Anda di halaman 1dari 12

PARADIGMA DAN TEORI BELAJAR BEHAVORISME

MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Psikologi Pendidikan
Dosen Pengampu Mata kuliah: Dewi Nur Aini M. Pd

OLEH:
BAYU FIRMANSYAH
DELTA RISA
AMIRUL HIDAYAT
SINTA NURIYAH

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT) AL-HIKMAH


BUMI AGUNG - WAY KANAN
2024

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
"Paradigma Dan Teori Belajar Behavorisme ". Makalah ini disusun sebagai salah
satu tugas dalam mata kuliah Psikologi Pendidikan. Dalam makalah ini membahas
tentang pengertian behaviorisme, paradigma belajar behaviorisme, implikasi
paradigma behaviorisme terhadap proses pembelajaran dan kelebihan &
kekurangan teori belajar behaviorisme.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah


membantu dalam penulisan makalah ini, serta kepada semua pembaca yang telah
menyempatkan waktu untuk membaca dan memahami isi makalah ini. Semoga
makalah ini dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang paradigma dan
teori belajar behavorisme dan nantinya dapat meningkatkan pengetahuan kita.

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian makalah ini.

Way kanan, 25 februari 2024

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ................................................................................. i


KATA PENGANTAR .................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1


A. Latar Belakang ....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................. 1
C. Tujuan Penelitian ................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................... 2


A. Paradigma dan Teori Belajar Behaviorisme .......................... 2
1. Pengertian Behaviorisme ................................................. 2
2. Paradigma Belajar Behaviorisme ..................................... 3
3. Implikasi Paradigma Behaviorisme Terhadap
Proses Pembelajaran ........................................................ 5
4. Kelebihan & Kekurangan Teori Belajar Behaviorisme ... 6-7

BAB III PENUTUP ............................................................................... 8


A. Kesimpulan .................................................................................. 8
B. Saran ............................................................................................. 8
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 9

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah


Sejak zaman klasik hingga era kontemporer, paradigma dan teori belajar
telah menjadi landasan utama dalam pemahaman proses pembelajaran manusia.
Salah satu paradigma yang telah mengalami evolusi yang signifikan adalah
behaviorisme. Behaviorisme, yang lahir pada awal abad ke-20 melalui kontribusi
tokoh seperti Ivan Pavlov, John B. Watson, dan B.F. Skinner, menempatkan
penekanan pada perilaku yang dapat diamati dan diukur sebagai indikator utama
dari proses belajar.

Meskipun behaviorisme telah memberikan kontribusi besar dalam menggali


prinsip-prinsip belajar yang konsisten dan terukur, perkembangan paradigma dan
teori belajar lebih lanjut telah menantang dan mengubah cara kita memandang
proses pembelajaran manusia. Konteks pendidikan modern yang semakin kompleks
dan berkembang pesat menuntut pemahaman yang lebih dalam tentang dinamika
belajar, termasuk faktor-faktor psikologis, kognitif, dan sosial yang turut
memengaruhi. Dengan demikian, latar belakang ini menggarisbawahi perlunya
peninjauan kembali paradigma dan teori belajar behaviorisme dalam konteks
pembelajaran modern untuk meningkatkan pemahaman kita tentang proses
pembelajaran manusia.

B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian behaviorisme?
2. Bagaimana paradigma belajar behaviorisme?
3. Bagaimana implikasi paradigma behaviorisme terhadap proses pembelajaran?
4. Apa kelebihan & kekurangan teori belajar behaviorisme?
C. Tujuan
1. Untuk menjelaskan pengertian pengertian behaviorisme.
2. Untuk mengetahui paradigma belajar behaviorisme.
3. Untuk mengetahui implikasi paradigma behaviorisme terhadap proses
pembelajaran.
4. Untuk menjelaskan kelebihan & kekurangan teori belajar behaviorisme.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Paradigma dan Teori Belajar Behaviorisme

1. Pengertian Behaviorisme

Teori behaviorisme adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari


adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar merupakan
bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah
laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi stimulus dan respon. Seseorang
dianggap telah belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan perubahan tingkah laku.
Sebagai contoh, anak belum dapat berhitung perkalian. Walaupun ia sudah
berusaha giat, dan gurunya sudah mengajarkannya dengan tekun, namun jika anak
tersebut belum dapat mempraktekkan perhitungan perkalian, maka ia belum
dianggap belajar. Karena ia belum dapat menunjukan perubahan perilaku sebagai
hasil belajar.

Asumsi dasar mengenai tingkah laku menurut teori ini adalah bahwa
tingkah laku sepenuhnya ditentukan oleh aturan, bisa diramalkan, dan bisa
ditentukan. Menurut teori ini, seseorang terlibat dalam tingkah laku tertentu karena
mereka telah mempelajarinya, melalui pengalaman-pengalaman terdahulu,
menghubungkan tingkah laku tersebut dengan hadiah. Seseorang menghentikan
suatu tingkah laku, mungkin karena tingkah laku tersebut belum diberi hadiah atau
telah mendapat hukuman. Karena semua tingkah laku yang baik bermanfaat
ataupun yang merusak, merupakan tingkah laku yang dipelajari.1

Pendekatan psikologi ini mengutamakan pengamatan tingkah laku dalam


mempelajari individu dan bukan mengamati bagian dalam tubuh atau mencermati
penilaian orang tentang penasarannya. Behaviorisme menginginkan psikologi
sebagai pengetahuan yang ilmiah, yang dapat diamati secara obyektif. Data yang
didapat dari observasi diri dan intropeksi diri dianggap tidak obyektif. Jika ingin

1
Eni Fariyatul Fahyuni,”Istikomah. Psikologi Belajar & Mengajar. Sidoarjo”, Nizamia
Learning Center, 2016, hlm:26- 27.

2
menelaah kejiwaan manusia, amatilah perilaku yang muncul, maka akan
memperoleh data yang dapat dipertanggungjawabkan keilmiahannya. 2

2. Paradigma Belajar Behaviorisme

Paradigma belajar behaviorisme adalah pendekatan teori belajar yang


menekankan perubahan tingkah laku sebagai hasil dari proses belajar. Teori ini
fokus pada stimulus, respons, dan pengkondisian dalam pembentukan perilaku.
Beberapa ciri teori behaviorisme meliputi penekanan pada perubahan perilaku yang
dapat diamati, diukur, dan dinilai secara konkret. Teori ini juga menekankan kontrol
belajar dari luar siswa dan pentingnya ketaatan pada aturan sebagai penentu
keberhasilan belajar.

Dalam penerapan teori behaviorisme dalam pembelajaran, terdapat


langkah-langkah seperti mengidentifikasi tujuan pembelajaran, menganalisis
pembelajaran, mengidentifikasi karakteristik pembelajar, menentukan indikator
keberhasilan, mengembangkan bahan ajar dan strategi pembelajaran. Meskipun
teori behaviorisme memiliki kelebihan seperti mendorong latihan dan praktik yang
memuat unsur kecepatan, spontanitas, dan daya tahan serta memudahkan
pencapaian target tertentu dalam pembelajaran, namun terdapat juga kelemahan
seperti pembelajaran yang berpusat pada guru dan bersifat mekanistik.

Behaviorisme merupakan salah satu aliran psikologi yang meyakini bahwa


untuk mengkaji perilaku individu harus dilakukan terhadap setiap aktivitas individu
yang dapat diamati, bukan pada peristiwa hipotetis yang terjadi dalam diri individu.
Oleh karena itu, penganut aliran behaviorisme menolak keras adanya aspek-aspek
kesadaran atau mentalitas dalam individu. Pandangan ini sebetulnya sudah
berlangsung lama sejak jaman Yunani Kuno, ketika psikologi masih dianggap
bagian dari kajian filsafat. Namun kelahiran behaviorisme sebagai aliran psikologi
formal diawali oleh J.B. Watson pada tahun 1913 yang menganggap psikologi
sebagai bagian dari ilmu kealaman yang eksperimental dan obyektif. 3

2
Desmita,“Psikologi Perkembangan Peserta Didik”,Bandung. Remaja Rosdakarya, 2011,
hlm:44- 45 .
3
C. Asri Budiningsih,” Belajar dan Pembelajaran”, Jakarta: Penerbit Rineka Cipta, 2022
hal 26.

3
Berikut ini adalah beberapa poin kunci yang merangkum paradigma belajar
behaviorisme:

1) Fokus pada Perilaku Teramati: Behaviorisme menekankan bahwa perilaku


yang dapat diamati secara langsung adalah objek utama dalam studi belajar. Hal
ini berarti bahwa reaksi yang terlihat dari stimulus eksternal menjadi fokus
utama dalam menganalisis proses pembelajaran.
2) Pentingnya Stimulus dan Respons: Teori ini menegaskan bahwa hubungan
antara stimulus (pemicu) dan respons (reaksi) merupakan dasar dari
pembelajaran. Contohnya adalah kondisi klasik Pavlov di mana anjing
merespons lonceng dengan mengeluarkan air liur setelah terjadi asosiasi antara
lonceng dengan makanan.
3) Asosiasi dan Penguatan: Behaviorisme menekankan peran penting asosiasi
antara stimulus dan respons dalam pembentukan perilaku. Proses asosiasi ini
diperkuat melalui penguatan (reward) atau hukuman (punishment), yang
memengaruhi kemungkinan terulangnya respons di masa depan.
4) Proses Pembelajaran Secara Bertahap: Menurut teori ini, pembelajaran
adalah hasil dari proses akumulasi asosiasi antara stimulus dan respons. Perilaku
yang kompleks dapat dipecah menjadi rangkaian perilaku yang lebih sederhana,
yang kemudian diperkuat secara bertahap.
5) Pentingnya Lingkungan Eksternal: Lingkungan eksternal memainkan peran
kunci dalam membentuk perilaku. Behaviorisme menekankan bahwa
pengalaman belajar seseorang sangat dipengaruhi oleh kondisi eksternal seperti
rangsangan dari lingkungan fisik dan sosial.
6) Penggunaan Teknik Percobaan dan Pengamatan: Pendekatan behavioristik
sering melibatkan metode eksperimental yang sistematis dan pengamatan
perilaku yang terukur. Ini memungkinkan para peneliti untuk mengidentifikasi
pola-pola perilaku dan menguji efektivitas berbagai teknik pembelajaran.4

Siti Maghfhirah, “Pemikiran Behaviorisme Dalam Pendidikan”, Fakultas Ilmu Tarbiyah


4

Dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Vol. Vi, No. 2, 2019, Hlm.93-95.

4
Meskipun behaviorisme telah menjadi landasan penting dalam studi belajar
dan psikologi, pendekatan ini juga telah menghadapi kritik. Beberapa kritikus
menyoroti keterbatasan dalam menjelaskan aspek psikologis kompleks dari
pembelajaran manusia, seperti peran kognisi, emosi, dan motivasi. Namun
demikian, paradigma behaviorisme tetap memberikan kontribusi penting dalam
pemahaman kita tentang bagaimana pengalaman eksternal memengaruhi perilaku
manusia.

3. Implikasi Paradigma Behaviorisme Terhadap Proses Pembelajaran

Implikasi dari teori behaviorisme dalam proses pembelajaran adalah bahwa


kontrol belajar harus dipegang oleh sistem yang berada di luar diri siswa, dan
ketaatan pada aturan juga dianggap sebagai penentu keberhasilan belajar. Dalam
menerapkan teori behaviorisme dalam pembelajaran, perlu dilakukan membantu
tujuan pembelajaran, menganalisis pembelajaran, mengenali karakteristik dan
kemampuan awal pembelajar, menentukan indikator keberhasilan belajar,
mengembangkan bahan ajar, mengembangkan strategi pembelajaran, mengamati
stimulus yang mungkin bisa diberikan kepada pembelajar, mengamati dan
menganalisis respons pembelajar, memberikan dorongan baik positif maupun
negatif, dan merevisi kegiatan pembelajaran.
Namun perlu diingat bahwa teori behaviorisme hanya ingin mengetahui
bagaimana perilaku individu yang belajar dikendalikan oleh faktor-faktor
lingkungan, sehingga pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan berpijak pada
teori behaviorisme memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap,
tidak berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi, sehingga belajar adalah
perolehan pengetahuan. Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik
adalah faktor penguatan (reinforcement). Penguatan adalah apa saja yang dapat
memperkuat timbulnya respon. Bila penguatan ditambahkan (positive
reinforcement) maka respon akan semakin kuat, begitu juga bila penguatan
dikurangi (negative reinforcement) responpun akan tetap dikuatkan.5

5
Mohammad Syamsul Anam, Wasis D. Dwiyogo, “Teori Belajar Behavioristik Dan
Implikasinya Dalam Pembelajaran”, Universitas Negeri Malang, 2021, Hlm 1.

5
4. Kelebihan & Kekurangan Teori Belajar Behaviorisme.
Dalam proses teori pembelajaran behaviorisme memiliki kelebihan dan
kekurangan yang perlu dipertimbangkan, tentunya hal itu harus diperhatikan antara
lain:
a. Kelebihan teori belajar behaviorisme

1) Membisakan guru untuk bersikap jeli dan peka terhadap situasi dan kondisi
belajar.
2) Guru tidak membiasakan memberikan ceramah sehingga murid dibiasakan
belajar mandiri. Jika murid menemukan kesulitan baru ditanyakan pada
guru yang bersangkutan.
3) Mampu membentuk suatu prilaku yang diinginkan mendapatkan pengakuan
positif dan prilaku yang kurang sesuai mendapat penghargaan negative yang
didasari pada prilaku yang tampak.
4) Dengan melalui pengulangan dan pelatihan yang berkesinambungan, dapat
mengoptimalkan bakat dan kecerdasan siswa yang sudah terbentuk
sebelumnya. Jika anak sudha mahir dalam satu bidang tertentu, akan lebih
dapat dikuatkan lagi dengan pembiasaan dan pengulangan yang
berkesinambungan tersebut dan lebih optimal.
5) Bahan pelajaran yang telah disusun hierarkis dari yang sederhana sampai
pada yang kompleks dengan tujuan pembelajaran dibagi dalam bagian-
bagian kecil yang ditandai dengan pencapaian suatu ketrampilan tertentu
mampu menghasilakan suatu prilaku yang konsisten terhadap bidang
tertentu.6
6) Dapat mengganti stimulus yang satu dengan stimulus yang lainnya dan
seterusnya sampai respons yang diinginkan muncul.
7) Teori ini cocok untuk memperoleh kemampuan yang membutuhkan praktek
dan pembiasaan yang mengandung unsure-unsur kecepatan, spontanitas,
dan daya tahan.
8) Teori behavioristik juga cocok diterapakan untuk anak yang masih
membutuhkan dominasi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus

6
Ibid, hlm 3.

6
dibiasakan, suka meniru, dan suka dengan bentuk-bentuk penghargaan
langsung.
b. Kekurangan teori belajar behaviorisme
1) Sebuah konsekuensi untuk menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang
sudah siap.
2) Tidak setiap pelajaran dapat menggunakan metode ini.
3) Murid berperan sebagai pendengar dalam proses pembelajaran dan
menghafalkan apa di dengar dan di pandang sebagai cara belajar yang
efektif.
4) Penggunaan hukuman yang sangat dihindari oleh para tokoh behavioristik
justru dianggap sebagai metode yang paling efektif untuk menertibkan
siswa.
5) Murid dipandang pasif, perlu motifasi dari luar, dan sangat dipengaruhi oleh
penguatan yang diberikan oleh guru.
6) Murid hanya mendengarkan dengan tertib penjelsan dari guru dan
mendengarkan apa yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang
efektif sehingga inisiatf siswa terhadap suatu permasalahan yang muncul
secara temporer tidak bisa diselesaikan oleh siswa.
7) Cenderung mengarahakan siswa untuk berfikir linier, konvergen, tidak
kreatif, tidak produktif, dan menundukkan siswa sebagai individu yang
pasif.
8) Pembelajaran siswa yang berpusat pada guru (teacher cenceredlearning)
bersifat mekanistik dan hanya berorientasi pada hasil yang dapat diamati
dan diukur.
9) Penerapan metode yang salah dalam pembelajaran mengakibatkan
terjadinya proses pembelajaran yang tidak menyenangkan bagi siswa, yaitu
guru sebagai center, otoriter, komunikasi berlangsung satu arah, guru
melatih, dan menentukan apa yang harus dipelajari murid.7

7
Ibid, hlm 4.

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Behaviorisme adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya
interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk
perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku
dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi stimulus dan respon. Pendekatan
psikologi ini mengutamakan pengamatan tingkah laku dalam mempelajari individu
dan bukan mengamati bagian dalam tubuh atau mencermati penilaian orang tentang
penasarannya.

Paradigma belajar behaviorisme adalah pendekatan teori belajar yang


menekankan perubahan tingkah laku sebagai hasil dari proses belajar. Teori ini
fokus pada stimulus, respons, dan pengkondisian dalam pembentukan perilaku.
Beberapa ciri teori behaviorisme meliputi penekanan pada perubahan perilaku yang
dapat diamati, diukur, dan dinilai secara konkret.

Implikasi dari teori behaviorisme dalam proses pembelajaran bahwa kontrol


belajar harus dipegang oleh sistem yang berada di luar diri siswa, dan ketaatan pada
aturan juga dianggap sebagai penentu keberhasilan belajar. Dalam menerapkan
teori behaviorisme dalam pembelajaran, perlu dilakukan membantu tujuan
pembelajaran, menganalisis pembelajaran, mengenali karakteristik dan
kemampuan awal pembelajar

Dengan memahami baik kelebihan dan kekurangan teori belajar


behaviorisme, pendidik dapat mengintegrasikan prinsip-prinsip behaviorisme
dengan pendekatan pembelajaran lainnya untuk menciptakan pengalaman belajar
yang lebih holistik dan efektif bagi para siswa.

B. Saran

Diharapkan pemahaman mengenai behaviorisme dapat memberikan


landasan bagi pengembangan metode pembelajaran yang efektif dan sesuai dengan
karakteristik peserta didik yang dapat meningkatkan kualitas belajar.

8
DAFTAR PUSTAKA

Anam, M. S. Dwiyogo, W. D. (2021). Teori Belajar Behavioristik Dan


Implikasinya Dalam Pembelajaran, Universitas Negeri Malang, 1-5.

Budiningsih, C. A. (2022). Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Penerbit Rineka


Cipta, 10-30.
Desmita, (2011). Psikologi Perkembangan Peserta Didik, Bandung. Remaja
Rosdakarya, 30- 45.
Fahyuni, E. F. (2016). Istikomah. Psikologi Belajar & Mengajar. Sidoarjo, Nizamia
Learning Center, 20-30.
Maghfhirah, S. (2019). Pemikiran Behaviorisme Dalam Pendidikan, Fakultas Ilmu
Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 1(2).

Anda mungkin juga menyukai