Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

TEORI BELAJAR KOGNITIVISTIK DAN IMPLIKASINYA

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Belajar dan Pembelajaran

Yang diampu oleh oleh Bapak Prof. Dr. Ach. Rasyad , M.Pd

Disusun Oleh Kelompok 3:

Hafsa Chandra Rahmadiyanti 200311613654


Ismatul Izzah 200321614871
Moch. Adhim Al Akbar 200321614914
Nabilah Miftahul Rahma S. 200311613619

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

MARET 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “TEORI
BELAJAR KOGNITIVISTIK DAN IMPLIKASINYA” ini dengan tepat waktu. Tak lupa,
sholawat serta salam senantiasa kami curahkan kepada beliau Baginda Rasulullah SAW yang
kita nantikan syafaatnya kelak. Adapun makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
kelompok pada mata kuliah Belajar dan Pembelajaran.

Adapun dalam proses menyelesaikan makalah ini, tentu terdapat banyak pihak yang
memberikan bantuan material maupun dukungan moral kepada kami, sehingga makalah ini
dapat disusun dengan lancar. Maka dari itu, dalam kesempatan ini kami menyampaikan
terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ach. Rasyad , M.Pd., selaku dosen pembimbing mata kuliah
Belajar dan Pembelajaran yang telah memberikan bimbingan, informasi, dan
arahan dalam menyelesaikan makalah ini;

2. Kedua Orang Tua yang telah memberikan bantuan material dan dukungan moral
kepada kami dalam mengerjakan makalah ini;

3. Teman-teman offering A11 yang telah membantu kami dalam menyelesaikan


makalah ini;

4. Seluruh pihak yang turut membantu kelancaran dalam pengerjaan makalah ini
dan tidak sempat disebutkan satu persatu.

Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna mencapai
kesempurnaan dalam penyusunan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat dan dapat menjadi referensi bagi pembaca.

Malang, 4 September 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1
C. Tujuan.............................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................2
A. Pengertian Teori Kognitiv..............................................................................................2
B. Tokoh Teori Pembelajaran Kognitivisme ……………………………………………..2
C. Kelebihan Teori Kognitiv ……………………………………………………………..8
D. Kekurangan Teori Kognitiv……………………………………………………………9

BAB III PENUTUP...........................................................................................................11


A. Kesimpulan...................................................................................................................11
B. Saran.............................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................13

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Belajar merupakan suatu kegiatan yang disengaja yang bertujuan mencapai suatu
kecakapan, kepandaian atau kemahiran baru yang dapat digunakan dalam kehidupan.
Setiap perjalanan kehidupan manusia akan selalu menghadapi hal baru, situasi baru dan
menuntutnya untuk memahami agar dapat tetap berinteraksi secara baik terhadap kondisi
lingkungan yang dihadapinya. Disinilah letak pentingnya sebuah teori pembelajaran.
Teori belajar merupakan upaya untuk mendeskripsikan bagaimana seorang anak belajar,
bagaimana seorang guru belajar mengajar sehingga membantu kita semua memahami
proses yang kompleks dari belajar. Dalam membahas teori-teori tentang belajar, sudah
banyak teori yang muncul seperti teori behavioristik, teori kognitivistik, teori humanistik
dan lainnya. Agar lebih spesifik dan terfokus, dalam makalah ini akan hanya akan
menguraikan dan menjelaskan satu dari beberapa teori pembelajaran yang sudah ada,
yaitu pada Teori Pembelajaran Kognitivistik. Dan dari penjelasan ini nantinya diharapkan
bisa memberikan pemahaman yang utuh dan dapat diterapkan dalam proses
pembelajaran.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian teori kognitif?

2. Apa saja teori kognitif dalam pembelajaran beserta implikasinya?

3. Apa saja kelebihan dan kekurangan pada teori kognitif?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian teori kognitif.

2. Untuk mengetahui teori kognitif dalam pembelajaran beserta implikasinya.

3. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan pada teori kognitif.

1
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Pengertian Teori Kognitif


Definisi “Cognitive” berasal dari kata “Cognition” yang mempunyai persamaan
dengan “knowing” yang berarti mengetahui. Dalam arti yang luas kognition/kognisi ialah
perolahan penataan, penggunaan pengetahuan Dalam istilah pendidikan, kognitif
didefinisikan sebagai satu teori di antara teori-teori belajar yang memahami bahwa
belajar merupakan pengorganisasian aspek-aspek kognitif dan persepsi untuk
memperoleh pemahaman. Dalam teori kognitif, tingkah laku seseorang ditentukan oleh
persepsi dan pemahamannya. Sedangkan situasi yang berhubungan dengan tujuan dan
perubahan tingkah laku sangat ditentukan oleh proses berfikir internal yang terjadi
selama proses belajar.
Teori belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil
belajarnya. Para penganut aliran kognitif mengatakan bahwa belajar tidak sekedar
melibatkan hubungan antara stimulus dan respon. Namun lebih dari itu, belajar
melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Pada dasarnya belajar adalah suatu
proses usaha yang melibatkan aktivitas mental yang terjadi dalam diri manusia sebagai
akibat dari proses interaksi aktif dengan lingkungannya untuk memperoleh suatu
perubahan dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, tingkah laku, ketrampilan dan nilai
sikap yang bersifat relatif dan berbekas.
Dalam belajar, kognitivisme mengakui pentingnya faktor individu dalam belajar
tanpa meremehkan faktor eksternal atau lingkungan. Bagi kognitivisme, belajar
merupakan interaksi antara individu dan lingkungan, dan hal itu terjadi terus-menerus
sepanjang hayatnya. Teori ini juga mengenal konsep bahwa belajar ialah hasil interaksi
yang terus-menerus antara individu dan lingkungan melalui proses asimilasi dan
akomodasi. Teori kognitivisme mengungkapkan bahwa belajar yang dilakukan individu
adalah hasil interaksi mentalnya dengan lingkungan sekitar sehingga menghasilkan
perubahan pengetahuan atau tingkah laku.

B. Tokoh Teori Pembelajaran Kognitivisme


1. Teori Perkembangan Kognitif, dikembangkan oleh Jean Piaget.

2
a) Belajar menurut Teori Kognitif Jean Piaget
Teori belajar yang dipopulerkan oleh Jean Piaget dikenal dengan
sebutan teori perkembangan Kognitif. Piaget sebagai salah seorang pakar
psikologi Kognitif menemukan teori mengenai belajar berdasar pada kesannya
atas sikap para peserta didik dalam memahami dunianya. Jean Piaget
mengemukakan bahwa proses belajar akan terjadi apabila ada aktivitas
individu berinteraksi dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisiknya.
Pertumbuhan dan perkembangan individu merupakan suatu proses sosial.
Individu tidak berinteraksi dengan lingkungan fisiknya sebagai suatu individu
terikat, tetapi sebagai bagian dari kelompok sosial. Akibatnya lingkungan
sosialnya berada di antara individu dengan lingkungan fisiknya. Interaksi
Individu dengan orang lain memainkan peranan penting dalam
mengembangkan pandangannya terhadap alam. Melalui pertukaran ide-ide
dengan orang lain, individu yang tadinya memiliki pandangan subyektif
terhadap sesuatu yang diamatinya akan berubah pandangannya menjadi
obyektif. Piaget mengemukakan bahwa, perkembangan kognitif memiliki
peran yang sangat penting dalam proses belajar. Perkembangan kognitif pada
dasarnya merupakan proses mental. Proses mental tersebut pada hakekatnya
merupakan perkembangan kemampuan penalaran logis (development of ability
to respon logically). Bagi Piaget, berfikir dalam proses mental tersebut jauh
lebih penting dari sekedar mengerti. Semakin bertambah umur seseorang,
maka semakin kompleks susunan sel syarafnya dan semakin meningkat pula
kemampuan kognitifnya.
Menurut Peaget, ada tiga proses yang mendasari perkembangan
individu yaitu asimilasi, akomodasi, dan ekuilibrasi. Asimilasi ialah pemaduan
data atau informasi baru dengan struktur kognitif yang ada, akomodasi ialah
penyesuaian struktur kognitif yang sudah ada dengan situasi baru, dan
ekuilibrasi ialah penyesuaian secara seimbang, terus-menerus yang dilakukan
antara asimilasi dan akomodasi.
b) Tahap-tahap Perkembangan Kognitif Menurut Jean Piaget
Menurut Piaget, pengetahuan dibentuk oleh individu melalui interaksi secara
terus menerus dengan lingkungan. Ada empat tahap perkembangan kognitif
menurut Piaget, yaitu :

3
 Tahap sensorimotor (usia 0-2 tahun) individu memahami sesuatu atau
tentang dunia dengan mengkoordinasikan pengalaman-pengalaman
sensoris, (seperti melihat, dan mendengar) dan dengan tindakan-tindakan
motorik fisik.
 Tahap pra-operasional (usia 2-7 tahun) individu mulai melukiskan dunia
melalui tingkah laku dan kata-kata. Tetapi belum mampu untuk
melakukan operasi, yaitu melakukan tindakan mental yang
diinternalisasikan atau melakukan tindakan mental terhadap apa yang
dilakukan sebelumnya secara fisik.
 Tahap operasional konkret (usia 7-11 tahun) individu mulai berpikir
secara logis tentang kejadian-kejadian yang bersifat konkret. Individu
sudah dapat membedakan benda yang sama dalam kondisi yang berbeda.
 Tahap operasional formal (11 tahun ke atas). Sementara Salvin
menjelaskan bahwa pada operasional formal terjadi pada usia 11 sampai
dewasa awal. Pada masa ini individu mulai memasuki dunia
“kemungkinan” dari dunia yang sebenarnya atau individu mengalami
perkembangan penalaran abstrak. Individu dapat berpikir secara abstrak,
lebih logis dan idealis.
c) Implikasi Teori Kognitif Piaget dalam Pembelajaran
Ada beberapa hal penting yang diambil terkait teori kognitif sebagaimana
dikemukakan oleh Piaget, diantaranya adalah :
 Individu dapat mengembangkan pengetahuannya sendiri. Maksudnya
adalah pengetahuan yang dimiliki oleh setiap individu dapat dibentuk
dan dikembangkan oleh individu sendiri melalui interaksi dengan
lingkungan yang terus-menerus dan selalu berubah. Dalam berinteraksi
dengan lingkungan tersebut, individu mampu beradaptasi dan
mengorganisasikan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan dalam
struktur kognitifnya, pengetahuan, wawasan dan pemahamannya
semakin berkembang. Atau dengan kata lain, individu dapat pintar
dengan belajar sendiri dari lingkungannya.
 Individualisasi dalam pembelajaran. Dalam proses pembelajaran harus
disesuaikan dengan tingkat perkembangan individu. Hal ini disebabkan
karena setiap tahap perkembangan kognitif memiliki karakteristik

4
berbeda-beda. Susunan saraf seorang akan semakin kompleks seiring
dengan bertambahnya umur. Penjenjangan ini bersifat hirarki, yaitu
melalui tahap-tahap tertentu sesuai dengan umurnya. Seseorang tidak
dapat mempelajari sesuatu yang di luar kemampuan kognitifnya.
Misalnya: belajar menggambar, mengenal benda, menghitung dan
sebagainya. Seorang guru yang bila tidak memperhatikan tahapan-
tahapan perkembangan kognitif, maka akan cenderung menyulitkan
siswa. Dalam proses pembelajaran juga harus memperhatikan tingkat
perkembangan peserta didik. Bahasa dan cara berfikir anak berbeda
dengan orang dewasa. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran,
guru harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak.
2. Teori Belajar J. S Bruner ( Belajar Penamuan)
a) Teori belajar menurut Jerome S. Bruner
Teori kognisi J. S Bruner menekankan pada cara individu
mengorganisasikan apa yang telah dialami dan dipelajari, sehingga individu
mampu menemukan dan mengembangkan sendiri konsep, teori-teori dan
prinsip-prinsip melalui contoh-contoh yang dijumpai dalam kehidupannya.
Untuk meningkatkan proses belajar, menurut Bruner diperlukan lingkungan
yang dinamakan “discovery learning envoirment” atau lingkungan yang
mendukung individu untuk melakukan eksplorasi dan penemuan-penemuan
baru. Belajar penemuan (discovery learning) merupakan salah satu model
pembelajaran atau belajar kognitif yang dikembangkan oleh Bruner.
Menurut Bruner, belajar bermakna hanya dapat terjadi melalui belajar
penemuan yang terjadi dalam proses belajar. Guru harus menciptakan
situasi belajar yang problematis, menstimulus siswa dengan pertanyaan-
pertanyaan, mencari jawaban sendiri dan melakukan eksperimen. Bentuk
lain dari belajar penemuan adalah guru menyajikan contoh-contoh dan
siswa bekerja dengan tersebut sampai dapat menemukan sendiri dan
melakukan percobaan. Dengan cara seperti ini, pengetahuan yang
diperoleh oleh individu lebih bermakna baginya, lebih mudah diingat dan
lebih mudah digunakan dalam pemecahan masalah. Dasar pemikiran teori
ini memandang bahwa manusia sebagai pemeroses, pemikir dan pencipta
informasi. Bruner menyatakan, belajar merupakan suatu proses aktif yang

5
memungkinkan manusia untuk menemukan hal-hal baru di luar informasi
yang diberikan kepada dirinya.
b) Tahap-tahap dalam proses pembelajaran
Menurut Bruner, belajar pada dasarnya merupakan proses kognitif yang
terjadi dalam diri seseorang. Ada 3 proses kognitif dalam belajar, yaitu:
 Proses pemerolehan informasi baru.
 Proses mentransformasikan informasi yang diterima.
 Menguji atau mengevaluasi relevansi dan ketepatan pengetahuan
Perolehan informasi baru dapat terjadi melalui kegiatan membaca,
mendengarkan penjelasan guru mengenai materi yang diajarkan atau
mendengarkan atau melihat audiovisual dan lain-lain. Proses tranformasi
yaitu tahap memahami, mencerna dan menganalisis pengetahuan baru serta
mentransformasikan dalam bentuk baru yang mungkin bermanfaat untuk
hal-hal yang lain. Tahap selanjutnya adalah menguji relevansi dan
ketepatan pengetahuan atau informasi yang telah diterima tersebut atau
mengetahui apakah hasil tranformasi pada tahap kedua benar atau tidak.
c) Implikasi Teori Belajar Jerome Bruner dalam Pembelajaran
 Partisipasi aktif individu dan mengenal perbedaan. Dalam proses
pembelajaran harus menekankan pada cara individu mengorganisasikan
apa yang telah dialami dan dipelajari. Sehingga dengan demikian
individu mampu menemukan dan mengembangkan sendiri konsep,
teori-teori dan prinsip-prinsip melalui contoh-contoh yang dijumpai
dalam kehidupannya. Tujuan pembelajaran hanya diuraikan secara
garis besar. Walaupun demikian, pembelajaran terhadap individu tidak
harus menunggu individu mencapai tahap perkembangan tertentu.
Individu dapat mempelajari sesuatu meskipun umurnya belum
memadai, asalkan materi pembelajaran disusun berdasarkan urutan isi
dan disesuaikan dengan karakteristik kognitifnya.
 Guru berperan sebagai tutor, fasilitator, motivator dan evaluator.
Dengan kata lain, guru tidak harus mengendalikan proses
pembelajaran. Guru hendaknya mengarahkan pelajaran pada
penemuan dan pemecahan masalah. Penilaian hasil belajar meliputi
tentang konsep dasar dan penerapannya pada situasi yang baru. Selain

6
itu, dalam belajar penemuan, teman dan siswa memiliki perang yang
sangat penting. Sebagaimana diuraikan di atas, dalam teori Bruner,
lebih menekankan agar siswa berperan aktif dalam proses
pembelajaran, dan memberikan kesempatan kepada siwa untuk
menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui
contoh-contoh yang dijumpai dalam kehidupannya.
 Menghadapkan anak pada suatu situasi yang membingungkan atau
suatu masalah; anak akan berusaha membandingkan realita di luar
dirinya dengan model mental yang telah dimilikinya; dan dengan
pengalamannya anak akan mencoba menyesuaikan atau
mengorganisasikan kembali struktur‐ struktur idenya dalam rangka
untuk mencapai keseimbangan di dalam benaknya.
3. Teori Belajar Ausubel: Belajar Bermakna
a) Belajar menurut teori Ausubel
Menurut Ausubel, belajar dapat dilkasifikasikan ke dalam dua dimensi.
Dimensi pertama, berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran
disajikan pada siswa, melalui penerimaan atau penemuan. Dimensi kedua,
menyangkut cara bagaimana siswa dapat mengaitkan informasi itu pada
struktur kognitif yang ada. Struktur kognitif tersebut mencakup fakta-fakta,
konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi yang telah dipelajari dan
diinginkan oleh siswa. Pada tingkat pertama dalam belajar, informasi dapat
dikomunikasikan kepada siswa baik dalam bentuk belajar penerimaan yang
manyajikan informasi secara final, maupun dalam bentuk belajar penemuan
yang mengharuskan siswa menemukan sendiri sebagian atau seluruh materi
yang akan diajarkan. Pada tingkat kedua, siswa menghubungkan atau
mengaitkan informasi baru dengan struktur pengetahuan (fakta, konsep-
konsep, generalisasi dan lainnya) yang dimiliki oleh siswa, dalam hal ini
terjadi belajar bermakna (meaningful learning). Akan tetapi, siswa dapat
juga berusaha mencoba-coba menerima, menguasai dan menghafal
informasi baru itu tanpa menghubungkan dengan konsep-konsep yang ada
dalam kognitifnya, maka terjadilah belejar hafalan (rote learning). Menurut
teori Ausubel, belajar dengan cara menerima informasi dapat dibuat
bermakna apabila dijelaskan, kemudian dihubungkan antara konsep yang

7
satu dengan yang lainnnya. Begitu sebaliknya, belajar penemuan (termasuk
penemuan mandiri) akan kurang bermakna apabila hanya dilakukan dengan
hafalan.
b) Tahap-tahap dalam proses pembelajaran
 Memperhatikan stimulus yang diberikan
 Memahami makna stimulus menyimpan dan menggunakan
informasi yang sudah dipahami
 Meaning full learning adalah suatu proses dikaitkannya.
c) Implikasi Teori Belajar Ausubel dalam Pembelajaran
 Kunci keberhasilan dalam belajar terletak pada kebermaknaan bahan
ajar yang diterima atau yang dipelajari oleh siswa. Untuk
mewujudkan pembelajaran yang bermakna ini, guru sangat dituntut
untuk mempu menggali dan mengeksplorasi segala potensi yang
dimiliki oleh siswa dengan berbagai macam strategi, model, metode
dan pendekatan pembelajaran. Sehingga siswa terbantu dalam
memperoleh informasi, ide, keterampilan, cara berfikir dan
mengekspresikan dirinya guna memendapatkan sesuatu yang
bermakna dari proses pembelajaran.
 Belajar bermakna akan berhasil apabila ada motivasi intrinsik dari
dalam diri siswa. Menurut Ausubel, belajar bermakna akan terjadi
apabila siswa memiliki minat dan kesiapan untuk belajar. Minat dan
kesiapan erat kaitannya dengan motivasi. Motivasi yang terpenting
adalah motivasi intrinsik, yaitu motivasi yang datang dari dalam diri
individu. Dengan adanya motivasi intrinsik ini akan menumbuhkan
minat dalam diri individu, dan menggerakkan individu untuk
mempersiapkan diri untuk belajar, baik mempersiapkan diri secara
fisik maupun psikis. Motivasi intrinsik ini sesungguhnya dapat
dibetuk melalui motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi yang datang dari
luar diri individu. Seperti dorongan dari orang tua, guru, teman dan
sebagainya. Oleh karena itu, guru dan orang tua memiliki peran yang
sangat penting dalam menumbuhkan motivasi intrinsik dalam diri
siswa. Dorongan, perhatian dan kasih sayang orang tua dan guru

8
merupakan salah satu faktor yang akan menumbuhkan motivasi
intrinsik dalam diri sisiwa terkait dengan belajar.
 Seorang pendidik, mereka harus dapat memahami bagaimana cara
belajar siswa yang baik, sebab mereka para siswa tidak akan dapat
memahami bahasa bila mereka tidak mampu mencerna dari apa yang
mereka dengar ataupun mereka tangkap.
C. Kelebihan Teori Kognitif
Teori pembelajaran kognitif memiliki kelebihan sebagai berikut:
a) Menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri dan membantu siswa
memahami bahan belajar secara lebih mudah.
b) Sebagian besar dalam kurikulum pendidikan negara Indonesia lebih
menekankan pada teori kognitif yang mengutamakan pada pengembangan
pengetahuan yang dimiliki pada setiap individu.
c) Pada metode pembelajaran kognitif pendidik hanya perlu memberikan
dasar-dasar dari materi yang diajarkan unruk pengembangan dan
kelanjutannya deserahkan pada peserta didik, dan pendidik hanya perlu
memantau, dan menjelaskan dari alur pengembangan materi yang telah
diberikan.
d) Dengan menerapkan teori kognitif ini maka pendidik dapat
memaksimalkan ingatan yang dimiliki oleh peserta didik untuk mengingat
semua materi-materi yang diberikan karena pada pembelajaran kognitif
salah satunya menekankan pada daya ingat peserta didik untuk selalu
mengingat akan materi-materi yang telah diberikan.
e) Metode kognitif ini mudah untuk diterapkan dan juga telah banyak
diterapkan pada pendidikan di Indonesia dalam segala tingkatan

D. Kekurangan Teori Kognitiv

Berikut adalah beberapa kekurangan dari metode pembelajaran kognitif:

a) Teori tidak menyeluruh untuk semua tingkat pendidikan; sulit di


praktikkan khususnya di tingkat lanjut; beberapa prinsip seperti
intelegensi sulit dipahami dan pemahamannya masih belum tuntas.

9
b) Pada dasarnya teori kognitif ini lebih menekankan pada kemampuan
ingatan peserta didik, dan kemampuan ingatan masing-masing peserta
didik, sehingga kelemahan yang terjadi di sini adalah selalu menganggap
semua peserta didik itu mempunyai kemampuan daya ingat yang sama
dan tidak dibeda-bedakan.
c) Adakalanya juga dalam metode ini tidak memperhatikan cara peserta
didik dalam mengeksplorasi atau mengembangkan pengetahuan dan cara-
cara peserta didiknya dalam mencarinya, karena pada dasarnya masing-
masing peserta didik memiliki cara yang berbeda-beda.
d) Jika dalam sekolah kejuruan hanya menggunakan metode kognitif tanpa
adanya metode pembelajaran lain maka peserta didik akan kesulitan
dalam praktek kegiatan atau materi.

10
BAB 3

PENUTUP

A. Kesimpulan
Definisi (Cognitive) berasal dari kata (Cognition) yang mempunyai persamaan
dengan (knowing) yang berarti mengetahui. Dalam arti yang luas kognition/kognisi
ialah perolahan penataan, penggunaan pengetahuan. Dalam teori kognitif, tingkah
laku seseorang ditentukan oleh persepsi dan pemahamannya.
Teori pembelajaran kognitivisme dibagi menjadi 3 tokoh yaitu, Jean Piaget, J.
S Bruner, Ausubel. Piaget mengemukakan bahwa, perkembangan kognitif memiliki
peran yang sangat penting dalam proses belajar. Tetapi belum mampu untuk
melakukan operasi, yaitu melakukan tindakan mental yang diinternalisasikan atau
melakukan tindakan mental terhadap apa yang dilakukan sebelumnya secara fisik.
Implikasinya ada dua yaitu Individu dapat mengembangkan pengetahuannya sendiri
dan individualisasi dalam pembelajaran.
Teori kognisi J. S Bruner menekankan pada cara individu mengorganisasikan
apa yang telah dialami dan dipelajari. Menurut Bruner diperlukan lingkungan yang
dinamakan “discovery learning envoirment” atau lingkungan yang mendukung
individu untuk melakukan eksplorasi dan penemuan-penemuan baru. Implikasinya
yaitu partisipasi aktif individu dan mengenal perbedaan serta guru berperan sebagai
tutor, fasilitator, motivator dan evaluator.
Menurut Ausubel, belajar dapat dilkasifikasikan ke dalam dua dimensi.
Dimensi pertama, berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran disajikan
pada siswa, melalui penerimaan atau penemuan. Dimensi kedua, menyangkut cara
bagaimana siswa dapat mengaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang ada.
Implikasinya adalah kunci keberhasilan dalam belajar terletak pada kebermaknaan

11
bahan ajar yang diterima atau yang dipelajari oleh siswa, dan belajar bermakna akan
berhasil apabila ada motivasi intrinsik dari dalam diri siswa.
Selain itu, teori kognitiv ini memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan.
Salah satu kelebihannya seperti menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri dan
membantu siswa memahami bahan belajar secara lebih mudah. Untuk kekurangannya
seperti beberapa prinsip seperti intelegensi sulit dipahami dan pemahamannya masih
belum tuntas.

B. Saran
Terdapat beberapa saran yang berhubungan dengan aktivitas pembelajaran
yang ada, diantaranya hendaknya seorang pendidik melihat kemampuan para peserta
didiknya dan dapat berlaku adil dalam memberi ilmu serta tidak bersifat memaksa dan
menuntut untuk kesempurnaan pada setiap peserta didiknya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Abdurakhman, Omon & Radif, K.R. 2017. Teori Belajar dan Pembelajaran. DIDAKTIKA
TAUHIDI: Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 2(1). Dari
https://ojs.unida.ac.id/jtdik/article/view/302.

Anidar, Jum. 2017. Teori Belajar Menurut Aliran Kognitif Serta Implikasinya Dalam
Pembelajaran. Jurnal Al-Taujih: Bingkai Bimbingan dan Konseling Islami, 3(2). Dari
https://ejournal.uinib.ac.id/jurnal/index.php/attaujih/article/view/528.

Hidayah, Nur, dkk. 2017. Psikologi Pendidikan. Malang: Penerbit Universitas Negeri
Malang.

Nurhadi. 2020. TEORI KOGNITIVISME SERTA APLIKASINYA DALAM


PEMBELAJARAN. Jurnal Edukasi dan Sains, 2(1): 77-95. Dari
https://ejournal.stitpn.ac.id/index.php/edisi/article/download/786/541.

Sunarto. 2017. Teori Kognitif dan Implikasinya Dalam Pembelajaran. Islamic Conseling,
1(2). Dari http://journal.iaincurup.ac.id/index.php/JBK/article/view/331.

13

Anda mungkin juga menyukai