Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

TEORI BELAJAR KOGNITIF DAN IMPLIKASINYA DALAM

PEMBELAJARAN DENGAN BENAR

Disusun Untuk Memenuhi Mata Kuliah: teori belajar dan pembelajaran


Dosen Pengampu: asmi faiqatul himmah, S.Pd.I.,M.Pd

Oleh :
Kelompok 03
1. Nanda Silsabila Herawati (212101030070)
2. Destia Fitriatus S (212101030064)
3. Mutia Zahrani (211101030034)
4. Febiana Ainun I (212101030056)
5. Ainun Ma’rifah (212101030055)
6. Riyan Frandika (212101030072)
7. Devo Zarra Rendra (212101030086)
8. Ahmad Rizki Aulia (T20193087)

MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UIN KH. ACHMAD SIDDIQ JEMBER

2022
PRAKATA

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat tuhan yang maha esa atas rahmat dan
hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Teori Belajar
Kognitif Dan Implikasinya Dalam Pembelajaran Dengan Benar” dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah teori belajar dan
pembelajaran. Selain itu makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang hal-
hal yang menyangkut belajar kognitif.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing mata kuliah teori
belajar dan pembelajaran, asmi faiqatul himmah, S.Pd.I.,M.Pd yang telah memberikan arahan
dalam penyusunan makalah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah berkontribusi dalam penyusunan makalah ini.
Kami selaku penulis telah merasa cukup dengan makalah ini, namun jika ada
kesalahan penulis berharap untuk menuangkan atau menyampaikan kritik, saran, maupun
pendapat yang dapat membangun dalam penyusunan makalah ini.

senin, 11 april 2022

Kelompok 03

i
DAFTAR ISI

COVER

PRAKATA ......................................................................................................................... i

DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 3

C. Tujuan ..................................................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 4

A. Pengertian Belajar Kognitif .................................................................................... 4

B. Belajar Kognitif Menurut Agama Islam ................................................................. 5

C. Tokoh Dalam Aliran Teori Kognitif ....................................................................... 6

D. Pandangan Teori Kognitif Terhadap Belajar Mengajar Dan Pembelajaran ........... 10

E. Kelebihan Dan Kekurangan Teori Kognitif ............................................................ 12

F. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Kognitif ................................ 13

G. Pengaplikasian Teori Kognitif Dalam Pembelajaran .............................................. 14

BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 21

A. Kesimpulan ............................................................................................................. 21

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 26

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat
fundamental dalam setiap kegiatan penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Ini
berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat tergantung
pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada di sekolah maupun
dilingkungan rumah atau keluarganya.(Sarnoto 2012) Menurut Muhibbin Syah, sebagian
orang beranggapan bahwa belajar adalah semata-mata mengumpulkan atau menghafal
fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informasi/materi pelajaran. Orang yang beranggapan
demikian biasanya akan segera merasa bangga ketika anak-anaknya telah mampu
menyebutkan kembali secara lisan (verbal) sebagian besar informasi yang terdapat dalam
buku teks atau yang diajarkan oleh guru. Disamping itu ada pula sebagian yang
memandang belajar sebagai latihan belaka seperti tampak pada latihan membaca dan
menulis. Berdasarkan persepsi semacam ini, biasanya mereka akan merasa cukup puas bila
anak-anak mereka telah mampu memperlihatkan ketrampilan jasmaniah tertentu walaupun
tanpa pengetahuan mengenai arti, hakikat, dan tujuan keterampilan tersebut1
Secara bahasa kognitif berasal dari bahasa latin ”Cogitare” artinya berfikir. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, kognitif berarti segala sesuatu yang berhubungan atau
melibatkan kognisi, atau berdasarkan pengetahuan faktual yang empiris. Dalam
pekembangan selanjutnya, istilah kognitif ini menjadi populer sebagai salah satu wilayah
psikologi, baik psikologi perkembangan maupun psikologi pendidikan. Dalam psikologi,
kognitif mencakup semua bentuk pengenalan yang meliputi setiap perilaku mental
manusia yang berhubungan dengan masalah pengertian, pemahaman, perhatian,
menyangka, mempertimbangkan, pengolahan informasi, pemecahan masalah,
kesengajaan, membayangkan, memperkirakan, berpikir, keyakinan dan sebaganya.
Teori kognitf pada awalnya dikemukakan oleh Dewwy, dilanjutkan oleh Jean Piaget,
Kohlberg, Damon, Mosher, Perry dan lain-lain, yang membicarakan tentang
perkembangan kognitif dalam kaitannya dengan belajar. Kemudian dilanjutkan oleh
Jerome Bruner, David Asubel, Chr. Von Ehrenfels Koffka, Wertheimer dan sebagainya.
Bagi penganut aliran ini, belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antar stimulus

1
Ahmad Zain Sarnoto, TEORI BELAJAR KOGNITIF PERSPEKTIF AL-QUR’AN, (Jakarta: Institut PTIQ). Hal. 01

1
dan respons. Namun lebih dari itu, belajar melibatkan proses berpikir yang sangat
kompleks. Belajar melibatkan prinsip-prinsip dasar psikologi, yaitu belajar aktif,
belajar lewat interaksi sosial dan lewat pengalaman sendiri.
Teori belajar kognitif muncul dilatarbelakangi oleh ada beberapa ahli yang belum
merasa puas terhadap penemuan-penemuan para ahli sebelumnya mengenai belajar,
sebagaimana dikemukakan oleh teori Behavior, yang menekankan pada hubungan
stimulus-responsreinforcement. Munculnya teori kognitif merupakan wujud nyata dari
kritik terhadap teori Behavior yang dianggap terlalu naïf, sederhana, tidak masuk akal dan
sulit dipertanggungjawabkan secara psikologis.
Menurut paham kognitif, tingkah laku seseorang tidak hanya dikontrol oleh
reward (ganjaran) dan reinforcement (penguatan). Tingkahlaku seseorang senantiasa
didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan untuk mengenal atau memikirkan situasi di
mana tingkahlaku itu terjadi. Dalam situasi belajar, seseorang terlibat langsung
dalam situasi itu dan memperoleh pemahaman atau insight untuk pemecahan masalah.
Paham kognitifis berpandangan bahwa, tingkahlaku seseorang sangat tergantung pada
pemahaman atau insight terhadap hubungan-hubungan yang ada di dalam suatu situasi.

2
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Pengertian Belajar Kognitif?
2. Bagaimana belajar Kognitif Menurut agama islam?
3. Siapa Saja Tokoh Dalam Aliran Teori Kognitif?
4. Bagaimana Konsep Dan Prinsip Teori Kognitif?
5. Apa Saja Kelebihan Dan Kekurangan Teori Kognitif?
6. Apa Saja Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Kognitif?
7. Bagaimana Pengaplikasian Teori Kognitif Dalam Pembelajaran?

C. TUJUAN
1. Agar mahasiswa mengetahui Pengertian Belajar Kognitif
2. Agar mahasiswa mengetahui mengenai belajar kognitif dalam agama islam
3. Agar mahasiswa mengetahui siapa saja tokoh dalam aliran teori kognitif
4. Agar mahasiswa mengetahui konsep dan prinsip belajar kognitif
5. Agar mahasiswa mengetahui kelebihan dan kekurangan belajar kognitif
6. Agar mahasiswa mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan belajar
kognitif
7. Agar mahasiswa memahami bagaimana pengaplikasian teori kognitif dalam
pembelajaran

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Belajar Kognitif


Istilah “Cognitive” berasal dari kata cognition artinya adalah pengertian, mengerti.
Pengertian yang luasnya cognition (kognisi) adalah perolehan, penataan, dan penggunaan
pengetahuan. Dalam pekembangan selanjutnya, kemudian istilah kognitif ini menjadi
populer sebagai salah satu wilayah psikologi manusia / satu konsep umum yang mencakup
semua bentuk pengenalan yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan
masalah pemahaman, memperhatikan, memberikan, menyangka, pertimbangan,
pengolahan informasi, pemecahan masalah, pertimbangan, membayangkan,
memperkirakan, berpikir dan keyakinan. Termasuk kejiwaan yang berpusat di otak ini
juga berhubungan dengan konasi (kehendak) dan afeksi (perasaan) yang bertalian dengan
rasa. Menurut para ahli jiwa aliran kognitifis, tingkah laku seseorang itu senantiasa
didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah
laku itu terjadi.
Teori kognitif merupakan salah satu bentuk teori belajar yang sering disebut sebagai
model perseptual, yaitu proses membangun atau membimbing siswa dalam melatih
kemampuan untuk mengoptimalkan proses memahami suatu objek. Teori kognitif
menyatakan bahwa perilaku seseorang ditentukan oleh persepsi dan pemahamannya
terhadap situasi yang berkaitan dengan dirinya. Belajar adalah perubahan persepsi dan
pemahaman yang tidak selalu dapat dilihat sebagai perilaku yang terlihat.
Teori kognitif sangat berpengaruh dalam proses pembelajaran, akibatnya
pembelajaran di Indonesia pada umumnya lebih cenderung berorientasi pada kognitif
(berorientasi pada intelektual atau kognisi). Implikasinya, lulusan pendidikan atau
pembelajaran kaya secara intelektual tetapi secara moral miskin kepribadian. Proses
pembelajaran harus mampu menjaga keseimbangan antara peran kognisi dan peran afek,
agar lulusan pendidikan memiliki kualitas kepribadian intelektual dan moral yang
seimbang.
Secara umum teori kognitif berpandangan bahwa belajar atau belajar adalah suatu
proses yang menekankan pada proses membangun memori, retensi, pengolahan informasi,
emosi, dan aspek-aspek lain yang bersifat intelektual. Oleh karena itu, belajar juga dapat
dikatakan sebagai bagian dari kegiatan yang melibatkan proses berpikir yang sangat
kompleks dan menyeluruh.Secara bahasa kognitif artinya berfikir. Istilah kognitif pada

4
psikologi perkembangan melingkupi banyak hal dalam psikis seseorang yang berkaitan
dalam memahami, berprasangka, memperhatikan, memberikan pertimbangan, mengolah
pikiran, memecahkan permasalahan, kesengajaan, memperkirakan, keyakinan dan lainnya.
Sedangkan kognitif pada psikologi pendidikan didefinisikan dengan sebuah pembelajaran
yang mempelajari terkait pengelompokkan komponen-komponen kognitif dan persepsi
dalam memahami, menurut Sutarto (2017). B. R Hergenhahn dan Matthew H. Olson
(2012) menyebut empat tokoh kognitif yaitu, Max Wertheimer (1880-1943) pendiri
psikologi gestalt, Jean Piaget 1896 teori epistemologi genetik, Edward Chace Tolman
(1886-1959) dengan teori behaviorisme purposif, Albert Bandura 1925 teoritisi belajar
obeservasional, dan masih ditambah satu lagi sumber lain yang menyebutkan Lev S.
Vygotsky teori perkembangan psikologi kulturalhistoris.

B. Belajar Kognitif Menurut Perspektif Islam


Belajar atau mencari ilmu dalam Islam menurut Yusuf Qardhawi, tidak terbatas di
kawasan tertentu, tidak pula pada usia tertentu. Dikalangan umat Islam ada satu pepatah
yang sudah terkenal, “Carilah ilmu dari buaian hingga liang lahat”. Sehingga tidak sedikit
orang yang menganggap pepatah ini sebagai hadits Nabawi, padahal itu bukan hadits,
tetapi hanya sekedar pepatah warisan Islam.
Penyebaran ilmu pengetahuan sangat diperhatikan oleh Islam. Nabi Muhammad saw
pernah menjelaskan pentingnya untuk menyebarkan ilmu yang telah didapat seseorang
pada orang yang membutuhkan terutama sesama muslim. Penguasaan itu tidak lepas dari
bagaimana perkembangan kognitif manusia, bagaimana orang menerima dan
memersepsikan informasi, bagaimana informasi tersebut diolah, bagaimana cara belajar
yang terjadi, dan bagaimana meningkatkan kecerdasan.
1. Dasar Awal Kognitif: Penginderaan, Persepsi Dan Belajar.
Pengindraan merupakan deteksi dari stimulasi sensorik, sementara persepsi merupakan
interpretasi dari apa yang telah diterima oleh alat indra. Alquran menggambarkan
bahwa ketika manusia lahir dalam keadaan tidak mengetahui, namun Allah memberi
alat-alat sensorik untuk mendapatkan pengetahuan. Pendengaran dan penglihatan
merupakan alat indra yang banyak digunakan dalam proses belajar manusia.

5
2. Perkembangan kognitif
a. Tahap Perkembangan kognitif
Piaget telah menjelaskan dalam teorinya tentang perkembangan kognitif yang
terbagi dalam empat tahap, teori piaget didapat melalui pengamatan yang mendalam
terhadap perilaku manusia. Perkembangan kognitif merupakan perubahan
kemampuan berpikir atau intelektual.
b. Perspektif sosiokultural dalam perkembangan kognitif
Perkembangan kognitif manusia juga ditentukan dari lingkungan dimana ia tinggal.
Pentingnya lingkungan dalam perkembangan kognitif terlihat dari banyaknya ayat-
ayat Al-Qur'an yang menyuruh manusia untuk belajar dari alam semesta. Allah tidak
menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya melainkan dengan
yang benar dan waktu yang ditentukan. Dan sesungguhnya kebanyakan di antara
manusia benar-benar ingkar akan pertemuan dengan Tuhannya. Dengan demikian
lingkungan merupakan faktor penting yang memengaruhi perkembangan kognitif
siswa.
c. Sistem pengolahan informasi pada manusia.
Perkembangan intelektual dapat dipelajari menggunakan pendekatan sistem
pengolahan informasi yang menganalisis perkembangan keterampilan kognitif,
seperti perhatian, ingatan, metakognisi, dan kemampuan akademik. Dalam ayat-
ayatnya, al-qur'an menyebutkan berbagai proses pengolahan informasi yang penting.
AlQur'an menyatakan pentingnya fungsi perhatian agar dapat memahami informasi
yang diperolehnya. Dengan demikian, informasi yang diberikan harus mengikuti
keterbatasan pengolahan informasi tersebut. Al-Qur'an juga menggambarkan
pentingnya pengulangan untuk memperkuat informasi yang digunakan dalam proses
berpikir. Bentuk informasi yang disimpan dalam sistem ingatan dapat bersifat verbal
maupun visual .

C. Tokoh Dalam Aliran Teori Kognitif


1. Jean Piaget, teorinya disebut “Cognitive Developmental”
Dalam teorinya, Piaget memandang bahwa proses berpikir sebagai aktivitas
gradual dan fungsi intelektual dari konkret menuju abstrak. Dalam teorinya, Piaget
memandang bahwa proses berpikir sebagai aktivitas gradual dari fungsi intelektual dari
konkret menuju abstrak. Piaget adalah ahli psikolog developmentat karena
penelitiannya mengenai tahap tahap perkembangan pribadi serta perubahan umur yang

6
mempengaruhi kemampuan belajar individu. Menurut Piaget, pertumbuhan kapasitas
mental memberikan kemampuan-kemapuan mental yang sebelumnya tidak ada.
Pertumbuhan intelektuan adalah tidak kuantitatif, melainkan kualitatif. Dengan kata
lain, daya berpikir atau kekuatan mental anak yang berbeda usia akan berbeda pula
secara kualitatif. Menurut Suhaidi Jean Piaget mengklasifikasikan perkembangan
kognitif anak menjadi empat tahap:
 Tahap sensory – motor
yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia 0-2 tahun, Tahap ini
diidentikkan dengan kegiatan motorik dan persepsi yang masih sederhana.
 Tahap pre – operational
yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia 2-7 tahun. Tahap ini
diidentikkan dengan mulai digunakannya symbol atau bahasa tanda, dan telah
dapat memperoleh pengetahuan berdasarkan pada kesan yang agak abstrak.
 Tahap concrete – operational
yang terjadi pada usia 7-11 tahun. Tahap ini dicirikan dengan anak sudah mulai
menggunakan aturan-aturan yang jelas dan logis. Anak sudah tidak memusatkan
diri pada karakteristik perseptual pasif.
 Tahap formal – operational
yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia 11-15 tahun. Ciri pokok
tahap yang terahir ini adalah anak sudah mampu berpikir abstrak dan logis dengan
menggunakan pola pikir “kemungkinan”. Dalam pandangan Piaget, proses adaptasi
seseorang dengan lingkungannya terjadi secara simultan melalui dua bentuk
proses, asimilasi dan akomodasi. Asimilasi terjadi jika pengetahuan baru yang
diterima seseorang cocok dengan struktur kognitif yang telah dimiliki seseorang
tersebut. Sebaliknya, akomodasi terjadi jika struktur kognitif yang telah dimiliki
seseorang harus direkonstruksi/di kode ulang disesuaikan dengan informasi yang
baru diterima.

Dalam teori perkembangan kognitif ini Piaget juga menekankan pentingnya


penyeimbangan (equilibrasi) agar seseorang dapat terus mengembangkan dan
menambah pengetahuan sekaligus menjaga stabilitas mentalnya. Equilibrasi ini dapat
dimaknai sebagai sebuah keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi sehingga
seseorang dapat menyatukan pengalaman luar dengan struktur dalamya. Proses

7
perkembangan intelek seseorang berjalan dari disequilibrium menuju equilibrium
melalui asimilasi dan akomodasi

2. Jerome Bruner “Discovery Learning”


Teori kognisi Brunner menekankan pada cara individu mengorganisasikan apa
yang telah dialami dan dipelajar, sehingga individu mampu menemukan dan
mengembangkan sendiri konsep, teori-teori dan prinsip-prinsipnya melalui contoh-
contoh yang dijumpai dalam kehidupan (Subkhan, 2016). Pengetahuan yang diperoleh
individu lebih bermakna baginya, lebih mudah diingat dan lebih mudah digunakan
dalam pemecahan masalah. Dasar pemikiran teori ini memandang bahwa manusia
sebagai pemroses, pemikir dan pencipta informasi (Ratna Wilis Dahar, 1988). Bruner
menyatakan, belajar merupakan suatu proses aktif yang memungkinkan manusia untuk
menemukan hal-hal baru di luar informasi yang diberikan kepada dirinya (Bambang
Warsita, 2008). Brunner mengklasifikasikan perkembangan kognitif anak menjadi tiga
tahap:2
 Fase pra-operasional
Yakni dari usia 5-6 tahun atau masa pra-sekolah Pada taraf ini individu belum
dapat mengadakan perbedaan yang tegas antara perasaan dan motif pribadinya
dengan realitas dunia luar. Tahap ini disebut juga dengan tahap enaktif, seseorang
melakukan aktivitas-aktivitas dalam upayanya untuk memahami lingkungan sekitar
atau dunia sekitarnya dengan menggunakan pengetahuan motorik menurut Pane &
Dasopang (2017). Misalnya melalui gigitan, sentuhan, pegangan dan sebagainya.
 Fase operasi kongkrit
Dalam menghadapi suatu masalah individu hanya dapat memecahkan masalah
yang langsung dihadapinya secara nyata. Individu belum mampu memecahkan
masalah yang tidak dihadapinya secara nyata atau kongkrit atau yang belum pernah
dialami sebelumnya.
 fase operasi formal
Pada tahap ini anak telah sanggup beroperasi berdasarkan kemungkinan hipotesis
dan lagi dibatasi oleh apa yang berlangsung dihadapi sebelumnya. Tahap ini
disebut juga dengan tahap simbolik, seseorang telah mampu memiliki ide-ide atau

2
Zahrotul Badi’ah, Implikasi Teori Belajar Kognitif J. Piaget dalam Pembelajaran Bahasa Arab dengan Metode
Audiolongual, Jurnal pendidikan, Vol. 3, No. 1, March 2021. Hal 79-80.

8
gagasan-gagasan abstrak yang sangat dipengaruhi oleh kemampuannya dalam
berbahasa dan logika.

Menurut Brunner, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses
pembelajar agar pengetahuan dapat dengan mudah yaitu:
a. Struktur Pengetahuan
agar dalam proses pembelajaran dapat berjalan efektif, struktur pengetahuan itu
harus disesuaikan dengan karakteristik dan tingkat perkembangan anak. Kesiapan
belajar, terdiri atas kesiapan yang berupa keterampilan yang sifatnya sederhana
yang memungkinkan seseorang untuk menguasai keterampilan yang sifatnya lebih
tinggi menurut Brunner (1966).
b. Intuisi
menurut S. Nasution berfikir intusisi hanya bisa berlangsung apabila seseorang
memahami ilmu yang luas tentang bidang ilmu itu dan memahami strukturnya.
c. Motivasi
adalah keadaan yang terdapat di dalam diri seseorang yang mendorong untuk
melakukan aktifitas untuk mencapai tujuan tertentu (Sakerebau, 2018).3
3. Albert bandura
Bandura berpendapat untuk teori kognitif sosial. Seperti yang dijelaskan dalam buku
karya John W. Santrock (2007:285) yang menyatakan bahwa Teori Kognitif Sosial
(Social Cognitive Theory) merupakan faktor sosial dan kognitif serta faktor perilaku,
memegang peranan penting dalam pembelajaran. Artinya faktor kognitif berupa
harapan siswa untuk mencapai keberhasilan sedangkan faktor sosial meliputi
pengamatan siswa terhadap perilaku orang tuanya. Jadi menurut Bandura antara faktor
kognitif/orang, faktor lingkungan dan faktor perilaku saling mempengaruhi dan faktor-
faktor tersebut dapat saling berinteraksi untuk mempengaruhi belajar. Faktor kognitif
meliputi harapan, keyakinan, strategi, pemikiran dan kecerdasan.
4. Kurt lewin
Yang juga seorang tokoh dalam teori belajar kognitif adalah Kurt Lewin yang
mengemukakan tentang teori belajar bidang kognitif. Sebagaimana dijelaskan Nana
Sudjana dalam bukunya yang menjelaskan bahwa dalam teori pembelajaran bidang
kognitif, “belajar didefinisikan sebagai proses interaksional di mana individu mencapai

3
Junier Sakerebau, Memahami Peran Psikologi Pendidikan Bagi Pembelajaran, Jurnal Teklogi dan Pendidikan
Kristen Kontekstual Volume 1, no.1, 2018.

9
wawasan baru dan mengubah sesuatu yang lama” (1991: 97). Artinya seseorang harus
peduli terhadap dirinya sendiri dan juga dengan orang lain, dengan belajar secara
afektif sehingga diharapkan mereka atau seorang guru dapat memahami dengan dirinya
sendiri dan dapat melakukan tugas dengan lebih baik di samping mengembangkan
sistem psikologis yang berguna dalam menghadapi anak dan remaja dalam situasi
belajar.
5. C Asri Budiningsih
Ia berpendapat bahwa teori belajar kognitif berbeda dengan teori belajar behavioristik.
Teori belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajarnya.
Para penganut aliran kognitif mengatakan bahwa belajar tidak sekedar melibatkan
hubungan anara stimulus dan respon. Tidak seperti model belajar behavioristik yang
memepelajari proses belajar hanya sebagai hubungan stimulus-respon, model belajar
kognitif merupakan suatu bentuk teori belajar yang sering disebut sebagai model
perseptual. Model belajar kognitif mengatakan bahwa tingkah laku seseorang
ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhunungan dengan
tujuan belajarnya. Belajar merupakan perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak
selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku yang Nampak.(Budiningsih 2005)

D. Pandangan Teori Kognitivisme terhadap Belajar Mengajar dan Pembelajaran


Teori ini menganggap bahwa belajar adalah pengorganisasian aspek-aspek kognitif
dan persepsi untuk memperoleh pemahaman. Dalam model ini, tingkah laku seseorang
ditentukan oleh persepsi dan pemahamannya. Sedangkan situasi yang berhubungan
dengan tujuan dan perubahan tingkah laku sangat ditentukan oleh proses berfikir internal
yang terjadi selama proses belajar. Pada prinsipnya, belajar adalah perubahan persepsi dan
pemahaman yang tidak selalu dapat dilihat sebagai tingkah laku (tidak selalu dapat
diamati) .4 Dalam teori ini menekankan pada gagasan bahwa bagian-bagian dari situasi
yang terjadi dalam proses belajar saling berhubungan secara keseluruhan. Sehingga jika
keseluruhan situasi tersebut dibagi menjadi komponen-komponen kecil dan
mempelajarinya secara terpisah, maka sama halnya dengan kehilangan sesuatu
Teori kognitif juga beranggapan bahwa, tingkah laku seseorang selalu didasarkan
pada kognisi, yaitu suatu perbuatan atau tingkahlaku individu ditentukan oleh persepsi
atau pemahamannya tentang diri dan situasi yang berhubungan dengan tujuan yang ingin

4
Bambang warsita, Teknologi Pembelajaran : Landasan dan aplikasinya, (Jakarta : Rineka Cipta ., 2008)

10
dicapai.5 Dalam teori kognitif, belajar pada prinsipnya adalah perubahan persepsi dan
pemahaman yang tidak selalu dapat dilihat sebagai perubahan tingkah laku yang kongkrit.
Di sisi lain, teori belajar kognitif lebih menekankan bahwa, belajar merupakan suatu
proses yang terjadi dalam akal pikiran manusia. Seperti diungkapkan oleh Winkel bahwa
“belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif
dengan lingkungan yang menghasilkan perubahanperubahan dalam pengetahuan,
pemahaman, ketrampilan, nilai dan sikap, perubahan itu bersifat relatif dan berbekas”.6
Hakekat belajar menurut teori kognitif dijelaskan sebagai suatu aktivitas belajar yang
berkaitan dengan penataan informasi, reorganisasi perceptual, dan proses internal.
Kegiatan pembelajaran yang berpihak pada teori belajar kognitif ini sudah banyak
digunakan. Dalam menemukan tujuan pembelajaran, mengembangkan strategi dan tujuan
pembelajaran, tidak lagi mekanistik sebagaimana yang dilakukan dalam pendekatan
behavioristik. Kebebasan dan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar amat
diperhitungkan, agar belajar lebih bermakna bagi siswa. Sedangkan kegiatan
pembelajarannya mengikuti prinsip-prinsip sebagai berikut :7
1. Siswa bukan sebagai orang dewasa yang mudah dalam proses berfikirnya. Mereka
mengalami perkembangan kognitif melalui tahap-tahap tertentu.
2. Anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar akan dapat belajar dengan baik
terutama jika mendengarkan benda-benda kongrit.
3. Keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar amat dipentingkan, karena hanya dengan
mengaktifkan siswa maka proses asimilasi dan akomodasi pengetahuan dan
pengalaman dapat terjadi dengan baik.
4. Untuk menarik minat dan meningkatkan retensi perlu mengkaitkan pengalaman atau
informasi baru dengan struktur kognitif yang telah memiliki si belajar.
5. Pemahaman dan retensi akan meningkat jika materi pelajaran disusun dengan
menggunakan pola atau logika tertentu, dari sederhana ke kompleks.
6. Belajar memahami akan lebih bermakna daripada belajar mneghafal.
7. Adanya perbedaan individual pada diri siswa pelu diperhatikan karena faktor ini
sangat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa

5
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan Pendidkan Agama Islam di Sekolah,
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012), hal. 198
6
WS. Wingkel, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Gramedia, 1996), hal. 53
7
Nurhadi, Teori Kognitivisme Serta Aplikasinya Dalam Pembelajaran, Jurnal Edukasi dan Sains Volume 2,
Nomor 1, Juni 2020; hal. 89-90

11
E. Kelebihan Dan Kekurangan Teori Kognitif
Setiap teori pembelajaran pastilah di bandingkan dengan teori pembelajaran yang lain.
Selain itu setiap teori pembelajaran juga melengkapi dan menambah dari kekurangan
teori-teori pembelajaran yang telah diungkapkan oleh para ahli sebelumnya. Teori
pembelajaran kognitif memiliki kelebihan sebagai berikut:
a) Menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri; membantu siswa memahami bahan
belajar secara lebih mudah.
b) Sebagian besar dalam kurikulum pendidikan negara Indonesia lebih menekankan pada
teori kognitif yang mengutamakan pada pengembangan pengetahuan yang dimiliki
pada setiap individu.
c) Pada metode pembelajaran kognitif pendidik hanya perlu memeberikan dasar-dasar
dari materi yang diajarkan unruk pengembangan dan kelanjutannya deserahkan pada
peserta didik, dan pendidik hanya perlu memantau, dan menjelaskan dari alur
pengembangan materi yang telah diberikan.
d) Dengan menerapkan teori kognitif ini maka pendidik dapat memaksimalkan ingatan
yang dimiliki oleh peserta didik untuk mengingat semua materi-materi yang diberikan
karena pada pembelajaran kognitif salah satunya menekankan pada daya ingat peserta
didik untuk selalu mengingat akan materi-materi yang telah diberikan.
e) Menurut para ahli kognitif itu sama artinya dengan kreasi atau pembuatan satu hal
baru atau membuat suatu yang baru dari hal yang sudah ada, maka dari itu dalam
metode belajar kognitif peserta didik harus lebih bisa mengkreasikan hal-hal baru
yang belum ada atau menginovasi hal yang yang sudah ada menjadi lebih baik lagi.
f) Metode kognitif ini mudah untuk diterapkan dan juga telah banyak diterapkan pada
pendidikan di Indonesia dalam segala tingkatan

Sedangkan kelemahan atau kekurangan teori kognitif adalah sebagai berikut:

a) Teori tidak menyeluruh untuk semua tingkat pendidikan; sulit di praktikkan


khususnya di tingkat lanjut; beberapa prinsip seperti intelegensi sulit dipahami dan
pemahamannya masih belum tuntas.
b) Pada dasarnya teori kognitif ini lebih menekankan pada kemampuan ingatan peserta
didik, dan kemampuan ingatan masing-masing peserta didik, sehingga kelemahan
yang terjadi di sini adalah selalu menganggap semua peserta didik itu mempunyai
kemampuan daya ingat yang sama dan tidak dibeda-bedakan.

12
c) Adakalanya juga dalam metode ini tidak memperhatikan cara peserta didik dalam
mengeksplorasi atau mengembangkan pengetahuan dan cara-cara peserta didiknya
dalam mencarinya, karena pada dasarnya masing-masing peserta didik memiliki cara
yang berbeda-beda.
d) Apabila dalam pengajaran hanya menggunakan metode kognitif, maka dipastikan
peserta didik tidak akan mengerti sepenuhnya materi yang diberikan.
e) Jika dalam sekolah kejuruan hanya menggunakan metode kognitif tanpa adanya
metode pembelajaran lain maka peserta didik akan kesulitan dalam praktek kegiatan
atau materi.
f) Dalam menerapkan metode pembelajran kognitif perlu diperhatikan kemampuan
peserta didik untuk mengembangkan suatu materi yang telah diterimanya

F. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Kognitif


Pada perkembangan kognitif, ada 6 faktor yang mempengaruhi perkembangannya, yakni:
1. Faktor hereditas/ keturunan
Teori hereditas atau nativisme yang dipelopori oleh seorang ahli filsafat
schopenhauer, berpendapat bahwa manusia lahir sudah membawa potensi potensi
tertentu yang tidak dapat dipengaruhi oleh lingkungan. Dikatakan pula bahwa, taraf
intelegensi sudah ditentukan sejak anak dilahirkan. Para ahli psikologi lehrin, linzhey
dan spuhier berpendapat bahwa intelegensi 75-80% merupakan warisan atau faktor
keturunan.
2. Faktor Lingkungan
Teori lingkungan atau empirisme dipelopori oleh John Locke. Locke berpendapat
bahwa, manusia dilahirkan dalam keadaan suci seperti kertas putih yang masih bersih
belum ada tulisan atau noda sedikitpun. Teori ini dikenal luas dengan sebutan teori
Tabula rasa.Menurut john locke, perkembangan manusia sangatlah ditentukan oleh
lingkungannya. Berdasarkan pendapat locke, taraf intelegensi sangatlah
ditentukanoleh pengalaman dan pengetahuan yang diperolehnya dari lingkungan
hidupnya
3. Faktor Kematangan
Tiap organ (fisik maupun psikis) dapat dikatakan matang jika telah mencapai
kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing. Kematangan berhubungan erat
dengan usia kronologis (usia kalender)

13
4. Faktor Pembentukan
Pembentukan ialah segalah keadaan diluar diri seseorang yang memengaruhi
perkembangan intelegensi. Pembentukan dapat dibedakan menjadi pembentukan
sengaja (sekolah formal) dan pembentukan tidak sengaja (pengaruh alam sekitar).
Sehingga manusia berbuat intelegen karena untuk mempertahankan hidup ataupun
dalam bentuk penyesuaian diri.
5. Faktor Minat dan Bakat
Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan untuk
berbuat lebih giat dan lebih baik lagi. Adapun bakat diartikan sebagai kemampuan
bawaan sebagai potensi yang masih perlu dikembangkan dan dilatih agar dapat
terwujud. Bakat seseorang akan memengaruhi tingkat kecerdasannya. Artinya
seseorang yang memiliki bakat tertentu, maka akan semakin mudah dan cepat
mempelajarinya.
6. Faktor Kebebasan
Kebebasan yaitu keleluasaan manusia untuk berfikir divergen (menyebar) yang berarti
bahwa manusia dapat memilih metode metode tertentu dalam memecahkan masalah
masalah, juga bebas dalam memilih masalah sesuai kebutuhannya.

G. Pengaplikasian Teori Kognitif Dalam Pembelajaran


Dalam pengaplikasiannya dalam pembelajaran, teori kognitif memiliki perbedaan di
setiap tokohnya, yakni:
1. Pengaplikasian Teori Kognitif Piaget dalam Pembelajaran
Ada beberapa hal penting yang diambil terkait teori kognitif sebagaimana
dikemukakan oleh Piaget, diantaranya adalah :
a) Individu dapat mengembangkan pengetahuannya sendiri
Yang menjadi titik pusat dari teori belajar kognitif Piaget ialah individu mampu
mengalami kemajuan tingkat perkembangan kognitif atau pengetahuan ke tingkat
yang lebih tinggi. Maksudnya adalah pengetahuan yang dimiliki oleh setiap
individu dapat dibentuk dan dikembangkan oleh individu sendiri melalui interaksi
dengan lingkungan yang terus-menerus dan selalu berubah. Dalam berinteraksi
dengan lingkungan tersebut, individu mampu beradaptasi dan mengorganisasikan
lingkungannya, sehingga terjadi perubahan dalam struktur kognitifnya,
pengetahuan, wawasan dan pemahamannya semakin berkembang. Atau dengan
kata lain, individu dapat pintar dengan belajar sendiri dari lingkungannya.

14
Walaupun demikian, pengetahuan yang diperoleh individu melalui interaksi
dengan lingkungan, adakalanya tidak persis sama dengan apa yang diperoleh dari
lingkungan itu. Individu mampu mengembangkan pengetahuannya sendiri,
mampu memodivikasi pengalaman yang diperoleh dari lingkungan, sehingga
melahirkan pengetahuan atau temuantemuan baru. Hal ini terbukti banyak
ilmuwan yang menghasilkan temuan-temuan baru yang selama ini tidak dipelajari
di bangku sekolah. Oleh karena itu, proses pendidikan bukan hanya sekedar
transfer of knowledge, tetapi juga bagaimana merangsang struktur kognitif
inadividu sehingga mampu melahirkan pengetahuan dan temuan-temuan baru.
b) Individualisasi dalam pembelajaran Dalam proses pembelajaran
perlakuan terhadap individu harus didasarkan pada perkembangan kognitifnya.
Atau dengan kata lain, dalam proses pembelajaran harus disesuaikan dengan
tingkat perkembangan individu. Belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan
dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Hal ini disebabkan karena
setiap tahap perkembangan kognitif memiliki karakteristik berbeda-beda.
Susunan saraf seorang akan semakin kompleks seiring dengan bertambahnya
umur. Hal ini memungkinkan kemampuannya semakin meningkat.8 Oleh karena
itu, dalam proses belajar seseorang akan mengikuti pola dan tahap perkembangan
tertentu sesuai dengan umurnya. Penjenjangan ini bersifat hirarki, yaitu melalui
tahap-tahap tertentu sesuai dengan umurnya. Seseorang tidak dapat mempelajari
sesuatu yang di luar kemampuan kognitifnya.9 Tingkat perkembangan peserta
didik harus dijadikan dasar pertimbangan guru dalam menyusun struktur dan
urutan mata pelajaran di dalam kurikulum. Hunt (dalam Abu Ahmadi dan
Widodo Supriyono) mempraktekkan di dalam program pendidikan TK yang
menekankan pada perkembangan sensorimotoris dan praoperasional.10 Misalnya:
belajar menggambar, mengenal benda, menghitung dan sebagainya. Seorang guru
yang bila tidak memperhatikan tahapan-tahapan perkembangan kognitif, maka
akan cenderung menyulitkan siswa. Contoh lain, mengajarkan konsep-konsep
abstrak tentang shalat kepada sekelompok siswa kelas dua SD, tanpa adanya
usaha untuk mengkongkretkan konsep-konsep tersebut, tidak hanya sia-sia, tetapi

8
41 Elida Prayitno, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta : Dirjen Dikti, 1991), hal. 81
9
42 Al Rasyidin & Wahyudin Nur Nasution, Teori Belajar dan pembelajaran…, Op. Cit., hal. 33
10
43 Abu Ahmad & Widodo Supriyono, Psikologi Belajar…, Op. Cit., hal. 216

15
justru akan lebih membingungkan siswa.11 Dalam proses pembelajaran juga harus
memperhatikan tingkat perkembangan peserta didik. Bahasa dan cara berfikir
anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran,
guru harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak.

2. aplikasi Teori Belajar Jerome Bruner dalam Pembelajaran


Pada prinsipnya teori Kognitif sebagaimana dikemukakan oleh Bruner merupakan
pengembangan dari teori kognitif Piaget. Bruner lebih menekankan bagaiman
mengeksplrorasi potensi yang dimiliki oleh individu. Ada beberapa hal yang sangat
penting untuk diperhatikan dalam pembelajaran terkait dengan teori Kognitif Bruner,
diantaranya adalah:
a) Partisipasi aktif individu dan mengenal perbedaan
Dalam proses pembelajaran harus menekankan pada cara individu
mengorganisasikan apa yang telah dialami dan dipelajari. Sehingga dengan
demikian individu mampu menemukan dan mengembangkan sendiri konsep,
teori-teori dan prinsip-prinsip melalui contoh-contoh yang dijumpai dalam
kehidupannya. Untuk mewujudkan hal tersebut, harus diciptakan lingkungan
yang mendukung individu untuk melakukan eksplorasi dan menemukan gagasan-
gagasan baru. Oleh karena itu tujuan pembelajaran bukan sepenuhnya untuk
memperoleh pengetahuan semata. Tetapi yang terpenting adalah melatih
kemampuan intelek atau kognitif siswa, merangsang keinginan tahu, dan
memotivasi siswa. Tujuan pembelajaran hanya diuraikan secara garis besar dan
dapat dicapai dengan cara-cara yang tidak perlu sama oleh siswa yang mengikuti
pelajaran yang sama.12 Atau dengan kata lain, tujuan pembelajaran hanya
diuraikan secara garis besar. Untuk mendalami, merinci dan mempertajam tujuan
pembelajaran tersebut diperlukan peran aktif siswa disesuaikan dengan potensi
dan tingkat perkembangan siswa. Walaupun demikian, pembelajaran terhadap
individu tidak harus menunggu individu mencapai tahap perkembangan tertentu.
Individu dapat mempelajari sesuatu meskipun umurnya belum memadai, asalkan
materi pembelajaran disusun berdasarkan urutan isi dan disesuaikan dengan
karakteristik kognitifnya.

11
Al Rasyidin & Wahyudin Nur Nasution, Teori Belajar dan Pembelajaran…., Op. Cit., h. 35
12
J.S Bruner, Toward a Theory of Instruction….., Op. Cit., h. 72

16
b) Guru sebagai tutor, fasilitator, motivator dan evaluator
Menurut hemat penulis, dalam belajar penemuan (Discovery Learning), terjadi
perubahan paradigma terhadap peran guru. Guru bukan lagi sebagai pusat
pembelajaran, tetapi guru memiliki peran sebagai berikut :
1. Merencanakan pelajaran demikian rupa sehingga pelajaran itu terpusat pada
masalah-masalah yang tepat untuk diselidiki oleh para siswa.
2. Menyajikan materi pelajaran yang diperlukan sebagai dasar bagi para siswa
untuk memecahkan masalah. Materi pelajaran itu diarahkan pada pemecahan
masalah yang aktif dan belajar penemuan. Guru mulai dengan sesuatu yang
sudah dikenal oleh siswa-siswa. Kemudian guru mengemukakan sesuatu
yang berlawanan. Dengan demikian terjadi konflik dengan pengalaman
siswa. Akibatnya timbullah masalah. Dalam keadaan yang ideal, hal yang
berlawanan itu menimbulkan suatu kesangsian yang merangsang para siswa
untuk menyelidiki masalah itu, menyusun hipotesis-hipotesis, dan mencoba
menemukan konsep-konsep atau prinsip-prinsip yang mendasari masalah
itu.13
3. Guru harus memperhatikan tiga cara penyajian, yaitu cara enaktif
(melakukan aktifitas), cara ikonik (dengan gambar atau visualisasi), dan cara
simbolik. Dengan kata lain, perkembangan kognitif individu dapat
ditingkatkan dengan cara menata strategi pembelajaran sesuai dengan isi
bahan akan dipelajari dan karakteristik kognitif individu.
4. Bila siswa memecahkan masalah di laboratonium atau secara teoretis, guru
berperan sebagai seorang pembimbing atau tutor. Guru jangan
mengungkapkan terlebih dahulu prinsip atau aturan yang akan dipelajari,
tetapi ia hendaknya rnemberikan saran-saran bilamana diperlukan. Sebagai
seorang tutor, guru sebaiknya memberikan umpan balik pada waktu yang
tepat. Umpan balik sebagai perbaikan hendaknya diberikan dengan cara
demikian rupa, hingga siswa tidak tergantung pada pertolongan guru.
Akhirnya siswa harus melakukan sendiri fungsi tutor itu.
5. Penilaian hasil belajar penemuan meliputi pemahaman tentang prinsip-
prinsip dasar mengenai suatu bidang studi, dan kemampuan siswa untuk
menerapkan prinsip-prinsip itu pada situasi baru. Untuk maksud ini bentuk

13
Ratnawilis Dahar, Teori-teori Belajar…..,Op. Cit., hal. 131

17
tes dapat berupa tes objektif, tes essay, penilaian autentik dan penilaian
performance.
Dari uraian di atas, dapat diketahui bahwa guru berperan sebagai tutor,
fasilitator, motivator dan evaluator. Dengan kata lain, guru tidak harus
mengendalikan proses pembelajaran. Guru hendaknya mengarahkan pelajaran
pada penemuan dan pemecahan masalah. Penilaian hasil belajar meliputi tentang
konsep dasar dan penerapannya pada situasi yang baru. Selain itu, dalam belajar
penemuan, teman dan siswa memiliki perang yang sangat penting. Sebagaimana
diuraikan di atas, dalam teori Bruner, lebih menekankan agar siswa berperan aktif
dalam proses pembelajaran, dan memberikan kesempatan kepada siwa untuk
menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh
yang dijumpai dalam kehidupannya. Oleh karena itu, guru harus mengupayakan
agar setiap siswa berpartisipasi aktif, motivasi dan minatnya perlu ditingkatkan,
kemudian perlu dibimbing untuk mencapai tujuan tertentu.14
Dalam proses pembelajaran, siswa dapat saling bertukar informasi terhadap
apa yang dipelajari dan ditemukan sendiri. Untuk mengoptimalkan proses
pembelajaran penemuan ini, teori ini dapat juga disajikan dalam bentuk diskusi
kelas, demonstrasi, kegiatan laboratorium, kertas kerja siswa, dan evaluasi-
evaluasi.15
Pada diskusi, guru harus merumuskan lebih dahulu yang akan dicapai,
mengenai konsep-konsep, prinsip-prinsip atau kemampuan apa saja yang dapat
dikembangkan siswa. Prinsipprinsip itu diusahakan tersaji dalam bentuk masalah.
Siswa diharapkan dapat merumuskan, mengolah, kemudian memecahkannya,
sehingga dapat menemukan sendiri konsepkonsep atau prinsip-prinsip sesuai
dengan yang telah direncanakan guru.

3. Implikasi Teori Belajar Ausubel dalam Pembelajaran


a. Kunci keberhasilan dalam belajar terletak pada kebermaknaan bahan ajar
yang diterima atau yang dipelajari oleh siswa.
Oleh karena itu dalam proses pembelajaran guru harus mampun memberikan
sesuatu yang bermakna bagi siswa. Sesuatu yang bermakna itu bukan hanya dapat
diperoleh melalui belajar penemuan, tetapi dapat diperoleh melalui banyak cara.

14
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya…, Op. Cit., h. 12
15
Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengajar…., Op. Cit., h. 78

18
Belajar dengan menghafal dan ceramah pun dapat menemukan sesuatu yang
bermakna, asal dilakukan secara sistematis, menjelaskan dan menghubungkan
antara konsep yang satu dengan konsep lainnya, menguhubungkan konsep yang
baru dengan konsep yang telah dimiliki oleh siswa. Sebaliknya, belajar penemuan
akan menjadi kurang bermakna, apa bila dilakukan dengan coba-coba dan tidak
sistematis.
Untuk mewujudkan pembelajaran yang bermakna ini, guru sangat dituntut
untuk mempu menggali dan mengeksplorasi segala potensi yang dimiliki oleh
siswa dengan berbagai macam strategi, model, metode dan pendekatan
pembelajaran. Sehingga siswa terbantu dalam memperoleh informasi, ide,
keterampilan, cara berfikir dan mengekspresikan dirinya guna memendapatkan
sesuatu yang bermakna dari proses pembelajaran.
b. Belajar bermakna akan berhasil apabila ada motivasi intrinsik dari dalam
diri siswa
Menurut Ausubel, belajar bermakna akan terjadi apabila siswa memiliki minat
dan kesiapan untuk belajar. Minat dan kesiapan erat kaitannya dengan motivasi.
Motivasi menurut M. Ngalim Purwanto merupakan dorongan yang
menggerakkan individu untuk bertingkahlaku.16 Motivasi yang terpenting adalah
motivasi intrinsik, yaitu motivasi yang datang dari dalam diri individu. Dengan
adanya motivasi intrinsik ini akan menumbuhkan minat dalam diri individu, dan
menggerakkan individu untuk mempersiapkan diri untuk belajar, baik
mempersiapkan diri secara fisik maupun psikis.
Motivasi intrinsik ini sesungguhnya dapat dibetuk melalui motivasi ekstrinsik,
yaitu motivasi yang datang dari luar diri individu. Seperti dorongan dari orang
tua, guru, teman dan sebagainya. Oleh karena itu, guru dan orang tua memiliki
peran yang sangat penting dalam menumbuhkan motivasi intrinsik dalam diri
siswa. Dorongan, perhatian dan kasih sayang orang tua dan guru merupakan salah
satu faktor yang akan menumbuhkan motivasi intrinsik dalam diri sisiwa terkait
dengan belajar.

16
M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan….., Op. Cit., h. 60

19
4. pengaplikasian Teori kognitif Gestal dalam Pembelajaran
Berdasarkan beberapa pokok pikiran terkait dengan teori belajara kognitf
Gestal, ada beberapa hal yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran,
diantaranya adalah:
a) Perilaku bertujuan. Belajar harus terarah pada tujuan. Belajar bukan hanya terjadi
akibat hubungan stimulus-respons, tetapi ada keterkaitannya dengan tujuan yang
ingin dicapai, yaitu untuk mendapatkan pemahaman tentang sesuatu. Proses
pembelajaran akan berjalan efektif jika siswa mengenal tujuan yang ingin
dicapainya. Oleh karena itu, guru harus menyadari tujuan sebagai arah aktivitas
pengajaran dan membantu peserta didik dalam memahami tujuannya.
b) Pembelajaran akan bermakna apabila siswa mampu memahami secara totalitas
terhadap objek yang dipelajari, memiliki kemampuan mengenal dan memahami
unsur-unsur, mampu memahami keterkaitan unsur-unsur dalam suatu obyek atau
peristiwa, dan keterkaitan antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan
sebelumnya.

20
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari penjelasan di atas, dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut:
a. Pengertian Belajar Kognitif
 Istilah “Cognitive” berasal dari kata cognition artinya adalah pengertian, mengerti.
Pengertian yang luasnya cognition (kognisi) adalah perolehan, penataan, dan
penggunaan pengetahuan.
 Teori kognitif merupakan salah satu bentuk teori belajar yang sering disebut
sebagai model perseptual, yaitu proses membangun atau membimbing siswa dalam
melatih kemampuan untuk mengoptimalkan proses memahami suatu objek.
 Teori kognitif sangat berpengaruh dalam proses pembelajaran, akibatnya
pembelajaran di Indonesia pada umumnya lebih cenderung berorientasi pada
kognitif (berorientasi pada intelektual atau kognisi).
 Secara umum teori kognitif berpandangan bahwa belajar atau belajar adalah suatu
proses yang menekankan pada proses membangun memori, retensi, pengolahan
informasi, emosi, dan aspek-aspek lain yang bersifat intelektual
b. Belajar Kognitif Menurut Perspektif Islam
 Nabi Muhammad saw pernah menjelaskan pentingnya untuk menyebarkan ilmu
yang telah didapat seseorang pada orang yang membutuhkan terutama sesama
muslim. Penguasaan itu tidak lepas dari bagaimana perkembangan kognitif
manusia,
 Dasar Awal Kognitif: Penginderaan, Persepsi Dan Belajar.
Pengindraan merupakan deteksi dari stimulasi sensorik, sementara persepsi
merupakan interpretasi dari apa yang telah diterima oleh alat indra. Alquran
menggambarkan bahwa ketika manusia lahir dalam keadaan tidak mengetahui,
namun Allah memberi alat-alat sensorik untuk mendapatkan pengetahuan.
Pendengaran dan penglihatan merupakan alat indra yang banyak digunakan dalam
proses belajar manusia.
 Perkembangan kognitif
Tahap Perkembangan kognitif merupakan perubahan kemampuan berpikir atau
intelektual

21
 Perspektif sosiokultural dalam perkembangan kognitif
Perkembangan kognitif manusia juga ditentukan dari lingkungan dimana ia tinggal.
Pentingnya lingkungan dalam perkembangan kognitif terlihat dari banyaknya ayat-
ayat Al-Qur'an yang menyuruh manusia untuk belajar dari alam semesta. Allah
tidak menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya melainkan
dengan yang benar dan waktu yang ditentukan.
 Sistem pengolahan informasi pada manusia.
Dalam ayat-ayatnya, al-qur'an menyebutkan berbagai proses pengolahan informasi
yang penting. AlQur'an menyatakan pentingnya fungsi perhatian agar dapat
memahami informasi yang diperolehnya
c. Tokoh Dalam Aliran Teori Kognitif
 Jean Piaget, teorinya disebut “Cognitive Developmental”
Dalam teorinya, Piaget memandang bahwa proses berpikir sebagai aktivitas
gradual dan fungsi intelektual dari konkret menuju abstrak. Dalam teorinya, Piaget
memandang bahwa proses berpikir sebagai aktivitas gradual dari fungsi intelektual
dari konkret menuju abstrak. Jean Piaget mengklasifikasikan perkembangan
kognitif anak menjadi empat tahap yaitu, Tahap sensory – motor, Tahap pre –
operational, Tahap concrete – operational, Tahap formal – operational
 Jerome Bruner “Discovery Learning”
Teori kognisi Brunner menekankan pada cara individu mengorganisasikan apa
yang telah dialami dan dipelajar, sehingga individu mampu menemukan dan
mengembangkan sendiri konsep, teori-teori dan prinsip-prinsipnya melalui contoh-
contoh yang dijumpai dalam kehidupan. Brunner mengklasifikasikan
perkembangan kognitif anak menjadi tiga tahap yaitu, Fase pra-operasional, Fase
operasi kongkrit, fase operasi formal.
 Albert bandura
Bandura berpendapat untuk teori kognitif sosial. Seperti yang dijelaskan dalam
buku karya John W. Santrock (2007:285) yang menyatakan bahwa Teori Kognitif
Sosial (Social Cognitive Theory) merupakan faktor sosial dan kognitif serta faktor
perilaku, memegang peranan penting dalam pembelajaran. Artinya faktor kognitif
berupa harapan siswa untuk mencapai keberhasilan sedangkan faktor sosial
meliputi pengamatan siswa terhadap perilaku orang tuanya.

22
 Kurt lewin
Yang juga seorang tokoh dalam teori belajar kognitif adalah Kurt Lewin yang
mengemukakan tentang teori belajar bidang kognitif. Sebagaimana dijelaskan Nana
Sudjana dalam bukunya yang menjelaskan bahwa dalam teori pembelajaran bidang
kognitif, “belajar didefinisikan sebagai proses interaksional di mana individu
mencapai wawasan baru dan mengubah sesuatu yang lama” (1991: 97).
 C Asri Budiningsih
Ia berpendapat bahwa teori belajar kognitif berbeda dengan teori belajar
behavioristik. Teori belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar dari pada
hasil belajarnya. Para penganut aliran kognitif mengatakan bahwa belajar tidak
sekedar melibatkan hubungan anara stimulus dan respon
d. Pandangan Teori Kognitivisme terhadap Belajar Mengajar dan Pembelajaran
 Teori ini menganggap bahwa belajar adalah pengorganisasian aspek-aspek kognitif
dan persepsi untuk memperoleh pemahaman. Dalam model ini, tingkah laku
seseorang ditentukan oleh persepsi dan pemahamannya.
 Teori kognitif juga beranggapan bahwa, tingkah laku seseorang selalu didasarkan
pada kognisi, yaitu suatu perbuatan atau tingkahlaku individu ditentukan oleh
persepsi atau pemahamannya tentang diri dan situasi yang berhubungan dengan
tujuan yang ingin dicapai.
 Hakekat belajar menurut teori kognitif dijelaskan sebagai suatu aktivitas belajar
yang berkaitan dengan penataan informasi, reorganisasi perceptual, dan proses
internal.
e. Kelebihan Dan Kekurangan Teori Kognitif
 Setiap teori pembelajaran pastilah di bandingkan dengan teori pembelajaran yang
lain. Selain itu setiap teori pembelajaran juga melengkapi dan menambah dari
kekurangan teori-teori pembelajaran yang telah diungkapkan oleh para ahli
sebelumnya.
 kelebihan teori kognitif
a) Menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri; membantu siswa memahami
bahan belajar secara lebih mudah.
b) Sebagian besar dalam kurikulum pendidikan negara Indonesia lebih
menekankan pada teori kognitif yang mengutamakan pada pengembangan
pengetahuan yang dimiliki pada setiap individu.

23
c) Pada metode pembelajaran kognitif pendidik hanya perlu memeberikan dasar-
dasar dari materi yang diajarkan unruk pengembangan dan kelanjutannya
deserahkan pada peserta didik, dan pendidik hanya perlu memantau, dan
menjelaskan dari alur pengembangan materi yang telah diberikan.
d) Dengan menerapkan teori kognitif ini maka pendidik dapat memaksimalkan
ingatan yang dimiliki oleh peserta didik untuk mengingat semua materi-materi
yang diberikan karena pada pembelajaran kognitif salah satunya menekankan
pada daya ingat peserta didik untuk selalu mengingat akan materi-materi yang
telah diberikan.
e) Menurut para ahli kognitif itu sama artinya dengan kreasi atau pembuatan satu
hal baru atau membuat suatu yang baru dari hal yang sudah ada, maka dari itu
dalam metode belajar kognitif peserta didik harus lebih bisa mengkreasikan
hal-hal baru yang belum ada atau menginovasi hal yang yang sudah ada
menjadi lebih baik lagi
 Kekurangan teori kognitif.
a. Teori tidak menyeluruh untuk semua tingkat pendidikan; sulit di praktikkan
khususnya di tingkat lanjut; beberapa prinsip seperti intelegensi sulit dipahami
dan pemahamannya masih belum tuntas.
b. Pada dasarnya teori kognitif ini lebih menekankan pada kemampuan ingatan
peserta didik, dan kemampuan ingatan masing-masing peserta didik, sehingga
kelemahan yang terjadi di sini adalah selalu menganggap semua peserta didik
itu mempunyai kemampuan daya ingat yang sama dan tidak dibeda-bedakan.
c. Adakalanya juga dalam metode ini tidak memperhatikan cara peserta didik
dalam mengeksplorasi atau mengembangkan pengetahuan dan cara-cara
peserta didiknya dalam mencarinya, karena pada dasarnya masing-masing
peserta didik memiliki cara yang berbeda-beda.
d. Apabila dalam pengajaran hanya menggunakan metode kognitif, maka
dipastikan peserta didik tidak akan mengerti sepenuhnya materi yang
diberikan.
e. Jika dalam sekolah kejuruan hanya menggunakan metode kognitif tanpa
adanya metode pembelajaran lain maka peserta didik akan kesulitan dalam
praktek kegiatan atau materi.

24
f. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Kognitif
 Pada perkembangan kognitif, ada 6 faktor yang mempengaruhi
perkembangannya, yakni:
a. Faktor hereditas/ keturunan
b. Faktor Lingkungan
c. Faktor Kematangan
d. Faktor Pembentukan
e. Faktor Minat dan Bakat
f. Faktor Kebebasan

g. Pengaplikasian Teori Kognitif Dalam Pembelajaran


 Dalam pengaplikasiannya dalam pembelajaran, teori kognitif memiliki perbedaan
di setiap tokohnya,
 Pengaplikasian Teori Kognitif Piaget dalam Pembelajaran
a. Individu dapat mengembangkan pengetahuannya sendiri
b. Individualisasi dalam pembelajaran Dalam proses pembelajaran
 aplikasi Teori Belajar Jerome Bruner dalam Pembelajaran
a. Partisipasi aktif individu dan mengenal perbedaan
b. Guru sebagai tutor, fasilitator, motivator dan evaluator
 Implikasi Teori Belajar Ausubel dalam Pembelajaran
a. Kunci keberhasilan dalam belajar terletak pada kebermaknaan bahan ajar yang
diterima atau yang dipelajari oleh siswa.
b. Belajar bermakna akan berhasil apabila ada motivasi intrinsik dari dalam diri
siswa
 pengaplikasian Teori kognitif Gestal dalam Pembelajaran
a. perilaku bertujuan. Belajar harus terarah pada tujuan.
b. Pembelajaran akan bermakna apabila siswa mampu memahami secara totalitas
terhadap objek yang dipelajari

25
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qardhawi, Yusuf. 1998. Al-Qur’an Berbicara Tentang Akal Dan Ilmu Pengetahuan.
Jakarta: Gema Insani Press.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik), edisi revisi VI, PT.
Rineka Cipta, Jakarta, 2006.
Gredler, Margaret & E. Bell, 1991, Learning And Instruction Theory Into Practice. Mc.-Mi-
lan Publishing Company. Diterjemah-kan oleh Munandir, Jakarta: Rajawali
Mohammad Jauhar, 2011, Implementasi PAIKEM dari Behaviorisme sampai Kontruktivistik:
Sebuah Pengembangan Pembelajaran Berbasis CTL, Jakarta: Prestasi Pustaka
Nugroho, P. (2015). Pandangan Kognitifisme dan Aplikasinya dalam Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam Anak Usia Dini. Kudus: Jurnal Thufula. 3 (2). 2015. 281-304.
DOI 10.21043/thufula.v3i2.4734
Sjarkawi, 2006, Pembentukan Kepribadian Anak: Peran Moral, Intelektual dan Sosial
sebagai Wujud Integritas Membangun Jati Diri, Jakarta: Bumi Aksara
Subkhan, E. (2019). Sebaran dan Dominasi Pemikir Ilmu Pendidikan di Lembaga Pendidikan
Tenaga Kependidikan (LPTK): 1954-1999. Historia: Jurnal Pendidik dan Peneliti
Sejarah, 3(1), 1-10.
Surya, Mohammad, Bina Keluarga, cet. 1, CV. Aneka Ilmu, Semarang, 2003. Ulwan,
Abdullah Nashih, Pendidikan Anak Menurut Islam, Terj: Khalilullah Hakim, Ahmas
Masjkur, judul asli: Tarbiyatu’l-Auladfi’lIslam, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung,
1990.
Winfred F. Hill. 2010. Theories Of Learning, Bandung: Penerbit Nusa Media. (Terjmh :
Winfred F. Hill. Learning; A Surey of Psuchological Interpretation, Harper Ccollins
Pubvllishers.
Yatim Riyanto, 201, Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi bagi Guru/Pendidik
dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas, Jakarta: Kencana

26

Anda mungkin juga menyukai