Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

MENGEMBANGKAN CONTOH PEMBELAJARAN YANG BERPIJAK


PADA TEORI BELAJAR BEHAVIORISME

(Makalah ini diajukan sebagai tugas mata kuliah Belajar dan Pembelajaran)

Disusun Oleh : Kelompok 6


Ahmad Feriadi (NIM 06031282227042)
Atiqa Sari (NIM 06031282227034)
Edwan Rifaldo (NIM 06031282227036)
Miftahul Jannah (NIM 06031382227082)
Nur Efisra Kautsar (NIM 06031282227054)
Rofidah (NIM 06031282227055)
Vevi Haryanti (NIM 06031282227037)

Dosen Pengampu :
Dr. Dwi Hasmidyani, M.Si.
Dewi Pratita, S.Pd., M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2022/2023
BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
MENGEMBANGKAN CONTOH PEMBELAJARAN YANG BERPIJAK
PADA TEORI BELAJAR BEHAVIORISME

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Shalawat
dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad
SAW.

Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Dwi
Hasmidyani, M.Si. dan Ibu Dewi Pratita, S.Pd., M.Pd. selaku Dosen Pengampu
mata kuliah Belajar dan Pembelajaran yang telah membimbing kami dalam
pengerjaan tugas makalah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
teman-teman yang selalu setia membantu dalam hal mengumpulkan data-data
untuk pembuatan makalah ini. Dalam makalah ini penulis menjelaskan tentang
“Mengembangkan Contoh Pembelajaran yang Berpijak pada Teori Belajar
Behaviorisme”.

Penulis berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan


wawasan para pembaca. Penulis yakin masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman. Untuk
itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini. Dengan kritik dan saran, penulis berharap
supaya dapat menyempurnakan makalah ini lebih baik lagi.

Indralaya, Maret 2023

Kelompok 6

ii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................2
1.3 Tujuan dan Manfaat ..........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................3


2.1 Pengertian Model Teori Belajar Behaviorisme .................................................3
2.2 Penerapan Model Teori Belajar Behaviorisme dalam Pembelajaran................4
2.3 Kelebihan dari Penerapan Model Teori Belajar Behaviorisme ........................7
2.4 Kelemahan dari Penerapan Model Teori Belajar Behaviorisme .......................8

BAB III PENUTUP ..............................................................................................10


3.1 Kesimpulan .....................................................................................................10
3.2 Saran ...............................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Belajar merupakan kegiatan seseorang untuk melakukan aktivitas
belajar. Menurut Piaget belajar adalah aktivitas peserta didik bila ia
berinteraksi dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisiknya. Menurut
pandangan psikologi behavioristik merupakan akibat adanya interaksi antara
stimulus dan respon. Seseorang yang telah selesai melakukan proses belajar
akan menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini yang terpenting
dalam belajar adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa
respon.
Jika ditinjau dari konsep atau teori, teori behavioristik ini tentu berbeda
dengan teori yang lain. Hal ini dapat kita lihat dalam pembelajaran sehari-
hari dikelas. Ada berbagai asumsi atau pandangan yang muncul tentang teori
behaviorisme. Teori behaviorisme memandang bahwa belajar adalah
mengubah tingkah laku peserta didik dari yang tidak bisa menjadi bisa, dari
yang tidak mengerti menjadi mengerti, dan tugas guru adalah mengontrol
stimulus dan lingkungan belajar agar perubahan mendekati tujuan yang
diinginkan, dan guru memberikan reward yang bisa berupa hadiah kepada
peserta didik yang telah mampu memperlihatkan perubahan bermakna
sedangkan punishment yang berupa hukuman diberikan kepada peserta didik
yang tidak mampu memperlihatkan perubahan bermakna.
Oleh karena itu, dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Belajar dan
Pembelajaran kelompok kami telah menyusun makalah yang berjudul
Mengembangkan Contoh Pembelajaran yang Berpijak pada Teori Belajar
Behaviorisme yang juga dilatar belakangi oleh rasa ingin tahu kami yang
ingin mengetahui lebih lanjut dan terperinci tentang teori behaviorisme dan
diharapkan tidak lagi muncul asumsi yang berupa kekeliruan tentang teori
belajar behaviorisme tersebut, sehingga pembaca memang benar-benar
mengerti apa dan bagaimana teori belajar behaviorisme itu.

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah dalam makalah ini
adalah :
1. Apakah pengertian dari model teori belajar behaviorisme?
2. Bagaimana penerapan dari model teori belajar behaviorisme dalam
pembelajaran?
3. Apa saja kelebihan dari penerapan model teori belajar behaviorisme?
4. Apa saja kelemahan dari penerapan model teori belajar behaviorisme?

1.3 Tujuan dan Manfaat


Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan dan manfaat dalam
makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian dari model teori belajar
behaviorisme.
2. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana penerapan dari model teori
belajar behaviorisme dalam pembelajaran.
3. Untuk mengetahui dan memahami kelebihan dari penerapan model teori
belajar behaviorisme.
4. Untuk mengetahui dan memahami kelemahan dari penerapan model teori
belajar behaviorisme.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Model Teori Belajar Behaviorisme


Teori belajar behavioristik atau behaviorisme merupakan sebuah teori
yang mempelajari tingkah laku atau perilaku dari manusia. Menurut Desmita
(2009 : 44) teori belajar behavioristik merupakan teori belajar yang
memahami tingkah laku manusia dengan menggunakan pendekatan objektif,
mekanistik, dan materialistik, sehingga perubahan tingkah laku pada diri
seseorang dapat dilakukan melalui upaya pengkondisian. Dengan kata lain,
mempelajari tingkah laku seseorang seharusnya dilakukan melalui pengujian
dan pengamatan atas tingkah laku yang terlihat, bukan dengan mengamati
kegiatan bagian-bagian dalam tubuh. Teori ini merupakan salah satu diantara
sekian banyak teori belajar yang memiliki sumbangsih besar kaitannya
dengan belajar yang mengutamakan pengamatan, sebab pengamatan
merupakan suatu hal yang penting untuk melihat terjadi atau tidaknya
perubahan tingkah laku tersebut dan dalam pelaksanaannya, pembelajaran
teori behaviorisme lebih menekankan pada aspek penguatan atau
reinforcement. Menurut Rusuli dalam (Husamah dkk, 2018) teori belajar
behavioristik semuanya itu timbul setelah manusia mengalami kontak dengan
alam dan lingkungan sosial-budayanya dalam proses pendidikan. Maka
individu akan menjadi sosok yang pintar, terampil, dan mempunyai sifat
abstrak lainnya tergantung pada apakah dan bagaimana cara individu belajar
dengan lingkungannya. Teori belajar behavioristik atau behaviorisme
memiliki ciri-ciri yang spesifik menurut Rusuli dalam (Husamah dkk, 2018)
diantaranya, yaitu sebagai berikut.
a. Mementingkan faktor lingkungan;
b. Perkembangan tingkah laku seseorang itu tergantung pada belajar;
c. Menekankan pada faktor bagian (elemen-elemen dan tidak secara
keseluruhan);
d. Sifatnya mekanis atau mementingkan reaksi kebiasaan-kebiasaan, dan

3
e. Mementingkan masa lalu atau bertinjauan pada aspek historis artinya
segala tingkah lakunya terbentuk karena pengalaman dan latihan.
Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon
(Slavin, 2000). Seseorang dianggap telah belajar apabila dapat menunjukkan
perubahan tingkah laku atau perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar hal
yang terpenting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa
respon. Stimulus adalah sesuatu yang diberikan oleh guru kepada peserta
didik, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan dari peserta didik
terhadap stimulus yang diberikan oleh guru. Proses yang terjadi antara
stimulus dan respon dapat dikatakan sebagai suatu hal yang tidak penting
untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang
dapat diamati hanyalah stimulus dan respon. Oleh karena itu, apa yang
diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh peserta didik
(respon) harus dapat diamati dan diukur (Putrayasa, 2013 : 42).
Teori belajar behavioristik menekankan pada kajian ilmiah mengenai
berbagai respon perilaku yang dapat diamati dan penentu lingkungannya.
Dengan kata lain, perilaku memusatkan pada interaksi dengan lingkungannya
yang dapat dilihat dan diukur. Prinsip-prinsip perilaku diterapkan secara luas
untuk membantu orang-orang mengubah perilakunya ke arah yang lebih baik
(King, 2010 : 15). Teori belajar behaviorisme adalah teori belajar yang
menekankan pada tingkah laku manusia sebagai akibat dari interaksi antara
stimulus dan respon. Teori belajar behaviorisme berpengaruh terhadap
pengembangan teori pendidikan dan pembelajaran yang dikenal dengan aliran
behavioristik. Aliran behavioristik menekankan pada terbentuknya tingkah
laku yang tampak sebagai hasil belajar.

2.2 Penerapan Teori Belajar Behaviorisme dalam Pembelajaran


Aliran psikologi belajar yang memberikan kontribusi besar terhadap
arah pengembangan teori dan praktik pembelajaran hingga kini adalah aliran
teori belajar behaviorisme. Teori belajar behaviorisme ini menekankan pada

4
terbentuknya tingkah laku yang tampak sebagai hasil belajar pada peserta
didik.
Teori belajar behaviorisme yang menekankan adanya hubungan antara
stimulus dengan respon memiliki arti penting bagi peserta didik untuk meraih
keberhasilan dalam belajar. Penerapannya adalah seorang guru hendaknya
banyak memberikan rangsangan atau stimulus kepada peserta didik dalam
pembelajaran sehingga peserta didik dapat merespon secara positif apalagi
ketika didukung dengan adanya reward yang berupa hadiah dan berfungsi
sebagai penguatan atau reinforcement terhadap respon yang telah ditunjukkan
oleh peserta didik.
Menurut Mukinan dalam (Irwan, 2015), mengemukakan bahwa dalam
pembelajaran terdapat beberapa prinsip umum yang harus diperhatikan
berdasarkan teori belajar behaviorisme ini, antara lain :
1. Belajar adalah perubahan tingkah laku. Seorang peserta didik dikatakan
telah belajar jika peserta didik tersebut menunjukkan perubahan tingkah
laku.
2. Dalam belajar diperlukan adanya stimulus dan respon.
3. Dibutuhkan reinforcement (penguatan) dalam pembelajaran karena
penguatan merupakan faktor yang dapat menguatkan timbulnya respon.
Sebuah respon akan semakin kuat apabila penguatan baik dalam bentuk
positif dan negatif ditambah.
Penerapan teori belajar behaviorisme dalam pembelajaran agar tercapai
tujuan secara maksimal, terdapat dua hal yang perlu dipersiapkan oleh guru,
yaitu sebagai berikut.
1. Menganalisis kemampuan awal dan karakteristik peserta didik, agar
peserta didik memiliki sejumlah kompetensi sebagaimana yang telah
ditetapkan dalam standar kompetensi dasar, maka perlu kiranya agar
dianalisis kemampuan awal dan karakteristiknya karena akan ada beberapa
manfaat yang diperoleh oleh guru jika melaksanakan hal tersebut, antara
lain :

5
a. Guru akan memperoleh gambaran yang detail mengenai kemampuan
awal seorang peserta didik yang nantinya akan berfungsi sebagai
prasyarat bagi bahan baru yang akan disampaikan.
b. Guru akan mendapatkan gambaran dan jenis pengalaman yang telah
dimiliki peserta didik, sehingga dapat memberikan bahan yang lebih
relevan dan mudah dipahami oleh peserta didik.
c. Guru dapat mengetahui sosial-budaya dari peserta didik termasuk latar
belakang keluarga, ekonomi, dan lain sebagainya.
d. Guru dapat mengetahui kebutuhan dari peserta didik, mengetahui
tingkat pertumbuhan dan perkembangan peserta didik, serta mengetahui
tingkat penguasaan yang sebelumnya telah diperoleh oleh peserta didik.
2. Merencanakan materi pembelajaran yang akan diajarkan kepada peserta
didik, untuk dapat memberikan layanan pembelajaran kepada semua
kelompok peserta didik, guru setidaknya menggunakan dua pendekatan,
yaitu :
a. Peserta didik menyesuaikan diri terhadap materi pembelajaran yang
akan diberikan dengan cara guru memberikan sebuah test dan
pengelompokan (test dilakukan sebelum anak mengikuti pembelajaran).
b. Materi pembelajaran disesuaikan dengan keadaan peserta didik.
Kemudian, atas dasar hasil analisis kemampuan awal peserta didik
melalui test tersebut, guru dapat menganalisis tingkat persentase
penguasaan materi pembelajaran dengan membaginya menjadi dua
yaitu, sebagian peserta didik yang sudah paham dan sebagian peserta
didik yang belum paham terkait materi pembelajaran. Selanjutnya,
rencana strategis yang dapat dilakukan oleh guru terkait masalah
tersebut yaitu, bagi peserta didik yang sudah mengetahui materi, maka
bisa dilakukan pembelajaran dalam bentuk ko-kurikuler yaitu, peserta
didik diminta untuk menelaah dan membahas secara kelompok dan
mempersentasikan hasilnya. Sedangkan bagi peserta didik yang belum
mengetahui materi, maka guru hendaknya menjelaskan sepenuhnya
kepada pesera didik di dalam kelas.

6
Adapun penerapan lain yang bisa dilakukan dalam teori belajar
behaviorisme ini yaitu, dengan mengindentifikasi tujuan pembelajaran,
melakukan analisis pembelajaran, mengidentifikasi karakteristik dan
kemampuan awal peserta didik, menentukan indikator keberhasilan belajar,
mengembangkan bahan ajar, mengembangkan strategi pembelajaran yang
akan digunakan, mengamati stimulus yang mungkin bisa diberikan kepada
peserta didik seperti latihan, tugas atau kuis, mengamati dan menganalisis
respon peserta didik, memberikan penguatan (reinforcement) baik penguatan
secara positif maupun negatif, dan yang terakhir merevisi kegiatan
pembelajaran.
Dengan demikian, dapat dipahami bahwa penerapan dari teori belajar
behaviorisme adalah mementingkan adanya pengaruh lingkungan karena
terbentuknya hasil belajar atas dasar adanya reaksi/respon yang ditunjukkan
oleh peserta didik. Penerapan teori ini, menuntut guru agar menganalisis
kemampuan awal dan karakteristik dari peserta didik kemudian
merencanakan materi pembelajaran yang akan diajarkan kepada peserta didik.

2.3 Kelebihan dari Penerapan Model Teori Belajar Behaviorisme


Dalam penerapan model teori belajar behaviorisme terdapat beberapa
kelebihan. Berikut ini adalah kelebihan dari penerapan model teori belajar
behaviorisme.
1. Membiasakan guru untuk bersikap jeli dan peka terhadap situasi dan
kondisi belajar pada peserta didik.
2. Guru tidak membiasakan untuk memberikan penjelasan mengenai materi
pembelajaran, sehingga peserta didik dibiasakan untuk belajar mandiri.
Jika peserta didik menemukan kesulitan atau kesusahan, diperkenankan
untuk mengajukan pertanyaan kepada guru yang bersangkutan.
3. Mampu membentuk suatu tingkah laku yang diinginkan sehingga
mendapatkan pengakuan positif dan tingkah laku yang kurang sesuai akan
mendapatkan pengakuan negatif yang didasari pada perilaku yang tampak.

7
4. Dengan melalui pengulangan dan pelatihan yang berkesinambungan, dapat
mengoptimalkan bakat dan kecerdasan dari peserta didik yang sudah
terbentuk sebelumnya. Sehingga, jika peserta didik sudah mahir dalam
satu bidang tertentu, akan lebih dapat dikuatkan lagi dengan pembiasaan
dan pengulangan yang berkesinambungan tersebut dan lebih optimal.
5. Bahan pelajaran yang telah disusun secara hierarkis dari yang sederhana
sampai pada yang kompleks dengan tujuan pembelajaran dibagi dalam
bagian‐bagian kecil yang ditandai dengan pencapaian suatu keterampilan
tertentu mampu menghasilkan suatu tingkah laku yang konsisten terhadap
bidang tertentu.
6. Dapat mengganti stimulus yang satu dengan stimulus yang lainnya dan
seterusnya sampai respon peserta didik yang diinginkan muncul.
7. Cocok untuk memperoleh kemampuan yang membutuhkan praktik dan
pembiasaan yang mengandung unsur‐unsur kecepatan, spontanitas, dan
daya tahan. Contohnya, seperti percakapan dengan menggunakan bahasa
asing, menari, mengetik, berenang, berolahraga, dan lain sebagainya.
8. Cocok diterapakan untuk peserta didik yang masih membutuhkan
dominasi peran dari orang dewasa atau orang tua, suka mengulangi, dan
harus dibiasakan, suka meniru, dan suka dengan bentuk‐bentuk
penghargaan langsung seperti diberi hadiah atau pujian.

2.4 Kelemahan dari Penerapan Model Teori Belajar Behaviorisme


Selain memiliki kelebihan, dalam penerapan model teori belajar
behaviorisme juga terdapat beberapa kelemahan. Berikut ini adalah
kelemahan dari penerapan model teori belajar behaviorisme.
1. Dalam pandangan behaviorisme, berpikir hanyalah kumpulan berbagai
stimulus dan respon yang memiliki keterkaitan satu dengan lainnya yang
tidak lebih dari sekedar pembicaraan dalam diri individu. Pernyataan
tersebut sudah jelas bahwa kaum behaviorisme hanya beranggapan jika
proses belajar merupakan suatu proses yang dapat diamati, padahal

8
sebenarnya proses belajar terjadi pada internal individu dan sementara
yang nampak di luar hanyalah sebagian gejalanya.
2. Proses belajar dianggap sebagai sesuatu yang bersifat otomatis-mekanis,
sehingga terkesan menjadikan manusia bagaikan robot yang harus selalu
merespon setiap kali diberi rangsangan atau stimulus. Padahal setiap
peserta didik mempunyai kendali atas dirinya sendiri, kebebasan, dan
pilihan dalam bertingkah laku, sehingga wajar jika terkadang peserta didik
tidak berkeinginan untuk merespon suatu stimulus yang diberikan. Dalam
teori belajar ini peserta didik dianggap pasif, sementara guru akan bersikap
otoriter dan sebagai sumber pengetahuan.
3. Proses belajar yang ditawarkan merupakan hasil eksperimen terhadap
hewan, yang tentunya kapasitas hewan jauh berbeda dengan kapasitas
manusia yang dibekali akal oleh Tuhan Yang Maha Esa.
4. Selalu menyederhanakan hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan dan
atau belajar sekedar pada hubungan stimulus dan respon saja serta tidak
mampu menjelaskan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam
hubungan stimulus dan respon itu sendiri.
5. Kurang mampu menjelaskan tentang adanya variasi tingkat emosi peserta
didik, meskipun mereka memiki pengalaman penguatan yang sama.
6. Tidak dapat menjelaskan mengapa dua anak yang mempunyai kemampuan
dan pengalaman penguatan yang relatif sama ternyata tingkah lakunya
terhadap suatu pelajaran berbeda, juga dalam memilih tugas sangat
berbeda tingkat kesulitannya.
7. Hanya mengakui adanya stimulus dan respon yang dapat diamati, dan
tidak memperhatikan keberadaan pengaruh pikiran ataupun perasaan yang
mempertemukan unsur-unsur yang diamati.
8. Tidak mementingkan pikiran dan cenderung mengarahkan peserta didik
untuk berpikir secara linier, konvergen, tidak produktif, dan tidak kreatif.
9. Membawa peserta didik menuju atau mencapai target tertentu serta
menjadikan peserta didik tidak bebas untuk berkreasi dan berimajinasi.
10. Tidak mampu menjelaskan situasi belajar yang kompleks.

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Teori belajar behaviorisme adalah teori belajar yang menekankan pada
tingkah laku manusia sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan
respon. Teori belajar behaviorisme berpengaruh terhadap pengembangan
teori pendidikan dan pembelajaran yang dikenal dengan aliran
behavioristik.
2. Penerapan dari teori belajar behaviorisme adalah mementingkan adanya
pengaruh lingkungan karena terbentuknya hasil belajar atas dasar adanya
reaksi/respon yang ditunjukkan oleh peserta didik. Penerapan teori ini,
menuntut guru agar menganalisis kemampuan awal dan karakteristik dari
peserta didik kemudian merencanakan materi pembelajaran yang akan
diajarkan kepada peserta didik.
3. Dalam penerapan model teori belajar behaviorisme terdapat beberapa
kelebihan, salah satunya ialah cocok diterapakan untuk peserta didik yang
masih membutuhkan dominasi peran dari orang dewasa atau orang tua,
suka mengulangi, dan harus dibiasakan, suka meniru, dan suka dengan
bentuk‐bentuk penghargaan langsung seperti diberi hadiah atau pujian.
4. Selain memiliki kelebihan, dalam penerapan model teori belajar
behaviorisme juga terdapat beberapa kelemahan, salah satunya ialah
proses belajar dianggap sebagai sesuatu yang bersifat otomatis-mekanis,
sehingga terkesan menjadikan manusia bagaikan robot yang harus selalu
merespon setiap kali diberi rangsangan atau stimulus. Padahal setiap
peserta didik mempunyai kendali atas dirinya sendiri, kebebasan, dan
pilihan dalam bertingkah laku, sehingga wajar jika terkadang peserta didik
tidak berkeinginan untuk merespon suatu stimulus yang diberikan. Dalam
teori belajar ini peserta didik dianggap pasif, sementara guru akan bersikap
otoriter dan sebagai sumber pengetahuan.

10
3.2 Saran
1. Penulis menyarankan apabila seorang guru menerapkan model teori belajar
behaviorisme dalam proses pembelajarannya, diharapkan mampu untuk
mengimplementasikan dan memberikan suatu stimulus dengan baik supaya
dapat menarik perhatian dan minat dari peserta didik, sehingga peserta
didik dapat memberikan respon yang sesuai dengan yang diinginkan oleh
seorang guru.
2. Penulis menyarankan kepada pembaca khususnya mahasiswa setelah
membaca makalah ini diharapkan mahasiswa dapat memahami betapa
pentingnya mempelajari model teori belajar behaviorisme beserta dengan
penerapan, kelebihan, dan kelemahannya untuk menambah pengetahuan
dan wawasan.
3. Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak kekurangan
dalam pembuatannya dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan
pengalaman. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dalam pembuatan makalah dikemudian hari.

11
DAFTAR PUSTAKA

Abdurakhman, Omon., dan Radif Khotamir Rusli. 2017. Teori Belajar dan
Pembelajaran. Didaktika Tauhidi : Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar,
2 (1), 1-28. doi:10.30997/dt.v2i1.302. https://ojs.unida.ac.id.

Abidin, A. Mustika. 2022. Penerapan Teori Belajar Behaviorisme dalam


Pembelajaran (Studi Pada Anak). An-Nisa’ (Jurnal Studi Gender dan
Anak), 15 (1), 1-8. doi:10.30863/annisa.v14i1.3315. https://jurnal.iain-
bone.ac.id.

Djamaluddin, Ahdar., dan Wardana. 2019. Belajar dan Pembelajararan : 4 Pilar


Peningkatan Kompetensi Pedagogis. Sulawesi Selatan : CV Kaaffah
Learning Center.

Nahar, Novi Irwan. 2016. Penerapan Teori Belajar Behavioristik dalam Proses
Pembelajaran. Nusantara (Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial), 1 (1), 64-74.
doi:10.31604/jips.v1i1.2016. https://jurnal.um-tapsel.ac.id.

Rusuli, Izzatur. 2014. Refleksi Teori Belajar Behavioristik dalam Perspektif


Islam. Jurnal Pencerahan, 8 (1), 38-54. doi:10.13170/jp.8.1.2041.
https://jurnal.usk.ac.id.

Setiawan, M. Andi. 2017. Belajar dan Pembelajaran. Ponorogo : Uwais Inspirasi


Indonesia.

Shahbana, Elvia Baby., dkk. 2020. Implementasi Teori Belajar Behavioristik


dalam Pembelajaran. Jurnal Serunai Administrasi Pendidikan, 9 (1), 24-33.
doi:10.37755/jsap.v9i1.249. https://ejournal.stkipbudidaya.ac.id.

12

Anda mungkin juga menyukai