Anda di halaman 1dari 43

MAKALAH STRATEGI PEMBELAJARAN

TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

OLEH:

WIDYA WATI

DOSEN PEMBIMBING:

Prof. FESTIYED, MS

KONSENTRASI PENDIDIKAN FISIKA

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2010
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat

dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul

teori belajar dan pembelajaran yang dibimbing oleh ibu Prof. Dr Festiyed, M.Si.

Makalah yang ditulis penulis ini berbicara mengenai teori belajar dan

pembelajaran. Penulis menuliskannya dengan mengambil dari beberapa sumber

baik dari buku maupun dari internet dan membuat gagasan dari beberapa sumber

yang ada tersebut.

Penulis berterima kasih kepada beberapa pihak yang telah membantu penulis

dalam penyelesaian makalah ini. Hingga tersusun makalah yang sampai dihadapan

pembaca pada saat ini.

Penulis juga menyadari bahwa makalah yang penulis tulis ini masih banyak

kekurangan. Karena itu sangat diharapkan bagi pembaca untuk menyampaikan

saran atau kritik yang membangun demi tercapainya makalah yang lebih baik.

Padang, September 2010

Widya Wati

1
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................


i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI ..........................................................................................................
iii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................3
BAB II TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN...........................................4
1.1 TEORI BELAJAR.........................................................................................4
1.1.1 Teori Behaviorisme.....................................................................................4
1.1.2 Teori Kognitivisme......................................................................................9
1.1.3 Teori Konstruktivisme..............................................................................11
1.1.4 Teori Belajar Humanistik.........................................................................14
1.1.5 Teori Belajar Kecerdasan Ganda..............................................................16
1.2 TEORI PEMBELAJARAN.........................................................................18
BAB III PENUTUP..............................................................................................21
Kesimpulan.........................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................23

2
BAB I

PENDAHULUAN

Di dalam proses belajar dan mengajar ada berbagai kendala. Kendala

tersebut bisa berupa kondisi pembelajaran yang membosankan, siswa yang kurang

memperhatikan dan tidak mau mendengarkan penjelasan gurunya,serta anak didik

yang bandel. Bagi guru semua peristiwa tersebut adalah peistiwa yang sangat

menjengkelkan,sehingga guru menganggap kelas tersebut menjadi kelas yang

bandel,sulit di diurus dan lain sebagainya.

Guru yang demikian tidak bisa dikatakan sebagai guru yang bijak karena

hal-hal yang membosankan pada proses pembelajaran dikelas dipicu oleh guru

tersebut yang tidak mampu mengkondisikan kelas senyaman mungkin bagi

siswanya disaat proses belajar dilaksanakan.

Ketika mengajar guru tidak berusaha mencari informasi,apakah materi

yang telah diajarkannya telah dipahami siswa atau belum.Ketika proses belajar

dan pembelajaran guru tidak berusaha mengajak siswa untuk berpikir.Komunikasi

terjadi hanya pada satu arah,yaitu dari guru kesiswa.Guru berpikir bahwa materi

pelajaran lebih penting daripada mengembangkan kemampuan berpikir peserta

didik.Lalu guru menganggap peserta didik sebagai tong kosong yang harus diisi

dengan sesuatu yang dianggap penting. Hal-hal demikian adalah kekeliruan guru

dalam mengajar. Dari permasalahan di atas, kita menyadari bahwa, sebuah teori

3
pembelajaran sebaiknya juga menyangkut suatu praktek untuk membimbing

seseorang bagaimana caranya ia memperoleh pengetahuan dan keterampilan,

pandangan hidup, serta pengetahuan akan kebudayaan masyarakat sekitarnya.

Oleh karena itu makalah yang membahas mengenai teori belajar ini

disusun agar para pendidik mampu mengetahui dan memahami secara teoritis

perubahan perilaku peserta didik dalam proses belajar dan pembelajaran sehingga

proses belajar tersebut bisa berjaalan secara maksimal berdasarkan tujuan awal

pembelajaran itu sendiri.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan teori ?

2. Apa yang dimaksud dengan belajar ?

3. Apa yang dimaksud dengan teori Behavioristik ?

4. Apa yang dimaksud dengan teori Kognitivistik ?

5. Apa yang dimaksud dengan teori Konstruksivistik ?

6. Apa yang dimaksud dengan teori Humanistik ?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari teori.

2. Untuk mengetahui dan memahami pengertian dari belajar.

3. Untuk mengetahui dan memahami pengertian dan penjelasan dari

teori Behavioristik.

4. Untuk mengetahui dan memahami pengertian teori belajar Kognitif.

5. Untuk mengetahui dan memahami pengertian teori Konstruktivisme.

6. Untuk mengetahui dan memahami pengertian teori Humanistik

4
BAB II TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

1.1 TEORI BELAJAR

Teori belajar berpangkal pada pandangan hakikat manusia, yaitu hakikat

manusia menurut pandangan john locke yaitu manusia merupakan organisme yang

pasif. Locke menganggap bahwa manusia itu seperti kertas putih, hendak ditulisi

apa kertas itu sangat tergantung pada orang yang menulisnya. Dari pandnagan ini

muncul aliran belajar behavioristik-elementeristik.

Sedangkan menurut Leibnitz pandangan mengenai hakikat manusia adalah

organism yang aktif. Manusia merupakan sumber daripada semua kegiatan. Pada

dasarnya manusia bebas untuk berbuat, manusia bebas untuk membuat pilihan

dalam setiap situasi. Titik pusat kebebasan ini adalah kesadarannya sendiri. Dari

pandangan ini muncul aliran belajar yaitu belajar kognitif-holistik.

1.1.1 Teori Behaviorisme

Teori belajar behavioristik menjelaskan belajar itu adalah perubahan perilaku


yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret. Perubahan terjadi melalui
rangsangan (stimulans) yang menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respon)
berdasarkan hukum-hukum mekanistik. Stimulans tidak lain adalah lingkungan
belajar anak, baik yang internal maupun eksternal yang menjadi penyebab belajar.
Sedangkan respons adalah akibat atau dampak, berupa reaksi fifik terhadap
stimulans. Belajar berarti penguatan ikatan, asosiasi, sifat dan kecenderungan
perilaku S-R (stimulus-Respon). Teori Behavioristik:
1. Mementingkan faktor lingkungan
2. Menekankan pada faktor bagian

5
3. Menekankan pada tingkah laku yang nampak dengan mempergunakan
metode obyektif.
4. Sifatnya mekanis
5. Mementingkan masa lalu

Edward LeeThorndike
Menurutnya belajar merupakan proses interaksi antara stimulus dan respon.
Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran,
perasaan atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Respon
adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, juga dapat berupa
pikiran, perasaan, gerakan atau tindakan. teori ini sering disebut teori
koneksionisme.Edwin Gutrie Ia berpendapat bahwa tingkah laku manusia dapat
diubah, tingkah laku baik dapat diubah menjadi buruk dan sebalkinya tingkah
laku buruk dapat diubah menjadi baik. Teori Gutrie berdasarkan atas model
penggantian stimulus satu ke stimulus yang lain.
Tiga metode pengubahan tingkah laku ang dikemukakan Gutrie antara lain:
1. Metode respon bertentangan. Misalnya jika anak takut terhadap sesuatu,
misalnya kucing, maka letakkan permainan yang disukai anaka dekat dengan
kucing. Dengan mendekatkan permainan anak pada kucing lambat laun anak tidak
akan takut lagi pada kucing.
2. Metode membosankan. Misalnya seorang anak mencoba-coba mengisap
rokok, minta kepadanya untuk mengisap rokok terus sampai bosan, setelah ia
bosan ia akan berhenti merokok dengan sendirinya.
3. Metode mengubah tingkah laku. Jika anak bosan belajar, ubahlah lingkungan
belajarnya dengan suasana lain dengan yang lebih nyaman dan menyenangkan,
sehingga ia merasa tertarik untuk belajar.
Watson Setelah ia mengadakan berbagai eksperimen ia menyimpulkan bahwa
pengubahan tingkah laku dapat dilakukan melalui latihan atau membiasakan
memberikan reaksi terhadap stimulus yang diterima. Stimulus dan respon tersebut
harus dapat diamati dalam bentuk tingkah laku.
Clark hull sangat terpengaruh terhadap teori evolusi charles Darwin. Semua
fungsi tingkah laku mengemukakan bahwa semua fungsi tingkah laku bermanfaat
terutama untuk menjaga kelangsungan hidup. Karena ituu kebutuhan biologis dan
pemuasan biologis menempati posisi sentral.
Implikasi logisnya adalah guru harus merencanakan kegiatan belajar mengajar
berdasarkan pengamatan yang dilakukan terhadap motivasi belajar yang terdapat
pada siswa. Dengan adanya motivasi, maka belajar merupakan penguatan. Makin
banyak belajar makain banyak reinforcementm makin besar motivasi memberikan
respon yang menuju keberhasilan belajar.
Burrhus Frederic Skinner (1904-1990).Seperti halnya kelompok penganut
psikologi modern, Skinner mengadakan pendekatan behavioristik untuk
menerangkan tingkah laku. Pada tahun 1938, Skinner menerbitkan bukunya yang
berjudul The Behavior of Organism. Dalam perkembangan psikologi belajar, ia

6
mengemukakan teori operant conditioning. Buku itu menjadi inspirasi
diadakannya konferensi tahunan yang dimulai tahun 1946 dalam masalah “The
Experimental an Analysis of Behavior”. Hasil konferensi dimuat dalam jurnal
berjudul Journal of the Experimental Behaviors yang disponsori oleh Asosiasi
Psikologi di Amerika (Sahakian,1970)
Skinner berkebangsaan Amerika dikenal sebagai tokoh behavioris dengan
pendekatan model instruksi langsung dan meyakini bahwa perilaku dikontrol
melalui proses operant conditioning. Di mana seorang dapat mengontrol tingkah
laku organisme melalui pemberian reinforcement yang bijaksana dalam
lingkungan relatif besar. Dalam beberapa hal, pelaksanaannya jauh lebih fleksibel
daripada conditioning klasik.Gaya mengajar guru dilakukan dengan beberapa
pengantar dari guru secara searah dan dikontrol guru melalui pengulangan dan
latihan.Menajemen Kelas menurut Skinner adalah berupa usaha untuk
memodifikasi perilaku antara lain dengan proses penguatan yaitu memberi
penghargaan pada perilaku yang diinginkan dan tidak memberi imbalan apapun
pada perilaku yanag tidak tepat. Operant Conditioning adalah suatu proses
perilaku operant (penguatan positif atau negatif) yang dapat mengakibatkan
perilaku tersebut dapat berulang kembali atau menghilang sesuai dengan
keinginan.Skinner membuat eksperimen sebagai berikut :
Dalam laboratorium Skinner memasukkan tikus yang telah dilaparkan dalam
kotak yang disebut “skinner box”, yang sudah dilengkapi dengan berbagai
peralatan yaitu tombol, alat pemberi makanan, penampung makanan, lampu
yangdapat diatur nyalanya, dan lantai yanga dapat dialir listrik. Karena dorongan
lapar tikus beruasah keluar untuk mencari makanan. Selam tikus bergerak kesana
kemari untuk keluar dari box, tidak sengaja ia menekan tombol, makanan keluar.
Secara terjadwal diberikan makanan secara bertahap sesuai peningkatan perilaku
yang ditunjukkan si tikus, proses ini disebut shapping.
Berdasarkan berbagai percobaannya pada tikus dan burung merpati Skinner
mengatakan bahwa unsur terpenting dalam belajar adalah penguatan. Maksudnya
adalah pengetahuan yang terbentuk melalui ikatan stimulus respon akan semakin
kuat bila diberi penguatan. Skinner membagi penguatan ini menjadi dua yaitu
penguatan positif dan penguatan negatif. Bentuk bentuk penguatan positif berupa
hadiah, perilaku, atau penghargaan. Bentuk bentuk penguatan negatif antara lain
menunda atau tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan atau
menunjukkan perilaku tidak senang.
Beberapa prinsip Skinner antara lain :
1. Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan,
jika bebar diberi penguat.
2. Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
3. Materi pelajaran, digunakan sistem modul.
4. Dalam proses pembelajaran, tidak digunkan hukuman. Untuk itu lingkungan
perlu diubah, untukmenghindari adanya hukuman.
5. Dalam proses pembelajaran, lebih dipentingkan aktifitas sendiri.

7
6. Tingkah laku yang diinginkan pendidik, diberi hadiah, dan sebaiknya hadiah
diberikan dengan digunakannya jadwal variabel Rasio rein forcer.
7. Dalam pembelajaran digunakan shaping.

Teori behaviorisme yang menekankan adanya hubungan antara stimulus (S)


dengan respons (R) secara umum dapat dikatakan memiliki arti yang penting bagi
siswa untuk meraih keberhasilan belajar. Caranya, guru banyak memberikan
stimulus dalam proses pembelajaran, dan dengan cara ini siswa akan merespons
secara positif apa lagi jika diikuti dengan adanya reward yang berfungsi sebagai
reinforcement (penguatan terhadap respons yang telah ditunjukkan). Oleh karena
teori ini berawal dari adanya percobaan sang tokoh behavioristik terhadap
binatang, maka dalam konteks pembelajaran ada beberapa prinsip umum yang
harus diperhatikan. Menurut Mukinan (1997: 23), beberapa prinsip tersebut
adalah:
1. Teori ini beranggapan bahwa yang dinamakan belajar adalah perubahan

tingkah laku. Seseorang dikatakan telah belajar sesuatu jika yang

bersangkutan dapat menunjukkan perubahan tingkah laku tertentu.

2. Teori ini beranggapan bahwa yang terpenting dalam belajar adalah adanya

stimulus dan respons, sebab inilah yang dapat diamati. Sedangkan apa yang

terjadi di antaranya dianggap tidak penting karena tidak dapat diamati.

3. Reinforcement, yakni apa saja yang dapat menguatkan timbulnya respons,

merupakan faktor penting dalam belajar. Respons akan semakin kuat apabila

reinforcement (baik positif maupun negatif) ditambah.

ü Kelebihan Teori Belajar Behavioristik[1]


1. Membiasakan guru untuk bersikap jeli dan peka pada situasi dan kondisi
belajar
2. Metode behavioristik ini sangat cocok untuk memperoleh kemampuan yang
menbutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti:
kecepatan, spontanitas, kelenturan, refleksi, daya tahan, dan sebagainya.
3. Guru tidak banyak memberikan ceramah sehingga murid dibiasakan belajar
mandiri. Jika menemukan kesulitan baru ditanyakan kepada guru yang
bersangkutan
4. Teori ini cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih
membutuhkan dominansi peran orang dewasa , suka mengulangi dan harus
dibiasakan, suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung
seperti diberi permen atau pujian.

8
5. Mampu membentuk suatu perilaku yang diinginkan mendapatkan penguatan
positif dan perilaku yang kurang sesuai mendapat penghargaan negatif, yang
didasari pada perilaku yang tampak.
6. Dengan melalui pengulangan dan pelatihan yang kontinue dapat
mengoptimalkan bakat dan kecerdasan siswa yang sudah terbentuk sebelumnya.
Jika anak sudah mahir dalam satu bidang tertentu maka akan lebih dapat
dikuatkan lagi dengan pembiasaan dan pengulangan yang kontinue tersebut dan
lebih optimal.
7. Bahan pelajaran yang disusun secara hierarkis dari yang sederhana sampai
pada yang kompleks dengan tujuan pembelajaran dibagi dalam bagian-bagian
kecil yang ditandai dengan pencapaian suatu ketrampilan tertentu mampu
menghasilkan sustu perilaku yang konsisten terhadap bidang tertentu.

Penerapannya dalam Pembelajaran

Teori menganggap belajar adalah perubahan tingkah laku dari stimulus yang
menunjukkan perubahan tingkah laku tertentu, hal terpenting yang harus dinilai
adalah stimulus dan respon dan penguatan harus dilakukan agar menambah
hubungan antara stimulus dan rspon.

oleh karena itu jika ingin siswa berhasil guru harus memperhatikan prinsip berikut
guna menilai suatu dari keberhasilan.

pertama guru harus tahu stimulus yang tepat untuk diberikan kepada siswa

kedua, guru harus tahu nanntinya respon apa yang timbul ketika sudah diberika
stimulus

agar menunjukkan respon itu apakah sudah benar maka guru harus menetapkan
bahwa respon tersebut harus dapat dilihat, dinilai, dan diukur sekaligus
pemberian hadiah terhadap siswa jika respon itu sesuai.

Agae tujuan dalam pembelajaran sampai secara maksimal menurut teori ini guru
harus melakukan dan menyiapkan kegiatan berikut.

Menganalisis Kemampuan Awal dan Karakteristik Siswa


Tentunya seorang guru harus mengetahui kemampuan siswa terlebih dahulu,
bukan tidka mungkin siswa tidak memiliki pengalaman dasar yang sudah
dimilikinya sehingga kita dapat mengamati perubahan-perubahan secara jelas baik
fisik maupun kerohanian.

Merencanakan materi pembelajaran yang akan dibelajarkan

9
Materi yang akan diberikan dapat sesuai dengan siswa atau siswa yang
menyesuaikan dengan materi dapat dilakukan dengan perencanaan. perencanaan
ini dapat dilakukan dengan tes yang dilakukan sebelum kegiatan pembelajaran,
Hasilnya adalah nanti pengajar akan tahu apakah mana siswa yang punya
pengetahuan da siswa yang belum punya pengetahuan, kemudian dikelompokkan
berdasarkan dari hasil tersebut.

Kegiatan yang dapat dilakukan juga dengan membentuk kelompok belajar


sesudah hasil tes tadi. menempatkan beberapa siswa yang berkompeten dicampur
dengan siswa yang belum tahu akan menambah proses mencapai tujuan
pendidikan tersampaikan.

ü Kekurangan Teori Belajar Behavioristik[2]


1. Sebuah konsekuensi bagi guru, untuk menyusun bahan pelajaran dalam
bentuk yang sudah siap
2. Tidak setiap mata pelajaran bisa menggunakan metode ini
3. Penerapan teori behavioristik yang salah dalam suatu situasi pembelajaran
juga mengakibatkan terjadinya proses pembelajaran yang sangat tidak
menyenangkan bagi siswa yaitu guru sebagai sentral, bersikap otoriter,
komunikasi berlangsung satu arah, guru melatih dan menentukan apa yang harus
dipelajari murid.
4. Murid berperan sebagai pendengar dalam proses pembelajaran dan
menghafalkan apa yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif
5. Penggunaan hukuman yang sangat dihindari oleh para tokoh behavioristik
justru dianggap metode yang paling efektif untuk menertibkan siswa
6. Murid dipandang pasif, perlu motivasi dari luar dan sangat dipengaruhi oleh
penguatan yang diberikan guru.
7. Penerapan teori behavioristik yang salah dalam suatu kondisi pembelajaran
juga mengakibatkan terjadinya proses pembelajaran yang sangat tidak
menyenangkan bagi siswa yaitu guru sebagai sentral bersikap otoriter, komunikasi
berlangsung satu arah guru melatih dan menetukan apa yang harus dipelajari
murid sehingga dapat menekan kreatifitas siswa.Murid hanya mendengarkan
dengan tertib penjelasan guru dan meghafalkan apa yang didengar dan dipandang
sebagai cara belajar yang efektif sehingga inisiatif siswa terhadap suatu
permasalahan yang muncul secara temporer tidak bisa diselesaiakan oleh siswa.

10
1.1.2 Teori Kognitivisme

Teori belajar kognitif berasal dari pandangan Kurt Lewin (1890-1947),


seorang Jerman yang kemudian beremigrasi ke Amerika Serikat.Teori
kognitivisme ini memiliki perspektif bahwa para peserta didik memproses
informasi dan pelajaran melalui upayanya mengorganisir,menyimpan,dan
kemudian menemukan hubungan antara pengetahuan yang baru dengan
pengetahuan yang telah ada. Teori ini menekankan pada bagaimana
informasi diproses.

Karakteristik :

1. Belajar adalah proses mental bukan behavioral

2. Siswa aktif sebagai penyadur

3. Siswa belajar secara individu dengan pola deduktif dan induktif

4. Instrinsik motivation, sehingga tidak perlu stimulus

5. Siswa sebagai pelaku untuk menuntun penemuan

6. Guru memfasilitasi terjadinya proses insight.

Beberapa tokoh dalam aliran kognitivisme :

a) Teori Gestalt dari Wertheimer dkk

Menekankan pada kebermaknaan dan pengertian sehingga tidak


menimbulkan ambiguitas dalam proses pembelajaran.

b) Teori Schemata Piaget

Teori ini mengatakan bahwa pengalaman kependidikan harus dibangun di

sekitar struktur kognitif siswa. Struktur kognitif ini bisa dilihat dari usia serta

budaya yang dimilik oleh siswa. Menurut peaget (dalam Hudoyono,1988:45)

Manusia berhadapan dengan tantangan, pengalaman, gejala baru, dan persoalan

yang harus ditanggapinya secaca kognitif (mental). Untuk itu, manusia harus

mengembangkan skema pikiran lebih umum atau rinci, atau perlu perubahan,

11
menjawab dan menginterpretasikan pengalaman-pengalaman tersebut. Dengan

cara itu, pengetahuan seseorang terbentuk dan selalu berkembang. Proses tersebut

meliputi:

1 Skema/skemata adalah struktur kognitif yang dengannya seseorang

beradaptasi dan terus mengalami perkembangan mental dalam interaksinya

dengan lingkungan. Skema juga berfungsi sebagai kategori-kategori utnuk

mengidentifikasikan rangsangan yang datang, dan terus berkembang.

2 Asimilasi adalah proses kognitif perubahan skema yang tetap

mempertahankan konsep awalnya, hanya menambah atau merinci.

3 Akomodasi adalah proses pembentukan skema atau karena konsep awal

sudah tidak cocok lagi.

4 Equilibrasi adalah keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi sehingga

seseorang dapat menyatukan pengalaman luar dengan struktur dalamya

(skemata). Proses perkembangan intelek seseorang berjalan dari

disequilibrium menuju equilibrium melalui asimilasi dan akomodasi.

Dikemukakannya pula, bahwa belajar akan lebih berhasil apabila

disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik

hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik,

yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan

tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada peserta

didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan

menemukan berbagai hal dari lingkungan. Implikasi teori perkembangan kognitif

Piaget dalam pembelajaran adalah :

12
1. Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu

guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir

anak

2. Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan

dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan

lingkungan sebaik-baiknya.

3. Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.

4. Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.

5. Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara

dan diskusi dengan teman-temanya.

Empat tahap perkembangan kognitif:

1. Tahap sensorik motorik ( 0-2 tahun)

2. Tahap preoperasional (2-6 tahun)

3. Tahap operasional kongkrit (6-12 tahun)

4. Tahap formal yang bersifat internal (12-18 tahun)

Seseorang tidak dapat mempelajari sesuatu diluar kemampuan kognitifnya.

Adapun Akomodasi adalah proses menstruktur kembali mental sebagai akibat

adanya informasi dan pengalaman baru (Hudoyono,1988:47) .Jadi belajar tidak

hanya menerima informasi dan pengalaman lama yang dimiliki anak didik untuk

mengakomodasikam informasi dan pengalaman baru .Oleh kerena itu,yang perlu

diperhatikan pada tahap operasi kongkret adalah pembelajaran yang didasarkan

pada benda-benda kongkret agar mempermudah anakdidik dalam memahami

kosep-konsep matemtika.

13
Menurut bruner proses perkembangan kognitif berlansung sejalan dengan
perkembangan anak, dalam masa ini terjadi beberapa transisi perkembangan
kognitif. Belajar merupakan aktifitas yang berproses, tentu di dalamnya terjadi
perubahan-perubahan yang bertahap. Perubahan-perubahan tersebut timbul
melalui tahap-tahap yang antara satu dan yang lainnya berkaitan secara berurutan.
Denga teorinya yang di sebut free discovery learning. Ia mengetakan bahwa
proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau
pemahaman melalui contoh-contoh konkrtit.

Dalam proses belajar, bruner menyarankan pengembangan kemampuan dalam


berfikir intuitif. Dalam hal ini, guru menyajikan bukti-bukti yang kurang lengkap
kemudian siswa diminta memprediksi kemungkinan adanya bukti-bukti yang dpat
melengkapai bukti tersebut dengan menggunakan berfikir intuitif secara
sistematis. Penerapan teori bruner yang terkenala dalam dunia pendidikan adalah
kurikulum spiral dimana materi pelajaran yang sama dapat di berikan mulai dari
SD, sampai perguruan tingg, tetapi sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif
mereka.

Bruner mengemukakan perlunya ada teori pembelajaran yang akan menjelaskan


asas-asas untuk merancang pembelajaran efektif di kelas. Menurut pandangan
Brunner (1964) bahwa teori belajar itu bersifat deskriftif dimaksudnya untuk
memberikan hasil, karena tujuan utama teori belajar adalah menjelaskan proses
belajar. Sedangkan teori pembelajaran itu bersifat prespektif dimaksudkan untuk
mencapai tujuan dan tujuan utama teori pembelajaran itu sendiri adalah
menetapkan metode pembelajaran yang optimal, misalnya, teori belajar
memprediksikan berapa usia maksimum seorang anak untuk belajar penjumlahan,
sedangkan teori pembelajaran menguraikan bagaimana cara-cara mengajarkan
penjumlahan.

Dalam mengajar guru tidak menyajikan bahan pembelajaran dalam bentuk final,
tetapi anak didik diberi peluang untuk mencari dan menemukan sendiri dengan
menggunakan teknik pendekatan pemecahan masalah. Secara garis besar,
prosedurnya sebagai berikut :

Stimulus (pemberian perangsang/stimuli) : Kegiatan belajar dimulai dengan


memberikan pertanyaan yang merangsang berfikir si belajar, menganjurkan dan
mendorongnya untuk membaca buku dan aktivitas belajar lain yang mengarah
pada persiapan pemecahan masalah.

Problem Statement (mengidentifikasi masalah) : Memberikan kesempatan kepada


si belajar untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin masalah yang relevan dengan
bahan belajar kemudian memilih dan merumuskan dalam bentuk hipotesa
(jawaban sementara dari masalah tersebut).

14
Data Collection (pengumpulan data) : Memberikan kesempatan kepada para si
belajar untuk mengumpulkan informasi yang relevan sebanyak-banyaknya untuk
membuktikan benar atau tidaknya hipotesa tersebut.

Data Processing (pengolahan data) : Mengolah data yang telah diperoleh siswa
melalui kegiatan wawancara, observasi dan lain-lain. Kemudian data tersebut
ditafsirkan.

Verifikasi : Mengadakan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar


dan tidaknya hipotesis yang diterapkan dan dihubungkan dengan hasil dan
processing.

Generalisasi : Mengadakan penarikan kesimpulan untuk dijadikan prinsip umum


dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama dengan
memperhatikan hasil verifikasi.

Penerapan Teori Belajar Kognitif dalam Pembelajaran

Dalam penerapan Teori Belajar Kognitif secara khususnya akan ada model belajar
Bruner, Ausubel, Gagne, dan model perkembangan intelektual Piaget. Adapun
secara umum penerapan teori belajar kognitif dalam pembelajaran adalah sebagai
berikut :

Belajar tidak harus berpusat pada guru tetapi peserta didik harus lebih aktif. Oleh
karenanya peserta didik harus dibimbing agar aktif menemukan sesuatu yang
dipelajarinya. Konsekwensinya materi yang dipelajari harus menarik minat belajar
peserta didik dan menantangnya sehingga mereka asyik dan terlibat dalam proses
pembelajaran.

Bahan pembelajaran dan metode pembelajaran harus menjadi perhatian utama.


Peserta didik akan sulit memahami bahan pelajaran Jika frekuensi belajar hitung
loncat-loncat. Bagi anak SD pengoperasian suatu penjumlahan harus
menggunakan benda-benda terutama di kelas-kelas awal karena tahap
perkembangan berpikir mereka baru mencapai tahap operasi konkret.

Dalam proses pembelajaran guru harus memperhatikan tahapan perkembangan


kognitif peserta didik. Materi dirancang sesuai dengan tahapan perkembangan
kognitif itu dan harus merangsang kemampuan berpikir mereka.

Belajar harus berpusat pada peserta didik karena peserta didik melihat sesuatu
berdasarkan dirinya sendiri. Untuk terjadinya proses belajar harus tidak ada proses
paksaan agar sifat egosentrisnya tidak terbunuh.

15
ANALISIS KELEBIHAN TEORI KOGNITIF

Dapat meningkatkan motivasi

Dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah

Dapat membantu guru untuk mengenal siswasecara individu sehingga dapat


mengembangkan kemampuan siswa

Dapat melihat tingkat perkembangan kognitif manusia mulai dari bayi hingga
dewasa sehingga memudahkan untuk memilih pelajaran yang tepat bagi anak di
usia tertentu

Dapat mempelajari materi pembelajaran yang rumit untuk memecahkan dan untuk
menciptakan kreasi atau ide baru

ANALISIS KEKURANGAN TEORI KOGNITIF

Teori ini dianggap dekat dengan psikologi belajar daripada teori belajar, sehingga
dalam proses belajar menjadi tidak mudah

Teori ini dianggap sulit dipraktekkan secara murni karena seringkali merasa
bingung untuk memahami unsur-unsur kognitif menjadi bagian-bagian yang jelas

Teori ini tidak menyeluruh untuk semua tingkat pendidikan

Teori ini sulit dipraktekkan khususnya ditingkat lanjut

Beberapa dari teori ini sulit dipahami dan pemahamannya masih belum tuntas.

3. Beberapa prinsip seperti intelegensi sulit dipahami dan pemahamannya


masih belum tuntas.1.1.3 Teori Konstruktivisme

Konstruktivisme adalah integrasi prinsip yang diekplorasi melalui teori

chaos, network, dan teori kekompleksitas dan organisasi diri. Belajar adalah

proses yang terjadi dalam lingkungan samar-samar dari peningkatan

elemenelemen inti- tidak seluruhnya dikontrol oleh individu. Belajar

16
(didefinisikan sebagai pengetahuan yang dapat ditindak) dapat terletak di luar diri

kita (dalam organisasi atau suatu database), terfokus pada hubungan serangkaian

informasi yang khusus, dan hubungan tersebut memungkinkan kita belajar lebih

banyak dan lebih penting dari pada keadaan yang kita tahu sekarang.

Konstruktivisme diarahkan oleh pemahaman bahwa keputusan didasarkan

pada perubahan yang cepat. Informasi baru diperoleh secara kontinu, yang penting

adalah kemampuan untuk menentukan antara informasi yang penting dan tidak

penting. Yang juga penting adalah kemampuan mengetahui kapan informasi

berganti (baru). Prinsip-prinsip konstruktivisme sebagaimana yang diungkapkan

Siemens (2005) adalah:

Belajar dan pengetahuan terletak pada keberagaman opini.

Belajar adalah suatu proses menghubungkan (connecting)sumber-sumber

informasi tertentu.

Belajar mungkin saja terletak bukan pada alat-alat manusia.

Kapasitas untuk mengetahui lebih banyak merupakan hal yang lebih

penting dari pada apa yang diketahui sekarang.

Memelihara dan menjaga hubungan-hubungan (connections) diperlukan

untuk memfasilitasi belajar berkelanjutan.

Kemampuan untuk melihat hubungan antara bidang-bidang, ide-ide, dan

konsep merupakan inti keterampilan.

Saat ini (pengetahuan yang akurat dan up-to-date) adalah maksud dari

semua aktivitas belajar konektivistik.

Penentu adalah proses belajar itu sendiri. Pemilihan atas apa yang

dipelajari dan makna dari informasi yang masuk nampak melalui realita

yang ada.

17
Konstruktivisme juga menyatakan tantangan yang dihadapi dalam

pengelolaan aktivitas. Pengetahuan yang dibutuhkan dihubungkan (to be

connected) dengan orang yang tepat dalam konteks yang tepat agar dapat

diklasifikasikan sebagai belajar. Behaviorisme, kognitivisme, dan konstruktivisme

tidak menyatakan tantangan-tantangan dari pengetahuan organisasional dan

pergantian (transference).

Aliran informasi dalam suatu organisasi merupakan elemen penting dalam

hal efektifitas secara organisasi. Aliran informasi dianalogikan sama dengan pipa

minyak dalam sebuah indusri. Menciptakan, menjaga, dan memanfaatkan aliran

informasi hendaknya menjadi kunci aktivitas organisasional. Aliran pengetahuan

dapat diumpamakan sebagai sebuah sungai yang berliku-liku melalui ekologi

suatu organisasi. Di daerah tertentu meluap dan di tempat lain airnya surut.

Sehatnya ekologi belajar dari suatu organisasi tergantung pada efektifnya

pemeliharan aliran informasi.

Analisis jaringan sosial merupakan unsur-unsur tambahan dalam

memahami model-model belajar di era digital. Art Kleiner (2002) menguraikan

quantum theory of trust milik Karen Stephenson yang menjelaskan tidak hanya

sekadar bagaimana mengenal kapabelitas kognitif kolektif dari suatu organisasi,

tetapi bagaimana mengolah dan meningkatkannya.

Starting point konstruktivisme adalah individu. Pengetahuan personal

terdiri dari jaringan, yang hidup dalam organisasi atau institusi, yang pada

gilirannya memberi umpan balik pada jaringan itu, dan kemudian terus menerus

member pengalaman belajar kepada individu. Gerak perkembangan pengetahuan

(personal ke jaringan ke organisasi) memungkinkan pebelajar tetap mutakhir

dalam bidangnya melalui hubungan (connections) yang mereka bentuk.

18
Penerapan Teori Belajar Konstruktivistik dalam Pembelajaran

Penerapan teori belajar konstruktivistik meliputi 4 tahapan, yaitu

1. Apersepsi. Pada tahap ini, pelajar didorong untuk mengemukakan

pengetahuan awaltentang konsep yang akan dibahas. Pendidik bisa sesekali

memancing dan memberikan pertanyaan-pertanyaan tentang fenomena yang

sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari tentunya masih berkaitan dengan

konsep yag akan dibahas. Pelajar diberi kesempatan untuk mengilustrasikan

pemahamannya tentang suatu konsep.

2. Eksplorasi. Pada tahap ini pelajar diberi kesempatan untuk menyelidiki

kegiatan dan menemukan konsep melalui pengumpulan data dalam suatu kegiatan

yang telah dirancang oleh pendidik kemudian didiskusikan secara berkelompok.

3. Diskusi dan penjelasan konsep. Pada tahap ini pelajar menyampaikan

penjelasan dan solusi berdasarkan hasil observasi yang telah ditentukan oleh

pendidik, pendidik sesekali memberikan penjelasan sehingga pelajar tidak ragu-

ragu mengenai konsepnya.

4. Pengembangan dan aplikasi. Pada tahap ini pendidik berusaha

menciptakan suasana belajar yang memungkinkan pelajar dapat mengaplikasikan

pemahaman konseptualnya baik melalui kegiatan ataupun pemunculan dan

pemecahan masalah-masalah yang berkaitan dengan isu yang ada.

ANALISIS KELEBIHAN TEORI KONSTRUKTIVISTIK

Teori ini dalam proses berfikir membina pengetahuan baru, membantu

siswa untuk mencari ide, menyelesaikan masalah, dan membuat keputusan

19
Teori ini dalam proses pemahaman murid terlibat secara langsung dalam

membina pengetahuan baru

Teori ini dalam proses pengingatan siswa terlibat secara langsung dengan

aktif, mereka akan ingat lebih lama semua konsep

Teori ini dalam kemahiran sosial siswa dapat dengan mudah berinteraksi

dengan teman dan guru dalam mebina pengetahuan baru

Oleh klarena siswa terlibat secara terus-menerus makan mereka akan

paham, ingat, yakin, dan berinteraksi maka akan timbul semangat dalam belajar

dan membina pengetahuan baru.

ANALISIS KEKURANGAN TEORI KONSTRUKTIVISTIK

Siswa membuat pengetahuan dengan ide mereka masing-masing, oleh

karena itu pendapat siswa berbeda dengan pendapat para ahli

Teori ini menanamkan supaya siswa membangun pengetahuannya sendiri,

hal ini pasti membutuhkan waktu yang lama. Apalagi untuk siswa yang malas

Kondisi disetiap sekolah pun mempengaruhi keaktifan siswa dalam


membangun pengetahuan yang baru dan keaktifan siswa.

1.1.4 Teori Belajar Humanistik

Menurut Teori humanistik, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan


manusia. \proses belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami
lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha
agar lambatlaun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori
belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya,
bukan dari sudut pandang pengamatnya.

Tujuan utama para pendidik adalah membantu si siswa untuk mengembangkan


dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka
sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-

20
potensi yang ada dalam diri mereka. Para ahli humanistik melihat adanya dua
bagian pada proses belajar, ialah :

1. Proses pemerolehan informasi baru,

2. Personalia informasi ini pada individu.

Tokoh penting dalam teori belajar humanistik secara teoritik antara lain adalah:
Arthur W. Combs, Abraham Maslow, Bloom dan Krathwohl, Kolb, Honey dan
Mumford, Habermas, dan Carl Rogers.

Arthur Combs (1912-1999)Bersama dengan Donald Snygg (1904-1967) mereka


mencurahkan banyak perhatian pada dunia pendidikan. Meaning (makna atau arti)
adalah konsep dasar yang sering digunakan. Belajar terjadi bila mempunyai arti
bagi individu. Guru tidak bisa memaksakan materi yang tidak disukai atau tidak
relevan dengan kehidupan mereka. Anak tidak bisa matematika atau sejarah
bukan karena bodoh tetapi karena mereka enggan dan terpaksa dan merasa
sebenarnya tidak ada alasan penting mereka harus mempelajarinya. Perilaku
buruk itu sebenarnya tak lain hanyalah dati ketidakmampuan seseorang untuk
melakukan sesuatu yang tidak akan memberikan kepuasan baginya.

Untuk itu guru harus memahami perlaku siswa dengan mencoba memahami dunia
persepsi siswa tersebut sehingga apabila ingin merubah perilakunya, guru harus
berusaha merubah keyakinan atau pandangan siswa yang ada. Perilaku internal
membedakan seseorang dari yang lain. Combs berpendapat bahwa banyak guru
membuat kesalahan dengan berasumsi bahwa siswa mau belajar apabila materi
pelajarannya disusun dan disajikan sebagaimana mestinya. Padahal arti tidaklah
menyatu pada materi pelajaran itu. Sehingga yang penting ialah bagaimana
membawa si siswa untuk memperoleh arti bagi pribadinya dari materi pelajaran
tersebut dan menghubungkannya dengan kehidupannya.

Combs memberikan lukisan persepsi dir dan dunia seseorang seperti dua
lingkaran (besar dan kecil) yang bertitik pusat pada satu. Lingkaran kecil (1)
adalah gambaran dari persepsi diri dan lingkungan besar (2) adalah persepsi
dunia. Makin jauh peristiwa-peristiwa itu dari persepsi diri makin berkurang
pengaruhnya terhadap perilakunya. Jadi, hal-hal yang mempunyai sedikit
hubungan dengan diri, makin mudah hal itu terlupakan.

Abraham Maslow Teori Maslow didasarkan pada asumsi bahwa di dalam diri
individu ada dua hal :

1. Suatu usaha yang positif untuk berkembang

2. Kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu.

21
Maslow mengemukakan bahwa individu berperilaku dalam upaya untuk
memenuhi kebutuhan yang bersifat hirarkis.

Pada diri masing-masing orang mempunyai berbagai perasaan takut seperti rasa
takut untuk berusaha atau berkembang, takut untuk mengambil kesempatan, takut
membahayakan apa yang sudah ia miliki dan sebagainya, tetapi di sisi lain
seseorang juga memiliki dorongan untuk lebih maju ke arah keutuhan, keunikan
diri, ke arah berfungsinya semua kemampuan, ke arah kepercayaan diri
menghadapi dunia luar dan pada saat itu juga ia dapat menerima diri sendiri(self).

Maslow membagi kebutuhan-kebutuhan (needs) manusia menjadi tujuh hirarki.


Bila seseorang telah dapat memenuhi kebutuhan pertama, seperti kebutuhan
fisiologis, barulah ia dapat menginginkan kebutuhan yang terletak di atasnya,
ialah kebutuhan mendapatkan ras aman dan seterusnya. Hierarki kebutuhan
manusia menurut Maslow ini mempunyai implikasi yang penting yang harus
diperharikan oleh guru pada waktu ia mengajar anak-anak. Ia mengatakan bahwa
perhatian dan motivasi belajar ini mungkin berkembang kalau kebutuhan dasar si
siswa belum terpenuhi.

1. Bloom dan Krathwohl

Bloom dan Krathwohl menunjukkan apa yang mungkin dikuasai oleh siswa
tercakup dalam tiga kawasan yaitu kognitif, afektif dan psikomotor.

2. Kolb

Kolb membagi tahapan belajar menjadi empat tahap yaitu :

· Pengalaman konkret : pada tahap dini seseorang hanya mampu ikut


mengalami suatu kejadian . inilah terjadi tahap awal proses pembelajaran.

· Pengalaman aktif dan reflektif : siswa lambat laun melakukan pengamatan


aktif terhadap kejadian itu, dan mulai berusaha memikirkan serta memahaminya.

· Konseptualisasi : siswa mulai belajar membuat abstrak atau teori tentang hal
yang pernah diamatinya.

· Eksperimentasi aktif : siswa sudah mampu mengaplikasikan suatu autran


umum ke situasi yang baru.

ü Kelebihan Teori Belajar Humanistik[3]

1. Berfikir : Dalam proses membina pengetahuan baru, murid berfikir untuk


menyelesaikan masalah, menjana idea dan membuat keputusan.

22
2. Faham : Oleh kerana murid terlibat secara langsung dalam mebina
pengetahuan baru, mereka akan lebih faham dan boleh mengapliksikannya dalam
semua situasi.

3. Ingat : Oleh kerana murid terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan
ingat lebih lama semua konsep. Yakin Murid melalui pendekatan ini membina
sendiri kefahaman mereka. Justeru mereka lebih yakin menghadapi dan
menyelesaikan masalah dalam situasi baru.

4. Kemahiran sosial : Kemahiran sosial diperolehi apabila berinteraksi dengan


rakan dan guru dalam membina pengetahuan baru.

5. Seronok : Oleh kerana mereka terlibat secara terus, mereka faham, ingat,
yakin dan berinteraksi dengan sihat, maka mereka akan berasa seronok belajar
dalam membina pengetahuan baru.

ü Kekurangan Teori Belajar Humanistik[4]

1. Dalam bahasan kekurangan atau kelemahan ini mungkin bisa kita lihat dalam
proses belajarnya dimana peran guru sebagai pendidik itu sepertinya kurang
begitu mendukung.

2. Lebih luas cakupan makna dan sulit dipahami

Implikasi Teori Belajar Humanistik

Psikologi humanistik memberi perhatian atas guru sebagai fasilitator yang berikut
ini adalah berbagai cara untuk memberi kemudahan belajar dan berbagai kualitas
sifasilitator. Ini merupakan ikhtisar yang sangat singkat dari beberapa
guidenes(petunjuk):
1. Fasilitator sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan suasana awal,
situasi kelompok, atau pengalaman kelas
2. Fasilitator membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan
perorangan di dalam kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok yang bersifat
umum.
3. Dia mempercayai adanya keinginan dari masing-masing siswa untuk
melaksanakan tujuan-tujuan yang bermakna bagi dirinya, sebagai kekuatan
pendorong, yang tersembunyi di dalam belajar yang bermakna tadi.

23
4. Dia mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar
yang paling luas dan mudah dimanfaatkan para siswa untuk membantu
mencapai tujuan mereka.
5. Dia menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang fleksibel
untuk dapat dimanfaatkan oleh kelompok.
6. Di dalam menanggapi ungkapan-ungkapan di dalam kelompok kelas, dan
menerima baik isi yang bersifat intelektual dan sikap-sikap perasaan dan
mencoba untuk menanggapi dengan cara yang sesuai, baik bagi individual
ataupun bagi kelompok
7. Bilamana cuaca penerima kelas telah mantap, fasilitator berangsur-sngsur
dapat berperanan sebagai seorang siswa yang turut berpartisipasi, seorang
anggota kelompok, dan turut menyatakan pendangannya sebagai seorang
individu, seperti siswa yang lain.
8. Dia mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok, perasaannya
dan juga pikirannya dengan tidak menuntut dan juga tidak memaksakan,
tetapi sebagai suatu andil secara pribadi yang boleh saja digunakan atau
ditolak oleh siswa
9. Dia harus tetap waspada terhadap ungkapan-ungkapan yang menandakan
adanya perasaan yang dalam dan kuat selama belajar
Di dalam berperan sebagai seorang fasilitator, pimpinan harus mencoba

untuk menganali dan menerima keterbatasan-keterbatasannya sendiri

Teori belajar sibernetik merupakan teori belajar yang relatif baru


dibandingkan dengan teori-teori yang sudah dibahas sebelumnya. Menurut
teori ini, belajar adalah pengolahan informasi. Proses belajar memang
penting dalam teori ini, namun yang lebih penting adalah system informasi
yang diproses yang akan dipelajari siswa. Asumsi lain adalah bahwa tidak
ada satu proses belajarpun yang ideal untuk segala situasi, dan yang cocok
untuk semua siswa. Sebab cara belajar sangat ditentukan oleh sistem
informasi.

Implementasi teori sibernetik dalam kegiatan pembelajaran telah


dikembangkan oleh beberapa tokoh dengan beberapa teori, diantaranya:

24
1. Teori pemrosesan informasi

Pada teori ini, komponen pemrosesan informasi dibagi menjadi tiga


berdasarkan perbedaan fungsi, kapasitas, bentuk informasi, serta proses
terjadinya. Ketiga komponen itu adalah:

a. Sensory Receptor (SR)

SR merupakan sel tempat pertama kali informasi diterima dari luar.

b. Working Memory (WM)

WM diasumsikan mampu menangkap informasi yang diberi perhatian oleh


individu. Karakteristik WM adalah :

1) Memiliki kapasitas yang terbatas, kurang dari 7 slot. Informasi yang


didapat hanya mampu bertahan kurang lebih 15 detik apabila tanpa adanya
upaya pengulangan (rehearsal).

2) Informasi dapat disandi dalam bentuk yang berbeda dari stimulus


aslinya baik dalam bentuk verbal, visua, ataupun semantic, yang
dipengaruhi oleh peran proses kontrol dan seseorang dapat dengan sadar
mengendalikannya.

c. Long Term Memory (LTM)

LTM diasumsikan :

1) Berisi semua pengetahuan yang telah dimilki oleh individu

2) Mempunyai kapasitas tidak terbatas

3) Sekali informasi disimpan di dalam LTM ia tidak akan pernah terhapus


atau hilang. Persoalan “lupa” hanya disebabkan oleh kesulitan atau
kegagalan memunculkan kembali informasi yang diperlukan.

Asumsi yang mendasari teori pemrosesan informasi ini adalah bahwa


pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan.
Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari pembelajaran. Menurut
Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi,
untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk
hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara
kondisi-kondisi internal dan kondisi-kondisi eksternal individu. Kondisi
internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai
hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam individu. Sedangkan

25
kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi
individu dalam proses pembelajaran.

Menurut Gagne tahapan proses pembelajaran meliputi delapan fase yaitu,


(1) motivasi; (2) pemahaman; (3) pemerolehan; (4) penyimpanan; (5)
ingatan kembali; (6) generalisasi; (7) perlakuan dan (8) umpan balik.

2. Teori belajar menurut Landa

Dalam teori ini Landa membedakan ada dua macam proses berpikir, yaitu:

a. Proses berpikir algoritmik

Yaitu proses berpikir yang sistematis, tahap demi tahap, linier, konvergen,
lurus, menuju ke satu target tujuan tertentu.

b. Proses berpikir heuristik

Yaitu cara berpikir devergen yang menuju ke beberapa target tujuan


sekaligus.

Menurut Landa proses belajar akan berjalan dengan baik jika materi
pelajaran yang hendak dipelajari atau masalah yang hendak dipecahkan
diketahui cirri-cirinya. Materi pelajaran tertentu akan lebih tepat disajikan
dalam urutan yang teratur, sedangkan materi pelajaran lainnya akanlebih
tepat bila disajikan dalam bentuk “terbuka” dan memberi kebebasan
kepada siswa untuk berimajinasi dan berpikir.

3. Teori belajar menurut Pask dan Scott

Menurut Pask dan Scott ada dua macam cara berpikir, yaitu:

a. Cara berpikir serialis

Cara berpikir ini hampir sama dengan cara berpikir algoritmik. Yaitu
berpikir menggunakan cara setahap demi setahap atau linier.

b. Cara berpikir menyeluruh atau wholist

Cara berpikir yang cenderung melompat ke depan, langsung ke gambaran


lengkap sebuah sistem informasi atau mempelajari sesuatu dari yang
paling umum menuju ke hal yang lebih khusus.

Teori belajar pengolahan informasi termasuk teori kognitif yang


mengemukakan bahwa belajar adalah proses internal yang tidak dapat

26
diamati secara langsung dan merupakan perubahan kemampuan yang
terikat pada situasi tertentu. Namun memori kerja manusia mempunyai
kapasitas yang terbatas. Menurut Gagne, untuk mengurangi muatan
memori kerja tersebut dapat diatur sesuai dengan:

a. Kapabilitas belajar

b. Peristiwa pembelajaran

c. Pengorganisasian atau urutan pembelajaran

Tahap sebernetik sebagai teori belajar sering kali dikritik karena lebih
menekankan pada sistem informasi yang akan dipelajari, sementara itu
bagaimana proses belajar berlangsung dalam diri individu sangat
ditentukan oleh sistem informasi yang dipelajari. Teori ini memandang
manusia sebagai pengolah informasi, pemikir, dan pencipta. Berdasarkan
itu, maka diasumsikan bahwa manusia merupakan makhluk yang mampu
mengolah, menyimpan, dan mengorganisasikan informasi.

Kelebihan dan kekurangan teori belajar sibernetik

Menurut Budiningsih 2005, kelebihan dari teori belajar sibernetik sebagai


berikut :

a. Cara berpikir berorientasi pada proses lebih menonjol

b. Penyajian pengetahuan memenuhi aspek ekonomis

c. Kapabilitas belajar dapat disajikan lebih lengkap

d. Adanya keterarahan seluruh kegiatan belajar kepada tujuan yang


ingin dicapai

e. Adanya transfer belajar pada lingkungan kehidupan yang


sesungguhnya

f. Control belajar (conten control, pace control, display control, dan


conscious cognition control) memungkinkan belajar sesuai dengan irama
masing – masing individu (prinsip perbedaan individual terlayani)

g. Balikan informative memberikan rambu – rambu yang jelas tentang


tingkat untuk kerja yang telah dicapai dibandingkan dengan unjuk kerja
yang diharapkan.

27
2. Kekurangan

Teori sibernetik sebagai teori belajar sering kali dikritik karena lebih
menekankan pada system informasi yang akan dipelajari, sementara itu
bagainama proses belajar berlangsung dalam diri individu sangat
ditentukan oleh system informasi yang dipelajari. Teori ini memandang
manusia sebagai pengolah informasi, pemikir, dan pencipta (Pask dan
Scott, dalam budiningsih, 2005).

Teori aliran ini dikritik karena tidak secara langsung membahas tentang
proses belajar sehingga menyulitkan dalam penerapan. Ulasan teori ini
cenderung ke dunia psikologi dan informasi dengan mencoba melihat
mekanisme kerja otak. Karena pengetahuan dan pemahaman akan
mekanisme ini sangat terbatas maka terbatas pula kemampuan untuk
menerapkan teori ini.

Aplikasi Teori Belajar Sibernetik dalam Kegiatan Pembelajaran

Dalam pembelajaran sibernetik harus ada umpan balik dari siswa kepada
gurunya. Dengan adanya umpan balik tersebut, guru akan tahu apakah
materi yang disampaikan kepada siswanya telah dipahami atau belum.
Guru juga dapat mengetahui kesulitan siswa dalam memahami materi yang
disampaikan. Selain siswa, guru juga harus memberikan feedback berupa
nilai dari hasil belajar siswa tersebut. Selanjutnya siswa akan
mengintrospeksi diri dan menentukan tindakan yang akan dilakukan
apabila hasil yang diperoleh kurang memuaskan

Dalam kaitannya pembelajaran di ruang kelas, Gagne mengemukakan ada


sembilan langkah pengajaran yang perlu diperhatikan oleh guru, antara
lain:

1. Melakukan tindakan yang menarik minat siswa

2. Memberikan informasi kepada siswa mengenai tujuan pengajaran dan


topik-topik yang akan dibahas

3. Merangsang siswa untuk memulai aktivitas pembelajaran

4. Menyampaikan isi pelajaran yang dibahas sesuai dengan topik yang


telah ditetapkan.

5. Memberikan bimbingan bagi aktivitas siswa dalam pembelajaran.

28
6. Memberikan peneguhan kepada perilaku pembelajaran siswa.

7. Memberikan umpan balik terhadap perilaku yang ditunjukkan siswa

8. Melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar

9. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengingat dan


menggunakan hasil pembelajaran

Teori Belajar Revolusi Sosiokultural berasal dari dua kata yaitu sosio dan
kultural, sosio berarti berhubungan dengan masyarakat dan kultural berarti
berhubungan dengan kebudayaan. Jadi, sosiokultural adalah berkenaan
dengan segi sosial dan budaya masyarakat. Teori ini mengacu kepada teori
belajar Piagetin dan teori belajar Vygotsky. Berikut ini pembahasan
tentang kedua teori tersebut.

1. Teori Belajar Piagetin

Menurut Piaget, perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik,


yaitu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis dalam bentuk
perkembangan syaraf. Kegiatan belajar terjadi seturut dengan pola tahap-
tahap perkembangan tertentu dan umur seseorang. Perolehan kecakapan
intelektual akan berhubungan dengan proses mencari keseimbangan antara
apa yang mereka rasakan dan ketahui pada satu sisi dengan apa yang
mereka lihat suatu fenomena baru sebagai pengalaman dan persoalan.
Untuk memperoleh keseimbangan atau equilibrasi, seseorang harus
melakukan adaptasi dengan lingkungannya. Proses adaptasi terdiri dari
asimilasi dan akomodasi. Melalui asimilasi siswa mengintegrasikan
pengetahuan baru dari luar ke dalam struktur kognitif yang telah ada dalam

29
dirinya.sedangkan melalui akomodasi siswa memodifikasi struktur kognitif
yang ada dalam dirinya dengan pengetahuan yang baru.

Teori konflik-sosiokognitif Piaget ini mampu berkembang luas dan


merajai bidang psikologi dan pendidikan. Namun bila dicermati ada
beberapa aspek dari teori Piaget yang dipandang dapat menimbulkan
implikasi kontraproduktif pada kegiatan pembelajaran jika dilihat dari
perspektif revolusi-sosiokultural saat ini. Dilihat dari asal usul
pengetahuan, Piaget cenderung menganut teori psikogenesis. Artinya,
pengetahuan berasal dari dalam diri individu. Dalam proses belajar, siswa
berdiri terpisah dan berinteraksi dengan lingkungan social. Ia
mengkonstruksi pengetahuannya lewat tindakan yang dilakukannya
terhadap lingkungan sosial.

Di samping itu, dalam kegiatan belajar Piaget lebih mementingkan


interaksi antara siswa dengan kelompoknya. Perkembangan kognitif akan
terjadi dalam interaksi antara siswa dengan kelompok sebayanya dari pada
dengan orang-orang yang lebih dewasa. Pembenaran terhadap teori ini jika
diterapkan dalam kegiatan pendidikan dan pembelajaran akan kurang
sesuai dengan perspektif revolusi-sosiokultural yang sedang diupayakan
saat ini.

2. Teori Belajar Vygotsky

Pandangan yang mampu mengakomodasi teori revolusi-sosiokultural


dalam teori belajar dan pembelajaran dikemukakan oleh Lev Vygotsky. Ia
mengatakan bahwa jalan pikiran seseorang harus dimengerti dari latar
sosial-budaya dan sejarahnya. Artinya, untuk memahami pikiran seseorang
bukan dengan cara menelusuri apa yang ada di balik otaknya dan pada
kedalaman jiwanya, melainkan dari asal usul tindakan sadarnya, dari
interaksi social yang dilatari oleh sejarah hidupnya.

Mekanisme teori yang digunakan untuk menspesifikasi hubungan antara


pendekatan sosio-kultural dan pemfungsian mental didasarkan pada tema
mediasi semiotik, yang artinya adalah tanda-tanda atau lambang-lambang
beserta makna yang terkandung di dalamnya berfungsi sebagai penengah
antara rasionalitas dalam pendekatan sosio-kultural dan manusia sebagai
tempat berlangsungnya proses mental.

Menurut Vygotsky, perolehan pengetahuan dan perkembangan kognitif


seseorang seturut dengan teori sociogenesis. Dimensi kesadaran social
bersifat primer, sedangkan dimensi individualnya bersifat derivative atau

30
merupakan turunan dan bersifat sekunder. Artinya, pengetahuan dan
perkembangn kognitif individu berasal dari sumber-sumber sosial di luar
dirinya. Konsep-konsep penting teori sociogenesis Vygotsky tentang
perkembangan kognitif yang sesuai dengan revolusi-sosiokultural dalam
teori belajar dan pembelajaran adalah:

a. Hukum genetik tentang perkembangan (genetic law of development)

Menurut Vygotsky, setiap kemampuan seseorang akan tumuh dan


berkembang melewati dua tataran, yaitu tataran sosial tempat orang-orang
memebentuk lingkungan sosialnya, dan tataran psikologis di dalam diri
orang yang bersangkutan. Pandang teori ini menempatkan intermental atau
lingkungan sosial sebagai faktor primer dan konstitutif terhadap
pembentukan pengetahuan serta perkembangan kognitif seseorang.

b. Zona perkembangan proksimal (zone of proximal development)


Menurut Vygotsky, perkembangan kemampuan seseorang dapat dibedakan ke
dalam dua tingkat, yaitu tingkat perkembangan aktual dan perkembangan
potensial. Tingkat perkembangan aktual tampak dari kemampuan seseorang untuk
menyelesaikan tugas-tugas atau memecahkan berbagai masalah secara mandiri.
Ini disebut kemampuan intramental. Sedangkan tingkat perkembangan potensial
tampak dari kemampuan seseorang untuk menyelesaikan tugas-tugas dan
memecahkan masalah ketika di bawah bimbingan orang dewasa atau ketika
berkolaborasi dengan teman sebaya yang lebih kompeten, ini disebut kemampuan
itermental. Jarak antara keduanya, yaitu tingkat perkembangan aktual dan
potensial ini disebut zona perkembangan proksimal. Zona perkembangan
proksimal diartikan sebagai fungsi-fungsi atau kemampuan-kemampuan yang
belum matang yang masih berada pada proses pematangan. Gagasan Vygotsky
tentang zona perkembangan proksimal ini mendasari perkembangan teori belajar
dan pembelajaran untuk meningkatkan kualitas dan mengoptimalkan
perkembangan kognitif anak. Beberapa konsep kunci yang perlu dicatat adalah
bahwa perkembangan dan belajar bersifat interdependen atau saling terkait,
perkembangan kemampuan seseorang bersifat context dependent atau tidak dapat
dipisahkan dari konteks sosial, dan sebagai fundamental dalam belajar adalah
partisipasi dalam kegiatan sosial.
c. Mediasi
Ada dua jenis mediasi, yaitu mediasi metakognitif dan mediasi kognitif. Mediasi
metakognitif adalah penggunaan alat-alat semiotik yang bertujuan untuk
melakukan regulasi diri, meliputi self planning, self-monitoring, self-checking,
dan self-evaluating. Sedangkan mediasi kognitif adalah penggunaan alat-alat
kognitif untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan pengetahuan tertentu

31
atau subject-domain problem serta berkaitan pula dengan konsep spontan (yang
bisa salah) dan konsep ilmiah (yang lebih terjamin kebenarannya).
Pendekatan kognitif dalam belajar dan pembelajaran yang ditokohi oleh Piaget
yang kemudian berkembang ke dalam aliran konstruktivistik juga masih dirasakan
kelemahannya. Teori ini bila dicermati ada beberapa aspek yang dipandang dapat
menimbulkan implikasi kontraproduktif dalam kegiatan pembelajaran, karena
lebih mencerminkan ideology.

Aplikasi Teori Sosio-Kultural


Aplikasi teori sosio-kultural dalam pendidikan. Penerapan teori sosio-kultural
dalam pendidikan dapat terjadi pada 3 jenis pendidikan yaitu:
1. Pendidikan informal (keluarga)
Pendidikan anak dimulai dari lingkungan keluarga, dimana anak pertama kali
melihat, memahami, mendapatkan pengetahuan, sikap dari lingkungan
keluarganya. Oleh karena itu perkembangan prilaku masing-masing anak akan
berbeda manakala berasal dari keluarga yang berbeda, karena faktor yang
mempengaruhi perkembangan anak dalam keluarga beragam, misalnya: tingkat
pendidikan orang tua, faktor ekonomi keluarga, keharmonisan dalam keluarga dan
sebagainya.
2. Pendidikan nonformal
Pendidikan nonformal yang berbasis budaya banyak bermunculan untuk
memberikan pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku pada anak, misalnya kursus
membatik. Pendidikan ini diberikan untuk membekali anak hal-hal tradisi yang
berkembang di lingkungan sosial masyarakatnya.
3. Pendidikan formal
Aplikasi teori sosio-kultural pada pendidikan formal dapat dilihat dari beberapa
segi antara lain:
a) Kurikulum.
Khususnya untuk pendidikan di Indonesia pemberlakuan kurikulum pendidikan
sesuai Peraturan Menteri nomor 24 tahun 2006 tentang pelaksanaan KTSP,
Peraturan Menteri nomor 23 tahun 2006 tentang standar kompetensi, dan
Peraturan Menteri nomor 22 tahun 2006 tentang standar kompetensi dan
kompetensi dasar, jelas bahwa pendidikan di Indonesia memberikan pengetahuan,
ketrampilan, nilai dan sikap kepada anak untuk mempelajari sosio-kultural
masyarakat Indonesia maupun masyarakat internasional melalui beberapa mata
pelajaran yang telah ditetapkan, di antaranya: pendidikan kewarganegaraan,
pengetahuan sosial, muatan lokal, kesenian, dan olah raga.
b) Siswa
Dalam pembelajaran KTSP anak mengalami pembelajaran secara langsung
ataupun melalui rekaman. Oleh sebab itu pengetahuan, ketrampilan, nilai dan

32
sikap bukan sesuatu yang verbal tetapi anak mengalami pembelajaran secara
langsung.Selain itu pembelajaran memberikan kebebasan anak untuk berkembang
sesuai bakat, minat, dan lingkungannya pencapaiannya sesuai standar kompetensi
yang telah ditetapkan.
c) Guru
Guru bukanlah narasumber segala-galanya, tetapi dalam pembelajaran lebih
berperanan sebagai fasilitator, mediator, motivator, evaluator, desainer
pembelajaran dan tutor. Masih banyak peran yang lain, oleh karenanya dalam
pembelajaran ini peran aktif siswa sangat diharapkan, sedangkan guru membantu
perilaku siswa yang belum muncul secara mandiri dalam bentuk pengayaan,
remedial pembelajaran.

Kelebihan dan Kekurangan Teori Sosio-Kultural


Kelebihan
1. Anak memperoleh kesempatan yang luas untuk mengembangkan zona
perkembangan proximalnya atau potensinya melalui belajar dan berkembang
2. Pembelajaran perlu lebih dikaitkan dengan tingkat perkembangan
potensialnya daripada tingkat perkembangan aktualnya
3. Pembelajaran lebih diarahkan pada penggunaan strategi untuk
mengembangkan kemampuan intermentalnya daripada kemampuan intramental
4. Anak diberi kesempatan yang luas untuk mengintegrasikan pengetahuan
deklaratif yang telah dipelajarinya dengan pengetahuan prosedural yang dapat
dilakukan untuk tugas-tugas atau pemecahan masalah
5. Proses belajar dan pembelajaran tidak bersifat transferal tetapi lebih
merupakan kokonstruksi, yaitu proses mengkonstruksi pengetahuan atau makna
baru secara bersama-sama antara semua pihak yang terlibat di dalamnya.

Kekurangan
Teori sosio-kultural yaitu terbatas pada perilaku yang tampak, proses-proses
belajar yang kurang tampak seperti pembentukan konsep, belajar dari berbagai
sumber belajar, pemecahan masalah dan kemampuan berpikir sukar diamati
secara langsung oleh karena itu diteliti oleh para teoriwan perilaku.

33
1.1.5 Teori Belajar Kecerdasan Ganda

Teori Kecerdasan Ganda (Multiple Inteligence) yang dikemukakan oleh

Howard Gardner – seorang professor psikologi dari Harvard University – akan

dijadikan acuan untuk lebih memahami bakat dan kecerdasan individu.

Pada dasarnya siswa adalah individu yang unik. Setiap siswa memiliki

potensi dan kemempuan yang berbeda antara yang satu dengan yang lain. Tidak

semua individu memilki profil intelegensi yang sama. Setiap individu juga

memilki bakat dan minat belajar yang berbeda-beda.

Terdapat tujuh jenis kecerdasan dasar yaitu :

1. Kecerdasan Bahasa

2. Kecerdasan Matematis/Logis

3. Kecerdasan Spasial

4. Kecerdasan Kinestetik

5. Kecerdasan Musikal
6. Kecerdasan Interpersonal

7. Kecerdasan Naturalis

Guru memegang peran yang sangat penting dalam implementasi teori

kecerdasan ganda. Agar implementasi teori kecerdasan ganda dapat mencapai

hasil seperti yang diinginkan ada dua hal yang perlu diperhatikan yaitu :

Kemampuan guru dalam mengenali kecerdasan individu siswa

Kemampuan mengajar dan memanfaatkan waktu mengajar secara

proporsional.

Kemampuan guru dalam mengenali kecerdasan ganda yang dimiliki oleh

siswa merupakan hal yang sangat penting. Faktor ini akan sangat menentukan

34
dalam merencanakan proses belajar yang harus ditempuh oleh siswa. Ada banyak

cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk mengenali kecerdasan spesifik yang

dimiliki oleh siswa. Semakin dekat hubungan antara guru dengan siswa, maka

akan semakin mudah bagi para guru untuk mengenali karakteristik dan tingkat

kecerdasan siswa.

Setelah mengetahui kecerdasan setiap individu siswa, maka langkah – langkah

berikutnya adalah merancang kegiatan pembelajaran. Armstrong (2004)

mengemukakan proporsi waktu yang dapat digunakan oleh guru dalam

mengimplementasikan teori kecerdasan ganda yaitu :

30 % pembelajaran langsung

30 % belajar kooperatif

30% belajar independent


Implementasi teori kecerdasan ganda membawa implikasi bahwa guru

bukan lagi berperan sebagai sumber (resources), tapi harus lebih berperan sebagai

manajer kegiatan pembelajaran. Dalam menerapkan teori kecerdasan ganda,

sistem sekolah perlu menyediakan guru-guru yang kompeten dan mampu

membawa anak mengembangkan potensi-potensi kecerdasan yang mereka miliki.

Guru musik misalnya, selain mampu memainkan instrumen musik, ia juga harus

mampu mengajarkannya sehimgga dapat menjadi panutan yang baik bagi siswa

yang memiliki kecerdasan musikal.

Penerapan teori kecerdasan ganda dalam pembelajaran

-Pendidik perlu membantu tumbuh kembang anak dalam berbagai rencana,


pelaksanaan, dan evaluasi program yang memberi wadah bagi
perkembangan semua jenis kecerdasan mereka.

35
-Pendidik lebih arif dan mampu menghargai serta memfasilitasi
perkembangan anak.

-Pendidik memiliki andil besar untuk membantu perkembangan inteligensi


peserta didik.

-Setiap siswa memiliki inteligensi yang mungkin berbeda, sehingga siswa


akan lebih mudah memahami pelajaran jika materinya disajikan sesuai
dengan inteligensi yang menonjol dalam diri siswa. Misalnya, bila siswa
menonjol dalam inteligensi musikal, ia akan mudah memahami mata
pelajaran tertentu, misalnya biologi, jika dijelaskan dengan memasukkan
unsur musik ke dalamnya. Jika siswa menonjol dalam inteligensi visual, ia
akan lebih mudah menangkap pelajaran jika dijelaskan menggunakan
bermacam-macam bentuk yang dapat diamati. Oleh karena inteligensi
siswa di kelas beragam, maka guru dalam bidang studi apapun perlu
memasukkan dan mengolah materi yang akan diajarkan sesuai dengan
inteligensi siswa-siswa tersebut.

-Setiap guru mencoba mengenali inteligensi apa saja yang dimiliki anak
didiknya

-Guru yang menonjol dalam inteligensi linguistik akan senang mengajar


dengan menggunakan

model inteligensi itu, seperti berceramah, bercerita panjang lebar, dengan


puisi, membaca, dan sebagainya. Guru yang inteligensi matematis logisnya
menonjol akan lebih senang mengajar dengan menekankan cara
pendekatan matematis-logis; secara sistematis, dengan skema, bagan,
rumus, dan sebagainya. Guru tersebut jarang mengajar dengan
menggunakan inteligensi kinestetik, interpersonal, ruang-visual, natural,
atau lainnya, yang mungkin lebih cocok untuk siswa. Akibatnya, siswa
yang tidak memiliki inteligensi sama dengan yang digunakan guru, kurang
merasa terbantu secara baik dalam belajarnya. Bahkan bisa jadi siswa
tersebut merasa tidak diajar apapun, karena guru mengajar dengan
pendekatan yang cocok untuk dirinya sendiri.

-Pembelajaran disekolah saat ini cenderung menyeragamkan siswa


sehingga siswa sulit mengembangkan potensi dirinya.

-Kompetensi dasar yang harus dimiliki siswa antara lain kemampuan


lisnguistik, mathematic, sosial sience, dan natural sience, akan tetapi,
kemampuan yang lain juga harus dieksplorasi demi kemajuan siswa.

Kelebihan Teori Kecerdasan Ganda

36
-Teori ini mampu mengeksplorasi semua kecerdasan manusia baik potensi
yang ada dalam otak kiri dan kanan.

-Teori kecerdasan ganda mempunyai delapan komponen yang masing-


masing dapat dioptimalkan melalui latihan.

Kelemahan Teori Kecerdasan Ganda

Teori Kecerdasan Ganda kurang memperhatikan moral. Padahal, moral


merupakan aspek penting selain kecerdasan otak. Banyak kasus
membuktikan bahwa kecerdasan otak yang tanpa diimbangi dengan
kecerdasan moral hasilnya akan kurang baik

1.2 TEORI PEMBELAJARAN

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan

sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan

yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan

pengetahuan , penguasaan kemahiran dan tabiat , serta pembentukan sikap dan

kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses

untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Proses

pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku di

manapun dan kapanpun. Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan

pengajaran, walaupun mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks

pendidikan , guru mengajar supaya peserta didik dapat belajar dan menguasai isi

pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga

dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek

psikomotor) seseorang peserta didik. Pengajaran memberi kesan hanya sebagai

37
pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan guru saja. Sedangkan pembelajaran juga

menyiratkan adanya interaksi antara guru dengan peserta didik.

Berbicara mengenai teori pembelajaran tentu pula harus dibicarakan

mengenai teori belajar. Bruner dalam Degeng (1989) mengemukakan bahwa teori

pembelajaran adalah preskriptif, sedangkan teori belajar adalah deskriptif.

Preskriptif artinya, tujuan teori pembelajaran adalah menetapkan metode/strategi

pembelajaran yang cocok supaya memperoleh hasil optimal. Teori pembelajaran

menaruh perhatian pada bagaimana seseorang mempengaruhi orang lain agar

terjadi proses belajar.Ada beberapa teori pembelajaran, yaitu:

1. Teori pembelajaran pengondisian klasik adalah jenis pengondisian di

mana individu merespons beberapa stimulus yang tidak biasa dan

menghasilkan respons baru. Teori ini tumbuh berdasarkan eksperimen

untuk mengajari anjing mengeluarkan air liur sebagai respons terhadap bel

yang berdering, dilakukan pada awal tahun 1900-an oleh seorang ahli

fisolog Rusia bernama Ivan Pavlov

2. Teori pembelajaran pengondisian operant adalah jenis pengondisian di

mana perilaku sukarela yang diharapkan menghasilkan penghargaan atau

mencegah sebuah hukuman. Kecenderungan untuk mengulang perilaku

seperti ini dipengaruhi oleh ada atau tidaknya penegasan dari konsekuensi-

konsekuensi yang dihasilkan oleh perilaku. Dengan demikian, penegasan

akan memperkuat sebuah perilaku dan meningkatkan kemungkinan

perilaku tersebut diulangi. Apa yang dilakukan Pavlov untuk pengondisian

klasik, oleh psikolog Harvard, B. F. Skinner, dilakukan pengondisian

operant. Skinner mengemukakan bahwa menciptakan konsekuensi yang

38
menyenangkan untuk mengikuti bentuk perilaku tertentu akan

meningkatkan frekuensi perilaku tersebut

3. Teori pembelajaran sosial adalah pandangan bahwa orang-orang dapat

belajar melalui pengamatan dan pengalaman langsung. Meskipun teori

pembelajaran sosial adalah perluasan dari pengondisian operant -teori ini

berasumsi bahwa perilaku adalah sebuah fungsi dari konsekuensi- teori ini

juga mengakui keberadaan pembelajaran melalui pengamatan dan

pentingnya persepsi dalam pembelajaran

BAB III PENUTUP

39
Kesimpulan

Teori Belajar

1. Teori belajar behavoritisme

Belajar pada hakikatnya adalah pembentukan asosiasi antara kesan yang

ditangkap panca indra dengan kecemderungan untuk bertindak atau hubungan

antara stimulus dan respons (R-S).

2. Teori belajar kognitif

Belajar adalah pengorganisasian aspek-aspek kognitif dan perseptual untuk

memperoleh pemahaman. Tujuan dan tingkahlaku sangat dipengaruhi oleh proses

berfikir internal yang terjadi selama proses belajar

3. Teori belajar konstruktivisme

Belajar konstruktivisme adalah menghasilkan individu atau anak yang

memiliki kemampuan berfikir untuk menyelesaikan setiap persoalan yang

dihadapi

4. Teori belajar humanistik

Teori belajar yang didasari pada pembelajaran manusia bergantung kepada

emosi dan perasaannya.

5. Teori belajar kecerdasan ganda

Tujuh jenis kecerdasan dasar yaitu: Kecerdasan Bahasa, Kecerdasan

Matematis/Logis, Kecerdasan Spasial, Kecerdasan Kinestetik, Kecerdasan

Musikal, Kecerdasan Interpersonal, Kecerdasan Naturalis.

Teori Pembelajaran

1. Teori Pembelajaran pengkondisian klasik

40
2. Teori pembelajaran pengkondisian operant

3. Teori pembelajaran sosial

DAFTAR PUSTAKA

41
Anonim.2010. Teori Belajar Kognitif Menurut Piaget. D:\Pasca sarjana
UNP\Strategi pembelajaran fisika\BAHAN\02 Teori Belajar dan
Pembelajaran\piaget

Anonim. 2010. Teori Belajar. D:\Pasca sarjana UNP\Strategi pembelajaran


fisika\BAHAN\02 Teori Belajar dan Pembelajaran\2teori

Anonim. 2010. Teori dan Model Pengajaran dan Pembelajaran. D:\Pasca sarjana
UNP\Strategi pembelajaran fisika\BAHAN\02 Teori Belajar dan
Pembelajaran\Teori&model P&P

Coachdie. 2009. Teori Belajar Yang Melandasi Proses Pembelajaran. D:\Pasca


sarjana UNP\Strategi pembelajaran fisika\BAHAN\02 Teori Belajar dan
Pembelajaran\ Teori Belajar Yang Melandasi Proses Pembelajaran

Fajar. 2010. Teori Belajar. Universitas Negeri Surabaya. D:\Pasca sarjana


UNP\Strategi pembelajaran fisika\BAHAN\02 Teori Belajar dan
Pembelajaran\TEORI BELAJAR

Kwartolo, Yuli. 2009. Sembilan Peristiwa Belajar Gagne. Jakarta: Tabloid


Penabur. D:\Pasca sarjana UNP\Strategi pembelajaran fisika\BAHAN\02
Teori Belajar dan Pembelajaran\09_0

Muflihin, Hizbul. 2009. Aplikasi Dan Implikasi Teori Behaviorisme Dalam


Pembelajaran. Jurnal Ilmiah Pendidikan. D:\Pasca sarjana UNP\Strategi
pembelajaran fisika\BAHAN\02 Teori Belajar dan Pembelajaran\11

Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses


Pendidikan. Bandung: San Grafika

Sunaryo. 2010. Aplikasi Teori Pembelajaran. D:\Pasca sarjana UNP\Strategi


pembelajaran fisika\BAHAN\02 Teori Belajar dan Pembelajaran\Aplikasi
Teori Pembelajaran

42

Anda mungkin juga menyukai