Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

DINASTI ABBASIYYAH

Disusun Untuk Memenuhi Mata Kuliah: Peradaban Islam Dan Islam Nusantara

Dosen Pengampu: Muhammad Junaidi, S,Pd.I., M.Pd.I.

Oleh :

Kelompok 03

1. Nanda Silsabila Herawati (212101030070)


2. Nur Syahira (212101030066)
3. Nurul qamariyah (211101030017)
4. Siti Khadijah (212101030065)
5. Muhammad nur ardiyansyah (212101030083)

MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UIN KH. ACHMAD SIDDIQ JEMBER

2022
PRAKATA

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat tuhan yang maha esa atas rahmat dan
hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Dinasti
Abbasiyyah” dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah peradaban islam
dan islam nusantara. Selain itu makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
pendirian, pola pemerintahan, ekspansi wilayah, serta peradaban islam pada masa dinasti
abbasiyyah.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing mata kuliah Peradaban
islam dan islam nusntara, Muhammad Junaidi, S,Pd.I., M.Pd.I. Yang telah memberikan
arahan dalam penyusunan makalah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan makalah ini.
Kami selaku penulis telah merasa cukup dengan makalah ini, namun jika ada
kesalahan penulis berharap untuk menuangkan atau menyampaikan kritik, saran, maupun
pendapat yang dapat membangun dalam penyusunan makalah ini.

Jumat, 1 april 2022

Kelompok 03

i
DAFTAR ISI

COVER

PRAKATA ......................................................................................................................... i

DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 2

C. Tujuan ..................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 3

A. Pendirian dinasti abbasiyyah................................................................................... 3

B. Pola pemerintahan dinasti abbasiyyah .................................................................... 5

C. Ekspansi wilayah dinasti abbasiyyah ...................................................................... 8

D. Peradaban islam pada masa dinasti abbasiyyah ...................................................... 9

BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 14

A. Kesimpulan ............................................................................................................. 14

B. Saran ....................................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peradaban islam mengalami puncak kejayaan pada masa daulah Abbasiyah.
Perkembangan ilmu pengetahuan sangat maju yang diawali dengan penerjemahan naskah
asing terutama yang berbahasa Yunani ke dalam bahasa Arab, pendirian pusat
pengembangan ilmu dan perpustakaan dan terbentuknya mazhab ilmu pengetahuan dan
keagamaan sebagai buah dari kebebasan berfikir. Dinasti Abbasiyah merupakan dinasti
Islam yang paling berhasil dalam mengembangkan peradaban Islam. Para ahli sejarah
tidak meragukan hasil kerja para pakar pada masa pemerintahan dinasti Abbasiyah dalam
memajukan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam.
Dinasti Abbasiyah mewarisi imperium besar dari dinasti Umayyah. Mereka
memungkinkan untuk mencapai hasil lebih banyak karena landasannya telah dipersiapkan
oleh dinasti Umayyah yang besar dan dinastti Abasiyyah yang pertama memanfaatkannya.
Penggantian Umayyah oleh Abasiyyah ini bukan sekedar penggantian dinasti, tetapi
merupakan suatu revolusi dalam sejarah Islam, suatu titik balik yang sama pentingnya
dengan Revolusi Perancis dan Revolusi Rusia di dalam Sejarah Baratl.
Bani Abbasiyah berada di tengah-tengah bangsa Persia,sehingga banyak dipengaruhi
oleh peradaban bangsa Persia. Jika bani Umayyah dengan Damaskus sebagai Ibu Kotanya
mementingkan kebudayaan Arab,maka bani Abbasiyah dengan memindahkan Ibu kotanya
ke Baghdad telah agak jauh dari pengaruh Arab. Baghdad terletak di daerah yang banyak
dipengaruhi oleh kebudayaan Persia. Di samping itu, tangan kanan yang membawa Bani
Abbasiyah kepada kekuasaan adalah orang-orang Persia. Dan setelah berkuasa,
cendekiawan Persialah vang mereka jadikan sebagai pembesar-pembesar di istana.
Dengan naiknya kedudukan orang-orang Persia dan kemudian orang-orang Turki
dalam pemerintahan bani Abbasiyah,kedudukan orang-orang Arab menurun. Masa ini
bukanlah masa ekspansi daerah kekuasaan seperti pada masa Umayyah tetapi masa
pembentukan kebudayaan dan peradaban Islam. Berbagai macam disiplin keilmuan
meningkat pesat.Perguruan Tinggi yang didirikan pada zaman ini antara lain Baitul
Hikmah di Baghdad dan Al-Azhar di Kairo yang hingga kini masih harum namanya
sebagai universitas Islam yang termasyhur di seluruh dunia.
Periode ini adalah periode peradaban Islam yang tertinggi dan memiliki pengaruh
walaupun tidak secara langsung pada tercapainya peradaban modern di Barat sekarang.

1
Periode kemajuan Islam ini menurut Christoper Dawson,bersamaan masanya dengan abad
kegelapan di Eropa. Pada abad ke-11 Eropa mulai sadar akan adanya peradaban Islam
yang tinggi di Timur dan melalui Spanyol, Sicilia dan Perang Salib peradaban itu sedikit
demi sedikit di transfer ke Eropa. Dari Islam-lah Eropa mempelajari semua ilmu
pengetahuan.

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana sejarah Pendirian dinasti abbasiyyah?
2. Bagaimana Pola pemerintahan pada masa dinasti abbasiyyah?
3. Bagaimana Ekspansi wilayah pada masa dinasti abbasiyyah?
4. Bagaimana sejarah Peradaban islam pada masa dinasti abbasiyyah?
C. Tujuan
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui sejarah pendirian dynast abbasiyyah.
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui pola pemerintahan dinasti abbasiyyah.
3. Agar mahasiswa dapat mengetahui ekspansi wilayah masa dinassti abbasiyyah.
4. Agar mahasiswa dapat mengetahui sejarah peradaban islam masa dinasti abbasiyyah.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. sejarah Pendirian dinasti abbasiyyah


Tonggak berdirinya dinasti Bani Abbas, berawal sejak merapuhnya sistem internal
dan performance penguasa Bani Umayyah yang berujung pada keruntuhan dinasti
Umayah di Damaskus, maka upaya untuk menggantikannya dalam memimpin umat Islam
adalah dari kalangan bani Abbasiyah. Propaganda revolusi Abbasiyah ini banyak
mendapat simpati masyarakat terutama dari kalangan Syi‟ah, karena bernuansa
keagamaan, dan berjanji akan menegakkan kembali keadilan seperti yang dipraktikkan
oleh khulafaurrasyidin.1
Nama dinasti Abbasiyah diambil dari nama salah seorang paman Nabi yang bernama
al-Abbas ibn Abd al-Muthalib ibn Hisyam. Dinasti ini didirikan oleh Abdullah al-Saffah
Ibnu Muhammad Ibn Ali Ibn Abdullah Ibn al- Abbas.2 Orang Abbasiyah merasa lebih
berhak dari pada bani Umayyah atas kekhalifahan Islam, sebab mereka adalah dari cabang
bani Hasyim yang secara nasab keturunan lebih dekat dengan Nabi. Menurut mereka,
orang Umayyah secara paksa menguasai khilafah melalui tragedi perang Siffin. Oleh
karena itu, untuk mendirikan dinasti Abbasiyah, mereka mengadakan gerakan yang luar
biasa melakukan pemberontakan terhadap dinasti Umayyah.3 Di antara yang
mempengaruhi berdirinya khilafah bani Abbasiyah adalah adanya beberapa kelompok
umat yang sudah tidak mendukung lagi terhadap kekuasaan imperium bani Umayah yang
notabenenya korupsi, sekuler dan memihak sebagian kelompok diantaranya adalah
kelompok Syiah dan Khawarij (Badri Yatim. 2008:49-50) serta kaum Mawali (orang-
orang yang baru masuk islam yang mayoritas dari Persi).
Di saat terjadi perpindahan kekuasaan dari Umayyah ke Abbasiyah, wilayah geografis
dunia islam membentang dari timur ke barat, meliputi Mesir, Sudan, Syam, Jazirah Arab,
Iraq, Parsi sampai ke Cina. Kondisi ini mengantarkan terjadinya interaksi intensif antara
daerah satu dengan daerah lainnya. Interaksi ini memungkinkan proses asimilasi budaya
dan peradaban setiap daerah. Nyanyian dan musik menjadi tren dan style kehidupan
bangsawan dan pemuka istana era Abbasiyah. Anak-anak khalifah diberikan les khusus

1
Dudung Abdurrahman dkk.Sejarah Peradaban Islam: Masa Klasik Hingga Modern, (Yogyakarta: LESFI, 2003),
hlm. 118
2
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), hlm. 49.
3
M. Abdul Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, (Yogyakarta: Pustaka Book Publisher, 2009), hlm.
143.

3
supaya pintar dan cakap dalam mendendangkan suara mereka. Seniman-seniman terkenal
bermunculan, diantaranya Ibrahim bin Mahdi, Ibrahim al Mosuly dan anaknya Ishaq.
Lingkungan istana berubah dan dipengaruhi nuansa Borjuis mulai dari pakaian, makanan,
dan hadirnya pelayan-pelayan wanita.
Para penguasa Abbasiyah membentuk masyarakat berdasarkan rasa persamaan.
Pendekatan terhadap kaum Malawi dilakukan antara lain dengan mengadopsi sistim
Administrasi dari tradisi setempat (Persia) mengambil beberapa pegawai dan Menteri dari
bangsa Persia dan meletakan ibu kota kerajaannya, Baghdad di wilayah yang dikelilingi
oleh bangsa dan agama yang berlainan seperti bangsa Aria dan Sumit dan agama Islam,
Kristen, dan Majusi.
Pembagian kelas dalam masyarakat Daulat Abbasiyah tidak lagi berdasarkan ras atau
kesukaan, melainkan berdasarkan jabatan, menurut jarzid Zaidan, masyarakat Abbasiyah
terbagi dalam 2 kelompok besar, kelas khusus dan kelas umum. Kelas khusus terdiri dari
khalifah, keluarga khalifah (Bani Hasyim) para pembesar negara (Menteri, gubernur dan
panglima), Kaum bangsawan non Bani Hasyim (Quraisy) pada umumnya. petugas khusus,
tentara dan pembantu Istana. Sedangkan kelas umum terdiri dari para seniman, ulama,
pujangga fukoha, saudagar dan penguasa buruh dan petani. Sebelum daulah Bani
Abbasiyah berdiri, terdapat 3 tempat yang menjadi pusat kegiatan kelompok Bani Abbas,
antara satu dengan yang lain mempunyai kedudukan tersendiri dalam memainkan
peranannya untuk menegakkan kekuasaan keluarga besar paman nabi SAW yaitu Abbas
Abdul Mutholib (dari namanya Dinasti itu disandarkan). Tiga tempat itu adalah
Humaimah, Kufah dan Khurasan.
Humaimah merupakan kota kecil tempat keluarga Bani Hasyim bermukim, baik dari
kalangan pendukung Ali maupun pendukung keluarga Abbas. Humaimah terletak
berdekatan dengan Damsyik. Kufah merupakan kota yang penduduknya menganut aliran
Syi„ah pendukung Ali bin Abi Tholib. Ia bermusuhan secara terang-terangan dengan
golongan Bani Umayyah. Demikian pula dengan Khurasan, kota yang penduduknya
mendukung Bani Hasyim. Ia mempunyai warga yang bertemperamen pemberani, kuat
fisiknya, tegap tinggi, teguh pendirian tidak mudah terpengaruh nafsu dan tidak mudah
bingung dengan kepercayaan yang menyimpang. Disinilah diharapkan dakwah kaum
Abbassiyah mendapatkan dukungan.
Selama kekuasaan mereka, peradaban Islam sangat berkembang. Jika pada masa Bani
Umayyah lebih dikenal dengan upaya ekspansinya, maka pada masa Bani Abbasiyah yang
lebih dikenal adalah berkembangnya peradaban Islam. Kalau dinasti Umayyah terdiri atas

4
orang-orang „Arab Oriented‟, dinasti Abbasiyah lebih bersifat internasional, assimilasi
corak pemikiran dan peradaban Persia, Romawi Timur, Mesir dan sebagainya. Dinasti
Abbasiyah memiliki kesan baik dalam ingatan publik, dan menjadi dinasti paling terkenal
dalam sejarah Islam.

B. Pola pemerintahan pada masa dinasti abbasiyyah


Pada zaman dinasti Abbasiyah, konsep kekhalifahan berkembang sebagai sistem
politik. Menurut pandangan para pemimpin dinasti Abbasiyah, kedaulatan yang ada pada
pemerintahan (khalifah) adalah berasal dari Allah. Bukan berasal dari rakyat sebagaimana
diaplikasikan oleh Abu Bakar dan Umar pada zaman Khulafaur Rasyidin.
Hal ini dapat dilihat dengan perkataan al-Mansur "saya adalah sultan Tuhan diatas
buminya". Pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan
social, politik, ekonomi dan budaya yang terjadi disetiap masa tersebut. Dinasti Abbasiyah
dibagi menjadi 5 fase pemerintahan, dan sistem politik yang dijalankan oleh dinasti
Abbasiyah I adalah :
1. Para khalifah tetap dari keturunan arab, sedang para Menteri, panglima, gubernur,
dan para pegawai lainnya dipilih dari keturunan Persia dan mawali.
2. Kota Baghdad digunakan sebagai ibu kota negara, yang menjadi pusat kegiatan
politik, ekonomi, social dan kebudayaan.
3. Ilmu pengetahuan dipandang sebagai suatu yang sangat penting dan mulia.
4. Kebebasan berfikir sebagai hak asasi manusia yang diakui sepenuhnya.
5. Para Menteri turunan Persia diberi kekuasaan penuh untuk menjalankan tugasnya
dalam pemerintahan.

Selanjutnya, dinasti Abbasiyah dalam periode II, III, dan IV mengalami penurunan
terhadap politik nya terutama kekuasaan politik sentral. Hal ini dikarenakan negara-negara
bagian sudah tidak menghiraukan pemerintahan pusat, kecuali politik saja. Panglima
didaerah sudah berkuasa didaerahnya, dan mereka mendirikan (membentuk) pemerintahan
sendiri. Misalnya dinasti Umayyah yang muncul kembali di Andalusia (Spanyol) dan
dinasti Fathimiyah. Pada awal masa berdirinya dinasti Abbasiyah ada 2 tindakan yang
dilakukan oleh para khalifah guna mengamankan dan mempertahankan dari kemungkinan
adanya gangguan atau timbulnya pemberontakan, yaitu tindak keras terhadap bani
Umayyah dan pengutamaan orang-orang turunan Persia.

5
Dalam menjalankan pemerintahan, Abbasiyah dibantu oleh seorang wazir (perdana
Menteri) dan jabatannya disebut dengan wizarat. Sedangkan wizarat terbagi menjadi 2
yaitu:
1. Wizarat tanfiz (sistem pemerintahan presidensial) yaitu wazir hanya sebagai
pembantu khalifah dan bekerja atas nama khalifah.
2. Wizarat tafwidl (parlemen cabinet) yang mana wazir memiliki kuasa penuh atas
pemerintahan dan khalifah hanya sebatas formalitas lambang atau sebagai pengukuh
dinasti lokal atau gubernurnya khalifah.
Untuk membantu khalifah dalam menjalankan tata usaha negara diadakan sebuah
dewan yang bernama diwanul kitabah (secretariat negara) yang dipimpin oleh seorang
raisul kitab (sekretaris negara), dan dalam menjalankan pemerintahan negara, wazir
dibantu beberapa raisul diwan (Menteri departemen). Tata usaha negara bersifat sentral
yang dinamakan an-Nidzamul Idary al-Markazy. Selain itu, dalam zaman daulah
Abbasiyah juga didirikan Angkatan perang, Amirul umara, Baitul mal, organisasi
kehakiman, dsb. Selama dinasti ini berkuasa, pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-
beda sesuai dengan perubahan politik, social, ekonomi dan budaya. masa 5 periode
pemerintahan dinasti Abbasiyah, antara lain :

1. Periode Pertama (750-847 M)


Pada periode pertama pemerintahan dinasti Abbasiyah mencapai masa emasnya. Secara
politik, khalifah merupakan tokoh sesungguhnya yang kuat dan merupakan pusat
kekuasaan politik dan agama sekaligus. Disisi lain, kemakmuran masyarakat mencapai
tingkat tertinggi. Periode ini juga berhasil menyiapkan landasan bagi perkembangan
filsafat dan ilmu pengetahuan dalam islam.
Pada periode awal pemerintahan Dinasti Abasiyah masih menekankan pada kebijakan
perluasan daerah. Kalau dasardasarpemerintahan Daulah Abasiyah ini telah diletakkan
dan dibangun olh Abu Abbas as-Safak dan Abu Jakfar al-Mansur, maka puncak
keemasan dinasti ini berada pada tujuh khalifah sesudahnya, sejak masa khalifah al-
Mahdi (775-785 M) hinga Khalifah al-Wasiq (842-847 M). zaman keemasan telah
dimulai pada pemerintahan pengganti Khalifah AlJakfar, dan mencapai puncaknya
dimasa pemerintahan Harun Al-Rasyid. Dimasa-masa itu para Khalifah
mengembangkan berbagai jenis kesenian, terutama kesusasteraan pada khususnya dan
kebudayaan pada umumnya.

6
2. Periode Kedua (232 H/ 847 M – 334H/ 945M)
Kebijakan Khalifah Al-Mukasim (833-842 M untuk memilih anasir Turki dalam
ketentaraan kekhalifahan Abasiyah dilatarbelakangi oleh adanya persaingan antara
golongan Arab dan Persia pada masa Al-Makmun dan sebelumnya.khalifah Al-
Mutawakkil (842-861 M) merupakan awal dari periode ini adalah khalifah yang lemah.
Pemberontakan masih bermunculan dalam periode ini, seperti pemberontakan Zanj
didataran rendah Irak selatan dan Karamitah yang berpusa di Bahrain. Faktor-faktor
penting yng menyebabkan kemunduran Bani Abas pada periode adalah. Pertama,
luasnya wilayah kekuasaan yang harus dikendalikan, sementara komunikasi lambat.
Yang kedua, profesionalisasi tentara menybabkan ketergantungan kepada mereka
menjadi sangat tinggi. Ketiga, kesulitan keuangan karena beban pembiayaan tentara
sangat besar. Setelah kekuatan militer merosot, khalifah tidak sanggup lagi memaksa
pengiriman pajak kebaghdad.
3. Periode Ketiga (334 H/945-447 H/1055 M)
Posisi Daulah Abasiyah yang berada dibawaah kekuasaan Bani Buwaihi merupakan
cirri utama periode ketiga ini. Keadaan Khalifah lebih buruk ketimbang di masa
sebelumnya, lebih-lebih karena Bani Buwaihi menganut aliran Syi‟ah. Akibatnya
keudukan Khalifah tidak lebih sebagai pegawai yang diperintah dan diberi gaji.
Sementara itu bani Buwaihi telah membagi kekuasaanya kepada tiga bersauara. Ali
menguasai wilayah bagian selatan Persia, Hasan menguasi wilayah bagian utara, dan
Ahmad menguasai wilayah al-ahwaz, Wasit, dan \Baghdad. Baghdad dalam periode ini
tidak sebagai pusat pemerintahan Islam, karena telah pindah ke Syiraz dimana
berkuasaAli bin Buwaihi.
4. Periode Keempat (447 H/1055M-590 H/1199 M)
Periode keempat ini ditandai oleh kekuasaan Bani Seljuk dalam Daulah Abasiyah.
Kehadirannya atas unangan Khalifah untuk melumpuhkan kekuatan Bani Buwaihi di
Baghdad. Keadaan Khalifah memang sudah membaik, paling tidak karena
kewibawannya dalam bidang agama sudah kembali setelah beberapa lama dikuasai
orang-orang Syiah.
5. Periode Kelima (590 H/ 1199M-656 H / 1258 M)
Telah terjadi perubahaan besar-besaran dalam periode ini. Pada periode ini, Khalifah
Abbasiyah tidak lagi berada dibawah kekuasaan suatu dinasti tertentu. Mereka merdeka
dan berkuasa, tetapi hanya di Baghdad dan sekitarnya. Sempitnya wilayah kekuasaan

7
khalifah menunjukkan kelemahan politiknya, pada masa inilah tentara Mongol dan
Tartar menghancurkan Baghdad tanpa perlawanan pada tahun 656 H/ 1256 M.4

Dari gambaran di atas Bani Abbasiyah pada periode pertama lebih menekankan
pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam daripada perluasan wilayah. Inilah perbedaan
pokok antara Bani Abbas dan Bani Umayyah. Di samping itu, ada pula ciri-ciri menonjol
dinasti Bani Abbas yang tidak terdapat di zaman Bani Umayyah.anatara lain
1. Dengan berpindahnya ibu kota ke Baghdad, pemerintahan Bani Abbas menjadi jauh
dari pengaruh Arab Islam. Sedangkan dinasti Bani Umayyah sangat berorientasi
kepada Arab Islam. Dalam periode pertama dan ketiga pemerintahan Abbasiyah,
pengaruh kebudayaan Persia sangat kuat, dan pada periode kedua dan keempat
bangsa Turki sangat dominan dalam politik dan pemerintahan dinasti ini.
2. Dalam penyelenggaraan negara, pada masa Bani Abbas ada jabatan wazir, yang
membawahi kepala-kepala departemen. Jabatan ini tidak ada di dalam pemerintahan
Bani Umayyah.
3. Ketentaraan profesional baru terbentuk pada masa pemerintahan Bani Abbas.
Sebelumnya, belum ada tentara khusus yang profesional.
Sebagaimana diuraikan di atas, puncak perkembangan kebudayaan dan pemikiran Islam
terjadi pada masa pemerintahan Bani Abbas. Akan tetapi, tidak berarti seluruhnya berawal
dari kreativitas penguasa Bani Abbas sendiri. Sebagian di antaranya sudah dimulai sejak
awal kebangkitan Islam.5

C. Ekspansi wilayah dinasti abbasiyyah


Pada masa pemerintahan dinasti Abbasiyah, luas wilayah kekuasaan Islam semakin
bertambah, meliputi wilayah yang telah dikuasai Bani Umayyah, antara lain Hijaz, Yaman
Utara dan Selatan, Oman, Kuwait, Irak, Iran (Persia), Yordania, Palestina, Lebanon,
Mesir, Tunisia, Al-Jazair, Maroko, Spanyol, Afganistan dan Pakistan, dan meluas sampai
ke Turki, Cina dan juga India.6
Pada masa Dinasti Abbasiyah, Islam juga pernah berjaya di Eropa. Namun, menurut
Finer, S E (1999-01-01) dalam The History of Government from the Earliest Times:

4
Dr. H. Anwar Sewang, MA- buku ajar sejarah peradaban islam. (pare-pare: wineka media Indonesia. 2017)
hal. 218-221.
5
A. Najili Aminullah Dinasti Bani Abassiyah, Politik, Peradaban Dan Intelektual. hal. 24-25
6
Murodi, Drs, MA, Sejarah Kebudayaan Islam MA, Karya Toha Putra, Hal 51.

8
Volume II, pada akhir abad kedelapan Dinasti Abbasiyah terasing dan dipaksa untuk
menyerahkan kekuasaan atas Al-Andalus (Spanyol) dan Maghreb (Maroko).
Kekuatan politik para khalifah sebagian besar berakhir dengan munculnya Buwaihi
dan Turki Saljuk. Meskipun kepemimpinan Abbasiyah atas kerajaan Islam yang luas
secara bertahap dikurangi menjadi fungsi agama seremonial, dinasti mempertahankan
kontrol atas demesne Mesopotamia. Ibu kota Baghdad menjadi pusat ilmu pengetahuan,
budaya, filsafat, dan penemuan selama masa kejayaan Islam.
Sementara itu, Marshal Hoghson ahli sejarah peradaban Islam dalam bukunya The
Venture of Islam menyebutkan, keruntuhan Dinasti Abbasiyah dikarenakan adanya
pergeseran orientasi watak peradaban yang berkembang di dunia Islam. Menurutnya,
kecenderungan militerisme dan ekspansi wilayah kekuasaan muncul sebagai ciri utama
peradaban Islam menyusul tampilnya supremasi politik bangsa Mongol dan Turki.
Khalifah Al-Manshur berusaha menaklukan kembali daerah-daerah yang sebelumnya
membebaskan diri dari pemerintah pusat, dan memantapkan keamanan di daerah
perbatasan. Di antara usaha-usaha tersebut adalah merebut benteng-benteng di Asia, kota
Malatia, wilayah Coppadocia, dan Cicilia pada tahun 756-758 M. Ke utara, bala
tentaranya melintasi pegunungan Taurus dan mendekati selat Bosporus.
Di pihak lain, dia berdamai dengan kaisar Constantine V dan selama genjatan senjata
758-765 M, Bizantium membayar upeti tahunan. Bala tentaranya juga berhadapan dengan
pasukan Turki Khazar di Kaukasus, Daylami di laut Kaspia, Turki di bagian lain Oksus
dan India.7

D. sejarah Peradaban islam pada masa dinasti abbasiyyah


Masa pemerintahan Daulah Abbasiyah khususnya pada masa kekhalifahan Harun ar-
rasyid dan putranya Al Makmun adalah masa keemasan ilmu pengetahuan dan
kebudayaan dalam dunia islam Pada masa ini pula umat Islam telah memberikan
kebebasan bagi berperangnya akal dan pikiran untuk kemajuan manusia saat itu.
Pada masa kekhalifahan ini pula hasil pemikiran manusia dan para ahli ilmu dari
berbagai bangsa di dunia yang saat itu berkembang saling melengkapi dan menambah
kemajuan ilmu pengetahuan dalam dunia islam.8

7
Carl Brocjekmann, History of the Islamic Peoples, (London: Routledge & Kegan Paul,1982), hal.111.

8
Bahroin suryantara, Sejarah Kebudayaan Islam, Yudhistira, Jakarta 2010, hlm. 12

9
Di samping banyak bermunculan karya-karya ilmuwan muslim bermunculan pula
karya-karya berbahasa asing terutama bahasa Yunani yang diterjemahkan kedalam bahasa
Arab buku-buku dari berbagai bahasa dan berbagai judul itu dipilih dan diserahkan kepada
para ilmuwan muslim untuk diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Khalifah menyediakan
dana yang sangat besar untuk kegiatan penerjemahan ini.
Yang menarik dari perkembangan ilmu pengetahuan pada masa Bani Abbasiyah
adalah bahwa sebagian besar orang-orang yang berkecimpung dalam bidang ini tidak
hanya berasal dari bangsa Arab muslim atau dikenal dengan kaum mawali. Kaum mawali
adalah muslim yang berasal dari bangsa non-arab terutama orang-orang yang berasal dari
Persia.
Para ilmuwan muslim pada masa Bani Abbasiyah menjelajahi tiga benua untuk
menuntut ilmu pengetahuan. Ketiga benua yang dipilih adalah benua Asia Eropa dan
Afrika. Dari 3 benua ini dianggap mengalami kemajuan yang sangat pesat dari semua ilmu
pengetahuan.
Setelah kembali dari tempat pengembaraan para ilmuwan muslim membaca dan
menerjemahkan buku-buku tersebut. Dalam waktu yang lama mereka berusaha menggali
berbagai pengetahuan dan kemudian menulis berbagai buku terutama buku-buku dalam
bentuk Dairatul Ma'arif atau saat ini lebih dikenal dengan sebutan ensiklopedia.
Dari buku-buku itulah masyarakat muslim saat itu belajar dan terus mengembangkan
pengetahuannya di berbagai masjid yang saat itu dijadikan sebagai pusat kegiatan
pendidikan. Dengan semakin giat nya kaum muslimin mempelajari berbagai ilmu dari
berbagai buku yang ditulis oleh para ilmuwan muslim dan buku-buku berbahasa asing
yang diterjemahkan oleh mereka Maka masyarakat Islam pada masa itu menunjuk
perkembangan ilmu pengetahuan yang sangat luar biasa.
Ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam berkembang pula di negara-negara
barat(EROPA). Disana perkembangan ilmu pengetahuan dan peradaban umat Islam
berkembang tidak kalah pesatnya. Berbagai hasil penemuan dan penelitian ilmiah
dibukukan oleh para ilmuwan muslim. Kegiatan penerjemahan dari berbagai buku karya
ilmuwan besar Eropa terus menerus berlangsung. Pembangunan tempat kegiatan kegiatan
belajar sangat pesat dan sangat diperhatikan oleh para penguasa muslim yang ada di sana.
Kegiatan-kegiatan belajar diikuti oleh umat Islam dari berbagai kalangan. Kota-kota
besar dan berbagai peninggalan yang saat ini masih dapat disaksikan merupakan bukti
sejarah kemajuan ilmu pengetahuan dan kebudayaan umat Islam di masa Bani Abbasiyah.

10
a. Tempat-tempat belajar
Ada yang menarik bahwa perpustakaan yang dibangun oleh umat Islam juga
dikunjungi oleh masyarakat Eropa dari berbagai agama mereka membaca buku-buku
tentang Islam dalam bahasa Arab masyarakat Eropa pada waktu itu belajar banyak dari
umat Islam itu pula yang menjadi sebab tertariknya masyarakat Eropa untuk lebih jauh
mempelajari Islam dan akhirnya tak sedikit yang memeluk agama Islam.
Dari kegiatan kegiatan belajar dan perkembangan ilmu pengetahuan inilah kemudian
muncul ilmuan-ilmuan Islam yang terkenal dalam berbagai bidang. Ilmu-ilmu yang
berkembang sangat pesat di saat itu antara lain adalah agama sastra filsafat fiqih Tafsir
dan Hadits.
Masjid-masjid Di samping sebagai tempat beribadah juga merupakan sekolah utama
bagi umat Islam pada masa Bani Abbasiyah pertama Selain itu masjid juga dijadikan
sebagai pusat perkembangan ilmu pengetahuan dan penelitian. Misalnya masjid Basrah
yang ada di Irak. Di masjid ini kaum muslimin mempelajari ilmu pengetahuan tentang
Al Quran Hadits fiqih tafsir akhlak dan lain-lain.
Hal itulah yang menjadikan ilmu pengetahuan di kota Basrah ini mengalami
kemajuan yang luar biasa. Adapun orang-orang yang berasal dari bukan Arab, mereka
harus terlebih dahulu mempelajari bahasa Arab. Mereka mempelajari bahasa Arab
dengan kaidah-kaidahnya dan juga harus mengikuti etika Islam agar dapat mempelajari
ilmu ilmu pengetahuan Islam khususnya Alquran dan hadis.
Dari waktu ke waktu tempat tempat belajar pada masa Daulah Abbasiyah
berkembang sangat pesat. Hal ini disebabkan dengan semakin pesatnya gerakan
penerjemahan berbagai macam kitab atau buku dari berbagai bahasa dan bangsa ke
dalam bahasa Arab. Hal ini juga didukung dengan berkembangnya industri kertas yang
terus dikembangkan oleh para khalifah untuk menunjang majunya penerbitan buku
buku.9
Pada mulanya tempat-tempat belajar pada masa itu tidak berbentuk madrasah atau
sekolah atau Pesantren sebagaimana yang ada pada masa kini. Tempat belajar ketika itu
hanya merupakan tempat orang-orang yang berkumpul untuk belajar ilmu pengetahuan
tempat-tempat tersebut antara lain sebagai berikut :
 Kuttab, yaitu tempat belajar untuk tingkat pendidikan rendah dan menengah.
 Masjid, ya itu yang biasa dipakai belajar untuk tingkat pendidikan yang lebih tinggi

9
Bahroin suryantara, Sejarah Kebudayaan Islam, Yudhistira, Jakarta 2010, hlm. 13

11
 Majlis Muhadharah, yaitu majelis Tempat bertemunya para ulama, sarjana, ahli
fikir untuk membahas masalah masalah ilmiah
 Darul Hikmah, didirikan oleh Khalifah Al Makmun. Darul Hikmah adalah
perpustakaan terbesar pada masa Bani Abbasiyah. Di tempat ini juga disediakan
tempat tempat belajar bagi pengunjung perpustakaan. Disamping itu dibangun pula
sebuah perguruan tinggi yang diberi nama Darul Hikmah.
 Madrasah, pertama kali didirikan oleh Perdana Menteri Nidhamul Muluk yang
memerintah pada tahun 456-485 H. Madrasah tersebut didirikan di kota Baghdad,
Basrah, Muro, Thabaristan, naisabur, Hara, Isfahan, dan kota kota lainnya.
Madrasah madrasah yang didirikan mulai dari tingkat dasar menengah dan
perguruan tinggi seperti yang ada pada saat ini.
b. Kegiatan Menerjemah
Kemajuan yang dicapai oleh umat Islam pada masa Daulah Abbasiyah khususnya
pada masa Khalifah Al Mansur, salah satunya disebabkan oleh adanya gerakan
penerjemahan buku-buku asing ke dalam bahasa Arab. Buku-buku Terjemahan ini
sangat membantu umat Islam dalam mempelajari dan memahami berbagai cabang ilmu
pengetahuan dari berbagai bahasa dan bangsa. Di antaranya kitab atau buku bidang
sejarah ilmu kalam filsafat, ilmu kalam, ilmu pasti, musik, dan lain-lain.
Proses penerjemahan buku-buku asing tersebut tidak langsung diterjemahkan ke
dalam bahasa Arab tetapi terlebih dahulu diterjemahkan ke dalam bahasa Syria bahasa
sirih adalah bahasa ilmu pengetahuan di Mesopotamia pada waktu itu bahasa syriac
kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Arab pada masa-masa berikutnya
penerjemahan dilakukan langsung ke dalam bahasa Arab.
c. Pusat pusat kegiatan ilmu Pengetahuan
Kota-kota yang menjadi pusat ilmu pengetahuan pada masa Daulah Abbasiyah terus
bertambah. Hal ini disebabkan dengan semakin semangat dan bertambahnya umat
Islam yang hendak menuntut dan sekaligus memperdalam ilmu pengetahuan di
berbagai bidang. Kota-kota yang menjadi pusat ilmu pengetahuan oleh khalifah
dilengkapi dengan berbagai fasilitas atau perlengkapan Hal ini dilakukan untuk
mempermudah kaum muslimin mencari sumber dan informasi tentang ilmu
pengetahuan yang diminatinya.
Adapun kota-kota besar yang menjadi pusat pengembangan ilmu pengetahuan pada
masa kekhalifahan Bani Abbasiyah antara lain Mekah, Madinah, Kufah, Damaskus,
Fusthat, dan Qairawan. Sedangkan beberapa kota baru yang dibuka sebagai pusat

12
pengetahuan pada masa Bani Abbasiyah antara lain Baghdad, Isfahan, Naisabur, Basrah
dan lain-lain.
d. Bidang sosial dan budaya
Di antara kemajuan dalam bidang sosial budaya adalah terjadinya proses akulturasi
dan asimilasi masyarakat. Seni arsitektur yang dipakai dalam pembangunan istana dan
kotakota, seperti pada istana qohsrul dzahabi, dan qoshrul khuldi. Kemajuan juga
terjadi pada bidang sastra bahasa dan seni musik. Pada masa ini lahir seorang sastrawan
dan budayawan terkenal, seperti Abu Nawas Abu athaHiyah, Al-Mutanabby, Abdullah
bin Muqafa dan lain-lainnya. Karya buah pikiran mereka masih dapat dibaca hingga
kini.
e. bidang politik dan militer
Pemerintah dinasti Abbasiyah membentuk Departemen Pertahanan dan Keamanan
yang disebut diwanul Jundi. Departemen ini yang mengatur semua yang berkaitan
dengan kemiliteran dan pertahanan keamanan. Pembentukan lembaga ini didasari atas
kenyataan politik militer bahwa pemerintah dinasti Abbasiyah banyak terjadi
pemberontakan dan bahkan beberapa wilayah berusaha memisahkan diri dari
pemerintah dinasti Abbasiyah.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari penjelasan di kesimpulan yang di dapat adalah sebagai berikut:
1. sejarah Pendirian dinasti abbasiyyah
 Tonggak berdirinya dinasti Bani Abbas, berawal sejak merapuhnya sistem internal
dan performance penguasa Bani Umayyah yang berujung pada keruntuhan dinasti
Umayah di Damaskus, maka upaya untuk menggantikannya dalam memimpin umat
Islam adalah dari kalangan bani Abbasiyah.
 Nama dinasti Abbasiyah diambil dari nama salah seorang paman Nabi yang bernama
al-Abbas ibn Abd al-Muthalib ibn Hisyam. Dinasti ini didirikan oleh Abdullah al-
Saffah Ibnu Muhammad Ibn Ali Ibn Abdullah Ibn al- Abbas
 Para penguasa Abbasiyah membentuk masyarakat berdasarkan rasa persamaan.
Pendekatan terhadap kaum Malawi dilakukan antara lain dengan mengadopsi sistim
Administrasi dari tradisi setempat (Persia) mengambil beberapa pegawai dan
Menteri dari bangsa Persia dan meletakan ibu kota kerajaannya, Baghdad di wilayah
yang dikelilingi oleh bangsa dan agama yang berlainan seperti bangsa Aria dan
Sumit dan agama Islam, Kristen, dan Majusi.
 Jika pada masa Bani Umayyah lebih dikenal dengan upaya ekspansinya, maka pada
masa Bani Abbasiyah yang lebih dikenal adalah berkembangnya peradaban Islam.
2. Pola pemerintahan pada masa dinasti abbasiyyah
 Pada zaman dinasti Abbasiyah, konsep kekhalifahan berkembang sebagai sistem
politik.
 Dinasti Abbasiyah dibagi menjadi 5 fase pemerintahan, dan sistem politik yang
dijalankan oleh dinasti Abbasiyah I adalah :
1. Para khalifah tetap dari keturunan arab, sedang para Menteri, panglima, gubernur,
dan para pegawai lainnya dipilih dari keturunan Persia dan mawali.
2. Kota Baghdad digunakan sebagai ibu kota negara, yang menjadi pusat kegiatan
politik, ekonomi, social dan kebudayaan.
3. Ilmu pengetahuan dipandang sebagai suatu yang sangat penting dan mulia.
4. Kebebasan berfikir sebagai hak asasi manusia yang diakui sepenuhnya.
5. Para Menteri turunan Persia diberi kekuasaan penuh untuk menjalankan tugasnya
dalam pemerintahan.

14
 Dalam menjalankan pemerintahan, Abbasiyah dibantu oleh seorang wazir (perdana
Menteri) dan jabatannya disebut dengan wizarat. Sedangkan wizarat terbagi menjadi
2 yaitu:
1. Wizarat tanfiz (sistem pemerintahan presidensial) yaitu wazir hanya sebagai
pembantu khalifah dan bekerja atas nama khalifah.
2. Wizarat tafwidl (parlemen cabinet) yang mana wazir memiliki kuasa penuh atas
pemerintahan dan khalifah hanya sebatas formalitas lambang atau sebagai
pengukuh dinasti lokal atau gubernurnya khalifah.
 Selama dinasti ini berkuasa, pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda sesuai
dengan perubahan politik, social, ekonomi dan budaya. masa 5 periode
pemerintahan dinasti Abbasiyah, antara lain :
a. Periode Pertama (750-847 M)
Pada periode pertama pemerintahan dinasti Abbasiyah mencapai masa emasnya.
Secara politik, khalifah merupakan tokoh sesungguhnya yang kuat dan
merupakan pusat kekuasaan politik dan agama sekaligus. Disisi lain,
kemakmuran masyarakat mencapai tingkat tertinggi. Periode ini juga berhasil
menyiapkan landasan bagi perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan dalam
islam
b. Periode Kedua (232 H/ 847 M – 334H/ 945M)
Kebijakan Khalifah Al-Mukasim (833-842 M untuk memilih anasir Turki dalam
ketentaraan kekhalifahan Abasiyah dilatarbelakangi oleh adanya persaingan
antara golongan Arab dan Persia pada masa Al-Makmun dan
sebelumnya.khalifah Al-Mutawakkil (842-861 M) merupakan awal dari periode
ini adalah khalifah yang lemah.
c. Periode Ketiga (334 H/945-447 H/1055 M)
Posisi Daulah Abasiyah yang berada dibawaah kekuasaan Bani Buwaihi
merupakan cirri utama periode ketiga ini. Keadaan Khalifah lebih buruk
ketimbang di masa sebelumnya, lebih-lebih karena Bani Buwaihi menganut aliran
Syi‟ah. Akibatnya keudukan Khalifah tidak lebih sebagai pegawai yang
diperintah dan diberi gaji.

15
d. Periode Keempat (447 H/1055M-590 H/1199 M)
Periode keempat ini ditandai oleh kekuasaan Bani Seljuk dalam Daulah
Abasiyah. Kehadirannya atas unangan Khalifah untuk melumpuhkan kekuatan
Bani Buwaihi di Baghdad. Keadaan Khalifah memang sudah membaik, paling
tidak karena kewibawannya dalam bidang agama sudah kembali setelah beberapa
lama dikuasai orang-orang Syiah.
e. Periode Kelima (590 H/ 1199M-656 H / 1258 M)
Telah terjadi perubahaan besar-besaran dalam periode ini. Pada periode ini,
Khalifah Abbasiyah tidak lagi berada dibawah kekuasaan suatu dinasti tertentu.
Mereka merdeka dan berkuasa, tetapi hanya di Baghdad dan sekitarnya.
Sempitnya wilayah kekuasaan khalifah menunjukkan kelemahan politiknya, pada
masa inilah tentara Mongol dan Tartar menghancurkan Baghdad tanpa
perlawanan pada tahun 656 H/ 1256 M.
3. Ekspansi wilayah pada masa dinasti abbasiyyah
 Pada masa pemerintahan dinasti Abbasiyah, luas wilayah kekuasaan Islam semakin
bertambah, meliputi wilayah yang telah dikuasai Bani Umayyah, antara lain Hijaz,
Yaman Utara dan Selatan, Oman, Kuwait, Irak, Iran (Persia), Yordania, Palestina,
Lebanon, Mesir, Tunisia, Al-Jazair, Maroko, Spanyol, Afganistan dan Pakistan, dan
meluas sampai ke Turki, Cina dan juga India
 Kekuatan politik para khalifah sebagian besar berakhir dengan munculnya Buwaihi
dan Turki Saljuk.
 Sementara itu, Marshal Hoghson ahli sejarah peradaban Islam dalam bukunya The
Venture of Islam menyebutkan, keruntuhan Dinasti Abbasiyah dikarenakan adanya
pergeseran orientasi watak peradaban yang berkembang di dunia Islam.
4. sejarah Peradaban islam pada masa dinasti abbasiyyah
 Masa pemerintahan Daulah Abbasiyah khususnya pada masa kekhalifahan Harun ar-
rasyid dan putranya Al Makmun adalah masa keemasan ilmu pengetahuan dan
kebudayaan dalam dunia islam
 Pada masa kekhalifahan ini pula hasil pemikiran manusia dan para ahli ilmu dari
berbagai bangsa di dunia yang saat itu berkembang saling melengkapi dan
menambah kemajuan ilmu pengetahuan dalam dunia islam
 Kegiatan-kegiatan belajar diikuti oleh umat Islam dari berbagai kalangan. Kota-kota
besar dan berbagai peninggalan yang saat ini masih dapat disaksikan merupakan

16
bukti sejarah kemajuan ilmu pengetahuan dan kebudayaan umat Islam di masa Bani
Abbasiyah, di antaranya:
a. Tempat-tempat belajar
Ada yang menarik bahwa perpustakaan yang dibangun oleh umat Islam juga
dikunjungi oleh masyarakat Eropa dari berbagai agama mereka membaca buku-
buku tentang Islam dalam bahasa Arab
b. Kegiatan Menerjemah
Kemajuan yang dicapai oleh umat Islam pada masa Daulah Abbasiyah khususnya
pada masa Khalifah Al Mansur, salah satunya disebabkan oleh adanya gerakan
penerjemahan buku-buku asing ke dalam bahasa Arab.
c. Pusat pusat kegiatan ilmu Pengetahuan
Kota-kota yang menjadi pusat ilmu pengetahuan pada masa Daulah Abbasiyah
terus bertambah. Hal ini disebabkan dengan semakin semangat dan bertambahnya
umat Islam yang hendak menuntut dan sekaligus memperdalam ilmu pengetahuan
di berbagai bidang.
d. Bidang sosial dan budaya
Di antara kemajuan dalam bidang sosial budaya adalah terjadinya proses
akulturasi dan asimilasi masyarakat. Seni arsitektur yang dipakai dalam
pembangunan istana dan kotakota, seperti pada istana qohsrul dzahabi, dan
qoshrul khuldi.
e. bidang politik dan militer
Pemerintah dinasti Abbasiyah membentuk Departemen Pertahanan dan
Keamanan yang disebut diwanul Jundi. Departemen ini yang mengatur semua
yang berkaitan dengan kemiliteran dan pertahanan keamanan.
B. Saran
Sebagai umat Islam yang merupakan agama yang paling sempurna kita sebaiknya
menjaga dan terus mengembangkan Sejarah serta kebudayaan peradaban Islam terutama
kita warga negara Indonesia yang memiliki banyak kebudayaan yang bernuansa Islami.
Selain itu, kita juga harus mempelajari sejarah yang ada, salah satunya sejarah Islam
agar mengetahui dan mengikuti hal-hal yang pernah dilakukan oleh Nabi Muhammad
SAW dan ummat terdahulu yang akan menuntun kita kepintu syurga. Serta dapat
berperilaku yang selektif terhadap pengaruh globalisasi sesuai dengan nilai-nilai agama
yang di anut dan adat kebiasaan di negrinya.

17
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, D. (1980 ). Ikhtisar Perkembangan Islam . Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan
Pustaka Kementerian dan Pelajaran Malaysia.
Aminah, S. (2009 ). sejarah peradaban Islam: dari masa klasik hingga modern . yogyakarta :
LESVI
Dudung Abdurrahman dkk.Sejarah Peradaban Islam: Masa Klasik Hingga Modern,
(Yogyakarta: LESFI, 2003),
M. Abdul Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, (Yogyakarta: Pustaka Book
Publisher, 2009),
Ratu Suntiah, dan. Maslani , Sejarah Peradaban Islam, (Bandun: CV. Insan Mandiri,2010)
Teks Book, T. p. (1981/1982 ). sejarah dan kebudayaan Islam . Ujung Pandang : IAIN
Alauddin.
yatim, B. (2000 ). sejarah peradaban Islam dirasah Islamiyah ll . Jakarta : Raja Grafindo
Persada.

18

Anda mungkin juga menyukai