Disusun oleh :
Kelompok 5
1. FATHURRAHMAN 202017012703
2. MIFTACHUL UMAM 202017012709
3. YAN ADHI WIKARSA 202017012721
Segala puji kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat serta karunia -Nya kami
dapat menyelesaikan makalah “KEBUDAYAAN DAN PERADABAN
Penyusun
Tim Kelompok 5
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul............................................................................................................................i
KATA PENGANTAR................................................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
Kesimpulan............................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................27
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam makalah ini berisi tentang hasil diskusi kelompok kami dari
berbagai referensi, tentang awal mula berdirinya Daulah Abbasyiah melalui
revolusi terhadap Dinasti Bani Umayyah dan peran para Ahlul Bayt ,kemudian
bagaimana kondisi kebudayaan saat itu sebagai upaya mengembangkan peradaban
Islam, juga kebudayaan dan kebiasaan sehingga mengantarkan dinasti Abbasiyah
pada masa kejayaan.
1
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui sejarah awal mula berdirinya dinasti Abbasiyah dan apa peran
penting parsa Ahlul Bayt.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
dilakukan sangat rahasia.Propaganda dikirim ke seluruh pelosok negara, dan
mendapat pengikut yang banyak, terutama dari golongan-golongan yang merasa
ditindas, bahkan juga dari golongan-golongan yang pada mulanya mendukung
pemerintahan Daulah Bani Umayyah.1 Dan penting untuk diketahui bahwa Imam
Muhammad bin Ali Al - Abbasy merupakan cucu dari sahabat sekaligus sepupu
Rasulullah SAW Abdullah Ibn Abbas r.a. dengan demikian, ia merupakan
keturunan keempat dari Abdul Muthalib.
Pada tahun 124 H, Muhammad bin Ali meninggal dunia. Tapi sebelum
kematiannya, dia menitipkan pesan pada para pengikutnya, bahwa yang
menggantikan dia sebagai Imam secara berturut-turut adalah putra-putranya,
1
https://makalahnih.blogspot.com/2014/07/dinasti-abbasiyah.html
4
yaitu: Ibrahim, Abdullah Abu Al Abbas (kelak bergelar As Saffah), dan Abdullah
Abu Ja’far (kelak bergelar Al Mansyur).2
Tak ayal, perang besar pun berkecamuk. Hingga akhirnya, pasukan Marwan
II kehilangan kedisiplinan, dan dengan mudah dihancurkan oleh pasukan
Abdullah bin Ali. Hingga akhirnya, dia berhasil ditangkap di Mesir oleh panglima
Abbasiyah bernama Shalih bin Ali bin Abdullah bin Abbas bin Abdul Muthalib.
Marwan II kemudian hukum mati. Kepalanya dipenggal, lalu dikirim kepada As-
Saffah di Kufah. Marwan bin Muhammad wafat pada tahun 132 H atau 750 M
dalam usia 62 tahun. Dengan terbunuhnya Marwan, maka berakhir pula
2
Syed Ameer Ali, The Spirit of Islam or The Life and Teachings of Mohammed, Calcutta, S.K.
Lahiri & Co, 1902, hal. 231
3
Ibid
4
The History of al-Tabari, Vol. XXVII., The `Abbasid Revolution, Translated by John Alden
Williams, State University of New York Press, 1990. Hal. 162
5
kekuasaan Bani Umayyah yang sudah berlangsung selama 90 tahun, sejak di
deklarasikan oleh Muawiyah bin Abu Sufyan pada 660 M. Di sisi lain, tewasnya
Marwan II menandai dimulainya sebuah era baru kepemimpinan Islam di bawah
Dinasti Abbasiyah.5
Sebelum lebih jauh lagi, mari kita ulas dulu profil singkat dari khalifah
pertama bani Abbasiyah ini, yaitu Abdullah Abu al Abbas bin Muhammad bin Ali
bin Abdullah bin al-Abbas bin Abdul Muthalib bin Hasyim, atau lebih dikenal
dengan sebutan Abu al Abbas. Dia dilahirkan pada tahun 104 H di Al-Humaimah,
sebuah tempat di dekat Al-Baiqa’ (sekarang wilayah Suriah). Adapun ibunya,
bernama Raithah Al-Haritsiyah. Abu al Abbas tumbuh dan berkembang di Al-
Humaimah, sampai dia dibaiat sebagai Khalifah pertama Abbasiyah pada tahun
132 H/750 M, di Kufah (Irak). Imam al Suyuthi meriwayatkan isi khutbah
khalifah pertama Abbasiyah ini, sebagai berikut:
Warga Kufah sekalian, kalian adalah pelabuhan cinta kami dan rumah
idaman kasih kami. Karena itu, janganlah kalian melakukan hal-hal yang
bertentangan dengan itu, jangan pula kalian tergoda dengan tindakan para
pembangkang. Sesungguhnya, kalian adalah orang paling bahagia dengan
adanya kami di antara kalian. Kalian adalah orang paling mulia di mata kami
dan kami telah memberi jaminan pembagian harta seratus persen. Karena itu,
bersiap-siaplah, sebab aku adalah as-Saffahul Mubih (si penumpah darah yang
membolehkan) dan ats-Tsairul Mubir (si pembalas dendam yang mewujudkan
5
https://ganaislamika.com/dinasti-abbasiyah-15-abdullah-abu-al-abbas-as-saffah-2/
6
tekadnya).” Dari sinilah dia kemudian dikenal dengan julukan “As-Saffah”
(orang yang menumpahkan darah).”6
Abu Al Abbas As-Saffah wafat pada tahun 136 H, akibat penyakit cacar
yang dideritanya. Dia memerintah sebagai khalifah selama empat tahun. Pada
masa ini, pusat kekuasaan Dinasti Abbasiyah terletak di Ambar. 9 Sebelum
wafatnya, As-Saffah mengangkat saudaranya, Abdullah Abu Ja’far sebagai putra
mahkota, serta mewasiatkan bahwa khalifah setelah Abu Ja’far akan diduduki
oleh paman mereka yang bernama Isa bin Musa. Abdullah Abu Ja’far bin
Muhammad kelak dikenal dengan julukan “al Mansyur”.10
6
The History of al-Tabari, Vol. XXVII., The `Abbasid Revolution, Translated by John Alden
Williams, State University of New York Press, 1990. Hal. 154
7
mam Al Suyuthi, Op Cit, hal. 279
8
Ibid
9
Ibid, hal. 279
10
https://ganaislamika.com/dinasti-abbasiyah-15-abdullah-abu-al-abbas-as-saffah-2/
11
https://ganaislamika.com/dinasti-abbasiyah-9-menunggangi-revolusi-8/
7
yang pro dan kontra dengan sosok ini. 12 Pendapat yang pro mengatakan bahwa dia
manusia bebas dan berasal dari keturunan orang mulia. Sedang yang kontra
menyebut asal usulnya dari seorang budak dari Isa bin Ma’gil al-‘Ijli. Isa lalu
menjualnya pada Bukhair bin Mahan dengan harga 400 dirham.13 Dan dalam suatu
riwayat menerangkan, yaitu Baihaqi meriwayatkan dari Hakim dengan sanadnya,
bahwa Abdullah bin Mubarak ditanya mengenai Abu Muslim, manakah yang
lebih baik: Abu Muslim atau Hajjaj? Dia menjawab, "Aku tidak mengatakan
bahwa Abu Muslim lebih baik dari siapapun, hanya saja al-Hajjaj lebih buruk
darinya; sebagian orang mengatakan dia Islam, yang lain menuduhnya zindiq,
hanya saja aku tidak melihat dalam diri Abu Muslim al-Khurasani apa yang
mereka tuduhkan. Bahkan sebaliknya, Abu Muslim adalah orang yang sangat
takut kepada Allah terhadap dosa-dosanya, dan ia mengaku telah bertaubat atas
pertumpahan darah yang dilakukannya pada saat menegakkan Daulah Abbasiyah.
Hanya Allah Yang lebih Mengetahui tentang urusannya."14
12
Huzaifa Aliyu Jangebe, The Legendary Hero of Abbasid Propaganda, IOSR Journal Of
Humanities And Social Science (IOSR-JHSS) Volume 19, Issue 1, Ver. III (Jan. 2014), PP 05-13
e-ISSN: 2279-0837, p-ISSN: 2279-0845. www.iosrjournals.org
13The History of al-Tabari, Vol. XXVI., The Waning of the Umayyad Caliphate, Translated by Carole Hillenbrand, State University of New York Press,
8
oleh leluhur mereka terdahulu yang juga telah memakan banyak korban dengan
banyaknya darah tertumpah dibuktikan dengan catatan sejarah atas upaya
pembasmian keturunan Bani Umayyah sampai ke akar-akarnya yaitu dengan
membunuh semua anggota keluarga Bani Umayyah yang ada di kota Basrah dan
menggantungkan jasad-jasad mereka dengan lidah-lidah mereka, kemudian
membuang mereka di jalan-jalan kota itu untuk makanan anjing-anjing. Demikian
pula yang mereka lakukan terhadap Bani Umayyah di Mekah dan Madinah.15
15
Ibid, hal. 228
9
Gambar 3. Denah pembangunan Ibukota Baghdad “Round City”16
Sang Khalifah tercatat, juga ikut mengarungi sungai Tigris untuk mencari
lokasi yang cocok yang akan dijadikan ibukota baru khilafah, termasuk juga
dalam mendesain tata kotanya. Pemilian wlayah di sekitar sungai Tigris yang
kelak juga mampu menghubung terhubung e sungai Eufrat, bukan tanpa alasan,
Sang Khalifah memperkirakan bahwa nanti kota ini mam[u menjadi sat bisnis dan
sekaligus menjadi pusat peradaban.
16
Guy Le Strange, (1900). Baghdad during The Abbasid Chaliphate from contemporary Arabic
and Persian. Oxford : Clendon Pess, Map 2
10
Gambar 4. Rekonstruksi Baghdad 762 – 912 M17
Pembangunan Baghdad selesai dalam 4 tahun, yaitu pada tahun 766. Ahmad
bin Abi Yaqubi, penulis kitab Al Buldan ( The book of Countries) memperkirakan
pembangunannya melibatkan ratusan ribu pekerja. Yang kemudian setelah itu
kota Baghdad terbagi menjadi 4 distrik besar yang dipisahkan oleh 4 gerbang
utama, masing-masing terhubung pada masjid besar di pusat kota lengkap dengan
istana Khalifah. Sebagai kota elingkar yang ruangannya terbatas, maka bebrapa
renovasi dilakukan unutk menjawab kebutuhan penduduk yang semakin
bertambah, seperti halnya kompleks perumahan dan pasar di luar tembok. Selain
untuk berbisnis tujuan para pendatang kota tesrsebut ialah belajar bahasa Arab,
pada saat itu bahasa Arab sebagai lingua franca ( bahasa pergaulan yang dapat
17
Wiliam Muir (1883), “ The Caliphate: It’s Rise, Decline, and fall from original sources’
dicetak ulang 1924, halaman 464
https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fliterasiislam.com
18
%2Fmembayangkan-kemajuan-baghdad-di-masa-khilafah
11
menyatukan antar bangsa dengan latar belakang yang berbeda, layaknya bahasa
Inggris untuk masa kini).
Pada tahun 148 H, semua kerajaan kecil telah berada di bawah kendali Al-
Manshur. Saat itulah dia menjadi pemimpin yang disegani dan menebarkan
kharisme yang luar biasa. Kota-kota besar tunduk di bawah kekuasaannya, dan
menyatakan kesetiaannya. Tidak ada wilayah Islam yang memisahkan diri,
kecuali Andalusia yang ketika itu dikuasai oleh Dinasti Umayyah II yang didirkan
Abdurrahman bin Mu’awiyah. Namun Abdurrahman dan keturunannya tidak
pernah menyebut dirinya Amirul Muknimin, melainkan “Amir” saja. Layaknya
panggilan gubernur di wilayah.20
19
Sumber:https://web.facebook.com/1737467389683658/photos/pcb.1865113516919044/186511
2900252439/?type=3&theater
20
Ibid
12
hadist Rasulullah Saw, pengumpulan khazanah Islam, serta membuat standar
acuan pemikiran Islam di bidang fiqih dan tafsir. Kebijakan ini didorong oleh
maraknya paham-paham baru yang dianggap sesat oleh khalifah, dan dirasa
mengancam otentisitas agama.
Salah satu yang cukup terkenal, adalah lahirnya sekte Rawandiyah yang
menganuh paham reinkarnasi. Sekte ini berhasil ditumpas oleh Al-Manshur.
Namun yang kemudian terjadi, justru semakin banyak bermunculan pemikiran
menyimpang dari tuntunan Al-Quran dan al Sunnah. Akibatnya, menurut al
Maududi, kejahatan merajarela. Dampaknya tidak hanya pada penyebarluasan
kerusakan akhlaq atau akidah saja, tapi juga berhasil mencabik-cabik persatuan
masyarakat dan negara Islam sehingga mejadi terpecah berkeping-keping.21
Dengan kata lain, pada masa ini ilmu-ilmu keislaman berkembang pesat.
Bahasan-bahasan tentang bahasa Arab mulai dibukukan, demikian pula sejarah
dan kehidupan bangsa-bangsa. Sebelum masa ini, para imam/ulama bicara tentang
21
Abul A’la Al-Maududi, “Khalifah dan Kerajaan; Konsep Pemerintahan Islam serta Studi Kritis
terhadap ‘Kerajaan’ Bani Umayyah dan Abbasiyah.” Bandung, Kharisma, 2007, hal. 236
22
Imam As-Suyuthi, Tarikh Khulafa’; Sejarah Para Khalifah, Jakarta, Qisthi Press, 2017, hal.
282
13
ilmu berdasarkan hafalan di kepala mereka dan melihat ilmu dari mushaf-mushaf
yang berlum terstruktur.23
14
beradab, Imam As-Suyuthi menyatakan, “Al-Manshur adalah orang pertama yang
memicu fitnah antara golongan Abbasiyah dan Alawiyah, padahal sebelumnya
mereka hidup dengan rukun. Al-Manshur telah menyiksa sejumlah besar ulama
yang menyertai Muhammad dan Ibrahim dalam pemberontakannya. Sebagian di
antara mereka ada yang dibunuh dan ada yang di siksa, diantaranya Abu Hanifah
(pendiri Mahzab Hanafi), Abdul Hamid bin Ja’far, dan Ibnu Ajian.” 26. Bahkan di
akhir-akhir masa pemerintahannya, sekitar tahun 158 H, Al-Manshur masih
sempat menginstruksikan kepada pejabatnya di Mekkah untuk memenjarakan
Sufyan Ats-Tsauri dan Abbas bin Katsir. Keputusan apa yang akan dilakukan
kepada kedua orang ulama itu, masih menunggu Al-Manshur tiba di Mekkah.
Ketika itu adalah musim haji. Orang-orang khawatir kedua ulama itu akan
dibunuh oleh Al-Manshur sembari menunaikan ibadah haji. Tapi rupanya Allah
SWT tidak memberi kesempatan pada Al-Manshur untuk sampai ke Mekkah.
Karena dia keburu wafat dalam perjalanan.27
26
Imam As-Suyuthi, Tarikh Khulafa’; Sejarah Para Khalifah, Jakarta, Qisthi Press, 2017, hal. 283 5
27
https://ganaislamika.com/dinasti-abbasiyah-20-abdullah-abu-jafar-al-manshur-5/
28
Eamonn Gaeron, Op Cit, hal. 762-813
15
Kemudian, telah sampai lah dinasti Abbbasiyah pada masa kejayaannya,
dari berbagai sumber sejarah banyak menyatakan bahwa pada masa pemerintahan
Khalifah Harun Al Rasyid masa kejayaan itu bermula yang kemudian dicapai
puncaknya pada mas Al Ma’mun. Harun Al Rasyid naik tahta pada malam Jum’at,
16 Rabiul Awal 170 H/ September 786 M. Ketika itu usianya masih sekitar 21
tahun. Dia lahir di Rayy (Iran sekarang) pada 1 Muharram 149 H/ 16 Februari 766
M.29 Setelah selesai dengan urusan legitimasinya, Harun kemudian langsung
bekerja merestrukturisasi negara secara keseluruhan. Hampir semuanya dia susun
ulang agar kompatibel dengan keinginannya. Batas-batas propinsi, kembali diatur
ulang dan dibuat lebih tegas teritorinya. Kemudian dia juga membentuk propinsi-
propinsi baru, dan juga membagi-bagi kawasan berdasarkan karakternya secara
detail.30 Secara umum, bisa dikatakan bahwa pada masa pemerintahan Harun
inilah Abbasiyah benar-benar beroperasi sebagai negara secara utuh.
30
Salah satunya adalah wilayah perbatasan antara Binzantium dengan Jazirah Arabia
(mungkin di sekitar Asia Kecil sekarang). Oleh Harun Al-Rasyid, wilayah ini dijadikan satu
sistem administratif tersendiri yang diberi nama al-‘awasim. Lihat, The History of al-Tabari,
VOLUME XXX, The Abbasid Caliphate in Equilibrium, translated and annotated by C. E.
Bosworth, State University of New York Press, 1995, hal. 99
31
Imam As-Suyuthi, Tarikh Khulafa’; Sejarah Para Khalifah, (Jakarta, Qisthi Press, 2017),
hal. 302
16
dengan Kekaisaran Carolingian. Catatan Eropa bahkan menyebutkan bahwa
Charlemagne pernah mendapat hadiah yang luar biasa dari Raja Persia yang
bernama Aroon. Hadiah tersebut mencakup kain-kain yang bagus, wewangian,
dan gajah.32
. Sumber gambar: https://muslimheritage.com/journey-of-automatic-machines/
32
Ibid
17
Di masa pemerintahan Harun Al-Rasyid, Dinasti Abbasiyah mulai
memasuki era keemasaannya. Penulisan buku-buku dari seluruh dunia makin
digalakkan, sehingga tradisi intelektual berkembang pesat. Kota Baghdad pun
berkembang menjadi metropolitan paling besar di dunia. Beberapa faktor yang
mendorong lahirnya era keemasan tersebut di antaranya adalah meningkatnya
gairah intektual kaum Muslimin. Meskipun agak sulit memastikan secara rinci
faktor-faktor apa saja yang memicu lahirnya gairah intelektual yang besar
tersebut. Tapi beberapa sejawan menilai adanya fenomena ini tidak lepas dari
peran para khalifah Abbasiyah yang sangat menggandrungi ilmu pengetahuan.
Imam Suyuthi mengabarkan betapa Harun juga mencintai para ulama, gemar
bersedekah, dan taat beribadah. Dikabarkan dia salat sunnah seratus rakaat setiap
hari. Orangnya tinggi dan kulitnya putih. Rajin membaca shalawat setiap
mendengar nama Rasulullah disebutkan.33
33
Nadirsyah Hosen, Khalifah Harun Ar-Rasyid: Masa Keemasan Abbasiyah,
https://geotimes.co.id/kolom/politik/khalifah-harun-ar-rasyid-masa-keemasan-abbasiyah/
18
Gambar 7. Bait Al Hikmah
Sumber : https://www.google.com/alfurqanbanjarmasin.id/bait-al-hikmah-mata-air-ilmu-
pengetahuan-masa-keemasan-islam
19
didirikan berkat adanya usaha dan bantuan dari orangorang yang memegang
kepemimpinan dalam pemerintahan. Sejak 815 M al-Makmun mengembangkan
lembaga ini dan diubah namanya menjadi Baitul Hikmah.
20
Baitul Hikmah juga berperan sebagai perpustakaan dan pusat pendidikan.
Karena pada masa perkembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam, buku
mempunyai nilai yang sangat tinggi. Buku merupakan sumber informasi berbagai
macam ilmu pengetahuan yang ada dan telah dikembangkan oleh ahlinya. Orang
dengan mudah dapat belajar dan mengajarkan ilmu pengetahuan yang telah
tertulis dalam buku. Dengan demikian buku merupakan sarana utama dalam usaha
pengembangan dan penyebaran ilmu pengetahuan.34 Sehingga Baitul Hikmah
selain menjadi lembaga penerjemahan juga sebagai perpustakaan yang
mengoleksi banyak buku. Pada masa ini berkembang berbagai macam ilmu
pengetahuan, baik itu pengetahuan umum ataupun agama seperti Al-Qur’an,
Qiraat, Fiqh, Tafsir, Hadist, Kalam Bahasa dan Sastra.
34
(Zuhairi dkk, 1992. Hal. 112)
35
(Ali Mufrodi, 1997. Hal.67)
21
Beberapa bukti catatan sejarah bahwa majunya peradaban Islam yang semakin
maju, ditandai berkembangnya pencapaian – pencapaian yang telah ada di
berbagai aspek kehidupan masyarakat :
22
b. Ilmu Perbintangan ( Astronomi )
Abu Masy’ur Al Falaki, karyanya adalah Isbat’ul Ulum dan
Haiatul Falaq.
Jabir Al Batani, pencipta teropong bintang yang pertama, karya
yang terkenal adalah Kitabul Ma’rifatil Matlil – Buruj Baina
Arba’il Falaq.
Raihan Al Biruni, karya yang terkenal adalah at-Tahfim li awa’ili
Sina’atit-Tanjim36
c. Ilmu Pasti/ Matematika (Riyadiyat)
Sabit bin Qurrah al Hirany, karyanya yang terkenal adalah Hisabul
Ahliyyah.
Abdul Wafa Muhammad bin Muhammad bin Ismail bin Abbas,
karyanya yang terkenal ialah Ma Yahtaju Ilaihi Ummat Wal Kuttab
min Sinatil-hisab.
Al Khawarijmi, tokoh matematika yang mengarang buku al Jabar.
Umar Khayam, karyanya tentang Al Jabar yang bejudul Treatise
on al-Gebra telah diterjemahkan oleh F Woepcke ke dalam bahasa
Perancis (1857 M). Karya Umar Khayam lebih maju daripada Al
Jabar karya Euklides dan Al Khawarizmi.
d. Ilmu farmasi dan Kimia
Salah satu ahli farmasi adalah ibn Baitar, karyanya yang terkenal adalah
Al Mugni, Jami’ Mufratil Adwiyyah, Wa Agziyah dan Mizani Tabib.
Adapun dibidang Kimia adalah Abu Bakar Ar Razi dan Abu Musa Ya’far
Al Kufi.
e. Ilmu Filsafat
Tokoh-tokoh fi lsafat Islam antara lain; Al Kindi (805-873), Al Farabi
(872-950 M), dengan karyanya Ar Ra’yu Ahlul Madinah Al Fadilah, Ibnu
Sina (980-1036 M), Al Ghazali (450-505 M) dengan karya Tah Afut Al
Falasifat, Ibnu Rusyid dan lain-lain.
36
(Abbas Wahid, 2009. Hal.78)
23
f. Ilmu Sejarah
Ahli Sejarah yang lahir pada masa itu adalah Abu Ismail al Azdi, dengan
karyanya yang berjudul, Futuhusy Syam , Al Waqidy dengan Karya Al
Magazi, Ibn Sa’ad dengan karyanya at Tabaqul Kubra, dan Ibn Hisyam
dengan karyanya Sirah Ibn Hisyam .
g. Ilmu Geografi
Tokohnya ialah Ibnu Khazdarbah dengan karyanya Kitabul Masalaik wal
Mamalik, Ibnu Haik dengan karyanya Kitabus Sifati Jaziratil – Arab dan
Kitabul Iklim, Ibn Fadlan dengan karyanya Rihlah Ibnu fadlan37
h. Ilmu Tafsir
Pada masa itu berkembang 2 macam tafsir dengan tokoh-tokohnya :
Tafsir bil Ma’tsur ( Penafsiran Al Qur’an oleh Al Qur’an atau
Hadist Nabi ) diantar tokohnya adalah Ibnu Jarir At Tabari, Ibnu
Atiyah al Andalusy, Muhammad Ibn Ishak dan lain-lain.
Tafsir bir Ra’yi ( dengan akal dan pikiran), daintara tokohnya
adalah Abu Baar ‘Asam, Abu Muslim Muhammad bin Bahr, Ibnu
Juru As Asadi dan lain – lain
i. Ilmu Kalam
Ilmu Kalam lahir karena dua faktoryaitu musuh Islam ingin melumpuhkan
Islam dengan fi lsafat dan semua masalah termasuk agama berkisar pada akal
dan ilmu. Diantara tokohnya adalah Wasil ibn Atho’, Abu hasan Al Asy’ari,
Imam Ghazali dan lain-lain.
37
(Abbas Wahid, 2009. Hal. 78)
24
j. Ilmu Tasawuf
Diantara tokohnya adalah Al Qusairy dengan karyanya Risalatul
Qusairiyah dan Al Ghazali dengan Ihya’ Ulumuddin.
k. . Ilmu bahasa
Pada masa itu kota Basrah dan kuffah menjadi pusat kegiatan bahasa
Diantara tokohnya ialah Sibawaih, AL Kisai dan Abu Zakariya al Farra.
l. Ilmu Fiqh
Berawal dari itu zaman pemerintahan Abbasiyah awal melahirkan 4 Imam
Madzhab Fiqh, yaitu Imam Hanafi, Imam Malik, Imam Syafi’I, Imam
Hanbali juga melahirkan Ilmu Tafsir al-Quran dan pemisahnya dari Ilmu
Hadits. Sebelumnya, belum terdapat penafsiran seluruh al-Quran, yang ada
hanyalah Tafsir bagi sebagian ayat dari berbagai surah, yang dibuat untuk
tujuan tertentu. 38
38
(Syalab, hal.122)
25
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dinasti Abbasyiah merupakan masa pemerintahan umat islam yang
merupakan masa keemasan dan kejayaan dari peradaban uumat islam yang
pernah ada. Dinamakan khilafah bani Abbasiyah karena para pendiri dan
penguasanya adalah keturunan Al Abbas paman Nabi Muhammad
SAW.Dinasti ini didirikan oleh Abdullah As-Saffah ibn Muhammad ibn Ali
ibn Abdullah ibn Abbas. Pada zaman Abbasiyah konsep kekhalifahan
cenderung berkembang sebagai sistem politik turun-menurun seperti daulah
sebelumnya. Kekayaan negara melimpah dan kesejahteraan rakyat sangat
tinggi. Pusat peradaban Iislam mengalami kemajuan yang pesat sehingga
pada masa ini banyak muncul para tokoh ilmuan dari kalangan umat islam.
Pusat peradaban islam mengalami kemajuan yang pesat sehingga pada masa
ini banyak muncul para tokoh ilmuan dari kalangan umat islam, baik itu dalam
bidang agama, bidang umum dan bidang ekonomi dan juga melahirkan tokoh-
tokoh dibidang ilmu masing-masing.
Sekalipun hampir di setiap pergantian khalifah pasti ada konflik bahkan
sampai perang saudara. Namun, semasa Dinasti Abbasiyah lah peradaban
Islam mengalami kejayaan, semua karena kebiasaan masyarakat yang gemar
akan pengetahuan dan sering menerjemahkan dari berbagai kitab dan hal ini
support penuh oleh pemerintah terbukti dengan dibangunnya Bait Al Hikmah,
Indikasi lain mengenai kemajuan peradaban terbukti dengan adanya gambar
denah kota Baghdad yang menakjubkan sebagai ibu kota Diansti Abbasiyah
saat itu.
26
DAFTAR PUSTAKA
Syed Ameer Ali, The Spirit Of Islam or The Life and Teaching of Mohammed,
Calcutta, S.K. Lahiri & Co, 1902,
The History of Al Tabari, Vol,XXVII, The Abbasid Revolution, State University of
New York, 1990
Huzaifa Aliyu Jangebe, The Legendary Hero of Abbasid Propaganda, IOSR
Journal Of Humanities And Social Science (IOSR-JHSS) Volume 19, Issue 1, Ver.
III (Jan. 2014),
Guy Le Strange, (1900). Baghdad during The Abbasid Chaliphate from
contemporary Arabic and Persian. Oxford : Clendon Pess, Map 2
Wiliam Muir (1883), “ The Caliphate: It’s Rise, Decline, and fall from original
sources’ dicetak ulang 1924
Abul A’la Al-Maududi, “Khalifah dan Kerajaan; Konsep Pemerintahan Islam
serta Studi Kritis terhadap ‘Kerajaan’ Bani Umayyah dan Abbasiyah.” Bandung,
Kharisma, 2007,
Imam As-Suyuthi, Tarikh Khulafa’; Sejarah Para Khalifah, Jakarta, Qisthi Press,
2017
Abul A’la Al-Maududi, Op Cit,
Imam As-Suyuthi, Op Cit,
Imam As-Suyuthi, Tarikh Khulafa’; Sejarah Para Khalifah, Jakarta, Qisthi Press,
2017
Eamonn Gaeron, Op Cit,
The History of al-Tabari, VOLUME XXX, The Abbasid Caliphate in Equilibrium,
translated and annotated by C. E. Bosworth, State University of New York Press, 1995
The History of al-Tabari, VOLUME XXX, The Abbasid Caliphate in Equilibrium,
translated and annotated by C. E. Bosworth, State University of New York Press, 1995,
Ibid
Nadirsyah Hosen, Khalifah Harun Ar-Rasyid: Masa Keemasan Abbasiyah,
https://geotimes.co.id/kolom/politik/khalifah-harun-ar-rasyid-masa-keemasan-
abbasiyah/
27
https://www.google.com/alfurqanbanjarmasin.id/bait-al-hikmah-mata-air-ilmu-
pengetahuan-masa-keemasan-islam
https://www.google.com/alfurqanbanjarmasin.id/bait-al-hikmah-mata-air-ilmu-
pengetahuan-masa-keemasan-islam
https://ganaislamika.com/dinasti-abbasiyah/
https://web.facebook.com/1737467389683658/photos/pcb.1865113516919044/18
65112900252439/?type=3&theater
https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fliterasiislam.com
%2Fmembayangkan-kemajuan-baghdad-di-masa-khilafah
https://brainly.
co.id/tugas/30318124
https://makalahnih.blogspot.com/2014/07/dinasti-abbasiyah.html
https://habibollah1972.wordpress.com/2013/08/30/kekuasaan-masa-setelah-
khulafaur-rasyidin
28