Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

“ KEBUDAYAAN DAN PERADABAN ISLAM PADA MASA


PEMERINTAHAN DINASTI ABBASIYAH “
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Sejarah Peradaban Islam Klasik, Tengah, dan Modern

Dosen Pengampu : Putut Waskito, S. PdI, M. PdI

Disusun oleh :

Kelompok 5

1. FATHURRAHMAN 202017012703
2. MIFTACHUL UMAM 202017012709
3. YAN ADHI WIKARSA 202017012721

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM ( STAI ) MADIUN


FAKULTAS TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Tahun Akademik 2020 / 2021


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabaraktuh

Segala puji kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat serta karunia -Nya kami
dapat menyelesaikan makalah “KEBUDAYAAN DAN PERADABAN

ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN DINASTI ABBASIYAH


“ dan dengan nikmat-Nya maka sempurnalah segala kebaikan. Shalawat dan
salam semoga terlimpah selalu kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW,
pemimpin para makhluk, dan kepada keluarganya yang suci serta segenap para
sahabat, yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran
agama Islam yang sempurna dan menjadi anugerah serta rahmat bagi seluruh
alam.

Pada kesempatan ini, kami ingin menyampaikan banyak terimakasih kepada


berbagai pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini terutama
kepada Bapak Putut Waskito,S.PdI, M.PdI , selaku dosen pengampu mata kuliah
SEJARAH PERADABAN ISLAM KLASIK, PERTENGAHAN, DAN MODERN
beserta teman-teman yang telah memberikan dukungannya yang begitu besar.
Semoga semua ini dapat menuntun pada langkah yang lebih baik lagi.

Kami menyadari kemungkinan adanya kekurangan ataupun kesalahan dalam


penyusunan makalah ini dan jauh dari kesempurnaan baik isi maupun bentuk
penulisannya, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun, agar makalah ini dapat lebih baik lagi.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Madiun, 7 Juni 2021

Penyusun

Tim Kelompok 5

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul............................................................................................................................i

KATA PENGANTAR................................................................................................................ii

DAFTAR ISI...............................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Sejarah berdirinya daulah Bani Abbasiyah dan peran penting Ahlul


Bayt dalam revolusi Abbasiyah.....................................................................................3
B. Kondisi kebudayaan daulah Bani Abbasiyah sebagai upaya
megembangkan peradaban Islam.................................................................................8
C. Kebudayaan dan kebiasaam yang mengantarkan dinasti Bani
Abbasiyah pada masa kejayaan juga pusat peradaban Islam...................................16

BAB III PENUTUP

Kesimpulan............................................................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................27

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peradaban Islam sebetulnya sudah mulai di bangun oleh Nabi Muhammad


Shalallahu'alahi wasallam, ketika berhasil merumuskan masyarakat Madani dan
piagam Madinah.  Kemudian dilanjutkan oleh Khulafaur Rasyidin (Abu Bakar,
Umar Ibn Khatab, Ustman Ibn Affan dan Ali Ibn Thalib). Pada masa itu umat
islam telah mencapai pusat kemuliaan. Baik dalam bidang ekonomi, peradaban
dan kekuasaan. Selain itu juga telah berkembang berbagai macam cabang ilmu
pengetahuan pasca meninggalnya Ali dan naiknya Muawiyah ( Dinasti Bani
Umayyah ), sistem pemerintahan dalam Islam berubah dratis dari sistem
kekhilafahan ke Monarkhi Absolut. Monarkhi Absolut di buktikan dengan di
pilihnya Yazid sebagai putra mahkota, kemudian mengangkat dirinya sebagai
Kholifah fi Allah.

Dinasti Abbasyiah merupakan dinasti islam yang paling berhasil dalam


mengembangkan peradaban islam. Pemerintahan dinasti ini sangat peduli dalam
upaya pengembangan fasilitas untuk kepentingan tersebut, pengembangan pusa-
pusat riset dan terjemah seerti Baitu Hikam, majlis munadzarah, dan pusat studi
lainnya. 

Dalam makalah ini berisi tentang hasil diskusi kelompok kami dari
berbagai referensi, tentang awal mula berdirinya Daulah Abbasyiah melalui
revolusi terhadap Dinasti Bani Umayyah dan peran para Ahlul Bayt ,kemudian
bagaimana kondisi kebudayaan saat itu sebagai upaya mengembangkan peradaban
Islam, juga kebudayaan dan kebiasaan sehingga mengantarkan dinasti Abbasiyah
pada masa kejayaan.

1
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah awal mula berdirinya dinasti Abbasiyah dan apa

peran penting parsa Ahlul Bayt ?

2. Bagaimana kondisi kebudayaan pada saat pemerintahan dinasti bani

Abbasiyah dalam upaya pengembangan peradaban islam ?

3. . Bagaimana kondisi kebudayaan dan kebiasaan warga masyarakat dinasti

bani Abbasiyah yang dapat menghantarkan pada puncak kejayaan ?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui sejarah awal mula berdirinya dinasti Abbasiyah dan apa peran
penting parsa Ahlul Bayt.

2. Mengetahui kondisi kebudayaan warga masyarakat pada pemerintahan


dinasti Abbasiyah dalam upaya pengembangan peradaban Islam.

3. Mengetahui kondisi kebudayaan dan kebiasaan warga masyarakat dinasti


bani Abbasiyah yang dapat menghantarkan pada puncak kejayaannya.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Berdirinya Kekhalifahan Daulah Bani Abbasiyah dan Peran


Penting Ahlul Bayt Dalam Revolusi Abbasiyah

Gambar 1 peta wilayah Daulah Abbasiyah.

Kekhalifahan Abbasiyah atau Bani Abbasiyah sejatinya ialah suatu gerakan


revolusioner terhadap pemerintahan Bani Umayyah karena cenderung
mengucilkan keberadaan para Ahlul Bayt yang merasa lebih sah untuk memegang
kepemimpinan kaum muslimin. Dan Bani Abbasiyah pula merupakan
kekhalifahan Islam setelah Daulah Bani Umayyah. sebagai pusat pemerintahan
berada di kota Baghdad, Irak. Sebetulnya Bani Abbas telah mulai melakukan
upaya perebutan kekuasaan sejak masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz berkuasa
(717-720 M). Khalifah itu dikenal memberikan toleransi kepada berbagai kegiatan
keluarga Syiah. Keturunan Bani Hasyim dan Bani Abbas yang ditindas oleh
Daulah Umayyah bergerak mencari jalan bebas, dimana mereka mendirikan
gerakan rahasia untuk menumbangkan Daulah Umayyah dan membangun Daulah
Abbasiyah. Di bawah pimpinan Imam mereka Muhammad bin Ali Al-Abbasy
mereka bergerak dalam dua fase, yaitu fase sangat rahasia dan fase terang-
terangan dan pertempuran. Selama Imam Muhammad masih hidup gerakan

3
dilakukan sangat rahasia.Propaganda dikirim ke seluruh pelosok negara, dan
mendapat pengikut yang banyak, terutama dari golongan-golongan yang merasa
ditindas, bahkan juga dari golongan-golongan yang pada mulanya mendukung
pemerintahan Daulah Bani Umayyah.1 Dan penting untuk diketahui bahwa Imam
Muhammad bin Ali Al - Abbasy merupakan cucu dari sahabat sekaligus sepupu
Rasulullah SAW Abdullah Ibn Abbas r.a. dengan demikian, ia merupakan
keturunan keempat dari Abdul Muthalib.

Gambar 2. Silsilah Baini Abbasiyah


Sumber : https://habibollah1972.wordpress.com/2013/08/30/kekuasaan-masa-setelah-
khulafaur-rasyidin

Pada tahun 124 H, Muhammad bin Ali meninggal dunia. Tapi sebelum
kematiannya, dia menitipkan pesan pada para pengikutnya, bahwa yang
menggantikan dia sebagai Imam secara berturut-turut adalah putra-putranya,

1
https://makalahnih.blogspot.com/2014/07/dinasti-abbasiyah.html

4
yaitu: Ibrahim, Abdullah Abu Al Abbas (kelak bergelar As Saffah), dan Abdullah
Abu Ja’far (kelak bergelar Al Mansyur).2

Singkat cerita, sepeninggal Muhammad bin Ali (pemimpin gerakan revolusi


pertma) dan Ibrahim (pemimpin gerakan revolusi kedua, putra Muhammad bin
Ali), dilantiklah Abu al Abbas As-Saffah yang kemudian langsung menunjuk
anggota keluarganya menduduki posisi-posisi penting dalam pemerintahan. Dia
lalu memilih beberapa jenderal yang ditugaskan untuk menaklukkan dan
menguasai sejumlah wilayah, mulai dari Mesir, Irak, Suriah, Hijaz, dan semua
wilayah kekuasaan Bani Umayyah. Adapun Abu Muslim al Khurasani, ditetapkan
sebagai gubernur Khurasan, sekaligus penasehat utama Abu al Abbas As Shaffah.3

Lalu As-Saffah segera bertanya pada para pengikutnya, “siapa di antara


kerabat ku yang berani maju menantang Marwan?” kemudian muncul Abdullah
bin Ali Said yang menyanggupinya. Lalu As-Saffah mendoakannya dan
merestuinya untuk maju.4 Pada awal Januari 750 M, kedua pasukan bertemu di
tepi sungai Zab. Inilah perang terakhir dan paling menentukan antara dua
kekuatan terbesar dalam dunia Islam kala itu. Marwan bin Muhammad adalah
khalifah, sekaligus jenderal perang kenamaan, yang saat itu sudah kehilangan
kekuataannya hampir di seluruh dunia. Melawan Abdullah bin Ali, seorang
jenderal dari sebuah kekuatan revolusioner yang sedang naik daun.

Tak ayal, perang besar pun berkecamuk. Hingga akhirnya, pasukan Marwan
II kehilangan kedisiplinan, dan dengan mudah dihancurkan oleh pasukan
Abdullah bin Ali. Hingga akhirnya, dia berhasil ditangkap di Mesir oleh panglima
Abbasiyah bernama Shalih bin Ali bin Abdullah bin Abbas bin Abdul Muthalib.
Marwan II kemudian hukum mati. Kepalanya dipenggal, lalu dikirim kepada As-
Saffah di Kufah. Marwan bin Muhammad wafat pada tahun 132 H atau 750 M
dalam usia 62 tahun. Dengan terbunuhnya Marwan, maka berakhir pula
2
Syed Ameer Ali, The Spirit of Islam or The Life and Teachings of Mohammed, Calcutta, S.K.
Lahiri & Co, 1902, hal. 231

3
Ibid

4
The History of al-Tabari, Vol. XXVII., The `Abbasid Revolution, Translated by John Alden
Williams, State University of New York Press, 1990. Hal. 162

5
kekuasaan Bani Umayyah yang sudah berlangsung selama 90 tahun, sejak di
deklarasikan oleh Muawiyah bin Abu Sufyan pada 660 M. Di sisi lain, tewasnya
Marwan II menandai dimulainya sebuah era baru kepemimpinan Islam di bawah
Dinasti Abbasiyah.5

Sebelum lebih jauh lagi, mari kita ulas dulu profil singkat dari khalifah
pertama bani Abbasiyah ini, yaitu Abdullah Abu al Abbas bin Muhammad bin Ali
bin Abdullah bin al-Abbas bin Abdul Muthalib bin Hasyim, atau lebih dikenal
dengan sebutan Abu al Abbas. Dia dilahirkan pada tahun 104 H di Al-Humaimah,
sebuah tempat di dekat Al-Baiqa’ (sekarang wilayah Suriah). Adapun ibunya,
bernama Raithah Al-Haritsiyah. Abu al Abbas tumbuh dan berkembang di Al-
Humaimah, sampai dia dibaiat sebagai Khalifah pertama Abbasiyah pada tahun
132 H/750 M, di Kufah (Irak). Imam al Suyuthi meriwayatkan isi khutbah
khalifah pertama Abbasiyah ini, sebagai berikut:

“ Setelah Allah memanggil Nabi-Nya, para sahabatnya memegang


khalifah. Namun, setelah itu Bani Harb dan Bani Marwan menunggangi
kekuasaan dengan cara kejam dan zalim. Allah membiarkan kekuasaan itu di
tangan mereka untuk beberapa waktu hingga akhirnya mereka membuat Allah
murka. Allah lalu membalas kejahatan mereka dengan perantara tangan kami.
Allah kembalikan hak kami, agar lewat tangan kamilah Dia selamatkan orang-
orang yang dipinggirkan dan dilemahkan di muka bumi. Allah menutup khalifah
ini dengan kami sebagaimana Dia membukanya. Tidak ada taufik bagi kami
sebagai Ahlul Bait, kecuali dari Allah.”

Warga Kufah sekalian, kalian adalah pelabuhan cinta kami dan rumah
idaman kasih kami. Karena itu, janganlah kalian melakukan hal-hal yang
bertentangan dengan itu, jangan pula kalian tergoda dengan tindakan para
pembangkang. Sesungguhnya, kalian adalah orang paling bahagia dengan
adanya kami di antara kalian. Kalian adalah orang paling mulia di mata kami
dan kami telah memberi jaminan pembagian harta seratus persen. Karena itu,
bersiap-siaplah, sebab aku adalah as-Saffahul Mubih (si penumpah darah yang
membolehkan) dan ats-Tsairul Mubir (si pembalas dendam yang mewujudkan
5
https://ganaislamika.com/dinasti-abbasiyah-15-abdullah-abu-al-abbas-as-saffah-2/

6
tekadnya).” Dari sinilah dia kemudian dikenal dengan julukan “As-Saffah”
(orang yang menumpahkan darah).”6

Meski terkenal mudah menumpahkan darah, As-Saffah memiliki sifat baik


yang cukup terkenal. Salah satunya adalah sifat kedermawannya. Ash-Shuli
mengatakan bahwa As-Saffah adalah seorang dermawan. Tak pernah dia menunda
apa yang telah dijanjikannya dan tak pernah dia bangkit dari duduknya sebelum
memberikan apa yang dijanjikannya.7

Abdullah bin Hasan Marrah pernah berkata kepadanya, “Aku pernah


mendengar jumlah sejuta dirham, tapi belum pernah melihatnya sama sekali.” As-
Saffah lantas memerintahkan seseorang untuk mengambil uang sejumlah itu lalu
dihamparkannya di hadapan Abdullah bin Hasan dan disuruh membawa pulang ke
rumahnya.8

Abu Al Abbas As-Saffah wafat pada tahun 136 H, akibat penyakit cacar
yang dideritanya. Dia memerintah sebagai khalifah selama empat tahun. Pada
masa ini, pusat kekuasaan Dinasti Abbasiyah terletak di Ambar. 9 Sebelum
wafatnya, As-Saffah mengangkat saudaranya, Abdullah Abu Ja’far sebagai putra
mahkota, serta mewasiatkan bahwa khalifah setelah Abu Ja’far akan diduduki
oleh paman mereka yang bernama Isa bin Musa. Abdullah Abu Ja’far bin
Muhammad kelak dikenal dengan julukan “al Mansyur”.10

Semua keberhasilan awal gerakan revolusioner yang dilakukakan oleh bani


Abbasiyah tak lepas dari peran penting Abu Muslim Al Khurasani. Inilah figur
sentral dalam drama revolusi Abbasiyah di Khurasan dan Persia. 11 Tentang asal
usul Abu Muslim, sejarawan masih cukup banyak yang berbeda pendapat.
Agaknya ini lebih dikarenakan munculnya dua pandangan yang berlawanan, yaitu

6
The History of al-Tabari, Vol. XXVII., The `Abbasid Revolution, Translated by John Alden
Williams, State University of New York Press, 1990. Hal. 154

7
mam Al Suyuthi, Op Cit, hal. 279

8
Ibid

9
Ibid, hal. 279
10
https://ganaislamika.com/dinasti-abbasiyah-15-abdullah-abu-al-abbas-as-saffah-2/
11
https://ganaislamika.com/dinasti-abbasiyah-9-menunggangi-revolusi-8/

7
yang pro dan kontra dengan sosok ini. 12 Pendapat yang pro mengatakan bahwa dia
manusia bebas dan berasal dari keturunan orang mulia. Sedang yang kontra
menyebut asal usulnya dari seorang budak dari Isa bin Ma’gil al-‘Ijli. Isa lalu
menjualnya pada Bukhair bin Mahan dengan harga 400 dirham.13 Dan dalam suatu
riwayat menerangkan, yaitu Baihaqi meriwayatkan dari Hakim dengan sanadnya,
bahwa Abdullah bin Mubarak ditanya mengenai Abu Muslim, manakah yang
lebih baik: Abu Muslim atau Hajjaj? Dia menjawab, "Aku tidak mengatakan
bahwa Abu Muslim lebih baik dari siapapun, hanya saja al-Hajjaj lebih buruk
darinya; sebagian orang mengatakan dia Islam, yang lain menuduhnya zindiq,
hanya saja aku tidak melihat dalam diri Abu Muslim al-Khurasani apa yang
mereka tuduhkan. Bahkan sebaliknya, Abu Muslim adalah orang yang sangat
takut kepada Allah terhadap dosa-dosanya, dan ia mengaku telah bertaubat atas
pertumpahan darah yang dilakukannya pada saat menegakkan Daulah Abbasiyah.
Hanya Allah Yang lebih Mengetahui tentang urusannya."14

B. Kondisi Kebudayaan Bani Abbasiyah Sebagai Upaya Mengembangkan


Peradaban Islam

Sebagaimana yang telah ketahui, dari berbagai sumber sejarah menyatakan


bahwa Daulah Bani Abbasiyah merupakan masa keemasan atau “The Golden
Age” untuk peradaban Islam. Dari beberapa khalifah yang memimpin ada 3
khalifah yang berhasil menonjol dan telah menuliskan tinta emas dalam sejarah
dunia, antara lain, yaitu : Abu Ja’far atau Al Mansyur, Harun Ar Rasyid dan Al
Makmun. Masing-masing telah memperlihatkan pada dunia bahwa peradaban
Islam memang sungguh sangat luar biasa, seolah ingin menunjukkan ke dunia
bahwa revolusi atas Daulah Bani Umayyah yang telah dilakukan

12
Huzaifa Aliyu Jangebe, The Legendary Hero of Abbasid Propaganda, IOSR Journal Of
Humanities And Social Science (IOSR-JHSS) Volume 19, Issue 1, Ver. III (Jan. 2014), PP 05-13
e-ISSN: 2279-0837, p-ISSN: 2279-0845. www.iosrjournals.org

13The History of al-Tabari, Vol. XXVI., The Waning of the Umayyad Caliphate, Translated by Carole Hillenbrand, State University of New York Press,

1990. Hal. 66-67


14
https://brainly.
co.id/tugas/30318124

8
oleh leluhur mereka terdahulu yang juga telah memakan banyak korban dengan
banyaknya darah tertumpah dibuktikan dengan catatan sejarah atas upaya
pembasmian keturunan Bani Umayyah sampai ke akar-akarnya yaitu dengan
membunuh semua anggota keluarga Bani Umayyah yang ada di kota Basrah dan
menggantungkan jasad-jasad mereka dengan lidah-lidah mereka, kemudian
membuang mereka di jalan-jalan kota itu untuk makanan anjing-anjing. Demikian
pula yang mereka lakukan terhadap Bani Umayyah di Mekah dan Madinah.15

Selain karena kebiasaaan masyarakat saat itu ialah menerjemahkan, maka


peradaban luar biasa yang telah ditunjukkan oleh Daulah bani Abbasiyah pertama
kali saat kepemimpinan Khalifah Abu Ja’far Al Mansyur dengan berhasil
memperoleh sejumlah buku dalam bahasa Yunani sebagai hadiah dari raja
Bizantium. Dan karena kecenderungan sikap rasionalis khalifah serta para
pendukungnya dari kelompok Muktazilah yang menyatakan bahwa teks-teks
keagamaan harus bersesuaian dengan nalar manusia, mendorongnya untuk
mencari pembenaran bagi pendapatnya dalam karya-karya filsafat Yunani.
Namun, orang Arab tidak memahami bahasa Yunani sehingga hanya bisa
bersandar pada terjemahan yang dibuat oleh penganut Kristen Nestorian. Orang
Kristen Nestorian dari Suriah yang berada di bawah kekua saan Abbasiyah
menguasai bahasa Yunani dan Aramaik, yaitu bahasa Semit kuno yang bertahan
di Suriah sejak zaman Yesus. Aramaik dialek Suriah disebut juga bahasa Siriak.
Karena itu, karya-karya Yunani pertama-tama diterjemahkan ke dalam bahasa
Aramaik dulu, baru kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Arab.

Kemudian pada tahun 762 M, Khalifah kedua Abbasiyah, Abu Ja’far Al


Mansur, membuat sebuah keputusan besar untuk mendirikan ibuota baru. Proyek
ini direncanakan dengan sangat teliti, mulai dari pemilihan lokasi hingga
pembangunan kota, dan sang khalifah sangat terloibat langsung dalam proyek
pembangunan ibu kota baru ini.

15
Ibid, hal. 228

9
Gambar 3. Denah pembangunan Ibukota Baghdad “Round City”16

Sang Khalifah tercatat, juga ikut mengarungi sungai Tigris untuk mencari
lokasi yang cocok yang akan dijadikan ibukota baru khilafah, termasuk juga
dalam mendesain tata kotanya. Pemilian wlayah di sekitar sungai Tigris yang
kelak juga mampu menghubung terhubung e sungai Eufrat, bukan tanpa alasan,
Sang Khalifah memperkirakan bahwa nanti kota ini mam[u menjadi sat bisnis dan
sekaligus menjadi pusat peradaban.

16
Guy Le Strange, (1900). Baghdad during The Abbasid Chaliphate from contemporary Arabic
and Persian. Oxford : Clendon Pess, Map 2

10
Gambar 4. Rekonstruksi Baghdad 762 – 912 M17

Baghdad dibangun sebagai kota melingkar dengan tiga lapis tembok


pertahanan. Al Khatib Al Baghdadi, seorang intelektual muslimyang hidup pada
abad ke-11 Masehi, mencatat bahwa tembok tertingginya menjulang hingga 24 m,
yang diapit dengan benteng-benteng dari ratusan ribu batu bata nan kokoh.18

Pembangunan Baghdad selesai dalam 4 tahun, yaitu pada tahun 766. Ahmad
bin Abi Yaqubi, penulis kitab Al Buldan ( The book of Countries) memperkirakan
pembangunannya melibatkan ratusan ribu pekerja. Yang kemudian setelah itu
kota Baghdad terbagi menjadi 4 distrik besar yang dipisahkan oleh 4 gerbang
utama, masing-masing terhubung pada masjid besar di pusat kota lengkap dengan
istana Khalifah. Sebagai kota elingkar yang ruangannya terbatas, maka bebrapa
renovasi dilakukan unutk menjawab kebutuhan penduduk yang semakin
bertambah, seperti halnya kompleks perumahan dan pasar di luar tembok. Selain
untuk berbisnis tujuan para pendatang kota tesrsebut ialah belajar bahasa Arab,
pada saat itu bahasa Arab sebagai lingua franca ( bahasa pergaulan yang dapat
17
Wiliam Muir (1883), “ The Caliphate: It’s Rise, Decline, and fall from original sources’
dicetak ulang 1924, halaman 464

https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fliterasiislam.com
18

%2Fmembayangkan-kemajuan-baghdad-di-masa-khilafah

11
menyatukan antar bangsa dengan latar belakang yang berbeda, layaknya bahasa
Inggris untuk masa kini).

Gambar 5 , Round city atau kota melingkar, Baghdad19

Pada tahun 148 H, semua kerajaan kecil telah berada di bawah kendali Al-
Manshur. Saat itulah dia menjadi pemimpin yang disegani dan menebarkan
kharisme yang luar biasa. Kota-kota besar tunduk di bawah kekuasaannya, dan
menyatakan kesetiaannya. Tidak ada wilayah Islam yang memisahkan diri,
kecuali Andalusia yang ketika itu dikuasai oleh Dinasti Umayyah II yang didirkan
Abdurrahman bin Mu’awiyah. Namun Abdurrahman dan keturunannya tidak
pernah menyebut dirinya Amirul Muknimin, melainkan “Amir” saja. Layaknya
panggilan gubernur di wilayah.20

Selain capaian-capaian besar di bidang politik, berdasarkan catatan


sejarah, pada masa pemerintahan Al-Manshur inilah dimulainya penulisan hadist-

19
Sumber:https://web.facebook.com/1737467389683658/photos/pcb.1865113516919044/186511
2900252439/?type=3&theater
20
Ibid

12
hadist Rasulullah Saw, pengumpulan khazanah Islam, serta membuat standar
acuan pemikiran Islam di bidang fiqih dan tafsir. Kebijakan ini didorong oleh
maraknya paham-paham baru yang dianggap sesat oleh khalifah, dan dirasa
mengancam otentisitas agama.

Salah satu yang cukup terkenal, adalah lahirnya sekte Rawandiyah yang
menganuh paham reinkarnasi. Sekte ini berhasil ditumpas oleh Al-Manshur.
Namun yang kemudian terjadi, justru semakin banyak bermunculan pemikiran
menyimpang dari tuntunan Al-Quran dan al Sunnah. Akibatnya, menurut al
Maududi, kejahatan merajarela. Dampaknya tidak hanya pada penyebarluasan
kerusakan akhlaq atau akidah saja, tapi juga berhasil mencabik-cabik persatuan
masyarakat dan negara Islam sehingga mejadi terpecah berkeping-keping.21

Atas dasar itu, menurut Imam as Suyuthi mengutip Adz-Dzahabi berkata,


bahwa pada tahun 143 H, para ulama memulai penulisan hadist-hadist Rasulullah,
fiqih, dan tafsir. Waktu itu Ibnu Juraij menulis di Mekkah, Malik (bin Anas) di
Madinah, Al-Auzai di Suriah, Ibnu Abi Arubah, Hammad bin Salamah, dan
koleganya menulis di Basrah, Ma’mar menulis di Yaman, Sufyan Ats-Tsauri di
Kufah. Ibnu Ishaq saat itu menulis kitab Al-Maghazi, Imam Abu Hanifah menulis
masalah fiqih. Tak lama setelah itu Hasyim, Al-Laits, dan Ibnu Lahi’ah
melakukan tindakan yang sama. Disusul oleh Ibnu Mubarak, Abu Yusuf dan Ibnu
Wahab.22

Dengan kata lain, pada masa ini ilmu-ilmu keislaman berkembang pesat.
Bahasan-bahasan tentang bahasa Arab mulai dibukukan, demikian pula sejarah
dan kehidupan bangsa-bangsa. Sebelum masa ini, para imam/ulama bicara tentang
21
Abul A’la Al-Maududi, “Khalifah dan Kerajaan; Konsep Pemerintahan Islam serta Studi Kritis
terhadap ‘Kerajaan’ Bani Umayyah dan Abbasiyah.” Bandung, Kharisma, 2007, hal. 236
22
Imam As-Suyuthi, Tarikh Khulafa’; Sejarah Para Khalifah, Jakarta, Qisthi Press, 2017, hal.
282

13
ilmu berdasarkan hafalan di kepala mereka dan melihat ilmu dari mushaf-mushaf
yang berlum terstruktur.23

Hanya memang, patut juga dipertanyakan; munculnya gairah yang luar


biasa dari para ulama tersebut, apakah benar karena adanya dorongan dari
khalifah Al-Manshur, atau justru sebagai bentuk perlawanan dari sistem yang
dikembangkan dari dalam istana sendiri? Karena sebagaimana menurut Al-
Maududi, istana khalifah Abbasiyah adalah sumber dari semua kekacauan
pemahaman agama Islam. Ketika itu, nyaris seluruh aparatur pemerintahan Al-
Manshur diisi oleh non-Arab yang menganut paham anti-Arab (Shu’ubiyah).24

Dari sini, kita bisa menduga, meningkatnya gerakan para ulama


membukukan serta mensistematisasi pokok-pokok ajaran agama, adalah bentuk
lain dari metode perlawanan terhadap prilaku penguasa dan aparaturnya. Lagi
pula, sebagaimana kemudian terjadi, para ulama-ulama terkemuka yang tadi
disebut oleh As Suyuthi umumnya dibunuh dan disiksa oleh Al-Manshur.
Diantaranya Abu Hanifah (Imam mahzab Hanafi), Abdul Hamid ibn Ja’far, Ibnu
Ajian, dan Imam Malik bin Anas (Imam Mahzab Maliki). Salah satu alasan
dihukumnya Imam Malik bin Anas, karena dia memperbolehkan pemberontakan
terhadap pemerintahan Al-Manshur. Pada saat ditanyakan kepadanya, “bukankah
kita terikat bai’at pada Al-Manshur?’ dia menjawab, “Kalian membaiatnya
dengan terpaksa dan  sumpah orang-orang yang terpaksa tidak terkena denda.”25

Di sisi lain berbarengan perkembangan dengan pembangunan yang pesat


dan terbentuknya peradaban Islam yang semakin maju, faktanya Al Manshur
bukanlah sosok pemimpin yang shalih, dibuktikan ketika dia memperlakukan
setiap lawannya atau yang berseberangan dengannya sungguh sangat tidak
23
Ibid
24
Abul A’la Al-Maududi, Op Cit, hal. 233-234
25
Imam As-Suyuthi, Op Cit, hal. 283 5

14
beradab, Imam As-Suyuthi menyatakan, “Al-Manshur adalah orang pertama yang
memicu fitnah antara golongan Abbasiyah dan Alawiyah, padahal sebelumnya
mereka hidup dengan rukun. Al-Manshur telah menyiksa sejumlah besar ulama
yang menyertai Muhammad dan Ibrahim dalam pemberontakannya. Sebagian di
antara mereka ada yang dibunuh dan ada yang di siksa, diantaranya Abu Hanifah
(pendiri Mahzab Hanafi), Abdul Hamid bin Ja’far, dan Ibnu Ajian.” 26. Bahkan di
akhir-akhir masa pemerintahannya, sekitar tahun 158 H, Al-Manshur masih
sempat menginstruksikan kepada pejabatnya di Mekkah untuk memenjarakan
Sufyan Ats-Tsauri dan Abbas bin Katsir. Keputusan apa yang akan dilakukan
kepada kedua orang ulama itu, masih menunggu Al-Manshur tiba di Mekkah.
Ketika itu adalah musim haji. Orang-orang khawatir kedua ulama itu akan
dibunuh oleh Al-Manshur sembari menunaikan ibadah haji. Tapi rupanya Allah
SWT tidak memberi kesempatan pada Al-Manshur untuk sampai ke Mekkah.
Karena dia keburu wafat dalam perjalanan.27

Meskipun begitu, dialah sebetulnya sebagai peletak dasar bentuk sistem


pemerintahan ideal mulai dibangunnya peradaban dengan bukti sudah adanya
menteri dan dengan dibangunnya Baghdad sebagai ibukota yang istimewa dari
pertahanan, arsitektur dan lain sebagainya, semua peristiwa pemberontakan atau
gejolak dalam pemerintahan Khalifah Al Manshur merupakan pelajaran penting
bagi kita. Dan dari garis keturunan Al Manshur pula lah kelak sepeningalnya
Daulah Bani Abbasiyah dipimpin. Dua diantaranya lah turut pula mengantarkan
kekhalifahan Bani Abbasiyah semakin gemilang, Maka demikianlah, jika ada satu
hal yang sangat monumental dilakukan oleh Al-Manshur selama masa
pemerintahannya, itu adalah Kota Baghdad. Menurut Eammon Gaeron, berdirinya
Kota Baghdad menandai salah satu titik balik sejarah peradaban Islam.28

C . KEBUDAYAAN DAN KEBIASAAN YANG MENGANTARKAN


DINASTI ABBASIYAH PADA MASA KEJAYAAN JUGA PUSAT
PERADABAN ISLAM.

26
Imam As-Suyuthi, Tarikh Khulafa’; Sejarah Para Khalifah, Jakarta, Qisthi Press, 2017, hal. 283 5
27
https://ganaislamika.com/dinasti-abbasiyah-20-abdullah-abu-jafar-al-manshur-5/
28
Eamonn Gaeron, Op Cit, hal. 762-813

15
Kemudian, telah sampai lah dinasti Abbbasiyah pada masa kejayaannya,
dari berbagai sumber sejarah banyak menyatakan bahwa pada masa pemerintahan
Khalifah Harun Al Rasyid masa kejayaan itu bermula yang kemudian dicapai
puncaknya pada mas Al Ma’mun. Harun Al Rasyid naik tahta pada malam Jum’at,
16 Rabiul Awal 170 H/ September 786 M. Ketika itu usianya masih sekitar 21
tahun. Dia lahir di Rayy (Iran sekarang) pada 1 Muharram 149 H/ 16 Februari 766
M.29 Setelah selesai dengan urusan legitimasinya, Harun kemudian langsung
bekerja merestrukturisasi negara secara keseluruhan. Hampir semuanya dia susun
ulang agar kompatibel dengan keinginannya. Batas-batas propinsi, kembali diatur
ulang dan dibuat lebih tegas teritorinya. Kemudian dia juga membentuk propinsi-
propinsi baru, dan juga membagi-bagi kawasan berdasarkan karakternya secara
detail.30 Secara umum, bisa dikatakan bahwa pada masa pemerintahan Harun
inilah Abbasiyah benar-benar beroperasi sebagai negara secara utuh.

Salah satu kelebihan Harun Al-Rasyid juga sangat terkenal adalah


kedermawanannya. Imam As-Suyuthi mengutip Nafthawaih berkata:”Al-Rasyid
banyak mengikuti prilaku kakeknya, Al-Manshur, kecuali dalam hal kekikiran.
Sungguh tak pernah ada seorang khalifah yang setara dengannya dalam hal
kedermawanan…” Di samping itu dia juga suka dipuji. Kalau ada yang
memujinya, dia akan mengeluarkan uang dalam jumlah besar.31

Dikisahkan oleh Philip K. Hitti, bahwa dalam hal kemakmuran dan


kemajuan peradaban, Kekaisaran Carolingian sebenarnya bukanlah tandingan
Dinasti Abbasiyah. Namun Harun Al-Rasyid melihat adanya keuntungan strategis
dari hubungan baik ini. Oleh sebab itu dia tetap berusaha menjaga hubungan
29
The History of al-Tabari, VOLUME XXX, The Abbasid Caliphate in Equilibrium, translated
and annotated by C. E. Bosworth, State University of New York Press, 1995, hal. 58

30
Salah satunya adalah wilayah perbatasan antara Binzantium dengan Jazirah Arabia
(mungkin di sekitar Asia Kecil sekarang). Oleh Harun Al-Rasyid, wilayah ini dijadikan satu
sistem administratif tersendiri yang diberi nama al-‘awasim. Lihat, The History of al-Tabari,
VOLUME XXX, The Abbasid Caliphate in Equilibrium, translated and annotated by C. E.
Bosworth, State University of New York Press, 1995, hal. 99

31
Imam As-Suyuthi, Tarikh Khulafa’; Sejarah Para Khalifah, (Jakarta, Qisthi Press, 2017),
hal. 302

16
dengan Kekaisaran Carolingian. Catatan Eropa bahkan menyebutkan bahwa
Charlemagne pernah mendapat hadiah yang luar biasa dari Raja Persia yang
bernama Aroon. Hadiah tersebut mencakup kain-kain yang bagus, wewangian,
dan gajah.32

Gambar 6, Ilustrasi ketika Charlemagne menerima jam dari Harun al-Rasyid.

. Sumber gambar: https://muslimheritage.com/journey-of-automatic-machines/

Informasi tersebut menunjukkan secara jelas nilai strategis Kekaisaran


Carolingian bagi Harun Al-Rasyid pada masa itu. Dengan mengunci pertumbuhan
Dinasti Umayyah II di Andalusia, Dinasti Abbasiyah bisa leluasa berkembang
menjadi satu-satunya penguasa di dunia Islam. Demikian juga dengan Kekaisaran
Carolingian, dengan adanya gesekan kekuatan antara Bizantium dan Dinasti
Abbasiyah di timur, dia bisa leluasa mengembangkan pengaruhnya di kawasan
Eropa. Dan sebagaimana sejarah membuktikan, bahwa Kekaisaran Carolingian
lah yang pertama-tama membentuk identitas Bangsa Eropa yang kita kenal sampai
hari ini.

32
Ibid

17
Di masa pemerintahan Harun Al-Rasyid, Dinasti Abbasiyah mulai
memasuki era keemasaannya. Penulisan buku-buku dari seluruh dunia makin
digalakkan, sehingga tradisi intelektual berkembang pesat. Kota Baghdad pun
berkembang menjadi metropolitan paling besar di dunia. Beberapa faktor yang
mendorong lahirnya era keemasan tersebut di antaranya adalah meningkatnya
gairah intektual kaum Muslimin. Meskipun agak sulit memastikan secara rinci
faktor-faktor apa saja yang memicu lahirnya gairah intelektual yang besar
tersebut. Tapi beberapa sejawan menilai adanya fenomena ini tidak lepas dari
peran para khalifah Abbasiyah yang sangat menggandrungi ilmu pengetahuan.
Imam Suyuthi mengabarkan betapa Harun juga mencintai para ulama, gemar
bersedekah, dan taat beribadah. Dikabarkan dia salat sunnah seratus rakaat setiap
hari. Orangnya tinggi dan kulitnya putih. Rajin membaca shalawat setiap
mendengar nama Rasulullah disebutkan.33

Pada era Harun Al-Rasyid, proyek penulisan dan penerjemahan buku-buku


dari seluruh dunia terus digalakan, bahkan didukung penuh oleh negara. Selama
melakukan ekspedisi militer ke sejumlah wilayah di Eropa, ternyata para khalifah
Abbasiyah tidak hanya merebut barang-barang berharga, tapi juga menggondol
buku-buku dan naskah penting karya para ilmuwan Yunani.

Dalam hal kemakmuran, pada masa pemerintahan Harun Al-Rasyid,


Baghdad – yang baru saja didirikan beberapa dekade sebelumnya oleh Al-
Manshur – berubah menjadi metropolitan paling besar di dunia. Kemegahannya
bahkan mengalahkan Bizantium Romawi. Menurut Philip K. Hitti saat itu “Kota
Baghdad menjadi kota yang tak ada bandingannya di dunia.”

33
Nadirsyah Hosen, Khalifah Harun Ar-Rasyid: Masa Keemasan Abbasiyah,
https://geotimes.co.id/kolom/politik/khalifah-harun-ar-rasyid-masa-keemasan-abbasiyah/

18
Gambar 7. Bait Al Hikmah

Sumber : https://www.google.com/alfurqanbanjarmasin.id/bait-al-hikmah-mata-air-ilmu-
pengetahuan-masa-keemasan-islam

Baitul Hikmah adalah perpustakaan dan pusat penerjemahan pada masa


dinasti Abbasiah. Baitul hikmah ini terletak di Baghdad, dan Bagdad ini dianggap
sebagai pusat intelektual dan keilmuan pada masa Zaman Kegemilangan Islam
(The golden age of Islam). Karena sejak awal berdirinya kota ini sudah menjadi
pusat peradaban dan kebangkitan ilmu pengetahuan dalam Islam. Itulah sebabnya
K. Hitti menyebut bahwa bagdad sebagai profesor masyarakat Islam.(Fatah
Syukur, 2008. Hal.123) Pada masa Abbasiyah institusi ini diperluas
penggunaannya. Baitul Hikmah, sudah dirintis oleh khalifah Harun al-Rasyid,
menjadi pusat segala kegiatan keilmuan. Pada masa Harun alRasyid institusi ini
bernama khizanah al-Hikmah (Khazanah Kebijaksanaan) yang berfungsi sebagai
sebagai perpustakaan dan pusat penelitian. Di lembaga ini baik muslim maupun
non muslim bekerja mengalih bahasakan sebagai naskah kuno dan menyusun
berbagai penjelasan.(Mahmud Yunus, 2008. Hal.86) Tujuan utama didirikannya
Baitul Hikmah adalah untuk mengumpulkan dan menyalin ilmu-ilmu pengetahuan
asing ke dalam bahasa Arab. Inilah yang menjadi awal kemajuan yang dicapai
Islam, yaitu menggenggam dunia dengan ilmu pengetahuan dan peradaban. Pada
waktu itu pula berkembang beragam disiplin ilmu pengetahuan dan peradaban
yang ditandai dengan berdirinya Baitul Hikmah sebagai pusat kajian ilmu
pengetahuan dan peradaban terbesar pada masanya. Lembaga pendidikan ini

19
didirikan berkat adanya usaha dan bantuan dari orangorang yang memegang
kepemimpinan dalam pemerintahan. Sejak 815 M al-Makmun mengembangkan
lembaga ini dan diubah namanya menjadi Baitul Hikmah.

Motif utama berdirinya lembaga Baitul Hikmah dimaksudkan untuk


menggalakkan dan mengkoordinir kegiatan pencarian dan penerjemahan karya-
karya klasik dari warisan intelektual Yunani, Persia, Mesir dan lain-lain ke dalam
bahasa Arab, khusunya umat islam. Salah seorang yang paling berperan, Hunayn
bin ishaq, mengadakan perjalanan ke Alexandria dan singgah pula di Syiria dan
Palestina untuk mencari karya-karya kuno tersebut. Faktor-faktor yang
mendorong umat Islam melakukan kegiatan penerjemah dan transfer ilmu-ilmu
kuno adalah :
1. Suasana Persaingan (prestise) antara orang-orang Arab dengan lainnya.
2. Keinginan untuk menguasai ilmu-ilmu yang belum dimiliki.
3. Dorongan ayat-ayat Al-Qur’an
4. Kemajuan ilmu pengetahuan merupakan konsekuensi dari peningkatan
kemakmuran dan kemajuan ekonomi.

Dengan berdirinya Baitul Hikmah, kegiatan pentransferan ilmu


pengetahuan menjadi lebih maju. Khalifah berhasil merekrut para sastrawan,
sejarawan dan ilmuwanilmuwan terbaiknya.

Pesatnya perkembangan lembaga Baitul Hikmah mendorong lembaga ini


untuk memperluas peranannya, bukan saja sebagai lembaga penerjemah, tetapi
juga meliputi hal-hal sebagai berikut:

1. Sebagai pusat dokumentasi dan pelayanan informasi keilmuwan bagi


masyarakat, yang antara lain ditunjukkan dengan berdirinya perpustakaan
di kota Baghdad.
2. Sebagai pusat dan forum kegiatan pengembangan keilmuan, sehingga
semua perangkat risetnya juga dilengkapi dengan observatorium
astronomi.
3. Sebagai pusat kegiatan perencanaan dan pengembangan pelaksanaan
pendidikan.

20
Baitul Hikmah juga berperan sebagai perpustakaan dan pusat pendidikan.
Karena pada masa perkembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam, buku
mempunyai nilai yang sangat tinggi. Buku merupakan sumber informasi berbagai
macam ilmu pengetahuan yang ada dan telah dikembangkan oleh ahlinya. Orang
dengan mudah dapat belajar dan mengajarkan ilmu pengetahuan yang telah
tertulis dalam buku. Dengan demikian buku merupakan sarana utama dalam usaha
pengembangan dan penyebaran ilmu pengetahuan.34 Sehingga Baitul Hikmah
selain menjadi lembaga penerjemahan juga sebagai perpustakaan yang
mengoleksi banyak buku. Pada masa ini berkembang berbagai macam ilmu
pengetahuan, baik itu pengetahuan umum ataupun agama seperti Al-Qur’an,
Qiraat, Fiqh, Tafsir, Hadist, Kalam Bahasa dan Sastra.

Disamping itu juga berkembang empat mazhab fiqih yang terkenal,


diantaranya Abu Hanifah pendiri madzhab Hanafi , Imam Maliki ibn Anas pendiri
madzhab Maliki, Muhammad ibn Idris Asy-Syafi’I pendiri Madzhab Syafi’I dan
Muhammad Ibn Hanbal pendiri madzhab Hanbali. Disamping itu berkembang
pula ilmu-ilmu umum seperti ilmu filsafat, logika, metafi sika, matematika, alam,
geometri, aritmatika, mekanika, astronomi, musik, kedokteran dan kimia. Ilmu-
ilmu umum masuk kedalam Islam melalui terjemahandi Baitul Hikmah dari
bahasa Yunani dan persia ke dalam bahasa Arab, disamping dari bahasa India.
Diantara para penerjemah yang masyhur saat itu ialah Hunain ibn Ishak, seorang
Kristen Nestorian yang banyak menerjemahkan buku-buku Yunani ke dalam
bahasa Arab. Ia terjemahkan kitab Republik dari Plato dan kitab Kategori,
Metafisika, Magna Moralia dari Aristoteles.35

34
(Zuhairi dkk, 1992. Hal. 112)
35
(Ali Mufrodi, 1997. Hal.67)

21
Beberapa bukti catatan sejarah bahwa majunya peradaban Islam yang semakin
maju, ditandai berkembangnya pencapaian – pencapaian yang telah ada di
berbagai aspek kehidupan masyarakat :

1. Bidang kebudayaan Pada masa Bani Abbassiyah berkembang corak


kebudayaan, yang berasal dari beberapa bangsa. Apa yang terjadi dalam unsur
bangsa, terjadi pula dalam unsur kebudayaan. Dalam masa sekarang ini
berkembang empat unsur kebudayaan yang mempengaruhi kehidupan
akal/rasio yaitu Kebudayaan Persia, Kebudayaan Yunani, Kebudayaan Hindia
dan Kebudayaan Arab dan berkembangnya ilmu pengetahuan.
2. Bidang ilmu pengetahuan umum Banyak lahir ilmuwan-ilmuwan besar dan
sangat berpengaruh terhadap peradaban islam., antara lain :
a. Ilmu kedokteran
 Hunain ibn Ishaq (804-874 M), terkenal sebagai dokter penyakit
mata.
 Ar Razi (809-873 M), terkenal sebagai dokter ahli penyakit cacar
dan campak. Buku karanganya dibidang kedokteran berjudul Al
Hawi.
 Ibn sina (980-1036 M), karyanya yang terkenal adalah “al Qonun
fi at-Tibb” dan dijadikan buku pedoman kedokteran bagi
universitas di negara Eropa dan negara Islam.
 Abu Marwan Abdul Malik ibn Abil’Aala ibn Zuhr (1091-1162
M), terkenal sebagai dokter ahli penyakit dalam. Karyanya yang
terkenal adalah At Taisir dan Al Iqtida.
 Ibn Rusyd (520-595 M), terkenal sebagai perintis penelitian
pembuluh darah dan penyakit cacar.

22
b. Ilmu Perbintangan ( Astronomi )
 Abu Masy’ur Al Falaki, karyanya adalah Isbat’ul Ulum dan
Haiatul Falaq.
 Jabir Al Batani, pencipta teropong bintang yang pertama, karya
yang terkenal adalah Kitabul Ma’rifatil Matlil – Buruj Baina
Arba’il Falaq.
 Raihan Al Biruni, karya yang terkenal adalah at-Tahfim li awa’ili
Sina’atit-Tanjim36
c. Ilmu Pasti/ Matematika (Riyadiyat)
 Sabit bin Qurrah al Hirany, karyanya yang terkenal adalah Hisabul
Ahliyyah.
 Abdul Wafa Muhammad bin Muhammad bin Ismail bin Abbas,
karyanya yang terkenal ialah Ma Yahtaju Ilaihi Ummat Wal Kuttab
min Sinatil-hisab.
 Al Khawarijmi, tokoh matematika yang mengarang buku al Jabar.
 Umar Khayam, karyanya tentang Al Jabar yang bejudul Treatise
on al-Gebra telah diterjemahkan oleh F Woepcke ke dalam bahasa
Perancis (1857 M). Karya Umar Khayam lebih maju daripada Al
Jabar karya Euklides dan Al Khawarizmi.
d. Ilmu farmasi dan Kimia
Salah satu ahli farmasi adalah ibn Baitar, karyanya yang terkenal adalah
Al Mugni, Jami’ Mufratil Adwiyyah, Wa Agziyah dan Mizani Tabib.
Adapun dibidang Kimia adalah Abu Bakar Ar Razi dan Abu Musa Ya’far
Al Kufi.
e. Ilmu Filsafat
Tokoh-tokoh fi lsafat Islam antara lain; Al Kindi (805-873), Al Farabi
(872-950 M), dengan karyanya Ar Ra’yu Ahlul Madinah Al Fadilah, Ibnu
Sina (980-1036 M), Al Ghazali (450-505 M) dengan karya Tah Afut Al
Falasifat, Ibnu Rusyid dan lain-lain.

36
(Abbas Wahid, 2009. Hal.78)

23
f. Ilmu Sejarah
Ahli Sejarah yang lahir pada masa itu adalah Abu Ismail al Azdi, dengan
karyanya yang berjudul, Futuhusy Syam , Al Waqidy dengan Karya Al
Magazi, Ibn Sa’ad dengan karyanya at Tabaqul Kubra, dan Ibn Hisyam
dengan karyanya Sirah Ibn Hisyam .
g. Ilmu Geografi
Tokohnya ialah Ibnu Khazdarbah dengan karyanya Kitabul Masalaik wal
Mamalik, Ibnu Haik dengan karyanya Kitabus Sifati Jaziratil – Arab dan
Kitabul Iklim, Ibn Fadlan dengan karyanya Rihlah Ibnu fadlan37
h. Ilmu Tafsir
Pada masa itu berkembang 2 macam tafsir dengan tokoh-tokohnya :
 Tafsir bil Ma’tsur ( Penafsiran Al Qur’an oleh Al Qur’an atau
Hadist Nabi ) diantar tokohnya adalah Ibnu Jarir At Tabari, Ibnu
Atiyah al Andalusy, Muhammad Ibn Ishak dan lain-lain.
 Tafsir bir Ra’yi ( dengan akal dan pikiran), daintara tokohnya
adalah Abu Baar ‘Asam, Abu Muslim Muhammad bin Bahr, Ibnu
Juru As Asadi dan lain – lain
i. Ilmu Kalam
Ilmu Kalam lahir karena dua faktoryaitu musuh Islam ingin melumpuhkan
Islam dengan fi lsafat dan semua masalah termasuk agama berkisar pada akal
dan ilmu. Diantara tokohnya adalah Wasil ibn Atho’, Abu hasan Al Asy’ari,
Imam Ghazali dan lain-lain.

37
(Abbas Wahid, 2009. Hal. 78)

24
j. Ilmu Tasawuf
Diantara tokohnya adalah Al Qusairy dengan karyanya Risalatul
Qusairiyah dan Al Ghazali dengan Ihya’ Ulumuddin.
k. . Ilmu bahasa
Pada masa itu kota Basrah dan kuffah menjadi pusat kegiatan bahasa
Diantara tokohnya ialah Sibawaih, AL Kisai dan Abu Zakariya al Farra.
l. Ilmu Fiqh
Berawal dari itu zaman pemerintahan Abbasiyah awal melahirkan 4 Imam
Madzhab Fiqh, yaitu Imam Hanafi, Imam Malik, Imam Syafi’I, Imam
Hanbali juga melahirkan Ilmu Tafsir al-Quran dan pemisahnya dari Ilmu
Hadits. Sebelumnya, belum terdapat penafsiran seluruh al-Quran, yang ada
hanyalah Tafsir bagi sebagian ayat dari berbagai surah, yang dibuat untuk
tujuan tertentu. 38

38
(Syalab, hal.122)

25
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dinasti Abbasyiah merupakan masa pemerintahan umat islam yang
merupakan masa keemasan dan kejayaan dari peradaban uumat islam yang
pernah ada. Dinamakan khilafah bani Abbasiyah karena para pendiri dan
penguasanya adalah keturunan Al Abbas paman Nabi Muhammad
SAW.Dinasti ini didirikan oleh Abdullah As-Saffah ibn Muhammad ibn Ali
ibn Abdullah ibn Abbas. Pada zaman Abbasiyah konsep kekhalifahan
cenderung berkembang sebagai sistem politik turun-menurun seperti daulah
sebelumnya. Kekayaan negara melimpah dan kesejahteraan rakyat sangat
tinggi. Pusat peradaban Iislam mengalami kemajuan yang pesat sehingga
pada masa ini banyak muncul para tokoh ilmuan dari kalangan umat islam.
Pusat peradaban islam mengalami kemajuan yang pesat sehingga pada masa
ini banyak muncul para tokoh ilmuan dari kalangan umat islam, baik itu dalam
bidang agama, bidang umum dan bidang ekonomi dan juga melahirkan tokoh-
tokoh dibidang ilmu masing-masing.
Sekalipun hampir di setiap pergantian khalifah pasti ada konflik bahkan
sampai perang saudara. Namun, semasa Dinasti Abbasiyah lah peradaban
Islam mengalami kejayaan, semua karena kebiasaan masyarakat yang gemar
akan pengetahuan dan sering menerjemahkan dari berbagai kitab dan hal ini
support penuh oleh pemerintah terbukti dengan dibangunnya Bait Al Hikmah,
Indikasi lain mengenai kemajuan peradaban terbukti dengan adanya gambar
denah kota Baghdad yang menakjubkan sebagai ibu kota Diansti Abbasiyah
saat itu.

26
DAFTAR PUSTAKA

Syed Ameer Ali, The Spirit Of Islam or The Life and Teaching of Mohammed,
Calcutta, S.K. Lahiri & Co, 1902,
The History of Al Tabari, Vol,XXVII, The Abbasid Revolution, State University of
New York, 1990
Huzaifa Aliyu Jangebe, The Legendary Hero of Abbasid Propaganda, IOSR
Journal Of Humanities And Social Science (IOSR-JHSS) Volume 19, Issue 1, Ver.
III (Jan. 2014),
Guy Le Strange, (1900). Baghdad during The Abbasid Chaliphate from
contemporary Arabic and Persian. Oxford : Clendon Pess, Map 2
Wiliam Muir (1883), “ The Caliphate: It’s Rise, Decline, and fall from original
sources’ dicetak ulang 1924
Abul A’la Al-Maududi, “Khalifah dan Kerajaan; Konsep Pemerintahan Islam
serta Studi Kritis terhadap ‘Kerajaan’ Bani Umayyah dan Abbasiyah.” Bandung,
Kharisma, 2007,
Imam As-Suyuthi, Tarikh Khulafa’; Sejarah Para Khalifah, Jakarta, Qisthi Press,
2017
Abul A’la Al-Maududi, Op Cit,
Imam As-Suyuthi, Op Cit,
Imam As-Suyuthi, Tarikh Khulafa’; Sejarah Para Khalifah, Jakarta, Qisthi Press,
2017
Eamonn Gaeron, Op Cit,
The History of al-Tabari, VOLUME XXX, The Abbasid Caliphate in Equilibrium,
translated and annotated by C. E. Bosworth, State University of New York Press, 1995
The History of al-Tabari, VOLUME XXX, The Abbasid Caliphate in Equilibrium,
translated and annotated by C. E. Bosworth, State University of New York Press, 1995,
Ibid
Nadirsyah Hosen, Khalifah Harun Ar-Rasyid: Masa Keemasan Abbasiyah,
https://geotimes.co.id/kolom/politik/khalifah-harun-ar-rasyid-masa-keemasan-
abbasiyah/

27
https://www.google.com/alfurqanbanjarmasin.id/bait-al-hikmah-mata-air-ilmu-
pengetahuan-masa-keemasan-islam
https://www.google.com/alfurqanbanjarmasin.id/bait-al-hikmah-mata-air-ilmu-
pengetahuan-masa-keemasan-islam
https://ganaislamika.com/dinasti-abbasiyah/
https://web.facebook.com/1737467389683658/photos/pcb.1865113516919044/18
65112900252439/?type=3&theater
https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fliterasiislam.com
%2Fmembayangkan-kemajuan-baghdad-di-masa-khilafah
https://brainly.
co.id/tugas/30318124
https://makalahnih.blogspot.com/2014/07/dinasti-abbasiyah.html
https://habibollah1972.wordpress.com/2013/08/30/kekuasaan-masa-setelah-
khulafaur-rasyidin

28

Anda mungkin juga menyukai