Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

NADHORIYAH AL-TAALUMWA MIHNAH TA’LIMIYAH


TEORI BEHAVIORISTIK

Dosen Pengampu:
Dr. H. Junaedi M.Ag

Disusun Oleh:
Azzah Diana Mardhotillah (06010222004)
Alfina Nur Fadhilah (06020222026)
Moch As’ad ihsan (06010222012)

PRODI PENDIDIKAN BAHASA ARAB


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2024
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala karunia-Nya yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan
tepat waktu. Tanpa ridha dan petunjuk dari-Nya mustahil makalah ini dapat di selesaikan.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. H. Junaedi
M.Ag selaku dosen pengampu mata kuliah Nadhoriyah Al-Taalumwa Mihnah Ta’limiyah
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tema ’’Teori Behavioristik’’.
Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat dan dapat di jadikan sebagai
pegangan dalam mempelajari materi tentang ’’Teori Behavioristik’’. Kami juga berharap
dengan adanya makalah ini, dapat mempermudah semua pihak dalam proses perkuliahan
pada mata kuliah Nadhoriyah Al-Taalumwa Mihnah Ta’limiyah Akhir kata, kami menyadari
bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya dan jauh dari kesempurnaan karena
keterbatasan kemampuan dan ilmu pengetahuan yang dimiliki, maka dari itu kami
membutuhkan saran dan kritik yang dapat memotivasi agar dapat menjadi lebih baik lagi
dimasa yang akan datang. Semoga karya ini berguna dan bermanfaat bagi semua orang.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Surabaya, 20 Maret 2024

Kelompok 6
DAFTAR ISI

Isi
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................4
1.1 Latar belakang......................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan..................................................................................................................5
BAB II...................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................6
2.1 . Pengertian Teori Behavioristik...................................................................................................6
2.2 . Teori Belajar Menurut Para Tokoh Beserta Idenya....................................................................8
2.3 . Tahap-Tahap Perkembangan Teori Behavioristik.....................................................................10
2.4 . Pengaplikasian Teori Belajar Behavioristik Terhadap Pembelajaran Siswa..............................11
BAB III................................................................................................................................................13
3.1 Kesimpulan................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik dapat aktif untuk mengembangkan potensi yang ada
didalam dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara (UU No. 20 Tahun 2003).
Pembelajaran merupakan suatu sistem dalam dunia pendidikan dan juga
merupakanruntutan dari pendidikan, pendidikan yang baik dapat ditinjau dari pembelajaran
yang efektif. Pendidikan dengan pembelajaran merupakan komponen yang tidak bisa
dipisahkan karena merupakan satu kesatuan. Proses belajar mengajar merupakan interaksi,
komunikasi dari dua arah dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan belajar, komunikasi
dari dua arah merupakan ciri dan syarat utama bagi berlangsungnya kegiatan belajar
mengajar.
Teori merupakan seperangkat asas yang tersusun dari peristiwa-peristiwa tertentu
dalam dunia nyata. Teori merupakan seperangkat preposisi yang berisi tentang ide, konsep,
prosedur serta prinsip yang terdiri dari satu atau lebih variable yang saling berhubungan satu
sama lainnya dan dapat dipelajari, dianalisis dan diuji serta dibuktikan kebenarannya. Dari
dua pendapat diatas Teori adalah seperangkat azaz tentang kejadian-kejadian yang
didalamnnya memuat ide, konsep, prosedur dan prinsip yang dapat dipelajari, dianalisis dan
diuji kebenarannya.
Teori belajar adalah suatu teori yang di dalamnya terdapat tata cara untuk
mengaplikasikan kegiatan belajar mengajar antara guru dan siswa, perancangan metode
pembelajaran yang akan dilaksanakan di kelas maupun di luar kelas. Teori belajar selalu
bertolak dari sudut pandang psikologi belajar. Untuk itu dalam pembahasan ini penyusun
akan menguraikan mengenai teori belajar yang berhubungan dengan psikologi yang
berdasarkan pada pandangan behaviorisme dan aplikasinya dalam pembelajaran.
Faktor psikologis, yang ditunjukkan dengan munculnya teori behavioristik,
merupakan salah satu alasan mengapa pembelajaran di kelas yang masih sangat tradisional
harus diubah.Belajar, menurut teori belajar behavioristik, adalah perubahan perilaku
yangdapat diamati, diukur, dan dinilai dengan cara yang nyata. Rangsangan mendorong
perubahan(insentif) yang menghasilkan hubungan antara perilaku reaktif (respon) dan
perilaku aktif berdasarkan hukummekanikal. Sumber daya adalah lingkungan belajar anak,
baik internal maupun eksternal. Eksternal yang berfungsi sebagai penyebab belajar,
sementara respons didefinisikan sebagai akibat atau dampak,sebagai tindak balas fisik
terhadap stimulus. Belajar berarti memperkuat hubungan, ikatan, sifat, dankecenderungan
perilaku S-R (stimulus-Respon).
Teori Behavioristik mementingkan faktor lingkungan, menekankan pada faktor
bagian, menekankan pada tingkah laku yang nampak dengan mempergunakan metode
obyektif, sifatnya mekanis dan mementingkan masa lalu.1

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan permasalahan dalam
penelitian ini sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari teori belajar behavioristik?
2. Bagaimana pemikiran tokoh-tokoh terhadap teori belajar behavioristik?
3. Bagaimana perkembangan teori belajar behavioristik?
4. Bagaimana aplikasi teori belajar behavioristik terhadap pembelajaran siswa ?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini, seperti yang dirumuskan dalam
rumusan masalah.
1. Untuk mengetahui pengertian dari teori belajar behavioristik.
2. Untuk mengetahui dan menjelaskan dari pemikiran berbagai tokoh-tokoh terhadap
teori belajar behavioristik.
3. Untuk mengetahui perkembangan teori belajar behavioristik.
4. Untuk mengetahui dan menjelaskan pengaplikasian teori behavioristik terhadap
pembelajaran siswa.

1
Mohammad Anam S and Wasis D Dwiyogo, ‘Teori Belajar Behavioristik DAnam S, M., & Dwiyogo, W. D. (2019).
Teori Belajar Behavioristik Dan Implikasinya Dalam Pembelajaran. Universitas Negeri Malang, 2.an Implikasinya
Dalam Pembelajaran’, Universitas Negeri Malang, 2019, 2.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 . Pengertian Teori Behavioristik
Menurut pendekatan behavioristik, belajar dapat diartikan sebagai proses
perubahan tingkah laku dan yang relatif bertahan lama yang dapat diamati sebagai hasil
dari pengalaman dengan lingkungan. Pendekatan behavioristik berkembang melalui
eksperimen- eksperimen, baik pada manusia maupun pada hewan. Terdapat empat prinsip
filosofis utama dalam pengembangan teori ini yaitu: Manusia adalah binatang yang
sangat berkembang dan manusia belajar dengan cara yang sama seperti yang telah
dilakukan oleh binatang lainnya; pendidikan merupakan proses perubahan perilaku; peran
guru adalah menciptakan lingkungan pembelajaran yang efektif; efisiensi, ekonomi,
ketepatan dan obyektivitas merupakan perhatian utama dalam Pendidikan2.

Terdapat pengertian lain tentang teori behaviorisme adalah perubahan tingkah


laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain,
belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk
bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi stimulus dan respon.
Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan perubahan tingkah
laku. Sebagai contoh, anak belum dapat berhitung perkalian. Walaupun ia sudah berusaha
giat, dan gurunya sudah mengajarkannya dengan tekun, namun jika anak tersebut belum
dapat mempraktekkan perhitungan perkalian, maka ia belum dianggap belajar. Karena ia
belum dapat menunjukan perubahan perilaku sebagai hasil belajar. Menurut teori ini yang
terpenting adalah
1. Masukkan atau input yang berupa stimulus dan keluaran atau output yang berupa
respons. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswanya misalnya
alat perkalian, alat peraga, pedoman kerja atau cara-cara tertentu untuk membantu
belajar siswa, sedangkan respon adalah reaksi atau tanggapan siswa terhadap
stimulus yang diberikan guru tersebut. Teori ini juga mengutamakan pengukuran,
sebab pengukuranmerupakan suatu hal yang penting untuk melihat terjadi
tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.

2
Asfar, A. M. irfan T. A. & andi muhammad iqbal. (2019). TEORI BEHAVIORISME ( Theory of
Behaviorism ). Researchgate, February, 0–32. https://doi.org/10.13140/RG.2.2.34507.44324
2. Penguatan (reinforcement) Penguatan adalah apa saja yang dapat memperkuat
timbulnya respon. Misalnya, ketikapeserta didik diberi tugas oleh guru, ketika
tugasnya ditambahkan maka ia akan semakin giat belajarnya, maka penambahan
tugas tersebut merupakan penguatan positif dalam belajar, begitu juga sebaliknya.
Prinsip-prinsip behaviorisme adalah:
1. Objek psikologi adalah tingkah laku
2. Semua bentuk tingkah laku dikemalikan kepada reflek
3. Mementingkan terbentuknya kebiasaan.3
a) Kelebihan Teori Behaviorisme
 Membisakan guru untuk bersikap jeli dan pekaterhadap situasi dan kondisi
belajar.
 Guru tidak membiasakan memberikan ceramah sehingga murid dibiasakan
belajar mandiri. Jika murid menemukan kesulitan baru ditanyakan pada guru
yang bersangkutan.
 Mampu membentuk suatu prilaku yang diinginkan mendapatkan pengakuan
positif dan prilaku yang kurang sesuai mendapat penghargaan negative yang
didasari pada prilaku yang tampak.
 Dengan melalui pengulangan dan pelatihan yang berkesinambungan, dapat
mengoptimalkan bakat dan kecerdasan siswa yang sudah terbentuk
sebelumnya. Jika anak sudha mahir dalam satu bidang tertentu, akan lebih
dapat dikuatkan lagi dengan pembiasaan dan pengulangan yang
berkesinambungan tersebut dan lebih optimal.
 Bahan pelajaran yang telah disusun hierarkis dari yang sederhana sampai pada
yang kompleks dengan tujuan pembelajaran dibagi dalam bagian-bagian kecil
yang ditandai dengan pencapaian suatu ketrampilan tertentu mampu
menghasilakan suatuperilaku yang konsisten terhadap bidang tertentu.
b) Kekurangan Teori Behaviorisme:4
 Teori behaviorisme selalu menyederhanakan hal-hal yang berkaitan dengan
pendidikan dan atau belajar sekedar pada hubungan stimulus dan respon saja

3
Anam S, M., & Dwiyogo, W. D. (2019). Teori Belajar Behavioristik Dan Implikasinya Dalam Pembelajaran.
Universitas Negeri Malang, 2.

4
Rahmat Rahmat. (2016). LIBERALISME DALAM PENDIDIKAN ISLAM (Implikasinya Terhadap
Sistem Pembelajaran Agama Islam Di Sekolah). Nidhomul Haq, 1(2), 70–88.
serta tidak mampu menjelaskan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi
dalam hubungan stimulus dan respon.
 Teori behaviorisme ini juga kurang mampu menjelaskan tentang adanya
variasi tingkat emosi siwa, meskipun mereka memiki pengalaman penguatan
yang sama. Teori ini tidak dapat menjelaskan mengapa dua anak yang
mempunyai kemampuan dan pengalaman penguatan yang relatif sama ternyata
perilakunya terhadap suatu pelajaran berbeda.
 Teori behaviorisme juga cenderung mengarahkan siswa berpikir linier, tidak
produktif dan tidak kreatif.

2.2 . Teori Belajar Menurut Para Tokoh Beserta Idenya


Teori adalah suatu pendapat yang didasarkan pada penelitian danpenemuan
yangdidukung oleh data dan argumentasi.Agus Suprijono menguraikan bahwa teori
merupakan perangkat prinsip-prinsip yang terorganisasi mengenai peristiwa-peristiwa
tertentu dalam lingkungan. Teori dikatakan sebagai hubungan kausalitas dari
proposisi- proposisi. Ibarat bangunan, teori tersusun secara kausalitas atas fakta-fakta,
variabel/konsep, dan proposisi. Sedangkan belajar adalah key term (istilah kunci)
yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan.
Belajar adalah suatu aktifitas mental/psikis yangg berlangsung dalam interaksi
aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam
pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai sikap, dan perubahan itu bersifat secara
relative konstan dan membekas. Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang
dicetuskan oleh Gege dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman. Menurut teori behavioristik dalam belajar yang penting adalah input
yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang
diberikan guru kepada siswa, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan siswa
terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut.
Edwin Ray Guthrie dilahirkan pada tahun 1886 dan meninggal pada tahun
1959.Dia adalah seorang profesor psikologi di University of Washington mulai dari
tahun 1914 sampai dengan pensiun tahun 1956. Karya dasarnya adalah The
Psychology of Learning, yang dipublikasikan pada 1935 dan direvisi pada 1952. Gaya
tulisannya mudah diikuti, penuh humor, dan menggunakan banyak kisah untuk
menunjukkan contoh ide- idenya.
Teori contiguous conditioning adalah salah satu teori yang berlandaskan
keyakinan behavioristik. Contiguous sendiri mempunyai arti kedekatan, sedangkan
conditioning mempunyai arti kondisi. Sehingga bisa kita artikan bahwa contiguous
conditioning yaitu sebuah kedekatan kondisi yang terjadi berdasarkan hubungan
antara stimulus dengan respon yang relevan. Menurut paham teori contiguous
conditioning, belajar itu adalah suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya
syarat-syarat (conditions) yang kemudian menimbulkan reaksi (respons). Guthrie
beranggapan tentang kaidah yang dikemukakan oleh para teoritis seperti
Thorndike dan Pavlov adalah ruwet dan tak perlu, dan sebagai penggantinya
dia mengusulkan satu hukum belajar law of contiguity (hukum kontiguitas), yang
dinyatakan bahwa kombinasi stimuli yang mengiringi suatu gerakan akan cenderung
diikuti oleh gerakan itu jika kejadiannya berulang. Teori contiguous conditioning yang
dipelopori oleh Edwin Ray Guthrie ini bisa dibilang cukup simple dan sederhana
untuk diterapkan dalam dunia pendidikan.5
Dalam perkembangannya ada banyak tokoh ahli yang berkarya mengenai teori
behaviorisme diantaranya:
1. Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936)
Ivan Petrovich Pavlov merupakan ahli psikologi dari Rusia yang mengemukakan
bahwa individu dapat dikendalikan dengan cara stimulus alami yang tepat untuk
mendapatkan respons yang diinginkan. Sedangkan individu tidak sadar
dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya.
2. Edward Thorndike (1874-1949)
Dalam teori behaviorisme Thorndike menemukan hukum-hukum belajar seperti:
hukum kesiapan, hukum latihan dan hukum akibat.
3. Jhon B Watson Menurut Watson
belajar adalah proses refleks yang terjadi atau respon bersyarat melalui stimulus
pengganti. Semua tingkah laku lainnya terbentuk oleh hubungan stimulus respons
baru melalui conditioning.
4. Clark Hull

5
Ghulamul Mustofa, ‘Teori Contiguity Edwin Ray Guthrie (Teori Belajar Aliran Behavioristik Contiguous
Conditioning Dan Penerapannya Dalam Pembelajaran Pai Di Sekolah)’, Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat,
2.2 (2022), 49–66.
Bagi Hull tingkah laku seseorang berfungsi untuk menjaga kelangsungan hidup.
Oleh karena itu dalam teori Clark Hull, behaviorisme disebutkan sebagai
kebutuhan biologis dan pemuasan kebutuhan biologis menempati posisi sentral.
5. Edwin Guthrie Edwin Guthrie
mengemukakan teori kontiguitas yang memandang bahwa belajar merupakan
kaitan asosiatif antara stimulus tertentu dan respons tertentu.
6. Burrhus Frederic Skinner
Burrhus Frederic Skinner mengeluarkan karya berjudul About Behaviorism yang
menyebutkan tingkah laku terbentuk oleh konsekuensi yang ditimbulkan oleh
tingkah laku itu sendiri.6

2.3 . Tahap-Tahap Perkembangan Teori Behavioristik


Fakta penting tentang perkembangan ialah bahwa dasar perkembangan adalah
kritis. Sikap, kebiasaan dan pola perilaku yang dibentuk selama tahun pertama,
menentukan seberapa jauh individu berhasil menyesuaikan diri dalam kehidupan
mereka selanjutnya. Menurut Erikson (Hurlock, 1980: 6) berpendapat bahwa masa
bayi merupakan masa individu belajar sikap percaya atau tidak percaya, bergantung
pada bagaiamana orang tua memuaskan kebutuhan anaknya akan makanan, perhatian,
dan kasih sayang. Pola-pola perkembangan pertama cenderung mapan tetapi bukan
berarti tidak dapat berubah. Ada 3 kondisi yang memungkinkan perubahan:
1. Perubahan dapat terjadi apabila individu memperoleh bantuan atau bimbingan
untuk membuat perubahan.
2. Perubahan cenderung terjadi apabila orang-orang yang dihargai memperlakukan
individu dengan cara yang baru atau berbeda (kreatif dan tidak monoton)
3. Apabila ada motivasi yang kuat dari pihak individu sendiri untuk membuat
perubahan. Dengan mengetahui bahwa dasar-dasar permulaan perkembangan
cenderung menetap, memungkinkan orang tua untuk meramalkan perkembangan anak
dimasa akan datang. Penganut aliran lingkungan (behavioristk) yakin bahwa
lingkungan yang optimal mengakibatkan ekspresi faktor keturunan yang maksimal.
Proses perkembangan itu berlangsung secara bertahap, dalam arti:
1. Bahwa perubahan yang terjadi bersifat maju meningkat atau mendalam atau
meluas secara kualitatif maupun kuantitatif. (prinsip progressif)

6
Sinta Nailul Latifah, Abdillah Mahbubi, and M Yunus Abu Bakar, ‘Analisis Cara Belajar Menurut Madzhab Teori
Belajar Modern’, 4.1 (2023), 41–67.
2. Bahwa perubahan yang terjadi antar bagian dan atau fungsi organisme itu
terdapat interpedensi sebagai kesatuan integral yang harmonis. (prinsip sistematik)
3. Bahwa perubahan pada bagian atau fungsi organisme itu berlangsung secara
beraturan dan tidak kebetulan dan meloncatloncat.(prinsip berkesinambungan).

2.4 . Pengaplikasian Teori Belajar Behavioristik Terhadap Pembelajaran Siswa


Kebanyakan yang diajarkan di sekolah adalah urutan tingkah laku yang
kompleks, bukan hanya “simple response”. Tingkah laku yang kompleks ini dapat
diajarkan melalui proses “shaping” atau “successive approximations” (menguatkan
komponen-komponen respon final dalam usaha mengarahkan subyek kepada respon
final tersebut), beberapa tingkah laku yang mendekati respon tersekolahnal

Adapun langka perbaikan tingkah laku belajar para murid diantaranya :

- Datang dikelas pada waktunya


- Berpatisipasi dalam belajar dan merespon guru
- Menunjukkan hasil hasil tes dengan baik
- Mengerjakan pekerjaan rumah
- Penyempurnaan

A. Memperkuat Tingkah Laku Bersaing


Dalam usaha merubah tingkah laku yang tak diinginkan diadakan penguatan
tingkah laku yang diinginkan misalnya dengan kegiatan – kegiatan kerjasama,
membaca dan bekerja di satu meja untuk mengatasi kelakuan-kelakuan menentang,
melamun, dan hilir mudik.
Misalnya, sekelompok siswa memperlihatkan tingkah laku yang tidak
diinginkan, yaitu menarik rambut, mengabaikan perintah guru, berkelahi, berjalan
sekeliling kelas. Sesudah menerapkan aturan-aturan kelas kepada siswa, guru
melupakan atau mengabaikan tingkah laku siswa yang mengacau dan memuji tingkah
laku siswa yang memberi kesempatan guru untuk mengajar. Dalam beberapa waktu,
social reinforcement untuk tingkah laku yang tepat mengurangi tingkah laku yang
tidak diinginkan
B. Ekstingsi
Ekstingsi ialah proses di mana suatu operant yang telah terbentuk tidak
mendapat reinforcement lagi. Ekstingsi dilakukan dengan membuat/meniadakan
peristiwa-peristiwa penguat tingkah laku.
Misalnya, nanda salah seorang siswi kelas tiga selalu mengacungkan tangan
ketika guru meminta para siswa untuk menjawab pertanyaan. Tetapi guru tidak
memberikan perhatian pada nanda yang ingin menjawab pertanyaan gurunya tersebut.
Suatu ketika nanda tidak mau lagi mengacungkan tangan ketika guru meminta para
siswa untuk menjawab pertanyannya meskipun ia bisa menjawabnya.
C. Satiasi
Satiasi adalah suatu prosedur menyuruh seseorang melakukan perbuatan
berulang-ulang sehingga ia menjadi lelah atau jera.Contoh: seorang ayah yang
memergoki anak kecilnya merokok menyuruh anak merokok sampai habis satu pak
sehingga anak itu bosan. Jika tingkah laku yang diulang berbeda dengan tingkah laku
yang tidak diinginkan maka satiasi tidak tepat.7

Aliran psikologi belajar yang sangat besar mempengaruhi arah pengembangan


teori dan praktek pendidikkan dan pembelajaran hingga kini adalah aliran
behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai
hasil belajar.Teori behavioristik dengan model hubungan stimulusresponnya,
mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respons atau perilaku
tertentu dapat dibentuk karena dikondisi dengan cara tertentu dengan menggunakan
metode drill atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila
diberikan reinforcement, dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari
beberapa hal seperti; tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik siswa,
media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia. Pembelajaran yang dirancang dan
dilaksanakan berpijak pada teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan adalah
obyektif, pasti, tetap, tidak berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi,
sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah
memindahkan pengetahuan ke orang yang belajar atau siswa. Siswa diharapkan akan
memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan. Artinya, apa
yang dipahami oleh pengajar atau guru itulah yang harus dipahami oleh murid.

7
Asfar, A. M. I. T., Asfar, A. M. I. A., & Halamury, M. F. (2019). Teori Behaviorisme. Makasar: Program
Doktoral Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Makassar.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Menurut pendekatan behavioristik, belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan
tingkah laku dan yang relatif bertahan lama yang dapat diamati sebagai hasil dari pengalaman
dengan lingkungan.Terdapat empat prinsip filosofis utama dalam pengembangan teori ini
yaitu: Manusia adalah binatang yang sangat berkembang dan manusia belajar dengan cara
yang sama seperti yang telah dilakukan oleh binatang lainnya.

Pendidikan merupakan proses perubahan perilaku sedangkan peran guru adalah


menciptakan lingkungan pembelajaran yang efektif; efisiensi, ekonomi, ketepatan dan
obyektivitas merupakan perhatian utama dalam Pendidikan. Dengan kata lain, belajar
merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah
laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi stimulus dan respon.Stimulus adalah apa
saja yang diberikan guru kepada siswanya misalnya alat perkalian, alat peraga, pedoman
kerja atau cara-cara tertentu untuk membantu belajar siswa, sedangkan respon adalah reaksi
atau tanggapan siswa terhadap stimulus yang diberikan guru tersebut.

Kesimpulan dari pembahasan makalah ini adalah bahwa teori perkembangan


behavioristik menekankan peran penting lingkungan dan pembentukan perilaku individu
dalam perkembangan mereka. Selama tahun pertama kehidupan, dasar-dasar perkembangan
yang kritis terbentuk, dan masa bayi menjadi waktu kritis di mana individu belajar sikap
percaya atau tidak percaya terhadap dunia mereka, tergantung pada pemenuhan kebutuhan
dasar mereka oleh orang tua. Pola perkembangan awal cenderung mapan, tetapi bisa berubah
dengan bantuan, pengaruh positif dari individu yang dihargai, atau motivasi dari individu itu
sendiri.

Selain itu, aplikasi teori belajar behavioristik dalam konteks pembelajaran siswa
menekankan pada pembentukan tingkah laku yang diinginkan melalui berbagai teknik seperti
penguatan, ekstingsi, dan satiasi. Di sekolah, pembelajaran tidak hanya mencakup respons
sederhana, tetapi juga tingkah laku kompleks yang dapat diajarkan melalui proses "shaping"
atau "successive approximations." Prinsip-prinsip ini memberikan landasan bagi
pengembangan teori dan praktek pendidikan, dengan fokus pada perolehan pengetahuan yang
terstruktur dan mengukur secara obyektif. Dengan pemahaman ini, pengajar dapat merancang
pengalaman pembelajaran yang lebih efektif sesuai dengan karakteristik siswa dan materi
pelajaran yang diajarkan.
DAFTAR PUSTAKA
Anam S, Mohammad, and Wasis D Dwiyogo, ‘Teori Belajar Behavioristik DAnam S, M., & Dwiyogo, W.
D. (2019). Teori Belajar Behavioristik Dan Implikasinya Dalam Pembelajaran. Universitas Negeri
Malang, 2.an Implikasinya Dalam Pembelajaran’, Universitas Negeri Malang, 2019, 2
Latifah, Sinta Nailul, Abdillah Mahbubi, and M Yunus Abu Bakar, ‘Analisis Cara Belajar Menurut
Madzhab Teori Belajar Modern’, 4.1 (2023), 41–67
Mustofa, Ghulamul, ‘Teori Contiguity Edwin Ray Guthrie (Teori Belajar Aliran Behavioristik
Contiguous Conditioning Dan Penerapannya Dalam Pembelajaran Pai Di Sekolah)’, Jurnal
Pengabdian Kepada Masyarakat, 2.2 (2022), 49–66
Anam S, M., & Dwiyogo, W. D. (2019). Teori Belajar Behavioristik Dan Implikasinya Dalam
Pembelajaran. Universitas Negeri Malang, 2.
Rahmat Rahmat. (2016). LIBERALISME DALAM PENDIDIKAN ISLAM (Implikasinya Terhadap Sistem
Pembelajaran Agama Islam Di Sekolah). Nidhomul Haq, 1(2), 70–88.

Asfar, A. M. irfan T. A. & andi muhammad iqbal. (2019). TEORI BEHAVIORISME (Theory of
Behaviorism ). Researchgate, February, 0–32. https://doi.org/10.13140/RG.2.2.34507.44324

Anda mungkin juga menyukai