Anda di halaman 1dari 3

Pengaruh keluarga terhadap terhadap Ibadah Shalat Anak

Oleh: Ismatul Izzah (200321614871)

Keluarga merupakan suatu institusi yang terbentuk karena ikatan perkawinan antara
sepasang suami istri untuk hidup bersama, membina mahligai rumah tangga untuk mencapai
keluarga sakinah dalam lindungan dan ridha Allah swt, yang di dalamnya ada ayah ibu, dan
anak yang menjadi tanggung jawab orang tua. Pada dasarnya lingkungan sangat berpengaruh
bagi pertumbuhan anak, anak akan lebih mudah tumbuh dan berkembang di dalam keluarga
yang harmonis. Keluarga merupakan “Training Cemtre” bagi penanaman nilai-nilai (termasuk
juga nilai-nilai agama). Dalam artian keluarga mempunyai peran sebagai pusat latihan bagi
anak untuk memperoleh pemahaman tentang nilai-nilai (tata krama, sopan santun, atau ajaran
agama) dan kemampuan untuk mengamalkan atau menerapkannnya dalam kehidupan sehari-
hari, baik secara personal maupun sosial kemasyarakatan. Di sini peran orang tua sangatlah
penting dalam menanamkan nilai-nilai tersebut.

Pendidikan bagi anak merupakan sesuatu yang sangat penting. Pertama kali anak
mendapatkan pendidikan dari lingkungan keluarga, karena anak mulai dikenalkan dengan
nilai-nilai baik, norma-norma Islam dari orang tuanya atau orang-orang terdekat yang berada
dalam lingkungan keluarga. Orang tua harus bisa mendidik anaknya dengan baik, mengajarkan
dan menanamkan pendidikan islam sejak usia dini. Pokok ajaran Islam utama yang harus
ditanamkan pada anak meliputi aqidah, akhlak, dan ibadah. Terutama dalam hal ibadah, orang
tua harus mengajarkan dan membiasakan anaknya untuk melaksanakan ibadah shalat. Dalam
membiasakan ibadah shalat tidaklah cukup hanya dengan perkataan saja melainkan dengan
contoh dari orang tua, ajakan dan latihan menjalankannya agar anak menjadi terbiasa
menunaikan ibadah shalat dengan mudah dan bertahap. Orang tua harus memperhatikan anak-
anaknya agar tidak lalai terhadap shalatnya. Sholat merupakan tiang agama yang harus
dikerjakan oleh umat muslim dan merupakan ibadah yang pertama kali dihisab pada hari
pembalasan, Rasulullah Saw bersabda: Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya amal yang pertama kali
dihisab pada seorang hamba pada hari kiamat adalah shalatnya. Maka, jika shalatnya baik,
sungguh ia telah beruntung dan berhasil. Dan jika shalatnya rusak, sungguh ia telah gagal
dan rugi. Jika berkurang sedikit dari shalat wajibnya, maka Allah Ta’ala berfirman,
‘Lihatlah apakah hamba-Ku memiliki shalat sunnah.’ Maka disempurnakanlah apa yang
kurang dari shalat wajibnya. Kemudian begitu pula dengan seluruh amalnya.” (HR.
Tirmidzi, ia mengatakan hadits tersebut hasan.) [HR. Tirmidzi, no. 413 dan An-Nasa’i, no.
466. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini shahih].

Banyak sekali problematika yang terjadi saat ini baik dari pihak orang tua maupun dari
anak. Pada kehidupan saat ini tidak sedikit para orang tua kurang memperhatikan upaya,
pelatihan, dan pelaksanaan ibadah shalat pada anak. Para orang tua sibuk dengan pekerjaannya
masing-masing dan tidak mempunyai waktu untuk memberhatikan anaknya. Para orang tua
tidak pernah menanyakan kepada anaknya apakah sudah shalat atau belum. Orang tua tidak
pernah menegur anaknya ketika anak tidak shalat. Tentunya hal ini sangatlah tidak baik karena
anak tersebut mulai terbiasa meninggalkan shalatnya. Hal ini tidak sesuai dengan ajaran agama
islam. Sedangkan dari pihak anak seringkali menunda-nunda sholat bahkan sampai tidak sholat
karena berbagai alasan. Seharusnya tidak ada alasan untuk meninggalkan sholat,
bagaimanapun juga shalat merupakan kewajiban bagi setiap muslim. Jadi, anak harus dapat
meluangkan waktu untuk beribadah kepada-Nya.

Untuk mengatasi problematika tersebut diperlukan perhatian dan kesadaran dari orang
tua untuk lebih memperhatikan anaknya dalam beribadah kepada Allah, menjalin komunikasi
dengan pasangan untuk bekerja sama dalam mengawasi anak, membiasakan mengerjakan
ibadah shalat, dan menasehati/menegur anak ketika lalai dalam sholatnya. Kemudian untuk
sang anak juga butuh kesadaran dari diri sendiri, berusaha untuk shalat tepat waktu, tidak
menunda-nunda waktu shalat. Bahkan kalau bisa ikut shalat berjamaah, hal itu akan jauh lebih
baik daripada shalat sendiri. Rasulullah SAW telah menyebutkan dalam sebuah hadis bahwa
pahalanya 27 derajat lebih besar dari pada shalat sendiri. Dari Nafi' dari Abdulah bin Umar
bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Shalat jemaah itu melebihi shalat sendirian dengan 27
derajat," (HR Imam Bukhari).

Dari permasalahan di atas dapat disimpulkan bahwa keluarga khususnya orang tua
mempunyai tanggung jawab dan peranan penting dalam mendidik anaknya, menanamkan
ajaran agama islam dimulai sejak dini, terlebih mengenai ibadah shalat. Untuk akar dari
problematika di atas adalah kurangnya orang tua dalam mengawasi anaknya dan sibuk dengan
urusan masing-masing, sehingga sang anak tidak ada yang mengingatkan ketika lupa/menunda
mengerjakan shalat. Semua itu dapat diatasi dengan orang tua dapat meluangkan waktu untuk
anaknya dan lebih memperhatikan anaknya, sehingga anak menjadi lebih dekat dengan Allah
swt.
Daftar Pustaka:

Ernaya Amor Bhakti. 2017. Peran Orang Tuan Dalam Menanamkan Ibadah Shalat Pada Anak
Usia Dini Di Desa Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran. Lampung: Universitas Islam Negeri
Raden Intan Lampung.

Umi Nadhifah. 2016. Upaya Keluarga Dalam Menanamkan Ibadah Pada Anak. Skripsi.
Surakarta: Univesitas Muhammadiyah Surakarta.

Gunarsa, Singgih D. 1983. Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja. Jakarta Pusat: BPK
Gunung Mulia.

Ali, Marpuji, Sudarno Sobron dan Muthohharun Jinan.1998. Esensi Ajaran Islam. Surakarta:
Lembaga Studi Islam UMS.

Ahmad Naufal Dzulfaroh. 2020. Simak, Berikut Keutamaan Shalat Berjemaah di


https://www.kompas.com/ramadhan/read/2020/05/20/030200472/simak-berikut-keutamaan-
shalat-
berjemaah?page=all#:~:text=Berjemaah%20di%20rumah&text=Soal%20keutamannya%2C
%20Rasulullah%20SAW%20telah,%22%20(HR%20Imam%20Bukhari). (diakses pada
tanggal 16 Maret 2021 pukul 23.40).

Abdul Rahman Arok. 2020. Ibadah Mahdhah Yang Pertama Kali Dihisab di
http://kemenagpolman.id/berita/detail/ibadah-mahdhah-yang-pertama-dihisab (diakses pada
tanggal 16 Maret 2021 pukul 22.30).

Anda mungkin juga menyukai