Anda di halaman 1dari 21

TEORI BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN

Disusun oleh:
Kelompok 3 : 1. Dewi Kartika (2113041041)
2. Dhiya Ulhaq Ahmad (2113041017)
3. Inna Fathin Haniah (2113041087)
4. Veni Hidayah (2113041007)
Kelas :4A
Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Mata Kuliah : Model Pembelajaran BSI
Dosen Pengampu : Eka Sofia Agustina, S.Pd., M.Pd.

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Teori Belajar dalam Pembelajaran” dengan tepat waktu. Makalah
ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Model Pembelajaran BSI yang
diampu oleh Ibu Eka Sofia Agustina, S.Pd., M.Pd.

Kami sebagai penyusun mengucapkan terima kasih kepada Ibu Eka Sofia
Agustina, S.Pd., M.Pd. Selaku dosen pengampu mata kuliah Model Pembelajaran
BSI yang telah memberikan tugas ini sehingga, kami dapat menambah
pengetahuan sesuai dengan topik yang sudah ditentukan.

Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah
terlibat dalam penulisan makalah ini. Meski makalah ini telah disusun secara
maksimal, kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu, dengan tidak mengurangi rasa hormat, kami mengharapkan kritik dan
saran yang membangun.

Bandarlampung, 06 Maret 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii


DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3
2.1 Paham Behaviorisme ..................................................................................... 3
2.2 Paham Kognitivisme ..................................................................................... 6
2.3 Paham Humanisme ........................................................................................ 9
2.4 Paham Konstruktivisme .............................................................................. 13
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 17
3.1 Simpulan ...................................................................................................... 17
3.2 Saran ............................................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 18

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Teori belajar adalah gabungan prinsip yang saling berkaitan dan juga
merupakan suatu penjelasan atau fakta yang memiliki kaitan dengan peristiwa
belajar. Teori belajar yang digunakan dengan langkah-langkah yang benar,
pemilihan materi yang tepat dan baik akan memberikan kemudahan bagi siswa
untuk memahami sesuatu yang dipelajari. Selain itu, situasi belajar akan terasa
lebih santai dan menyenagkan. Pada hakikatnya proses belajar merupakan
kegiatan mental yang tidak terlihat. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam diri
mansia tidak dapat dilihat dan diamati dengan jelas, melainkan hanya bisa dilihat
dari gejala-gejala perubahan pada prilaku.

Belajar merupakan suatu dasar proses perkembangan hidup peserta didik.


dengan belajar, anak didik melakukan perubahan-perubahan kualitatif, sehingga
perilakunya berkembang dan mengalami kemajuan. Seluruh aktivitas dan prestasi
yang dimiliki peserta didik merupakan hasil dari belajar. Belajar memiliki tujuan
untuk mengadakan perubahan dalam diri manusia, mengubah tingkah laku yang
buruk menjadi lebih baik, mengubah sikap negatif menjadi sikap yang positif,
intinya tujuan dari belajar adalah mengubah yang buruk menjadi baik. Kemudian,
belajar juga memberikan keterampilan dalam bidang yang dipelajari, dan juga
menambah pengetahuan dalam berbagai bidang ilmu.

Dalam kegiatan belajar terdapat beberapa teori belajar yang dapat diterapkan,
diantaranya yaitu teori behavioristik, teori humanism, teori konstruktivisme, dan
juga teori kognitifisme.

1
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada topik makalah ini sebagai berikut.

1. Apa yang dimaksud dengan paham behaviorisme?


2. Apa yang dimaksud dengan paham kognitivisme?
3. Apa yang dimaksud dengan paham humanisme?
4. Apa yang dimaksud dengan paham kognitivisme?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan dibuatnya makalah ini adalah sebagai berikut.

1. Memahami apa yang dimaksud dengan paham behaviorisme?


2. Memahami apa yang dimaksud dengan paham kognitivisme?
3. Memahami apa yang dimaksud denganpaham humanisme?
4. Memahami apa yang dimaksud dengan paham kognitivisme?

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Paham Behaviorisme


Teori behavioristik merupakan teori yang dipelopori oleh Gage, Gagne, dan
Berliner mengenai perubahan tingkah laku sebagai hasil dari suatu pengalaman.
Teori ini berkembang sebagai salah satu aliran psikologi belajar yang memberikan
pengaruh terhadap gaya pembelajaran, teori dan praktik dalam pendidikan dan
pembelajaran, yaitu aliran behaviorisme (Wahab, 2021). Aliran behaviorisme
merupakan aliran belajar yang menekankan perubahan sikap atau perilaku sebagai
hasil dari pembelajaran. Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus
responsnya, memposisikan pelajar sebagai individu yang pasif. Respons dilakukan
dengan menggunakan metode pembiasan, sehingga perilaku akan semakin kuat
apabila ada penguatan dan akan menghilang jika dikenai hukuman.

Aliran behaviorisme memiliki tujuan pembelajaran yang ditekankan untuk


menambah pengetahuan, sedangkan belajar dilakukan sebagai aktivitas yang
digunakan oleh pelajar untuk mengulas kembali materi atau wawasan yang sudah
didapat dalam bentuk kuis, laporan, dan tes. Pembelajaran dalam aliran
behaviorisme sangat menekankan pada aktivitas belajar yang mengikuti
kurikulum dengan ketat, sehingga proses pembelajaran banyak dihabiskan dengan
mempelajari apa yang ada di dalam buku teks. Pelajar harus dapat memahami dan
mengungkapkan kembali isi buku teks yang telah dipelajari. Evaluasi dan
pembelajaran menekankan pada hasil belajar.

Evaluasi dilakukan dengan menekankan terhadap respons pasif, keterampilan


terpisah, dilakukan dengan tes secara tertulis. Evaluasi belajar menuntut pelajar
untuk memberikan jawaban yang benar. Maksud dari “benar” adalah siswa
mampu menjawab pertanyaan sesuai dengan yang di inginkan oleh guru, maka
dengan itu siswa dianggap telah menuntaskan belajarnya dengan baik. Evaluasi
merupakan hal yang terpisan dalam teori ini, dan evaluasi dilakukan setelah
pembelajaran diselesaikan. Dan dilakukan dengan menekankan pada kemampuan
individu, Degeng dalam (Wahab, 2021).

3
1. Prinsip-Prinsip dalam Teori Behaviorisme
a. Tingkah laku sebagai objek psikologi.
b. Reflek adalah hal yang melatarbelakangi tingkah laku.
c. Mengutamakan pembentukan kebiasaan.
d. Perilaku nyata dan terukur memiliki makna tersendiri.
e. Aspek mental dari kesadaran yang tidak berada dalam bentuk
fisik harus dihindari.

2. Tokoh- tokoh Behaviorisme


a. Edward Lee Thorndike
Menurutnya, belajar adalah interaksi antara stimulus dan
responss. Stimulus adalah hal yang merangsang terjadinya
suatu kegiatan belajar seperti pikiran, atau hal lain melalui alat
indera. Responss adalah reaksi yang ditimbulkan oleh peserta
ketika siswa belajar, mereka juga dapat menggunakan pikiran,
perasaan, gerakan atau tindakan. Teori ini sering disebut
sebagai teori koneksionisme.

b. JohnIWatson
John Watson dikenal sebagai pendiri aliran behaviorisme di
Amerika Serikat. Karyanya yang paling terkenal adalah
“Psychology as the Behaviourist viem it” (1913). Menurut
Watson dalam beberapa karyanya, psikologi harus menjadi
ilmu yang obyektif, oleh karena itu ia tidak mengakui
keberadaan kesadaran, yang hanya diperiksa metode
introspeksi. Oleh karena itu, psikologi yang harus dibatasi
dalam penyelididkan. Penyelidikan yang berupa tentang
tingkah laku yang nyata saja.

c. EdwinIGuthrie
Guthrie lahir pada tahun 1986 dan meninggal pada tahun
1959. Beliau merupakan Profesor Psikologi di University of

4
Washington sejak 1914 dan pensiun 1956. Karya
terpentingnya adalah The Psychology of Learning diterbitkan
tahun 1935 dan direvisi tahun 1952. Gaya penulisan mudah
diikuti, penuh humor dan sangat bermanfaat cerita untuk
menunjukkan contoh ide-idenya. Tidak ada istilah teknis atau
persamaan matematika, dan dia begitu yakin dengan teorinya
atau setiap teori ilmiah harus disajikan sedemikian rupa
sehingga dapat disajikan memahami oleh mahasiswa baru.

Prinsip ini adalah; Hukuman asosiasi Aristoteles karena


teori ini yang menekankan pada teori behavioristik Guthrie
dalam paradigma asosiasionistik. Azas belajar yang
dikembangkan oleh Guthrie yang utama adalah hukum
kontinguiti. Yang merupakan gabungan stimulus-stimulus
yang disertai dengan suatu gerakan. Pada proses pembelajaran
hukuman (punishment) yang memeiliki peran penting dalam
proses pembelajaran tersebut. Hukuman itu juga diberikan
pada saat yang tepat dan mampu mengubah tingkah laku
seseorang.

d. BurrusIFredericISkinner
Konsep yang disajikan lebih banyak tentang belajaran lebih
mengungguli konsep para tokoh sebelumnya. Respons yang
diterima seseorang juga tidak sesederhana konsep yang
dikemukakan oleh tokoh sebelumnya, karena stimulus-
stimulus yang akan diberikan saling berinteraksi dan interaksi
antar stimulus itu yang akan mempengaruhi respons yang
akan dihasilkan.

5
2.2 Paham Kognitivisme
Teori belajar kognitif mulai berkembang pada abad terakhir sebagai protes
terhadap teori perilaku teori perilaku yang telah berkembang sebelumnya. Model
kognitif yang memiliki perspektif bahwa para peserta didik yang memproses
informasi dan pelajaran melalui upayanya mengorganisir, menyimpan, dan
kemudian menemukan hubungan antar pengetahuan yang baru. Model ini
menekankan bagaimana informasi diproses. Para peneliti yang mengembangkan
teori kognitif ini adalah Ausubel, Bruner dan Gagne, dari ketiga sarjana ini
Ausubel menekankan penampilan manajemen (penyelenggara) dengan pengaruh
besar learning. Bruner bekerja pada pengelompokan atau penyebaran bentuk
konsep sebagai respons terhadap cara siswa dapatkan informasi tentang daerah
tersebut.

1. Karakteristik teori belajar kognitif


a. Belajar adalah proses mental, bukan proses behavioral.
b. Siswa aktif sebagai penyalur.
c. Siswa belajar secara individual tentang model deduktif dan induktif
d. Instrinsik dan motivation, sehingga tidak memerlukan stimulus.
e. Siswa sebagai pelaku untuk menuntun penemuan.
f. Guru memfasilitasi proses terjadinya insight.

2. Beberapa Tokoh dalam kognitivisme


a. TeorihGestalthWertheimer
Wertheimer dianggap sebagai pendiri teori Gestalt setelah
melakukan eksperimen dengan menggunakan alat yang disebut
Stroboscope, yaitu alat berbentuk kotak dan diberi suatu alat untuk
dapat melihat ke dalam kotak itu. Di dalam kotak terdapat dua garis
yang satu melintang dan yang satu tegak. Kedua gambar kemudian
diperlihatkan secara bergantian, yang dimulai dari garis melitang
kemudian garis yang tegak, dan diperlihatkan dengan terus menerus.
Stelah diperlihatkan garis tersebut bergerak darii tegak ke melintang.
Gerakan itu merupakan gerakan yang semu karena sesungguhnya,
garis itu tidak bergerak, tetapi terlihat bergantian. Pada tahun 1923,

6
Wertheimer mengemukakan hukum-hukum Gestalt dalam bukunya
yang berjudul “of Gestalt Theory”. Hukum-hukum itu antara lain
Hukum Kedekatan (Law of Proximity), Hukum Ketertutupan ( Law of
Closure), dan Hukum Kesamaan (Law of Equivalence)

b. TeoriiSkemaiPiaget

Dalam bidang psikologi dikenal dengan teori struktur kognitif.


Menurut Piaget pikiran manusia memiliki struktur disebut skema atau
skemata (jamak) yang sering disebut dengan struktur kognitif. dengan
menggunakan skemata seseorang menyesuaikan dan
mengkoordinasikan lingkungan untuk membentuk skemata yang baru.
Pengertian skema rumus dalam istilah psikologis (Chaplin, 1981)
adalah:

a. Skema suatu peta kognitif yang terdiri atas sejumla ide


yang tersusun rapi;
b. Skema sebagai kerangka acuan untuk merekam berbagai
peristiwa atau informasi;
c. Skema sebagai suatu model;
d. Skema sebagai kerangka referensi yang terdiri atas respons-
respons yang pernah diberikan, kemudian respons yang
menjadi standar berikutnya.

Dengan kata lain, ketika informasi baru (informasi) disajikan


kepada seseorang dan informasi ini sesuai dengan skema sudah
dimilikinya maka pengetahuan itu akan diadaptasi melalui proses
asimilasi dan terbentuknya pengetahuan baru., sedangkan jika
informasi baru yang dikenalkan tidak cocok dengan struktur kognitif
yang sudah ada akan terjadi equilibrium, sehingga informasi baru
dapat diimplementasikan dan selanjutnya diasimilasikan menjadi
skemata baru

7
c. TeorikBelajarkSosialkBandura

Bandura berpendapat manusia dapat berfikir dan mengatur tingkah


lakunya sendiri, bahwa bukan semata- mata bidak menjadi obyek
pengaruh lingkungan. Sifat kausal tidak dimiliki sendiri oleh
lingkungan, karena orang dan lingkungana saking memengaruhi.
Bandura percaya bahwa model saling mempengaruhi yang paling
efektif apaabila mereka dianggap atau dilihat sebagai orang yang
memiliki kehormatan, kemampuan, status tinggi, dan juga kekuatan,
sehingga guru menjadi model yang sangat berpengaruh.

d. Pengolahan Informasi Norman

Norman melihat bahwa materi baru akan dipelajari dengan


menghubungkannya dengan sesuatu yang dia sudah diketahui, yang
secara teori disebut learning by analogy. Pelajaran efektif
membutuhkan guru yang mengetahui struktur kognitif siswa. Teori
atau pemikiran, Norman mengambil pembelajaran yang bisa terungkap
dalam buku to Theories of Learning adalah sebagai berikut:

a) Hukum pembelajaran (Law of Learning)

Gagasannya tentang belajar diungkapkan tentang terwujud


dalam tiga hukum, segala sesuatu yang menekankan pada causal
hubungan antara tindakan dan hasil meliputi:

1) Hukum hubungan sebab akibat ( The la of causal


relationship), ini berfungsi untuk menghubungkan
organisme belajar antara tindakan tertentu dan
hasil, sesuatu yang harus menjadi hubungan sebab
akibat yang jelas diantara keduanya.
2) Hukum pembelajaran.kausal, dalam hukum belajar
sebab akibat memiliki dua bagian: Pertama, untuk
mencapai hasil yang diinginkan, organisme yang
mencoba untuk mengulangi tindakan-tindakan

8
tertentu yang memiliki suatu hubungan antara sebab
akibat yang jelas pada hasil yang diinginkan.
Kedua, untuk hasil yang tidak diinginkan o
rganisme mencoba untuk menghindari tindakan-
tindakan yang memiliki hubungan sebab akibat
yang jelas untuk hasil yang tidak diinginkan.
3) Hukum umpan balik informasi (The law of
information feedback), dalam hukum umpan balik
informasi ini, hasil dari suatu penyajian peristiwa
sebagai informasi tentang peristiwa tersebut.

2.3 Paham Humanisme


Kata “humanistik” adalah sebuah istilah yang maknanya banyak, makna kata
tersebut berubah sesuai dengan konteks. Misalnya, dalam bidang keagamaan,
humanistik dimaknai sebagai seseorang yang tidak percaya pada hal-hal gaib dan
lebih percaya terhadap kemajuan informasi, teknologi dan juga penalaran.
Kemudian, humanistik juga dimaknai sebagai suatu minat pada nilai-nilai
kemanusiaan yang tidak bersifat ketuhanan (Qodir, 2017). Pendidikan humanistik
maksudnya adalah suatu teori yang menjadikan “Human” atau manusia sebagai
objek pendekatannya.

Teori humanistik muncul pertama kali pada tahun 1970-an, teori ini bertolak
dari tiga teori filsafat, yaitu; pragmatisme, progresivisme, dan eksistensialisme.
Pragmatisme mengusung keberlangsungan pengetahuan dengan aktivitas yang
dapat mengubah lingkungan (Dewey, 1966). Kemudian dijelaskan oleh Noddings
dalam (Qodir, 2017), kalangan progresivisme menekankan pendidikan sebagai hal
yang dapat bermakna di masyarakat atau di kalangan sosial, anak harus aktif
dalam membangun pengalaman dalam kehidupan. Selanjutnya, di kalangan
eksistensialisme, fokus utamyanya adalah pada kebutuhan individu atau anak.

Teori humanistik beranggapan bahawa semua teori belajar adalah teori yang
baik dan dapat digunakan dengan syarat teori tersebut memiliki tujuan

9
memanusiakan manusia, dengan kata lain teori ini mendukung seluruh teori
belajar terutama untuk pencapaian diri seperti pemahaman, aktualisasi diri dan
juga realisasi diri seseorang untuk dapat belajar dengan optimal. Dalam
pendidikan humanistik, hal mendasar yang diutamakan yaitu mewujudkan
lingkungan belajar yang memberikan kebebasan bagi peserta didik dari
kedisiplinan yang tinggi dan juga takut akan kegagalan.

Dari beberapa penjelasan di atas maka dapat dikatakan bahwa teori


humanistik adalah teori belajar yang memberikan kebebasan kepada peserta didik.
peserta didik diberikan kebebasan untuk dapat menentukan bagaimana tujuan
hidupnya tanpa memberi tekanan sedikit pun. Atau dapat dikatakan bahwa aliran
humanistik adalah aliran yang memerdekakan peserta didik.

1. Prinsip-prinsip pendidik humanistik

a. Siswa harus dapat memilih apa yang mereka ingin pelajari. Guru
humanistik percaya bahwa siswa akan termotivasi untuk mengkaji
materi bahan ajar jika terkait dengan kebutuhan dan keinginannya.
b. Tujuan pendidikan harus mendorong keinginan siswa untuk
belajar dan mengajar mereka tentang cara belajar. Siswa harus
termotivasi dan merangsang diri pribadi untuk belajar sendiri.
c. Pendidik humanistik percaya bahwa nilai tidak relevan dan hanya
evaluasi belajar diri yang bermakna.
d. Pendidik humanistik percaya bahwa, baik perasaan maupun
pengetahuan, sangat penting dalam sebuah proses belajar dan tidak
memisahkan domain kognitif dan afektif.
e. Pendidik humanistik menekankan pentingnya siswa terhindar dari
tekanan lingkungan, sehingga mereka akan merasa aman untuk
belajar.

10
2. Tokoh-Tokoh Aliran Humanistik

a. Arthur Combs (1912-1999)


Bersama dengan Donald Snygg (1904-1967) mereka
mencurahkan banyak perhatian pada dunia pendidikan. Meaning
(makna atau arti) adalah konsep dasar yang sering digunakan. Belajar
terjadi bila mempunyai arti bagi individu. Guru tidak bisa
memaksakan materi yang tidak disukai atau tidak relevan dengan
kehidupan mereka. Anak tidak bisa matematika atau sejarah bukan
karena bodoh tetapi karena mereka enggan dan terpaksa dan merasa
sebenarnya tidak ada alasan penting mereka harus mempelajarinya.
Perilaku buruk itu sebenarnya tak lain hanyalah dati ketidakmampuan
seseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak akan memberikan
kepuasan baginya. Untuk itu guru harus memahami perlaku siswa
dengan mencoba memahami dunia persepsi siswa tersebut sehingga
apabila ingin merubah perilakunya, guru harus berusaha merubah
keyakinan atau pandangan siswa yang ada. Perilaku internal
membedakan seseorang dari yang lain.

Combs berpendapat bahwa banyak guru membuat kesalahan


dengan berasumsi bahwa siswa mau belajar apabila materi
pelajarannya disusun dan disajikan sebagaimana mestinya. Padahal
arti tidaklah menyatu pada materi pelajaran itu. Sehingga yang penting
ialah bagaimana membawa si siswa untuk memperoleh arti bagi
pribadinya dari materi pelajaran tersebut dan menghubungkannya
dengan kehidupannya.

b. Maslow
Teori Maslow menganggap bahwa dalam diri individu ada dua hal,
yaitu:
1. Usaha positif untuk terus berkembang

11
2. Gejolak untuk dapat melawan perkembangan

Maslow mengemukakan bahwa manusia memiliki perilaku


untuk memenuhi kebutuhan hirarkis. Setiap orang memiliki ketakutan
masing-masing, seperti rasa takut untuk berkembang, takut untuk
maju dan membahayakan apa yang sudah dimilikinya. Namun,
seseorang juga memiliki dorongan dalam dirinya untuk melawan rasa
takut tersebut dan keluar untuk menghadapi dunia luar. Maslow
memecah kebutuhan manusia kedalam tujuh hirarki. Apabila
kebutuhan pertama, yaitu kebutuhan fisiologis terpenuhi, barulah
orang tersebut menginginkan kebutuhan yang selanjutnya terpenuhi,
dan seterusnya. Kebutuhan manusia ini menjadi hal yang penting dan
harus diperhatikan oleh guru ketia mengajar anak-anak. Menurutnya,
perhatian dan juga motivasi belajar akan berkembang apabila
kebutuhan dasar peserta didik terpenuhi.

c. Carl Ransom Rogers

Rogers tidak terlalu memberi perhatian terhadap mekanisme dan

proses belajar. Menurutnya belajar merupakan fungsi keseluruhan

pribadi, apabila tidak terdapat keterlibatan intelektual dan emosional

peserta didik, maka belajar yang sebenarnya tidak dapat berlangsung.

Oleh karena itu, dalam teori humanisme motivasi belajar harus

tumbuh dari keinginan peserta didik. Menurut Roger, belajar

dibedakan menjadi dua jenis, yaitu (1) belajar yang bermakna, dan (2)

belajar tidak bermakna. Belajar yang bermakna yaitu belajar yang

melibatkan aspek pikiran peserta didik, dan belajar yang tidak

bermakna adalah proses belajar yang hanya melibatkan perasaan

peserta didik (Junaidi, 2019).

12
2.4 Paham Konstruktivisme
Konstriktivisme adalah suatu aliran filsafat yang menganggap bahwa
pengetahuan yang dimiliki seseorang merupakan hasil yang dibangun oleh orang
itu sendiri. Dalam aliran ini, peserta didik diberi kesempatan untuk dapat
memnggunakan strateginya sendiri dalam belajar, sedangkan guru memiliki peran
untuk membimbing siswa ke jenjang pengetahuan yang lebih luas (Masgumelar,
2021). Aliran konstruktivisme adalah salah satu aliran yang berlandas dari teori
belajar kognitif. Pendekatan konstruktivisme digunakan untuk mencapai tujuan
pembelajaran, yaitu meningkatkan pemahaman siswa. Aliran ini memiliki
keterkaitan yang erat dengan metode pembelajaran discovery learning, dan
meaningful learning. Keduanya terdapat dalam konteks teori kognitif. Dalam teori
konstruktivisme, siswa atau peserta didik leluasa membangun pengetahuan
mereka dengan berlandaskan pada rancangan model pembelajaran yang sudah
disusun oleh guru (Mustafa, 2021).

Teori konstruktivisme awalnya bukanlah teori pendidikan, melainkan sebuah


ilmu filsafat. Dalam perkembangannya, ilmu ini mendapat pengaruh dari ilmu
psikologi. Kaum konstruktivitis menganggap bahwa belajar adalah proses aktif
dalam membangun pengetahuan. Proses ini dicirikan melalui beberapa hal seperti:

1. Belajar artinya membentuk makna. Makna diciptakan oleh siswa dari


mereka mendengar dan mengalami. Konstruksi ini dipengaruhi oleh
pengertian yang diketahui siswa.
2. Konstruksi makna artinya proses yang dijalani terus menerus seumur
hidup.
3. Belajar bukan hanya kegiatan dalam mengumpulkan fakta tetapi
mengarah pada pengembangan berpikir dengan cara membentuk
pengetahuan baru. Belajar bukan hasil dari perkembangan tetapi
proses perkembangan itu sendiri.
4. Proses belajar terjadi saat seseorang dalam keraguan yang
merangsang pemikiran lebih lanjut.
5. Hasil belajar akan dipengaruhi dari pengalaman siswa dalam belajar
baik dari dunia fisik ataupun lingkungan siswa.

13
Menurut kaum konstruktivis, belajar merupakan proses alami untuk
menemukan sesuatu, bukan proses mekanis mengumpulkan fakta. Dengan ini,
belajar yang bermakna terjadi dengan refleksi, pemecahan konflik dan selalu
mengalami pembaharuan terhadap sesuatu yang tak lengkap.

Dari asumsi ini bisa disimpulkan bahwa teori konstruktivisme belajar adalah
proses mengkonstruksi pengetahuan dengan cara mengabstrak pengalaman
sebagai hasil dari interaksi antara siswa dengan realita baik pribadi, alam, ataupun
sosial. Proses ini merupakan proses aktif dan dinamis. Faktor seperti pengalaman,
kemampuan kognitif, pengetahuan awal dan lingkungan akan sangat berpengaruh
pada proses konstruksi makna

1. Prinsip Teori Konstruktivisme.


a. Pengetahuan dikembangkan dan dibangun oleh siswa sendiri.
b. Pengetahuan tidak bisa dipindahkan dari guru ke murid, kecuali
dengan keaktifan murid sendiri dalam menalar.
c. Guru sekedar membantu dalam menyediakan saran agar konstruksi
berjalan lancer.
d. Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa.
e. Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa.

Dalam (Suparno, 2010) secara garis besar prinsip-prinsip


konstruktivisme yaitu;

a. Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri, baik secara personal


maupun secara sosial;
b. Pengetahuan tidak dipindahkan dari guru ke siswa, kecuali dengan
keaktifan siswa sendiri untuk bernalar;
c. Siswa aktif mengkonstruksi secara terus menerus, sehingga terjadi
perubahan konsep menuju ke konsep yang lebih rinci, lengkap, serta
sesuai dengan konsep ilmiah;
d. Guru berperan membantu menyediakan sarana dan situasi agar
proses konstruksi siswa berjalan mulus.

14
Pada dasarnya ada dua model pembelajaran yang sesuai dan
sering digunakan dalam teori konstruktivitik yaitu (Udin S.
Winataputra., 2011);

1. Discovery learning(pembelajaran menemukan)

Orientasi model pembelajaran ini adalah anak mencoba mengingat


apa yang telah dipelajari dari pengalaman atau percobaannya, hal ini
dapat terjadi dengan membaca atau mengerjakan tes laboratorium atau
cara lain, tetapi lebih ditekankan pada saat melakukan tes pengalaman,
karena hal-hal seperti itu dianggap . mendalam dari sekedar membaca.
Beberapa studi telah menemukan bahwa orang mengingat dan
menggunakan kembali hasil pengetahuan yang diperoleh ketika
pengetahuan diciptakan melalui upaya pembangunan diri (McNamara
dan Healy 1995). Dengan kata lain, belajar berdasarkan pengalaman
(learning by doing) berupa penelitian dan manipulasi membuat apa
yang telah dipelajari menjadi kenangan dalam waktu yang lama (long-
term memory). Dan biasanya banyak terjadi pada anak-anak sekolah
dasar.

2. Problem based learning (pembelajaran berbasis masalah)

Mustaji menjelaskan bahwa problem based learning (PBM) adalah


pembelajaran berbasis masalah. Istilah fokus mengacu pada fokus
utama topik, unit atau isi pembelajaran. Menurut John Dewey,
pembelajaran berbasis masalah adalah interaksi stimulus dan responss,
hubungan antara dua arah pembelajaran dan lingkungan tempat anak
mengalami lingkungan, menghasilkan materi dan materi yang
membantunya memahami dan dapat digunakan sebagai instruksi. . dan
panduan. tujuan pembelajaran (Nurdyansyah dan Eni F., 2016)

Artinya pembelajaran berbasis masalah merupakan inovasi


pembelajaran karena dalam PBM kemampuan berpikir benar-benar
dioptimalkan melalui proses kerja kelompok atau diskusi. PMB

15
diyakini mampu secara terus menerus memperkuat, menguji,
meningkatkan dan mengembangkan kemampuan berpikir mereka.

2. Tokoh Aliran Konstruktivisme


a. Jean Piaget

Aliran yang dikembangkan oleh piaget dalam dunia pendidikan


dikenal sebagai konstruktivisme kognitif. Piaget meyakini bahwa
belajar akan lebih berhasil jika sesuai dengan perkembangan
kognitif peserta didik. Pengetahuan bukanlah tiruan dari kenyataan,
pengetahuan adalah akibat dari kontruksi kognitif dari kegiatan
seseorang. Seseorang dapat membentuk skema, kategori, konsep
dan struktur pengetahuan yang diperlukan untuk pengetahuan
(Nuriskin, 2016)

16
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Teori behavioris adalah teori yang dikembangkan oleh Gage, Gagne dan
Berliner tentang perubahan tingkah laku yang berhubungan dengan pengalaman.
Teori tersebut kemudian berkembang menjadi aliran psikologi belajar, yang
mempengaruhi arah perkembangan pendidikan dan teori belajar dan praktek yang
dikenal dengan behaviorisme. Aliran ini menekankan pembentukan tingkah laku
sebagai hasil belajar. Teori belajar kognitif mulai berkembang pada abad terakhir
sebagai protes terhadap teori perilaku teori perilaku yang telah berkembang
sebelumnya.model kognitif yang memiliki perspektif bahwa para peserta didik
yang memproses informasi dan pelajaran melalui upayanya mengorganisir,
menyimpan, dan kemudian menemukan hubungan antar pengetahuan yang baru.

Konstruktivisme dapat dimaknai sebagai upaya membangun tatanan


kehidupan yang berlandaskan budaya modern. Teori ini menjadi landasan
berpikir tentang pembelajaran kontekstual, artinya individu atau orang-orang
secara bertahap membangun pengetahuan, yang kemudian diperluas melalui
konteks yang terbatas. Teori humanisme lebih tertarik pada gagasan belajar dalam
bentuk idealnya daripada belajar seperti apa yang mungkin kita amati di dunia
sehari-hari. Teori apa pun dapat digunakan selama tujuannya adalah untuk
"memanusiakan manusia"

3.2 Saran
Demikianlah makalah yang membahas “Teori Belajar Dalam
Pembelajaran” yang telah kami susun. Kami sangat berharap makalah ini dapat
memberikan tambahan ilmu, dan pengetahuan baru kepada pembaca. Disarankan
untuk membaca makalah ini dengan saksama, sehingga tidak terjadi kekeliruan
dalam memahami materi yang disajikan. Namun, pembaca juga disarankan untuk
membaca literatur lainnya guna menambah pengetahuan terkait dengan materi
yang telah tersaji dalam makalah ini.

17
DAFTAR PUSTAKA

Junaidi, T. d. (2019). Teori Belajar Menurut Aliran Psikologi Humanistik dan


Implikasinya dalam Pembelajaran. Jurnal JRPP, 270-275.
Masgumelar, N. d. (2021). Teori Belajar Konstruktivisme dan Implikasinya dalam
Pemdidikan dan Pembelajaran. GHAITSA: Islamic Education Journal.
Mustafa, P. d. (2021). Penerapan Teori Belajar Konstruktivisme melalui Model
PAKEM dalam Permainan Bola Voli pada Sekolah Menengah Pertama .
Jendela Olahraga, 50-65.
Nuriskin, M. (2016). Aliran-Aliran Filsafat Pendidikan dan Implementasinya
dalam Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam. Attarbiyah, Journal
of islamic Culture and Education.
Qodir, A. (2017). TEORI BELAJAR HUMANISTIK DALAM
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA. Jurnal Pedagogik.
Suparno, P. (2010). Filsavat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Jogjakarta:
Kanisi.
Wahab, G. d. (2021). Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Jawa Barat:
Penerbit Adab.

18

Anda mungkin juga menyukai