Kelompok 1 :
1. Fadhil Alwa Faridy (F1061211020)
2. Hesti Dwi Utami (F1061211008)
3. Dian Eka Safitri (F1061211004)
4. Roseana Febriyani (F1061211022)
5. Melda Febriani (F1061211040)
Puji syukur penulis panjatkan pada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta karunia-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Teori Belajar
Behavioristik” ini tepat pada waktunya dan dengan baik tanpa adanya halangan.
Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah Profesi
Kependidikan. Dalam penulisan makalah ini, penulis mengucapkan terima kasih yang
setulus tulusnya kepada Bapak Rody Putra Sartika,M.Pd selaku dosen mata kuliah
Belajar dan Pembelajaran yang telah banyak membantu penulis dalam penyelesaian
tugas ini dan kepada teman-teman yang telah memberi dukungan dalam
menyelesaikan makalah ini.Penulis berharap makalah ini dapat memberi manfaat dan
menambah wawasan bagi pembaca.
Penulis memohon maaf yang setulus-tulusnya jika makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan juga saran yang
dapat membangun dari pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Teori belajar merupakan gabungan prinsip yang saling berhubungan dan
penjelasan atas sejumlah fakta serta penemuan yang berkaitan dengan peristiwa
belajar. Penggunaan teori belajar dengan langkah-langkah pengembangan yang benar
dan pilihan materi pelajaran serta penggunaan unsur desain pesan yang baik dapat
memberikan kemudahan kepada siswa dalam memahami sesuatu yang dipelajari.
Selain itu, suasana belajar akan terasa lebih santai dan menyenangkan. Proses belajar
pada hakikatnya adalah kegiatan mental yang tidak tampak. Artinya, proses
perubahan yang terjadi dalam diri seseorang yang sedang belajar tidak dapat
disaksikan dengan jelas, tetapi dapat dilihat dari gejala-gejala perubahan perilaku.
Sasaran yang dituju dari pembelajaran ini adalah agar terjadi perubahan
perilaku siswa ke arah yang lebih baik. Selain dalam pemberian point terhadap
pelanggaran aturan sekolah, teori belajar behavioristik juga diterapkan dalam
pembelajaran. Teori belajar behavioristik dalam pembelajaran merupakan upaya
membentuk tingkah laku yang diinginkan. Pembelajaran behavioristik sering disebut
juga dengan pembelajaran stimulus respons. Pembelajaran behavioristik
meningkatkan mutu pembelajaran jika dikenalkan kembali penerapannya dalam
1
2
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian dari teori belajar behavioristik ?
2. Apa itu belajar menurut pandangan teori behavioristik ?
3. Apa saja ciri-ciri teori belajar behavioristik ?
4. Apa saja tahap perkembangan behavioristik ?
5. Bagaimana aplikasi teori belajar behavioristik ?
6. Apa saja kelebihan dan kekurangan teori belajar behavioristik ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami apa maksud dari teori belajar secara
behavioristik
2. Untuk mengetahui dan memahami hakikat belajar yang ditunjau dari
pandangan teori belajar behavioristik
3. Untuk mengetahui apa saja ciri-ciri dalam teori belajar behavioristik
4. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana perkembangan behavioristik
secara bertahap
5. Untuk mengetahui bagaimana pengaplikasian teori belajar behavioristik dalam
kegiatan pembelajaran
6. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan teori behavioristik
D. Manfaat
Adapun manfaat dari makalah ini ialah
1. Sebagai referensi untuk pemahaman mengenai materi teori belajar
behavioristik
2
3
2. Sebagai sumber dan bahan masukan bagi pembaca untuk menggali dan
melakukan eksperimen mengenai teori belajar behavioristik dalam
pembelajaran
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
5
Salah satu tokoh pengusung teori belajar behavioristik ini adalah Edward Lee
Thorndike (1874 – 1949). Menurut Thorndike, belajar merupakan peristiwa
terbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa-peristiwa yang disebut stimulus (S)
dengan respon (R). Stimulus adalah suatu perubahan dari lingkungan eksternal yang
menjadi tanda untuk mengaktifkan organisme untuk bereaksi atau berbuat, sedangkan
respon adalah sembarang tingkah laku yang dimunculkan karena adanya perangsang
(Dina, 2018)
Thorndike mengemukakan bahwa terjadinya asosiasi antara stimulus dan respon ini
mengikuti hukum-hukum berikut:
5
6
2) Hukum latihan (law of exercise), yaitu semakin sering suatu tingkah laku
diulang/dilatih (digunakan), maka asosiasi tersebut akan semakin kuat.
Berdasarkan hal di atas dijelaskan bahwa teori belajar behavioristik ini khususnya
menurut Thordike adalah perubahan tingkah laku melalui stiumulus dan respon.
Artinya, perubahan tingkah laku dibentuk sesuai dengan keinginan lingkungan karena
individu merespon sesuai dengan stimulus yang diberikan. Selain itu, respon yang
diberikan akan baik, jika seseorang
2) John B Watson
Menurut Watson pelopor yang datang sesudah teori stimulus dan respon tersebut
harus berbentuk tingkah laku yang bisa diamati. Dengan kata lain Watson
mengabaikan berbagai perubahan mental yang mungkin terjadi dalam belajar dan
menganggapnya sebagai faktor yang tidak perlu diketahui. Bukan berarti semua
perubahan mental yang terjadi dalam bentuk siswa tidak penting semua itu penting
akan tetapi faktor-faktor tersebut bisa menjelaskan Apakah proses belajarnya sudah
terjadi atau belum. Penganut aliran tingkah laku lebih suka memilih untuk tidak
memiliki hal-hal yang tidak bisa diukur masih mereka tetap mengakui bahwa itu
penting.
Menurut skinner deskripsi antara si mulus dan respon untuk menjelaskan perubahan
tingkah laku menurut versi watsol tersebut adalah deskripsi yang tidak lengkap.
6
7
Respons yang diberi oleh siswa tindakan Sederhana itu sebab pada dasarnya setiap
stimulus yang diberikan berinteraksi satu dengan lainnya dan interaksi Ini akhirnya
mempengaruhi respons yang dihasilkan sedangkan Respon yang diberikan juga
menghasilkan berbagai konsekuensi yang pada akhirnya akan mempengaruhi tingkah
laku siswa. Sinar juga menjelaskan tingkah laku hanya akan membuat segala
sesuatunya menjadi bertambah
Teori belajar behavioristik adalah sebuah aliran dalam teori belajar yang sangat
menekankan pada perlunya tingkah laku (behavior) yang dapat diamati. Menurut
aliran behavioristik, belajar pada hakikatnya adalah pembentukan asosiasi antara
kesan yang ditangkap panca indra dengan kecenderungan untuk bertindak atau
hubungan antara stimulus dan respons.Oleh karena itu teori ini juga dinamakan teori
stimulus-respons.
7
8
Belajar diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari
interaksi antara stimulus dan respons Jadi dapat dikatakan bahwa teori behavioristik
ini memandang bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku, yang bisa diamati,
diukur, dan dinilai secara konkret, karena adanya interaksi antara stimulus dan
respon. Perubahan terjadi melalui rangsangan (stimulus) yang menimbulkan perilaku
reaktif (respons) berdasarkan hukum-hukum mekanistik. Stimulus tidak lain adalah
lingkungan belajar anak itu sendiri, baik internal-maupun ekternal yang menjadi
penyebab belajar (Dwi, 2019)
a. Faktor Internal Faktor internal adalah factor-faktor yang berasal dari dalam diri
individu dan dapat memengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor internal
meliputi:
1) Faktor Fisiologis
a) Keadaan jasmani Kondisi fisik yang sehat dan bugar memberikan pengaruh
positif terhadap kegiatan belajar individu. Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah atau
sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal.
8
9
b) Keadaan fungsi jasmani/ fisiologis Peran fungsi fisiologis pada tubuh manusia
sangat memengaruhi hasil belajar, terutama pancaindra. Pancaindra yang berfungsi
dengan baik akan mempermudah aktivitas belajar dengan baik pula. Dengan
menyediakan sarana belajar yang memenuhi persyaratan, memeriksakan fungsi mata
dan telinga secara priodik, mengongsumsi makanan bergizi, dan lain sebagainya.
2) Faktor Psikologis
9
10
b. Faktor Eksternal Faktor Eksternal adalah faktor yang muncul dari lingkungan luar
dari dalam diri siswa.
1) Lingkungan sosial
2) Ligkungan non-sosial
a) Lingkungan alamiah Seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak
dingin, sinar yang tidak terlalu silau/kuat, atau tidak terlalu lemah/gelap. Suasana
yang sejuk dan tenang. Lingkungan alamiah tersebut merupakan factor-faktor yang
10
11
dapat memengaruhi aktivitas belajar siswa. Sebaliknya, bila kondisi lingkungan alam
tidak mendukung, proses belajar siswa akan terhambat.
Dalam psikologi teori belajar behavioristik disebut juga dengan teori pembelajaran
yang didasarkan pada tingkah laku yang diperoleh dari
pengkondisianlingkungan.Pengkondisian terjadi melalui interaksi dengan lingkungan.
Hal ini dilihat secara sistematis dapat diamati dengan tidak mempertimbangkan
keseluruhan keadaan mental. Teori belajar behavioristik mempunyai ciri-ciri, yaitu:
11
12
Teori belajar behavioristikmelihat semua tingkah laku manusia dapat ditelusuri dari
bentuk refleks.Dalam psikologi teori belajar behavioristik disebut juga dengan teori
pembelajaran yang didasarkan pada tingkah laku yang diperoleh dari pengkondisian
lingkungan.Pengkondisian terjadi melalui interaksi dengan lingkungan. Hal ini dilihat
secara sistematis dapat diamati dengan tidak mempertimbangkan keseluruhan
keadaan mental.
Teori belajar behavioristik mempunyai ciri-ciri, yaitu. Pertama, aliran ini mempelajari
perbuatan manusia bukan dari kesadarannya, melainkan mengamati perbuatan dan
tingkah laku yang berdasarkan kenyataan. Pengalamanpengalaman batin di
kesampingkan serta gerak-gerak pada badan yang dipelajari. Oleh sebab itu,
behaviorisme adalah ilmu jiwa tanpa jiwa. Kedua, segala perbuatan dikembalikan
kepada refleks. Behaviorisme mencari unsur-unsur yang paling sederhana yakni
perbuatan-perbuatan bukan kesadaran yang dinamakan refleks. Refleks adalah reaksi
yang tidak disadari terhadap suatu pengarang. Manusia dianggap sesuatu yang
kompleks refleks atau suatu mesin. Ketiga, behaviorisme berpendapat bahwa pada
waktu dilahirkan semua orang adalah sama. Menurut behaviorisme pendidikan adalah
maha kuasa, manusia hanya makhluk yang berkembang karena kebiasaan-kebiasaan,
dan pendidikan dapat mempengaruhi reflek keinginan hati.
Fakta penting tentang perkembangan ialah bahwa dasar perkembangan adalah Pola-
pola perkembangan pertama cenderung mapan tetapi bukan berarti tidak dapat
berubah ada tiga kondisi yang kemungkinan perubahan:
12
13
3. Apabila ada motivasi yang kuat dari pihak individu sendiri untuk membuat
perubahan
1. Bahwa perubahan yang terjadi bersifat maju meningkat atau mendalam atau
meluas secara kualitatif maupun kuantitatif ( prinsip progresif)
2. Bawa perubahan yang terjadi antar bagian dan atau fungsi organisme itu
terdapat interpedensi sebagai kesatuan integral yang harmonis (prinsip sistematik)
3. Bawa perubahan pada bagian atau fungsi organisme itu berlangsung secara
beraturan dan tidak kebetulan dan meloncat-loncat (prinsip kesinambungan)
13
14
Dalam teori ini Behaviorisme, segala tingkah laku manusia menjadi suatu prilaku
berbahasa yang menjadi manifestasi stimulus dan respon yang dilakukan terus-
menerus menjadi suatu kebiasaan. Berdasarkan teori ini, pembelajaran bahasa
dilakukan dengan mendahulukan pengenalan keterampilan mendengar dan berbicara
daripada keterampilan lainnya, pemberian latihan-latihan dan penggunaan bahasa
secara aktif dan terus menerus, penciptaan lingkungan berbahasa yang kondusif,
penggunaan media pembelajaran yang memungkinkan siswa mendengar dan
berinteraksi dengan penutur asli, pembiasaan motivasi sehingga berbahsa asing
menjadi sebuah prilaku kebiasaan.
1. Guru harus menyusun materi atau bahan ajar secara lengkap. Dimulai dari
materi sederhana sampai kompleks.
3. Saat guru melihat ada kesalahan, baik pada materi maupun pada siswa
maka guru akan segera diperbaiki.
4. Guru memberikan banyak drilling dan latihan agar terbentuk perilaku atau
pembiasaan seperti yang diinginkan.
14
15
Guru menerapkan stimulus dalam bentuk hadiah (reward), motivasi, dan pujian
serta konsekuensi dalam bentuk refleksi esai. Harapan guru adalah saat stimulus
diberikan, maka respons berupa perilaku siswa yang tidak sesuai dengan harapan
akan berkurang dan siswa terus mengulang perilaku sesuai harapan guru seiring terus
berjalannya stimulus. Penerapan pendekatan behavior yang dilakukan guru
didasarkan pada pemberian penguatan dalam bentuk hadiah, dan motivasi atau pujian.
Hadiah atau imbalan atau reward merupakan suatu bentuk apresiasi dengan cara
memberikan sesuatu sebagai penghargaan atas kerja keras siswa terhadap suatu
aktivitas. Guru berharap dengan adanya sistem pemberian hadiah ini, siswa dapat
termotivasi atau terdorong dengan sendirinya untuk mengerjakan dan mengumpulkan
tugas. Ada pula pemberian motivasi dalam bentuk lisan dan tulisan oleh guru.
Motivasi merupakan tindakan atau ucapan yang dimaksudkan untuk mendorong atau
menyemangati seseorang dalam melakukan kegiatan belajar agar lebih giat dan dapat
memperoleh prestasi yang lebih baik lagi. Dengan adanya pemberian motivasi,
diharapkan siswa dapat terdorong untuk mengulang hal-hal yang baik dan siswa dapat
terus berkembang.
Pemberian pujian juga dilakukan guru agar siswa merasa dihargai dan
diperhatikan. Hal memberi pujian menurut guru akan meningkatkan rasa percaya diri
siswa dan menimbulkan rasa ingin mengerjakan dengan sama baiknya atau lebih baik
dari yang telah dikerjakan agar kembali mendapat pujian. Pujian merupakan tindakan
yang dilakukan guru dengan tujuan untuk menumbuhkan rasa siswa tentang “harga
diri, otonomi, kemandirian, prestasi dan minat untuk belajar” dan pujian sering
diberikan pada akhir tugas untuk pekerjaan yang dianggap “baik dilakukan”. Maka
dari itu langkah guru untuk menerapkan pemberian pujian dianggap efektif bagi siswa
15
16
untuk terus mengulang perilaku disiplin. Pendekatan behavior jelas berkaitan erat
pemberian konsekuensi. Menurut Eggen & Kauchack dalam Gultom dan Siahaan
konsekuensi merupakan tindakan menghilangkan sesuatu yang bertujuan untuk
meningkatkan perilaku. Sejalan dengan pendapat tersebut, Wong & Wong dalam
Gultom dan Siahaan juga menambahkan konsekuensi merupakan penalti (denda atau
konsekuensi) yang muncul saat melanggar aturan. Pemberian konsekuensi bertujuan
agar siswa mendapatkan efek jera karena tidak disiplin dalam mengerjakan dan
mengumpulkan tugas. Efek jera tersebut diharapkan dapat menumbuhkan rasa
keinginan tidak mendapat konsekuensi dalam diri siswa dan siswa mengubah dengan
sendiri perilakunya dalam menyikapi tugas yang diberikan guru. (Iko, 2021)
16
17
17
18
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
19
20
B. Saran
Sebagai calon pendidik hendaknya kita mampu menciptakan suasana belajar yang
kondusif dan efektif yang membuat pada siswa senang dalam proses pembelajaran
lalu menerapkan metode dan teori yang tepat, sehingga proses belajar mengajar
berjalan dengan baik. Oleh karena itu sebagai calon pendidik (guru) hendaknya kita
mempelajari teori-teori pembelajaran yang ada, agar kita mampu menemukan
kecocokan dalam metode mengajar yang tepat yang membuat siswa merasa
nyaman,dan kita sebagai pendidik harus paham dengan karakter siswa
20
DAFTAR PUSTAKA
Sudari, Dwi Okti 2019. Kajian Teori Behavioristik Stimulus dan Respon Dalam
Meningkatkan Minat Belajar Mahasiswa. Jurnal Tarbawi Vol 16, No. 2
Shahbana, Elvia Baby dkk. 2020. Implementasi Teori Belajar Behavioristik Dalam
Pembelajaran. Jurnal Serunai Administrasi Pendidikan Vol 9, No. 1
Rufaedah, Evi Aeni. 2018. Teori Belajar Behavioristik Menurut Perspektif Islam.
Jurnal Pendidikan dan Studi Islam Vol 4, No. 1
Nahar, Novi Irwan. 2016. Penerapan Teori Belajar Behavioristik Dalam Proses
Pembelajaran. Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial Vol 1
Safaruddin. 2016. Teori Belajar Behavioristik. Jurnal Kajian Islam & Pendidikan Vol
8, No 2
21