Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

TEORI PERKEMBANGAN PERSPEKTIF BEHAVIOR


Dosen Pengampu : Sitti Aisyah Mu’min S.Ag, M.Pd,

DISUSUN OLEH :

Astina : 2022010104041
Muhammad Nurzul Ichrom : 2022010104046
Ahsanah Rusyda : 2022010104053
Tri Ayu Reski : 2022010104060
Wulandari : 2022010104070

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
KENDARI
2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Teori Perkembangan Perspektif
Behavior”. Sholawat serta salam marilah kita curahkan kepada junjungan kita, Nabi
Muhammad Saw, semoga kita mendapat syafaatnya diakhirat kelak.
Penyususnan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi kewajiban kami dalam proses
perkuliahan pada mata kuliah Psikologi Perkembangan Anak. Dan juga diharapkan makalah
ini dapat memberikan pemahaman kepada kita bersama. Penulis menyadari bahwa dalam
penyusunan makalah ini masih ada kekurangan, untuk itu penulis menerima apabila ada saran
dan kritik dari pembaca, guna mengevaluasi tulisan kami, agar lebih baik lagi.

Kendari, 11 November 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................................. 1
A. Latar Belakang................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................. 1
C. Tujuan ................................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................... 2
A. Pengertian Teori Perkembangan Perspektif Behavior ....................................... 2
B. Tokoh-Tokoh Dan Pemikirannya Terhadap Teori Behavioristik ...................... 3
C. Aplikasi Teori Behaviorisme Terhadap Pembelajaran ...................................... 6
D. Prinsip-Prinsip Teori Pembelajaran Behavioristik ............................................ 7
E. Kekurangan dan Kelebihan Teori Behaviorisme .............................................. 8
BAB III PENUTUP........................................................................................................... 10
A. Kesimpulan......................................................................................................... 10
B. Saran .................................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 11

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Teori Perkembangan Perspektif Behaviorisme adalah sebuah teori yang dicetuskan
oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.
Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah
pengembangan teori dan praktek pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran
behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil
belajar. Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan
orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan
menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin
kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman. Metode
behavioristik ini sangat cocok untuk perolehan kemampaun yang membuthkan praktek dan
pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti : Kecepatan, spontanitas, kelenturan,
reflek, daya tahan dan sebagainya, contohnya: percakapan bahasa asing, mengetik, menari,
menggunakan komputer, berenang, olahraga dan sebagainya. Teori ini juga cocok
diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominasi peran orang
dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan bentuk-
bentuk penghargaan langsung seperti diberi permen atau puji.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari teori perkembangan perspektif behavior ?
2. Bagaimana pemikiran tokoh-tokoh terhadap teori belajar Behaviorisme ?
3. Bagaimana apklikasi teori behaviorisme terhadap pembelajaran siswa ?
4. Apa prinsip-prinsip teori pembelajaran Behaviorisme ?
5. Apa kekurangan dan kelebihan teori pembelajaran Behaviorisme ?

1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari teori perkembangan perspektif behaviour.
2. Untuk mengetahui dan menjelaskan dari pemikiran berbagai tokoh-tokoh terhadap
teori belajar Behaviorisme.
3. Untuk mengetahui dan menjelaskan apklikasi teori behaviorisme terhadap
pembelajaran siswa.
4. Untuk mengetahui prinsip-prinsip teori Behaviorisme.
5. Untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan teori Behaviorisme.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Teori Perkembangan Behavioristik


Behavior dalam psikologi atau juga disebut behaviorisme atau behavioristik adalah
teori perkembangan perilaku yang diperoleh dari pengkondisian lingkungan. Pengkondisian
terjadi melalui interaksi dengan lingkungan. Teori belajar behavioristik ini dikenal dengan
sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku
sebagai hasil dari pengalaman. Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan
tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata
lain belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya
untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan
respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan perubahan
tingkah lakunya. Misalnya; siswa belum dapat dikatakan berhasil dalam belajar Ilmu
Pengetahuan Sosial jika dia belum bisa/tidak mau melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan
sosial seperti; kerja bakti, ronda dan lain-lain.
Menurut teori ini yang terpenting adalah :
1. Masukan atau input yang berupa stimulus dan keluaran atau output yang berupa respon.
Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa misalnya alat perkalian, alat
peraga, pedoman kerja atau cara-cara tertentu untuk membantu belajar siswa, sedangkan
respon adalah reaksi atau tanggapan siswa terhadap stimulus yang diberikan guru tersebut.
Teori ini juga mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal yang
penting untuk melihat terjadi tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.
2. Penguatan (reinforcement). Penguatan adalah apa saja yang dapat memperkuat
timbulnya respon. Misalnya, ketika peserta didik diberi tugas oleh guru, ketika tugasnya
ditambahkan maka ia akan semakin giat belajarnya, maka penambahan tugas tersebut
merupakan penguatan positif dalam belajar, begitu juga sebaliknya.
Prinsip-prinsip behaviorisme adalah :
1. Objek psikologi adalah tingkah laku
2. Semua bentuk tingkah laku dikembalikan kepada reflek
3. Mementingkan terbentuknya kebiasaan

3
B. Tokoh-Tokoh dan Pemikirannya Terhadap Teori Belajar Behavioristik
a. Edward Lee Thorndike (1871-1949)
Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus
yaitu apa saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan,
atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon yaitu reaksi
yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang juga dapat berupa pikiran, perasaan,
atau gerakan/tindakan. Selain stimulus dan respon, terdapat faktor lain yang menjadi
pengaruh dalam toeri Thorndike yaitu penguatan yang dapat memperkuat timbulnya respon.
Penguatan ini berupa penguatan positif dan pengatan negatif.
Thorndike dikenal dengan percobaannya dengan menggunakan kucing dan kotak puzzle
(Robert, 2014). Dalam percobaannya, Thorndike menggunakan ruangan kecil yang ia sebut
puzzle box (kotak teka-teki). Seekor kucing lapar ditempatkan berbentuk kotak berjeruji
yang dilengkapi dengan peralatan, seperti pengungkit, gerendel, pintu, dan tali yang
menghubungkan pengungkit dengan gerendel tersebut. Peralatan ini ditata sedemikian rupa
sehingga memungkinkan kucing tersebut memperoleh makanan yang tersedia didepan
sangkar tadi dan jika hewan itu melakukan respons yang benar (seperti menarik tali,
mendorong tuas, atau mendaki tangga), pintu akan terbuka dan hewan tersebut akan diberi
hadiah makanan yang diletakkan tepat di luar kotak. Ketika pertama kali hewan memasuki
kotak teka-teki, memerlukan waktu lama untuk dapat memberi respons yang dibutuhkan
agar pintu terbuka. Mula-mula kucing tersebut mengeong, mencakar, melompat, dan berlari-
larian, namun gagal membuka pintu untuk memperoleh makanan yang ada didepannya.
Akhirnya, entah bagaimana, secara kebetulan kucing itu berhasil menekan pengungkit dan
terbukalah pintu sangkar tersebut, pada akhirnya hewan tersebut dapat melakukan respons
yang benar dan menerima hadiahnya: lolos dan makanan
Dari percobaannya, diketahui bahwa supaya tercapai hubungan antara stimulus dan
respon, perlu adanya kemampuan untuk memilih respon yang tepat serta melalui usaha-
usaha atau percobaan-percobaan (trial) dan kegagalan-kegagalan (Error) terlebih dahulu.
Menurut Thorndike, ada beberapa hukum pokok dalam proses belajar manusia, antara
lain:
1. Law of Readiness, yaitu kesiapan untuk bertindak itu timbul karena penyesuaian diri
dengan sekitarnya yang akan memberikan kepuasan, hubungan antara stimulus dan
respon akan mudah terbentuk apabila ada kesiapan pada diri seseorang.

4
2. Law of Exercise, hubungan antara stimulus dan respon itu akan sangat kuat bila sering
dilakukan pelatihan dan pengulangan, dan akan menjadi lemah jika latihan tidak
diteruskan.
3. Law of Effect, yaitu perbuatan yang diikuti dengan dampak atau pengaruh yang
memuaskan cenderung ingin diulangi lagi dan yang tidak mendatangkan kepuasan akan
dilupakan.

b. Jhon Broades Watson (1878-1958)


Watson dikenal sebagai pendiri aliran Behaviorisme di Amerika Serikat berkat karyanya
yang begitu dikenal “Psychology as the behaviorist view it” (Ertmer & Newby, 1993).
Belajar menurut Watson adalah proses interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus
dan respon yang dimaksud harus berbentuk tingkah laku yang dapat diamati (observabel)
dan dapat diukur. Artinya, walaupun ia mengakui adanya perubahan-perubahan mental
dalam diri seseorang selama proses belajar, namun ia menganggap hal-hal tersebut sebagai
faktor yang tak perlu diperhitungkan. Ia tetap mengakui bahwa perubahan-perubahan
mental dalam benak peserta didik itu penting, namun semua itu tidak dapat menjelaskan
apakah seseorang telah belajar atau belum karena tidak dapat diamati.
Dalam percobaannya, Watson ingin menerapkan classical conditioning pada reaksi
emosional. Dalam suatu percobaan yang kontroversial di tahun 1921, Watson dan asisten
risetnya Rosalie Rayner melakukan eksperimen terhadap seorang balita bernama Albert.
Pada awal eksperimen, balita tersebut tidak takut terhadap tikus. Ketika balita memegang
tikus, Watson mengeluarkan suara dengan tiba-tiba dan keras. Balita menjadi takut dengan
suara yang tiba-tiba dan keras sekaligus takut. terhadap tikus. Akhirnya, tanpa ada suara
keras sekalipun, balita menjadi takut terhadap tikus. Meskipun eksperimen Watson dan
rekannya secara etika dipertanyakan, hasilnya menunjukkan untuk pertamakalinya bahwa
manusia dapat ‘belajar’ takut terhadap stimuli yang sesungguhnya tidak menakutkan.
Namun ketika stimuli tersebut berasosiasi dengan pengalaman yang tidak menyenangkan,
ternyata menjadi menakutkan. Eksperimen tersebut juga menunjukkan bahwa classical
conditioning mengakibatkan beberapa kasus fobia (rasa takut), yaitu ketakutan yang yang
tidak rasional dan berlebihan terhadap objek-objek tertentu atau situasi-situasi tertentu.
Pakar psikologi sekarang dapat memahami bahwa classical conditioning dapat
menjelaskan beberapa respons emosional seperti kebahagiaan, kesukaan, kemarahan, dan
kecemasan yaitu karena orang tersebut mengalami stimuli khusus.

5
c. Burrhusm Frederic Skinner (1904-1990)
Skinner merupakan tokoh behavioristik yang paling banyak diperbincangkan
dibandingkan dengan tokoh lainnya. Penyebabnya adalah bahwa konsep-konsep yang
dikemukakan oleh Skinner tentang belajar mampu mengungguli konsep-konsep lain yang
dikemukakan oleh para tokoh sebelumnya. Ia mampu menjelaskan konsep belajar secara
sederhana, namun dapat menunjukkan konsepnya tentang belajar secara lebih komprehensif.
Skinner meyakini bahwa perilaku individu dikontrol melalui proses operant conditioning
dimana seseorang dapat mengontrol tingkah laku organisme melalui pemberian
reinforcement yang bijaksana dalam lingkungan yang relatif besar.Operant Conditioning
adalah suatu proses perilaku operant (penguatan positif atau negatif) yang dapat
mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang kembali atau menghilang sesuai dengan
keinginan.
Operant conditioning diartikan sebagai suatu situasi belajar dimana suatu respons lebih
kuat akibat reinforcement langsung. Dalam salah satu eksperimennya, Skinner
menggunakan seekor tikus yang ditempatkan dalam sebuah peti yang disebut dengan
Skinner Box. Kotak Skinner ini berisi dua macam komponen pokok, yaitu manipulandum
dan alat pemberi reinforcement yang antara lain berupa wadah makanan. Manipulandum
adalah komponen yang dapat dimanipulasi dan gerakannya berhubungan dengan
reinforcement. Komponen ini terdiri dari tombol, batang jeruji, dan pengungkit.
Dalam eksperimen tadi mula-mula tikus itu mengeksplorasi peti sangkar dengan cara lari
kesana kemari, mencium benda-benda yang ada disekitarnya, mencakar dinding, dan
sebagainya. Tingkah laku tikus yang demikian disebut dengan ‘’ emmited behavior ”
(tingkah laku yang terpancar), yakni tingkah laku yang terpancar dari organism tanpa
memedulikan stimulus tertentu. Kemudian salah satu tingkah laku tikus (seperti cakaran
kaki, sentuhan moncong) dapat menekan pengungkit. Tekanan pengungkit ini
mengakibatkan munculnya butir-butir makanan ke dalam wadahnya.
Dari hasil eksperimennya, Skinner yakin jika kebanyakan perilaku manusia dipelajari
lewat Operant Conditioning atau pengkondisian operan, yang kuncinya adalah penguatan
segera terhadap respons. Operant Conditioning adalah suatu proses penguatan perilaku yang
dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang kembali atau menghilang sesuai
dengan keinginan.

6
C. Aplikasi Teori Behaviorisme Terhadap Pembelajaran Siswa
Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran yaitu karena memandang
pengetahuan adalah objektif, pasti, tetap dan tidak berubah pengetahuan disusun dengan
rapi sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah
memindahkan pengetahuan (transfer of knowladge) kepada orang yang belajar. Fungsi
pikiran adalah untuk menjiplak struktur pengetahuan yang sudah ada melalui proses berfikir
yang dapat dianalisis dan dipilih, sehingga makna yang dihasilkan dari proses berfikir
seperti ini ditentukan oleh karakteristik struktur pengetahuan tersebut. Belajar merupakan
akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar
sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar
yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon.
Ciri – ciri kuat yang mendasari penerapan teori behavioristik :
1. Mementingkan pengaruh lingkungan
2. Mementingkan bagian – bagian (elementalistik)
3. Mementingkan peranan reaksi
4. Mementingkan peranan kemampuan yang sudah terbentuk sebelumnya
5. Mementingkan pembentukan kebiasaan melalui latihan dan pengulangan
6. Mengutaman mekanime terbentuknya hasil belajar melalui prosedur stimulus respon
7. Hasil belajar yang dicapai adalah munculnya perilaku yang diinginkan
Secara umum langkah-langkah pembelajaran yang berpijak pada teori behavioristik yang
dikemukakan oleh Sociati dan Prasetya Irawan (2001) dapat digunakan dalam merancang
pembelajaran, langkah-langkah pembelajara tersebut antara lain :
1.Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran
2.Menganalisis lingkungan kelas yang ada saat ini termasuk mengidentifikasi pengetahuan
awal siswa
3.Menentukan materi pembelajaran
4.Memecah materi pembelajaran menjadi bagian kecil-kecil, meliputi pokok bahasan sub
pokok bahasan, topik dsb
5.Menyajikan materi pembelajaran
6.Memberikan stimulus, dapat berupa, pertanyaan baik lisan maupu tertulis, tes atau kuis,
latihan atau tugas-tugas
7.Mengamati dan mengkaji respon yang diberikan siswa
8.Memberikan penguatan atau reinforcement (mungkin penguatan positif ataupun
penguatan negatif), ataupun hukuman

7
9.Memberikan stimulus baru
10. Memberikan penguatan lanjutan atau hukuman
11. Evaluasi belajar
Demikian halnya dalam pembelajaran, pebelajar dianggap sebagai objek pasif yang selalu
membutuhkan motivasi dan penguatan dari pendidik. Oleh karena itu, para pendidik
mengembangkan kurikulum yang terstruktur dengan menggunakan standar-standar tertentu
dalam proses pembelajaran yang harus dicapai oleh para pebelajar. Begitu juga dalam
proses evaluasi belajar pebelajar diukur hanya pada hal-hal yang nyata dan dapat diamati
sehingga hal-hal yang bersifat tidak teramati kurang dijangkau dalam proses evaluasi.

D. Prinsip-Prinsip Teori Pembelajaran Behavioristik


Dalam pembelajaran behaviorisme pembelajaran merupakan penguasan respons
(Acquisition of responses) dari lingkungan yang dikondisikan. Peserta didik haruslah
melihat situasi dan kondisi apa yang yang menjadi bahan pembelajaran. Berikut ini adalah
prinsip-prinsip pembelajaran behavioristik menekankan pada pengaruh lingkungan terhadap
perubahan perilaku :
1.Mengunakan prinsip penguatan, yaitu untuk menidentifikasi aspek paling diperlukan
dalam pembelajaran untuk mengarahkan kondisi agar peserta didik dapat mencapai
peningkatan yang diharapkan dalam tujuan pembelajaran.
2.Menidentifikasi karakteristik peserta didik, untuk menetapkan pencapaian tujuan
pembelajaran.
3.Lebih menekankan pada hasil belajar daripada proses pembelajaran.

E. Kekurangan dan Kelebihan Teori Behaviorisme


Aliran behaviorisme mendapatkan beberapa tanggapan yang bersifat kurang efisien
dalam pembelajaran karena tidak mampu menjelaskan situasi belajar yang kompleks.
Disamping itu aliran ini juga dianggap efisien dan mempunyai banyak kelebihan dalam
pembelajaran. Berikut penjelasan mengenai kekurangan dan kelebihan pada aliran
behaviorisme dalam pembelajaran.
1. Kekurangan :
a. Pembelajaran peserta didik hanya perpusat pada guru.

8
Peserta didik hanya mendapatkan pembelajaran berdasarkan apa yang diberikan guru.
Mereka tidak diajarkan untuk berkreasi sesuai dengan perkembangannya. Peserta didik
cenderung pasif dan bosan.
b. Peserta didik hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan guru.

Pembelajaran seperti bisa dikatakan pembelajaran model kuno karena menghafalkan


apa yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif. Penggunaan
hukuman biasanya sebagai salah satu cara untuk mendisiplinkan.

c. Peserta didik tidak bebas berkreasi dan berimajinasi.

Karena menurut teori ini belajar merupakan proses pembentukan yang membawa
peserta didik untuk mencapai target tertentu. Apabila teori ini diterapkan terus menerus
tanpa ada cara belajar lain, maka bisa dipastikan mereka akan tertekan, tidak menyukai
guru dan bahkan malas belajar.

2. Kelebihan :
a. Sangat cocok untuk memperoleh kemampuan yang membutuhkan praktek dan
pembiasaan.

Dengan bimbingan yang diberikan secara terus menerus akan membuat peserta didik
paham sehingga mereka bisa menerapkannya dengan baik.

b. Materi yang diberikan sangat detail


Hal ini adalah proses memasukkan stimulus yang yang dianggap tepat. Dengan
banyaknya pengetahuan yang diberikan, diharapkan peserta didik memahami dan mampu
mengikuti setiap pembelajarannya.
c. Membangun konsentrasi pikiran

Dalam teori ini adanya penguatan dan hukuman dirasa perlu. Penguatan ini akan
membantu mengaktifkan siswa untuk memperkuat munculnya respon. Hukuman yang
diberikan adalah yang sifatnya membangun sehingga peserta didik mampu berkonsentrai
dengan baik.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan masalah yang kita bahas, dapat diambil kesimpulan:
1. Teori behavioristik merupakan teori belajar yang lebih menekankan pada perubahan
tingkah laku serta sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon.
2. Teori behaviristik terdiri dari dari 4 landasan: koneksionisme, pengkondisian,
penguatan, dan Operant conditioning.
3. Menurut teori belajar behavioristik, belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah
laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap
telah belajar apabila ia bisa menunjukkan perubahan tingkah lakunya.
4. Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal
seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik pebelajar, media dan
fasilitas pembelajaran yang tersedia. .
5. Tokoh-Tokoh dan Pemikirannya terhadap Teori Belajar Behavioristik. : Edward Lee
Thorndike (1874-1949), Burhus Fredederic Skinner (1904-1990), dan John Watson

B. Saran
Kita sebagai calon guru harusnya mampu mendidik para peserta didik kita dengan
baik, dengan metode serta teori yang tepat sehingga proses belajar mengajar berjalan dengan
baik. Oleh karena itu pelajarilah teori-teori pembelajaran yang ada agar kita mampu
menemukan kecocokan dalam metode mengajar yang tepat.

10
DAFTAR PUSTAKA

Desmita. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung. Remaja Rosdakarya. 2011

Fahyuni, Eni Fariyatul. Istikomah. Psikologi Belajar & Mengajar. Sidoarjo. Nizamia
Learning Center. 2016

Nurdyansyah dan Fahyuni, Eni Fariyatul. 2016. Inovasi Model Pembelajaran Sidoarjo:
Nizamia Learning Center.

Haryanto, Budi Psikologi Pendidikan dan pengenalan Teori-teori Belajar, Sidoarjo.


Universitas Muhammadiyah Sidoarjo. 2004

Jahja, Yudrik Psikologi Perkembangan. Jakarta. 2013. Kencana Prenamadia Group

Nahar, Novi Irwan. Penerapan Teori Belajar Behavioristik Dalam Proses Pembelajaran.
Desember 2016. Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial Vol.1.

Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. (Bandung : PT.Remaja


Rosda Karya. 2011)

11

Anda mungkin juga menyukai