Anda di halaman 1dari 16

TEORI BELAJAR NEO BEHAVIORISTIK

Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah Psikologi
Belajar Orang Dewasa yang diampu oleh Dr. Achmad Rifai RC M.Pd dan Bapak
Mu'arifuddin S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh:

1. Ilham Nugroho (1201418001)


2. Febri Kirana Sari (1201418006)
3. Vea Devianti (1201418028)
4. Jauharotun Nafisah (1201418039)

JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karuniaNya sehingga kami
dapat menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya. Makalah yang berjudul “Teori Belajar
Neo Behavioristik” disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Belajar
Orang Dewasa yang diampu oleh Dr. Achmad Rifai RC M.Pd dan Mu'arifuddin S.Pd., M.Pd.

Makalah ini berisi pandangan tentang belajar pada teori neo behavioristik. Semoga
dengan adanya makalah ini dapat menjadikan masyarakat dan pembaca sadar bahwa teori
belajar neo behavioristik merupakan salah satu bagian penting dari psikologi belajar orang
dewasa.

Makalah ini dapat diselesaikan dengan bantuan dari berbagai pihak. Kami menyadari
bahwa masih banyak kesalahan dalam penyusunan makalah ini, baik dari segi EYD, kosa
kata, tata bahasa, etika maupun isi. Oleh karenanya kami sangat mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari pembaca sekalian untuk kami jadikan sebagai bahan evaluasi.

Demikian, semoga makalah ini dapat menyadarkan masyarakat demi kemajuan bangsa ini.

Semarang, Oktober 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................................................

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. i

DAFTAR ISI............................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................................... 1

1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 3

2.1 Pandangan Belajar ..................................................................................................... 3

2.2 Prinsip Belajar ............................................................................................................ 4

2.3 Kondisi Belajar ........................................................................................................... 5

2.4 Kategori Belajar ......................................................................................................... 5

2.5 Jenis dan Kondisi Belajar ........................................................................................... 9

BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 12

3.1 Kesimpulan............................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Belajar merupakan proses perubahan perilaku. Perubahan perilaku yang dimaksud


dapat berwujud perilaku yang tampak (over behavior) dan perilaku tidak tampak (innert
behavior). Neo behavioristik muncuk sebagai teori pengganti yang dicetuskan oleh ahli
psikologi pendidikan yaitu bernama Watson dan Skinner. Dan teori pembelajaran yang
telah dicetuskan adalah teori behaviorisme, teori ini lebih cenderung pada proses belajar
yang didasarkan pada tingkah laku seorang siswa.

Sedangkan teori yang telah ditawarkan oleh Robert Gagne yang baru ini (revisi atau
penguat dari teori sebelumnya), lebih membidik pada hasil dari tingkah laku seorang
siswa setelah melakukan proses belajar yang tentunya melalui S-R (Stimulus dan
Respon)nya siswa tersebut dalam menghasilkan output yang diharapkan mampu
mencapai perkembangan setelah melewati proses tersebut.

Oleh karena itu dalam kegiatan mengajar tentu saja tidak dapat dilakukan
sembarangan orang, pendidik orang dewasa harus menggunakan teori dan prinsip-prinsip
belajar agar bisa bertindak secara tepat, antara lain keterdekatan (contiguity),
pengulangan (repetition) dan penguatan (reinforcement) . Dalam makalah ini akan
dibahas teori neo behaviorisme, prinsip-prinsip dan kondisi belajarnya kemudian
kategori belajar serta jenis belajar dan kondisinya.

1.2 Rumusan Masalah


2.1 Bagaimana pandangan tentang belajar menurut teori neo behavioristik ?
2.2 Apa saja prinsip - prinsip belajar dalam teori neo behavioristik?
2.3 Bagaimana kondisi belajar pada teori belajar neo behavioristik?
2.4 Apa saja kategori belajar yang terdapat dalam teori belajar neo behavioristik?
2.5 Apa jenis dan kondisi belajar dalam teori belajar neo behavioristik?

1.3. Tujuan

2.1 Untuk mengetahui pandangan tentang belajar menurut teori neo behavioristik.
2.2 Untuk mengetahui prinsip-prinsip belajar dalam teori neo behavioristik.
2.3 Untuk mengetahui kondisi belajar neo behavioristik.

1
2.4 Untuk mengetahui kategori-kategori belajar dalam teori neo behavioristik.
2.5 Untuk mengetahui jenis dan kondisi belajar pada teori belajar neo behavioristik.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pandangan Tentang Belajar
Menurut (Gagne, 1975), belajar merupakan sesuatu yang terjadi dalam otak
seseorang. Terdapat dua komponen belajar menurut (Gagne, 1975) yaitu S-R. S adalah
situasi atau peristiwa yang memberi stimulus. R adalah respon atas stimulus itu, dan
garis diantaranya merupakan penghubung stimulus dan respon yang terjadi dalam
transformasi perangsang yang diterima melalui alat indera. Stimulus merupakan input
yang berada di luar individu dan respon merupakan output yang juga berada di luar
individu yang dapat diamati sebagai hasil belajar (Diezda, 2013).
Gagne secara konsisten mengakui pentingnya memperhatikan kondisi internal dan
eksternal oranng dewasa dalam melaksanakan kegiatan belajar. Karakteristik mecolok
yang membedakan Gagne dar teorisi belajar lainnya adalah : (1) menyampaikan variasi
kategori belajar (secara variatif disebut kategori belajar, hasil belajar, atau yang sekarang
disebut kemahiran intelektual) ; dan (2) mengakui pentingnya memperhatikan fungsi
proses mental internal yang mengatur belajar seseorang (Rifa'i, 2016).
Pada 1977 Gagne menyebutkan bahwa belajar merupakan perubahan kecakapan atau
disposisi orag dewasa belajar yang berlangsung dalam periode waktu tertentu, dan yang
tidak dapat dianggap berasal dari proses pertumbuhan. Pernyataan tersebut didasari oleh
beberapa unsur menurut buku (Rifa'i, 2016) yakni :
1. Perubahan yang diakibatkan oleh belajar adalah berupa perubahan perilaku
2. Perubahan perilaku yang dapat diketahui dengan cara membandingkan perilaku
yang dimiliki oleh orang dewasa sebelum dan setelah berada dalam situasi
belajar
3. Perubahan perilaku dapat berupa peningkatan kecakapan kinera tertentu, ataupun
perubahan disposisi yang disebut sikap, minat, dan nilai
4. Perubahan perilaku yang diperoleh harus dapat bertahan dalam waktu lama
5. Perubahan perilaku harus dapat dibedakan dengan perubahan yang diakibatkan
oleh pertumbuhan, seperti perubahan tinggi atau berat badan, atau perkembangan
otot karena akibat dari kegiatan olahraga.

3
2.2 Prinsip-Prinsip Belajar
Beberapa prinsip belajar lama yang berasal dari teori penelitian tentang belajar masih
relevan dengan beberapa prinsip lain yang dikembangkan oleh Gagne. Prinsip tersebut
adalah : keterdekatan (contiguity) yang menyatakan bahwa situasi stimulus yang hendak
direspons oleh orang dewasa belajar harus disampaikan sedekat mungkin waktunya
dengan respons yang diinginkan ; pengulangan (repetition) menyatakan bahwa situasi
stimulus dan responsnya perlu diulang-ulang, atau dipraktikan, agar belajar dapat
diperbaikidan meningkatkan retensi belajar ; penguatan (reinforcement) menyatakan
bahwa belajar sesuatu yang baru akan diperkuat apabila belajar yang lalu diikuti oleh
perolehan hasil yang menyenangkan, atau dengan kata lain orang dewasa dalam belajar
akan lebih kuat motivasinya untuk mempelajari sesuatu yang baru apabila hasil belajar
yang telah dicapai memperoleh penguatan (Rifa'i, 2016). Prinsip di atas adalah prinsip
yang menurut Gagne mempengaruhi belajar orang dewasa dari kondisi eksternal.
Di samping itu Gagne juga melihat dari kondisi internal yang mempengaruhi belajar
orang dewasa. Prinsip ini harus dimiliki orang dewasa sebelum melakukan kegiatan
belajar. Prinsip tersebut antara lain :
1. Informasi Verbal (Verbal Information)
Informasi ini dapat diperoleh melalui tiga cara yaitu : (1) dikomunikasikan
kepada orang dewasa ; (2) dipelajari oleh orang dewasa belajar sebelum memulai
belajar baru ; dan (c) dilacak dari memori, karena informasi itu sudah dipelajari
dan disimpan dalam memori berbulan-bulan atau bertahun-tahun lalu.
2. Kemahiran Intelektual (Intellectual Skills)
Kemahiran intelektual merupakan keterampilan yang dimiliki orang dewasa
dalam memecahkan masalah (Sugianto, 2013). Namun untuk mengingat
kemahiran intelektual itu harus dengan bantuan beberapa petunjuk verbal.
Kemahiran intelektual harus sudah dipelajari sebelumnya agar dapat digunakan
atau diingat ketika diperlukan.
3. Strategi
Orang dewasa harus mampu menggunakan strategi untuk menghadirkan stimulus
yang komplek, memilih dan membuat kode bagian-bagian stimulus, memecahkan
masalah, dan melacak kembali informasi yang telah dipelajari. Orang dewasa
belajar yang telah belajar menentukan aktivitas belajar umumnya dibantu oleh
kemampuan pengelolaan diri (self-management). Kemampuan mengelola diri

4
dalam belajar ini pada akhirnya menjadikan orang dewasa belajar sebagai orang
dewasa belajar diri (self-learner) (Rifa'i, 2016).

2.3 Kondisi Belajar


Kondisi belajar adalah suatu keadaan yang dapat mempengaruhi proses dan hasil
belajar. Di dalam kondisi belajar aktivitas dan pengalaman belajar terjadi dalam proses
pengolahan mental (Kustandi, 2015).
Gagne membagi kondisi belajar menjadi dua yaitu :
a. Kondisi Internal (Internal Condition)
Kemampuan yang telah ada pada diri individu sebelum ia mempelajari sesuatu
yang baru (Kustandi, 2015). Kemampuan ini dapat berkontribusi belajar pada
orang dewasa belajar.
b. Kondisi Eksternal (External Condition)
Situasi rangsangan dari luar pelajar. Kondisi belajar yang diperlukan untuk
belajar berbeda-beda untuk setiap kasus.

Tipe kemampuan baru harus dimulai dari kemampuan yang telah dipelajari
sebelumnya (prior learning), dan menyediakan situasi eksternal yang bervariasi.

2.4 Kategori Belajar


Sistematika kategori belajar yang dikemukakan oleh Gagne adalah didasarkan pada
hasil penelitian dari para pakar psikologi. Tipe kategori belajar itu dipandang sebagai
tahap-tahap yang saling mendasari, yakni dimulai dari tahapan yang paling rendah.
Dengan demikian, kategori belajar yang berada di bawah menjadi landasan bagi kategori
belajar yang berada di atasnya. Orang dewasa belajar yang tidak menguasai Kategori
belajar yang mendahului atau di bawah, akan mengalami kesulitan dalam menguasai
kategori belajar yang lebih atas. Namun demikian, Gagne tidak berani memastikan
bahwa kategori belajar pertama menjadi landasan bagi kategori belajar kedua sampai
dengan kedelapan, sehingga dia menyusun hirarki kategori belajar dimulai dari tipe
kedua ke atas. Penyusunan kategori belajar secara hirarki itu berarti bahwa tipe kategori
belajar yang berada di tingkat atas bersifat lebih kompleks, karena mencakup semua
kategori belajar yang terdapat di bawahnya. Kemampuan belajar pada tingkat kedelapan
misalnya, menuntut penguasaan kemampuan belajar tingkat ketujuh, keenam, kelima,
dan seterusnya. Dengan kata lain, orang dewasa belajar agar mampu memperoleh prinsip
pemecahan masalah menuntut penguasaan beberapa kaidah; kemudian kaidah dapat

5
dikuasai oleh orang dewasa belajar apabila terlebih dahulu menguasai konsep-konsep
tertentu, begitu seterusnya. Gegne menyusun delapan kategori belajar meliputi: (1)
belajar tanda (signal leaning); (2) belajar stimulus-respons (stimulus-response leaming):
(3) alinan (chaining); (4) jalinan verbal (verbal chaining); (5) belajar membedakan
(discrimination leaming); (6) belajar konsep (concept leaming); (7) belajar kaidah (rule
learning); dan (8) pemecahan masalah (problem solving) (Gagne, 1977; Gagne&Briggs,
1979; Romizoswki, 1981).

HIRARKI KATEGORI BELAJAR

1. Belajar Tanda
Kategori belajar ini dapat disamakan dengan respons bersyarat sepertigg yang
disampaikan oleh Pavlov. Perangsang alamiah (unconditioned stimulus, S) secara
spontan menimbulkan reaksi alamiah (unconditioned response, R), kemudian perangsang
alamiah itu dihubungkan dengan perangsang lain (conditioned stimulus, S2) yang secara
spontan tidak menimbulkan reaksi alamiah. Karena terjadi asosiasi antara S1 dengan S2
sampai beberapa kali, akhirnya Sz menimbulkan reaksi yang sama dengan R1 atau mirip
dengan R1. Dalam kegiatan belajar sehari-hari misalnya, pendidik orang dewasa yang
kreatif dalam menyajikan orang dewasa belajar dapat menimbulkan perasaan senang dan
nyaman pada diri orang dewasa belajar dalam belajar, dan perasaan ini berpindah kepada
mata pelajaran yang disampaikan oleh pendidik orang dewasa tersebut.

2. Belajar Asosiasi Stimulus-Respons


Unsur pokok dalam belajar ini adaiah penguatan (reinforcement). Dalam pola belajar ini
dibentuk hubungan antara suatu stimulus dengan suatu respons berdasarkan efek yang
mengikuti pemberian respons tertentu. Proses belajar ini akan berhasil apabila diikuti
dengan pemberian penguatan terhadap respons yang benar, sedangkan respons yang
salah tidak diberikan penguatan. Pemberian penguatan itu dapat dilakukan dalam bentuk
rangkaian, yakni setiap kali respons yang disampaikan oleh orang dewasa belajar
mendekati kebenaran, kemudian langsung diberikan penguatan.

3. Belajar Jalinan Psikomotorik


Dalam belajar ini terdapat sejumlah langkah sebagai mata rantai dalam keseluruhan
rangkaian gerakan yang dilakukan secara berurutan. Orang dewasa belajar harus mampu
6
melakukan suatu gerakan lebih dahulu sebelum mampu melakukan keseluruhan
rangkaian gerakan dalam urutan yang tepat. Gerakan yang dilakukan dalam urutan
tertentu akan terbentuk suatu rangkaian motorik. Misalnya, orang dewasa belajar
mengenakan baju, kemudian mengenakan dasi, kedua kegiatan ini merupakan rangkaian
gerakan motorik mengenakan pakaian.

4. Belajar Jalinan Verbal


Dalam belajar ini orang dewasa belajar menghubungkan suatu kata dengan suatu objek
yang berupa benda, orang atau kejadian, dan merangkaikan sejumlah kata dalam urutan
yang tepat. Pada mulanya orang dewasa belajar belajar jalinan verbal dengan cara
memberi nama suatu benda, objek atau peristiwa. Misalnya, benda berkaki empat dan
mempunyai alas disebut kursi. Setelah orang dewasa belajar menguasai nama sesuatu,
biasanya mulai merangkai suku kata menjadi bentuk kalimat, dan kalimat menjadi
paragraf. Setiap suku kata yang mendahului menjadi stimulus pada suku kata berikutnya.
Orang dewasa belajar dalam mempelajari lagu misalnya, apabila telah menguasai suku
kata di depannya, maka akan mampu merangkaikan dengan suku kata berikutnya.

5. Belajar Perbedaan Jamak


Pola belajar ini menghasilkan kemampuan untuk membeda-bed akan antara objek yang
terdapat di lingkungan fisik. Kemampuan untuk membedakan ini diperoleh melalui
proses pengamatan. Hasil dari proses pengamatan disebut persepsi dan melalui persepsi
ini orang dewasa belajar mengenal ciri-ciri fisik darii suatu objek, seperti warna, bentuk
ukuran, berat, dan seterusnya. Hasil dari dari proses pengamatan itu kemudian ditampung
di dalam persepsi dan melalui proses pengamatan pelbagai objek yang lain, orang
dewasa belajar dapat membedakan antara objek satu dengan lainnya. Misalnya, orang
dewasa belajar mengamati orang dewasa dalam bangun persegi empat, bujur sangkar,
dan trapesium. Berdasarkan hasil pengamatan dari keempat objek tersebut dia dapat
membedakan antara bangun persegi empat, bujur sangkar, dan trapesium. Semakin teliti
orang dewasa belajar mengamati suatu objek, semakin tajam persepsi yang dihasilkan,
dan semakin tepat pula dalam membedakan objek di lingkungannya. Kemampuan
mengamati suatu objek pada pelajaran di sekolah memegang peranan penting, karena
akan mempermudah untuk memperoleh konsep dan kaidah. Misalnya, orang dewasa
yang melakukan praktikum kimia, dia harus mempu membedakan warna, bau, dan unsur-
unsur lain yang terkandung di dalam bahan.
7
6. Belajar Konsep
Konsep dapat dilambangkan dalam bentuk suatu kata yang mewakili pengertian tertentu.
Belajar konsep. merupakan tipe belajar yang memungkinkan orang dewasa belajar
mengidentifikasi objek berdasarkan Dada gambaran yang telah diinternalisasi. Gagne
membedakan antara konsep kongkrit yang didasarkan pada karakteristik objek yang
dapat diamati, dan konsep definisi yang didasarkan pada definisi verbal. Contoh konsep
kongkrit yaitu pisang. mangga, durian, dan sebagainya. Sedangkan konsep definisi yaitu
buah-buahan, makanan, sarana gansportasi, dan sebagainya. Penguasan konsep ini
menjadi penting varena sebagai dasar bagi belajar kaidah,

7. Belajar Kaidah
Kaidah merupakan jalinan antara dua konsep atau lebih. Tipe kaidah paling sederhana
yaitu: jika A, maka B. Misalnya, jika air dimasukkan ke dalam ruang yang bersuhu
kurang dari nol derajat Celsius, maka air akan membeku. Contoh ini berbentuk cair
dengan air yang berbentuk padat setelah suhu air menggambarkan hubungan antara air
yang diturunkan sampai di bawah temperatur non derajat Celsius. Contoh sederhana
lainnya adalah misalnya penggabungan antara kota dengan besar, menjadi kota besar.
Penggabungan antara konsep ini akan membentuk pemahaman baru terhadap suatu objek
yang berkaitan.

8. Pemecahan Masalah
Belajar ini menghasilkan prinsip yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah.
Proses pemecahan masalah itu dilakukan dengan cara menghubung-hubungkan beberapa
kaidah, sehingga membentuk suatu kaidah yang lebih tinggi (higher order rule), dan hal
ini seringkali dilahirkan sebagai hasil berpikir pada waktu orang dewasa belajar
menghadapi masalah baru. Misalnya, orang dewasa belajar yang telah menemukan cara
memecahkan teka-teki tentang telur yang tidak rubuh pada waktu didirikan di atas tempat
datar. Orang dewasa belajar tersebut kemungkinan telah memiliki pemahaman bahwa
telur yang memiliki sifat tidak bundar maka tidak mungkin dapat didirikan. Kemudian
untuk mendirikan benda yang tidak bundar di alas datar, maka ada suatu bagian yang
harus dibuat rata. Oleh karena itu agar telur dapat didirikan, maka bagian tertentu dari
telur tersebut harus diratakan terlebih dabul Dari delapan kategori belajar itu tampak
bahwa Gagne memasukkan pandangan Skiner, Gilbert, dan Pavlov dalam merumuskan
8
konsep belajar. Pandangan yang menarik dari Gagne yaitu disampaikannya hirarkhi
belajar. Keberhasilan hirarkhi belajar tingkat tinggi tergantung pada penguasaan belajar
pada tingkat yang lebih rendah. Demikian pula Gagne memberikan saran untuk
mengajarkan isi belajar tingkat tinggi, yaitu penggunan strategi ekspositon (dimulai dari
kaidah menuju kepada contoh), dan strategi diskoveri terbimbing (dimulai dari contoh
menuju kepada kaidah).

2.5 Jenis Belajar dan Kondisinya


Istilah jenis belajar menunjuk pada fokus apa yang telah dipelajari oleh orang dewasa,
atau dapat disebut dengan variasi kemampuan yang dipelajari. Kemampuan ini
merupakan kinerja yang harus diamati dalam menentukan hasil belajar, sebab dari
kinerja yang ditunjukkan oleh orang dewasa belajar dapat diketahui apakah orang
dewasa belajar itu telah belajar ataukah belum atau tidak belajar. Gagne
mengklasifikasikan apa yang dipelajari oleh orang dewasa belajar menjadi lima antara
lain :
 Informasi verbal
Mempelajari kemampuan untuk menyajikan sebuah gagasan. Dalam penyajian
gagasan, informasi yang dimiliki dalam kondisi internal harus berkaitan dengan
informasi baru. Kondisi eksternal diperlukan untuk menunjukkan gambar atau yang
lainnya guna merangsang ingatan orang dewasa belajar mengenai serangkaian
informasi yang telah dimiliki.
 Kemahiran Intelektual
Kemahiran intelektual memungkinkan orang dewasa belajar berinteraksi dengan
lingkungannya menggunakan simbol-simbol dan bahasa lisan. Kategori kemahiran
intelektual oleh Gagne dibagi lagi ke dalam empat sub-kemampuan yang diurutkan
secara hierarki, yaitu :
 Diskriminasi Jamak (Multiple Discrimination)
Orang dewasa belajar mampu membedakan berbagai macam objek setelah
melakukan pengamatan secara cermat. Pada waktu proses pengamatan
terbentuklah suatu persepsi, yakni hasil mental dari pengamatan, yang
didalamnya berupa tanggapan sebagai gambaran berperaga. Kondisi internal yang
harus dimiliki adalah kemampuan penginderaan. Kondisi eksternalnya adalah (a)
keterdekatan, yakni respon harus mengikuti stimulus dalam waktuyang singkat ;
(b) penguatan, yaknin pemberian penguatan atas respons yang benar ; dan (c)
9
pengulangan, yakni situasi belajar mungkin memerlukan pengulangan supaya
orang dewasa belajar dapat memilih stimulus yang benar.
 Konsep (Concept)
Orang dewasa belajar yang memiliki konsep akan mampu melakukan abstraksi
terhadap objek-objek yang dihadapi, sehingga objek itu ditempatkan ke dalam
golongan tertentu. Konsep dapat dibedakan menjadi dua yaitu : konsep konkrit
(menunjuk pada objek-objek di lingkungan fisik) ; dan kosep definisi (konsep
yang mewakili realita kehidupan namun tidak secara langsung menunjuk pada
realita lingkungan fisik). Kondisi internal yang harus dimiliki yaitu orang dewasa
belajar harus mampu mengingat konsep konkrit dan konsep definisi serta konsep-
konsep yang menghubungkan keduanya. Kondisi eksternal yang harus dimiliki
orang dewasa belajar dituntut untuk menyajikan contoh-contoh konsep konkrit
dan mengidentifikasinya, serta merumuskan secara verbal suatu konsep melaui
definisi.
 Kaidah (Rule)
Kaidah merupakan dua konsep atau lebih yang dihubungkan sehingga terbentuk
suatu ketentuan ynag mempresentasikan suatu keteraturan. Kondisi internal yang
diperlukan yaitu orang dewasa belajar harus mampu mengingat setiap unsur
konsep tentang kaidah, termasuk di dalamnya konsep yang saling terhubung.
Kondisi eksternal yang dibutuhkan yaitu penggunaan komunikasi verbal.
Tujuannya untuk memberi petunjuk penyusunan konsep secara benar.
 Prinsip (Higher Order Rule)
Prinsip merupakan kombinasi dari beberapa kaidah sehingga terbentuk suatu
kaidah yang bertaraf lebih tinggi dan lebih kompleks. Kondisi internal yang
diperlukan yaitu orang dewasa belajar harus mengingat kaidah yang relevan dan
juga informasi yang relevan. Kemampuan ini harus sudah dikuasai sebelum
memecahkan masalah. Kondisi eksternal yang diperlukan yaitu orang dewasa
belajar dihadapkan pada situasi masalah aktual yang tidak pernah dihadapi
sebeumnya.
 Strategi Kognitif (Cognitive Strategy)
Orang dewasa belajar sudah mempelajari tentang cara-cara menghadirkan beberapa
bagian teks tertulis (stimulus). Jadi orang dewasa belajar harus mampu
menggambarkan situasi secara rinci tentang peristiwa yang dilihatnya. Kondisi
internal yang diperlukan yaitu orang dewasa belajar perlu memiliki berbagai strategi
10
kognitif atau alternatif lain untuk memecahlan masalah dengan melibatkan
kemahiran intelektual. Kondisi eksternal yang diperlukan masalah baru ynag dapat
memunculkan berbagai alternatif pemecahan masalah.
 Keterampilan Motorik (Motor Skill)
Orang dewasa belajar telah belajar melakukan gerakan berupa tindakan motorik
terorganisis. Ciri khas dari keterampilan motorik adalah otomatisme yang
berlangsung secara teratur. Kondiri internal yang diperlukan yaitu penugasan
bagian-bagian gerakan, dan jalinan antar gerakan. Kondisi eksternal yang diperlukan
yaitu perbaikan ketepatan, kecepatan, dan kualitas bagian-bagian gerakan.
 Sikap (Attitude)
Orag dewasa belajar telah memperoleh kondisi mental yang mempengaruhi pilihan
untuk bertinndak. Orang dewasa belajar yang memiliki sikap jelas akan mampu
memilih secara tegas diantara berbagai kemungkinan tindakan. Kondisi internal
yang diperlukan yaitu sikap menghormati atau mengidentifikasi dengan model telah
dimiliki oleh orang dewasa. Kondisi eksternal yang diperlukan yaitu : (a) penyajian
model ; (b) demonstrasi atau deskripsi oleh model tentang perilaku yang diinginkan ;
dan (c) demonstrasi oleh model tentang kepuasan atas hasil dari perilakunya. Tahap
ini diharapkan mampu mengarahkan penguatan yang muncul dari dalam diri orang
dewasa belajar.

11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Belajar merupakan proses perubahan perilaku. Perubahan perilaku yang dimaksud


dapat berwujud perilaku yang tampak (over behavior) dan perilaku tidak tampak (innert
behavior). Neo behavioristik muncuk sebagai teori pengganti yang dicetuskan oleh ahli
psikologi pendidikan yaitu bernama Watson dan Skinner. Sedangkan teori yang telah
ditawarkan oleh Robert Gagne yang baru ini (revisi atau penguat dari teori sebelumnya),
lebih membidik pada hasil dari tingkah laku seorang siswa setelah melakukan proses
belajar yang tentunya melalui S-R (Stimulus dan Respon)nya siswa tersebut dalam
menghasilkan output yang diharapkan mampu mencapai perkembangan setelah melewati
proses tersebut.

Menurut Gagne terdapat dua kondisi belajar yang sangat penting dan mempengaruhi
proses belajar orang dewasa, antara lain : kondisi internal dan kondisi eksternal. Prinsip
belajar kondisi eksternal yang dapat mempengaruhi orang dewasa belajar yaitu : (1)
keterdekatan ; (2) pengulangan ; dan (3) penguatan. Di samping itu terdapat prinsip
kondisi internal yang dapat mempengaruhi orang dewasa belajar yaitu : (1) informasi
verbal ; (2) kemahiran intelektual ; dan (3) strategi.
Terdapat delapan kategori belajar menurut Gagne yakni : (1) belajar tanda ; (2) belajar
stimulus-respons ; (3) jalinan ; (4) jalinan verbal ; (5) belajar membedakan ; (6) belajar
konsep ; (7) belajar kaidah ; (8) pemecahan masalah. Lalu ia mengklasifikasikan apa
yang telah dipelajari oleh orang dewasa belajar ke dalam lima macam yakni : (1)
informasi verbal ; (2) kemahiran intelektual ; (3) strategi kognitif ; (4) keterampilan
motorik ; dna (5) sikap.

12
DAFTAR PUSTAKA

Diezda, A. (2013, 05 28). Teori Neobehaviorisme Robert M.Gagne. Dipetik 10 01, 2019, dari
blogspot.com: https://avrieldiezda.blogspot.com/2013/05/teori-neobehaviorisme-
robert-m-gagne_28.html?m=1

Kustandi, C. (2015, 06 29). Kondisi Belajar. Dipetik 10 20, 2019, dari


cecepkustandi.wordpress.com:
https://cecepkustandi.wordpress.com/2015/06/29/kondisi-belajar/

Rifa'i, D. (2016). Psikologi Belajar Orang Dewasa. Semarang: Cipta Prima Nusantara.

Sugianto, A. (2013, 09 24). Taksonomi Belajar Gagne & Bloom. Dipetik 10 20, 2019, dari
akhmad-sugiato.blogspot.com: https://akhmad-
sugiato.blogspot.com/2013/09/taksonomi-belajar-gagne-bloom_5009.html?m=1

13

Anda mungkin juga menyukai