Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PERADABAN ISLAM PADA MASA ABASIYYAH

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam

Disusun Oleh:
Yohanes Saputra (XII-IPA)

Guru Mata Pelajaran:


Asep Muhammad, S.Pd.I

MADRASAH ALIYAH SWASTA MADANI CIHAMPELAS


BANDUNG BARAT
2024
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat,
hidayah, serta kesempatan untuk melanjutkan perjalanan ilmu pengetahuan. Tak lupa shalawat serta
salam juga tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, utusan Allah yang membawa petunjuk hidup
bagi seluruh umat.

Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam,
yang bertujuan untuk menjelajahi peradaban Islam pada masa Abbasiyah. Periode sejarah ini, tanpa
diragukan, menjadi landasan penting dalam pengembangan intelektual, seni, dan kebudayaan umat
Islam.

Saya ingin menyampaikan terima kasih kepada guru mata pelajaran yang memberikan
kesempatan untuk menjelajahi dan mendalami sejarah kebudayaan Islam. Semoga makalah ini dapat
memberikan kontribusi kecil dalam pemahaman lebih lanjut tentang kebesaran peradaban Islam pada
masa Abbasiyah.

Bandung Barat, 25 Februari 2024

Yohanes Saputra

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................3
1.1 LATAR BELAKANG.......................................................................................................3
1.2 RUMUSAN MASALAH.................................................................................................3
1.3 TUJUAN...........................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................5
2.1 SEJARAH BERDIRINYA DAULAH ABASIYYAH......................................................5
2.2 PERKEMBANGAN PERADABAN ISLAM PADA MASA DAULAH ABASIYYAH 7
2.2.1 Tempat-tempat Belajar...............................................................................................9
2.2.2 Kegiatan Menerjemah..............................................................................................11
2.2.3 Pusat-pusat Kegiatan Ilmu Pengetahuan..................................................................11
2.2.4 Bidang Sosial dan Budaya.......................................................................................11
2.2.5 Bidang Politik dan Militer.......................................................................................12
2.3 TOKOH YANG BERPERAN DALAM KEMAJUAN PERADABAN ISLAM PADA MASA
DAULAH ABASIYYAH.....................................................................................................12
2.3.1 Biografi Khalifah Abu Jafar Al-Mansyur................................................................12
2.3.2 Masa Kekhalifahan Harun Al-Rasyid......................................................................14
2.3.3 Masa Kekhalifahan Abdullah Al-Makmun..............................................................16
BAB III PENUTUP..................................................................................................................18
3.1 KESIMPULAN..............................................................................................................18
3.2 SARAN...........................................................................................................................18

ii
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG

Peradaban islam mengalami puncak kejayaan pada masa daulah Abbasiyah. Perkembangan
ilmu pengetahuan sangat maju yang diawali dengan penerjemahan naskah asing terutama yang
berbahasa Yunani ke dalam bahasa Arab, pendirian pusat pengembangan ilmu dan perpustakaan dan
terbentuknya mazhab ilmu pengetahuan dan keagamaan sebagai buah dari kebebasan berfikir. Dinasti
Abbasiyah merupakan dinasti Islam yang paling berhasil dalam mengembangkan peradaban Islam.
Para ahli sejarah tidak meragukan hasil kerja para pakar pada masa pemerintahan dinasti Abbasiyah
dalam memajukan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam. Kekuasaan Dinasti Bani Abbasiyah adalah
melanjutkan kekuasaan Dinasti Bani Umayyah.

Dinamakan Daulah Abbasiyah karena para pendiri dan penguasa Dinasti ini adalah keturunan
Abbas, paman Nabi Muhammad SAW. Dinasti Abbasiyah didirikan oleh Abdullah al-Saffah Ibn
Muhammad Ibn Ali Ibn Abdullah Ibn al-Abbass. Dia dilahirkan di Humaimah pada tahun 104 H. Dia
dilantik menjadi Khalifah pada tanggal 3 Rabiul awwal 132 H. Kekuasaan Dinasti Bani Abbasiyah
berlangsung dari tahun 750-12 ( Ratu Suntiah dan Maslani, 1997:44). Pada abad ketujuh terjadi
pemberontakan diseluruh negeri.

Pemberontakan yang paling dahsyat dan merupakan puncak dari segala pemberontakan yakni
perang antara pasukan Abbul Abbas melawan pasukan Marwan Ibn Muhammad (Dinasti Bani
Umayyah) yang akhirnya dimenangkan oleh pasukan Abbul Abbas. Dengan jatuhnya negeri
Syiria,berakhirlah riwayat Dinasti Bani Umayyah dan Bersama dengan itu bangkitlah kekuasaan
Abbasiyah (A. Syalabi. 2008: 175). Pada masa inilah masa kejayaan Islam yang mengalami puncak
keemasan pada masa itu berbagai kemajuan dalam segala bidang mengalami peningkatan seperti
bidang pendidikan, ekonomi, politik dan sistem pemerintahannya.

I.2 RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana sejarah berdirinya Daulah Abbasiyah?


2. Bagaimana perkembangan peradapan islam pada masa Daulah Abbasiyah?
3. Siapa saja tokoh yang berperan penting dalam kemajuan peradaban islam pada masa Daulah
Abbasiyah?

3
I.3 TUJUAN

1. Untuk mengetahui sejarah berdirinya Daulah Abbasiyah


2. Untuk mengetahui perkembangan peradapan islam pada masa Daulah Abbasiyah
3. Untuk mengetahui tokoh-tokoh yang berperan penting dalam kemajuan peradaban islam pada
masa Daulah Abbasiyah

4
BAB II
PEMBAHASAN

II.1 SEJARAH BERDIRINYA DAULAH ABASIYYAH

Tonggak berdirinya dinasti Bani Abbas, berawal sejak merapuhnya system internal dan
performance penguasa Bani Umayyah yang berujung pada keruntuhan dinasti Umayah di Damaskus,
maka upaya untuk menggantikannya dalam memimpin umat Islam adalah dari kalangan bani
Abbasiyah. Propaganda revolusi Abbasiyah ini banyak mendapat simpati masyarakat terutama dari
kalangan Syi’ah, karena bernuansa keagamaan, dan berjanji akan menegakkan kembali keadilan
seperti yang dipraktikkan oleh khulafaurrasyidin.

Gambar 1 Bagdad di Era Daulah Abasiyah

Nama dinasti Abbasiyah diambil dari nama salah seorang paman Nabi yang bernama al-Abbas
ibn Abd al-Muthalib ibn Hisyam. Dinasti ini didirikan oleh Abdullah al-Saffah Ibnu Muhammad Ibn
Ali Ibn Abdullah Ibn al- Abbas.2 Orang Abbasiyah merasa lebih berhak dari pada bani Umayyah atas
kekhalifahan Islam, sebab mereka adalah dari cabang bani Hasyim yang secara nasab keturunan lebih
dekat dengan Nabi. Menurut mereka, orang Umayyah secara paksa menguasai khilafah melalui
tragedi perang Siffin. Oleh karena itu, untuk mendirikan dinasti Abbasiyah, mereka mengadakan
gerakan yang luar biasa melakukan pemberontakan terhadap dinasti Umayyah.3 Di antara yang
mempengaruhi berdirinya khilafah bani Abbasiyah adalah adanya beberapa kelompok umat yang

5
sudah tidak mendukung lagi terhadap kekuasaan imperium bani Umayah yang notabenenya korupsi,
sekuler dan memihak sebagian kelompok diantaranya adalah kelompok Syiah dan Khawarij (Badri
Yatim. 2008:49-50) serta kaum Mawali (orang-orang yang baru masuk islam yang mayoritas dari
Persi). Di saat terjadi perpindahan kekuasaan dari Umayyah ke Abbasiyah, wilayah geografis dunia
islam membentang dari timur ke barat, meliputi Mesir, Sudan, Syam, Jazirah Arab, Iraq, Parsi sampai
ke Cina. Kondisi ini mengantarkan terjadinya interaksi intensif antara daerah satu dengan daerah
lainnya. Interaksi ini memungkinkan proses asimilasi budaya dan peradaban setiap daerah. Nyanyian
dan musik menjadi tren dan style kehidupan bangsawan dan pemuka istana era Abbasiyah. Anak-anak
khalifah diberikan les khusus supaya pintar dan cakap dalam mendendangkan suara mereka. Seniman-
seniman terkenal bermunculan, diantaranya Ibrahim bin Mahdi, Ibrahim al Mosuly dan anaknya
Ishaq. Lingkungan istana berubah dan dipengaruhi nuansa Borjuis mulai dari pakaian, makanan, dan
hadirnya pelayan-pelayan

wanita.

Para penguasa Abbasiyah membentuk masyarakat berdasarkan rasa persamaan. Pendekatan


terhadap kaum Malawi dilakukan antara lain dengan mengadopsi sistim Administrasi dari tradisi
setempat (Persia) mengambil beberapa pegawai dan Menteri dari bangsa Persia dan meletakan ibu
kota kerajaannya, Baghdad di wilayah yang dikelilingi oleh bangsa dan agama yang berlainan seperti
bangsa Aria dan Sumit dan agama Islam, Kristen, dan Majusi.

Pembagian kelas dalam masyarakat Daulat Abbasiyah tidak lagi berdasarkan ras atau
kesukaan, melainkan berdasarkan jabatan, menurut jarzid Zaidan, masyarakat Abbasiyah terbagi
dalam 2 kelompok besar, kelas khusus dan kelas umum. Kelas khusus terdiri dari khalifah, keluarga
khalifah (Bani Hasyim) para pembesar negara (Menteri, gubernur dan panglima), Kaum bangsawan
non Bani Hasyim (Quraisy) pada umumnya. petugas khusus, tentara dan pembantu Istana. Sedangkan
kelas umum terdiri dari para seniman, ulama, pujangga fukoha, saudagar dan penguasa buruh dan
petani. Sebelum daulah Bani Abbasiyah berdiri, terdapat 3 tempat yang menjadi pusat kegiatan
kelompok Bani Abbas, antara satu dengan yang lain mempunyai kedudukan tersendiri dalam
memainkan peranannya untuk menegakkan kekuasaan keluarga besar paman nabi SAW yaitu Abbas
Abdul Mutholib (dari namanya Dinasti itu disandarkan). Tiga tempat itu adalah Humaimah, Kufah
dan Khurasan.

Humaimah merupakan kota kecil tempat keluarga Bani Hasyim bermukim, baik dari kalangan
pendukung Ali maupun pendukung keluarga Abbas. Humaimah terletak berdekatan dengan Damsyik.
Kufah merupakan kota yang penduduknya menganut aliran Syi‘ah pendukung Ali bin Abi Tholib. Ia

6
bermusuhan secara terang-terangan dengan golongan Bani Umayyah. Demikian pula dengan
Khurasan, kota yang penduduknya mendukung Bani Hasyim. Ia mempunyai warga yang
bertemperamen pemberani, kuat fisiknya, tegap tinggi, teguh pendirian tidak mudah terpengaruh
nafsu dan tidak mudah bingung dengan kepercayaan yang menyimpang. Disinilah diharapkan dakwah
kaum Abbassiyah mendapatkan dukungan.

Selama kekuasaan mereka tersebut, peradaban Islam sangat berkembang. Jika pada masa Bani
Umayyah lebih dikenal dengan upaya ekspansinya, maka pada masa Bani Abbasiyah yang lebih
dikenal adalah berkembangnya peradaban Islam. Kalau dinasti Umayyah terdiri atas orang-orang
‘Arab Oriented’, dinasti Abbasiyah lebih bersifat internasional, assimilasi corak pemikiran dan
peradaban Persia, Romawi Timur, Mesir dan sebagainya. Dinasti Abbasiyah memiliki kesan baik
dalam ingatan publik, dan menjadi dinasti paling terkenal dalam sejarah Islam. Diktum dari Tsalabi: ‘
al-Mansur sang pembuka, al-Ma’mun sang penengah, dan al-Mu’tadhid sang Penutup’ mendekati
kebenaran, Setelah al-Watsiq pemerintahan mulai menurun hingga al-Mu’tashim khalifah ke 37, jatuh
dan mengalami kehancuran di tangan orang Mongol 1258.

II.2 PERKEMBANGAN PERADABAN ISLAM PADA MASA DAULAH ABASIYYAH

Masa pemerintahan Daulah Abbasiyah khususnya pada masa kekhalifahan Harun ar-rasyid
dan putranya Al Makmun adalah masa keemasan ilmu pengetahuan dan kebudayaan dalam dunia
islam. Pada masa ini pula umat Islam telah memberikan kebebasan bagi berperangnya akal dan
pikiran untuk kemajuan manusia saat itu. Pada masa kekhalifahan ini pula hasil pemikiran manusia
dan para ahli ilmu dari berbagai bangsa di dunia yang saat itu berkembang saling melengkapi dan
menambah kemajuan ilmu pengetahuan dalam dunia islam.

7
Gambar 2 Para Ilmuwan Muslim di Masa Daulah Abasiyah

Di samping banyak bermunculan karya-karya ilmuwan muslim bermunculan pula karya-karya


berbahasa asing terutama bahasa Yunani yang diterjemahkan kedalam bahasa Arab buku-buku dari
berbagai bahasa dan berbagai judul itu dipilih dan diserahkan kepada para ilmuwan muslim untuk
diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Khalifah menyediakan dana yang sangat besar untuk kegiatan
penerjemahan ini. Yang menarik dari perkembangan ilmu pengetahuan pada masa Bani Abbasiyah
adalah bahwa sebagian besar orang-orang yang berkecimpung dalam bidang ini tidak hanya berasal
dari bangsa. Arab muslim atau dikenal dengan kaum mawali. Kaum mawali adalah muslim yang
berasal dari bangsa non-arab terutama orang-orang yang berasal dari Persia.

Para ilmuwan muslim pada masa Bani Abbasiyah menjelajahi tiga benua untuk menuntut ilmu
pengetahuan. Ketiga benua yang dipilih adalah benua Asia Eropa dan Afrika. Dari 3 benua ini
dianggap mengalami kemajuan yang sangat pesat dari semua ilmu pengetahuan. Setelah kembali dari
tempat pengembaraan para ilmuwan muslim membaca dan menerjemahkan buku-buku tersebut.
Dalam waktu yang lama mereka berusaha menggali berbagai pengetahuan dan kemudian menulis
berbagai buku terutama buku-buku dalam bentuk Dairatul Ma'arif atau saat ini lebih dikenal dengan
sebutan ensiklopedia.

Dari buku-buku itulah masyarakat muslim saat itu belajar dan terus mengembangkan
pengetahuannya di berbagai masjid yang saat itu dijadikan sebagai pusat kegiatan pendidikan. Dengan
semakin giat nya kaum muslimin mempelajari berbagai ilmu dari berbagai buku yang ditulis oleh para
ilmuwan muslim dan buku-buku berbahasa asing yang diterjemahkan oleh mereka Maka masyarakat
Islam pada masa itu menunjuk perkembangan ilmu pengetahuan yang sangat luar biasa.

8
Ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam berkembang pula di negara-negara barat (EROPA).
Disana perkembangan ilmu pengetahuan dan peradaban umat Islam berkembang tidak kalah pesatnya.
Berbagai hasil penemuan dan penelitian ilmiah dibukukan oleh para ilmuwan muslim. Kegiatan
penerjemahan dari berbagai buku karya ilmuwan besar Eropa terus menerus berlangsung.
Pembangunan tempat kegiatan kegiatan belajar sangat pesat dan sangat diperhatikan oleh para
penguasa muslim yang ada di sana. Kegiatan-kegiatan belajar diikuti oleh umat Islam dari berbagai
kalangan. Kota-kota besar dan berbagai peninggalan yang saat ini masih dapat disaksikan merupakan
bukti sejarah kemajuan ilmu pengetahuan dan kebudayaan umat Islam di masa Bani Abbasiyah.

Gambar 3 Daerah Kekuasaan Daulah Abasiyah

II.2.1 Tempat-tempat Belajar

Ada yang menarik bahwa perpustakaan yang dibangun oleh umat Islam juga dikunjungi oleh
masyarakat Eropa dari berbagai agama mereka membaca buku-buku tentang Islam dalam Bahasa
Arab masyarakat Eropa pada waktu itu belajar banyak dari umat Islam itu pula yang menjadi sebab
tertariknya masyarakat Eropa untuk lebih jauh mempelajari Islam dan akhirnya tak sedikit yang
memeluk agama Islam.

9
Dari kegiatan kegiatan belajar dan perkembangan ilmu pengetahuan inilah kemudian muncul
ilmuan-ilmuan Islam yang terkenal dalam berbagai bidang. Ilmu-ilmu yang berkembang sangat pesat
di saat itu antara lain adalah agama sastra filsafat fiqih Tafsir dan

Gambar 4 Masjid Basrah di Irak

Hadits. Masjid-masjid Di samping sebagai tempat beribadah juga merupakan sekolah utama
bagi umat Islam pada masa Bani Abbasiyah pertama Selain itu masjid juga dijadikan sebagai pusat
perkembangan ilmu pengetahuan dan penelitian. Misalnya masjid Basrah yang ada di Irak. Di masjid
ini kaum muslimin mempelajari ilmu pengetahuan tentang Al Quran Hadits fiqih tafsir akhlak dan
lain-lain.

Hal itulah yang menjadikan ilmu pengetahuan di kota Basrah ini mengalami kemajuan yang
luar biasa. Adapun orang-orang yang berasal dari bukan Arab, mereka harus terlebih dahulu
mempelajari bahasa Arab. Mereka mempelajari bahasa Arab dengan kaidah-kaidahnya dan juga harus
mengikuti etika Islam agar dapat mempelajari ilmu ilmu pengetahuan Islam khususnya Alquran dan
hadis..

Dari waktu ke waktu tempat tempat belajar pada masa Daulah Abbasiyah berkembang sangat
pesat. Hal ini disebabkan dengan semakin pesatnya gerakan penerjemahan berbagai macam kitab atau
buku dari berbagai bahasa dan bangsa ke dalam bahasa Arab. Hal ini juga didukung dengan
berkembangnya industri kertas yang terus dikembangkan oleh para khalifah untuk menunjang
majunya penerbitan buku buku.

Pada mulanya tempat-tempat belajar pada masa itu tidak berbentuk madrasah atau sekolah
atau Pesantren sebagaimana yang ada pada masa kini. Tempat belajar ketika itu hanya merupakan

10
tempat orang-orang yang berkumpul untuk belajar ilmu pengetahuan tempat-tempat tersebut antara
lain sebagai berikut :

1. Kuttab, yaitu tempat belajar untuk tingkat pendidikan rendah dan menengah.
2. Masjid, yaitu yang biasa dipakai belajar untuk tingkat pendidikan yang lebih tinggi
3. Majlis Muhadharah, yaitu majelis Tempat bertemunya para ulama, sarjana, ahli fikir untuk
membahas masalah masalah ilmiah
4. Darul Hikmah, didirikan oleh Khalifah Al Makmun. Darul Hikmah adalah perpustakaan
terbesar pada masa Bani Abbasiyah. Di tempat ini juga disediakan tempat tempat belajar bagi
pengunjung perpustakaan. Disamping itu dibangun pula sebuah perguruan tinggi yang diberi
nama Darul Hikmah.
5. Madrasah, pertama kali didirikan oleh Perdana Menteri Nidhamul Muluk yang memerintah
pada tahun 456-485 H. Madrasah tersebut didirikan di kota Baghdad, Basrah, Muro,
Thabaristan, naisabur, Hara, Isfahan, dan kota kota lainnya. Madrasah madrasah yang
didirikan mulai dari tingkat dasar menengah dan perguruan tinggi seperti yang ada pada saat
ini.

II.2.2 Kegiatan Menerjemah

Kemajuan yang dicapai oleh umat Islam pada masa Daulah Abbasiyah khususnya pada masa
Khalifah Al Mansur, salah satunya disebabkan oleh adanya gerakan penerjemahan buku-buku ke
dalam bahasa Arab. Buku-buku Terjemahan ini sangat membantu umat Islam dalam mempelajari dan
memahami berbagai cabang ilmu pengetahuan dari berbagai bahasa dan bangsa. Di antaranya kitab
atau buku bidang sejarah ilmu kalam filsafat, ilmu kalam, ilmu pasti, musik, dan lain-lain.

Proses penerjemahan buku-buku asing tersebut tidak langsung diterjemahkan ke dalam Bahasa
Arab tetapi terlebih dahulu diterjemahkan ke dalam bahasa Syria bahasa sirih adalah bahasa ilmu
pengetahuan di Mesopotamia pada waktu itu bahasa syriac kemudian diterjemahkan ke dalam Bahasa
Arab pada masa-masa berikutnya penerjemahan dilakukan langsung ke dalam Bahasa Arab.

II.2.3 Pusat-pusat Kegiatan Ilmu Pengetahuan

Kota-kota yang menjadi pusat ilmu pengetahuan pada masa Daulah Abbasiyah terus
bertambah. Hal ini disebabkan dengan semakin semangat dan bertambahnya umat Islam yang hendak
menuntut dan sekaligus memperdalam ilmu pengetahuan di berbagai bidang. Kota-kota yang menjadi
pusat ilmu pengetahuan oleh khalifah dilengkapi dengan berbagai fasilitas atau perlengkapan Hal ini

11
dilakukan untuk mempermudah kaum muslimin mencari sumber dan informasi tentang ilmu
pengetahuan yang diminatinya.

Adapun kota-kota besar yang menjadi pusat pengembangan ilmu pengetahuan pada masa
kekhalifahan Bani Abbasiyah antara lain Mekah, Madinah, Kufah, Damaskus, Fusthat, dan Qairawan.
Sedangkan beberapa kota baru yang dibuka sebagai pusat pengetahuan pada masa Bani Abbasiyah
antara lain Baghdad, Isfahan, Naisabur, Basrah dan lain-lain.

II.2.4 Bidang Sosial dan Budaya

Di antara kemajuan dalam bidang sosial budaya adalah terjadinya proses akulturasi dan
asimilasi masyarakat. Seni arsitektur yang dipakai dalam pembangunan istana dan kotakota, seperti
pada istana qohsrul dzahabi, dan qoshrul khuldi. Kemajuan juga terjadi pada bidang sastra bahasa dan
seni musik. Pada masa ini lahir seorang sastrawan dan budayawan terkenal, seperti Abu Nawas Abu
athaHiyah, Al-Mutanabby, Abdullah bin Muqafa dan lain-lainnya. Karya buah pikiran mereka masih
dapat dibaca hingga kini.

II.2.5 Bidang Politik dan Militer

Pemerintah dinasti Abbasiyah membentuk Departemen Pertahanan dan Keamanan yang


disebut diwanul Jundi. Departemen ini yang mengatur semua yang berkaitan dengan kemiliteran dan
pertahanan keamanan. Pembentukan lembaga ini didasari atas kenyataan politik militer bahwa
pemerintah dinasti Abbasiyah banyak terjadi pemberontakan dan bahkan beberapa wilayah berusaha
memisahkan diri dari pemerintah dinasti Abbasiyah.

12
II.3 TOKOH YANG BERPERAN DALAM KEMAJUAN PERADABAN ISLAM PADA MASA
DAULAH ABASIYYAH

II.3.1 Biografi Khalifah Abu Jafar Al-Mansyur

Gambar 5 Khalifah Abu Jafar Al-Mansyur

Abu Jafar al mansur adalah Putra Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Abbas bin Abdul
Muthalib. Abu Jafar al mansur dilahirkan di Kota Himaymah pada tahun 101 H. Ibunya bernama
Salamah mantan seorang hamba sahaya. Abu Ja'far al-mansur bersaudara dengan Ibrahim bin
Muhammad dan Abbul Abbas bin Muhammad. Tiga orang bersaudara inilah yang dianggap sebagai
pendiri Daulah Abbasiyah Tetapi hanya 2 orang yang menjadi khalifah yaitu Abbul Abbas dan Abu
Jafar al mansur, sedangkan Ibrahim meninggal pada saat berperang melawan Marwan bin Muhammad
( khalifah Bani Umayyah). Para ahli sejarah mengetahui bahwa pendiri Daulah Abbasiyah
sesungguhnya adalah Abu Ja'far al-mansur karena beliau peletak dasar sistem pemerintahan dan
mengatur politik Daulah Abbasiyah. Abu Jafar al mansur dikenal pula sebagai khalifah yang
berpikiran maju pemberani dan rapi dalam pemerintahan jalur pemerintahan diatur dengan sangat rapi
mulai dari daerah Desa hingga ke tingkat pusat teratur dan terarah dengan baik.

Abu Ja'far al-Mansur, sebagai khalifah kedua dari dinasti Abbasiyah, terlibat dalam beberapa
peristiwa dan perjuangan penting selama masa pemerintahannya. Meskipun secara historis diketahui
sebagai pemimpin politik dan militer, perjuangannya dalam mendukung dan memperkuat dakwah
Islam juga memiliki beberapa aspek. Berikut adalah singkatnya perjuangan dakwah Abu Ja'far al-
Mansur:

1. Pembentukan Dinasti Abbasiyah:

13
Al-Mansur memainkan peran kunci dalam mendirikan dinasti Abbasiyah setelah
menggulingkan dinasti Umayyah. Ini merupakan bagian dari perjuangan untuk menjaga dan
melanjutkan kebijakan Abbasiyah yang dimulai oleh al-Mansur's ayah, al-Mahdi.

2. Pendirian Kota Baghdad:

Salah satu langkah signifikan dalam mendukung dakwah Islam adalah pendirian kota Baghdad
pada tahun 762. Al-Mansur dengan cermat memilih lokasi yang strategis dan kemudian membangun
pusat pemerintahan dan kebudayaan yang kuat. Pemilihan ini tidak hanya bersifat politis tetapi juga
memperkuat posisi Islam sebagai kekuatan besar pada masa itu.

3. Penindasan Pemberontakan:

Al-Mansur terlibat dalam menghadapi berbagai pemberontakan dan oposisi terhadap


pemerintahannya. Pemberontakan Bani Abbas dan pemberontakan Abu Muslim menjadi peristiwa
penting yang membutuhkan kebijakan keras untuk menjaga stabilitas politik dan otoritas Abbasiyah.

4. Konsolidasi Kekuasaan:

Al-Mansur melibatkan diri dalam konsolidasi kekuasaan dengan mengukuhkan otoritas


khalifah dan menjalin hubungan yang baik dengan militer. Langkah-langkah ini diambil untuk
memastikan kestabilan internal dan eksternal Abbasiyah.

Meskipun peran utama al-Mansur lebih bersifat politis dan militer, upayanya dalam
membangun kota Baghdad dan mendukung dinasti Abbasiyah secara tidak langsung juga memberikan
landasan bagi perkembangan intelektual dan kebudayaan, yang dapat dianggap sebagai bagian dari
upaya untuk mempromosikan nilai-nilai Islam.

14
II.3.2 Masa Kekhalifahan Harun Al-Rasyid

Gambar 6 Khalifah Harun Al-Rasyid

Harun ar-rasyid adalah khalifah ke-5 dari kekhalifahan Abbasiyah dan memerintah antara
tahun 786 m hingga 803 m. ayahnya bernama Muhammad Almahdi dan kakaknya bernama Musa Al
Hadi. Musa Al Hadi adalah khalifah yang ketiga di Daulah Abbasiyah. Era pemerintahan Harun yang
dilanjutkan oleh Makmun ar-rasyid dikenal sebagai masa keemas an Islam( The Golden Age of Islam)
di mana saat itu Baghdad menjadi salah satu pusat ilmu pengetahuan. Khalifah Harun ar-rasyid
terkenal sebagai khalifah yang taat dalam beragama. Dermawan dan mencintai ilmu pengetahuan.
Beberapa usaha khalifah Harun ar-rasyid dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam
antara lain adalah mengangkat Wazir, menjaga keamanan dan ketertiban negara, mengembangkan
berbagai ilmu pengetahuan, serta meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Harun al-Rasyid, khalifah kelima dari dinasti Abbasiyah, memerintah dari tahun 786 hingga
809 Masehi dan dikenal sebagai salah satu khalifah terkemuka dalam sejarah Islam. Berikut adalah
singkatnya perjuangan Khalifah Harun al-Rasyid:

1. Pendidikan dan Pemimpin Ilmiah:

15
Harun al-Rasyid dikenal sebagai pemimpin yang mendukung perkembangan ilmu
pengetahuan dan seni. Ia menyokong cendekiawan dan seniman terkemuka pada masanya, seperti al-
Ma'mun, dan mendirikan Bait al-Hikmah (Rumah Hikmah) di Baghdad sebagai pusat penelitian
ilmiah dan intelektual.

2. Perluasan Kekuasaan dan Hubungan Internasional:

Harun al-Rasyid berhasil memperluas wilayah kekhalifahan Abbasiyah selama masa


pemerintahannya. Ia menjaga kestabilan di wilayah yang luas dan menjalin hubungan diplomatik
dengan berbagai negara, termasuk Kekaisaran Romawi Timur dan Dinasti Tang di Tiongkok.

3. Pemberontakan dan Kekerasan Politik:

Meskipun memiliki pencapaian besar, masa pemerintahan Harun al-Rasyid juga ditandai oleh
pemberontakan dan konflik politik. Salah satu momen kritis adalah pemberontakan Barmakid pada
tahun 803, di mana keluarga Barmakid, yang telah lama menjadi penasihat khalifah, dikucilkan dan
dihukum.

4. Pentingnya Keadilan dan Kesejahteraan Rakyat:

Harun al-Rasyid dikenal karena kebijaksanaannya dalam menjalankan pemerintahan yang adil.
Salah satu contohnya adalah ketika ia menyamar sebagai pedagang untuk memahami langsung
keadaan rakyatnya. Ia juga terkenal dengan julukan "Al-Rasyid" yang berarti "Yang Adil."

5. Dukungan Terhadap Dakwah Islam:

Meskipun terlibat dalam kebijakan politik dan pemberontakan, Harun al-Rasyid juga
memberikan dukungan kepada dakwah Islam. Ia memastikan lembaga-lembaga pendidikan dan
ilmiah seperti Bait al-Hikmah berkembang pesat, memajukan pengetahuan dalam berbagai bidang.

Perjuangan Harun al-Rasyid mencakup spektrum yang luas, dari dukungannya terhadap ilmu
pengetahuan hingga menghadapi tantangan pemberontakan dan konflik politik. Warisannya mencakup
fondasi bagi perkembangan intelektual dan kebudayaan yang berlanjut di masa-masa selanjutnya
dalam sejarah Islam.

16
II.3.3 Masa Kekhalifahan Abdullah Al-Makmun

Gambar 7 Khalifah Al-makmun

Nama lengkapnya adalah Abdullah Al Makmun Ibnu Harun ar-rasyid air pada tahun 170H.
Sejak kecil Al Makmun dididik di lingkungan istana Daulah Abbasiyah. Gurunya adalah Ja'far bin
Yahya, seorang Wazir pada masa kekhalifahan Harun ar-rasyid. Sebelum menjadi khalifah al-makmun
dipercaya oleh ayahnya untuk menangani masalah masalah di bidang pemerintahan.

Saat itu ia diberi tanggung jawab sebagai penguasa wilayah timur Daulah Abbasiyah yaitu
wilayah khurasan hingga ke Hamadan. Al Makmun adalah khalifah yang cerdas dan bijaksana.
Khalifah Al Makmun gemar mengkaji dan mempelajari ilmu pengetahuan. Khalifah Al Makmun juga
menganjurkan seluruh rakyatnya untuk mengkaji dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Untuk
keperluan itu, Khalifah Al Makmun menyediakan berbagai fasilitas, mulai dari menyediakan berbagai
buku, membangun perpustakaan (Baitul Hikmah) hingga membiayai penerjemahan buku-buku
berbahasa Yunani dan persia ke dalam bahasa Arab. Baitul hikmah (perpustakaan) dibangun pada
tahun 830 M di Baghdad pada masa kekhalifahan Al Makmun. Baitul hikmah adalah perpustakaan
yang Sekaligus berfungsi sebagai tempat belajar. Di dalam Baitul hikmah terdapat berbagai buku
dengan berbagai Bahasa yang dibeli oleh Khalifah Al Makmun. Berbagai buku dengan bahasa asing
diterjemahkan ke dalam bahasa Arab kemudian diteliti dan dikaji untuk kepentingan pembelajaran.

17
Baitul hikmah telah melahirkan banyak ilmuwan muslim yang terkenal, antara lain Al-kindi Hajjaj bin
Yusuf dan lain-lain.

Jasa terbesar Khalifah Al Makmun dalam perkembangan peradaban Islam adalah


berkembangnya ilmu pengetahuan yang sangat pesat dan berdirinya Baitul hikmah yang menjadi
pusat pembelajaran dunia islam saat itu.

1. Dukungan Terhadap Ilmu Pengetahuan: Al-Ma'mun dikenal sebagai khalifah yang sangat
mendukung ilmu pengetahuan. Ia mendirikan Bait al-Hikmah (Rumah Hikmah) di Baghdad,
yang menjadi pusat penelitian dan perkembangan ilmu pengetahuan pada masanya. Bait al-
Hikmah membantu mengumpulkan, menerjemahkan, dan memelihara karya-karya klasik dari
berbagai budaya.

2. Gerakan Mutasawwifah (Pengikut Ajaran Ahlul Bait): Al-Ma'mun mendukung gerakan


mutasawwifah, yang merupakan kelompok yang menekankan penghormatan terhadap Ahlul
Bait, yaitu keluarga Nabi Muhammad SAW. Ini mencerminkan upayanya untuk memperkuat
basis keagamaan di kalangan pendukung keluarga Nabi.

3. Menggalakkan Pembaharuan Pemikiran: Al-Ma'mun memberikan dukungan kepada


cendekiawan dan filsuf terkemuka pada masanya. Dia bahkan mengadakan majelis ilmiah
yang membahas berbagai isu filsafat dan keagamaan. Salah satu tokoh terkenal yang
mendapat dukungan dari al-Ma'mun adalah ilmuwan Persia terkemuka, Al-Kindi.

Perjuangan al-Ma'mun mencakup upaya besar untuk memajukan ilmu pengetahuan dan filsafat,
meskipun masa pemerintahannya juga terdapat konflik politik yang memengaruhi stabilitas
kekhalifahan. Warisan intelektual dan ilmiahnya tetap menjadi salah satu yang paling berpengaruh
dalam sejarah Islam.

18
BAB III
PENUTUP

III.1 KESIMPULAN

Zaman pemerintahan Abbasiyah yang pertama merupakan puncak keemasan dinasti ini. secara
politis, para khalifah betul-betul tokoh yang kuat dan merupakan pusat kekuasaan politik dan agama
sekaligus. Di sisi lain, kemakmuran, masyarakat mencapai tingkat tertinggi. Disamping itu Dinasti
Abbasiyah (750-1208 M) juga merupakan dinasti yang menelurkan konsep-konsep keemasan Islam
dalam hal pengembangan ilmu pengetahuan. zaman keemas an Islam yang ditandai dengan
penguasaan ilmu pengetahuan di berbagai sektor telah membawa kemakmuran tersendiri pada
masyarakat saat itu. kemajuan di segala bidang yang diperoleh Bani Abbasiyah menempatkan bahwa
Bani Abbasiyah lebih baik dari bani Umayyah di samping itu pada masa Dinasti ini banyak terlahir
tokoh-tokoh intelektual muslim yang cukup berpengaruh sampai saat ini.

III.2 SARAN

Sebagai bagian dari pemahaman lebih lanjut tentang peradaban Islam pada masa Abbasiyah,
sejumlah saran dapat diambil untuk pengembangan pengetahuan dan pemahaman lebih lanjut:

Kontinuitas Penelitian:

1. Ajukan pertanyaan lebih lanjut dan jadikan makalah ini sebagai batu loncatan untuk
penelitian lebih lanjut. Telusuri topik-topik khusus, tokoh-tokoh tertentu, atau aspek-aspek
tertentu dari peradaban Abbasiyah yang menarik minat Anda.
2. Pertimbangkan Perspektif Berbeda:
3. Luaskan pandangan dengan mempertimbangkan perspektif berbeda. Buka diskusi tentang
dampak peradaban Abbasiyah dari sudut pandang berbagai kelompok masyarakat, termasuk
kaum elit, rakyat jelata, dan kelompok minoritas.
4. Pengembangan Keterampilan Analisis: Latih keterampilan analisis Anda lebih lanjut dengan
membandingkan peradaban Abbasiyah dengan periode sejarah atau peradaban lain.
Bagaimana perbandingan ini dapat memberikan wawasan tambahan?
5. Relevansi dengan Konteks Modern: Terapkan konsep-konsep dan pembelajaran dari
peradaban Abbasiyah ke dalam konteks modern. Bagaimana nilai-nilai dan pencapaian dari

19
masa lalu dapat menjadi inspirasi atau memberikan pembelajaran berharga untuk masyarakat
saat ini?
6. Promosikan Kesadaran Budaya: Dorong kesadaran budaya tentang peradaban Abbasiyah
melalui diskusi dan presentasi. Bagikan pengetahuan Anda dengan rekan-rekan sekelas atau
komunitas untuk memperluas pemahaman bersama tentang sejarah kebudayaan Islam.

Dengan menerapkan saran-saran ini, diharapkan pemahaman kita tentang peradaban Islam pada masa
Abbasiyah akan terus berkembang dan menjadi sumber inspirasi untuk generasi mendatang.

20

Anda mungkin juga menyukai