Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

Teori Belajar dan Pembelajaran Behaviorisme

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Teori Belajar dan Psikologi
Perkembangan
Dosen Pengampu :

Nur Hidayah Hanifah, M.Pd

Disusun Oleh :

1. Qonita Istifadah (200103110043)


2. Farin Nuzula Kusuma Wardani (200103110054)
3. Qotrunnada Mutiara Ahmadi (200103110066)

Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah


Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG


September, 202
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. karena atas rahmat, karunia serta
kasih sayangNya kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Teori Belajar
dan Pembelajaran Behaviorisme” dengan tepat waktu dan sebaik mungkin. Sholawat
serta salam tetap tercurah limpahkan kepada junjungan kami Nabi Muhammad SAW.
Tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada Ibu Nur Hidayah Hanifah, M,Pd selaku
dosen mata kuliah Teori Belajar.

Dalam penulisan makalah ini kami menyadari masih banyak terdapat kesalahan
dan kekeliruan, selama proses mengerjakan baik berupa kata atau kalimat yang tidak di
sengaja maupun sengaja.

Dengan ini, apa yang saya tulis di dalam makalah ini semoga bermanfaat bagi
pembaca. Dan diharapkan kepada pembaca untuk berkenan memberikan kritik dan saran
mengenai makalah yang kami buat guna untuk memotivasi kami agar lebih teliti dalam
proses pembuatan makalah lagi.

16 September 2020

Malang
DAFTAR ISI

COVER ………………………………………………………………………………. i

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………. ii

DAFTAR ISI ………………………………………………………………………… iii

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………….. 1

1.1 LATAR BELAKANG …………………………………………………................. 1


1.2 RUMUSAN MASALAH ………………………………………………................ 2
1.3 TUJUAN PEMBAHASAN ………………………………………………………. 2

BAB II PEMBAHASAN ……………………………………………………………... 3

2.1 PENGERTIAN TEORI BEHAVIORISME ………………………………………. 3


2.2 TOKOH – TOKOH DALAM TEORI BEHAVIORISME ……………………….. 4
2.3 APLIKASI TEORI BEHAVIORISME …………………………………............... 7
2.4 TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN BEHAVIORISME ……………................ 8
2.5 CIRI – CIRI TEORI BEHAVIORISME …………………………………………. 9
2.6 KELEBIHAN DAN KEKURANGAN TEORI BEHAVIORISME ……………... 10
2.7 PRINSIP – PRINSIP TEORI BEHAVIORISME ………………………………… 11
2.8 HUKUM-HUKUM PENDEKATAN TEORI BEHAVIORISME ……………….. 12
2.9 IMPLEMENTASI TEORI BEHAVIORISME …………………………................ 14

BAB III PENUTUP …………………………………………………………………… 15

3.1 KESIMPULAN …………………………………………………………................. 15

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………. 16


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Belajar adalah suatu proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan. Sebagai hasil pengalamannya sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya. Belajar juga dapat diartikan sebagai usaha yang
dilakukan manusia untuk menjadi lebih baik dari tidak tahu menjadi tahu. Menurut Gagne
(Whandi : 2009) belajar adalah suatu proses dimana suatu organisme berubah tingkah lakunya
sebagai akibat dari suatu pengalaman. Menurut Psikologi Behaviorisme adalah teori belajar yang
percaya bahwa semua perilaku yang diperoleh sebagai hasil dari suatu pengkondisian (keadaan).
Aliran Psikologi ini yang menekankan pada tingkah laku/perilaku manusia (individu) sebagai
makhluk relatif yang memberikan respon terhadap lingkungan di sekitarnya. Pengalaman dan
pemeliharaan akan membentuk perilaku orang tersebut.

Konsep belajar secara umum dapat dilihat dari tiga perspektif aliran yaitu : nativisme,
empirisme, dan organismik. Paham nativisme lebih memandang anak dengan objek belajar,
misalnya buku, majalah agar menjadi tajam, sehingga mampu memecahkan persoalan atau
masalh yang akan dihadapi dalam kehidupan. Paham empirisme memaknai belajar sebagai suatu
aktivitas menambah informasi dan pengetahuan dan atau pengayaan laku siswa. Paham
organismik memandang bahwa belajar adalah terjadinya perubahan perilaku dan pribadi siswa
secara keseluruhan. Sehingga, belajar di sini bukan saja merupakan bentuk respons secara
mekanistik belaka, melainkan merupakan perubahan yang sifatnya komprehensif-simultan di
antara beberapa unsur atau komponen yang ada dalam diri anak, yang mengarah pada suatu
tujuan tertentu.

Teori Behaviorisme ini beranggapan bahwa yang terpenting dalam belajar adalah
stimulus dan respons, karena inilah yang diamati. Sedangkan apa yang terjadi diantarannya
dianggap tidak penting karena dianggap tidak dapat diamati. Menurut teori ini hal yang paling
penting adalah input (masukan) yang berupa stimulus dan output (keluaran) yang berupa respon.
Menurut teori ini, apa yang terjadi diantara stimulus dan respon dianggap tidak penting
diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati hanyalah
stimulus dan respon. Oleh sebab itu, apa saja yang diberikan guru (stimulus) dan apa yang
dihasilkan siswa (respon), semuanya harus dapat diamati dan diukur.

Oleh karena itu, dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Teori belajar dan Psikologi
perkembangan kelompok kami Menyusun makalah tentang Teori belajar dan pembelajaran
Behaviorisme untuk mengetahui lebih dalam dan luas tentang maksud dari teori ini. Supaya tidak
terjadi kesalahan dalam memahami makna yang sebenarnya, sehingga pembaca dapat memahami
tentang pemahaman Teori Behaviorisme.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari Teori Behaviorisme?


2. Sebutkan tokoh-tokoh yang terdapat dalam teori ini?
3. Sebutkan aplikasi yang terdapat dalam teori ini?
4. Sebutkan tahap – tahap dalam perkembangan Behaviorisme!
5. Jelaskan ciri-ciri dari teori Behavioristik!
6. Sebutkan kekurangan dan kelebihan dari Teori Behaviorisme!
7. Sebutkan prinsip-prinsip Teori Behaviorisme!
8. Sebut dan jelaskan hukum belajar yang dihasilkan dari pendekatan Behaviorisme!
9. Sebutkan implementasi dari Teori Behaviorisme!

1.3 Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui pengertian dari Teori Behaviorisme.


2. Untuk mengetahui nama tokoh-tokoh dalam Teori Behaviorisme.
3. Untuk mengetahui aplikasi yang digunakan dalam Teori Behaviorisme.
4. Untuk mengetahui tahap – tahap perkembangan Teori Behaviorisme.
5. Untuk mengetahui penjelasan dan ciri-ciri dari Teori Behavioristik.
6. Untuk mengetahui perbedaan kekurangan dan kelebihan dari Teori Behaviorisme.
7. Untuk mengethaui prinsip-pinsip dari Teori Behaviorisme.
8. Untuk mengetahui mengenai hukum-hukum pendekatan Teori Behaviorisme.
9. Untuk mengetahui implementasi dari Teori Behaviorisme.
BAB II

PEMBAHASAN

1.1 Pengertian Teori Behaviorisme

Teori belajar Behaviorisme adalah teori belajar yang menekankan pada tingkah laku
manusia sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon. Teori Behaviorisme merupakan
sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner.kemudian teori ini berkembang menjadi
aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap pengembangan teori Pendidikan dan
pembelajaran yang dikenal sebagai aliran Behaviorisme.

Teori Behaviorisme dengan model hubungan yang stimulus responnya, mendudukkan


orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Menurut teori ini dalam belajar yang penting
adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Metode Behavioristik ini
sangat cocok untuk perolehan kemampuan yang membutuhkan praktek dan pembiasaan yang
mengandung unsur – unsur seperti : kecepatan, spontanitas, kelenturan, reflek, daya tahan, dan
sebagainya. Teori ini juga cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan
dominasi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang
dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi permen atau pujian.

Stimulus adalah segala hal yang diberikan oleh guru kepada pelajar, sedangkan respon
berupa reaksi atau tanggapan pelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses
yang terjadi antara stimulus dan respon tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat
diamati adalah stimulus dan respon. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran
merupakan suatu hal penting untuk melihat perubahan tingkah laku tersebut terjadi atau tidak.
1.2 Tokoh – Tokoh Dalam Teori Behaviorisme

Berikut adalah nama-nama Tokoh yang terkenal dalam Teori Behaviorisme :

 E.L. Thorndike (1911)


Menurut beliau Teori ini dikaitkan dengan belajar adalah proses interaksi antara
stimulus (yang berupa pikiran, perasaan, atau gerakan) dan respon (yang juga berupa
pikiran, perasaan, dan gerakan). Menurut Thorndike, belajar akan berlangsung pada diri
siswa jika siswa berada dalam tiga macam hukum belajar, yaitu : 1) The Law of
Readliness (hukum kesiapan belajar), 2) The Law of Exercise (hukum latian), dan 3) The
Law of Effect (hukum pengaruh). Hukum kesiapan belajar ini merupakan prinsip yang
menggambarkan suatu keadaan si pembelajar (siswa) cenderung akan mendapatkan
kepuasan atau dapat juga ketidakpuasan. Dalam konteks ini, Mukminan (1997 : 9)
menyatakan bahwa ada 3 keadaan yang mungkin terjadi :
1. Jika suatu unit konduksi sudah siap untuk berkonduksi, maka konduksi dengan unit
tersebut akan membawa kepuasan.
2. Jika suatu unit konduksi sudah siap untuk berkonduksi, tetapi tidak berkonduksi,
maka akan menimbulkan ketidakpuasan.
3. Jika suatu unit konduksi yang tidak siap berkonduksi dipaksakan untuk berkonduksi,
maka konduksi itu akan menimbulkan ketidakpuasan.
 Ivan Petrovich Pavlov
Konsep teori yang dikemukakan oleh Ivan Petrovitch Pavlov ini secara garis besar
tidak jauh berbeda dengan pendapat Thorndike. Jika Thorndike ini menekankan tentang
hubungan stimulus dan respons, dan disini guru sebaiknya tahu tentang apa yang akan
diajarkan, respons apa yang diharapkan muncuk pada diri siswa, serta tahu kapan
sebaiknya hadiah sebagai reinforcement itu diberikan maka Pavlov lebih mencermati arti
pentingnya penciptaan kondisi atau lingkungan yang diperkirakan dapat menimbulkan
respons pada diri siswa.
 John B. Watson
Menurut Walson pelopor yang datang sesudah Thorndike, stimulus dan respons
tersebut harus berbentuk tingkah laku yang bisa diamati (observable).
 Burrhus Frederic Skinner
Menurut Skinner, deskripsi antara stimulus dan respons untuk menjelaskan
perubahan tingkah laku (dalam hubungannya dengan lingkungan) menurut versi Watson
tersebut adalah deskripsi yang tidak lengkap.
 Edwin Guthrie
Azas belajar Guthrie yang utama adalah hukum kontiguiti. Yaitu gabungan
stimulus-stimulus yang disertai suatu gerakan, pada waktu timbul kembali cenderung
akan diikuti oleh gerakan yang sama, pada waktu timbul kembali cenderung akan diikuti
oleh gerakan yang sama (Bell, Gredler, 1991). Guthrie juga menggunakan variable
hubungan stimulus dan respons untuk menjelaskan terjadinya proses belajar. Ghutrie juga
percaya bahwa hukuman (punishment) memegang peranan penting dalam proses belajar.
Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan mampu mengubah tingkah laku
seseorang.
Saran utama dari teori ini adalah guru harus dapat mengasosiasi stimulus respon
secara tepat. Pembelajar harus dibimbing melakukan apa yang harus dipelajari. Dalam
mengelola kelas guru tidak boleh memberikan tugas yang mungkin diabaikan oleh anak
(Bell, Gredler, 1991).
 Bandura
Bandura lahir pada tanggal pada tanggal 4 Desember 1925 di Mondare alberta
berkebangsaan Kanada. Ia seorang psikolog yang terkenal dengan teori belajar sosial atau
kognitif sosial serta efikasi diri. Eksperimennya yang sangat terkenal adalah eksperimen
Bobo Doll yang menunjukkan anak meniru secara persis perilaku agresif dari orang
dewasa di sekitarnya.
Menurut Bandura dalam eksperimennya terdapat faktor-faktor yang berproses dalam
belajar observasi, yaitu :

1. Perhatian, mencakup peristiwa peniruan dan karakteristik pengamat.


2. Penyimpanan atau proses mengingat, mencakup kode pengkodean simbolik.
3. Reproduksi motoric, mencakup kemampuan fisik, kemampuan meniru, keakuratan
umpan
4. Motivasi, mencakup dorongan dari luar dan penghargaan terhadap diri sendiri.

Selain itu juga harus diperhatikan bahwa faktor model atau teladan mempunyai
prinsip-prinsip sebagai berikut :

1. Tingkat tertinggi belajar dari pengamatan diperoleh dengan cara mengorganisasikan


sejak awal dan mengulangi perilaku secara simbolik kemudian melakukannya.
2. Individu lebih menyukai perilaku yang ditiru jika sesuai dengan nilai yang
dimilikinya.
3. Individu akan menyukai perilaku yang ditiru jika model atau panutan tersebut disukai
dan dihargai dan perilakunya mempunyai nilai yang bermanfaat.
Karena melibatkan atensi, ingatan dan motifasi, teori Bandura ini dianggap sebagai
kerangka Teori Behaviour Kognitif, yaitu teori belajar sosial yang membantu memahami
terjadinya perilaku agresi dan penyimpangan psikologi dan bagaimana memodifikasi
perilaku. Teori Bandura menjadi dasar dari perilaku pemodelan yang digunakan dalam
berbagai Pendidikan secara massal.
1.3 Prinsip Umum Aplikasi Teori Behavioristik Dalam Pembelajaran

Teori Behaviorisme yang menekankan adanya hubungan antara stimulus (S)


dengan respons ( R ) secara umum dapat dikatakan memiliki arti yang penting bagi siswa
untuk meraih keberhasilan belajar. Caranya, guru banyak memberikan secara positif apa
lagi jika diikuti dengan adanya reward yang berfungsi sebagai reinforcement (penguatan
terhadap respons yang telah ditunjukkan).
Aplikasi Teori Behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari
beberapa hal seperti : tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik siswa,
media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia. Pembelajaran yang diancang dan berpijak
pada teori Behavioristik memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap,
tidak berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi, sehingga belajar adalah
perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan (transfer
of knowledge) ke orang yang belajar atau pengetahuan yang diajarkan. Artinya, apa yang
dipahami oleh pengajar atau guru itulah yang harus dipahami oleh murid (Degeng, 2006).
Tujuan pembelajaran menurut teori Behavioristik detekankan pada penambahan
pengetahuan, sedangkan belajar sebagai aktivitas “mimetic”, yang menuntut siswa untuk
mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan, kuis,
atau tes. Penyajian isi atau materi pelajaran menekankan pada keterampilan yang
terisolasi atau akumulasi fakta mengikuti urutan dari bagian ke keseluruhan.
Pembelajaran mengikuti urutan kurikulum secara ketat, sehingga aktivitas belajar lebih
banyak didasarkan pada buku teks/wajib dengan penekanan pada keterampilan
mengungkapkan kembali isi buku teks/buku wajib tersebut. Teori ini menekankan
evaluasi pada kemampuan siswa secara individual.
1. Menyikapi Perilaku yang Sulit di Kelas.
2. Prosedur-Prosedur Pengembangan Tingkah Laku Baru.
3. Prosedur-Prosedur Pengendalian atau Perbaikan Tingkah Laku.
4. Mementingkan Pengaruh Lingkungan.
5. Mementingkan bagian-bagian.
6. Mementingkan Peranan Reaksi.
7. Mengutamakan mekanisme terbentuknya hasil belajar melalui prosedur
stimulus respons.
8. Mementingkan peranan kemampuan yang telah terbentuk sebelumnya.
9. Mementingkan pembentukan kebiasaan melalui latihan dan pengulangan.
10. Hasil belajar yang dicapai ialah munculnya perilaku yang diinginkan.

1.4 Tahap – Tahap dalam Perkembangan Teori Behaviorisme

Fakta penting tentang perkembangan ialah bahwa dasar perkembangan adalah


kritis. Sikap, kebiasaan dan pola perilaku yang dibentuk selama tahun pertama,
menentukan seberapa jauh individu berhasil menyesuaikan diri dalam kehidupan mereka
selanjutnya. Menurut Erikson (Hurlock, 1980:6) berpendapat bahwa masa bayi
merupakan masa individu belajar sikap percaya atau tidak percaya, bergantung pada
bagaimana orang tua memuaskan kebutuhan anaknya akan makanan, perhatian, dan kasih
sayang. Pola-pola perkembangan pertama cenderung mapan tetapi bukan berarti tidak
dapat berubah. Ada 3 kondisi yang memungkinkan perubahan :
1. Perubahan dapat terjadi apabila individu memperoleh bantuan atau bimbingan
untuk membuat perubahan.
2. Perubahan cenderung terjadi apabila orang-orang yang dihargai
memperlakukan individu dengan cara yang baru atau berbeda (kreatif dan
tidak monoton).
3. Apabila ada motivasi yang kuat dari pihak individu sendiri untuk membuat
perubahan.

Dengan mengetahui bahwa dasar-dasar permulaan perkembangan cenderung menetap,


memungkinkan orang tua meramalkan perkembangan anak di masa akan datang.
Penganut aliran lingkungan yang optimal mengakibatkan ekspresi faktor keturunan yang
maksimal. Proses perkembangan ini berlangsung secara bertahap, dalam arti :
1. Bahwa perubahan yang terjadi bersifat maju meningkat atau mendalam atau
meluas secara kualitatif maupun kuantitatif (prinsip progresif).
2. Bahwa perubahan yang terjadi antar bagian dan atau fungsi organisme itu
terdapat interpedensi sebagai kesatuan integral yang harmonis (prinsip
sistematik).
3. Bahwa perubahan pada bagian atau fungsi organisme itu berlangsung secara
beraturan dan tidak kebetulan dan meloncat-loncat (prinsip
berkesinambungan).

1.5 Ciri dari Teori Behaviorisme

Mengutamakan unsur – unsur dan bagian kecil, bersifat mekanistis, menekankan


peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau respon, menekankan
pentingnya latihan, mementingkan mekanisme hasil belajar, mementingkan peranan
kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah munculnya perilaku yang diinginkan.
Guru yang menganut pandangan ini berpendapat bahwa tingkah laku siswa merupakan
reaksi terhadap lingkungan dan tingkah laku adalah hasil belajar.

1. Aliran ini mempelajari perbuatan manusia bukan dari kesadarannya,


melainkan mengamati perbuatan dan tingkah laku yang berdasarkan
kenyataan. Oleh sebab itu, Behaviorisme adalah ilmu jiwa tanpa jiwa.
2. Segala perbuatan dikembalikan kepada refleks. Behaviorisme mencari unsur-
unsur yang paling sederhana yakni perbuatan-perbuatan bukan kesadaran yang
dinamakan refleks. Refleks adalah reaksi yang tidak disadari terhadap suatu
pengarang.
3. Behaviorisme berpendapat Pendidikan adalah maha Kuasa, manusia hanya
makhluk yang berkembang karena kebiasaan-kebiasaan, dan Pendidikan dapat
mempengaruhi reflek keinginan hati.
1.6 Kekurangan dan Kelebihan dari Teori Behaviorisme

1. Kekurangan :

 Pembelajaran peserta didik hanya berpusat pada guru


Peserta didik hanya mendapatkan pembelajaran berdasarkan apa yang diberikan guru.
Mereka tidak diajarkan untuk berkreasi sesuai dengan perkembangannya. Peserta didik
cenderung pasif dan bosan.
 Peserta didik hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan guru
Pembelajaran seperti bisa dikatakan pembelajaran model kuno karena menghafalkan apa
yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif. Penggunaan hukuman
biasanya sebagai salah satu cara untuk mendisiplinkan.
 Peserta didik tidak bebas berkreasi dan berimajinasi
Karena menurut teori ini belajar merupakan proses pembentukan yang membawa peserta
didik untuk mencapai target tertentu. Apabila teori ini diterapkan terus menerus tanpa ada
cara belajar lain, maka bisa dipastikan mereka akan tertekan, tidak menyukai guru dan
bahkan malas belajar.

2. Kelebihan :

 Sangat cocok untuk memperoleh kemampuan yang membutuhkan praktek dan


pembiasaan
Dengan bimbingan yang diberikan secara terus menerus akan membuat peserta didik
paham sehingga mereka bisa menerapkannya
 Materi yang diberikan sangat detail
Hal ini adalah proses memasukkan stimulus yang dianggap tepat. Dengan banyaknya
pengetahuan yang diberikan, diharapkan peserta didik memahami dan mampu mengikuti
setiap pembelajarannya.
 Membangun konsentrasi pikiran
Dalam teori ini adanya penguatan dan hukuman dirasa perlu. Penguatan ini akan
membantu mengaktifkan siswa untuk memperkuat munculnya respon. Hukuman yang
diberikan adalah yang sifatnya membangun sehingga peserta didik mampu berkonsentrasi
dengan baik.

1.7 Prinsip-Prinsip dari Teori Behaviorisme

Prinsip adalah landasan berpikir yang sangat mendasar yang nantinya digunakann untuk
beraksi. Hal tersebut juga bisa dijadikan sebagai seseorang untuk tidak melampaui batas dan
sebagai sistem etik pembatas diri. Pada Teori Behaviorisme terdapat enam poin yang menjadi
dasar yakni :

1. Reinforcement and Punishment


2. Primary and Secondary Reinforcement
3. Schedules Of Reinforcement
4. Contingency Management
5. Stimulus Control In Operant Learning
6. The Elimination Of Responses

Berdasarkan teori di atas hal utama pada Teori Behaviorisme adalah stimulus dan respon,
berikut adalah penjelasan alur dan unsurnya :

1. Drive (Dorongan)
Siswa bisa merasakan keinginan kepada sesuatu sehingga siswa bisa termotivasi untuk
mendapatkannya.
2. Stimulus (Rangsangan)
Guru akan melepaskan stimulus yang mengakibatkan adanya reaksi siswa
3. Respons (Reaksi)
Reaksi siswa akan hadir sebagai jenis stimulus yang dihadapi dari keterlibatan guru pada
pembelajaran.
4. Reinforcement (Penguatan)
Guru akan mengulang stimulus tapi dengan bentuk yang berbeda agar siswa bisa
melakukan reaksi yang sama sehingga mereka bisa mendalam dalam suatu yang telah
menjadi tujuan awal pembelajaran.

1.8 Hukum – Hukum dari pendekatan Teori Behaviorisme

Beberapa hukum belajar yang dihasilkan dari pendekatan Teori Behaviorisme ini,
diantaranya :
1. Connectionism (S-R Bond) menurut Thorndike.
Dari eksperimen yang dilakukan Thorndike terhadap kucing menghasilkan hukum-
hukum belajar, diantaranya :
 Law of Effect, artinya bahwa jika sebuah respons menghasilkan efek yang
memuaskan, maka hubungan stimulus-respons akan semakin kuat. Sebaliknya,
semakin tidak memuaskan efek yang dicapai respons, maka semakin lemah pula
hubungan yang terjadi antara stimulus-respons.
 Law of Readiness, artinya bahwa kesiapan mengacu pada asumsi bahwa
kepuasan organisme itu berasal dari pendayagunaan satuan pengantar
(conduction unit), dimana unit-unit ini menimbulkan kecenderungan yang
mendorong organisme untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu.
 Law of Exercise, artinya bahwa hubungan antara stimulus dengan respons akan
semakin bertambah erat, jika sering dilatih dan akan semakin berkurang apabila
jarang atau tidak dilatih.
2. Classical Conditioning menurut Ivan Pavlov
Dari eksperimen yang dilakukan Pavlov terhadap seekor anjing menghasilkan hukum-
hukum belajar diantaranya :
 Law of Respondent Conditioning yakni hukum pembiasaan yang dituntut. Jika
dua macam stimulus dihadirkan secara simultan (yang salah satunya berfungsi
sebagai reinforcer), maka refleks dan stimulus lainnya akan meningkat.
 Law of Respondent Extinction yakni hukum pemusnahan yang dituntut. Jika
refleks yang sudah diperkuat melalui Respondent Conditioning itu didatangkan
kembali tanpa menghadirkan reinfocer, maka kekuatannya akan menurun.
3. Operant Conditioning menurut B.F.Skinner
Dari eksperimen yang dilakukan B.F. Skinner terhadap tikus dan selanjutnya terhadap
burung merpati menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya :
 Law of Operant Conditining yaitu jika timbulnya perilaku diiringi dengan
stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan meningkat.
 Law of Operant Extinction yaitu jika timbulnya perilaku operant telah diperkuat
melalui proses conditioning itu tidak diiringi stimulus penguat, maka kekuatan
perilaku tersebut akan menurun bahkan musnah.
4. Social Learning menurut Albert Bandura
Teori belajar sosial atau disebut juga teori observational learning adalah
sebuah teori belajar yang relative masih baru dibandingkan dengan teori-teori
belajar lainnya. Berbeda dengan penganut Behaviorisme lainnya, Bandura
memandang perilaku individu tidak semata-mata refleks otomatis atas stimulus
(S-R Bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi
antara lingkungan dengan skema kognitif individu itu sendiri.
Prinsip dasar belajar menurut teori ini, bahwa yang dipelajari individu
terutama dalam belajar sosial dan moral terjadi melalui peniruan (imitation) dan
penyajian contoh perilaku (modelling). Teori ini juga masih memandang
pentingnya conditioning. Melalui pemberian reward dan punishment, seorang
individu akan berfikir dan memutuskan perilaku sosial mana yang perlu
dilakukan.
1.9 Implementasi Teori Behaviorisme

Berlandaskan teori dan prinsipnya, ini adalah implementasi dari teori belajar Behaviorisme :
1. Memutuskan visi/misi dan parameter pembelajaran.
2. Pengetahuan awal siswa dalam lingkungan belajar akan di identifikasi dan di analisis.
3. Memutuskan jenis materi yang akan disampaikan.
4. Menjelaskan materi menjadi kategori dalam bentuk kecil seperti topik, poin
pembahasan dan sub-poin.
5. Presentasi atau penjelasan pembelajara.
6. Melepaskan rangsangan (stimulus) ke siswa.
7. Memperhatikan dan mendalami siswa dalam bereaksi terhadap stimulus yang dilepaskan.
8. Menyampaikan penjelasan positif dan negative yang baik kepada siswa.
9. Melepaskan kembali stimulasi.
10. Memperhatikan dan mendalami siswa dalam merespon stimulus.
11. Menyampaikan penjelasan lagi baik negative dan positif.
12. Akhiri dengan kesimpulan dan evaluasi hasil belajar.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil yaitu mengenai pembahasan belajar


merupakan langkah perubahan perilaku dan contoh Teori Behaviorisme di
sekolah. Siswa dikatakan telah belajar bila ada perubahan perilaku. Masukan atau
stimulus dan keluaran berbentuk respon merupakan hal yang paling fundamental.
Wujud yang terjadi Ketika antara stimulus dan respon akan diasumsikan tidak
penting karena tidak dapat diukur. Pengulangan materi merupakan elemen paling
mendasar dalam belajar. Jika pengulangan pada materi dilaksanakan kembali
maka respon yanh dihasilkan akan semakin solid, hal tersebut juga akan berlaku
bila dilaksanakan pada respon.

Implementasi Teori Behaviorisme ini bisa disimpulkan bahwa teori ini


menekankan pada kegiatan “mimetic” yang berarti penguatan pada pengetahuan
yang telah dipelajari. Presentasi pada mata pelajaran harus disusun dengan runtut
dan di kategorikan secara rinci. Pada evaluasi, Teori Behaviorisme ini
pembelajaran yang lebih baik. Dan siswa bila menjawab atau merespon dengan
benar maka siswa sudah mengatasi tugas belajar.
DAFTAR PUSTAKA

https://bocahkampus.com

https://www.academic.edu

https://safnowandi.wordpress.com/2012/11/03/teori-behaviorisme

https://mushaitir03.blogspot.com/2017/10/teori-behavioristik

https://www.tripven.com/teori-belajar-behaviorisme

https://sites.google.com

Anda mungkin juga menyukai