Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

PERADABAN ISLAM PADA MASA DINASTI BANI UMAYYAH


Disusun guna memenuhi tugas : Mata
Kuliah : Sejarah Peradaban Islam
Dosen Pengampu : Prof. Dr. Muslich Shabir, MA

Kelompok 4

Disusun Oleh :

MARISA BAHAJ (2102056003)


NURHIDAH SARIFAH (2102056004)
ALYA NABILA ADISTIA (2102056021)

JURUSAN ILMU HUKUM


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan dalam
menyelesaikan makalah dengan tepat waktu. Tanpa rahmat dan pertolongan-Nya,
penulis tidak akan mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tidak lupa
shalawat serta salam tercurahkan kepada Nabi agung Muhammad SAW yang
syafa’atnya kita nantikan kelak.

Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
sehingga makalah tugas Sejarah Peradaban Islam yang berjudul “Peradaban Islam Pada
Masa Dinasti Umayyah” dapat diselesaikan. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas
mata kuliah Sejarah Peradaban Islam dan untuk menjelaskan secara sederhana mengenai
materi ini. Kami berharap makalah yang kami buat dapat dimengerti dan bermanfaat bagi
para pembaca.

Ucapan terimakasih tidak lupa kami sampaikan kepada Bapak Prof. Dr. H. Muslich Shabir,
MA, selaku dosen mata Sejarah Peradaban Islam yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah wawasan baik untuk kelompok kami maupun untuk teman-
teman sekalian.

Akhir kata, kami sadar bahwa makalah yang kami buat ini masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu, saya mohon maaf dan menerima segala kritik dan saran yang dapat membangun
pada penyusunan makalah ini.

Semarang, 15 Maret 2022

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................I

DAFTAR ISI......................................................................................................................II

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................III

A. Latar Belakang......................................................................................................III

B. Rumusan Masalah.................................................................................................IV

C. Tujuan...................................................................................................................IV

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................V

A. Proses Berdirinya Bani Umayyah.........................................................................V

B. Khalifah-khalifah yang berkuasa pada Dinasti Bani Umayah...........................VII

C. Perkembangan dan kemajuan Dinasti Bani Umayah..........................................XI

D. Runtuhnyanya Dinasti Bani Umayah..................................................................XII

BAB III PENUTUP.......................................................................................................XIII

A. Kesimpulan......................................................................................................XIII

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................XIV
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berakhirnya kekuasaan khalifah Ali bin Abi Thalib, maka lahirlah kekuasan bani
Umayah sebagai penerus pemimpin umat islam. Pada periode Ali dan Khalifah sebelumnya,
pola kepemimpinan masih mengikuti keteladanan Nabi. Sedangkan, bentuk pemerintahan
bani Umayyah adalah berbentuk kerajaan, kekuasaan bersifat feudal (penguasaan
tanah/daerah/wilayah, atau turun menurun).

Dinasti bani Umayah merupakan kerajaan Islam pertama yang didirikan oleh
Muawiyah Ibn Abi Sufyan. Berdirinya dinasti ini dilakukannya dengan cara menolak
pembai’atan terhadap khalifah Ali bin Abi Thalib, kemudian ia memilih berperang dan
melakukan perdamaian dengan pihak Ali dengan strategi politik yang sangat
menguntungkan baginya.

Terlepas dari persoalan sistem pemerintahan yang diterapkan, sejarah telah mencatat
bahwa Dinasti Umayyah adalah Dinasti Arab pertama yang telah memainkan peran penting
dalam perluasan wilayah, peeradaban dan menyebarkan agama Islam keseluruh penjuru
dunia, khususnya eropa, sampai akhirnya dinasti ini menjadi adikuasa.

Pentingnya pembelajaran mengenai corak pemerintahan Bani Umayyah, maka pada


kesempatan kali ini pemakalah akan membahas tentang Dinasti Umayyah.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam pembuatan makalah ini, sebagai berikut :
1. Bagaimana proses berdirinya Dinasti Bani Umayyah?
2. Siapa saja khalifah-khalifah yang berkuasa pada masa Dinasti Bani Umayah?
3. Bagaimana Perkembangan dan Kemajuan Dinasti Bani Umayah
4. Faktor-Faktor apa saja yang menyebabkan runtuhnya Dinasti Bani Umayah?

C. Tujuan
1. Mengetahui bagaimana proses berdirinya Dinasti Bani Umayyah
2. Mengetahui khalifah-khalifah Bani Umayyah, serta Khalifah yang menonjol
3. Mengetahui perkembangan dan kemajuan pada Dinasti Bani Umayyah
4. Mengetahui bagaimana Dinasti Umayyah runtuh
BAB II
PEMBAHASAN

A. Proses Berdirinya Dinasti Umayyah

Setelah khalifah Ali meninggal dunia bulan Ramadhan 40 H, penduduk Kufah mengangkat
putranya, Hasan menjadi khalifah walaupun sebenarnya dia tidak berbakat menjadi khalifah karena
lebih suka hidup bersenang-senang dan kawin dengan banyak wanita. Pernah juga dia menantang
Muawiyah dengan mengirim 12.000 orang pasukan untuk menyerang Muawiyah. Akan tetapi
pasukannya kalah dan dia mengajak Muawiyah berdamai.
Sementara itu, penduduk Syam pun telah mengangkat Muawiyah menjadi khalifah mereka
semenjak peristiwa tahkim. Berbeda dengan Hasan, dia didukung oleh tentara-tentara militan yang
keperluan finansial mereka ditanggung Muawiyah, apalagi tanah Syam yang kaya raya mendukung
Muawiyah untuk hal itu.
Nama lengkapnya Muawiyah bin Abi Sofyan bin Harb bin Umayah bin Abd al-Syams bin
Abd Manaf bin Qushai. Ibunya Hindun binti Utbah bin Rabiah bin Abd al-Syams. Muawiyah
dilahirkan di Makkah lima tahun sebelum kerasulan Nabi Muhammad s.a.w. dan masuk Islam
bersama ayahnya Abu Sofyan) saudaranya (Yazid) dan ibunya (Hindun) pada waktu penaklukan
kota Makkah.
Muawiyah adalah salah seorang yang ahli dan paling menguasai dunia politik, cerdik, ahli
siasat, penguasa yang kuat dan bagus planingnya dalam urusan pemerintahan. Maka tidak
mengherankan jika dia dapat menjadi gubernur selama dua puluh dua tahun (pada masa khalifah
Umar dan Usman, 13-35 H.)dan menjadi khalifah selama dua puluh tahun (40-60 H). 1
Sementara Hasan, nama lengkapnya adalah Hasan bin Ali bin Abi Thalib bin Abd al-
Muththtalib. Dia dilahirkan di Madinah tahun ketiga hijrah, cucu Nabi dari putrinya Fatimah.
Namanya diberikan oleh kakeknya Rasulullah dan Nabi sangat mencintai cucunya itu. “Hasan dan
Husein memberi rasa harum bagiku di dunia” kata Nabi Muhammad s.a.w.2
Hasan ikut dalam ekspedisi penaklukan ke Afrika Utara dan Tabaristan pada masa khalifah
Utsman bin Affan. Ikut melindungi Khalifah dari serangan pemberontak dan ikut dalam perang
Jamal dan Shiffin bersama ayahnya. Hasan meninggal dunia di Madinah pada tahun 49 H. karena
diracun oleh salah seorang isterinya. Munurut orang Syi’ah, sudah berulang kali suruhan
Muawiyah hendak meracun Hasan agar Muawiyah terbebas dari membayar kompensasi yang
dipikulnya terus menerus setiap tahun. 3
Kedudukan Ali sebagai khalifah kemudian dijabat oleh anaknya Hasan selama beberapa
bulan. Namun, karena Hasan ternyata lemah, sementara Mu’awiyah semakin kuat, maka Hasan
membuat perjanjian damai. Perjanjian ini dapat mempersatukan umat islam kembali dalam satu
kepemimpinan politik, di bawah Mu’awiyah ibn Sufyan. 4
Dengan meninggalnya Ali (661), pemerintahan yang dapat kita sebut sebagai periode ke
khalifahan republic-dimulai sejak ke khalifahan abu Bakar (623)-telah berakhir. Empat khalifah
pada masa ini dikenal oleh para sejarawan Arab sebagai alRasyidin. Pendiri khalifah kedua,
Mua’awiyah dari keluarga Umayyah, menunjuk putranya sendiri, Yazid, sebagai penerusnya

1
Hasan Ibrahim Hasan, Sejarah dan Kebudayaan Islam, J. 2, c. 2 (Jakarta: Kalam Mulia, 2006), h. 2-3.
2
Tim Penulis, Ensiklopedi Islam, J. 2 (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 2001), h. 90-91.
3
Ibid., h. 91.
4
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, Cet-16, 2004) hal. 40.
sehingga ia menjadi seorang pendiri sebuah dinasti. Dengan demikian, konsep pewarisan
kekuasaan mulai diperkenalkan dalam suksesi kekhalifahan, dan sejak itu tidak pernah sepenuhnya
ditinggalkan. Kekhalifahan Umayyah adalah dinasti (Mulk) pertama dalam sejarah islam.5
Dinasti ini memerintah dari tahun 661 hingga 750 M. Pemerintahan bani
Umayyah berjalan selama 92 tahun yang menurut para ahli sejarah dapat
digolongkan menjadi tiga fase:
Fase Berdiri atau Fase Pembentukan dan Pembinaan dimulai dari berdirinya
Bani Umayyah tahun 40 H atau 661 M sampai masa pemerintahan Walid bin
Abdul Malik khalifah ke-6. Pada masa ini pembinaan peradaban Islam berjalan
dengan pendekatan Arabisasi (arab oriented) yaitu pengembangan peradaban yang
berciri Arab. Pada saat itu pengembangan peradaban didominasi ukiran ukiran di
dinding-dinding masjid dan istana y dihat dengan tulisan-tulisan kaligrafi yang
indah. Lagu-lagu padang pasir dari warisan arab pra islam dipadukan dengan seni
islam yang menghasilkan lagu-lagu qasidah yang indah. Ilmu yang dikembangkan
oleh Bani Umayyah I pada saat masih yang berciri arab asli, yaitu bahasa (Nahwu
dan Balaghah), qiraat dan hadist, tafsir dan tarikh islam. Pada fase pertama ini
perluasan wilayah berjalan sangat pesat, islam masuk samapai wilayah-wilayah
pelosok di empat benua : Asia, Afrika, Eropa dan Amerika. Wilayah Imperium-
imperium besar: Yunani, Romawi, Persia dan Gothia banyak yang takluk pada
islam dengan membayar upeti yang besar. Khusus Imperium besar Yunani pada
saat itu telah lemah dan semuah wilayah telah dikuasai oleh Imperium yang baru
muncul yaitu Islam Bani Umayyah I. Pembinaan peradaban, ilmu dan kebudayaan
serta administrasi pemerintah berkembang baru pada periode selanjutnya
sementara pada periode ini para khalifah fokus pada pengembangan wilayah
kekuasaan atau perluasan wilayah (islamisasi).
Fase kedua disebut fase Kemajuan. Fase ini dimulai dari masa khalifah ke-7
5
Philip K. Hitti, History Of The Arabs. hal. 229
1
Shabir, Muslich (2019). Sejarah Peradaban Islam (Semarang: (eLSA) Press), hlm 65-66.
2
https://pelajaransejarahislam.blogspot.com/2018/11/berdirinya-dinasti-bani-umayyah.html diakses pada 3
Maret 2021
Sulaiman bin Abdul Malik sampai masa Umar bin Abdul Aziz khalifah yang ke-8
dari pemerintahan Bani Umayyah. Pada Fase ini islam telah berkembang hampir
dipenjuru dunia, seperti dari wilayahn Asia Tenggara sampai Asia Timur jauh dari
Afrika Utara sampai Andalusia dan dari India sampai Persia. Islam dibawa oleh
sahabat-sahabat nabi; Uqbah bin Nafi dan bin Nusair si Afrika Utara, Saad bin
Abi Waqas di wilayah Cina dan Indonesia, Abdullah bin Abi Sarah di India dan
Tariq bin Ziad di Eropa atau Andalusia. Pada fase kedua ini perluasan wilayah
islam tetap berjalan dengan lancar, banyak wilayah baru yang ditaklukkan, akan
tetapi perhatian pemerintah diarahkan penuh pada pengembangan peradaban ilmu
dan administrasi pemerintahan. Pemerintahan Bani Umayyah sedang membangun
pusat-pusat kota menjadi kota satelit yang indah, Masjid dan istana di bangun
dalam kualitas yang baik, serta pada fase ini penemuan mata uang sebagai alat
pembayaran telah ditemukan oleh khalifah Marwan bin Hakam. Bani Umayyah
tetap berjalan dengan pesat. Pada fase ini Bani Umayyah I sudah mampu
menciptakan beberapa peradaban yang mempunyai kualitas tinggi, dan dapat
dimanfaatkan oleh orang banyak.
Fase ketiga disebut Fase lemah sampai runtuh. Fase ini dimulai dari masa
kekuasaan Yazid bin Abdul Malik khalifah ke-9 sampai berakhirnya kekuasaan
bani Umayyah yaitu tahun 132 H atau tahun 750 masehi. Pada saat diangkat
banyak terjadi pemberontakan dan khalifah Yazid sendiri tidak dapat
mengendalikan pemberotakan-pemberontakan tersebut. Kondisi ini terjadi sampai
puncaknya pada saat pengangkatan 2 khalifah dalam satu tahun berjalan, yaitu
putra dari khalifah Walid, khalifah ke-12 Yazid bin Walid dan ke-13 Ibrahim bin
Walid. Menurut para pakar sejarah islam bahwa masa puncak lemahnya Bani
Umayyah dikarenakan masyarakat benci dan marah kepada pemerintahan Bani
Umayyah lantaran terjadi pengangkatan 2 khalifah dalam satu tahun
pemerintahan, dan tidak segera mengambil kebijakan siapa diantara kedua putra
mahkota Walid 2 itu menjadi khalifah yang sah. Sistem monarki yang dipakai
dalam proses peralihan kepemimpinan di Bani Umayyah termasuk faktor paling
dominan penyebab runtuhnya di Bani Umayyah I, selain yang disebutkan atas
juga dapat peluang kepada para putra mahkota untuk melakukan penyelewengan
kekuasaan, seperti kolusi, korupsi, tidak disiplin pekerjaan, tidak
bertanggungjawab terhadap satu pekerjaan. Akhirnya terjadi pembesar lain,
seperti pengawal istana, perdana menteri dan para qodhilah yang dapat
mengendalikan pemerintahan, sementara para khalifah yang berkuasa dapat
mengambil hukum terhadap para pelaku nepotisme, korupsi, penyelewengan
jabatan lainnya. Sikap masyarakat terhadap kasus-kasus amoral membuat
masyarakat semakin benci dan marah keturunan Umayyah puncaknya dari
kemarahan tersebut membuat masyarakat melakukan demontrasi menuntut
tanggung jawab para khalifah Umayyah

Lemahnya Bani Umayyah pada fase ini hampir di wilayah kekuasaan Bani
Umayyah Sementara di kekuasaan Umayyah sedang berkembang pesat beberapa
kekuatan baru, Abbasiyahdan Syiah wilayah Hijaz persia, Fatimiyah Mesir, dan
Thohiriyah Maroko, sedangkan kekuatan baru berhadapan langsung dengan Bani
Umayyah adalah Abbasiyah. Peperangan yang dilancarkan kedua kekuatan
berjalan terbuka hampir semua wilayah Bani Umayyah I, dan akhirnya kekuatan
Abbasiyah lah yang memenangkan pertempuran tersebut. Maka berakhirlah
kekuasaan Bani Umayyah tepatnya tahun hijriah atau tahun 750 masehi setelah
kalah dalam perang melawan keturunan Abbasiyah.
B. Khalifah-khalifah yang berkuasa pada masa Dinasti Bani Umayah

Dinasti Bani Umayyah didirikan oleh Muawiyah bin Abu Sufyan pada tahun
41H/661 M di Damaskus dan berlangsung hingga pada tahun 132 H/750 M. Muawiyah
bin Abu Shofyan adalah seorang politisi handal di mana pengalaman politiknya sebagai
Gubernur Syam pada zaman Khalifah Ustman bin Affan cukup mengantarkan dirinya
mampu mengambil alih kekusaan dari genggaman keluarga Ali Bin Abi Thalib. Tepatnya
setelah Hasan bin Ali menyerahkan kursi kekhalifahan secara resmi kepada Muawiyah
bin Abu Sofyan dalam peristiwa Ammul Jama’ah.
Oleh karena itu Muawiyah bin Abu Sofyan dinyatakan sebagai pendiri Dinasti Bani
Umayah.
Pada masa Rasulullah, Muawiyah turut serta dalam Perang Hunain. Ia merupakan
salah satu penulis wahyu. Karir politik Muawiyah terus berlanjut pada masa
pemerintahan Khalifah Abu Bakar as-Siddiq. Ia mendampingi saudaranya Yazid bin Abu
Sufyan ke Syam dan berhasil menaklukkan negeri tersebut ke kekuasaan Islam. Ketika
Yazid wafat, Abu Bakar mempercayakan kepada Muawiyah menjadi gubernur untuk
wilayah Syam, menggantikan Yazid. Keputusan Abu Bakar didukung oleh sahabat Umar
dan Usman. Pada masa pemerintahan Umar, Muawiyah masih dipercaya sebagai
gubernur wilayah Syam.2
Bani Umayah melakukan perlawanan terhadap Rasulullah s.a.w. dan dakwahnya,
sedangkan Bani Hasyim mendukung Rasulullah s.a.w. dan mengikutinya. Bani Umayah
masuk Islam setelah penaklukan Mekkah. Umayah segenerasi dengan ‘Abdul Muṭṭalib,
kakek Nabi Muhammad s.a.w. dan ‘Ali bin Abi Ṭalib. Dengan demikian, ‘Ali bin Abi
Ṭalib segenerasi pula dengan Mu’awiyah bin Abi Sufyan. ‘Ali bin Abi Ṭalib berasal dari
keturunan Bani Hasyim sedangkan Mu’awiyah berasal dari keturunan Bani Umayah.
Kedua keturunan ini merupakan orang-orang yang berpengaruh dalam suku Quraisy.
Dinasti Bani Umayah ini berdiri setelah terjadinya perdamaian antara Hasan bin
‘Ali dengan Mu’awiyah bin Abi Sufyan. Beberapa persyaratan yang diajukan oleh Hasan
bin ‘Ali dan disetujui oleh Mu’awiyah bin Abi Sufyan adalah sebagai berikut:
1. Agar Mu’awiyah tidak menaruh dendam terhadap seorang pun dari
penduduk Irak.
2. Menjamin keamanan dan memaafkan kesalahan-kesalahan mereka.

3. Agar pajak-pajak negeri Ahwaz diperuntukkan kepadanya dan diberikan


setiap tahun.
4. Agar Mu’awiyah membayar kepada saudaranya, yaitu Husein, dua juta dirham.

5. Pemberian kepada Bani Hasyim harus lebih banyak dari pemberian kepada
Bani ‘Abd Syams.

Bagi Mu’awiyah, syarat-syarat ini tidak perlu dipertimbangkan; dia bersedia


menjanjikan apa saja asalkan Hasan bersedia mengundurkan diri. Perdamaian
berlangsung atas dasar itu, lalu Hasan mengundurkan diri dari jabatan khalifah kepada
Mu’awiyah, kemudian diumumkan bahwa Hasan taat dan patuh kepada Mu’awiyah.100
Perdamaian tersebut terjadi pada bulan Rabi’ul Awwal tahun 41 H / 661 M yang
kemudian tahun itu disebut sebagai ‘Amul Jama’ah101 karena pada tahun itu umat Islam
berada di bawah satu kepemimpinan politik, yakni Mu’awiyah bin Abi Sufyan.

Pemerintahan Mu’awiyah merubah bentuk dari theo-demokrasi menjadi monarchi


heridetis (kerajaan turun temurun) yang ditandai dengan pengangkatan anaknya yang
bernama Yazid sebagai putra mahkota. Sikap Mu’awiyah yang seperti itu dipengaruhi
oleh keadaan Syia selama dia menjadi gubernur di sana. Dia memang bermaksud
mencontoh monarchi heridetis yang diberlakukan di Persia dan Byzantium, tetapi gelar
pemimpin tetap menggunakan khalifah dengan makna konotatif yang diperbaharui.

Dinasti yang berdiri sekitar 90 tahun ini dipimpin oleh 14 khalifah, yaitu:

1. Mu’awiyah I bin Abu Sufyan (41-61 H / 661-680 M)

2. Yazid I bin Muawiyah(61-64 H / 680-683 M)

3. Muawiyah II bin Yazid (64-65 H / 683-684 M)

4. Marwan I bin al-Hakam (65-66 H / 684-685 M)

5. ‘AbdulMalik bin Marwan (66-86 H / 685-705 M)

6. Al-Walid I bin ‘AbdulMalik (86-97 H / 705-715 M)

7. Sulaiman bin ‘AbdulMalik (97-99 H / 715-717 M)

8. ’Umar II bin ‘Abdul ‘Aziz (99-102 H / 717-720 M)

9. Yazid II bin ‘AbdulMalik (102-106 H / 720-724 M)

10. Hisyam bin ‘AbdulMalik (106-126 H / 724-743 M)

11. Al-Walid II bin Yazid II (126-127 H / 743-744 M)

12. Yazid III bin al-Walid (127 H / 744 M)

13. Ibrahim bin al-Walid (127 H / 744 M)

14. Marwan II bin Muhammad (127-133 H / 744-750 M)


Khalifah-khalifah besar Dinasti Bani Umayah adalah : Mu’awiyah I bin Abu Sufyan,
‘AbdulMalik bin Marwan, Al-Walid I bin ‘Abdul Malik, ‘Umar II bin ‘Abdul ‘Aziz, Hisyam bin
‘Abdul Malik. Puncak kejayaan Dinasti Bani Umayah ini mencapai puncak kejayaannya masa
khalifah ‘Umar bin ‘Abdul Aziz, setelah itu merupakan masa kemundurannya.
Dari 14 Khalifah yang memerintah Bani Umayyah I selama 92 tahun, di antaranya ada 4
Khaliafah yang terkenal karena prestasi dalam pemerintahannya masing-masing :
1. Muawiyah bin Abu Sufyan
Muawiyah bernama asli Muawiyah bin Abi Sufyan bin Sakhar bin Harb bin Umayyah bin
Abdi al- Syams bin Abdi al- Manaf bin Qusai al-Qurasyi al-Umawi. Beliau dilahirkan dari
sepasang suami istri yang bernama Abu Sufyan bin Harb dan hindun binti Utbah. Muawiyah
diangkat menjadi pemimin pada umur 77 tahun dan menjadi khalifah pertama dalam sejarah bani
Umayyah. Hal ini terjadi karena adanya perang siffin yang memperkokoh posisi Muawiyah dari
khalifah Ali bin Abu Thalib. Kalau kita tarik mundur maka Muawiyyah pertama masuk Islam
pada peristiwa umrah qadha namun beliau menyembunyikan keislamannya sampai peristiwa
Fathu Makkah.
Pada masa Nabi Muhammad SAW, Muawiyah ditugaskan sebagai penulis wahyu. Pada
masa khulafa ar-rasyidin Muawiyah diangkat sebagai salah satu panglima perang dibawah
komando utama Abu Ubaidah bin Jarrah. Beliau berhasil menaklukan Palestina, Suriyah, dan
Mesir dari tangan imperium Romawi Timur. Kemenangan demi kemenangan Muawiyah
didapatkan pada masa kekhalifahan Umar bin Khatab. Pada saat pemerintahan Utsman bin Affan
yang menjad khalifah Muawiyah diangkat sebagai gubernur pada wilayah Syuriya dan Palestina
yang berkedudukan di Damaskus menggantikan Aba Ubaidah bin Jarrah. Namun pada masa
pemerintahan Ali bin Abi Thali terjadi beberapa konflik antara kaum muslimin yang
menyebabkan pecahnya pendukung Ali dan Ali bin Abi Thalib terbunuh akibat konflik tersebut.
Setelah Ali bin Abi Thalib terbunuh, kekuasaan tertinggi dipegang oleh anaknya yaitu
Hasan bin Ali. Namun karena keadaan yang tidak menentu, setelah tiga bulan akhirnya Hasan
mengundurkan diri dan menyerahkan jabatan khalifah kepada Muawiyah. Muawiyah sering
dikenal dengan negarawan sekaligus politikus yang sangat cerdik.
Khalifah Muawiyah bin Abi Sufyan terkenal dalam sejarah perkembangan bani Umayyah
I, karena keberanian beliau pada saat memproklamirkan bani Umayyah I tahun 40 H pada saat Ali
bin Abi Thalib masih memerintah sebagai khalifah yang terakhir Khulafaur rasyidin.
Meskipun Muawiyah memproklamirkan bani Umayyah dengan cara yang tidak sesuai
dengan nilai-nilai agama, akan tetapi beliau mampu menetapkan beberapa kebijakan yang sangat
mendukung perkembangan bani Umayyah I mencapai masa perkembangan yang sangat pesat,
kebijakan tersebut adalah :
a. Membentuk Departemen dan Duta yang belum dibentuk oleh khalifah sebelumnya, fungsi dari
Departemen ini adalah menyiapkan beberapa sahabat utama untuk diutus ke berbagai wilayah di
dunia dalam rangka memperkenalkan Islam ke penjuru dunia di antaranya adalah Uqbah bin Nafi'
dan Musa bin Nusair di Afrika Utara, Abdullah bin Abi Sarah di India, dan Sa'ad bin AbiWaqas di
China, Indonesia dan wilayah Asia Tenggara lainnya.
b. Muawiyah juga membeli beberapa professional administrasi keuangan dan tata usaha dari
daerah Byzantium dan dipekerjakan dalam pemeritahan bani Umayyah.
c. Memperluas kekuasaan atau mengembangkan wilayah di 3 daerah yang sangat subur dan
strategis yaitu Afrika utara, India dan Byzantium.
2. Marwan bin Hakam
Khalifah Marwan bin Hakam adalah seorang yang bijaksana. Berpikiran tajam, fasih
berbicara dan berani. Beliau ahli dalam membaca Al-Quran dan banyak meriwayatkan hadits dari
para sahabat Rasulullah yang terkenal terutama dari Umar bin Khatab dan Usman bin Affan.
Beliau terkenal dan berjasa dalam menertibkan alat-alat takaran dan timbangan, serta berjasa
karena pertama kali menciptakan mata uang sebagai alat jual beli. Marwan adalah khalifah yang
berani memberantas para pemberontak dengan cara yang keras dan tegas. Dengan kebijakan
tersebut menyebabkan pemerintahan pada masa khalifah Marwan menjadi kondusif dan program
khalifah dapat berjalan dengan lancar.
Marwan bin Hakam merupakan Khalifah keempat dari daulat bani Umaiyyah setelah
Muawiyah bin Yazid berkuasa hanya 3 bulan ada yang mengatakan 40 hari saja.Dan jika dilihat
dari silsilah dia merupakan cucu dari Abul 'Ash yang juga merupakan kakek dari Usman bin
Affan. Setelah terputusnya keturunan Muawiyah dalam melanggengkan kekuasaan dikarenakan
berakhirnya kekuasaan Muawiyah bin Yazid maka kursi kekuasaan pun beralih ke bani Marwan
setelah keluarga besar Umaiyah mengangkatnya ebagai khalifah.Karena dari keluarga besar
Umaiyyah beraggapan bahwa Marwan bin Hakam adalah orang yang tepat untuk mengendalikan
kekuasaan karena pengalamanya.
3.Walid bin Abdul Malik
Walid bin Abdul Malik lahir pada tahun 668 di Syam. Al Walid I adalah putra sulung Abdul
Malik, khalifah Bani Unayyah, Al Walid tumbuh menjadi orang yang baik, bertakwa dan banyaka
membaca alquran. Dia naik ke kursi kekhalifahan atas wasiat ayahnya, dialntik pada bulan syawal
tahun 86 H. Masa pemerintahan Walid pada umumnya dapat disebut masa kemakmuran,
keamanan, kedamaian, dan ketentraman. Walid bin Abdul Malik adalah khalifah ke 6 dari Dinasti
Umayyah. Wilayah kekuasaanya membentang dari negeri Andalusia hingga Bukhara. Selama 10
tahun memerintah al walid banyak melakukan penaklukan baik didaerah Khurasan (Kawasan
Timur) maupun maupun ke daerah Afrika (Kawasan Barat).
Di antara perang yang paling terkenal adalah perang Lembah Langkah dimana Al Walid
berhasil mengalahkan Goth dan membunuh raja mereka. Walid Bin Abdul Malik memerintah
bersamaan dengan permintaan bantuan dari pemerintah Gothiyah barat kepada islam, oleh
khalifah al walid dari pemerintah irtu dipenuhi dengan mengirim 12.000 pasukan islam yang
dipimpin oleh Thariq bin Ziad.
Al Walid meninggal pada usia lima puluh tahun, seusai menaklukan kota al Thus pada 96 H
bulan Jumadil Akhir. Ia dikenal karena keshalehannya dan banyak cerita menyebutkan bahwa ia
terus menerus mengutip alquran dan selalu menjadi tuan ruamh yang menyajikan jamuan besar
untuk orang orang yang puasa selama bualn romadhon.
5. Umar bin Abdul Aziz
Khalifah Umar bin Abdul Aziz adalah khalifah ke-8 dari pemerintahan Bani Umayyah I,
memerintah hanya 3 tahun kurang lebih tahun 99-101 H akan tetapi masyarakat islam yang
dipimpin mengalami peningkatan kualitas secara drastis terutama dalam hal status ekonomi. Taraf
pendapatan dan kehidupan sosial masyarakat begitu tinggi, sampai mencari warga masyarakat
untuk menyalurkan Zakat Fitrah begitu sulit. Zakat kaum aghniya akhirnya diserahkan ke baitul
maal selanjutnya difungsikan untuk pembangunan fisik dalam masyarakat seperti masjid, sekolah
dan perpustakaan. Umar dipilih oleh suara mayoritas masyarakat secara murni karena
keberhasilan beliau menjadi gubernur di Syiria dan masyarakat islam telah bosan dan jenuh
terhadap kepemimpinan para khalifah Bani Umayyah yang korup dan rusak akhlaknya. Ada
beberapa keistimewaan dari khalifah Umar bin Abdul Aziz dibandingkan dengan khalifah-
khalifah lainnya.
Ada bebetapa keistimewaan dari khalifah Umar bin Abdul Aziz dibandingkan dengan khalifah-
khalifah lainnya :
a. Jabatan khalifah yang akan dipangkunya ditawarkan lebih dahulu kepada rakyat, akan
tetapi mayoritas masyarakta lebih memilih Umar bin Abdul Aziz
b. Beliau lebih mementingkan persatuan umat islam daripada golongan
c. Lebih mementingkan agama daripada politik
d. Penyiaran islam dilakukan atau disiarkan dengan cara damai
e. Adil terhadap semua pihak
f. Sopan dan santun dalam berututr
g. Mementingkan kebutuhan umum daripadea kebutuhan pribadi
h. Membuka forum untuk masyarakat luas, bertanya tentang hal agama, hukum dan
persoalan sosial lainnya.
i. Masa pemerintahannya yang singkat 3 tahun, akan tetapi mampu mengangkat status sosial
dan derajat masyarakat menjadi makmur sehingga sulit mencari orang miskin untuk
mengeluarkan zakat pada saat itu
j. Memeberi instruksi kepada gubernur Madinah agar mengumumkan kepada masyaraka
islam Madinah supaya segera mengumpulkan dan menyeleksi hadist.
C. Perkembangan dan Kemajuan Dinasti Bani Umayyah
Pada masa Mu’awiyah mulai diadakan perubahan-peubahan administrasi pemerintahan,
dibentuk pasukan bertombak pengawal khalifah dan dibangun bagian khusus di dalam masjid
untuk pengamanan ketika dia menjalankan salat. Mu’awiyah juga memperkenalkan materai resmi
untuk pengiriman memorandum yang berasal dari khalifah. Para sejarawan mengatakan bahwa di
dalam sejarah Islam, Mu’awiyah-lah yang pertama-tama mendirikan balai-balai pendaftaran dan
menaruh perhatian atas jawatan pos, yang tidak lama kemudian berkembang menjadi suatu
susunan teratur, yang menghubungkan berbagai bagian negara.
Selama lebih kurang 90 tahun Dinasti Bani Umayah ini memerintah, banyak terjadi
kebijaksanaan politik yang dilakukan pada masa ini, antara lain:3
1. Pemisahan kekuasaan. Pada masa itu terjadi pemisahan antara kekuasaan agama (spiritual
power) yang kemudian ditunjuk qaḍi/ hakim dan kekuasaan politik (temporal power).
2. Pembagian wilayah. Bila pada masa pemerintahan ‘Umar bin Khattab terdapat
8 provinsi, maka pada masa Bani Umayah menjadi 10 provinsi, yaitu:
a) Syiria dan Palestina;
b) Kuffah dan Irak;
c) Basrah, Persia, Sijistan, Khurasan, Bahrain, Oman, Najd dan Yamamah;
d) Armenia;
e) Hijaz;
f) Karman dan India;
g) Mesir;
h) Afrika Utara;
i) Yaman dan Arab Selatan; dan
j) Andalusia.105
k) Bidang Administrasi Pemerintahan. Dibidang pemerintahan, Dinasti ini membentuk
semacam Dewan Sekretaris Negara (Diwan al-Kitabah) yang terdiri atas lima orang
sekretaris yaitu: Katib ar-Rasail, Katib al-Kharraj, Katib al-Jund, Katib asy-Syurtah dan
Katib al-Qaḍi.
3 Shabir, Muslich (2019). Sejarah Peradaban Islam (Semarang: (eLSA) Press), hlm 66-68
Untuk mengurusi administrasi pemerintahan daerah di angkat seorang Amir al-Umara
(Gubemur Jenderal) yang membawahi beberapa amir sebagai penguasa satu wilayah. Pada
masa ‘Abdul Malik bin Marwan, jalannya pemerintahan ditentukan, oleh empat departemen
pokok (diwan) yaitu:

a) Diwan al-Kharraj (Kementerian Pajak Tanah), yang bertugas untuk mengawasi


Departemen Keuangan.
b) Diwan al-Khatam (Kementerian Penyegelan), yang bertugas merancang dan mengesahkan
ordonansi pemerintah. Sebagaimana pada masa Mu’awiyah telah diperkenalkan materai
resmi untuk memorandum dari khalifah, maka setiap tiruan dari memorandum itu dibuat,
kemudian ditembus dengan benang, disegel dengan lilin, yang akhirnya dipres dengan
segel kantor.
c) Diwan Rasail (Kementerian Surat Menyurat), yang bertugas mengontrol permasalahan di
daerah-daerah dan semua komunikasi dengan gubernur-gubernur.
d) Diwan al-Mustagallat (Kementerian Urusan Perpajakan).
3. Politik Arabisasi. Dengan tatanan masyarakat yang homogin tersebut, menimbulkan
ambisi penguasa dinasti ini untuk mempersatukan masyarakat dengan politik Arabisme,
yaitu membangun bangsa Arab yang besar dan sekaligus menjadi kaum muslimin. Usaha-
usaha ke arah itu antara lain anak-anak Arab yang lahir di daerah-daeah penaklukan
diwajibkan untuk membuat akte kelahiran masyarakat Arab agar keaslian mereka terjaga.
4. Perluasan (ekspansi) wilayah kekuasaan. Pada zaman Mu’awiyah, ‘Uqbah bin Nafi’
berhasil menguasai Tunis yang kemudian didirikankota Qairawan sebagai pusat
kebudayaan Islam pada tahun 760 M. Setelah itu, Muawiyah memperoleh daerah
Khurasan sampai ke Lahore di Pakistan. Di sebelah barat dan utara diarahkan ke
Bizantium dan dapat menundukkan Rhodes dan pulau-pulau lain di Yunani. Pada tahun
48 H, Muawiyyah merencanakan penyerangan laut dan darat terhadap Konstantinopel,
tetapi gagal setelah kehilangan pasukan dan kapal perang mereka.4
Dinasti Umayah menaklukkan Imperium Persia beserta wilayah kepunyaan
Imperium Byzantium, sesungguhnya kemakmuran bagi Dinasti ini melimpah ruah yang
mengalir untuk kas negara.
Kebijakan Dinasti di bidang ekonomi lainnya adalah menjamin keadaan aman
untuk lalu lintas darat dan laut, lalu lintas darat melalui jalan Sutera ke Tiongkok guna
memperlancar perdagangan sutera, keramik, obat-obatan dan wewangian, sedangkan lalu
lintas laut ke arah negeri-negeri belahan untuk mencari rempah-rempah, bumbu, kasturi,
permata, logam mulia, gading dan bulu-buluan. Keadaan demikian membuat kota Basrah
dan Aden di teluk Persia menjadi lalu lintas perdagangan dan pelabuhan dagang yang
sangat ramai dan makmur.5
Salah satu aspek dari peradaban adalah pengembangan ilmu pengetahuan. Bila
pada masa Rasulullah s.a.w. dan al-Khulafa’ ar- Rasyidun perhatian terpusat pada usaha
untuk memahami al-Qur’an dan Hadis untuk memperdalam ajaran Islam dalam berbagai
aspeknya, maka perhatian sesudah itu, sesuai dengan kebutuhan zaman, tertuju pada
ilmu- ilmu yang diwariskan oleh bangsa-bangsa yang sudah maju di bidang ilmu
pengetahuan sebelum Islam datang.
Dalam daerah kekuasaan Dinasti Bani Umayah terdapat kota- kota pusat
kebudayaan seperti: Yunani, Iskandariyah, Antokia, Harran, Yunde Sahpur yang
dikembangkan oleh ilmuwan-ilmuwan beragama Yahudi, Nasrani dan Zoroaster. Setelah
masuk Islam para ilmuwan itu tetap memelihara ilmu-ilmu peninggalan Yunani itu,
bahkan mendapat perlindungan.6
Pada masa Dinasti Bani Umayah ini sempat dilakukan perbaikan-perbaikan
terhadap masjid-masjid tua yang sudah ada sejak masa Rasulullah s.a.w. Khalifah ‘Abdul
Malik bin Marwan menyediakan dana 10.000 dinar mas untuk memperluas Masjidil
Haram,
kemudian Walid I menyempurnakan perbaikannya dengan memperhatikan aspek- aspek
estetikanya seperti membuat pintu dan jendela lengkung, berukir dan tiang-tiangnya dibuat dari
batu granit. Begitu pula Masjid Nabawi, oleh Walid I diperluas dan diperintah dengan konstruksi
dan arsitektur Syria di bawah pengawasan ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz, yang pada saat itu menjabat
gubernur di Madinah. Menurut salah satu sumber, dinding masjid ini dihiasi mozaik dan batu
permata. Tiangnya dari batu marmer, lantainya dari batu pualam, plafonnya bertatahkan emas
murni, ditambah empat buah menara.

4
Shabir, Muslich (2019). Sejarah Peradaban Islam (Semarang: (eLSA) Press), hlm 68-70.
5
Shabir, Muslich (2019). Sejarah Peradaban Islam (Semarang: (eLSA) Press), hlm 71.
6
Shabir, Muslich (2019). Sejarah Peradaban Islam (Semarang: (eLSA) Press), hlm 72.

Secara lebih lengkap, di bawah ini disebutkan beberapa prestasi Dinasti Bani
Umayyah dalam pembangunan fisik yaitu sebagai berikut:7
1. Membangun pos-pos serta menyediakan kelengkapan peralatannya.
2. Membangun jalan raya.
3. Mencetak mata uang.
4. Membangun panti asuhan.
5. Membangun gedung pemerintahan.
6. Membangun masjid.
7. Membangun rumah sakit.
8. Membangun sekolah kedokteran.

D. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Runtuhnya Dinasti Bani Umayah

Adapun factor-faktor kemunduran dinasti Bani Umayyah adalah sebagai berikut:


1. Khalifah memiliki kekuasaan yang absolute. Khalifah tidak mengenal kompromi.
Menentang khalifah berarti mati. Contohnya adalah peristiwa pembunuhan Husein dan para
pengikutnya di Karbala. Peritiwa ini menyimpan dendam dikalangan para penentang Bani
Umayyah. Sehingga selama masamasa kekhalifahan Bani Umayyah terjadi pergolakan
politik yang menyebabkan situasi dan kondisi dalam negeri dan pemerintahan terganggu.
2. Gaya hidup mewah para khalifah. Kebiasaan pesta dan berfoya-foya dikalangan istana,
menjadi faktor penyebab rendahnya moralitas mereka, disamping mengganggu keuangan
Negara. Contohnya, Khalifah Abdul Malik bin Marwan dikenal sebagai seorang khalifah
yang suka berfoya-foya dan memboroskan uang Negara. Sifat-sifat inilah yang tidak
disukai masyarakat, sehingga lambat laun mereka melakukan gerakan pemberontakan untuk
menggulingkan kekuasaan dinasti Bani Umayyah
3. Tidak adanya ketentuan yang tegas mengenai sistem pengangkatan khalifah. Hal ini
berujung pada perebutan kekuasaan diantara para calon khalifah.
4. Banyaknya gerakan pemberontakan selama masa-masa pertengahan hingga akhir
pemerintahan Bani Umayyah. Usaha penumpasan para pemberontak menghabiskan daya
dan dana yang tidak sedikit, sehingga kekuatan Bani Umayyah melemah.

6.
Shabir, Muslich (2019). Sejarah Peradaban Islam (Semarang: (eLSA) Press), hlm 76-77
5. Pertentangan antara Arab Utara (Arab Mudhariyah) dan Arab Selatan (Arab Himariyah)
semakin meruncing, sehingga para penguasa Bani Umayah mengalami kesulitan untuk
mempertahankan kesatuan dan persatuan serta keutuhan Negara.
6. Banyaknya tokoh agama yang kecewa dengan kebijaksanaan para penguasa Bani Umayah,
karena tidak didasari dengan syari’at Islam.14 Akhirnya pada tahun 750 M, daulat
Umayyah digulingkan Bani Abbasiyah yang bersekutu dengan Abu Muslim Al-Khurasani.
Marwan bin Muhammad, khalifah terakhir Bani Umayyah, melarikan diri ke Mesir,
ditangkap dan dibunuh di sana. 6

Pada akhirnya daulat Bani Umayyah runtuh dan keruntuhannya menjadi pelajaran bagi
kaum muslimin. Barangkali di antara sebabsebabnya yang terpenting ialah dampak pembunuhan
yang dilakukan oleh Yazid ibn Muawiyyah terhadap al-Husein, cucu Rasulullah.7

6
Murodi, Sejarah Kebudayaan Islam. hal. 27-28.
7
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam. hal.48
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Mu’awiyah I bin Abu Sufyan adalah pendiri Dinasti Umayah, ia merupakan putra
dari Abu Sufyan ibn Harb ibn Umayyah ibn Abdu Syam ibn Abdu Manaf. Sebagai
keturunan dari Abdu Manaf, Muawiyah memiliki hubungan kerabat dengan nabi
Muhammad SAW. Dan masa Dinasti Umayyah berlangsung selama -+ 90 tahun dengan
14 orang khalifah. Berbagai kemajuan telah diperoleh pada masa Dinasti ini, yakni dalam
bidang administrasi. Serta peninggalan peradaban islam pada masa Dinasti Umayyah ada
yang berbentuk fisik (bangunan-bangunan, sarana-sarana umum, dan sebagainya) dan
nonfisik (intelektual dan ilmu pengetahuan).

B. Saran

Demikian makalah yang kami susun, penulis menyadari dalam makalah ini masih
banyak sekali kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun sangat di harapkan demi kesempurnaan makalah. Selanjutnya semoga
makalah ini dapat di jadikan sumber referensi dan bermanfaat bagi pembaaca Aamiin.
DAFTAR PUSTAKA

Ely Zainudin (2015). Perkembangan Islam pada Masa Bani Umayyah. Jurnal Intelegensia–Vol.03
Dr. H. Syamruddin Nasution, M.Ag. (2013). Sejarah Peradaban Islam. Pekan Baru-Riau: Yayasan
Pusaka Riau
Shabir, Muslich (2019). Sejarah Peradaban Islam (Semarang): (eLSA) Press)
https://pelajaransejarahislam.blogspot.com/2018/11/berdirinya-dinasti-bani-
umayyah.html diakses pada 11 Maret 2022
https://web.facebook.com/notes/kisah-kisah-islami-dan-cerita-orang-orang-
shaleh/sejarah-berdirinya-dinasti-bani-umayah/497963803718850?_rdc=1&_rdr
diakses pada 11 Maret 2022

Anda mungkin juga menyukai