Di Susun Oleh :
2020
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt atas rahmat dan karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah Sejarah Timur Tengah yang berjudul
Perkembangan Pada Masa Dinasti Abbasyiah sesuai dengan waktu yang telah
ditetapkan.
Makalah ini disusun untuk melengkapi salah satu tugas Sejarah Amerika, sesuai
dengan ketentuan yang diberikan oleh Bapak Fahrudin M.Pd sebagai dosen pengampu.
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam
terselesaikannya makalah ini.
Penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu
penulis memohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan dan penyampaian
materi dalam makalah ini. Selanjutnya penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari para pembaca. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita.
Penulis
2
DAFTAR ISI
Halaman Judul........................................................................................................... 1
Kata Pengantar........................................................................................................... 2
Daftar Isi.................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... 4
A. Latar Belakang.............................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah......................................................................................... 4
C. Tujuan Masalah ............................................................................................ 5
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................... 6
A. Kesimpulan................................................................................................... 26
B. Saran............................................................................................................. 26
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 27
3
BAB I
PEDAHULUAN
A. Latar Belakang
Daulah Abbasiyah didirikan secara revolusioner dengan
menggulingkan kekuasaan Dinasti Umayyah yang saat itu dipimpin oleh
khalifah Marwan II bin Muhammad. Kekuasaan Daulah Abbasiyah
berlangsung dalam waktu yang cukup panjang sejaktahun 132 H – 656 H /
750 M – 1258 M. Dalam pemerintahan Daulah Abbasiyah ada tiga dinasti
yang pernah memgang kekuasaan (tampuk pemerintahan) yaitu Dinasti
Bani Abbas, Bani Buwaihi dan Bani Saljuk, dengan khalifah sebanyak 37
orang. Pada masa Daulah Ababsiyah ini tercapainya peradaban yang
gemilang dan juga merupakan puncak kejayaan negara Islam.
Puncak popularitas Daulah Abbasiyah berada pada zaman
pemerintahan khalifah Harun Al Rasyid dan puteranya Al Makmum.
Namun demikian Daulah Abbasiyah juga mengalami kemunduran dan ke
hancuran, disaat datangnya penyerangan bangsa Mongol yang dipimpin
oleh Hulagu Khan pada tahun 1258 M. Mereka tidak saja menghancurkan
kota Bagdad tapi juga menghancurkan peradaban Islam yang telah maju
dengan pesatnya. Dengan begitu berakhirlah kekuasaan Daulah
Abbasiyah.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Awal Berdirinya Dinasti Abasiyah ?
2. Bagaimana Perkembangan Politik Dinasti Abbasiyah ?
3. Seperti Apa Perkembangan Ekonomi Masa Dinasti Abbasyiah ?
4. Bagaimana Perkembangan Pendidikan Masa Dinasti Abbasyiah ?
5. Bagaimana Perkembangan Militer Dinasti Abbasyiah ?
6. BagaimanaPerkembangan Sosial Masyarakat Dinasti Abbasyiah ?
7. Apa yang menyebabkan Keruntuhan Dinasti Abbasyiah ?
4
C. Tujuan Masalah
1. Mendeskripsikan Bagaimana Awal Berdirinya Dinasti Abasiyah
2. Mendeskripsikan Bagaimana Perkembangan Politik Dinasti Abbasiyah
3. Mendeskripsikan Seperti Apa Perkembangan Ekonomi Pada Masa
Dinasti Abbasyiah
4. Memdeskrisikan Bagaimana Perkembangan Pendidikan Pada Masa
Dinasti Abbasyiah
5. Mendeskripsikan Bagaimana Perkembangan Militer Dinasti Abbasyiah
6. Mendeskripsikan BagaimanaPerkembangan Sosial Masyarakat Dinasti
Abbasyiah
7. Mendeskripsikan Apa yang menyebabkan Keruntuhan Dinasti
Abbasyiah
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
melihat realita kepemimpinan dinasti bani Umayyah, beberapa khalifah
yang seharusnya menjadi pengayom umat, malah terkesan hidup
bermewah-mewah dan kurang menjalankan ajaran Islam secara baik dari
segi Ibadah dan perilaku.
Upaya bani Abbas untuk meraih tampuk kekhalifahan, memiliki
prosesproses tahapan pencapaian. Bermula dari gerakan bawah tanah yang
dilakukan, kemudian beranjak menggalang dukungan dan akhirnya
berhasil menjadi dinasti kedua kekhalifahan daulah Islamiyah. Tempat
yang menjadi tolakan pertama gerakan bani Abbas, adalah pada sebuah
daerah terpencil bernama Humaimah. Tempat ini adalah, daerah yang
ditempati oleh Ali ibn Abdullah ibn al-Abbas. Dia adalah sepupu Nabi
saw. Yang mengikut kepada pemerintahan bani Umayyah, seorang Zuhud
dan ahli Ibadah yang tidak terlalu mementingkan kepentingan pribadinya.
Dari perangai Ali ini, bani Umayyah tidak membayangkan akan
terbentuknya satu gerakan untuk menggulingkan kekhalifahan ditangan
mereka sehingga tidak terlalu diperhatikan oleh pihak khalifah. Perkiraan
bani Umayyah memang benar, akan seorang Ali bin Abdullah. Namun,
mereka luput dari generasinya yang datang kemudian yaitu Muhammad
bin Ali. Putra Ali bin Abdullah ini, ternyata memiliki kecerdasan dan
bertalenta tinggi. Dialah kemudian yang mencetuskan gerakan untuk
merongrong kekhalifahan bani Umayyah dan mengusung klan keluarga
bani Hasyim.
Muncullah sebuah strategi gerakan hasil rancangan Muhammad
bin Ali, berisikan tiga poin rencana yaitu :
1. Menyebarkan ajakan untuk memperjuangkan pemimpin yang berasal
dari keluarga Muhammad. Sehingga dari sini, pihak pendukung Ali-
pun bisa lebih baik merespon dan menerima ajakan tersebut.
Kemudian, ajakan ini tidak menentukan nama seseorang tertentu
sehingga misi perjuangan ini merata untuk semuanya dan tidak
tertumpu kepada seorang tokoh tertentu.
7
2. Hendaklah Bani Hasyim tidak melakukan pemberontakan
menggulingkan kepemimpinan khalifah sebelum persiapan betul-betul
matang. Sebagai langkah awal, cukup memunculkan ketidak senangan
umat terhadap kekhalifahan bani Umayyah dengan mengungkap
kekurangan dan cacat mereka.
3. Pemusatan gerakan pada tiga tempat yaitu Humaimah, Kufah, dan
Khurasan. Humaimah sebagai tempat mengatur dan memenej ide dan
pemikian untuk mendirikan kekuasaan Abbasiyah. Kufah yang berada
di tengah keduanya dijadikan sebagai titik penghubung dan pusat
penyebaran strategi. Sedangkan tempat melakukan pergolakan adalah
Khurasan, karena tempat ini jauh dari pengamatan pemerintahan pusat
Umayyah di Damaskus. Selain itu, terjadi perpecahan antar suku atau
kabilah di Khurasan yang dimanfaatkan oleh para propagandis untuk
menyebarkan ide pemikiran baru di sana.
8
strategi di Humaimah dengan mengirim misionari dan mengangkat para
pimpinan untuk selanjutnya ditugaskan mengawasi penyebaran misi di
Kufah dan perkembangan yang terjadi di Khurasan. Mereka menjalankan
misinya dengan sangat rahasia, salah satu caranya adalah mereka
berdakwah sambil berdagang mengunjungi tempattempat yang jauh. Peran
ini disebut sebagai peran misi rahasia atau periode gerakan rahasia yang
berlangsung pada tahun 100-127 H. Sementara di Kufah yang merupakan
tempat bertemunya antara para pembesar Humaimah dan kegiatan
Khurasan terus diadakan penyebaran misi bani Hasyim.
9
merupakan gabungan dari sekumpulan orang yang menerima misi baru
tersebut. Gerakan ini menghimpun keturunan ‘Ali (‘Alawiyyin)
pemimpinnya Abu Salamah, keturunan Abbas (‘Abbasiyah) pemimpinnya
Ibrahim al-Imam danketurunan bangsa Persia, pemimpinnya Abu Muslim
al-Khurasaniy. Gabungan kekuatan ini berdiri atas nama Abbasiyah yang
sudah menggunakan kekuatan bersenjata untuk melawan kekuatan
Umayyah yang dipimpin oleh seorang tentara cerdik yaitu Abu Muslim al-
Khurasaniy.
10
panjang berkisar tahun 132 H sampai 656 H (750 M-1258 M) yang dibagi
menjadi 5 periode :
1. Periode pertama (132 H/750 M- 232 H/847 M). Di sebut periode
pengaruh Persia pertama.
2. Periode kedua (232 H/847 M- 334 H/945 M). Di sebut masa pengaruh
Turki pertama.
3. Periode ke tiga (334 H/ 945 M – 447 H/1055 M). Masa kekuasaan
dinasti Buwaih atau pengaruh Persia kedua.
4. Periode ke empat (447 H/1055 M – 590 H/1194 M). Merupakan
kekuasaan dinasti bani Saljuk dalam pemerintahan atau pengaruh
Turki dua.
5. Periode ke lima (590 H/1194 M – 565 H/1258 M). Merupakan masa
mendekati kemunduran dalam sejarah peradaban islam.
11
melakukannya, dan kemudian menghukum mati Abu Muslim al-Khurasani
pada tahun 755 M, karena dikhawatirkan akan menjadi pesaing baginya.
Pada mulanya ibu kota negara adalah al-Hasyimiyah, dekat Kufah.
Namun, untuk lebih memantapkan dan menjaga stabilitas negara yang
baru berdiri itu, al-Mansyur memindahkan ibu kota negara ke kota yang
baru dibangunnya,yaitu di Baghdad, dekat bekas ibu kota Persia,
Ctesiphon, tahun 762 M. Dengan demikian, pusat pemerintahan dinasti
Bani Abbas berada di tengah-tengah bangsa Persia. Di ibu kota yang baru
ini al-Manshur melakukan konsolidasi dan penertiban pemerintahannya, di
antaranya dengan membuat semacam lembaga eksekutif dan yudikatif. Di
bidang pemerintahan, dia menciptakan tradisi baru dengan mengangkat
Wazir sebagai koordinator dari kementrian yang ada, Wazir pertama yang
diangkat adalah Khalid bin Barmak, berasal dari Balkh, Dia juga
membentuk lembaga protokol negara, sekretaris negara, dan kepolisian
negara di samping membenahi angkatan bersenjata. Dia menunjuk
Muhammad ibn Abdurrahman sebagai hakim pada lembaga kehakiman
negara. Jawatan pos yang sudah ada sejak masa dinasti Bani Umayyah
ditingkatkan peranannya dengan tambahan tugas. Kalau dulu hanya
sekadar untuk mengantar surat. Pada masa al-Manshur, jawatan pos
ditugaskan untuk menghimpun seluruh informasi di daerah-daerah
sehingga administrasi kenegaraan dapat berjalan lancar. Para direktur
jawatan pos bertugas melaporkan tingkah laku gubernur setempat kepada
khalifah.
12
gencatan senjata 758-765 M, Bizantium membayar upeti tahunan. Bala
tentaranya juga berhadapan dengan pasukan Turki Khazar di Kaukasus,
Daylami di laut Kaspia, Turki di bagian lain Oxus, dan India. Pada masa
al-Manshur ini, pengertian khalifah kembali berubah. Dia berkata :
13
masa inilah negara Islam menempatkan dirinya sebagai negara terkuat dan
tak tertandingi. Al-Ma'mun, pengganti Harun Ar-Rasyid, dikenal sebagai
khalifah yang sangat cinta kepada ilmu filsafat. Pada masa
pemerintahannya, penerjemahan buku-buku asing digalakkan. Untuk
menerjemahkan buku-buku Yunani, ia menggaji penerjemahpenerjemah
dari golongan Kristen dan penganut agama lain yang ahli dibidangnya
masing masing. Ia juga banyak mendirikan sekolah sekolah, salah satu
karya besarnya yang terpenting adalah pembangunan Baitul-Hikmah,
pusat penerjemahan yang berfungsi sebagai perguruan tinggi dengan
perpustakaan yang besar. Pada masa Al-Ma'mun inilah Baghdad mulai
menjadi pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan.
14
1. Dengan berpindahnya ibu kota ke Baghdad, pemerintahan Bani
Abbas menjadi jauh dari pengaruh Arab Islam. Sedangkan
dinasti Bani Umayyah sangat berorientasi kepada Arab Islam.
Dalam periode pertama dan ketiga pemerintahan Abbasiyah,
pengaruh kebudayaan Persia sangat kuat, dan pada periode
kedua dan keempat bangsa Turki sangat dominan dalam politik
dan pemerintahan dinasti ini.
2. Dalam penyelenggaraan negara, pada masa Bani Abbas ada
jabatan wazir, yang membawahi kepala-kepala departemen.
Jabatan ini tidak ada di dalam pemerintahan Bani Umayyah.
3. Ketentaraan profesional baru terbentuk pada masa
pemerintahan Bani Abbas. Sebelumnya, belum ada tentara
khusus yang profesional.
15
Pada waktu khalifah al-Mansur meninggal dunia setelah
memerintah selama 22 tahun, dalam kas negara tersisa kekayaan negara
sebanyak 810.000.000 dirham. Sedangkan pada Khalifah Harun al-
Rasyid meninggalkan kekayaan negara sebanyak 900.000.000 dirham.
Kecakapan Harun dalam menggunakan anggaran belanja negara sama
dengan al-Mansur, hanya saja Harun lebih banyak mengeluarkan
dibanding dengan al-Mansur, mungkin karena tuntutan zaman yang
berbeda. Pada masa permulaan Abbasiyyah, semua khalifah menaruh
perhatian besar terhadap perkembangan ekonomi dan keuangan negara.
Sektor-sektor perekonomian yang dikembangkan meliputi pertanian,
perindustrian, dan perdagangan.
1. Sektor Pertanian
Di sektor pertanian, usaha-usaha yang dilakukannya, yaitu :
a. Memberlakukan ahl zimmah dan mawali denga
perlakuan baik dan adil, serta menjamin hak milik dan
jiwa mereka, hingga kembalilah mereka bertani di
seluruh penjuru negeri.
b. Mengambil tindakan keras terhadap para pejabat yang
berlaku kejam kepada para petani.
c. Memperluas daerah-daerah di segnap wilayah negara.
d. Membangun dan mentempurnakan sarana perhubungan
ke daerah-daerah pertanian, baik darat maupun air.
e. Membangun bendungan-bendungan dan menggali
kanal-kanal baik besar maupun kecil, sehingga tidak
ada daerah pertanian yang tidak terjangkau irigasi.
16
2. Sektor Perindustrian
Pada masa Abbasiyyah dibangun tempat-tempat
perindustrian hampir meliputi seluruh wilayah tanah air.
Perindustrian terbesar dari sektor pertambangan yang
meliputi : tambang perak, tembaga, seng, dan besi yang
dihasilkan dai tambang-tambang di Persia dan Khurasan.
Dekat Beirut terdapat beberapa tambang besi, seperti halnya
marmer di Tibris, dan sebagainya. Juga di Asia barat terdapat
pabrik-pabrik, seperti pabrik permadani, sutera, katun, wol,
brokat (baju perempuan), sofa, dan lain-lain.
Dengan banyaknya dibangun tempat-tempat industri,
maka terkenallah, misalnya: Bashrah, terkenal dengan industri
sabun dan gelas; Kufah dengan industri suteranya; Khuzastan,
dengan tekhtil sutera bersulam; Damaskus, dengan kemeja
sutera; Khurasan, dengan selendang, wol, emas, dan peraknya;
Syam, dengan keramik dan gelas berwarnanya; Andalusia,
dengan kapal, kulit, dan senjata; Baghdad sebagai ibu kota
negara memiliki berbagai macam tempat industri.
Dalam catatan sejarah, Baghdad mempunyi lebih 100
kincir air, 4000 pabrik gellas, 30.000 kilang keramik. Di
samping itu, Baghdad mempunyai industri-industri khusus
barang-barang mewah (lux) baik gelas, tekstil, keramik, dan
sebagainya. Di kota Baghdad diadakan pasar-pasar khusus
untuk macam-macam hasil produksi, seperti pasar besi, pasar
kayu jati, pasar keramik, pasar tekstil, dan sebagainya.
3. Sektor Perdagangan
Kota Baghdad, di samping sebagai kota politik, kota
agama, kota kebudayaan, juga merupakan kota perdagangan
yang terbesar di dunia saat itu. Sedangkan kota Damaskus
merupakan kota dagang nomor dua, sebagai pusat kota
17
perdagangan translit bagi kafilah-kafilah dagang dari Asia
Kecil, dan daerah-daerah Furat yang menuju negeri- negeri
Arab dan Mesir atau sebaliknya. Sungai Tigris dan Furat
menjadi pelabuhan transmisi bagi kapal- kapal dagang dari
berbagai penjuru dunia. Terjadinya kontak perdagangan
tingkat internasional ini semenjak Khalifah al-Mansur. Kecuali
Baghdad dan Damaskus, juga terkenal sebagai kota dagang
adalah Bashrah, Kufah, Madinah, Kairo, dan kota-kota di
Persia. Kapal- kapal dagang Arab Islam telah sampai ke
Ceylon, Bombai, Malaka, pelabuhan-pelabuhan di Indocina,
tiongkok, dan India.
Pada waktu itu terjadilah hubungan dagang antara kota-
kota dagang Islam dengan kota- kota dagang di seluruh
penjuru dunia. Untuk menghindari terjadinya kolusi dan
penyelewengan dalam sektor perdagangan, Khalifah Harun
membentuk satu badan khusus yang bertugas mengawasi
pasaran dagang, mengatur ukuran timbangan, menentukan
harga pasaran, atau dengan kata lain mengatur politik harga.
18
bersangkutan. Bagi anak penguasa pendidikan bisa berlangsung di
istana atau di rumah penguasa tersebut dengan memanggil ulama ahli
ke sana.
19
karya dalam bidang astronomi dan manthiq. Fase kedua
berlangsung mulai masa khalifah al-Ma'mun hingga tahun 300
H. Buku-buku yang banyak diterjemahkan adalah dalam bidang
filsafat dan kedokteran. Fase ketiga berlangsung setelah tahun
300 H, terutama setelah adanya pembuatan kertas. Bidang-
bidang ilmu yang diterjemahkan semakin meluas.
20
Ar-Rasyid. Berbeda dengan Imam Abu Hanifah, Imam Malik
Rahimahullah (713-795 M) banyak menggunakan hadits dan
tradisi masyarakat Madinah. Pendapat dua tokoh mazhab hukum
itu ditengahi oleh Imam Syafi'i Rahimahullah (767-820 M), dan
Imam Ahmad ibn Hanbal Rahimahullah (780-855 M) yang
mengembalikan sistem madzhab dan pendapat akal semata kepada
hadits Nabi serta memerintahkan para muridnya untuk berpegang
kepada hadits Nabi serta pemahaman para sahabat Nabi. Hal ini
mereka lakukan untuk menjaga dan memurnikan ajaran Islam dari
kebudayaan serta adat istiadat orang-orang non-Arab. Di samping
empat pendiri madzhab besar tersebut, pada masa pemerintahan
Bani Abbas banyak para mujtahid lain yang mengeluarkan
pendapatnya secara bebas dan mendirikan madzhab-nya pula.
Akan tetap, karena pengikutnya tidak berkembang, pemikiran dan
mazhab itu hilang bersama berlalunya zaman.
21
pula dalam bidang sastra. Penulisan hadits, juga berkembang pesat
pada masa Bani Abbas. Hal itu mungkin terutama disebabkan oleh
tersedianya fasilitas dan transportasi, sehingga memudahkan para
pencari dan penulis hadits bekerja. Pengaruh gerakan terjemahan
umum, terutama di bidang astronomi, kedokteran, filsafat, kimia
dan sejarah.
22
bagaimana mempertahankan dan mengamankan negara sehingga stabilitas
negara dapat terjaga. Dengan kondisi pemerintahan yang aman serta
konsentrasi tidak lagi hanya pada bidang politik semata tetapi juga dapat
diarahkan pada pengembangan ilmu pengetahuan dan bidang lainnya.
Pada masa Dinasti Abbasiyah, angkatan bersenjata pada tahun-
tahun pertama berasal dari pasukan Arab juga disokong oleh pasukan-
pasukan dari Kurasan. Adapun alasan Dinasti Abbasiyah merekrut tentara
dari kurasan karena kesetiaan tentara Kurasan, hal ini dapat dilihat pada
saat persekutuan menumbangkan dinasti Bani Umayyah. Hal demikian
menjadi salah satu alasan mengapa kemudian mereka menjadi pasukan inti
dari angkatan bersenjata Dinasti Abbasiyah. Dinasti Abbasiyah juga
merasa perlu membalas jasa mereka dengan cara menempatkan pasukan
Khurasan dalam barisan angkatan bersenjata Abbasiyah.
23
sambungan dari masa sebelumnya (Masa Dinasti Umayah). Akan tetapi,
pada masa ini terjadi beberapa perubahan yang sangat mencolok, yaitu :
a. Tampilnya kelompok mawali dalam pemerintahan serta mendapatkan
tempat yang sama dalam kedudukan sosial.
b. Kerajaan Islam Daulah Abbasiyah terdiri dari beberapa bangsa ang
berbeda-beda (bangsa Mesir, Syam, Jazirah Arab dll.).
c. Perkawinan campur yang melahirkan darah campuran.
d. Terjadinya pertukaran pendapat, sehingga muncul kebudayaan baru.
24
Usmani di Turki dan Kerajaan Mughal di India. Daulah Abbasiyah Lenyap
dari Permukaan Bumi, runtuhnya daulah ini ketika dijabat oleh khalifah
Al-Musta’sim (khalifah terakhir di daulah ini), beliau besarta putra-
putranya dan seluruh pembesar-pembesar kota Bagdad mati dibunuh,
akibat ulah khianat laskar Holako, sebagian besar penduduk dari kota ini
disembelih, laksana menyembelih binatang.
25
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dinasti Abbasyiah merupakan masa pemerintahan umat islam yang
merupakan asa keemasan dan kejayaan dari peradaban uumat islam yang
pernah ada. Pada masa dinasti Abbasyiah kekayaan negara melimpah dan
kesejahteraan rakyat sangat tinggi. Pusat peradaban islam mengalami
kemajuan yang pesat sehingga pada masa ini banyak muncul para tokoh
ilmuan dari kalangan umat islam, baik itu dalam bidang agama, bidang
umum dan bidang ekonomi dan juga melahirkan tokoh-tokoh dibidang
ilmu masing-masing. Pada masa pemerintahan khalifah Harun Al-Rasyid
kesejahteraan umat islam sangat terjamin, karena pada masa inilah puncak
dari kajayaan dinasti Abbasyiah pembangunan dilakukan dimana-mana.
Namun diakhir pemerintahan khalifah dinasti Abbasyiah, islam
mengalami keterpurukan yang sangat rendah. Hal ini disebabkan dari
serangan tentara Mongol yang telah menghancurkan pusat peradaban umat
islam di Baghdad Mongol ke wilayah kekuasaan Islam mejadi lemah,
apalagi serangan Hulangu Khan dengan pasukan Mongol yang biadab
menyebabkan kekuatan Abbasyiah mejadi lemah dan akhirnya menyerah
kepada kekuatan Mongol.
B. Saran
Penulis tidak dapat menyatakan bahwa Makalah ini sudah
sempurna. Makalah ini masih banyak kekurangan dan membutuhkan
perbaikan untuk menyempurnakan Makalah ini. Oleh karena itu, saran dan
kritik sangat dibutuhkan demi tercapainya kesempurnaan Makalah ini.
Penulis berharap selanjutnya ada yang membahas atau meneliti dengan
lebih dalam tentang Perkembangan-Perkembangan Pada Masa Dinasti
Abbasiyah.
26
Daftar Pustaka
27