Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH TEORI BK BELAJAR

“TEORI BELAJAR KOGNITIF”

Dosen Pengampu :

Dr. Suciani Latif, S.Pd., M.Pd


M. Amirullah, S.Pd., M.Pd

Disusun Oleh :
A. As’ad Fathan (210404501022)
Nur Annisa Anshar (210404502023)
Putri Sabrina Arzam (210404500018)

PRODI BIMBINGAN DAN KONSELING


JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur Kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
nikmat dan Karunia-Nya. sehingga Penulis dapat menyelesaikan Makalah ini
guna memenuhi tugas mata kuliah Teori BK Belajar
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Suciani Latif, S.Pd.,
M.Pd. dan bapak M. Amirullah, S.Pd., M.Pd. sebagai dosen pengampu mata
kuliah ini.
Penulis telah berusaha menyusun makalah ini dengan sebaik mungkin.
Namun tentunya penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam
penulisan makalah ini. Sehingga dengan segala kerendahan hati penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga tugas
makalah ini dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan serta informasi
yang bermanfaat bagi semua pihak khususnya bagi penulis pribadi.

Gowa, 28 September 2022

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii


DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 1

C. Tujuan ......................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 3


A. Definisi Teori Belajar Kognitif .................................................................... 3

B. Tokoh-Tokoh Teori Belajar Kognitif dan Pandangannya beserta


Implikasinya dalam Pembelajaran .................................................................... 4

C. Prinsip-Prinsip Teori Belajar Kognitif dalam Pembelajaran........................ 10

D. Implementasi/Pengaplikasian Teori Belajar Kognitif dalam


Pembelajaran…………………………………………………………………..11

E. Keterkaitan Pendekatan Kognitif dengan Bimbingan dan Konseling .......... 12

F. Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Kognitif ..................................... 13

BAB III KESIMPULAN………………………………………………………..16

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 17

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar menurut M. Sobry Sutikno merupakan usaha manusia untuk
memperoleh dan meningkatkan tingkah laku manusia baik itu bentuknya berupa
pengetahuan, keterampilan, sikap positif, dan berbagai kemampuan-kemampuan
lainnya. Teori Belajar merupakan suatu teori yang di dalam teori tersebut
mencakup prosedur pengaplikasian kegiatan belajar mengajar antara guru dan
peserta didik, dan metode pembelajaran yang akan dilakukan baik itu di dalam
kelas maupun di luar kelas.

Terdapat beragam teori-teori belajar yang dikemukakan oleh para ahli,


contohnya teori belajar behavioristik, teori belajar humanistik, teori belajar
konstruktivisme, dan teori belajar kognitif. Salah satu teori belajar yang sangat
terkenal adalah teori belajar behaviorstik yang dipelopori oleh B.F Skinner,
Thorndike, Watson, dll. tidak dapat dipungkiri, fakta di lapangan menunjukkan
bahwasanya teori belajar behavioristik ini hingga sekarang masih mendominasi
praktik pembelajaran di Indonesia. Mengapa? Karena dalam pembentukan
perilaku, di Indonesia masih disertai dengan adanya reinforcement and
punishment. Tetapi teori belajar behavioristik ini ditentang oleh teori belajar
kognitif dikarenakan teori belajar behavioristik ini tidak dapat melibatkan siswa
untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran (siswa hanya menjadi robot) yang
hanya mendengarkan penjelasan dari guru saja (pasif).

Maka dari itu, teori belajar kognitif ini dimunculkan oleh Jean Piaget, J.S
Bruner, Wolfgang Kohler, dll. dengan alasan bahwasanya siswa itu memiliki
kemampuan untuk mengarahkan dirinya, mengendalikan dirinya yang bersifat
kognitif serta ia dapat menolak respon yang diberikan jika ia tidak
menghendakinya. Dan di dalam teori belajar kognitif ini juga, siswa dilibatkan
aktif berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, makalah ini
disusun untuk membahas teori belajar kognitif lebih jauh.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Teori Belajar Kognitif?
2. Tokoh-Tokoh Teori belajar Kognitif dan pandangannya serta Implikasinya
dalam pembelajaran?
3. Apa prinsip-prinsip teori belajar kognitif dalam pembelajaran?
4.Bagaimana Implementasi/Pengaplikasian teori belajar kognitif dalam
pembelajaran?
5. Bagaimana Keterkaitan pendekatan kognitif dengan Bimbingan dan
Konseling?
6. Apa Kelebihan dan kekurangan Teori belajar kognitif?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu Teori belajar kognitif

2. Untuk mengetahui tokoh-tokoht teori belajar kognitif dan pandangannya serta


Implikasinya dalam pembelajaran

3. Untuk mengetahui prinsip-prinsip teori belajar kognitif dalam pembelajaran?

4. Untuk mengetahui bagaimana Implementasi/Pengaplikasian teori belajar


kognitif dalam pembelajaran

5. Untuk mengetahui bagaimana keterkaitan pendekatan kognitif dengan


Bimbingan dan Konseling

6. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan teori belajar kognitif

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Teori Belajar Kognitif
Definisi “Cognitive” berasal dari kata “Cognition” yang mempunyai
persamaan dengan “knowing” yang berarti mengetahui. Teori belajar kognitif
adalah teori belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil
belajarnya (Baharuddin, 2012). Teori belajar kognitif adalah teori belajar yang
paling banyak digunakan di Indonesia. Teori ini merupakan kritik dari teori-
teori yang telah ada sebelumnya seperti teori behavioristik, para tokoh
kognitivisme kurang setuju bahwa belajar hanya proses antara stimulus dan
respons yang tersusun secara mekanistik. Yang terpenting di dalam teori
kognitif adalah insight atau pemahaman terhadap situasi yang ada di
lingkungan sehingga individu mampu memcahkan permasalahan yang
dihadapinya dan juga bagaimana individu berpikir (thinking).

Aliran kognitif memandang belajar lebih dari sekedar melibatkan stimulus


dan respon, tetapi juga melibatkan kegiatan mental di dalam individu yang
sedang belajar. Menurut aliran teori belajar kognitif, belajar adalah proses
mental yang aktif untuk mencapai, mengingat dan menggunakan pengetahuan
yang dimiliki oleh individu. Sehingga perilaku yang tampak pada manusia
tidak dapat diukur dan diamati tanpa melibatkan proses mental seperti
motivasi, kesengajaan, keyakinan dan lain sebagainya. Aliran kognitivisme
lebih mengutamakan aspek berpikir (thinking) dan mental yang berkaitan
dengannya, misalnya ingatan (memory). Walaupun teori kognitif menentang
pandangan teori belajar behavioristik, tetapi dia tidak dapat menafikkan
pandangan kaum behavioristik tentang Reinforcement yang juga terdapat di
dalam teori kognitif. Tetapi, teori kognitif memandangnya berbeda dengan
teori behavioristik. Teori behavioristik memandang Reinforcement sebagai
bagian yang penting untuk menguatkan atau menjaga perilaku, sedangkan teori
kognitif memandangnya sebagai sebuah sumber feedback untuk mengetahui
kemungkinan apa yang terjadi jika sebuah perilaku diulang kembali.

3
B. Tokoh-Tokoh Teori Belajar Kognitif dan Pandangannya beserta
Implikasinya dalam Pembelajaran
1. Jean Piaget

Jean Piaget memberikan kontribusi besar dalam kajian perkembangan


kognitif. Piaget juga menjadi tokoh yang popular dikalangan akademisi
bagaimana tidak disetiap pembahasan atau kajian tentang perkembangan
khususnya perkembanga kognitif, Namanya selalu muncul. Hasil-hasil
eksperimen yang dia lakukan masih menjadi rujukan sampai sekarang. Siapa
yang tidak kenal dengan tahap perkembangan kognitif yang dikemukakan oleh
Piaget (sensorimotor, praoperasional, operasional konkrit dan operasional
formal). Setiap orang yang mempelajari perkembangan kognitif pasti akan
mempelajari empat tahap perkembangan kognitif yang dikemukakan oleh
Piaget.

a) Tahap sensorimotor (usia 0-2 tahun). individu memahami sesuatu atau


tentang dunia dengan mengkoordinasikan pengalaman-pengalaman sensoris,
(seperti melihat, dan mendengar) dan dengan tindakan-tindakan motorik fisik.
Dengan kata lain, pada usia ini individu dalam memahami sesuatu yang berada
di luar dirinya melalui gerakan, suara atau tindakan yang dapat diamati atau
dirasakan oleh alat inderanya. Selanjutnya sedikit demi sedikit individu
mengembangkan kemampuannya untuk membedakan dirinya dengan benda-
benda lain.
b) Tahap pra-operasional (usia 2-7 tahun). Individu mulai melukiskan dunia
melalui tingkah laku dan kata-kata. Tetapi belum mampu untuk melakukan
operasi, yaitu melakukan tindakan mental yang diinternalisasikan atau
melakukan tindakan mental terhadap apa yang dilakukan sebelumnya secara
fisik. Pada usia ini individu mulai memiliki kecakapan motoric untuk
melakukan sesuatu dari apa yang dilihat dan didengar, tetapi belum mampu
memahami secara mental (makna atau hakikat) terhadap apa yang
dilakukannya tersebut.

4
c) Tahap operasional konkrit (usia 7-11 tahun). Individu mulai berpikir secara
logis tentang kejadian-kejadian yang bersifat konkrit. Individu sudah dapat
membedakan benda yang sama dalam kondisi yang berbeda.
d) Tahap operasional formal (11 tahun ke atas). pada operasional formal
terjadi pada usia 11 sampai dewasa awal. Pada masa ini individu mulai
memasuki dunia “kemungkinan” dari dunia yang sebenarnya atau individu
mengalami perkembangan penalaran abstrak. Individu dapat berpikir secara
abstrak, lebih logis dan idealis.
Ada tiga konsep yang digunakan oleh Piaget dalam mendeskripsikan
proses kognitif anak terbentuk yaitu asimilasi (assimilation), akomodasi
(accommodation), dan ekuilibrium (equilibrium) (Brewer, 2007). (Santrock,
2010) mendeskripsikan aspek-aspek yang terlibat dalam proses terbentuknya
kognitif pada anak yaitu skema (schemes), asimiliasi (assimilation),
akomodasi (accommodation), organisasi (organization) dan ekuilibrium
(equilibrium). Dalam teori Piaget, asimiliasi (assimilation) yaitu
menempatkan informasi kedalam skema atau kategori yang sudah ada.
konsep asimilasi ini memberikan penjelaskan yang mudah dipahami untuk
mendeskripsikan bagaimana anak mengkonstruk pengetahuannya. Melalui
asimilasi ini skema anak yang memiliki kategori yang sama akan terus
berkembang kearah yang lebih kompleks. Misalnya jika seorang anak telah
memiliki skema untuk anjing, kemudian dia melihat ada jenis anjing yang
berbeda maka bisa ia masukan informasi tersebut pada skema untuk anjing.
Skema-skema ini akan terus berkembang dan semakin kompleks apabila anak
terus secara aktif mengeksplorasi lingkungannya. Informasi yang diperoleh
anak dari hasil eksplorasi akan memperkaya struktur kognitif pada skema
anak.
Apabila dalam proses asimiliasi tidak ditemukan skema yang cocok untuk
menempatkan informasi baru yang diperoleh anak maka akan muncul skema
baru dalam otak anak untuk mengakomodasi informasi tersebut. Peristiwa
seperti ini dalam teori Piaget disebut dengan akomodasi (accommodation).
Misalnya pada waktu anak berinterkasi dengan lingkungan ada satu objek

5
yang dilihatnya dan objek tersebut belum diketahui sebelumnya atau hal baru,
maka dia akan membetuk skema baru dalam otaknya untuk mengakomodasi
informasi baru tersebut. Ekuilibrium (equilibrium) merupakan mekanisme
yang diusulkan Piaget untuk menjelaskan bagamana anak-anak bergeser dari
satu tahap berpikir ketahap berpikir berikutnya. Pergeseran ini terjadi saat
anak-anak mengalami konflik kognitif, atau disekuilibrium dalam mencoba
memahami lingkungannya (Santrock, 2010) Ekuilibrium juga diartikan
sebagai keseimbangan yang dicapai setiap kali informasi atau pengalaman
ditempatkan kedalam skema yang sudah ada atau skema baru dibuat
untuknya.

Adapun implikasinya terhadap proses belajar mengajar antara lain:

a. Tekanan pada Murid. Bagi Piaget, pengetahuan itu dibentuk sendiri oleh
murid dalam berhadapan dengan lingkungan atau objek yang sedang
dipelajarinya. Jadi di sini, tekanan lebih pada murid yang lebih aktif dan
bukan guru yang selalu aktif. Dalam kaitan ini, menjadi penting bagi guru
untuk mengerti cara berpikir murid, pengalaman murid, dan bagaimana murid
mendekati suatu persoalan. Selain itu, guru juga perlu menyediakan dan
memberikan bahan sesuai dengan taraf perkembangan kognitif murid agar
lebih berhasil membantu murid berpikir dan membentuk pengetahuan.

b. Metode Belajar. Teori pengetahuan Piaget menekankan pentingnya


kegiatan seorang murid yang aktif dalam mengkonstruksi pengetahuan.
Hanya dengan keaktifannya mengolah bahan, bertanya secara aktif, dan
mencerna bahan dengan kritis, murid akan dapat menguasai bahan dengan
lebih baik. Oleh karena itu, kegiatan aktif dalam proses belajar perlu
ditekankan. Bahkan, kegiatan murid secara pribadi dalam mengolah bahan,
mengerjakan soal, membuat kesimpulan, dan merumuskan suatu rumusan
dengan kata-kata sendiri adalah kegiatan yang sangat diperlukan agar murid
sungguh membangun pengetahuannya. Selain itu, diskusi bersama teman
sangat membantu penangkapan dan pengembangan pemikiran murid dalam
belajar, dengan catatan semua murid ikut aktif dalam diskusi. Jadi bisa

6
disimpulkan bahwa, metode acvtive learning yang perlu dipakai guru untuk
proses belajar mengajar.

c. Peranan Guru. Peran guru di sini adalah lebih sebagai mentor atau
fasilitator, dan bukan pentransfer ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan tidak
dapat ditransfer dari guru ke murid tanpa keaktifan murid itu sendiri. Menurut
Piaget, penyajian pengetahuan yang sudah jadi kemudian murid disuruh
untuk menghafalkan, bukanlah penyajian yang baik karena murid menjadi
pasif. Agar guru dapat membantu murid aktif dalam pembelajaran, guru perlu
mengetahui kemampuan dan tahap kognitif murid yang sedang belajar.
Perangsangan bahan yang sesuai dengan level kognitif murid akan lebih
meningkatkan daya pikir murid. Pemberian bahan yang terlalu sulit akan
membosankan dan membingungkan murid, sedangkan bahan yang terlalu
mudah akan juga kurang baik bagi murid, karena kurang memacu berpikir
murid.

d. Model Kelas. Piaget sebenarnya lebih menekankan bentuk kelas yang


personal. Di situ, setiap murid dapat belajar sendiri dan aktif membentuk
pengetahuannya sendiri. Model ini banyak memberikan inspirasi pada
pembukaan sekolah privat saat ini. Model Piaget dapat juga diterapkan dalam
kelas yang besar. Namun yang perlu diperhatikan adalah tetap terjaganya
kebebasan bagi setiap murid untuk mengungkapkan gagasannya dan untuk
selalu kreatif.

2. Teori Belajar J. S Bruner (Belajar Penamuan)


Bruner yang memiliki nama lengkap Jerome S. Bruner, seorang ahli psikologi
perkembangan dan psikologi belajar kognitif, lahir tahun 1915 di New York
City, dan lulusan dari Universitas Harvard, Amerika Serikat.Bruner telah
mempelopori aliran psikologi kognitif yang memberi dorongan agar
Pendidikan memberikan perhatian pada pentingnya pengembangan berfikir,
dengan cara mementingkan partisipasi aktif individu dan mengenal adanya
perbedaan kemampuan untuk melakukan eksplorasi dan penemuan-penemuan
baru.

7
Teori kognisi J. S Bruner menekankan pada cara individu
mengorganisasikan apa yang telah dialami dan dipelajari, sehingga individu
mampu menemukan dan mengembangkan sendiri konsep, teori-teori dan
prinsip-prinsip melalui contoh-contoh yang dijumpai dalam kehidupannya.
Untuk meningkatkan proses belajar, menurut Bruner diperlukan lingkungan
yang dinamakan “discovery learnig envoirment” atau lingkungan yang
mendukung individu untuk melakukan eksplorasi dan penemuan-penemuan
baru. Belajar penemuan (discovery learning) merupakan salah satu model
pembelajaran atau belajar kognitif yang dikembangkan oleh Bruner. Menurut
Bruner, belajar bermakna hanya dapat terjadi melalui belajar penemuan yang
terjadi dalam proses belajar. Guru harus menciptakan situasi belajar yang
problematis, menstimulus siswa dengan pertanyaanpertanyaan, mencari
jawaban sendiri dan melakukan eksperimen. Bentuk lain dari belajar
penemuan adalah guru menyajikan contoh-contoh dan siswa bekerja dengan
contoh tersebut sampai dapat menemukan sendiri dan melakukan eksperiman.
Salah satu model belajar penemuan yang diterapkan di Indonesia adalah
konsep yang kita kenal dengan Cara Belajar Siswa Aktif atau CBSA. Dengan
cara seperti ini, pengetahuan yang diperoleh oleh individu lebih bermakna
baginya, lebih mudah diingat dan lebih mudah digunakan dalam pemecahan
masalah.
Dasar pemikiran teori ini memandang bahwa manusia sebagai pemeroses,
pemikir dan pencipta informasi. Bruner menyatakan, belajar merupakan suatu
proses aktif yang memungkinkan manusia untuk menemukan hal-hal baru di
luar informasi yang diberikan kepada dirinya. Menurut Bruner, belajar pada
dasarnya merupakan proses kognitif yang terjadi dalam diri seseorang. Ada 3
proses kognitif dalam belajar, yaitu: a) Proses pemerolehan informasi baru. b)
Proses mentransformasikan informasi yang diterima. c) Menguji atau
mengevaluasi relevansi dan ketepatan pengetahuan
Implikasi teori belajar Bruner dalam pembelajaran

Ada beberapa hal yang sangat penting untuk diperhatikan dalam


pembelajaran terkait dengan teori Kognitif

8
Bruner, diantaranya adalah:
a). Partisipasi aktif individu dan mengenal perbedaan. Dalam proses
pembelajaran harus menekankan pada cara individu mengorganisasikan apa
yang telah dialami dan dipelajari. Sehingga dengan demikian individu mampu
menemukan dan mengembangkan sendiri konsep, teori-teori dan prinsip-
prinsip melalui contoh-contoh yang dijumpai dalam kehidupannya. Untuk
mewujudkan hal tersebut, harus diciptakan lingkungan yang mendukung
individu untuk melakukan eksplorasi dan menemukan gagasan-gagasan baru.
b) Guru sebagai tutor, fasilitator, motivator dan evaluator. Guru tidak harus
mengendalikan proses pembelajaran. Guru hendaknya mengarahkan pelajaran
pada penemuan dan pemecahan masalah.

3. Wolfgang Kohler (Teori Belajar Gestalt)


Kohler lahir di Reval, Estonia pada tanggal 21 Januari 1887. Kohler
pernah melakukan penyelidikan terhadap inteligensi kera. Hasil kajiannya
ditulis dalam buku bertajuk The Mentality of Apes (1925). Eksperimennya
adalah: seekor simpanse diletakkan di dalam sangkar. Pisang digantung di
atas sangkar. Di dalam sangkar terdapat beberapa kotak berlainan jenis.
Mula-mula hewan itu melompat-lompat untuk mendapatkan pisang itu tetapi
tidak berhasil. Karena usaha-usaha itu tidak membawa hasil, simpanse itu
berhenti sejenak, seolah-olah memikir cara untuk mendapatkan pisang itu.
Tiba-tiba hewan itu dapat sesuatu ide dan kemudian menyusun kotak-kotak
yang tersedia untuk dijadikan tangga dan memanjatnya untuk mencapai
pisang itu.
Menurut Kohler apabila organisme dihadapkan pada suatu masalah atau
problem, maka akan terjadi ketidakseimbangan kogntitif, dan ini akan
berlangsung sampai masalah tersebut terpecahkan. Karena itu, menurut
Gestalt apabila terdapat ketidakseimbangan kognitif, hal ini akan mendorong
organisme menuju ke arah keseimbangan. Dalam eksperimennya Kohler
sampai pada kesimpulan bahwa organisme–dalam hal ini simpanse–dalam
memperoleh pemecahan masalahnya diperoleh dengan pengertian atau
dengan insight.

9
Implikasi Teori Gestalt dalam pembelajaran
a. Pengalaman tilikan (insight)
Tilikan bisa disebut juga pemahaman mengamati. Dalam proses belajar,
hendaknya peserta didik memiliki kemampuan tilikan yaitu mengenal
keterkaitan unsur-unsur suatu objek atau peristiwa.
b. Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning)
dalam hal ini unsur-unsur yang bermakna akan sangat menunjang
pembentukan tilikan Dalam proses pembelajaran. Hal ini akan sangat
bermanfaat dan membantu peserta dalam menangani suatu masalah. Jadi, hal-
hal yang dipelajari para peserta didik hendaknya memiliki makna yang jelas
dan logis dengan proses kehidupannya.
c. Perilaku bertujuan (pusposive behavior)
Suatu perilaku akan terarah pada tujuan. Proses pembelajaran akan berjalan
efektif jika para peserta didik mengerti tujuan yang ingin dicapainya. Jadi,
hendaknya para guru membantu para peserta didik untuk memahami arah dan
tujuannya.
d. Prinsip ruang hidup (life space)
Perilaku individu memiliki hubungan dengan tempat dan lingkungan dia
berada. Jadi, materi yang diajarkan harusnya berhubungan dengan situasi dan
kondisi lingkungan kehidupan individu.
d. Transfer dalam belajar yaitu proses pemindahan pola tingkah laku dalam
situasi pembelajaran tertentu ke situasi lain.

C. Prinsip-Prinsip Teori Belajar Kognitif dalam Pembelajaran


Dalam kegiatan pembelajarannya Teori Belajar Kognitif mengikuti
prinsip- prinsip sebagai berikut:

a) Siswa lebih ditekankan pada proses belajar bukan pada hasil belajar

b) Peserta didik bukan sebagai orang dewasa yang mudah dalam proses
berpikirnya

10
c) Anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar akan dapat belajar dengan
baik, terutama jika menggunakan benda-benda konkrit atau benda-benda yang
nyata (dapat dilihat, diraba, dan sebagainya).

d) Keterlibatan peserta didik secara aktif dalam belajar amat dipentingkan,


karena hanya dengan mengaktifkan peserta didik maka proses asimilasi dan
akomodasi pengetahuan dan pengalaman dapat terjadi dengan baik.

e) Untuk menarik minat dan meningkatkan retensi belajar (proses penyimpanan


dari proses belajar yang bertahan dalam jangka waktu tertentu) perlu
mengkaitkan pengalaman atau informasi baru dengan struktur kognitif yang
telah dimiliki

f) Pemahaman dan retensi (proses penyimpanan) akan meningkat jika materi


pelajaran disusun dengan menggunakan pola atau logika tertentu, dari
sederhana ke kompleks.

g) Belajar memahami akan lebih bermakna dari pada belajar menghafal. Agar
bermakna, informasi baru harus disesuaikan dan dihubungkan dengan
pengetahuan yang telah dimiliki peserta didik. Tugas guru adalah menunjukkan
hubungan antara apa yang sedang dipelajari dengan apa yang telah diketahui
peserta didik.

h) Adanya perbedaan individual pada diri peserta didik perlu diperhatikan,


karena faktor ini sangat mempengaruhi keberhasilan belajar peserta didik.
Perbedaan tersebut misalnya pada motivasi, persepsi, kemampuan berpikir,
pengetahuan awal, dan sebagainya.

D. Implementasi/Pengaplikasian Teori Belajar Kognitif dalam Pembelajaran


Dalam pengimplementasiannya dalam pembelajaran, harus mengikuti
prinsip-prinsip teori belajar kognitif dalam pembelajaran, yakni:

1. Guru menanamkan kepada murid bahwasanya proses belajar lebih


dipentingkan dibanding dengan hasil belajar.

11
2. Guru tidak menuntut siswanya untuk cepat dalam proses berpikirnya karena
peserta didik bukanlah orang dewasa yang mudah dalam proses berpikirnya

3. Guru melibatkan secara aktif peserta didiknya dalam pembelajara, bukan


hanya sekedar guru memberi materi. Guru harus bisa menjadi tutor, fasilitator,
motivator dan evaluator. Guru hendaknya mengarahkan pelajaran pada
penemuan dan pemecahan masalah peserta didikk.

4. Guru tidak menyamakan semua peserta didiknya karena setiap peserta didik
memiliki perbedaan individual pada dirinya. Baik itu perbedaan pada motivasi,
kemampuan berpikirnya, persespsi, dan lain sebagainya.

5. Guru menanamkan kepada setiap peserta didiknya bahwa belajar memahami


itu lebih bermakna atau lebih penting daripada belajar menghafal.

6. Guru menggunakan Bahasa yang mudah dipahami oleh peserta didik dan
senantiasa memberikan contoh atau analogi yang ada disekitar lingkungan.

E. Keterkaitan Pendekatan Kognitif dengan BK

Tidak hanya pendekatan behaviour saja yang memiliki keterkaitan


dengan Bimbingan dan Konseling tetapi Pendekatan Kognitif ternyata juga
memiliki keterkaitan dengan BK. Perspektif kognitif mengungkapkan bahwa
manusia memiliki potensi untuk menyerap pemikiran yang rasional dan
irasional. Pemikiran yang irasional dapat mendorong timbulnya gangguan
emosi dan perilaku. Pendekatan kognitif efektif untuk mengembangkan
perilaku positif dan mengurangi pemikiran irasional yang menimbulkan
perilaku kriminal. Pendekatan kognitif adalah suatu rancangan konseling atau
pendekatan yang berfokus pada berpikir dan proses mental dalam modifikasi
atau mengubah tingkah laku dan sering melibatkan pelatihan, pengembangan
keterampilan, kontrol pikiran, serta proses-proses dan teknik-teknik yang
berorientasi kognitif lainnya (Andi, 2006).Kognitif berarti proses pemikiran
dan juga berarti pengetahuan dan persepsi. Ide pokok didalam pendekatan
kognitif adalah bahwa persepsi terhadap sebuah peristiwa atau pengalaman
sangat berpengaruh terhadap respon emosional, perilaku, dan psikologis

12
terhadap peristiwa itu (Christine, 2004). Melalui pendekatan kognitif
diharapkan remaja mampu memperbaiki pola pikir negatif mereka, adanya
pikiran baru akan mendorong mereka untuk tidak lagi secara emosional dan
berperilaku delinkuen dalam menghadapi peristiwa dan menyelesaikan
permasalahan kehidupannya.

Dalam penerapannya, sebagai contoh remaja diberikan penjelasan


mengenai cara kerja dari pendekatan kognitif mereka diberikan pengertian
terkait dengan pendekatan kognitif, tujuan dan aplikasi dari pendekatan
kognitif. Setelah itu remaja diberi tugas dengan mengisi lembar tiga kolom.
Kemudian remaja diberi penjelasan mengenai kesalahan berpikir, dan
memberikan pemikiran positif terhadap kesalahan berpikir yang dialami remaja
dengan cara diskusi dan memberikan insight. Setelah pendekatan kognitif
selesai diberikan subjek diharapkan mampu memahami tentang kenakalan
remaja dan pendekatan kognitif untuk mengurangi perilaku delinkuennya
sehingga jika memahami tentang pendekatan kognitif mereka menggunakan
pendekatan kognitif untuk merubah perilakunya dan berusaha untuk berpikir
positif, sehingga perilak delinkuen yang dilakukan akan mengalami penurunan.
Pendekatan kognitif biasanya akan diberikan di dalam kelompok, karena jika
dilakuka dalam skala kelompok akan terjadi proses interaksi antar remaja.

F. Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Kognitif


Setiap teori pembelajaran pastilah di bandingkan dengan teori
pembelajaran yang lain. Selain itu setiap teori pembelajaran juga melengkapi
dan menambah dari kekurangan teori-teori pembelajaran yang telah
diungkapkan oleh para ahli sebelumnya. Teori pembelajaran kognitif memiliki
kelebihan sebagai berikut:
a) Menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri; membantu siswa memahami
bahan belajar secara lebih mudah.
b) Sebagian besar dalam kurikulum pendidikan negara Indonesia lebih
menekankan pada teori kognitif yang mengutamakan pada pengembangan
pengetahuan yang dimiliki pada setiap individu.

13
c) Pada metode pembelajaran kognitif pendidik hanya perlu memberikan dasar-
dasar dari materi yang diajarkan unruk pengembangan dan kelanjutannya
deserahkan pada peserta didik, dan pendidik hanya perlu memantau, dan
menjelaskan dari alur pengembangan materi yang telah diberikan.
d) Dengan menerapkan teori kognitif ini maka pendidik dapat memaksimalkan
ingatan yang dimiliki oleh peserta didik untuk mengingat semua materi-materi
yang diberikan karena pada pembelajaran kognitif salah satunya menekankan
pada daya ingat peserta didik untuk selalu mengingat akan materi-materi yang
telah diberikan.
e) Menurut para ahli kognitif itu sama artinya dengan kreasi atau pembuatan
satu hal baru atau membuat suatu yang baru dari hal yang sudah ada, maka dari
itu dalam metode belajar kognitif peserta didik harus lebih bisa mengkreasikan
hal-hal baru yang belum ada atau menginovasi hal yang yang sudah ada
menjadi lebih baik lagi.
f) Metode kognitif ini mudah untuk diterapkan dan juga telah banyak
diterapkan pada pendidikan di Indonesia dalam segala tingkatan
Kekurangannya yaitu:
a) Teori tidak menyeluruh untuk semua tingkat pendidikan; sulit di praktikkan
khususnya di tingkat lanjut; beberapa prinsip seperti intelegensi sulit dipahami
dan pemahamannya masih belum tuntas.
b) Pada dasarnya teori kognitif ini lebih menekankan pada kemampuan ingatan
peserta didik, dan kemampuan ingatan masing-masing peserta didik, sehingga
kelemahan yang terjadi di sini adalah selalu menganggap semua peserta didik
itu mempunyai kemampuan daya ingat yang sama dan tidak dibeda-bedakan.
c) Adakalanya juga dalam metode ini tidak memperhatikan cara peserta didik
dalam mengeksplorasi atau mengembangkan pengetahuan dan cara-cara
peserta didiknya dalam mencarinya, karena pada dasarnya masing-masing
peserta didik memiliki cara yang berbeda-beda.
d). Apabila dalam pengajaran hanya menggunakan metode kognitif, maka
dipastikan peserta didik tidak akan mengerti sepenuhnya materi yang
diberikan.

14
e) Jika dalam sekolah kejuruan hanya menggunakan metode kognitif tanpa
adanya metode pembelajaran lain maka peserta didik akan kesulitan dalam
praktek kegiatan atau materi.
f) Dalam menerapkan metode pembelajran kognitif perlu diperhatikan
kemampuan peserta didik untuk mengembangkan suatu materi yang telah
diterimanya.

15
BAB III

KESIMPULAN

Teori belajar kognitif adalah teori yang lebih menekankan ke arah proses
belajar yang dilakukan oleh siswa, bukan lebih mementingkan ke arah hasil
belajar yang diraih oleh siswa. Teori ini merupakan teori yang kedua paling
banyak diterapkan di sekolah setelah teori behavioristik.

Terdapat beberapa tokoh yang berperan penting dalam memelopori lahirnya


teori belajar kognitif yakni diantaranya Jean Piaget, J.S Bruner, dan Wolfgang
Kohler. Ketiganya memiliki pendapat bahwasanya siswa itu bukanlah “robot”
yang menerima begitu saja perintah/arahan dari orang lain dalam hal ini gurunya.
Siswa memiliki hak untuk mengendalikan dirinya, mengarahkan dirinya sesuai
yang diinginkan dan yang diharapkannya.

Oleh karenanya, Hal tersebut akan sangat bermanfaat dan membantu peserta
dalam menangani suatu masalah. Proses pembelajaran akan berjalan efektif jika
para peserta didik mengerti tujuan yang ingin dicapainya dan dapat terlibat aktif
dalam proses pembelajarannya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Andi, M. (2006). Kamus Istilah Konseling dan Terapi. Jakarta: PT. Raja
Grafindo.

Baharuddin, H. (2012). Teori Belajar & Pembelajaran. Yogyakarta: Ar Ruzz


Media.

Brewer, J. (2007). Introudcion to Early Childhood Education Preschool Through


Primary Grades Sixth Edition. New York: Pearson.

Christine, G. D. (2004). Manajemen Pikiran (Penerjemah: Margono, Y. B.).


Bandung: Kaifa.

Dewi, T. H., & Handayani, A. (2013). Kemampuan mengelola konflik


interpersonal komunikasi interpersonal dan tipe kepribadian ekstrovert.
Jurnal Psikologi Undip, 12(1), 32–43.
Hartati, S. (2012). Pendekatan Kognitif Untuk Menurunkan Kecenderungan
Perilaku Deliquensi Pada Remaja. HUMANITAS: Indonesian Psychological
Journal, 9(2), 123.
Madaniyah, J., Khoiruzzadi, M., & Prasetya, T. (2021). perkembangan kognitif
dan implikasinya dalam dunia pendidikan (Ditinjau dari Pemikiran Jean
Piaget dan Vygotsky) Muhammad Khoiruzzadi, 1 & Tiyas Prasetya 2. 11, 1–
14.
Nurfarhanah. (2015). Teori belajar menurut aliran psikologi Gestalt serta
implikasinya dalam proses pembelajaran. Lentera: Jurnal Ilmiah Sains Dan
Teknologi, 15(15), 34–35.
Nurhadi. (2020). Teori kognitivisme serta aplikasinya dalam pembelajaran. 2,
77–95.
Nurhadi. (2020). Transformasi Teori Kognitivisme. Bintang : Jurnal Pendidikan
Dan Sains, 2(1), 16–34.

17
Santrock, J. (2010). Child Development (Thirtheenth Edition). New York:
McGrawHill.

Sutarto, S. (2017). Teori Kognitif dan Implikasinya Dalam Pembelajaran. Islamic


Counseling: Jurnal Bimbingan Konseling Islam, 1(2), 1.
Sutisna, I., & Laiya, S. W. (2020). Metode Pengembangan Kognitif Anak Usia
Dini. In UNG Press Gorontalo.
Wisman, Y. (2020). Teori Belajar Kognitif Dan Implementasi Dalam Proses
Pembelajaran. Jurnal Ilmiah Kanderang Tingang, 11(1), 209–215.
Yeni Hendriani. (2020). Modul Belajar Mandiri Calon Guru Pegawai Pemerintah
dengan Perjanjian Kerja (PPPK). In Modul Belajar Mandiri Calon Guru
Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK)

18

Anda mungkin juga menyukai