seharusnya menjelaskan model pembelajaran tipe jigsaw ini dulu kepada siswa sebelum
menerapkannya, agar siswa tidak binggung.
2. Guru harus pandai dalam memilih materi pembelajaran yang tepat untuk diterapkan dalam model
ini.
3. Bangku perlu ditata sedemikian rupa sehingga semua siswa bias melihat guru/papan tulis dengna
jelas, bias melihat rekan-rekan kelompoknya dengan baik,dan berada dalam jangkauan kelompoknya
dengan merata.
4. Model pembelajaran kooperatif tipejigsaw perlu digunakan atau diterepkan karena suasana positif
yang timbul akan membarikan kesempatan kepada siswa untuk mencintai pelajaran dan sekolah
atau guru, selain itu siswa akan merasa lebih terdorong untuk belajar dan berpikir serta
meningkatkan keaktifan.
DAFTAR PUSTAKA
Silberman, Mel. 2010. Cara Pelatihan & Pembelajaran Aktif. Jakarta: PT Indeks.
http://matematika-ipa.com/pembelajaran-kooperatifmodel-pembelajaran-kooperatif-tipe-jigsaw-
kelebihan-dan-kelemahan-tipe-jigsaw/
http://kabar-pendidikan.blogspot.com/2011/24/pembelajaran-dengan-metode-jigsaw.html?m=1
http://repository.upi.edu/operator/upload/s_a0651_0805985_chapter2.pdf
www.scribd.com/mobile/documents/24529374
(RPP)
Sekolah : SMP
A. Standar Kompetensi
Memecahkan masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan linear dua variabel.
B. Kompetensi Dasar
C. Indikator
1. Menjelaskan Menentukan himpunan penyelesaian dari SPLDV berturut- turut dengan metode grafik,
substitusi, eliminasi,dan gabungan.
D. Tujuan Pembelajaran
1. Peserta didik dapat menentukan himpunan penyelesaian dari SPLDV berturut-turut dengan metode
grafik, substitusi, eliminasi, dan gabungan.
E. Materi Pembelajaran
F. Model Pembelajaran
No Kegiatan
1 Pendahuluan (5 menit)
b. Guru memberikan masalah Jigsaw yang berkaitan dengan materi yang akan
disampaikan
c. Guru menyampaikan materi yang akan dibahas disertai siswa menbuka buku yang
digunakan (LKS)
a. Guru mempersiapkan siswa untuk dibagi dalam kelompok asal yang terdiri dari 3 - 4
orang yang bersifat heterogen, baik dari segi kemampuan, jenis kelamin, budaya dan
sebagian.
b. Guru memberikan masalah berupa LKS untuk siswa dikerjakan secara berkelompok
c. Dari masing – masing kelompok diambil seorang anggota untuk membentuk kelompok
baru (kelompok ahli) dengan membahas tugas yang sama. Dalam kelompok ini
diadakan diskusi antara kelompok ahli.
d. Anggota kelompok ahli kemudian kembali lagi ke kelompok asal, untuk mengajari
anggota kelompoknya. Dalam kelompok ini diadakan diskusi antara anggota kelompok
yang telah didiskusikan dalam kelompok ahli.
b. Guru memberi kesempatan kepada para siswa yang kurang paham untuk bertanya
3 Penutup (5 menit)
a. Guru memberikan soal – soal yang ada pada LKS untuk dikerjakan di rumah (PR)
b. Guru memberikan informasi tentang materi yang akan disampaikan pada pertemuan
yang akan datang
I. Sumber Belajar
1. LKS
J. Alat Peraga
1. Whiteboard
2. Spido
K. Penilaian
Uraian Materi
Sistem Persamaan Linear Dua Variabel
Sistem persamaan linear dua variabel terdiri dari dua buah persamaan linear yang masing-
masing memuat dua variabel (peubah). Bentuk umum sistem persamaan linear dua variabel dalam
dan adalah:
a1x + b1y = c1
a2x + b2y = c2
Penyelesaian dari sistem pertidaksamaan linear dua variabel adalah pasangan bilangan x dan
y, biasanya ditulis (x,y), yang memenuhi kedua persamaan tersebut. Ada beberapa metode yang
digunakan untuk menentukan penyelesaian sistem persamaan linear dua variabel, di antaranya yaitu
metode grafik, substitusi, eliminasi dan ,metode gabungan eliminasi dan subtitusi.
1. Metode Grafik
Secara geometri persamaan linear ax + by = c dapat digambarkan sebagai sebuah garis. Hal ini
berarti sistem persamaan linear dua variabel yang terdiri dari dua persamaan dapat digambarkan
sebagai dua buah garis dan pasangan bilangan (x,y) yang memenuhi kedua persamaan adalah titik
potong kedua garis tersebut.
a. Gambarkan kedua garis yang mewakili persamaan linear pada satu bidang kooadinat.
2. Metode Substitusi
Berikut ini adalah langkah-langkah untuk menyelesaikan sistem persamaan linear dua
variabel dengan metode substitusi:
a. Nyatakan salah satu persamaan dalam bentuk y = ax + by (atau x = my + n).
( atau y = y1).
d. Substitusikan nilai x = x1 ( atau y = y1) ke salah satu persamaan linear untuk memperoleh nilai y = y1
(atau x = x1).
3. Metode Eliminasi
a. Kalikan masing-masing persamaan dengan bilangan tertentu sehingga koefisien salah satu peubah (x
atau y) pada kedua persamaan sama.
b. Jumlahkan atau kurangkan persamaan yang satu dengan yang lain sehingga salah satu peubah
menjadi nol.
c. Setelah kita dapatkan sistem persamaan yang sedehana, tentukan nilai peubah tersebut.
Metode ini merupakan gabungan dari metode eliminasi untuk menemukan nilai dari
variabel pertama dan metode substitusi untuk nilai variabel kedua. Langkah – langkah metode
gabungan yaitu dengan metode eliminasi temukan nilai salah satu dari variabel x atau y dan
substitusikan ke salah satu persamaan linear nilai x atau y yang telah diperoleh pada langkah
pertama.
Contoh 1
2x +3y= 6,
2.0 + 3y = 6 2.2 + 3y = 6
3y = 6 4 + 3y = 6
y=2 3y = 2 ↔ y =
2.1 + 3y = 6 2.3 + 3y = 6
2 + 3y = 6 3y = 0
3y = 4 y =0
y=
Dari contoh 1, jika x, y ? { bilangan real }, maka ada tak terhingga banyak pasangan berurutan dalam
himpunan penyelesaian. Bila himpunan penyelesaiannya digambar grafiknya akan berupa titik- titik
yang tak terhingga pula banyaknya, semua terletak pada suatu garis lurus yang melalui titik (0, 2)
dan (3, 0)
Jika x, y? bilangan
seperti gambar
di sebelah kanan
Contoh 2
x – 3y = 10
Pemecahan:
⟺ x – 6x + 15 = 10
⟺ -5x = -5
⟺x=1
Contoh 3
2x + 5y = 1
3x – y = 10
Pemecahan:
Eliminasi y diperoleh:
2x + 5y = 1 x1 2x + 5y = 1
3x – y = 10 x5 15x – 5y = 50
17x = 51 ↔ x = 3
3x – y = 10 ⟹3(3) – y = 10 ⟹y = -1
B. Rumusan Masalah
Berangkat dari uraian singkat di atas, tim penyusun dapat merumuskan
masalah yang menjadi pokok pembahasan dalam makalah ini yaitu:
1) Pengertian model pembelajaran jigsaw?
2) Sejarah model pembelajaran jigsaw?
3) Langkah-langkah model pembelajaran jigsaw?
4) Kekurangan dan kelebihan model pembelajaran jigsaw?
C. Tujuan
Dalam makalah ini penulis menemukan beberapa tujuan sebagai berikut:
1) Untuk mengetahui pengertian model pembelajaran jigsaw.
2) Untuk mengetahui sejarah model pembelajaran jigsaw
3) Untuk mengetahui bagaimana langkah-langkah model pembelajaran jigsaw.
4) Untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan model jigsaw.
D. Metode Penulisan
Dalam pembuatan makalah ini, acuan penulisan yang kami gunakan
adalah bersumber dari buku dan internet serta blog yang berkaitan dengan
materi kuliah model-model pembelajaran khususnya model pembelajaran
“Jigsaw”.
BAB II
PEMBAHASAN
Metode ini dikembangkan oleh Elliot Aronson dan kawan-kawannya dari
Universitas Texas dan kemudian di adaptasi oleh Slavin dan kawan-kawannya.
Melalui metode jigsaw kelas dibagi menjadi beberapa tim yang anggotanya terdiri
dari 5 atau 6 siswa dengan karakteristik yang heterogen. Bahan akademik
disajikan kepada siswa dalam bentuk teks; dan tiap siswa bertanggung jawab
untuk mempelajari suatu bagian dari bahan akademik tersebut.
Para anggota dari berbagai tim yang berbeda memiliki tanggung jawab
untuk mempelajari suatu bagian akademik yang sama dan selanjutnya
berkumpul untuk saling membantu mengkaji bagian bahan tersebut. Kumpulan
siswa semacam itu disebut "kelompok pakar" (expert group). Selanjutnya para
siswa yang berada dalam kelompok pakar kembali kembali ke kelompok semula
(home teams) untuk mengajar anggota lain mengenai materi yang telah dipelajari
dalam kelompok pakar. Setelah diadakan pertemuan dan diskusi dalam "home
teams", para siswa dievaluasi secara individual mengenai bahan yang telah
dipelajari.
A. Kesimpulan
Dalam hal ini peneliti menggunakan metode jigsaw. Istilah metode berasal dari
bahasa Yunani "Metodos". Kata ini terdiri dari dua suku kata yaitu "Metha" yang
berarti melalui atau melewati dan "hodos" jalan atau cara. Jadi metode adalah
suatu jalan yang dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Pengertian Kata jigsaw
berasal dari bahasa Inggris yang berarti “gergaji atau memotong”. Dalam metode
pembelajaran teknik jigsaw termasuk dalam jenis metode pembelajaran
kooperatif. Metode jigsaw adalah teknik pembelajaran kooperatif di mana siswa,
bukan guru, yang memiliki tanggung jawab lebih besar dalam melaksanakan
pembelajaran. Tujuan dari jigsaw ini adalah mengembangkan kerja tim,
ketrampilan belajar kooperatif, dan menguasai pengetahuan secara mendalam
yang tidak mungkin diperoleh apabila mereka mencoba untuk mempelajari
semua materi sendirian. Metode ini dikembangkan oleh Elliot Aronson dan
kawan-kawannya dari Universitas Texas dan kemudian di adaptasi oleh Slavin
dan kawan-kawannya. Melalui metode jigsaw kelas dibagi menjadi beberapa tim
yang anggotanya terdiri dari 5 atau 6 siswa dengan karakteristik yang heterogen.
Bahan akademik disajikan kepada siswa dalam bentuk teks; dan tiap siswa
bertanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian dari bahan akademik
tersebut.
B. Saran
1. Guru seharusnya menjelaskan model pembelajaran tipe jigsaw ini dulu kepada
siswa sebelum menerapkannya, agar siswa tidak binggung.
2. Guru harus pandai dalam memilih materi pembelajaran yang tepat untuk
diterapkan dalam model ini.
3. Bangku perlu ditata sedemikian rupa sehingga semua siswa biasa melihat
guru/papan tulis dengna jelas, biasa melihat rekanrekan kelompoknya dengan
baik, dan berada dalam jangkauan kelompoknya dengan merata.
4. Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw perlu digunakan atau diterapkan
karena suasana positif yang timbul akan memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mencintai pelajaran dan sekolah atau guru, selain itu siswa akan merasa
lebih terdorong untuk belajar dan berpikir serta meningkatkan keaktifan.
DAFTAR PUSTAKA
www.kabarpendidikan.blogspot.com,www.arminaperdana.blogspot.com,www.km
pmalang.com : Diakses pada tanggal 07 Maret 2012
http://matematikaipa.com/pembelajarankooperatifmodelpembelajarankooperatif-
tipejigsawkelebihandankelemahantipejigsaw
/ http://kabarpendidikan.blogspot.com/2011/24/pembelajarandenganmetode-
jigsaw.html?m=1
BAB II
PEMBAHASAN
Model pemebelajaran kooperatif model jigsaw adalah sebuah model belajarkooperatif yang
menitik beratkan kepada kerja kelompok siswa dalam bentukkelompok kecil , seperti yang
diungkapkan Lie ( 1993: 73), bahwa pembelajarankooperatif model jigsaw ini merupakan model
belajar kooperatif dengan cara siswabelajar dalam kelompok kecil yang terdiri atas empat sampai
dengan enam orangsecara heterogen dan siswa bekerja sama saling ketergantungan positif
danbertanggung jawab secara mandiri. Dalam model pembelajaran jigsaw ini siswamemiliki banyak
kesempatan untuk mengemukanakan pendapat, dan mengelolahimformasi yang didapat dan dapat
meningkatkan keterampilan berkomunikasii,anggota kelompok bertanggung jawab atas keberhasilan
kelompoknya danketuntasan bagian materi yang dipelajari, dan dapat menyampaikan
kepadakelompoknya.( Rusman, 2008.203)
Pembelajaran kooperatif model Jigsaw juga diartikan sebagai satu jenis pembelajaran kooperatif
yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan
bagian materi belajar dan mampu mengajarkan bagian tersebut kepada anggota lain dalam
kelompoknya. Jigsaw menggabungkan konsep pengajaran pada teman sekelompok atau teman
sebaya dalam usaha membantu belajar. Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab
untuk pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain.
Model jigsaw pada hakekatnya model pembelajaran kooperatif yang berpusat pada siswa. Siswa
mempunyai peran dan tanggung jawab besar dalam pembelajaran. Guru berperan sebagai
fasilisator dan motifator. Tujuan model Jigsaw ini adalah untuk mengembangkan kerja tim,
ketrampilan belajar kooperatif dan penguasaan pengetahuan secara mendalam yang tidak mungkin
diperoleh siswa apabila siswa mempelajari materi secara individual. Dalam metode Jigsaw ini siswa
dibagi menjadi dua kelompok yaitu “kelompok awal” dan “kelompok ahli”. Setiap siswa yang ada
dalam” kelompok awal” mengkhususkan diri pada satu bagian dalam sebuah unit pembelajaran.
Siswa dalam “kelompok awal” ini kemudian dibagi lagi untuk masuk kedalam “kelompoka ahli”
untuk mendiskusikan materi yang berbeda. Siswa kemudian kembalike “kelompok awal” untuk
mendiskusikan materi hasil “kelompok ahli” pada siswa “kelompok awal”. Dalam konsep ini siswa
harus bisa mendapat kesempatan dalam proses belajar supaya semua pemikiran siswa dapat
diketahui.
Pembelajaran model Jigsaw menuntut setiap siswa untuk bertanggung jawab atas ketuntasan
bagian pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota
kelompok lainnya.
Menurut (Slavin, 1994 : 121) Tujuan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah menciptakan
situasi dimana keberhasilan individu ditentukan oleh keberhasilan kelompoknya. Sistem ini berbeda
dengan kelompok konvensional yang menerapkan sistem kompetisi, dimana keberhasilan individu
diorientasikan pada kegagalan orang lain. Dan tujuan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw itu
sendiri adalah memberikan rasa tanggung jawab individu dan kelompok untuk keberhasilan bersama
dan untuk saling berinteraksi dengan kelompok lain. Untuk itu, kekompakan dan kerja sama yang
solid antar kelompok menentukan berhasil dan tidaknya pembelajaran tersebut karena satu sama
lain akan memberikan informasi yang telah di dapat dari kelompok lain.
Langkah Pertama:
Guru merencanakan pembelajaran yang akan menghubungkan beberapa konsep dalam satu
rentang waktu secara bersamaan. Misalnya, pada mata pelajaran IPA di SMP, siswa akan
memperlajari energi dalam kehidupan. Konsep yang akan siswa pelajari: (1) bentuk energi, (2) sumber
energi, dan (3) transformasi energi. Tentu saja perlu menyiapkan RPP dengan menerapkan metode
Jigsaw.
Langkah Kedua:
Siapkan handout materi pelajaran untuk masing-masing konsep sehingga guru memiliki tiga jelas
handouts tentang (1) bentuk energi, (2) sumber energi, dan (3) transformasi energi.
Langkah Ketiga:
Guru menyiapkan kuis sebanyak tiga jenis sesuai materi yang akan siswa pelajari.
Langkah Keempat:
Bagilah kelas dalam tiga kelompok. Guru menyampaikan pengantar diskusi kelompok dengan
menjelaskan secara sangat singkat (1) topik yang akan dipelajari masing-masing kelompok, (2) tujuan dan
indikator belajar yang diharapkan (3) bentuk tagihan tiap kelompok (4) prosedur kegiatan (5) sumber
belajar yang dapat siswa gunakan. Diskusi dimulai, siswa aktif mempelajari materi, guru menjadi pemantau
dan fasilitator.
Masing-masing kelompok bersiap untuk mempelajari tiga konsep yang telah ditentukan. Tiap kelompok
terbagi dalam sub kelompok masing-masing mempelajari satu hand out. Pada saat diskusi setiap sub
kelompok mendalami satu konsep dan sub kelompok lain berhak bertanya kepada sub kelompok lain untuk
memahaminya.
Kelompok ini dalam bahasa Inggris disebut home groups, istilah itu dapat diterjemahkan secara bebas
dengan menggunakan istilah kelompok belajar (KB)
Pada bagian akhir sesi ini setiap kelompok mendalami satu konsep agar dapat menyampaikan materi
kepada sub kelompok lain. Setelah memenuhi target waktu dan berdasarkan pemantauan guru siswa telah
cukup memahami materi maka diskusi ditutup sementara.
Langkah Kelima:
Setiap sub kelompok mendalami materi pada hand out yang menjadi pegangannya. Mendalami
fakta, konsep dan prosedur penerapan konsep agar ilmu yang mereka pelajari dapat mereka sampaikan
kembali kepada teman-temannya. Pada fase ini tidak ada interaksi antar sub kelompok. Kegiatan refleksi
ini merupakan proses peningkatan penguasaan materi untuk menghadapi babak diskusi tim ahli.
Langkah Keenam:
Setiap subkelompok yang ahli mengenai konsep ke-1 bergabung dengan ahli konsep ke-1
dari kelompok lain. Begitu juga dengan subkelompok ke-2 dan ke-3 sehingga membentuk struktur
kelompok ahli.
Pada langkah ini siswa kembali berdiskusi. Tiap kelompok membahas satu hand out materi
yang menjadi bidang keahliannya. Di sini terdapat masa kritis yang perlu guru pantau pada tiap kelompok,
memastikan bahwa konsep yang siswa kembangkan sesuai dengan yang seharusnya atau tidak
mengandung kekeliruan.
Langkah Ketujuh:
Selesai mendalami materi melalui diskusi kelompok ahli, siswa kembali ke kelompok awal atau
kelompok belajar. Hasil dari diskusi pada kelompok ahli dibahas kembali dalam kelompok awal. Pada
tahap akhir kegiatan belajar setiap sub kelompok menyampaikan hasil diskusi pada kelompok ahli. Dengan
cara ini seluruh siswa mengulang telaah seluruh materi yang harus dikuasainya. Setiap anggota kelompok
memiliki catatan hasil diskusi pada tahap satu, tahap dua diskusi tim ahli dan kembali ke kelompok semula.
Langkah kedelapan:
Guru mengukur hasil belajar siswa dengan tes atau kuis. Guru dapat menilai tingkat ketuntasan belajar
dengan cara membandingkan hasil yang siswa capai dengan target yang ditetapkan dalam RPP.
E. Kelebihan dan Kelemahan
Pembelajaran model Jigsaw memiliki beberapa kelebihan dan juga kekurangan. Kelebihan
model pembelajaran Jigsaw antara lain :
1. Mendorong siswa untuk lebih aktif di kelas, kreatif dalam berfikir serta bertanggungjawab
terhadap proses belajar yang dilakukannya.
2. Mendorong siswa untuk berfikir kritis dan dinamis.
3. Memberi kesempatan setiap siswa untuk menerapkan dan mengembangkan ide yang
dimiliki untuk menjelaskan materi yang dipelajari kepada siswa lain dalam kelompok
belajar yang telah dibentuk oleh guru.
4. Diskusi tidak didominasi oleh siswa tertentu saja, tetapi semua siswa dituntut untuk
menjadi aktif dalam diskusi tersebut.
Kelemahan model pembelajaran Jigsaw :
1. Bagi guru metode ini memerlukan kemampuan lebih karena setiap kelompok
membutuhkan penanganan yang berbeda.
2. Keadaan kondisi kelas yang ramai, sehingga membuat siswa binggung dan pembelajran
kooperatif tipe jigsaw merupakan pembelajaran baru;
3. Jika guru tidak meningkatkan agar siswa selalu menggunakan keterampilan-keterampilan
kooperatif dalam kelompok masing-masing maka dikhawatirkan kelompok akan macet
4. Siswa yang malas dimungkinkan menggantungkan pada siswa yang pandai
5. Jika jumlah anggota kelompok kurang akan menimbulkan masalah, misal jika ada anggota
yang hanya membonceng dalam menyelesaikan tugas-tugas dan pasif dalam diskusi
6. Membutuhkan waktu yang lebih lama apalagi bila ada penataan ruang belum terkondisi
dengan baik, sehingga perlu waktu merubah posisi yang dapat juga menimbulkan gaduh
serta butuh waktu dan persiapan yang matang sebelum model pembelajaran ini bisa
berjalan dengan baik.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pembelajaran kooperatif model Jigsaw merupakan model belajar kooperatif dengan cara
siswa belajar dalam kelompok kecil yang anggotanyaterdiridari 4 atau 6 orang secara heterogen.
Siswa bekerja sama saling ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri.Model
pembelajaran jigsaw, siswa memiliki banyak kesempatan untuk menyumbangkan pendapat, ide,
informasi, pengalaman, sikap, dan keterampilan berkomunikasi yang dimiliki. Anggota kelompok
bertanggung jawab atas keberhasilan kelompoknya dan ketuntasan bagian materi yang dipelajari,
kemudian menyampaikan kepada kelompoknya
B. SARAN
Semoga dengan adanya makalah ini kita sebagai calon guru dapat mengetahui secara
mendalam tentang pengertian pembelajaran Jigsaw, manfaat dan tujuan pembelajaran Jigsaw,
prinsip-prinsip pembelajaran Jigsaw, tahap-tahap pembelajaran Jigsaw, dan kelebihan & kekurangan
pembelajaran Jigsaw.
.
C.
DAFTAR PUSTAKA
1. Model jigsaw.pdf
2. http://mastugino.blogspot.com/2013/06/pembelajaran-model-jigsaw.html
3. http://www.majalahpendidikan.com/2011/04/pelaksanaan-pembelajaran-kooperatif.html
4. http://rahman-destia.blogspot.com/2012/06/metode-pembelajaran-jigsaw.html
5. http://ebookbrowse.com/langkah-langkah-model-pembelajaran-kooperatif-tipe-jigsaw-
pada-mata-pelajaran-matematikasd-pdf-d343641184
6. http://carapedia.com/model_pembelajaran_jigsaw_info587.html
7. http://belajarpsikologi.com/tag/model-pembelajaran-jigsaw/
8. http://id.scribd.com/doc/24529374/27/Tabel-2-2-Langkah-langkah-Model-Cooperative-
Tipe-Jigsaw
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan
bangsa suatu Negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru sebagai
pendidik dan siswa sebagai peserta didik, diwujudkan dengan adanya interaksi belajar mengajar atau
proses pembelajaran. Dalam konteks perencanaan ini guru dengan sadar merencanakan kegiatan
pengajarannya secara sistematis.
Proses pembelajaran yang dilakukan oleh banyak oleh tenaga pendidik saat ini cenderung
pada pencapaian target materi kurikulum, lebih mementingkan pada penghafalan konsep bukan pada
pemahaman. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan pembelajaran dalam kelas yang selalu didominasi
oleh guru, dengan demikian suasana pembelajaran menjadi tidak kondusif sehingga siswa menjadi
pasif.
Model pembelajaran di kelas yang semula hanya konvensional secara monoton dan guru
sebagai pusat pembelajaran. Hal ini sudah tidak sesuai dengan perubahan paradigma pendidikan yang
semula teacher centre berubah menjadi student centre. Perubahan ini tidak hanya membawa dampak
terhadap metode, aktivitas, dan sikap ilmiah belajar siswa, akan tetapi juga terhadap cara penilaian
yang berpusat pada peserta didik.
Upaya untuk meningkatkan prestasi siswa guru harus lebih kreatif dan membuat
pembelajaran dengan lebih menarik dan disukai oleh peserta didik. Pembelajaran kooperatif terutama
teknik Jigsaw dianggap cocok diterapkan dalam pendididkan di Indonesia karena sesuai dengan
budaya bangsa Indonesia yang menjunjung tinggi nilai gotong-royong.
Pembelajaran dengan menggunakan model Jigsaw materi yang dipelajari biasanya berbentuk
narasi tertulis dan tujuan pembelajarannya lebih diutamakan untuk penguasaan konsep daripada
penguasaan kemampuan. Pengajaran materi Jigsaw biasanya berupa sebuah bab, narasi atau diskripsi
yang sesuai. Para siswa bekerja dalam sebuah tim yang heterogen, diberikan tugas membaca,
memahami, mendiskusikan dan menyampaikan materi kepada rekan yang lain.
B. Rumusan Masalah
PEMBAHASAN
Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang mengutamakan kerja sama untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk
pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara
kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompok yang bersifat
heterogen.
Pada hakikatnya, pembelajaran kooperatif sama dengan kerja kelompok. Oleh karena itu,
banyak guru yang menyatakan tidak ada sesuatu yang aneh dala cooperative learing, karena mereka
telah biasa melakukan pembelajaran cooperative learning dalam bentuk belajar kelompok, walaupun
tidak semua belajar kelompok disebut cooperative learning .
Dalam pembelajaran ini akan tercipta sebuah interaksi yang lebih luas, yaitu interaksi dan
komunikasi yang dilakukan antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, dan siswa dengan guru
(multi way traffic communication). Dalam model ini, siswa memiliki dua tanggung jawab, yaitu
mereka belajar untuk dirinya sendiri dan membantu sesama anggota kelompok untuk belajar. Siswa
belajar bersama dalam sebuah kelompok kecil dan mereka dapat melakukannya seorang diri.
Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur
dasar pembelajaran kooperatif yang membedakan dengan pembelajaran kelompok yang dilakuan asal-
asalan. Pelaksanaan prinsip dasar pokok sistem pembelajaran kooperatif dengan benar akan
memungkinkan guru mengelola kelas dengan lebih efektif. Dalam pembelajaran kooperatif proses
pembelajaran tidak harus belajar dari guru kepada siswa. Siswa dapat saling belajar dengan sesama
siswa lainnya. Pembelajaran oleh rekan sebaya lebih efektif daripada pembelajaran oleh guru.
Ditinjau dari sisi etimologi, jigsaw berasal dari bahasa inggris yang berarti “gergaji ukir”. Ada
juga yang menyebutnya dengan istilah fuzzle yaitu sebuah teka-teki yang menyusun potongan gambar.
Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini juga mengambil pola cara bekerja sebuah gergaji (jigsaw)
yaitu siswa melakukan kegiatan belajar dengan cara bekerja sama dengan siswa lain untuk mencapai
tujuan bersama.
Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah sebuah model belajar kooperatif yang menitik beratkan
pada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil. Seperti yang diungkapkan Lie (1993:73)
bahwa pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini merupakan model belajar kooperatif dengan cara
siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri atas 4-6 orang secara heterogen dan siswa bekerja
sama saling ketergantungan positif, serta bertanggung jawab secara mandiri. Materi pelajaran
diberikan pada siswa dalam bentuk teks. Setiap anggota bertanggung jawab untuk mempelajari bagian
tertentu dari bahan yang diberikan. Anggota dari kelompok yang lain mendapat tugas topik yang
sama, yakni berkumpul dan berdiskusi tentang topik tersebut. Kelompok ini disebut kelompok ahli
(Ibrahim, dkk.2000:52).
Menurut Stepen, Sikes dan Snapp (1978) yang dikutip Rusman (2008), mengemukakan
langkah-langkah cooperative tipe jigsaw sebagai berikut:
1. Siswa dikelompokkan sebanyak 1 sampai 5 orang siswa.
2. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda.
3. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan.
4. Anggota dari tim yang berbeda telah mempelajari sub bagian yang sama bertemu dalam kelompok
baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka.
5. Setelah selesai diskusi, sebagai tim ahli tiap anggota kembali kepada kelompok asli dan bergantian
mengajar teman satu timnya tentang sub bab yang mereka kuasai, dan tiap anggota lainnya
mendengarkan dengan seksama.
6. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi
7. Guru memberi evaluasi
8. Penutup
Adapun kegiatan yang dilakukan sebagai berikut:
1. Melakukan kegiatan membaca untuk menggali informasi. Siswa memperoleh topik-topik
permasalahan untuk dibaca, sehingga mendapatkan infornmasi untuk poermasalahan tersebut.
2. Diskusi kelompok ahli. Siswa yang telah mendapatkan topik permasalahan yang sama bertemu dalam
satu kelompok, atau disebut dengan kelompok ahli untuk membicarakan topik permasalahn tersebut.
3. Laporan kelompok. Kelompok ahli kembali ke kelompok asal dan menjelaskan hasil yang didapatkan
dari diskusi tim ahli.
4. Kuis dilakukan mencakup semua topik permasalahan yang dibicarakan tadi.
5. Perhitungan skor kelompok dan menentukan penghargaan kelompok.
PENUTUP
Kesimpulan
Pembeljaran kooperatif model jigsaw ini merupakan model belajar kooperatif dengan cara
siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri atas 4-6 orang secara heterogen, dan siswa bekerja
sama saling ketergantungan positif, dan bertanggung jawab secara mandiri.
Tipe Jigsaw adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif di mana pembelajaran melalui
penggunaan kelompok kecil siswa yang bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk
mencapai tujuan pembelajaran dan mendapatkan pengalaman belajar yang maksimal, baik
pengalaman individu maupun pengalaman kelompok. Pada pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini
setiap siswa menjadi anggota dari 2 kelompok, yaitu anggota kelompok asal dan anggota kelompok
ahli. Anggota kelompok asal terdiri dari 3-5 siswa yang setiap anggotanya diberi nomor kepala 1-5.
Nomor kepala yang sama pada kelompok asal berkumpul pada suatu kelompok yang disebut
kelompok ahli.
menyatakan bahwa “Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw ialah kegiatan belajar secara kelompok
kecil, siswa belajar dan bekerja sama sampai kepada pengalaman belajar yang maksimal, baik
Pada pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw siswa dibagi menjadi dua anggota kelompok
yaitu kelompok asal dan kelompok ahli, yang dapat diuraikan sebagai berikut:
Siswa dibagi atas beberapa kelompok yang terdiri dari 3-5 anggota. Setiap anggota diberi
nomor kepala, kelompok harus heterogen terutama di kemampuan akademik.
b. Kelompok Ahli
Kelompok ahli anggotanya adalah nomor kepala yang sama pada kelompok asal, dengan
diagram sebagai berikut:
Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini berbeda dengan kelompok kooperatif lainnya,
karena setiap siswa bekerja sama pada dua kelompok secara bergantian, dengan langkah-langkah
pembelajaran sebagai berikut:
a. Siswa dibagi dalam kelompok kecil yang disebut kelompok inti, beranggotakan 4 orang. Setiap siswa
diberi nomor kepala misalnya A, B, C, D.
b. Membagi wacana / tugas sesuai dengan materi yang diajarkan. Masing-masing siswa dalam kelompok
asal mendapat wacana / tugas yang berbeda, nomor kepala yang sama mendapat tugas yang sama
pada masing-masing kelompok.
c. Kumpulkan masing-masing siswa yang memiliki wacana/ tugas yang sama dalam satu kelompok
sehingga jumlah kelompok ahli sama dengan jumlah wacana atau tugas yang telah dipersiapkan oleh
guru.
d. Dalam kelompok ahli ini tugaskan agar siswa belajar bersama untuk menjadi ahli sesuai dengan wacana
/ tugas yang menjadi tanggung jawabnya.
e. Tugaskan bagi semua anggota kelompok ahli untuk memahami dan dapat menyampaikan informasi
tentang hasil dari wacana / tugas yang telah dipahami kepada kelompok kooperatif (kelompok inti).
Poin a dan b dilakukan dalam waktu 30 menit.
f. Apabila tugas telah selesai dikerjakan dalam kelompok ahli masing-masing siswa kembali ke kelompok
kooperatif asal.
g. Beri kesempatan secara bergiliran masing-masing siswa untuk menyampaikan hasil dari tugas di
kelompok asli. Poin c dan d dilakukan dalam waktu 20 menit.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Depdiknas, 2005, Pendidikan Kewarganegaraan, Kurikulum dan Silabus Pendidikan Kewarganegaraan, Jakarta :
Depdiknas
Depdiknas, 2005, Pendidikan Kewarganegaraan, Strategi dan Metode Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan,
Jakarta : Depdiknas
Johnson DW & Johnson, R, T (1991) Learning Together and Alone. Allin and Bacon : Massa Chussetts
Sardiman, A.M, 2003, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Wina Senjaya, 2006, Strategi Pembelajaran Berorientasi Proses Standar Proses Pendidikan, Jakarta : Kencana Prima
Strategi jigsaw adalah startegi pembelajaran kooperatif yang telah tercatat selama lebih dari
tiga puluh tahun berhasil mengurangi konflik rasial dan meningkatkan hasil pendidikan
secara positif di Amerika. Pada strategi ini, setiap siswa memegang peran penting untuk
penyelesaian tugas dan pemahaman pembelajaran. Oleh karena semua siswa memiliki
peran penting inilah yang membuat strategi model pembelajaran kooperatif ini menjadi
sangat efektif.
Untuk meningkatkan keakuratan setiap laporan anggota kelompok, para siswa yang
melakukan penelitiannya masing-masing tidak segera bawa kembali ke kelompok jigsaw
mereka. Sebaliknya, mereka harus terlebih dahulu bertemu dengan siswa dari kelompok lain
yang memiliki tugas yang sama (satu dari masing-masing kelompok jigsaw). Misalnya, siswa
ditugaskan untuk topik bom atom maka mereka akan bertemu sebagai tim spesialis bom
atom. Mereka mengumpulkan informasi, menjadi ahli pada topik mereka, dan melatih
presentasi mereka di kelompok ahli. Langkah ini sangat bermanfaat bagi siswa-siswa yang
mungkin memiliki kesulitan belajar atau mengorganisir tugas mereka, sehingga mereka
dapat mendengar dan berlatih dengan lainnya "ahli." Setelah presenter berlatih di kelompok
ahli, maka kelompok jigsaw berkumpul kembali dalam konfigurasi awal mereka yang
heterogen. Ahli bom atom di dalam setiap kelompok memberikan presentasi kepada
anggota kelompok lainnya tentang pengembangan bom atom. Setiap siswa dalam setiap
kelompok berbagi tentang spesialisasinyamasing-masing. Siswa kemudian diuji tentang apa
yang telah mereka pelajari dari anggota kelompoknya tentang Perang Dunia II.
Situasi yang dibuat terstruktur secara khusus, sedemikian rupa seperti di atas membuat
satu-satunya akses setiap anggota terhadap seluruh informasi adalah harus mendengarkan
dengan cermat laporan setiap orang di dalam kelompoknya. Dengan demikian, Semua
orang saling membutuhkan dan saling merasa bertanggung jawab untuk kesuksesan dirinya
dan teman sekelompoknya.
Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw mempunyai beberapa kelebihan antara lain : (1)
memudahkan siswa untuk belajar; (2) mudah digunakan; (3) dapat diimplementasikan
bersama strategi pengajaran lainnya; (4) merupakan strategi pembelajaran kooperatif yang
sangat efektif, bahkan jika hanya digunakan satu jam pelajaran per hari.
Kesimpulan
Beberapa guru mungkin merasa bahwa mereka telah mencoba pendekatan pembelajaran
kooperatif karena mereka kadang-kadang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok
kecil, memerintahkan mereka untuk bekerja sama. Namun pembelajaran kooperatif
membutuhkan lebih dari anak-anak yang sedang duduk mengelilingi sebuah meja dan
mengatakan kepada mereka untuk berbagi, bekerja sama, dan bersikap baik satu sama lain.
Situasi yang loggar dan tidak terstruktur dalam pembelajaran berkelompok bukanlah
pembelajaran koperatif. Sebuah pembelajaran kooperatif memerlukan unsur-unsur penting
yang dapat menjamin strategi seperti jigsaw dan lainnya pada model pembelajaran
kooperatif dapat terstruktur dan berfungsi dengan baik.
Referensi:
www.jigsaw.org
http://www.readwritethink.org/professional-development/strategy-guides/using-jigsaw-
cooperative-learning-30599.html
Advertisement
Siswa dihimpun dalam satu kelompok yang terdiri dari 4-6 orang.
Masing-masing kelompok diberi tugas untuk dikerjakan.
Para siswa dari masing-masing kelompok yang memiliki tugas yang
sama berkumpul membentuk kelompok anggota yang baru, untuk
mengerjakan tugas mereka, para siswa tersebut menjadi anggota
dengan bidang-bidang mereka yang telah ditentukan.
Masing-masing perwakilan tersebut dapat menguasain materi yang
ditugaskan, kemudian masing-masing perwakilan tersebut kembali
kekelompok masing-masing atau kelompok asalnya.
Siswa diberi tes, hal tersebut untuk mengetahui apakah siswa sudah
dapat memahami suatu materi.
Demikianlah uraian mengenai langkah-langkah model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw. Semoga dapat dimengerti dan dapat
bermanfaat.
MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE
LEARNING TIPE JIGSAW
BAB I PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan
bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru
sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik, diwujudkan dengan adanya interaksi
belajar mengajar atau proses pembelajaran. Dalam konteks penyelenggaraan ini, guru
dengan sadar merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis dan berpedoman
pada seperangkatn aturan dan rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk
kurikulum.
Proses pembelajaran yang dilakukan oleh banyak tenaga pendidik saat ini cenderung pada
pencapaian target materi kurikulum, lebih mementingkan pada penghafalan konsep bukan
pada pemahaman. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan pembelajaran di dalam kelas yang
selalu didominasi oleh guru. Dalam penyampaian materi, biasanya guru menggunakan
metode ceramah, dimana siswa hanya duduk, mencatat, dan mendengarkan apa yang
disampaikannya dan sedikit peluang bagi siswa untuk bertanya. Dengan demikian, suasana
pembelajaran menjadi tidak kondusif sehingga siswa menjadi pasif.
Upaya peningkatan prestasi belajar siswa
tidak terlepas dari berbagai faktor yang mempengaruhinya. Dalam hal ini, diperlukan guru
kreatif yang dapat membuat pembelajaran menjadi lebih menarik dan disukai oleh peserta
didik. Suasana kelas perlu direncanakan dan dibangun sedemikian rupa dengan
menggunakan model pembelajaran yang tepat agar siswa dapat memperoleh kesempatan
untuk berinteraksi satu sama lain sehingga pada gilirannya dapat diperoleh prestasi belajar
yang optimal.
Proses pembelajaran dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut adanya
partisipasi aktif dari seluruh siswa. Jadi, kegiatan belajar berpusat pada siswa, guru sebagai
motivator dan fasilitator di dalamnya agar suasana kelas lebih hidup.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk menyusun makalah dengan judul
“Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Teknik Jigsaw dalam
Pembelajaran”.
Model pembelajaran Cooperative Learning merupakan salah satu model pembelajaran yang
mendukung pembelajaran kontekstual. Sistem pengajaran Cooperative Learning dapat
didefinisikan sebagai sistem kerja/ belajar kelompok yang terstruktur. Yang termasuk di
dalam struktur ini adalah lima unsur pokok (Johnson & Johnson, 1993), yaitu saling
ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja
sama, dan proses kelompok.
Falsafah yang mendasari pembelajaran Cooperative Learning (pembelajaran gotong
royong) dalam pendidikan adalah “homo homini socius” yang menekankan bahwa manusia
adalah makhluk sosial.
Cooperative Learning adalah suatu strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap
atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur
kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih.
Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham
konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa
sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam
menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja
sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran
kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum
menguasai bahan pelajaran.
Menurut Anita Lie dalam bukunya “Cooperative Learning”, bahwa model pembelajaran
Cooperative Learning tidak sama dengan sekadar belajar kelompok, tetapi ada unsur-unsur
dasar yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan.
Roger dan David Johnson mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap
Cooperative Learning, untuk itu harus diterapkan lima unsur model pembelajaran gotong
royong yaitu :
Keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap anggotanya. Untuk
menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa
sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain
dapat mencapai tujuan mereka.
Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran Cooperative
Learning, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik.
Pengajar yang efektif dalam model pembelajaran Cooperative Learning membuat persiapan
dan menyusun tugas sedemikian rupa sehingga masing-masing anggota kelompok harus
melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok bisa
dilaksanakan.
3. Tatap muka.
Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses
kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan
lebih efektif.
FASE 1Menyampaikan tujuan dan Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin
memotivasi siswa dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi
siswa belajar
Dalam belajar kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki
prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat
bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. Para
pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model struktur penghargaan kooperatif
telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang
berhubungan dengan hasil belajar. Di samping mengubah norma yang berhubungan
dengan hasil belajar, pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada siswa
kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas
akademik.
Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas dari orang-orang
yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan
ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari berbagai
latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas
akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu
sama lain.
Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan teman-teman
di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman di Universitas
John Hopkins (Arends, 2001).
Teknik mengajar Jigsaw dikembangkan oleh Aronson et. al. sebagai metode Cooperative
Learning. Teknik ini dapat digunakan dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan,
ataupun berbicara.
Dalam teknik ini, guru memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman siswa dan
membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna.
Selain itu, siswa bekerja sama dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan
mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan
berkomunikasi.
Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri
dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan
bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam
kelompoknya (Arends, 1997).
Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya
sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang
diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada
anggota kelompoknya yang lain. Dengan demikian, “siswa saling tergantung satu dengan
yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang
ditugaskan” (Lie, A., 1994).
Para anggota dari tim-tim yang berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk diskusi (tim
ahli) saling membantu satu sama lain tentang topic pembelajaran yang ditugaskan kepada
mereka. Kemudian siswa-siswa itu kembali pada tim / kelompok asal untuk menjelaskan
kepada anggota kelompok yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari sebelumnya
pada pertemuan tim ahli.
Pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, terdapat kelompok asal dan kelompok
ahli. Kelompok asal yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan siswa dengan
kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang beragam. Kelompok asal merupakan
gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota
kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik
tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk
kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.
• Guru membagi suatu kelas menjadi beberapa kelompok, dengan setiap kelompok terdiri
dari 4 – 6 siswa dengan kemampuan yang berbeda. Kelompok ini disebut kelompok asal.
Jumlah anggota dalam kelompok asal menyesuaikan dengan jumlah bagian materi
pelajaran yang akan dipelajari siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
Dalam tipe Jigsaw ini, setiap siswa diberi tugas mempelajari salah satu bagian materi
pembelajaran tersebut. Semua siswa dengan materi pembelajaran yang sama belajar
bersama dalam kelompok yang disebut kelompok ahli (Counterpart Group/CG). Dalam
kelompok ahli, siswa mendiskusikan bagian materi pembelajaran yang sama, serta
menyusun rencana bagaimana menyampaikan kepada temannya jika kembali ke kelompok
asal. Kelompok asal ini oleh Aronson disebut kelompok Jigsaw (gigi gergaji). Misal suatu
kelas dengan jumlah 40 siswa dan materi pembelajaran yang akan dicapai sesuai dengan
tujuan pembelajarannya terdiri dari 5 bagian materi pembelajaran, maka dari 40 siswa akan
terdapat 5 kelompok ahli yang beranggotakan 8 siswa dan 8 kelompok asal yang terdiri dari
5 siswa. Setiap anggota kelompok ahli akan kembali ke kelompok asal memberikan
informasi yang telah diperoleh atau dipelajari dalam kelompok ahli. Guru memfasilitasi
diskusi kelompok baik yang ada pada kelompok ahli maupun kelompok asal.
• Setelah siswa berdiskusi dalam kelompok ahli maupun kelompok asal, selanjutnya
dilakukan presentasi masing-masing kelompok atau dilakukan pengundian salah satu
kelompok untuk menyajikan hasil diskusi kelompok yang telah dilakukan agar guru dapat
menyamakan persepsi pada materi pembelajaran yang telah didiskusikan.
• Materi sebaiknya secara alami dapat dibagi menjadi beberapa bagian materi
pembelajaran.
• Perlu diperhatikan bahwa jika menggunakan Jigsaw untuk belajar materi baru maka perlu
dipersiapkan suatu tuntunan dan isi materi yang runtut serta cukup sehingga tujuan
pembelajaran dapat tercapai.
2. Jumlah siswa yang terlalu banyak yang mengakibatkan perhatian guru terhadap proses
pembelajaran relatif kecil sehingga yang hanya segelintir orang yang menguasai arena
kelas, yang lain hanya sebagai penonton.
5. Terbatasnya pengetahuan siswa akan sistem teknologi dan informasi yang dapat
mendukung proses pembelajaran.
Agar pelaksanaan pembelajaran Cooperative Learning dapat berjalan dengan baik, maka
upaya yang harus dilakukan adalah sebagai berikut :
2. Pembagian jumlah siswa yang merata, dalam artian tiap kelas merupakan kelas
heterogen.
3. Diadakan sosialisasi dari pihak terkait tentang teknik pembelajaran Cooperative Learning.
5. Mensosialisasikan kepada siswa akan pentingnya sistem teknologi dan informasi yang
dapat mendukung proses pembelajaran.
A. Kesimpulan
Pembelajaran di sekolah yang melibatkan siswa dengan guru akan melahirkan nilai yang
akan terbawa dan tercermin terus dalam kehidupan di masyarakat. Pembelajaran yang
melibatkan siswa secara aktif dalam kelompok secara bergotong royong (kooperatif) akan
menimbulkan suasana belajar partisipatif dan menjadi lebih hidup. Teknik pembelajaran
Cooperative Learning dapat mendorong timbulnya gagasan yang lebih bermutu dan dapat
meningkatkan kreativitas siswa.
Sampai saat ini pembelajaran Cooperative Learning terutama teknik Jigsaw belum banyak
diterapkan dalam pendidikan walaupun orang Indonesia sangat membanggakan sifat gotong
royong dalam kehidupan bermasyarakat.
B. Saran
Sudah saatnya para pengajar mengevaluasi cara mengajarnya dan menyadari dampaknya
terhadap anak didik. Untuk menghasilkan manusia yang bisa berdamai dan bekerja sama
dengan sesamanya dalam pembelajaran di sekolah, model pembelajaran Cooperative
Learning perlu lebih sering digunakan karena suasana positif yang timbul akan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mencintai pelajaran dan sekolah / guru. Selain itu, siswa
akan merasa lebih terdorong untuk belajar dan berpikir.
DAFTAR PUSTAKA
Daeng Sudirwo. 2002. Kurikulum dan Pembelajaran Dalam Rangka Otonomi Daerah.
Bandung : Andira.
Muhibbin Syah. 1995. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung : Rosda.
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. 1995. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka
Cipta.
http://nurmanspd.wordpress.com