Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala
rahmat dan hidayahnya sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Penyusunan makalah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik tanpa bantuan dari banyak
pihak. Tak lupa, kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Prof. Dr. Nurhayati B., M.Pd
selaku dosen mata kuliah “Pemahaman Tentang Peserta Didik dan Pembelajarannya” yang
telah memberikan tugas ini kepada kami. Ada banyak hal yang kami peroleh dan pelajari
secara luas pada penulisan makalah ini.
Makalah berjudul “Teori-Teori Belajar” yang kami susun dengan sebaik mungkin
untuk memenuhi tugas yang diberikan. Melalui makalah ini diharapkan dapat menambah
wawasan yang lebih luas mengenai teori-teori belajar. Dalam proses belajar itu sendiri
terdapat yang namanya teori belajar. Teori belajar dikaitkan sebagai langkah-langkah yang
dapat membantu guru dalam mendidik dan menyampaikan ilmu pengetahuan kepada siswa.
Melalui makalah ini, diharapkan pembaca bisa memahami dan mendalami apa itu teori
belajar.
Tidak ada gading yang tak retak, tidak ada satupun yang sempurna. Begitu pula
dengan penulisan makalah ini yang masih banyak kekurangan. Kami berharap penulisan
makalah ini dapat bermanfaat bagi orang lain. Jika ada kritik dan saran terkait ide tulisan
maupun penyusunannya, kami akan menerimanya dengan senang hati.

Penulis

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................2
C. Tujuan...............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................3
A. Belajar...............................................................................................................3
B. Teori Behavioristik...........................................................................................3
C. Teori Social-Kognitif........................................................................................5
D. Teori Konstruktivisme......................................................................................8
BAB III PENUTUP.............................................................................................................15
A. Kesimpulan.......................................................................................................15
B. Saran.................................................................................................................

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar adalah proses mencari, memahami, dan menganalisis secara sadar/terencana
yang terjadi dalam diri seorang individu, serta diperoleh suatu tingkah laku baru yang
cenderung menetap. Perubahan tingkah laku (behavior) dan mental melalui pengalaman
belajar (interaksi dengan lingkungan). Perubahan tingkah laku dan mental ke arah positif
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Belajar tidak hanya sekedar memetakan
pengetahuan atau informasi yang disampaikan. Namun bagaimana melibatkan individu
secara aktif membuat atau pun merevisi hasil belajar yang diterimanya menjadi suatu
pengalamaan yang bermanfaat bagi pribadinya (Herliani, 2021).
Ketika mengajar guru hendaknya berusaha mencari informasi, apakah materi yang
telah diajarkannya telah dipahami siswa atau belum. Ketika proses belajar dan
pembelajaran guru tidak berusaha mengajak siswa untuk berpikir, maka komunikasi
terjadi hanya pada satu arah, yaitu dari guru ke siswa. Guru berpikir bahwa materi
pelajaran lebih penting daripada mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik.
Lalu guru menganggap peserta didik sebagai tong kosong yang harus diisi dengan
sesuatu yang dianggap penting. Hal-hal demikian adalah kekeliruan guru dalam
mengajar. Oleh karena itu makalah yang membahas mengenai teori belajar ini disusun
agar para pendidik mampu mengetahui dan memahami secara teoritis bagaimana
perubahan perilaku peserta didik dalam proses belajar dan pembelajaran sehingga proses
belajar tersebut bisa berjalan secara maksimal berdasarkan tujuan awal pembelajaran itu
sendiri.
Teori adalah seperangkat azaz yang tersusun tentang kejadian-kejadian tertentu
dalam dunia nyata dinyatakan oleh McKeachie dalam grendel 1991 : 5 (Hamzah Uno,
2006:4). Sedangkan Hamzah (2003:26) menyatakan bahwa teori merupakan seperangkat
preposisi yang didalamnya memuat tentang ide, konsep, prosedur dan prinsip yang terdiri
dari satu atau lebih variable yang saling berhubungan satu sama lainnya dan dapat
dipelajari, dianalisis dan diuji serta dibuktikan kebenarannya. Dari dua pendapat diatas
Teori adalah seperangkat azaz tentang kejadian-kejadian yang didalamnnya memuat ide,
konsep, prosedur dan prinsip yang dapat dipelajari, dianalisis dan diuji kebenarannya.
Teori belajar adalah suatu teori yang di dalamnya terdapat tata cara pengaplikasian
kegiatan belajar mengajar antara guru dan siswa, perancangan metode pembelajaran
yang akan dilaksanakan di kelas maupun di luar kelas.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu belajar ?
2. Bagaimana sudut pandang belajar menurut teori behavioristik?
3. Bagaimana sudut pandang belajar menurut teori social-kognitivistik?
4. Bagaimana sudut pandang belajar menurut teori konstruktivistik?

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui apa pengertian belajar.
2. Untuk mengetahui teori-teori belajar behavioristik dilihat dari beberapa sudut pandang
3. Untuk mengetahui teori-teori belajar social-kognitivistik dilihat dari beberapa sudut
pandang
4. Untuk mengetahui teori-teori belajar konstruktivistik dilihat dari beberapa sudut
pandang

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Belajar
Terkait dengan pengertian belajar, Aunurrahman (201: 35) menjelaskan bahwa
belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri
di dalam interaksi dengan lingkungannya. Selajutnya, Dimyati (2009: 5) menjelaskan
bahwa bila siswa belajar, maka akan terjadi perubahan mental pada diri siswa.
Slameto (2010: 2) menjelaskan bahwa pengertian belajar secara psikologis, belajar
merupakan suatu proses perubahan, yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Rumusan lain
adalah: belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Syaifuddin (2008)
menambahkan bahwa belajar adalah proses mencari, memahami, menganalisis suatu
keadaan sehingga terjadi perubahan perilaku, dan perubahan tersebut tidak dapat
dikatakan sebagai hasil belajar jika disebabkan oleh karena pertumbuhan atau keadaan
sementara.
Selanjutnya dijelaskan bahwa ciri-ciri perubahan tingkah laku adalah: Perubahan
secara sadar, berarti seseorang yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau
sekurang-kurangnya ia merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya.
Perubahan dalam belajar bersifat kontinyu dan fungsional, artinya sebabagai hasil
belajar, perubahan yang terjadi dalam diri seseorang berlangsung secara
berkesinambungan, tidak statis.

A. Teori Behavioristik
Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat
adanya interaksi antara stimulus (rangsangan) dan respon (tanggapan). Dengan kata lain,
belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya
untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan
respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan perubahan
pada tingkah lakunya.
Menurut teori ini hal yang paling penting adalah input (masukan) yang berupa
stimulus dan output (keluaran) yang berupa respon. Menurut teori ini, apa yang tejadi

3
diantara stimulus dan respon dianggap tidak penting diperhatikan karena tidak dapat
diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati hanyalah stimulus dan respon. Oleh
sebab itu, apa saja yang diberikan guru (stimulus) dan apa yang dihasilkan siswa
(respon), semuanya harus dapat diamati dan diukur. Teori ini lebih mengutamakan
pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal yang penting untuk melihat
terjadinya perubahan tungkah laku tersebut. Faktor lain yang juga dianggap penting
adalah faktor penguatan. Penguatan adalah apa saja yang dapat memperkuat timbulnya
respon. Bila penguatan diitambahkan maka respon akan semakin kuat. Begitu juga bila
penguatan dikurangi maka responpun akan dikuatkan. Jadi, penguatan merupakan suatu
bentuk stimulus yang penting diberikan (ditambahkan) atau dihilangkan (dikurangi)
untuk memungkinkan terjadinya respon.
1. Tokoh-tokoh aliran behavioristik diantaranya:
a. Thorndike
Menurut thorndike, belajar merupakan proses interaksi antara stimulus dan
respon. Dan perubahan tingkah laku merupakan akibat dari kegiatan belajar yang
berwujud konkrit yaitu dapat diamati atau berwujud tidak konkrit yaitu tidak
dapat diamati. Teori ini juga disebut sebagai aliran koneksionisme
(connectinism).
b. Watson
Menurut Watson, belajar merpakan proses interaksi antara stimulus dan respon,
namun stimulus dan respon yang dimaksud harus berbentuk tingkah laku yang
dapat diamati dan dapat diukur.
c. Clark Hull
Clark Hull juga menggunakan variabel hubangan antara stimulus dan respon
untuk menjelaskan pengertian tentang belajar. Namun ia sangat terpengaruh oleh
teori evolusi Charles Darwin. Baginya, seperti teori evolusi, semua fungsi tingkah
laku bermanfaat terutama untuk menjaga kelangsungan hidup manusia. Oleh
sebab itu, teori ini mengatakan bahwa kebutuhan biologis dan pemuasan
kebutuhan biologis adalah penting dan menempati posisi sentral dalam seluruh
bagian manusia, sehingga stimulus dalam belajarpun hampir selalu dikaitkan
dengan kebutuhan biologis,walaupun respon yang akan muncul mungkin dapat
bermacam-macam bentuknya.

4
d. Skinner
Konsep-konsep yang dikemukakan oleh Skinner tentang belajar mampu
mengungguli konsep-konsep lain yang dikemukakan oleh para tokoh sebelumnya.
Ia mampu menjelaskan konsep belajar secara sederhana, namun dapat
menunjukkan konsepnya tentang belajar secara lebih komprehensif. Menurutnya,
hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi melalui interaksi dalam
lingkungannya, yang kemudian akan menimbulkan perubahan tingkah laku,
tidaklah sesederhana yang digambarkan oleh para tokoh sebelumnya.
2. Penerapan teori behaviorisme dalam pembelajaran di sekolah
Belajar dalam pendekatan behaviorisme tidak terlepas dari stimulus yang sudah
dibuat oleh guru agar siswa mampu mengulangi atau berperilaku sesuai dengan yang
diharapkan oleh guru. Pemberian stimulus berulang sehingga terjadi pembiasaan,
dilakukan kepada peserta didik tentu saja harus sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Adanya stimulus sesungguhnya menjadi sebuah perangkat keras agar proses dan
hasil belajar bisa dikembangkan sedemikian rupa namun tetap berada dalam konteks
tujuan pembelajaran. Berikut ini merupakan contoh penerapan teori belajar
behavioristik dalam proses pembelajaran di kelas antara lain:
a. Guru harus menyusun materi atau bahan ajar secara lengkap. Dimulai dari materi
sederhana sampai kompleks.
b. Guru lebih banyak memberikan contoh berupa instruksi selama mengajar.
c. Saat guru melihat ada kesalahan, baik pada materi maupun pada siswa maka guru
akan segera diperbaiki.
d. Guru memberikan banyak drilling dan latihan agar terbentuk perilaku atau
pembiasaan seperti yang diinginkan.
e. Evaluasi berdasarkan perilaku yang terlihat.
f. Guru dituntut memiliki kemampuan memberikan penguatan (reinforcement),
baik dari sisi positif dan negatif.

B. Teori Social-Kognitif
Teori kognitif sosial adalah teori yang menonjolkan gagasan bahwa sebagian
besar pembelajaran manusia terjadi dalam sebuah lingkungan sosial. Dengan mengamati
orang lain, manusia memperoleh pengetahuan, aturan-aturan, keterampilan-keterampilan,
strategi-strategi, keyakinan-keyakinan, dan sikap-sikap. Individu-individu juga melihat

5
model-model atau contoh-contoh untuk mem pelajari kegunaan dan kesesuaian perilaku-
perilaku akibat dari perilaku yang di modelkan, kemudian mereka bertindak sesuai
dengan keyakinan tentang kemampuan mereka dan hasil yang diharapkan dari tindakan
mereka Teori ini dikembangkan oleh Albert Bandura seorang psikolog pendidikan dari
Stanford University, USA. Teori belajar ini dikembangkan untuk menjelaskan
bagaimana orang belajar dalam setting yang alami atau lingkungan sebenarnya. Bandura
(1977) menghipotesiskan bahwa baik tingkah laku, lingkungan, dan kejadian-kejadian
internal pada pembelajar yang mempengaruhi persepsi dan aksi, adalah merupakan
hubungan yang saling berpengaruh (interlocking). Harapan dan nilai mempengaruhi
tingkah laku. Tingkah laku sering dievaluasi, bebas dari umpan balik lingkungan
sehingga mengubah kesan-kesan personal. Tingkah laku mengaktifkan kontingensi
lingkungan. Karakteristik fisik seperti ukuran, ukuran jenis kelamin dan atribut sosial
menumbuhkan reaksi lingkungan yang berbeda.
Berdasarkan social learnig theory menyatakan bahwa tingkah laku manusia
bukan semata-mata bersifat refleks atau otomatis, melainkan juga merupakan akibat dari
reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif.
Menurut bandura, sebagian besar tingkah laku manusia dipelajari melalui peniruan
(imitation) maupun penyajian contoh perilaku (modelling). Melalui modeling orang
dapat memperoleh tingkah laku baru. Ini dimungkinkan karena adanya kemampuan
kognitif. Stimulus berbentuk tingkah laku model ditransformasi menjadi gambaran
mental, dan yang lebih penting lagi ditransformasi menjadi symbol verbal yang dapat
diingat kembali suatu saat nanti. Ketrampilan kognitif yang bersifat simbolik ini,
membuat orang dapat mentransform apa yang dipelajarinya atau menggabung-gabung
apa yang diamatinya dalam berbagai situasi menjadi pola tingkah laku baru. Dalam hal
ini orang tua dan guru memainkan peranan penting sebagai seorang model atau tokoh
bagi anak untuk menirukan perilaku membaca. Anggota keluarga yang sering dilihat oleh
anak membaca atau memegang buku di rumah akan merangsang anak untuk mencoba
mengenal buku.
Karakteristik khas lainnya dari teori kognitif social adalah peran utama yang
diberikannya pada fungsi-fungsi pengaturan diri. Orang berperilaku bukan sekedar untuk
menyesuaikan diri dengan kecendrungan-kecendrungan orang lain. Kebanyakan perilaku
mereka dimotivasi dan diatur oleh standar-standar internal dan reaksi-reaksi terhadap
tindakan-tindakan mereka sendiri yang terkait dengan penilaian diri.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menerapkan teori belajar sosial adalah

6
ciri-ciri kuat yang mendasarinya yaitu:
1. Mementingkan pengaruh lingkungan.
2. Mementingkan bagian-bagian.
3. Mementingkan peranan reaksi.
4. Mengutamakan mekanisme terbentuknya hasil belajar melalui prosedur stimulus
respon.
5. Mementingkan peranan kemampuan yang sudah terbentuk sebelumnya.
6. Mementingkan pembentukan kebiasaan melalui latihan dan pengulangan.
7. Hasil belajar yang dicapai adalah munculnya perilaku yang diinginkan.
Banyak gagasan dalam teori kognitif sosial yang dapat di aplikasikan dengan baik
dalam pengajaran dan pembelajaran siswa. Aplikasi-aplikasi pengajaran yang melibatkan
model-model, efisiensi diri, contoh-contoh terapan, serta tutoring dan monitoring yang
mencerminkan prinsip-prinsip kognitif sosial.. Riset kognitif sosial mengenai
pembelajaran dan motivasi menunjukkan dengan jelas bahwa pemikiran atau kognisi
siswa pada gilirannya akan mempengaruhi perasaan, perilaku motivasional, dan
penguasaan ketrampilan dalam bidang studi dari siswa. Beberapa bukti menunjukkan
bahwa bila para siswa diberi suasana interaksi yang baik dan dinamis, antara siswa
dengan siswa, siswa dengan guru, maka kemajuan dalam aktivitas sik akan menimbulkan
hasil-hasil psikologis. Menurut Weiss dan Duncan (1992), partisipasi siswa dalam games
dan olahraga mempunyai pengaruh bagi perkembangan hubungan dengan teman sebaya
dan rasa harga diri (self esteem). Hubungan teman sebaya dan self esteem merupakan
bagian dari kemampuan-kemampuan psikososial.
Penerapan teori kognitif sosial dalam pembelajaran:
Pada menerapkan teori belajar kognitif, seorang guru perlu fokus pada proses
berpikir siswa dan memberikan strategi yang tepat berdasarkan fungsi kognitif mereka.
Libatkan siswa dalam berbagai kegiatan, seperti memberikan waktu bagi mereka untuk
bertanya, kesempatan untuk membuat kesalahan dan memperbaikinya berdasarkan hasil
pengamatan, serta merefleksikan diri agar dapat membantu mereka dalam memahami
proses mental. Di bawah ini terdapat beberapa contoh kegiatan yang dapat dilakukan
seorang guru dalam pembelajaran kognitif, antara lain:
1. Minta siswa untuk merefleksikan pengalaman mereka melalui pembuatan jurnal atau
laporan harian tentang kegiatan apa saja yang mereka lakukan.
2. Mendorong diskusi berdasarkan apa yang diajarkan dengan meminta siswa untuk
menjelaskan materi pembelajaran di depan kelas dan ajak siswa lainnya untuk

7
mengajukan pertanyaan.
3. Membantu siswa menemukan solusi baru untuk suatu masalah untuk
mengembangkan cara berpikir kritis.
4. Minta siswa untuk memberikan penjelasan tentang ide atau pendapat yang mereka
miliki.
5. Membantu siswa dalam mengeksplorasi dan memahami bagaimana ide-ide bisa
terhubung.
6. Meningkatkan pemahaman dan ingatan siswa melalui penggunaan visualisasi dan
permainan dalam menyampaikan materi.
C. Teori Konstruktivisme
1. Pengertian
Teori kontruktivisme adalah salah satu teori belajar yang menekankan bagaimana
siswa sebagai pembelajar tidak hanya menerima ilmu begitu saja dari apa yang mereka
dapatkan atau guru sampaikan, melainkan siswa harus secara aktif mengembangkan
pengetahuan mereka secara individual. Artinya bahwa pembelajaran kontruktivisme
adalah pembelajaran yang lebih menekankan pada proses dan kebebasan dalam menggali
pengetahuan serta upaya untuk mengkostruksi pengalaman.
Proses belajar dalam teori kontruktivisme yaitu dengan memberi kesempatan
kepada siswa untuk mengemukakan gagasannya dengan bahasa sendiri, untuk berfikir
tentang pengalamannya sehingga siswa menjadi lebih kreatif dan imajinatif serta dapat
menciptakan lingkungan belajar yang kondusif. Proses belajar siswa dapat dilakukan
dengan cara experiental learning yaitu merupakan adaptasi kemanusiaan berdasarkan
pengalaman konkrit di laboratorium, diskusi dengan teman sejawat, yang kemudian
dikontemplasikan dan dijadikan ide dan pengembangan konsep baru.
Tujuan teori belajar kontruktivisme, yaitu:
a. Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengajukan pertanyaan dengan mencari
sendiri jawabannya
b. Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman konsep secara
lengkap
c. Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri
d. Lebih menekankan pada proses belajar bagaimana belajar itu.

2. Prinsip-prinsip Teori Kontruktivisme


Prinsip-prinsip teori kontruktivisme yang diterapkan dalam belajar mengajar adalah:

8
a. Pengetahuan dibangun sendiri oleh siswa
b. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke murid, kecuali hanya dengan
keaktifan dari siswa sendiri untuk menalar
c. Murid aktif mengkostruksi pengetahuan secara terus menerus
d. Guru sebagai fasilitator, pengarah agar proses konstruksi dapat berjalan lancar
e. Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa
f. Struktur pembelajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan
g. Mencari dan menilai pendapat siswa
h. Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi pendapat siswa

3. Teori Kontruktivisme menurut Para Ahli


a. Teori Belajar Kontruktivisme menurut Piaget
Teori Piaget berlandaskan gagasan perkembangan anak, bermakna dengan
membangun struktur kognitifnya atau peta mentalnya yang diistilahkan “Skema” atau
konsep jejaring untuk memahami dan menanggapi pengalaman fisik dalam lingkungan
di sekelilingnya. Lebih jauh Piaget mengemukakan pengetahuan tidak diperoleh secara
pasif oleh seseorang, melainkan melalui tindakan.
Belajar merupakan proses untuk membangun penghayatan terhadap suatu materi
yang disampaikan. Teori Piaget menjelaskan bahwa ilmu pengetahuan dibangun dalam
pikiran seorang anak dengan kegiatan asimilasi dan akomodasi sesuai dengan skema
yang dimilikinya, meliputi:
1) Skema adalah struktur kognitif dimana seseorang dapat beradaptasi dan terus
mengalami perkembangan mental dalam interaksinya dengan lingkungan.
2) Asimilasi adalah proses kognitif perubahan skema yang tetap mempertahankan
konsep awalnya, hanya menambah atau merinci.
3) Akomodasi adalah proses pembentukan skema untuk menyesuaikan konsep awal.
4) Equilibrasi adalah keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi.

b. Teori Kontruktivisme menurut Vygotsky


Teori Kontruktivisme menurut Vygotsky dalam filosofi pendidikan lebih
dikenaldengan teori pembelajaran kognisi sosial (Social cognition). Pembelajaran
kognisi sosial menyakini kebudayaan merupakan penentuan utama bagi pengembangan
individu. Manusia merupakan satu-satunya spesies di atas dunia ini yang memiliki
kebudayaan hasil rekayasa sendiri dan setiap anak manusia berkembang dalam konteks

9
kebudayaannya sendiri. Oleh karenanya perkembangan pembelajaran anak dipengaruhi
banyak maupun sedikit oleh kebudayaanya, termasuk budaya dari lingkungan
keluarganya, dimana dia berkembang.

4. Implikasi Teori Kontruktivisme dalam Pembelajaran


Implikasi dari teori belajar konstruktivisme dalam pendidikan adalah sebagai
berikut:
a. Tujuan pendidikan menurut teori belajar konstruktivisme adalah menghasilkan
individu atau anak yang memiliki kemampuan berfikir untuk menyelesaikan setiap
persoalan yang dihadapi
b. Kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi situasi yang memungkinkan
pengetahuan dan keterampilan dapat dikonstruksi oleh peserta didik. Selain itu,
latihan memecahkan masalah seringkali dilakukan melalui belajar kelompok dengan
menganalisis masalah dalam kehidupan sehari-hari
c. Peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang sesuai
bagi dirinya.
Peran guru sebagai mediator, fasilitor, dan teman yang membuat situasi yang
kondusif untuk terjadinya konstruksi pengetahuan pada diri peserta didik. Peranan guru
dalam interaksi pendidikan adalah sebagai pengendali meliputi;
a. Menumbuhkan kamandirian dengan menyediakan kesempatan untuk mengambil
keputusan dan bertindak.
b. Menumbuhkan kemampuan mengambil keputusan dan bertindak dengan
meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan siswa.
c. Menyediakan sistem dukungan yang memberikan kemudahan belajar agar siswa
mempunyai peluang optimal untuk latihan.

5. Kelebihan dan Kekurangan Teori Kontruktivisme


a. Kelebihan Teori Kontruktivisme
1) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasan secara
eksplisit dengan menggunakan bahasa siswa sendiri
2) Memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki
siswa sehingga siswa terdorong untuk membedakan dan memadukan gagasan
tentang fenomena yang menantang siswa.
3) Memberi siswa kesempatan untuk berpikir tentang pengalamannya. Ini dapat

10
mendorong siswa berpikir kreatif, imajinatif, mendorong refleksi tentang model
dan teori, mengenalkan gagasan-gagasan pada saat yang tepat.
4) Memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru agar siswa
terdorong untuk memperoleh kepercayaan diri dengan menggunakan berbagai
konteks
5) Mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan mereka setelah
menyadari kemajuan mereka serta memberi kesempatan siswa untuk
mengidentifikasi perubahan gagasan mereka.
6) Memberikan lingkungan belajar yang kondusif yang mendukung siswa
mengungkapkan gagasan, saling menyimak, dan menghindari kesan selalu ada
satu jawaban yang benar.
b. Kelemahan Teori Kontruktivisme
1) Siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuannya, sehingga tidak jarang hasil
konstruksi siswa tidak cocok dengan konstruksi para ahli sehingga
menyebabkan miskonsepsi
2) Kontruktivisme menanamkan agar siswa membangun pengetahuannya
sendiri, dimana hal ini membutuhkan waktu yang lama dan setiap siswa
memerlukan penanganan yang berbeda-beda.
3) Situasi dan kondisi tiap sekolah tidak sama, sehingga tentu ada perbedaan
juga dalam membantu keaktifan dan kreativitas siswa.
6. Penerapan teori konstruktivisme dalam pembelajaran:
a. Mendorong kemandirian dan inisiatif siswa dalam belajar. Dengan menghargai
gagasan atau pemikiran siswa serta mendorong siswa berpikir mandiri, berarti
guru telah membantu siswa menemukan identitas intelektual mereka. Para
siswa yang merumuskan pertanyaan-pertanyaan dan kemudian menganalisis
serta menjawabnya berarti telah mengembangkan tanggung jawab terhadap
proses belajar mereka sendiri serta menjadi pemecah masalah (problem
solvers).
b. Guru mengajukan pertanyaan terbuka dan memberikan kesempatan beberapa
waktu kepada siswa untuk merespons. Berpikir reflektif memerlukan waktu
yang cukup dan seringkali atas dasar gagasan-gagasan dan komentar orang
lain. Cara-cara guru mengajukan pertanyaan dan cara siswa merespons atau
menjawabnya akan mendorong siswa mampu membangun keberhasilan dalam
melakukan penyelidikan atas informasi yang diterimanya.

11
c. Mendorong siswa berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking). Guru yang
menerapkan proses pembelajaran konstruktivisme akan menantang para siswa
untuk mampu menjangkau hal–hal yang berada di balik respons faktual yang
sederhana. Guru mendorong siswa untuk menghubungkan dan merangkum
konsep-konsep melalui analisis, prediksi, justifikasi dan mempertahankan
gagasan atau pemikirannya.
d. Siswa terlibat secara aktif dalam dialog atau diskusi dengan guru dan siswa
lainnya. Dialog dan diskusi yang merupakan interaksi sosial dalam kelas yang
bersifat intensif sangat membantu siswa untuk mampu mengubah atau
menguatkan gagasan-gagasannya. Jika mereka memiliki kesempatan untuk
mengemukakan apa yang mereka pikirkan dan mendengarkan gagasan orang
lain, maka mereka akan mampu membangun pengetahuan sendiri yang
didasarkan atas pemahaman sendiri. Jika merasa nyaman dan aman untuk
mengemukakan gagasan-gagasan mereka, maka dialog yang sangat bermakna
akan tercipta di dalam kelas.
e. Siswa terlibat dalam pengalaman yang menantang dan mendorong terjadinya
diskusi. Jika diberi kesempatan untuk menyusun berbagai macam prediksi,
sering kali siswa menghasilkan hipotesis tentang informasi maupun kejadian
yang sedang dialaminya. Guru yang menerapkan konstruktivisme dalam
pembelajaran memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk
menguji hipotesis mereka, terutama melalui diskusi kelompok dan pengalaman
nyata.
f. Guru menggunakan data mentah, sumber-sumber utama, dan materi-materi
interaktif. Proses pembelajaran yang menerapkan pendekatan konstruktivisme
melibatkan para siswa dalam mengamati dan menganalisis fenomena alam
dalam dunia nyata. Guru kemudian membantu siswa untuk menghasilkan
abstraksi atau pemikiran-pemikiran tentang fenomena-fenomena alam tersebut
secara bersama-sama.

7. Contextual Teaching-Learning Sebagai Elaborasi Model Konstruktivisme


Contextual teaching learning atau yang lebih dikenal dengan CTL merupakan
pendekatan pembelajaran yang mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia
nyata yang berkembang dan terjadi di lingkungan sekitar siswa, sehingga siswa (peserta
didik) mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dengan kehidupan
sehari-hari mereka.
Pembelajaran kontekstual ini, semula didasrkan pada hasil penelitian John Dewey

12
(1916) yang menyimpulkan bahwa siswa akan belajar dengn baik jika apa yang dipelajari
terkait dengan apa yang telah diketahui dan dengan kegiatan atau peristiwa yang akan terjadi
di sekelilingnya. Pembelajaran ini menekankan pada daya pikir yang tinggi, transfer ilmu
pengetahuan, mengumpulkan dan menganalisis data, memecahkan masalah-masalah tertentu
baik secara individu maupun kelompok.
Pembelajaran dengan pendekatan CTL atau pembelajaran kontekstual memungkinkan
proses belajar yang tenang dan menyenangkan, karena proses pembelajaran dilakukan
secara ilmiah dan kemudian siswa dapat mempraktikkan secara alamiah dan kemudian siswa
dapat mempraktikkan secara langsung berbagai materi yang telah dipelajarinya.
Pembelajaran kontekstual mendorong peserta didik (siswa) memahami hakikat, makna, dan
manfaat belajar, sehingga akan memberikan stimulus dan motivasi kepada mereka untuk
rajin dan senantiasa belajar. Pembelajaran kontekstual (Contekstual Teaching Learning,
CTL) meniscayakan guru untuk mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi
dunia nyata siswa serta mendorong mereka untuk membuat hubungan antara pengetahuan
yang dimilikinya dengan praktik kehidupan mereka, baik sebagai anggota keluarga maupun
sebagai anggota masyarakat. Dengan penerapan model tersebut, hasil pembelajaran
diharapkan lebih bermakna bagi siswa.
Oleh karenanya, proses pembelajaran harus berlangsung secara alamiah dalam bentuk
kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa.
Strategi dan bentuk penggunaan metode dalam proses pembelajaran menjadi lebih
pentingdibandingkan dengan hasil pembelajaran. Dalam konteks itu, siswa perlu mengerti
apa makna belajar, apa manfaatnya, dalam status apa mereka, dan bagai mana mencapainya.
Mereka sadar bahwa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya nanti. Dengan begitu,
mereka memposisikan diri sebagai diri sendiri yang memerlukan bekal untuk hidupnya
nanti. Mereka mempelajari 245 apa yang bermanfaat bagi dirinya dan berupaya
menggapainya. Dalam upaya itu, mereka memerlukan guru sebagai pengarah dan
pembimbing.
Dalam konteks pembelajaran di kelas, tugas guru adalah memberikan kemudahan
belajar bagi siswa, dengan menyediakan berbagai sarana dan sumber belajar yang memadai.
Guru tidak hanya menyampaikan materi pembelajaran yang berupa hafalan, tetapi juga
mengatur lingkungan dan strategi pembelajaran yang memungkinkan siswa termotivasi
untuk belajar. Lingkungan belajar yang kondunsif sangat penting dan sangat menunjang
pembelajaran kontekstual, dan keberhasilan pembelajaran secara keseluruhan.
Untuk merangsang siswa menjadi lebih respons dalam menggunakan pengetahuan
dan keterampilan dalam kehidupan nyata sehingga memiliki motivasi tinggi untuk belajar,
diperlukan beberapa strategi dan pendekatan pembelajaran yang relevan dengan model CTL,
yang antara lain adalah sebagai berikut:

13
a) Pembelajaran Berbasis Masalah
Sebelum memulai proses pembelajaran di depan kelas, siswa terlebih dahulu
diminta untuk mengobservasi suatu fenomena. Kemudian siswa diminta untuk mencatat
permasalahan-permasalahan yang muncul. Setelah itu, tugas guru adalah merangsang
siswa untuk berfikir kritis memecahkan masalah, dan selanjutnya mengarahkan siswa
untuk bertanya, membuktikan asumsi, dan mendengarkan perspektif yang berbeda di
antara mereka.
b) Memanfaatkan lingkungan
siswa untuk memperoleh pengalaman belajar. Guru memberikan penugasan
yang dapat dilakukan diberbagai konteks lingkungan siswa antara lain
madrasah/sekolah, keluaraga dan masyarakat. Penugasan yang diberikan oleh guru
memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar di luar kelas. Misalnya, siswa keluar
dari ruang kelas dan berinteraksi langsung untuk melakukan wawancara. Siswa
diharapkan dapat memperoleh pengalaman langsung Tentang apa yang sedang
dipelajari. pengalaman belajar merupakan aktivitas belajar yang harus dilakukan siswa
dalam rangka mencapai penguasaan standar kompetensi. Kemampuan dasar dan materi
pembelajaran.
c) Membuat Aktifitas Kelompok
Aktivitas belajar kelompok dapat memperluas perspektif serta membangun
kecakapan interpersonaliperhatika untuk berhubungan dengan orang lain. Guru dapat
menyusun kelompok terdiri dari tiga, lima maupun delapan siswa sesuai dengan tingkat
kesulitan penugasan.
d) Membuat aktivitas belajar mandiri
Siswa dituntut untuk mampu mencari, menganalisis dan menggunakan
informasi dengan sedikit atau bahkan tanpa bantuan guru. Supaya dapat 248
melakukannya, siswa harus lebih diperhatikan bagaimana mereka memproses
informasi, menerapkan strategi pemecahan masalah, dan menggunakan pengetahuan
yang telah mereka peroleh. Model pembelajaran kontekstual harus terlebih dahulu
melakukan uji coba, menyediakan waktu yang cukup, dan menyusun refleksi, serta
guru supaya dapat melakukan proses pembelajaran secara mandiri (independent
learning).
e) Membuat aktivitas belajar kerjasama dengan masyarakat
Madrasah/sekolah dapat melakukan kerjasama dengan orang tua siswa yang
memiliki keahlian khusus untuk menjadi guru tamu. Hal ini perlu dilakukan guna
memberikan pengalaman belajar secara langsung dimana siswa dapat motivasi untuk
mengajukan pertanyaan. Selain itu, kerja sama juga dapat dilakukan dengan institusi

14
atau pekerjaan tertentu untuk memberikan pengalaman kerja.
f) Menerapkan penilaian autentik
Dalam pembelajaran kontekstual, penilaian autentik dapat membantu siswa
untuk menerapkan informasi akademik dan kecakapan yang telah diperoleh dari sitiuasi
nyata untuk tujuan tertentu. Penilaian autentik memberikan kesempatan luas bagi siswa
untuk menunjukkan apa yang telah mereka pelajari selama proses belajar-mengajar.
Adapun bentuk-bentuk penilaian yang dapat digunakan oleh guru adalah portofolio,
tugas kelompok, demonstrasi dan laporan tertulis.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam proses belajar ada yang namanya teori belajar. Teori belajar adalah suatu
langkah-langkah yang dapat membantu guru atau pendidik untuk mendidik dan
menyampaikan ilmu pengetahuan kepada murid atau peserta didik. Teori belajar adalah
suatu teori yang di dalamnya terdapat tata cara pengaplikasian kegiatan belajar mengajar
antara guru dan siswa, perancangan metode pembelajaran yang akan dilaksanakan di
kelas maupun di luar kelas.
Makalah ini sudah cukup banyak membahas tetang teori-teori pembelajaran.
Teori-teori pembelajaran tersebut menjelaskan apa itu belajar dan bagaimana mana
belajar itu terjadi. Teori Behavioristik merupakan teori yang menyatakan bahwa belajar
adalah perubahan dalam tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antar stimulus dan
respon. Teori Social-kognitiv adalah teori yang menonjolkan gagasan bahwa sebagian
besar pembelajaran manusia terjadi dalam sebuah lingkungan sosial. Dengan mengamati
orang lain, manusia memperoleh pengetahuan, aturan, keterampilan, strategi, keyakinan,
dan sikap. Teori kontruktivisme adalah salah satu teori belajar yang menekankan
bagaimana siswa sebagai pembelajar tidak hanya menerima ilmu begitu saja dari apa
yang mereka dapatkan atau guru sampaikan, melainkan siswa harus secara aktif
mengembangkan pengetahuan mereka secara individual.

B. Saran

15
Perkembengan dunia pendidikan terus berlangsung sejalan dengan tuntutan hidup
manusia untuk menjawab perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin
hari semakin maju dan kompleks. Dunia pendidikan juga dituntut untuk peka terhadap
perubahan dan perkembangan sekecil apa pun dalam dunia ilmu pengetahuan dan
teknologi. Dalam konteks ini peran guru tidaklah kecil. Guru sebagai ujung tombak
pelaksana pendidikan terdepan dituntut untuk terus mengembangkan pengetahuan,
kemampuan serta keterampilannya. Oleh karena itu disaran kepada semua yang
berhubungan dengan dunia pendidikan dan khususnya guru dapat membaca dan
memahami Teori-teori pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Herlina, Boleng Didimus Tanah, Maasawet Elsye T. 2021. Teori Belajar dan Pembelajaran.
Lakeisha: Jawa Tengah

Yanuoardianto Elga. 2019. Teori Kognitif Social Albert Bandura. Jurnal Auladuna. Vol. 01
(02)

16

Anda mungkin juga menyukai