Di Susun Oleh :
Kelompok III
1. Jihan Winarti A22122029
2. Risnawati A22122030
3. Adita M. Sarangnga A22122051
4. Marselina A2212252
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat,rahmat, dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul “ Teori Belajar Pandangan Kognitif Konstruktifisme, Dan Behaviorisme. “
Makalah ini Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Belajar Dan
Pembelajaran”.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dosen Dr. Ika Istadewi, S.pd,
M,pd Karena beliau telah membimbing dan bersedia membagikan ilmunya kepada
penulis sehingga penulis dapat Menyusun Makalah ini. Terima kasih juga kepada
orang tua yang telah mendoakan penulis.
Akhir kata, penulis maupun pembaca agar dapat berkarya dengan lebih baik
lagi. Selain itu penulis meminta ,aaf jka terdapat kekurangan dalam makalah ini.
Semoga Makalah ini bermanfaat. Terima kasih
DAFTAR ISI
2
Kata Pengantar....................................................................................... 2
Daftar Isi ..................................................................................................3
Bab 1 Pendahuluann.............................................................................. 4
1.1 Latar Belakang..................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah................................................................ 5
1.3 Tujuan Masalah.................................................................... 5
Bab 2 Pembahasan.................................................................................. 6
2.1 Pengertian Teori Belajar Aliran Kongnitif....................... 6
2.2 pengertian Teori Belajar Aliran Konstruktifisme............. 9
2.3 Pengertian Teori Belajar Aliran Behaviorisme ...............12
2.4 Tokoh-Tokoh Dalam Aliran.............................................. 13
A. Tokoh Aliran Kongnitif ...............................................13
B. Tokoh Aliran Konstruktifisme.................................... 14
C. Tokoh Aliran Behaviorisme .........................................16
Bab 2 Penutup....................................................................................... 20
3.1 Kesimpulan.......................................................................... 20
3.2 Saran ....................................................................................20
Daftar Pustaka...................................................................................... 21
Lampiran............................................................................................... 22
BAB 1
3
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Teori belajar merupakan upaya untuk mendeskripsikan bagaimana
manusia belajar, sehingga membantu kita semua memahami proses
inhern yang kompleks dari belajar. Ada tiga perspektif utama dalam
teori belajar, yaitu Behaviorisme, Kognitivisme, dan Konstruktivisme.
Pada dasarnya teori pertama dilengkapi oleh teori kedua dan
seterusnya, sehingga ada varian, gagasan utama, ataupun tokoh yang
tidak dapat dimasukkan dengan jelas termasuk yang mana, atau bahkan
menjadi teori tersendiri. Namun hal ini tidak perlu kita perdebatkan.
Yang lebih penting untuk kita pahami adalah teori mana yang baik
untuk diterapkan pada kawasan tertentu, dan teori mana yang sesuai
untuk kawasan lainnya. Pemahaman semacam ini penting untuk dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran.
Teori pembelajaran menaruh perhatian pada bagaimana seseorang
mempengaruhi orang lain agar terjadi proses belajar. Bruner dalam
Degeng (1989) mengemukakan bahwa teori pembelajaran adalah
preskriptif, sedangkan teori belajar adalah deskriptif. Preskriptif
artinya, tujuan teori pembelajaran adalah menetapkan metode/strategi
pembelajaran yang cocok supaya memperoleh hasil optimal. Dengan
kata lain, teori pembelajaran berurusan dengan upaya mengontrol
variabel-variabel yang spesifi k dalam teori belajar agar dapat
memudahkan belajar. Sedangkan deskriptif artinya, tujuan teori belajar
adalah menjelaskan proses belajar. Teori belajar menaruh perhatian
pada bagaimana seseorang belajar.
4
2. Apa pngertian teori belajar Konstruktifisme?
3. Jelaskan pengertian teori belajar Behaviorisme?
4. Siapa saja tokoh-tokoh yang mendukung teori belajar Kongnitif,
Konstruktifisme dan Behaviorisme?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian teori pandangan kongnitif
2. Untuk mengetahui pengertian teori konstruktifisme
3. Untuk mengetahui pengertian Aliran Behaviorisme
4. Untuk mengetahui tokoh-tokoh yang mendukung teori belajar
kongnitif, konstruktifisme dan Behaviorisme
BAB 2
PEMBAHASAN
5
memiliki perspektif bahwa para peserta didik memproses informasi dan pelajaran
melalui upayanya mengorganisir,menyimpan,dan kemudian menemukan hubungan
antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang telah ada. Teori ini
menekankan pada bagaimana informasi diproses.
Taksonomi pendidikan mencakup ranah kognitif. Secara umum dipahami sebagai
kapasitas perkembangan intelektual yang mencakup tahapan pengetahuan,
pemahaman, analisis, sintesis, dan evaluasi. Masalah dengan kapasitas untuk
memperoleh keterampilan rasional (masuk akal). Penekanan yang lebih masuk akal
ditempatkan pada bagaimana mempertimbangkan atau melakukan upaya untuk
memaksimalkan bagian-bagian dari kemampuan orang lain menurut teori kognitif.
Oleh karena itu, teori kognitif berbeda dengan teori behavioristik, yang lebih
menitikberatkan pada sifat perilaku yang mendominasi melalui kemampuan bereaksi
terhadap rangsangan spontan. Sederhananya, kemampuan kognitif mengacu pada
kapasitas anak untuk pemikiran tingkat tinggi serta kapasitas mereka untuk logika dan
pemecahan masalah. Oleh karena itu, perkembangan kognitif mencakup semua proses
psikologis yang terkait dengan peristiwa individu, serta mempelajari dan
mempertimbangkan lingkungan.
Karakteristik :
1. Belajar adalah proses mental bukan behavioral
2. Siswa aktif sebagai penyadur
3. Siswa belajar secara individu dengan pola deduktif dan induktif
4. Instrinsik motivation, sehingga tidak perlu stimulus
5. Siswa sebagai pelaku untuk menuntun penemuan
6. Guru memfasilitasi terjadinya proses insight.
a. Teori Piaget
1. Gambaran umum tentang Teori Kognitif Jean Piaget
Jean Piaget (1896-1980) lahir di Swiss. Pada awal mulanya ia ahli
biologi, dan dalam usia 21 tahun sudah meraih gelar doktor. Ia telah
berhasil menulis lebih dari 30 buku bermutu, yang bertemakan
perkembangan anak dan kognitif. Pengaruh pemikiran Jean Piagert
baru mempengaruhi masyarakat, seperti di Amirika Serikat, Kanada,
dan Australia baru sekitar tahun 1950-an.
6
2. Belajar menurut Teori Kognitif Jean Piaget
Menurut Jean Piaget, belajar terjadi ketika seseorang terlibat dalam
aktivitas yang berinteraksi dengan lingkungan sosial dan fisiknya.
Perkembangan dan pertumbuhan individu adalah proses sosial. Orang
terlibat dengan lingkungan fisik mereka sebagai anggota kelompok
sosial daripada sebagai individu yang terisolasi. Akibatnya, lingkungan
sosial ada dalam ruang antara seseorang dan lingkungan fisiknya.
Persepsinya tentang alam sangat dipengaruhi oleh interaksinya dengan
orang lain. Individu yang sebelumnya memiliki pandangan subjektif
terhadap sesuatu yang diamatinya akan mengubah pandangannya
menjadi objektif melalui diskusi dengan orang lain. Menurut Piaget,
perkembangan kognitif sangat penting untuk proses pembelajaran.
Pada dasarnya, perkembangan kognitif adalah proses mental.
7
d) Tahap operasional formal (11 tahun ke atas). Sementara Salvin
menjelaskan bahwa pada operasional formal terjadi pada usia
11 sampai dewasa awal. .
4. Implikasi Teori Kognitif Piaget dalam Pembelajaran :
a) Individu dapat mengembangkan pengetahuannya sendiri
Yang menjadi titik pusat dari teori belajar kognitif Piaget ialah
individu mampu mengalami kemajuan tingkat perkembangan kognitif
atau pengetahuan ke tingkat yang lebih tinggi.
b) Individualisasi dalam pembelajaran
Dalam proses pembelajaran, perlakuan terhadap individu harus
didasarkan pada perkembangan kognitifnya. Atau dengan kata lain,
dalam proses pembelajaran harus disesuaikan dengan tingkat
perkembangan individu. Belajar akan lebih berhasil apabila
disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik.
● Perkembangan Intelektual
Setiap makhluk hidup, baik manusia maupun hewan, pasti melalui
tahapan perkembangan. Semua komponen perkembangannya
dipengaruhi oleh kondisi organisme, baik fisik maupun abstrak. Oleh
karena itu, pentingnya peristiwa perkembangan, khususnya yang
berkaitan dengan pertumbuhan manusia, juga mencakup unsur
psikologis, seperti tingkat perkembangan intelektualnya.
Setiap orang memiliki kecerdasannya masing-masing, yang dapat
mereka gunakan untuk memajukan hidup mereka, menopang mereka,
dan berusaha untuk melayani pencipta mereka.
Pengertian Intelektual Menurut Para Ahli :
• Cattel (dalam Clark, 1983)
Intelektual adalah kombinasi sifat-sifat manusia yang terlihat dalam
kemampuan memahami hubungan yang lebih kompleks, semua proses
berpikir abstrak, menyesuaikan diri dalam pemecahan masalah dan
kemampuan memperoleh kemampuan baru.
• William Sterm (dalam Sunarto, 1994)
8
Intelektual merupakan kesanggupan untuk menyesuaikan diri kepada
kebutuhan-kebutuhan baru dengan menggunakan alat berfikir sesuai
dengan tujuannya.
● Belajar berarti membentuk makna. Makna diciptakan siswa dari apa yang
mereka lihat, dengar, rasakan, dan alami. Konstruksi makna ini dipengaruhi
oleh pengertian yang telah ia punyai.
● Konstruksi makna merupakan suatu proses yang berlangsung terus-menerus
seumur hidup.
● Belajar bukan kegiatan mengumpulkan fakta melainkan lebih berorientasi
pada pengembangan berpikir dan pemikiran dengan cara membentuk
9
pengertian yang baru. Belajar bukanlah hasil dari perkembangan melainkan
perkembangan itu sendiri. Suatu perkembangan yang menuntun penemuan dan
pengaturan kembali pemikiran seseorang.
● Proses belajar yang sebenarnya terjadi pada waktu skemata seseorang dalam
keraguan yang merangsang pemikiran lebih lanjut. Situasi disekuilibrium
merupakan situasi yang baik untuk belajar
● Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman belajar dengan dunia fisik dan
lingkungan siswa.
● Hasil belajar siswa tergantung pada apa yang sudah diketahuinya.
Bagi kaum konstruktivis, belajar adalah suatu proses organik untuk
menemukan sesuatu, bukan suatu proses mekanis untuk mengumpulkan fakta. Dalam
konteks yang demikian, belajar yang bermakna terjadi melalui refleksi, pemecahan
konflik pengertian dan selalu terjadi pembaharuan terhadap pengertian yang tidak
lengkap.
Menurut teori konstruktivisme, belajar adalah proses membangun pengetahuan
dengan mengabstraksikan pengalaman sebagai hasil interaksi antara siswa dengan
realitas, baik realitas pribadi maupun realitas sosial. Berdasarkan asumsi tersebut,
dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses belajar. Baik secara pribadi maupun
sosial, konstruksi pengetahuan berlangsung. Prosedur ini merupakan prosedur yang
dinamis dan aktif. Dalam proses membangun makna, sejumlah variabel, termasuk
pengalaman, pengetahuan sebelumnya, kemampuan kognitif, dan lingkungan,
memainkan peran penting.
Harus diakui bahwa teori ini dipengaruhi oleh psikologi kognitif, tetapi fokus
utamanya adalah pada pembangunan pengetahuan daripada banyak gagasan dari
bidang itu (seperti pengalaman, asimilasi, dan internalisasi). Menurut
konstruktivisme, setiap orang menciptakan pengetahuan tentang dunia saat mereka
berinteraksi dengannya. Proses ini dikenal sebagai membangun pengetahuan. Dalam
pengertian ini, membangun realitas atau interpretasi adalah belajar. Dengan premis
ini, inti gagasan konstruktivisme sesungguhnya adalah pengakuan atas kodrat manusia
sebagai homo pencipta, yang mampu menciptakan alam semestanya sendiri. Teori
pembelajaran konstruktivis didasarkan pada prinsip-prinsip berikut:
1. Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri
2. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru kemurid, kecuali hanya dengan
keaktifan murid sendiri untuk menalar
10
3. Murid aktif megkontruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi
perubahan konsep ilmiah
4. Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses kontruksi
berjalan lancar.
5. Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa
6. Struktur pembalajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan
7. Mencari dan menilai pendapat siswa
8. Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa.
11
menyampaikan informasi dalam teks tersebut dengan cara baru. Pembelajaran
mengikuti urutan kurikulum secara ketat. Penekanan dalam pembelajaran dan evaluasi
adalah pada hasil belajar.
Tekankan tanggapan pasif saat mengevaluasi siswa, dan lihat setiap
keterampilan secara terpisah. Respon yang tepat sangat diperlukan untuk evaluasi
hasil belajar. Dengan kata lain, jika respon yang diberikan “tepat” terhadap instruksi
guru, berarti siswa telah menyelesaikan tugas belajarnya. Evaluasi pembelajaran
dilakukan setelah kegiatan pembelajaran selesai dan dianggap sebagai komponen
terpisah dari kegiatan pembelajaran. Filosofi ini sangat menekankan pada penilaian
kemampuan unik setiap siswa (Degeng, 2006).
Prinsip-Prinsip dalam Teori Behavioristik:
12
kehormatan, kemampuan, status tinggi, dan juga kekuatan, sehingga dalam
banyak hal seorang guru bisa menjadi model yang paling berpengaruh.
● Pengolahan Informasi Norman
Norman melihat bahwa materi baru akan dipelajari dengan
menghubungkannya dengan sesuatu yang sudah diketahuinya, yang dalam
teorinya di sebut learning by analogy.
● Teori Piaget
Gambaran umum tentang Teori Kognitif Jean Piaget
Jean Piaget (1896-1980) lahir di Swiss. Pada awal mulanya ia ahli biologi, dan
dalam usia 21 tahun sudah meraih gelar doktor. Ia telah berhasil menulis lebih
dari 30 buku bermutu, yang bertemakan perkembangan anak dan kognitif.
Pengaruh pemikiran Jean Piagert baru mempengaruhi masyarakat, seperti di
Amirika Serikat, Kanada, dan Australia baru sekitar tahun 1950-an. Menurut
Bruno (dalam Muhibin Syah), hal ini disebabkan karena terlalu kuatnya
cengkeraman aliran Behaviorisme gagasan Watson (1878-1958).
13
2. Vygotsky
Teori konstuktivisme dari Vygotsky merupakan interaksi yang dilakukan
antara aspek eksternal dan internal pada lingkungan sosial. Pandangan
Vygotsky dalam konstruktivisme sosial terdiri dari :
a) Peserta didik merupakan individu unik yang memiliki latar belakang yang
berbeda,
b) Pembelajaran dapat diperoleh dari latar belakang peserta didik,
pengalaman, interaksi, dan budaya masyarakat,
c) Pembelajaran yang dilaksanakan oleh peserta didik melalui proses
pembelajaran bermain, penyampaian materi secara formal, serta kerja
sama yang dilakukan oleh peserta didik lain yang lebih mahir,
d) Motivasi peserta didik dalam belajar dipengaruhi oleh pengalaman dan
keyakinan diri,
e) Dalam proses pembelajaran pengajar berperan sebagai pembimbing/
fasilitator
f) Pembelajaran dapat berjalan dalam situasi sosial yang aktif atau adanya
interaksi maupun aktivitas,
g) Pembelajaran dapat berlangsung dengan adanya kolaborasi antara
pengajar, bahan pengajar, serta peserta didik, dan
h) Pembelajaran berasaskan konteks penting (Wicaksana, 2018).
3. Jerome Bruner
Pakar psikologi kognitif Jerome Bruner. Menurut Bruner, inisiasi akan
konsisten dengan pengejaran aktif pengetahuan itu sendiri. Dalam teorinya,
Jerome Bruner mengklaim bahwa siswa dapat belajar secara aktif melalui konsep
dan prinsip untuk memperoleh pengetahuan. Dia mengklaim bahwa belajar dapat
muncul melalui proses pemecahan masalah untuk mengembangkan pengetahuan
yang bermakna. Tuntutan belajar penemuan bermula dari anggapan bahwa belajar
sejati terjadi melalui eksplorasi individu (Sudarsana, 2018: 9).
4. Johan Deweey
Johan Dewey adalah pendukung konstruktivisme yang mengklaim bahwa
pengasuh harus melakukan pembelajaran irasional melalui pengalaman untuk
mendukung teori konstruktivisme. Dewey juga menjelaskan bahwa keterlibatan
siswa dalam diskusi kelas dan kegiatan belajar mengajar memiliki dampak yang
signifikan.
14
C. Tokoh-Tokoh Aliran Behaviorisme
Beberapa tokoh-tokoh aliran Behaviorisme :
1. Edward Lee Thorndike (1874-1949)
Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan
respon. Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti
pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera atau
suatu perubahan dari lingkungan eksternal yang menjadi tanda untuk
mengaktifkan organisme untuk bereaksi atau berbuat. Sedangkan respon adalah
reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang dapat pula berupa
pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan (akibat adanya rangsangan). Jadi
perubahan tingkah laku akibat kegiatan belajar dapat berwujud konkrit, yaitu
yang dapat diamati, atau tidak konkrit yaitu yang tidak dapat diamati. Meskipun
aliran behaviorisme sangat mengutamakan pengukuran, tetapi tidak dapat
menjelaskan bagaimana cara mengukur tingkah laku yang tidak dapat diamati.
Teori Thorndike ini disebut pula dengan teori koneksionisme (Slavin, 2000).
Menurut Thorndike, belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi
antara peristiwaperistiwa yang disebut stimulus (S) dengan respon (R).
2. Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936)
Mula-mula ia menunjukkan makanan (unconditioned stimulus) kepada anjing
yang sedang kelaparan dan mengeluarkan air liur (unconditioned response).
Kemudian Pavlov membunyilkan bel yang (conditioned stimulus) yang
diteruskan dengan pemberian makanan (unconditioned stimulus) kepada anjing
(unconditioned response). Selanjutnya, dalam penelitian Pavlov, yang terjadi
adalah ketika bel mulai dibunyikan maka pada saat yang sama anjing
mengeluarkan air liurnya. Anjing merespon bel tersebut dengan air liur meskipun
tanpa adanya makanan. Classical conditioning telah terjadi. Pebelajar (anjing)
mengenali hubungan antara unconditioned stimulus (makanan) dengan
conditional stimulus (bel) (Kusmintardjo dan Mantja, 2011).
Urutan kejadian melalui percobaan terhadap anjing :
1. US (unconditioned stimulus) = stimulus asli atau netral: Stimulus tidak
dikondisikan yaitu stimulus yang langsung menimbulkan respon, misalnya daging
dapat merangsang anjing untuk mengeluarkan air liur.
15
2. UR (unconditioned respons): disebut perilaku responden (respondent
behavior) respon tak bersyarat, yaitu respon yang muncul dengan hadirnya US,
yaitu air liur anjing keluar karena anjing melihat daging.
3. CS (conditioning stimulus): stimulus bersyarat, yaitu stimulus yang tidak
dapat langsung menimbulkan respon. Agar dapat menimbulkan respon perlu
dipasangkan dengan US secara terus-menerus agar menimbulkan respon.
Misalnya bunyi bel akan menyebabkan anjing mengeluarkan air liur jika selalu
dipasangkan dengan daging.
4. CR (conditioning respons): respons bersyarat, yaitu rerspon yang muncul
dengan hadirnya CS, Misalnya: air liur anjing keluar karena anjing mendengar
bel.
Dari eksperimen Pavlov setelah pengkondisian atau pembiasan dapat
diketahui bahwa daging yang menjadi stimulus alami (UCS = Unconditional
Stimulus = Stimulus yang tidak dikondisikan) dapat digantikan oleh bunyi
lonceng sebagai stimulus yang dikondisikan (CS = Conditional Stimulus =
Stimulus yang dikondisikan). Ketika lonceng dibunyikan ternyata air liur anjing
keluar sebagai respon yang dikondisikan. Dengan menerapkan strategi Pavlov
ternyata individu dapat dikendalikan melalui cara mengganti stimulus alami
dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang
diinginkan, sementara individu tidak menyadari bahwa ia dikendalikan oleh
stimulus yang berasal dari luar dirinya.
3. Burrhus Frederic Skinner (1904 – 1990)
Konsep-konsep yang dikemukanan Skinner tentang belajar lebih mengungguli
konsep para tokoh sebelumnya. Ia mampu menjelaskan konsep belajar secara
sederhana, namun lebih komprehensif.
4. Edwin Ray Guthrie (1886 – 1959)
Azas belajar Guthrie yang utama adalah hukum kontiguiti yaitu Contiguity
dapat diartikan sebagai rangkaian peristiwa, hal-hal atau benda-benda yang terus
saling berkait antara satu dengan lainnya. Teori ini dikembangkan oleh Edwin
Ray Guthrie (1886-1956).
5. John Watson (1878-1958)
Watson mendefinisikan belajar sebagai proses interaksi antara stimulus dan
respon, namun stimulus dan respon yang dimaksud harus dapat diamati
(observable) dan dapat diukur. Jadi, walaupun dia mengakui adanya
16
perubahanperubahan mental dalam diri seseorang selama proses belajar, namun
dia menganggap faktor tersebut sebagai hal yang tidak perlu diperhitungkan
karena tidak dapat diamati. Watson adalah seorang behavioris murni, karena
kajiannya tentang belajar disejajarkan dengan ilmu-ilmu lain seperi Fisika atau
Biologi yang sangat berorientasi pada pengalaman empirik semata, yaitu sejauh
mana dapat diamati dan diukur.
6. Clark L. Hull (1884-1952)
Clark Hull juga menggunakan variabel hubungan antara stimulus dan respon
untuk menjelaskan pengertian belajar Penguatan tingkah laku juga masuk dalam
teori ini, tetapi juga dikaitkan dengan kondisi biologis (Gredler, 1991).
7. Albert Bandura (1925)
Bandura lahir di Canada, memperoleh gelar Ph. D dari University of Iowa dan
kemudian mengajar di Stanford University.
Inti utama dalam teori ini adalah bahwa dalam belajar tidak hanya ada
reinforcement dan punishment saja, namun menyangkut perasaan dan pikiran.
Teori belajar sosial menyatakan tentang pentingnya manusia dalam proses
belajar, yang disebutnya dengan sebutan proses kognitif. Faktor-faktor yang
berproses dalam belajar observasi adalah: 1) perhatian, mencakup peristiwa
peniruan dan karakteristik pengamat; 2) penyimpanan atau proses mengingat,
mencakup kode pengkodean simbolik; 3) reproduksi motorik, mencakup
kemampuan fisik, kemampuan meniru, keakuratan umpan balik; 4) motivasi,
mencakup dorongan dari luar dan penghargaan terhadap diri sendiri
(Kusmintardjo dan Mantja, 2011).
Teori utama :
Observational learning atau modeling adalah faktor penting dalam proses
belajar manusia.
Dalam proses modeling, konsep reinforcement yang dikenal adlaah
vicarious reinforcement, reinforcement yang terjadi pada orang lain dapat
memperkuat perilaku individu. Self-reinforcement, individu dapat memperoleh
reinforcement dari dalam dirinya sendiri, tanpa selalu harus ada orang dari luar
yang memberinya reinforcement.
Menekankan pada self-regulatory learning process, seperti self-judgement,
self-control, dan lain sebagainya.
17
Memperkenalkan konsep penundaan self-reinforcement demi kepuasan yang
lebih tinggi di masa depan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Teori belajar merupakan upaya untuk mendeskripsikan bagaimana manusia belajar,
sehingga membantu kita semua memahami proses inhern yang kompleks dari belajar.
Namun teori belajar ini tidak-lah semudah yang dikira, dalam prosesnya teori belajar ini
membutuhkan berbagai sumber sarana yang dapat menunjang, seperti : lingkungan
mahasiswa, kondisi psikologi mahasiswa, perbedaan tingkat kecerdasan mahasiswa.
Semua unsur ini dapat dijadikan bahan acuan untuk menciptakan suatu model teori belajar
yang dianggap cocok, tidak perlu terpaku dengan kurikulum yang ada asalkan tujuan dari
teori belajar ini sama dengan tujuan Pendidikan. Makalah ini sudah cukup banyak
membahas tetang teori-teori pembelajaran. Teori-teori pembelajaran tersebut menjelaskan
apa itu belajar, tokoh-tokoh aliran pembelajaran dan bagaimana mana belajar itu terjadi.
Teori Kognitif, Konstruktivisme, dan Behaviorisme yang memiliki masing-masing ciri,
prinsip, dan konsepnya.
18
3.2. Saran
Perkembengan dunia pendidikan terus berlangsung sejalan dengan tuntutan hidup
manusia untuk menjawab perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin
hari semakin maju dan kompleks. Dunia pendidikan juga dituntut untuk peka terhadap
perubahan dan perkembangan sekecil apa pun dalam dunia ilmu pengetahuan dan
teknologi. Dalam konteks ini peran dosen tidaklah kecil. Dosen sebagai ujung tombak
pelaksana pendidikan terdepan dituntut untuk terus mengembangkan pengetahuan,
kemampuan serta keterampilannya. Oleh karena itu disarankan kepada semua yang
berhubungan dengan dunia pendidikan dan khususnya dosen ataupun guru dapat membaca
dan memahami Teori-teori pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
19
LAMPIRAN
20