Anda di halaman 1dari 20

TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK

MAKALAH INI DISUSUN GUNAMEMENUHI TUGAS KELOMPOK


MATA KULIAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN

DOSEN PENGAMPU : Ika Ratnaningrum, S. Pd., M. Pd

DISUSUN OLEH KELOMPOK 7

1401420387 MEIKE DWI MAHARANI


1401420388 LAVENIA AYU CAELLA
1401420395 MAULANA ZAMZURI

ROMBEL 2020

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT karena telah melimpahkan rahmat, taufiq,
hidayah dan inayahnya kepada kami, serta petunjuk-Nya sehingga memberikan kemampuan dan
kemudahan bagi kami dalam penyusunan makalah ini dengan judul “Teori Belajar
Behavioristik”. Dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah “Psikologi Pendidikan” yang
diberikan oleh Ibu Ika Ratnaningrum, S. Pd., M. Pd. dosen pembimbing kami.

Harapan kami, semoga makalah ini membawa manfaat khususnya bagi kami, dan umumnya bagi
para pembaca. Makalah ini setidaknya untuk menambah pengetahuan tentang “Teori Belajar
Behavioristik”.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
proses pembuatan makalah ini, terutama kepada kedua orang tua kami dan dosen-dosen kami.
Apabila dalam makalah ini banyak terdapat kekurangan, baik dari segi isi maupun teknik
penulisannya, untuk itu kami mengharapkan kritik, saran dan bimbingan dari semua pihak untuk
perbaikan dimasa yang akan datang. Semoga makalah ini bermanfaat dan berguna buat kita
semua. Aamiin…

Semarang, 8 April 2022

Kelompok 7

i
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR ............................................................................................................ i

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ........................................................................................................ 1
C. Tujuan .......................................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................ 3

A. Pengertian Teori Belajar Behavioristik ........................................................................ 3


B. Tokoh Teori Belajar Behavioristik dan Pemikirannya ................................................ 4
C. Aplikasi Teori Behavioristik dalam Pembelajaran ...................................................... 8
D. Tujuan Pembelajaran Behaviorisme ............................................................................ 10
E. Prinsip-prinsip Pembelajaran Behavioristik ................................................................ 10
F. Kelebihan dan Kekurangan Teori Pembelajaran Behavioristik ................................... 11
G. Analisis Tentang Teori Behavioristik .......................................................................... 13

BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 15

A. Kesimpulan .................................................................................................................. 15
B. Saran ............................................................................................................................ 15

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Belajar merupakan aktivitas individu yang melakukan belajar, yaitu proses kerja faktor
internal. Menurut Peaget belajar adalah proses penyesuaian atau adaptasi melalui asimilasi
dan akomodasi antara stimulasi dengan unit dasar kognisi seseorang yang oleh Peaget
menjadi schema. Menurut pandangan psikologi behavioristik merupakan akibat adanya
interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika yang
bersangkutan dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini yang penting
dalam belajar adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon.

Jika ditinjau dari konsep atau teori, teori behavioristik ini tentu berbeda dengan teori yang
lain. Hal ini dapat kita lihat dalam pembelajaran sehari-hari dikelas. Ada berbagai asumsi
atau pandangan yang muncul tentang teori behavioristik. Teori behavioristik memandang
bahwa belajar adalah mengubah tingkah laku siswa dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak
mengerti menjadi mengerti, dan tugas guru adalah mengontrol stimulus dan lingkungan
belajar agar perubahan mendekati tujuan yang diinginkan.

Oleh karena itu, dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Belajar dan Pembelajaran
kelompok kami menyusun makalah Teori Belajar Behavioristik dalam rangka mengetahui
lebih lanjut lagi tentang Teori Belajar Behavioristik dan diharapkan tidak lagi muncul asumsi
yang keliru tentang pendekatan behaviorisme tersebut, sehingga pembaca memang benar-
benar mengerti apa dan bagaimana pendekatan behaviorisme.

1.2.Rumusan Masalah
Setelah mengkaji latar belakang diatas, dapat diambil beberapa permasalahan sebagai kajian
dari pembuatan makalah ini yakni diantaranya :
1. Apa yang dimaksud dengan teori belajar behavioristik?
2. Siapa saja tokoh dalam teori belajar behavioristik dan pemikirannya?
3. Bagaimana aplikasi teori behavioristik dalam pembelajaran?
4. Apa tujuan pembelajaran behaviorisme?
5. Bagimana prinsip-prinsip pembelajaran behavioristik?
6. Apa kelebihan dan kekurangan dalam teori pembelajaran behavioristik?
7. Bagimana analisis tentang teori behavioristik?

1.3.Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan yang ingin dicapai adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui pengertian teori belajar behavioristik

1
2. Mengetahui siapa tokoh-tokoh dan pemikirannya mengenai teori behavioristik
3. Mengetahui aplikasi dari teori belajar behavioristik dalam pembelajaran
4. Mengetahui tujuan dari teori belajar behavioristik
5. Mengetahui prinsip-prinsip pembelajaran behavioristik
6. Mengetahui kelebihan dan kekurangan teori pembelajaran behavioristic
7. Mengetahui analisis tentang teori behavioristik

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Teori Belajar Behavioristik

Teori behavioristik adalah teori beraliran behaviorisme yang merupakan salah satu aliran
psikologi. Teori belajar behavioristik ini dikenal dengan sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage
dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.

Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya
interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain belajar merupakan bentuk perubahan yang
dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai
hasil interaksi antara stimulus dan respon.

Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan perubahan tingkah lakunya.
Misalnya; siswa belum dapat dikatakan berhasil dalam belajar Ilmu Pengetahuan Sosial jika dia
belum bisa/tidak mau melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan sosial seperti; kerja bakti, ronda
dll.
Menurut teori ini yang terpenting adalah :
1. Masukan atau input yang berupa stimulus dan keluaran atau output yang berupa respons.
Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa misalnya alat perkalian, alat
peraga, pedoman kerja atau cara-cara tertentu untuk membantu belajar siswa, sedangkan
respon adalah reaksi atau tanggapan siswa terhadap stimulus yang diberikan guru
tersebut. Teori ini juga mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu
hal yang penting untuk melihat terjadi tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.
2. Penguatan (reinforcement)
Penguatan adalah apa saja yang dapat memperkuat timbulnya respon. Misalnya, ketika
peserta didik diberi tugas oleh guru, ketika tugasnya ditambahkan maka ia akan semakin
giat belajarnya, maka penambahan tugas tersebut merupakan penguatan positif dalam
belajar, begitu juga sebaliknya.
Prinsip-prinsip behaviorisme adalah :
1. Objek psikologi adalah tingkah laku
2. Semua bentuk tingkah laku dikemalikan kepada reflek
3. Mementingkan terbentuknya kebiasaan.

3
B. Tokoh-Tokoh dan Pemikirannya terhadap Teori Belajar Behavioristik.

a. Thorndike
Thorndike adalah seorang pendidik dan sekaligus psikolog berkebangsaan Amerika.
Menurutnya, belajar merupakan proses interaksi antara Stimulus (S) yang mungkin berupa
pikiran, perasaan atau gerakan dan Respon (R) yang juga berupa pikiran, perasaan atau gerakan.

Stimulus adalah perubahan dari lingkungan exsternal yang menjadi tanda untuk mengaktifkan
organisme untuk beraksi/berbuat. Sedangkan respon adalah sembarang tingkah laku yang
dimunculkan karena adanya perangsang.

Dari percobaannya yang terkenal (puzzle box) diketahui bahwa supaya tercapai hubungan antara
stimulus dan respon, perlu adanya kemampuan untuk memilih respon yang tepat serta melalui
usaha-usaha atau percobaan-percobaan (trial) dan kegagalan-kegagalan (Error) terlebih dahulu.
Bentuk paling dasar dari belajar adalah Trial and Error learning atau selecting and conecting
learning dan berlangsung menurut hukum-hukum tertentu. Oleh karena itu teori belajar yang
dikemukakan oleh thorndike ini sering disebut teori belajar koneksionisme atau asosiasi.

Edward L. Thorndike dalam teori connectionism dari Amerika Serikat, menyatakan bahwa dasar
dari belajar adalah asosiasi antara kesan panca indera dan inplus untuk bertindak atau terjadinya
hubungan antara stimulus dan respon disebut Bond, sehingga dikenal dengan teori S – R Bond.
Didalam belajar terdapat dua hukum, yaitu hukum primer dan hukum sekunder.

Hukum primer terdiri dari :

1. Law of Readiness, yaitu kesiapan untuk bertindak itu timbul karena penyesuaian diri
dengan sekitarnya yang akan memberikan kepuasan
2. Law of Exercise and Repetation, sesuatu itu akan sangat kuat bila sering dilakukan
diklat dan pengulangan
3. Law of Effect, yaitu perbuatan yang diikuti dengan dampak atau pengaruh yang
memuaskan cenderung ingin diulangi lagi dan yang tidak mendatangkan kepuasan
akan dilupakan

4
Hukum sekunder terdiri dari :
1. Law of Multiple Response, yaitu sesuatu yang dilakukan dengan variasi uji coba
dalam menghadapi situasi problematis, maka salah satunya akan berhasil juga.
2. Law of Assimilation, yaitu orang yang mudah menyesuaikan diri dengan situasi baru,
asal situasi itu ada unsur bersamaan
3. Law of Partial Activity, seseorang dapat beraksi secara selektif terhadap kemungkinan
yang ada di dalam situasi tertentu.

b. Watson

Watson mendefinisikan belajar sebagai proses interaksi antara stimulus dan respon, namun
stimulus dan respon yang dimaksud harus dapat di amati (observable) dan dapat di ukur. Jadi
meskipun dia mengakui adanya perubahan-perubahan mental dalam diri seseorang selama proses
belajar, namun dia menganggap faktor tersebut sebagai hal yang tidak perlu di perhitungkan
karena tidak dapat diamati.

Watson adalah seorang behaviorist murni, karena kajianya tentang belajar disejajarkan dengan
ilmu-ilmu lain seperti fisika atau biologi yang sangat berorientasi pada pengalaman empirik
semata, yaitu sejauh mana dapat diamati dan diukur. Hanya dengan asumsi seperti itulah –
menurut watson - kita dapat meramalkan perubahan apa yang bakal terjadi pada siswa.

c. Edwin Guthrie

Azas belajar guthrie yang utama adalah hukum kontinguity. Yaitu gabungan stimulus-stimulus
yang disertai suatu gerakan, pada waktu timbul kembali cenderung akan diikuti oleh gerakan
yang sama. Guthrie juga menggunakan variabel hubungan stimulus respon untuk menjelaskan
terjadinya proses belajar. Belajar terjadi karena gerakan terakhir yang dilakukan mengubah
situasi stimulus sedangkan tidak ada respon lain yang dapat terjadi. Penguatan hanya sekedar
melindungi hasil belajar yang baru agar tidak hilang dengan jalan mencegah perolehan respon
yang baru.

Teori guthrie ini mengatakan bahwa hubungan stimulus dan respon bersifat sementara, oleh
karenanya dalam kegiatan belajar, peserta didik perlu sesering mungkin diberi stimulus agar
hubungan stumulus dan respon bersifat lebih kuat dan menetap. Guthrie juga percaya bahwa

5
hukuman (punishment) memegang peranan penting dalam proses belajar. Hukuman yang
diberikan pada saat yang tepat akan mampu mengubah tingkah laku seseorang.

d. Skinner

Skinner adalah seorang yang berkebangsaan Amerika yang dikenal sebagai seorang tokoh
behavioris yang meyakini bahwa perilaku individu dikontrol melalui proses operant conditioning
dimana seseorang dapat mengontrol tingkah laku organisme melalui pemberian reinforcement
yang bijaksana dalam lingkungan yang relatif besar.

Menagement kelas menurut skinner adalah berupa usaha untuk memodifikasi perilaku antara lain
dengan proses penguatan yaitu memberi penghargaan pada perilaku yang diinginkan dan tidak
memberi imbalan apapun pada perilaku yang tidak tepat. Operant Conditioning adalah suatu
proses perilaku operant (penguatan positif atau negatif) yang dapat mengakibatkan perilaku
tersebut dapat berulang kembali atau menghilang sesuai dengan keinginan.

Teori belajar behavioristik ini telah lama dianut oleh para guru dan pendidik, namun dari semua
pendukuung teori ini, teori Skinnerlah yang paling besar pengaruhnya terhadap perkembangan
teori belajar Behavioristik. Program-program pembelajaran seperti Teaching Machine,
pembelajaran berprogram, modul dan program-program pembelajaran lain yang berpijak pada
konsep hubungan stimulus-respons serta mementingkan faktor-fktor penguat merupakan
program-program pembelajaran yang menerapkan teori belajar yang dikemukakan oleh skinner.

Menurut skinner – berdasarkan percobaanya terhadap tikus dan burung merpati – unsur
terpenting dalam belajar adalah penguatan. Maksudnya adalah penguatan yang terbentuk melalui
ikatan stimulus respond akan semakin kuat bila diberi penguatan ( penguatan positif dan
penguatan negatif).

Bentuk penguatan positif berupa hadiah, perilaku, atau penghargaan. Sedangkan bentuk
penguatan negatif adalah antara lain menunda atau tidak memberi penghargaan, memberikan
tugas tambahan, atau menunjukkan perilaku tidak senang.

Skinner tidak percaya pada asumsi yang dikemukakan guthrie bahwa hukuman memegang
peranan penting dalam proses pelajar. Hal tersebut dikarenakan menurut skinner :

1. Pengaruh hukuman terhadap perubahan tingkah laku sangat bersifat sementara

6
2. Dampak psikologis yang buruk mungkin akan terkondisi (menjadi bagian dari jiwa
terhukum) bila hukuman berlangsung lama
3. Hukuman mendorong si terhukum mencari cara lain (meskipun salah dan buruk) agar
ia terbebas dari hukuman
4. Hukuman dapat mendorong si terhukum melakukan hal-hal lain yang kadangkala
lebih buruk dari pada kesalahan pertama yang diperbuatnya. Skinner lebih percaya
dengan apa yang disebut penguatan baik negatif maupun positif.

e. Pavlov

Dalam pemikiranya Pavlov berasumsi bahwa dengan menggunakan rangsangan-rangsangan


tertentu, perilaku manusia dapat berubah sesuai dengan apa yang diinginkan. Berangkat dari
asumsi tersebut Pavlov mengadakan eksperimen dengan menggunakan binatang (anjing) karena
ia menganggap binatang memiliki kesamaan dengan manusia. Namun demikian, dengan segala
kelebihanya secara hakiki, manusia berbeda dengan binatang.

Pavlov mengadakan percobaan dengan cara mengadakan operasi leher pada seekor anjing.
Sehingga keluar kelenjar air liurnya dari luar. Apabila diperlihatkan sesuatu makanan, maka akan
keluar air liur anjing tersebut. Kemudian dalam percobaan berikutya sebelum makanan
diperlihatkan, diperlihatkanlah sinar merah terlebih dahulu, kemudian baru makanan. Dengan
sendirinya air liurpun akan keluar pula. Apabila perbuatan demikian di lakukan berulang-ulang,
maka pada suatu ketika dengan hanya memperlihatkan sinar merah saja tanpa makanan maka air
liurpun akan keluar pula.

Makanan adalah rangsangan wajar, sedangkan merah rangsangan buatan. Ternyata kalau
perbuatan yang demikian dilakukan berulang-ulang, rangsangan buatan ini akan menimbulkan
syarat (kondisi) untuk timbulnya air liur pada anjing tersebut. Dari eksperimen tersebut, setelah
pengkondisian atau pembiasaan, dapat di ketahui bahwa daging yang menjadi stimulus alami
dapat di gantikan oleh sinar merah sebagai stimulus yang dikondisikan (conditioned stimulus).
Ketika sinar merah di nyalakan ternyata air liur anjing keluar sebagai respon-nya. Pavlov
berpendapat bahwa kelenjar-kelenjar yang lainpun dapat dilatih sebagaimana tersebut.

Apakah situasi ini bisa diterapkan pada manusia? Ternyata dalam kehidupan sehari-hari ada
situasi yang sama pada anjing. Sebagai contoh, suara lagu dari penjual es creem Walls yang

7
berkeliking dari rumah kerumah. Awalnya mingkin suara itu asing, tetapi setelah si penjual es
creem sering lewat, maka nada lagu tersebut bisa menerbitkan air liur.

Dari contoh tersebut dapat diketahui bahwa dengan menerapkan strategi pavlov ternyata individu
dapat dikendalikan melalui cara mengganti stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk
mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan, sementara individu tidak menyadari bahwa
ia dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya.

C. Aplikasi teori behavioristik dalam pembelajaran.

Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran yaitu karena memandang pengetahuan
adalah objektif, pasti, tetap dan tidak berubah pengetahuan disusun dengan rapi sehingga belajar
adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan (transfer
of knowladge) kepada orang yang belajar. Fungsi pikiran adalah untuk menjiplak struktur
pengetahuan yang sudah ada melalui proses berfikir yang dapat dianalisis dan dipilih, sehingga
makna yang dihasilkan dari proses berfikir seperti ini ditentukan oleh karakteristik struktur
pengetahuan tersebut.

Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah
belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam
belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon.

Aliran psikologi belajar yang sangat besar pengaruhnya terhadap arah pengembangan teori dan
praktik pendidikan dan pembelajaran hingga kini adalah aliran behavioristik. Aliran ini
menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori behavioristik
dengan model hubungan stimulus responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu
yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode drill atau pembiasaan
semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan reinforcement dan akan
menghilang bila dikenai hukuman.

Secara umum langkah-langkah pembelajaran yang berpijak pada teori behavioristik yang
dikemukakan oleh Sociati dan Prasetya Irawan (2001) dapat digunakan dalam merancang
pembelajaran, langkah-langkah pembelajara tersebut antara lain :

1. Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran

8
2. Menganalisis lingkungan kelas yang ada saat ini termasuk mengidentifikasi
pengetahuan awal siswa
3. Menentukan materi pembelajaran
4. Memecah materi pembelajaran menjadi bagian kecil-kecil, meliputi pokok bahasan,
sub pokok bahasan, topik dsb
5. Menyajikan materi pembelajaran
6. Memberikan stimulus, dapat berupa, pertanyaan baik lisan maupu tertulis, tes atau
kuis, latihan atau tugas-tugas
7. Mengamati dan mengkaji respon yang diberikan siswa
8. Memberikan penguatan atau reinforcement (mungkin penguatan positif ataupun
penguatan negatif), ataupun hukuman
9. Memberikan stimulus baru
10. Memberikan penguatan lanjutan atau hukuman
11. Evaluasi belajar.

Demikian halnya dalam pembelajaran, pebelajar dianggap sebagai objek pasif yang selalu
membutuhkan motivasi dan penguatan dari pendidik. Oleh karena itu, para pendidik
mengembangkan kurikulum yang terstruktur dengan menggunakan standar-standar tertentu
dalam proses pembelajaran yang harus dicapai oleh para pebelajar. Begitu juga dalam proses
evaluasi belajar pebelajar diukur hanya pada hal-hal yang nyata dan dapat diamati sehingga hal-
hal yang bersifat tidak teramati kurang dijangkau dalam proses evaluasi.

Pembiasaan dan disiplin menjadi sangat esensial dalam belajar, sehingga pembelajaran lebih
banyak dikaitkan dengan penegakan disiplin. Kegagalan atau ketidakmampuan dalam
penambahan pengetahuan dikategorikan sebagai kesalahan yang perlu dihukum dan keberhasilan
belajar atau kemampuan dikategorikan sebagai bentuk perilaku yang pantas diberi hadiah.
Demikian juga, ketaatan pada aturan dipandang sebagai penentu keberhasilan belajar. Pebelajar
atau peserta didik adalah objek yang berperilaku sesuai dengan aturan, sehingga kontrol belajar
harus dipegang oleh sistem yang berada di luar diri pelajar.

9
D. Tujuan Pembelajaran Behaviorisme

Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada penambahan pengetahuan,


sedangkan belajar sebagai aktivitas mimetic, yang menuntut pembelajar untuk mengungkapkan
kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes. Penyajian isi
atau materi pelajaran menekankan pada ketrampilan yang terisolasi atau akumulasi fakta
mengikuti urutan dari bagian ke keseluruhan.

1. Berkomunikasi atau transfer prilaku adalah pengambaran pengetahuan dan kecakapan


peserta didik (tidak mempertimbangkan proses mental
2. Pengajaran adalah untuk memperoleh keinginan respon dari peserta didik yang
dimunculkan dari stimulus
3. Peserta didik harus mengenali bagaimana mendapatkan respon sebaik mungkin pada
kondisi respon diciptakan.

Pembelajaran mengikuti urutan kurikulum secara ketat, sehingga aktivitas belajar lebih banyak
didasarkan pada buku teks/buku wajib dengan penekanan pada ketrampilan mengungkapkan
kembali isi buku teks/buku wajib tersebut. Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil
belajar.

Evaluasi menekankan pada respon pasif, ketrampilan secara terpisah, dan biasanya menggunakan
paper and pencil test. Evaluasi hasil belajar menuntut jawaban yang benar. Maksudnya bila
pebelajar menjawab secara benar sesuai dengan keinginan guru, hal ini menunjukkan bahwa
pebelajar telah menyelesaikan tugas belajarnya. Evaluasi belajar dipandang sebagi bagian yang
terpisah dari kegiatan pembelajaran, dan biasanya dilakukan setelah selesai kegiatan
pembelajaran. Teori ini menekankan evaluasi pada kemampuan pebelajar secara individual.

E. Prinsip-prinsip teori Pembelajaran Behavioristik

Dalam pembelajaran behaviorisme pembelajaran merupakan penguasan respons (Acquisition of


responses) dari lingkungan yang dikondisikan. Peserta didik haruslah melihat situasi dan kondisi
apa yang yang menjadi bahan pembelajaran.

Berikut ini adalah prinsip-prinsip pembelajaran behavioristik Menekankan pada pengaruh


lingkungan terhadap perubahan perilaku.

10
1. Mengunakan prinsip penguatan, yaitu untuk menidentifikasi aspek paling diperlukan
dalam pembelajaran untuk mengarahkan kondisi agar peserta didik dapat mencapai
peningkatan yang diharapkan dalam tujuan pembelajaran.
2. Menidentifikasi karakteristik peserta didik, untuk menetapkan pencapaian tujuan
pembelajaran.
3. Lebih menekankan pada hasil belajar daripada proses pembelajaran.

Dan Skinner juga memuat dalam bukunya tentang prinsip-prinsip behavioristik, berikut ini
prinsip yang dikemukakan oleh skinner dalam bukunya yang berjudul The Behavior of
Organism.

Beberapa prinsip Skinner:

1) Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan, jika benar
diberi penguat.
2) Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
3) Materi pelajaran, digunakan sistem modul.
4) Dalam proses pembelajaran, tidak digunkan hukuman. Untuk itu lingkungan perlu diubah,
untukmenghindari adanya hukuman.
5) dalam proses pembelajaran, lebih dipentingkan aktifitas sendiri.
6) Tingkah laku yang diinginkan pendidik, diberi hadiah, dan sebaiknya hadiah diberikan
dengan digunakannya jadwal variabel Rasio rein forcer.
7) Dalam pembelajaran digunakan shaping.

F. Kelebihan dan kekurangan dalam teori pembelajaran behavioristic

Kelebihan, kekurangan dan permasalahan yang muncul dalam pembelajaran

Sesuai dengan teori ini, guru dapat menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah siap
sehingga tujuan pembelajaran yang harus dikuasai siswa disampaikan secara utuh oleh guru.
Guru tidak banyak memberikan ceramah, tetapi intruksi singkat yang diikuti contoh-contoh baik
dilakukan sendiri maupun melalui simulasi. Bahan pelajaran disusun secara hirarki dari yang
sederhana sampai pada yang kompleks.

11
Tujuan pembelajaran dibagi dalam bagian-bagian kecil yang ditandai dengan pencapaian suatu
ketrampilan tertentu. Pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati.
Kesalahan harus segera diperbaiki. Pengulangan dan latihan digunakan supaya perilaku yang
diinginkan dapat menjadi kebiasaan.

a. Kelebihan
Dalam teknik pembelajaran yang merujuk ke teori behaviouristik terdapat beberapa
kelebihan di antaranya :
1) Membiasakan guru untuk bersikap jeli dan peka pada situasi dan kondisi belajar.
2) Metode behavioristik ini sangat cocok untuk memperoleh kemampuan yang
menbutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti:
kecepatan, spontanitas, kelenturan, refleksi, daya tahan, dan sebagainya.
3) Guru tidak banyak memberikan ceramah sehingga murid dibiasakan belajar
mandiri. Jika menemukan kesulitan baru ditanyakan kepada guru yang
bersangkutan
4) Teori ini cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan
dominansi peran orang dewasa , suka mengulangi dan harus dibiasakan , suka
meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi
permen atau pujian.

b. Kekurangan
Teori Thorndike terlalu memandang manusia sebagai mekanisme dan otomatisme
disamakan hewan.
1. Memandang belajar merupakan asosiasi belaka antara stimulus dan respon
2. Mengabaikan pengertian belajar sebagai unsure pokok
3. Proses belajar berlangsung secara teoritis
Selain teorinya, beberapa kekurangan perlu dicermati guru dalam menentukan teknik
pembelajaran yang mengacu ke teori ini, antara lain:
a) Sebuah konsekuensi bagi guru, untuk menyusun bahan pelajaran dalam bentuk
yang sudah siap
b) Tidak setiap mata pelajaran bisa menggunakan metode ini

12
c) Penerapan teori behavioristik yang salah dalam suatu situasi pembelajaran juga
mengakibatkan terjadinya proses pembelajaran yang sangat tidak menyenangkan
bagi siswa yaitu guru sebagai sentral, bersikap otoriter, komunikasi
berlangsung satu arah, guru melatih dan menentukan apa yang harus dipelajari
murid
d) Murid berperan sebagai pendengar dalam proses pembelajaran dan menghafalkan
apa yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif
e) Penggunaan hukuman yang sangat dihindari oleh para tokoh behavioristik justru
dianggap metode yang paling efektif untuk menertibkan siswa
f) Murid dipandang pasif, perlu motivasi dari luar dan sangat dipengaruhi oleh
penguatan yang diberikan guru.

G. Analisis Tentang Teori Behavioristik

Kaum behavioris menjelaskan bahwa belajar adalah sebagai suatu proses perubahan tingkah
laku. Reinforcement dan punishment sebagai stimulus untuk merangsang pembelajar dalam
berperilaku. Pendidik yang masih menggunakan kerangka behavioristik biasanya merencanakan
kurikulum dengan menyusun isi pengetahuan menjadi bagian-bagian kecil yang ditandai dengan
suatu keterampilan tertentu. Bagian-bagian tersebut disusun secara hirarki, dari yang sederhana
sampai yang komplek (Paul, 1997).

Pandangan teori behavioristik telah cukup lama dianut oleh para pendidik. Diantara teori
tersebut, teori Skinnerlah yang paling besar pengaruhnya terhadap perkembangan teori belajar
behavioristik. Program-program pembelajaran seperti Teaching Machine, Pembelajaran
berprogram, modul dan program-program pembelajaran lain yang berpijak pada konsep
hubungan stimulus-respons serta mementingkan faktor-faktor penguat (reinforcement),
merupakan program pembelajaran yang menerapkan teori belajar yang dikemukakan Skiner.

Skinner dan tokoh-tokoh lain pendukung teori behavioristik memang tidak menganjurkan
digunakannya hukuman dalam kegiatan pembelajaran. Namun apa yang mereka sebut dengan
penguat negatif (negative reinforcement) cenderung membatasi pembelajar untuk berpikir dan
berimajinasi.

13
Menurut Guthrie hukuman memegang peranan penting dalam proses belajar. Namun ada
beberapa alasan mengapa Skinner tidak sependapat dengan Guthrie, yaitu:

1. Pengaruh hukuman terhadap perubahan tingkah laku sangat bersifat sementara;


2. Dampak psikologis yang buruk mungkin akan terkondisi (menjadi bagian dari jiwa si
terhukum) bila hukuman berlangsung lama;
3. Hukuman yang mendorong si terhukum untuk mencari cara lain (meskipun salah dan
buruk) agar ia terbebas dari hukuman. Dengan kata lain, hukuman dapat mendorong si
terhukum melakukan hal-hal lain yang kadangkala lebih buruk daripada kesalahan
yang diperbuatnya.

Skinner lebih percaya kepada apa yang disebut sebagai penguat negatif. Penguat negatif tidak
sama dengan hukuman. Ketidaksamaannya terletak pada bila hukuman harus diberikan (sebagai
stimulus) agar respon yang muncul berbeda dengan respon yang sudah ada, sedangkan penguat
negatif (sebagai stimulus) harus dikurangi agar respon yang sama menjadi semakin kuat.
Misalnya, seorang pebelajar perlu dihukum karena melakukan kesalahan.

Jika pebelajar tersebut masih saja melakukan kesalahan, maka hukuman harus ditambahkan.
Tetapi jika sesuatu tidak mengenakkan pebelajar (sehingga ia melakukan kesalahan) dikurangi
(bukan malah ditambah) dan pengurangan ini mendorong peelajar untuk memperbaiki
kesalahannya, maka inilah yang disebut penguatan negatif.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Behavioristik merupakan salah aliran psikologi yang memandang individu hanya dari sisi
fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek–aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme
tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu belajar.
Menurut teori ini, peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-refleks sedemikian rupa
sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu. Refleks yang bisa meberikan respons
kepada peserta didik dalam proses pembelajaran.
Kaum behavioris menjelaskan bahwa belajar sebagai suatu proses perubahan tingkah laku
dimana reinforcement dan punishment menjadi stimulus untuk merangsang pebelajar dalam
berperilaku. Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada penambahan
pengetahuan, sedangkan belajar sebagai aktivitas mimetic, yang menuntut pembelajar untuk
mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau
tes.
Tokoh-Tokoh dan Pemikirannya terhadap Teori Belajar Behavioristik.

a. Thorndike : koneksionisme.
b. Watson : Conditioning
c. Edwin Gut hrie : Conditioning
d. Skinner : Operant conditioning
e. Pavlov : Classic Conditioning

Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti:
tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik pelajar, media dan fasilitas
pembelajaran yang tersedia.
Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada penambahan pengetahuan,
sedangkan belajar sebagai aktivitas mimetic, yang menuntut pembelajar untuk mengungkapkan
kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes.
Teori ini memliki banyak kelebihan dan kekurangan. Sehingga apa yang menjadi kelebihannya
bisa menjadikan motivasi untuk menggairahkan belajar Dan kekurangannya kita renovasi agar
bisa lebih baik lagi.

B. Saran

Kami menyadri bawasannya, penyusun dari hasil revisi makalah ini hanyalah manusia yang tidak
luput dari kesalahan dan kekurangan, sedangkan kesempurnaan hanya milik Tuhan Yang Maha
Kuasa, sehingga dalam penulisan dan penyusunannya revisi dari makalah ini masih jauh dari

15
kata sempurna.Oleh karena itu kami sebagai pemakalah memohon maaf yang sebesar-besarnya.
Tetapi satu harapan kami, kiranya dengan adanya makalah ini, bisa menambah wawasan para
pembaca tentang Aliran Teori Behavioristik.

16
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu, Psikologi Belajar, Jakarta : PT. Asdi Mahasatya, 2004


B. Uno, Hamzah, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, Jakarta : PT Bumi Aksara, 2006
Bambang warsita, Teknologi pembelajaran, Rineka cipta, 2008.

Budiningsih, C., Asri , Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005
Kamalfachri, “Teori Behavioristik” dalam Website file:///H:/Teori behavioristik dan
Permaslahan/Kamalfachri. Weblog.htm, data diakses pada tanggal 2 Juni 2011.

Gage, N.L., & Berliner, D. Educational Psychology, 1979.


Hall S.Calvin & Lindzey, Gardner, Psikology kebribadian 3,Teori-Teori sifat dan behavioristik
(diterjemahkan dari bukuTheories of personality, New york, Santa barbara Toronto,
1978),yogyakarta: Kanisius, 1993.

Riyanto, Yatim, Paradigma Baru Pembelajaran, Jakarta : Pranada Media Group, 2009.
Slavin, Belajar dan Pembelajaran, 2000.
Sukardjo, Landasan Pendidikan Konsep dan Aplikasinya, Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada,2009
Yamin, Martinis, Paradigma Baru Pembelajaran, Jakarta : Gaung Persada Press, 2011

17

Anda mungkin juga menyukai