Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

TEORI BELAJAR & PEMBELAJARAN

Tentang :

“Pengertian Belajar & Pembelajaran, Prinsip Pembelajaran,

dan Paradigma dalam Belajar”

Disusun Oleh :

KELOMPOK 1

1. MAISAROH FAUZI (18061110021)

2. ISLAMIA AGUSTINA (180611100136)

3. WANDAR RIZKY R. (180611100140)

4. KARIMAH (180611100142)

5. Rr. INDAH PALUPI (180611100150)

6. BENETA YULIANA WIJAYA (180611100154)

Dosen Pembimbing :

ANDIKA ADINANDA SISWOYO, S.Pd., M.Pd

UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA

2018
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.................................................................................................i

BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................1

1.1 Latar Belakang.........................................................................1

1.2 Rumusan Masalah....................................................................2

1.3 Tujuan Penulisan......................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................3

2.1 Pengertian Belajar dan Pembelajaran.......................................3

2.2 Prinsip Pembelajaran................................................................5

2.3 Paradigma dalam Belajar.........................................................8

BAB III PENUTUP....................................................................................10

3.1 Kesimpulan............................................................................10

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................11

i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembelajaran  merupakan sebuah proses menuju  tercapainya tujuan


pendidikan. Dalam hal ini,  proses pembelajaran sangatlah menentukan hendak
kemana anak didik itu akan dibawa. Berbagai macam model pembelajaranpun
dilaksanakan untuk meraih tujuan yang ideal. Karena proses pembelajaran
merupakan bagian yang integral dari pendidikan.
Dalam konteksnya dengan teori belajar dan pembelajaran yang
diintegrasikan kedalam pendidikan Islam, beberapa teori belajar dan pembelajaran
ditawarkan untuk bisa diterapkan. Diantara teori belajar  pembelajaran tersebut
adalah teori behavioristik dan kognitivistik. Teori ini membuat suatu gambaran
dari miniature problematika kehidupan yang akan dihadapi oleh peserta didik dan
guru sebagai pengajar. Berangkat dari sebuah pengalaman yang dimainkan dan
dilakukan oleh para ahli pembelajaran, menggambarkan tentang berbagai kegiatan
dan aktifitas kehidupan sehari-hari, baik dalam hubungannya dengan ibadah,
maupun dalam kaitannnya dengan muamalah.
Akan menjadi sebuah kesulitan bagi guru apabila kurang memahami teori
pembelajaran proses belajar mengajar yang dilakukan tidak sesuai dengan
harapan. Disinilah sejatinya peran seorang pendidik untuk memilih peran-peran
penting yang sekiranya akan ketika mengajar didepan peserta didik. Secara umum
kita bisa memahami teori apa yang akan kita gunakan apabila sebagai guru yang
mengajarkan tentang Pendidikan Agama Islam untuk menerapkan teori
tersebut ,Maka dalam makalah ini akan dibahas tentang berbagai teori
pembelajaran baik itu dari teori barat maupun teori dari ahli-ahli Muslim.
Lalu yang menjadi realita dilapangan bahwa pendidik belum banyak memahami
dan mendalami teori-teori belajar yang sesuai dan dapat diterapkan dalam proses
belajar mengajar terutama pada mata pelajaran Pendidikan agama Islam.

1
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa pengertian belajar dan pembelajaran menurut para tokoh?
b. Bagaimana prinsip pembelajaran?
c. Bagaimana paradigma dalam belajar?
1.3 Tujuan Penulisan
a.Untuk mengetahui dan memahami apa yang dimaksud dengan teori belajar
dan pembelajaran menurut para tokoh.
b. Untuk mengetahui dan memahami prinsip pembelajaran.
c. Untuk mengetahui dan memahami paradigma dalam belajar.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Belajar dan Pembelajaran

Kata atau istilah belajar bukanlah sesuatu yang baru, sudah sangat di kenal
secara luas, namun dalam pembahasan belajar ini masing-masing ahli memiliki
pemahaman dan devinisi yang berbeda-beda, walaupun secara praktis masing-
masing kita sudah sangat memahami apa yang di maksud belajar tersebut. Oleh
karena itu, untuk menghindari pemahaman yang beragan tersebut, berikuit akan di
kemukakan berbagai devinisi belajar menurut para ahli.
Menurut R.Gagne(1989), belajar adalah suatu proses dimana suatu
organisme berubah perilakunya sebagaia akibat pengalaman. Kemuadian Gagne
menyimpulakan teorinya sebagai The Domains Of Learning, yang berisi lima
kategori, anatara lain :
1. Keterampilan motoris (Motor Skill) adalah keterampilan yang diperlihatkan
dari berbagai gerakan badan, misalnya menulis, menendang bola, bertepuk
tangan, berlari, dan loncat.
2. Informasi verbal: Informasi ini sangat di pengaruhi oleh kemampuan otak atau
intelejensi seseorang, misalnya seseorang dapat memahami sesuatu dengan
berbicara, menggambar dan sebagainya yang berupa simbol yang
tampak(verbal).
3. Kemempuan intelektual, selain menggunakan simbol verbal, manusia juga
mampu melakukan interaksi dengan dunian luar melalui kemampuan
intelektualnya, misalnya mampu membedakan warna, bentuk, dan ukuran.
4. Strategi kognitif, gagne menyebutnya sebagai organisasi keterampilan yang
internal (internal organize skill), yang sangat diperlukan untuk belajar
mengingat dan berfikir. Kemampuan kognitif ini lebih ditujukan kedunia luar,
dan tidak dapat dipelajari dengan sekali saja memerlukan perbaikan dan latihan
terus menerus yang serius.
5. Sikap (attitude): Sikap merupakan faktor penting dalam belajar, karena tanpa
kemampuan ini belajar tak akan berhasil dengan baik. Sikap seseorang dalam
belajar akan sangat mempengaruhi hasil yang diperoleh dari belajar tersebut.

3
Sikap akan sangat tergantung pada pendirian, kepribadian, dan keyakinan nya,
tidak dapat dipelajari atau dipaksakan, tetapi perlu kesadaran diri yang penuh.

Menurut Burton dalam Usman dan Setiawati (1993:4), belajar dapat


diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya
interaksi antara individu dengan individu lain dan individu dengan lingkungannya
sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya. Sementara
menurut E.R. Hilgard (1962) belajar adalah suatu perubahan kegiatan reaksi
terhadap lingkungan. Perubahan kegiatan yang dimaksud mencakup pengetahuan,
kecakapan, tingkah laku, dan ini diperoleh dari latihan (pengalaman).

Adapun menurut Hamalik (2003) menjelaskan bahwa belajar adalah


memodifikasi atau memperteguh perilaku melalui pengalaman. Maksudnya
belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan, dan bukan merupakan suatu hasil
atau tujuan. Dengan demikian, belajar bukan sekedar mengingat atau menghafal
saja, namun lebih luas dari itu yaitu mengalami. Adapun yang terakhir menurut
W.S. Winkle (2002) belajar adalah suatu aktivitas mental yang berlangsung dalam
interaksi aktif antara seseorang dengan lingkungan, dan menghasilkan perubahan-
perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap yang
bersifat relatif konstan dan berbekas.

Dari beberapa perngertian belajar di atas, dapat ditarik kesimpuulan bahwa


belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan seseorang dengan sengaja dalam
keadaan sadar untuk memperoleh suatu konsep, pemahaman, atau pengetahuan
baru sehinggga memungkin seseorang terjadinya perilaku yang relatif tetap baik
dalam berpikir, merasa, maupun dalam bertindak.

Kata pembelajaran merupakan perpaduan dari dua aktifitas belajar dan


mengajar. Aktifitas belajar secara metodologis cenderung lebih dominan pada
siswa sementara mengajar secara instruksional dilakukan oleh guru. Kata atau
istilah pembelajaran dan penggunaan nya masih tergolong baru pembelajaran
diartikan sebagai proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar. Dengan kata lain, pembelajar adalah proses
untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Namun dalam

4
implementasinya, seringkali kata pembelajaran ini di identikan dengan kata
mengajar. Dalam penerapannya, proses pembelajaran ini juga ada kaidah-kaidah
tertentu agar berjalan dengan baik. Kaidah-kaidah itu disebut sebagai prinsip-
prinsip dalam pembelajaran.

B. Prinsip Pembelajaran
Menurut Syaiful Sagala prinsip-prinsip pembelajaran yaitu prinsip
perkembangan, perbedaan individu, minat, kebutuhan, aktivitas dan motivasi.
Sementara Ahmad Rohani berpendapat bahwa prinsip pembelajaran adalah
termasuk aktivitas, motivasi, individualitas, lingkungan, konsentrasi, kebebasan,
peragaan, kerjasama dan persaingan, apersepsi, korelasi, efisiensi dan efektivitas,
globalitas, permainan dan hiburan. Wina Sanjaya mengatakan bahwa yang
termasuk prinsip pembelajaran adalah tujuan, aktivitas, individualitas, integritas,
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang dan motivasi.
Adapun penjelasan tentang prinsip-prinsip pembelajaran diuraikan sebagai
berikut:
1. Perhatian dan Motivasi
Perhatian mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar. Menurut
Gage dan Berliner dalam Dimyati dan Mudjiono (2009:42), dari kajian teori
belajar pengolahan informasi terungkap bahwa tanpa adanya perhatian tak
mungkin terjadi belajar. Perhatian terhadap pelajaran akan timbul pada siswa
apabila bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhannya.
Disamping perhatian, motivasi mempunyai peranan penting dalam
kegiatan belajar. Motivasi adalah tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan
aktivitas seseorang. Motivasi dapat dibandingkan dengan mesin dan kemudi pada
mobil menurut Gage dan Berliner dalam Dimyati dan Mudjiono (2009:42).
Motivasi dapat juga di artikan sebagai tujuan dan alat dalam pembelajaran.
Motivasi dapat bersifat internal, artinya datang dari dirinya sendiri, dapat
juga bersifat eksternal yakni dari orang lain, guru, teman, orang tua dan
sebagainya. Motivasi dibedakan atas motif intrinsik dan motif ekstrinsik. Motif
Intrinsik adalah tenaga pendorong yang sesuai dengan perbuatan yang dilakukan.
Contoh, seorang siswa yang dengan sungguh-sungguh mempelajari mata
pelajaran di sekolah karena ingin memiliki pengetahuan yang dipelajarinya.

5
Sedangkan Motif Ekstrinsik adalah tenaga pendorong yang ada di luar perbuatan
yang dilakukannya tetapi menjadi penyertanya. Contoh, siswa belajar bersungguh-
sungguh bukan disebabkan ingin memiliki pengetahuan yang dipelajarinya
melainkan didorong oleh keinginan naik kelas atau mendapat ijazah.
2. Keaktifan
Belajar tidak bisa dipaksakan orang lain dan juga tidak bisa dilimpahkan
kepada orang lain. Belajar hanya mungkin tejadi apabila anak aktif mengalaminya
sendiri. Menurut Jhon Dewey dalam Davies (1937:31), mengemukakan bahwa,
belajar adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa untuk dirinya sendiri,
maka inisiatif harus datang dari siswa sendiri. Guru sekedar pembimbing dan
pengarah.
Menurut Thomas M. Risk dalam Zakiah Daradjat, “teaching is
theguidance of learning experiences.” Mengajar adalah proses membimbing
pengalaman belajar. Pengalaman tersebut diperoleh apabila peserta didik
mempunyai keaktifan untuk bereaksi terhadap lingkungannya. Apabila seorang
anak ingin memecahkan suatu persoalan dia harus dapat berpikir sistematis atau
menurut langkah-langkah tertentu, termasuk ketika dia menginginkan suatu
keterampilan tentunya harus pula dapat menggerakkan otot-ototnya untuk
mencapainya.
Prinsip aktivitas di atas menurut pandangan psikologis bahwa segala
pengetahuan harus diperoleh melalui pengamatan dan pengalaman sendiri. Jiwa
memiliki energi sendiri dan dapat menjadi aktif karena didorong oleh kebutuhan-
kebutuhan. Jadi, dalam pembelajaran yang mengolah dan mencerna adalah peserta
didik sesuai dengan kemauan, kemampuan, bakat dan latar belakang masing-
masing, guru hanya merangsang keaktifan peserta didik dengan menyajikan bahan
pelajaran.
3. Keterlibatan Langsung/Pengalaman
Prinsip keterlibatan langsung merupakan hal yang penting dalam
pembelajaran. Pembelajaran sebagai aktivitas mengajar dan belajar, maka guru
harus terlibat langsung begitu juga peserta didik. Prinsip keterlibatan langsung ini
mencakup keterlibatan langsung secara fisik maupun non fisik. Prinsip ini

6
diarahkan agar peserta didik merasa dirinya penting dan berharga dalam kelas
sehingga dia bisa menikmati jalannya pembelajaran.
Menurut Edgar Dale dalam Dimyati (2009:45), “Belajar yang baik adalah
belajar dari pengalaman langsung”. Dalam belajar melalui pengalaman langsung
siswa tidak sekedar mengamati secara langsung tetapi ia harus menghayati,
terlibat langsung dalam perbuatan, dan bertanggung jawab terhadap hasilnya.
4. Pengulangan
Prinsip pembelajaran yang menekankan pentingnya pengulangan yang
barangkali paling tua seperti yang dikemukakan oleh teori psikologi daya.
Menurut teori ini bahwa belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia
yang terdiri dari daya mengamat, menangkap, mengingat, menghayal, merasakan,
berpikir dan sebagainya. Dengan mengadakan pengulangan maka daya-daya
tersebut akan berkembang.
Teori lain yang menekankan prinsip pengulangan adalah teori
koneksionisme. Tokohnya yang terkenal adalah Thorndike dengan teorinya yang
terkenal pula yaitu “law of exercise” bahwa belajar ialah pembentukan hubungan
antara stimulus dan respon, dan pengulangan terhadap pengalaman-pengalaman
itu memperbesar timbulnya respon benar. Hubungan stimulus dan respons akan
bertambah erat kalau sering dipakai dan akan berkurang bahkan hilang sama
sekali jika jarang atau tidak pernah digunakan. Oleh karena itu, perlu banyak
latihan, pengulangan, dan pembiasaan.
5. Tantangan
Kuantzu dalam Azhar Arsyad mengatakan: “if you give a man fish, he will
have a single meal. If you teach him how to fish he will eat all his life”.
Pernyataan Kuantzu ini senada dengan prinsip pembelajaran yang berupa
tantangan, karena peserta didik tidak merasa tertantang bila hanya sekedar disuapi
sehingga dirinya tinggal menelan apa yang diberikan oleh guru. Sebab, tanpa
tantangan peserta didik merasa masa bodoh dan kurang kreatif sehingga tidak
berkesan materi yang diterimanya. Agar pada diri peserta didik timbul motif yang
kuat untuk mengatasi hambatan dengan baik, maka materi pembelajaran juga
harus menantang sehingga peserta didik bergairah untuk mengatasinya.
6. Balikan dan Penguatan

7
Prinsip pembelajaran yang berkaitan dengan balikan dan penguatan,
ditekankan oleh teori operant conditioning, yaitu law of effect. Bahwa peserta
didik akan belajar bersemangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang
baik. Hasil yang baik akan merupakan balikan yang menyenangkan dan
berpengaruh baik bagi hasil usaha belajar selanjutnya. Namun dorongan belajar
tidak hanya oleh penguatan yang menyenangkan atau penguatan positif,
penguatan negatif pun dapat berpengaruh pada hasil belajar selanjutnya.
Apabila peserta didik memperoleh nilai yang baik dalam ulangan tentu dia
akan belajar bersungguh-sungguh untuk memperoleh nilai yang lebih baik untuk
selanjutnya. Karena nilai yang baik itu merupakan penguatan positif. Sebaliknya,
bila peserta didik memperoleh nilai yang kurang baik tentu dia merasa takut tidak
naik kelas, karena takut tidak naik kelas, dia terdorong pula untuk belajar lebih
giat. Inilah yang disebut penguatan negatif yang berarti bahwa peserta didik
mencoba menghindar dari peristiwa yang tidak menyenangkan.
7. Perbedaan Individu
Siswa merupakan individual yang unik artinya orang satu dengan yang
lain berbeda. Perbedaan itu terdapat pada karakteristik psikis, kepribadian, dan
sifat lainnya. Untuk dapat memberikan bantuan agar peserta didik dapat mengikuti
pembelajaran yang disajikan oleh guru, maka guru harus benar-benar dapat
memahami ciri-ciri para peserta didik tersebut. Begitu pula guru harus mampu
mengatur kegiatan pembelajaran, mulai dari perencanaan, proses pelaksanaan
sampai pada tahap terakhir yaitu penilaian atau evaluasi, sehingga peserta didik
secara total dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik tanpa perbedaan
yang berarti walaupun dari latar belakang dan kemampuan yang berbeda-beda.
C. Paradigma dalam Belajar

Setiap strategi guru didasari pada paradigma yang berbeda mengenai cara
siswa belajar. Hal yang penting dipahami saat ini, bahwa  strategi tumbuh dari
paradigma yang berbeda. Asumsi yang mendasarinya adalah, bahwa pembelajaran
yang lebih baik akan terjadi ketika guru mulai mendapatkan pemahaman yang
prima tentang bagaimana kegiatan belajar terjadi. Guru akan menjadi lebih efektif
bila dia secara sadar memilih untuk menggunakan strategi mengajar, memperluas

8
perbendaharaan strategi dan ahli dalam menggunakan strategi itu. Berikut adalah
lima strategi mengajar yang dimaksud.
1. Strategi 1 : Pelatihan dan pelatihan lanjut, yaitu mengembangkan keterampilan
dasar dan lanjutan dengan tujuan jelas, melaksanakan pembelajaran dengan
langkah-langkah tertentu, dan memperkuat setiap kemajuan. 
2. Strategi 2 : Ceramah dan menjelaskan, yaitu menyajikan informasi dengan cara
yang dapt dipahami, mudah diproses, dan diingat. 

3. Strategi 3 : Mencari dan menemukan, yaitu pembelajaran keterampilan


berpikir, pemecahan masalah, dan kreativitas melalui penyelidikan dan
penemuan. 

4. Strategi 4 : Kelompok dan tim, yaitu berbagi informasi, bekerja sama secara
kooperatif pada pembelajaran proyek, serta mengeksplorasi sikap, pendapat,
dan keyakinan melalui proses kelompok. 

5. Strategi 5 : Pengalaman dan refleksi, yaitu mengaktifkan siswa untuk


merefleksikan pembelajaran yang terjadi dilingkungan kerja, magang, studi
wisata atau kegiatan di luar ruangan.

Kelima strategi diatas menyediakan kerangka kerja konseptual yang


berguna untuk mengorganisasi kegiatan pembelajaran. Kelimanya dapat
digunakan dengan materi pelajaran dalam pengaturan apapun dan di setiap
kelompok usia siswa, bahkan juga untuk siswa perguruan tinggi. Lima strategi,
bersama dengan tiga perspektif (materi pelajaran, cara mengelola/mengatur
pembelajaran, dan siswa) menyediakan informasi dasar professional bahwa setiap
guru agar menjadi lebih efektif dalam melaksanakan tugasnya. Selebihnya tentu
mengandalkan pelatihan, kesabaran, dan kerja keras.

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan seseorang dengan sengaja


dalam keadaan sadar untuk memperoleh suatu konsep, pemahaman, atau
pengetahuan baru sehinggga memungkin seseorang terjadinya perilaku yang
relatif tetap baik dalam berpikir, merasa, maupun dalam bertindak. Sedangkan
pembelajaran merupakan perpaduan dari dua aktifitas belajar dan mengajar.
Aktifitas belajar secara metodologis cenderung lebih dominan pada siswa
sementara mengajar secara instruksional dilakukan oleh guru. Dalam
penerapannya, proses pembelajaran ini juga ada kaidah-kaidah tertentu agar
berjalan dengan baik. Kaidah-kaidah itu disebut sebagai prinsip-prinsip dalam
pembelajaran. Prinsip-prinsip dalam pembelaran mencakup antara lain : perhatian
dan motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung/pengalaman, pengulangan,
tantangan, balikan dan penguatan, dan perbedaan individu. Selain itu, dalam
proses belajar dan pembelajaran seorang guru tentunya harus memiliki strategi-
strategi tertentu agar peserta didiknya dapat menangkap dan mengerti maksud dari
apa yang sedang di ajarkan. Strategi inilah yang disebut paradigma dalam
pembelajaran yang mana akan terdapat berbagai macam metode yang dapat
mendukung terbentuknya suatu proses pembelajaran yang ideal.

10
DAFTAR PUSTAKA

Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar Dan Pembelajaran Di Sekolah Dasar.


Jakarta: Kencana

http://nhuynhuy1994.blogspot.com/2014/11/prinsip-prinsip-
pembelajaran_11.html?m=1

http://10010rmp.blogspot.com/2012/03/paradigma-belajar.html?m=1

11

Anda mungkin juga menyukai