Oleh Kelompok 2 :
Shalawat serta salam tidak lupa pula kita haturkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan para pengikut beliau hingga akhir zaman.
Semoga kelak kita semua mendapat syafa‟at beliau di Yaumil Qiyamah. Aamiin Yaa
Rabbal Aalamiin.
Para penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Asikin Nor, Dr,.
M.Ag selaku dosen pengampu mata kuliah Sejarah Pendidikan Islam dan kepada
semua pihak yang telah membantu penulisan tugas makalah ini dari awal hingga selesai.
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Sejarah Pendidikan Islam semester genap dengan judul, “Sejarah Dan
Perkembangan Bahasa Dinasti Bani Umayyah.”
Kelompok 2
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1
5. Apa Saja Keberhasilan yang Diraih Bani Umayyah pada Masanya ?
6. Bagaimana Kehancuran Bani Umayyah ?
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Daulah Bani Umayyah berdiri pada tahun 41H/661M. Didirikan oleh Mu’awiyyah
bin Abi Sufyan. Ia adalah gubernur Syam pada masa pemerintahan Umar bin Khattab
dan Utsman bin Affan. Selama ia menjabat menjadi gubernur, ia telah membentuk
kekuatan militer yang dapat memperkuat posisinya di masa-masa mendatang. Pada
masa Umar bin Khattab, ia mengusulkan untuk mendirikan angkatan laut, tetapi umar
menolaknya. Dan angkatan lautnya berhasil didirikan ketika masa Utsman bin Affan.
Bani Umayah adalah sebuah nama yang diadopsi dari nama salah seorang tokoh
kabilah Quraisy pada masa jahiliyyah, yaitu Umayyah ibn Abd Al-Syam ibn Abd
Manaf ibn Qusay Al-Quraisyi Al-Amawiy.1 Dinasti Umayyah dinisbatkan kepada
Mu’awiyah ibn Abi Sufyan ibn Harb ibn Umayyah ibn Abd Al-Syams yang
merupakan pembangun Dinasti Umayyah dan juga khalifah pertama yang
memindahkan ibu kota kekuasaan Islam dari Kufah ke Damaskus.
1
Ahmad Al-Usairy, Sejarah Islam, (Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2004), h. 181
2
Muhammad Iqbal, Fiqh Siyasah: Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam, (Jakarta: Gaya
Media Pratama, 2007), cet. II, h. 79
3
muslim ketika itu. Sedangkan keluarga Hasan hidup mengasingkan diri sebagai orang
biasa. Namun Umayyah terus memburunya hingga akhirnya Hasan meninggal karena
diracun.
Pada masa pemerintahan Khalifah Ali bin Abi Thalib, terjadi pertempuran Ali
dengan Muawiyah di Shiffin. Perang ini diakhiri dengan tahkim, tapi ternyata tidak
menyelesaikan masalah bahkan menimbulkan adanya golongan tiga yaitu Khawarij
yang keluar dari barisan Ali Umat Islam menjadi terpecah menjadI tiga golongan
politik yaitu Muawiyah, Syiah dan Khawarij.
Pada tahun 660 M Ali terbunuh oleh salah seorang anggota Khawarij. Dengan
demikian berakhirlah masa Khulafaur Rasyidin dan mulai kekuasaan Bani
Umayah dalam semangat politik Islam. Kekuasaan Bani Umayah berbentuk
pemerintahan yang bersifat demokratis berubah menjadi monarchiheridetis (kerajaan
turun temurun). Hal ini dimulai ketika Muawiyah mewajibkan seluruh rakyatnya
untuk menyatakan setia terhadap anaknya Yazid.
Peristiwa takhim berdasarkan sejarah yang kita pelajari ialah berlaku perebutan
kekuasaan antara Ali dan Mu’awiyah yang membawa mereka ke meja perundingan.4
3
Abu Al-A’la Al-Maududi, Khilafah dan Kerajaan, (Bandung: Mizan, 1984), h. 123
4
A. Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam I, (Jakarta: Al-Husna Zikra, 2000), cet. IV,
h. 302.
4
Perundingan antara mereka berdua telah diwakili oleh Abu Musa al-‘Asyari bagi
pihak Ali dan ‘Amr bin al-‘Ash bagi pihak Mua’wiyah. Kedua-dua perunding telah
setuju untuk memecat Ali dan Mua’wiyah. Menurut sejarah lagi, ‘Amr bin al-‘Ash
dengan kelicikannya mampu memperdayakam Abu Musa yang digambarkan sebagai
seorang yang lalai dan mudah tertipu. Akibatnya, Ali terlepas dari jawatan khalifah.
Oleh karena peristiwa takhim sangat penting dalam sejarah politik negara
Islam, adalah perlu untuk kita menyingkap hakikat sebenarnya pada babak-
babaknya di mana peristiwa ini telah disalahtanggapi dan telah disalahtafsirkan.
Akibatnya timbul kesan buruk yaitu menjatuhkan kedudukan dan martabat para
sahabat. Peristiwa tahkim yang tersebar itu telah menjadikan sebahagian sahabat
sebagai penipu dan orang yang mudah terpedaya dan sebahagian yang lain
dituduh sebagai perakus kuasa.
Dengan meletakkan riwayat tahkim di atas neraca kajian dan penilaian, dua
perkara dapat diamati, yaitu pertama, kelemahan pada sanad dan kedua,
kegoncangan pada matan atau teks. Dari sudut sanad terdapat dua perawi yang
diakui keadilannya yaitu Abu Mikhnaf Lut bin Yahya dan Abu Janab al-Kalbi.
Abu Mikhnaf seorang yang dha’if. Al-Bukhari dan Abu Hatim berkata: Yahya bin al-
Qattan mendha’ifkannya. Uthman al-Darimi dan al-Nasa’i mengatakan dia dha’if.
Ada tiga perkara yang dikesani pada matannya. Pertama, berkaitan dengan perselisihan
antara Ali dan Mu’awiyah yang menjadi puncak kepada peperangan antara mereka
berdua. Kedua, persoalan jawatan Ali dan Mu’awiyah. Ketiga, kepribadian Abu
Musa al-Asy’ari dan Amr bin al-‘Ash.
Latar belakang lahirnya Dinasti Umayyah ialah dalam kondisi dan situasi di tengah-
tengah terjadinya pertentangan politik antara golongan, yaitu: golongan Syi’ah,
golongan Khawarij, golongan Jami’iyah, dan golongan Zubaer. Dari pertentangan
polotik antargolongan itu, kelompok Bani Umayyah yang dipelopori Mu’awiyah
5
muncul sebagai pemenangnya yang selanjutnya berdirilah pemerintah Daulat Bani
Umayyah.
6
Kurang lebih itulah beberapa kebijakan yang di buat
Muawiyah semasa hidup beliau. Beliau wafat pada 60 H di
Damaskus karena sakit setelah beliau menjabat sebagai
khalifah selama 19 tahun dan menyerahkan kekuasaannya
kepada putranya yaitu Yazid bin Muawiyah.
7
4) Marwan bin Hakam (64-65 H/ 683-684 M)
Beliau adalah penasihat sekaligus gubernur pada masa
Yazid bin Muawiyah di Damaskus sedangkan pada masa
khalifah Utsman bin Affan adalah seorang pemegang stempel
kekuasaan. Sebelum Muawiyah bin Yazid wafat beliau tidak
menunjuk seorang pun untuk menjadi penggantinya, oleh karena
itu Bani Umayyah menunjuk Marwan bin Hakam karena dia
dianggap paling depan dan berpengalaman dalam
mengendalikan kekuasaan. Marwan terbukti mampu
menghadapi berbagai kesulitan dan menyelesaikannya satu
persatu sehingga beliau dapat menduduki Mesir, Palestina, dan
Hijaz. Namun kepemimpinan hanya berlangsung 1 tahun,
sebelum beliau wafat beliau menunjuk Abdul Malik dan Abdul
Aziz sebagai pengganti beluai nantinya.
5) Abdul Malik bin Marwan (65-86 H/ 684-705 M)
8
a) Menjadikan bahasa arab sebagai bahasa resmi
dalam administrasi kekhalifahan di seluruh
wilayah Bani Umayyah.
b) Mencetak mata uang secara teratur.
c) Pengangkatan gubernur dari kalangan keluarga
Bani Umayyah saja dan para gubernur dibatasi
kekuasaannya atau tidak diberi kekuasaan
secara mutlak.
d) Mendirikan kantor-kantor pos dan membuka
jalan-jalan guna memperlancar pengiriman
surat ke berbagai tempat.
e) Membangun beberapa masjid, gedung, dan
saluran air.
f) Bersama Al-Hajjaj beliau menyempurnakan
penulisan dalam beberapa huruf hijaiyah pada
mushaf Al-Qur’an dalam hal titik yang kita
kenal pada huruf hijaiyah zaman kita sekarang.
6) Al-Walid bin Abdul Malik (86-96 H/ 705-714 M)
Beliau adalah salah satu khalifah yang banyak berperan
dalam masalah pembangunan fasilitas umum pada masa itu
seperti penyempurnaan pembangunan jalan-jalan, pabrik-pabrik,
gedung-gedung, juga sumur-sumur. Beliau juga membangun
masjid Al-Amawi di Damaskus yang terkenal hingga sekarang,
Masjid Al-Aqsha di Yerussalem, dan juga memperluas Masjid
Nabawi di Madinah. Selain itu beliau juga memberikan
pelayanan kepada yatim piatu, fakir miskin, dan penderita cacat
juga membangun rumah sakit di Damaskus bagi penderita kusta.
7) Sulaiman bin Abdul Malik (96-99 H/ 714-717 M)
9
Pada masa kekhalifahan beliau, rakyat benci terhadap
tabiat beliau yang lebih mencintai kehidupan dunia dan senang
berfoya-foya dan ini berbeda dengan zaman kakaknya yakni Al-
Walid bin Abdul Malik. Hal tersebut menyebabkan perpecahan
baik dari kalangan pejabat negaranya dan begitu pula
masyarakatnya. Bahkan orang-orang yang berjasa pada masa
kekhalifahan sebelumnya disiksa seperti keluarga Hajjaj bin
Yusuf dan Muhammad bin Qasim. Beliau wafat di Dabik
perbatasan Byzantium dan berkuasa selama 2 tahun lamanya
dan sebelum wafat beliau menunjuk Umar bin Abdul Aziz
sebagai penerusnya.
8) Umar bin Abdul Aziz (99-101 H/ 717-719 M)
Beliau adalah khalifah terbesar ketiga setelah Abdul
Malik bin Marwan pada masa dinasti Umayyah. Beliau dikenal
dengan seorang yang bertakwa, bersih dan adil. Sebelum
menjadi khalifah beliau merupakan pejabat yang kaya akan ilmu
dan harta namun setelah menjadi khalifah beliau menjadi zahid,
sederhana, pekerja keras dan berjuang melayani rakyatnya
hingga akhir hayat beliau. Bahkan beliau mengembalikan
sebagian hartanya yaitu berupa tanah dan perhiasan istrinya ke
baitul-mal. Umar bin Abdul Aziz wafat pada usia 39 tahun dan
menjadi khalifah selama 2 tahun, jasad beliau di makamkan di
Dair Simon dekat Hims.
Berikut beberapa kebijakan yang telah beliau buat
selama beliau memimpin:
a) Beliau memerintahkan untuk melakukan
pengumpulan hadis secara resmi.
b) Mengadakan perdamaian antara Amniyah,
Syi’ah, dan Khwarij.
10
c) Menaikkan gaji para gubernur.
d) Berupaya memeratakan kemakmuran dengan
memberikan santunan kepada fakir miskin.
e) Memperbarui dinas pos.
f) Beliau juga mengurangi pajak dan menghentikan
pembayaran jizyah bagi para muallaf. Dan juga
menyamakan kedudukan orang non Arab dengan
orang Arab asli yang sebelumnya lebih
mengutamakan orang Arab asli.
9) Yazid bin Abdul Malik (101-105 H/ 719-723 M)
Pada masa ini kaum Khawarij kembali menentang
pemerintahan yang dipimpin oleh Yazid bin Abdul Malik karena
sikap beliau yang kurang adil dalam memimpin kekhalifahan.
Pada masa beliau juga konflik antara Mudhariyah dengan
Yamaniyah bangkit kembali. Adanya penentangan terhadap
kepemimpinan beliau karena sangat bertolak belakang dengan
kepemimpinan Umar bin Abdul Aziz yang mana beliau lebih
menyukai berfoya-foya sehingga dianggap kurang serius dalam
memimpin kekhalifahan.
10) Hisyam bin Abdul Malik (105-125 H/ 723-742 M)
Pada masa kepemimpinan Hisyam bin Abdul Malik ini
terjadi perselisihan antara Bani Umayyah dengan Bani Hasyim.
Beliau naik tahta setelah saudaranya Yazid bin Abdul Malik
wafat. Kebijakan-kebijakan yang beliau buat belum bisa
memperbaiki kesalahan para pendahulunya sehingga kualitas
bani Umayyah semakin merosot. Di samping itu
pemerintahannya merupakan pemerintahan yang jujur dan
lunak, banyak jasa yang telah beliau lakukan dalam keamanan
dan kemakmuran. Beliau merupakan seseorang yang menyukai
11
ilmu pengetahuan juga pendukung kesenian dan sastra yang
membuatnya menaruh perhatian besar pada pengembangan ilmu
pengetahuan.
11) Al-Walid bin Yazid (125-126 H/ 742-743 M)
Pada zaman Al-Walid bin Yazid ini kemerosotan Bani
Umayyah semakin bertambah. Karena digambarkan oleh para
penulis Arab Walid adalah seorang pemabuk, tidak bermoral,
dan pelanggar hukum. Memang pada awalnya beliau berbuat
baik kepada fakir miskin dan orang-orang lemah namun karena
sifat beliau yang pendendam dan jahat kepada sanak saudaranya
maka inilah yang menjadikan dinasti Bani Umayyah semakin
merosot.
12) Yazid bin Walid bin Abdul Malik (126 H/ 743 M)
13) Ibrahim bin Walid bin Abdul Malik (126-127 H/ 743-744 M)
14) Marwan bin Muhammad (127-132 H/ 744-750 M)5
Salah satu keberhasilan dari Bani Umayyah adalah berkembangnya ekonomi Islam,
di antaranya adalah perbaikan terhadap konsep pelaksanaan transaksi saham,
murabahah, muzara’ah serta kehadiran kitab al-Kharaj yang ditulis oleh Abu Yusuf
yang hidup pada masa pemerintahan khalifah Hasyim yang membahas tentang
kebijakan ekonomi, dipandang sebagai sumbangan pemikiran ekonomi yang cukup
berharga. Selain itu pada masa Bani Umayyah ekonomi Islam mempunyai beberapa
prinsip dasar di antaranya :
1. Kebebasan Individu
5
S. Syuhadak, “BAHASA ARAB DI MASA DAULAH UMAYYAH (661-749 M) DAN MASA DAULAH
ABBASIYAH (749-1258 M),” Arabia: Jurnal Pendidikan Bahasa Arab 9, no. 2 (August 23, 2019): 89–93,
https://doi.org/10.21043/arabia.v9i2.5893.
12
Individu mempunyai hak kebebasan sepenuhnya untuk berpendapat atau
membuat suatu keputusan yang dianggap perlu dalam berekonomi. Tanpa
kebebasan tersebut, individu muslim tidak dapat melaksanakan kewajiban
mendasar dan penting dalam menikmati kesejahteraan dan menghindari
terjadinya kekacauan dalam masyarakat.
2. Hak Terhadap Harta
Bani Umayyah tetap mengakui hak-hak individu untuk memiliki harta, tetapi
memberi batasan tertentu supaya kebebasan itu tidak merugikan kepentingan
masyarakat umum.6
3. Ketidaksamaan Ekonomi Dalam Batas Wajar
Meskipun Islam mengakui adanya keadaan dimana ekonomi antara orang
perorang tidak sama, namun Islam mengatur perbedaan tersebut dalam batas-
batas wajar dan adi.7
4. Kesamaan Sosial
Dinasti Umayyah mengatur agar setiap sumber-sumber ekonomi/kekayaan
negara dapat dinikmati oleh masyarakat, bukan oleh sekelompok masyarakat
saja. Disamping itu dinasti ini juga menetapkan gahwa setiap individu dalam
suatu negara mempunyai kesempatan yang sama untuk berusaha dan
mendapatkan pekerjaan atau menjalankan aktivitas ekonomi.8
5. Jaminan Sosial
Setiap individu punya hak untuk hidup dalam sebuah negara Islam dan setiap
warganegara dijamin untuk mendapatkan kesejahteraan dalam hidupnya. Tugas
utama bagi sebuah negara adalah menjamin setiap warganya dalam memenuhi
kebutuhannya.9
6. Distribusi Kekayaan Secara Meluas
6
Dewi Indrasari, “PERKEMBANGAN PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM PADA MASA
BANI UMAYYAH,” Jurnal Ilmu Pengetahuan Teknologi & Seni (2017). Hal 4.
7
Ibid. hal 5.
8
Ibid. hal 5.
9
Ibid. hal 5.
13
Dinasti Umayyah mencegah penumpukan kekayaan pada kelompok kecil
tertentu orang dan menganjurkan distribusi kekayaan kepada semua lapisan
masyarakat.
7. Larangan Menumpuk Kekayaan
Sistem ekonomi Islam melarang individu mengumpulkan harta kekayaan
secara berlebihan dan mengambil langkah-langkah yang perlu untuk mencegah
perbuatan yang tidak baik tersebut supaya tidak terjadi dalam negara.
8. Larangan Terhadap Prilaku Anti Sosial
Sistem ekonomi Islam melarang semua praktek yang merusak dan anti sosial
yang didapati dalam masyarakat, misalnya berjudi, minum arak, riba,
menumpuk harta, pasar gelap.
9. Kesejahteraan Individu dan Mayarakat
Islam mengakui kesejahteraan individu dan kesejahteraan sosial masyarakat
yang salin melengkapi satu dengan yang lain, bukan saling bersaing dan
bertentangan antar mereka.
Selain dari prinsip-prinsip ekonomi Islam yang dibuat oleh Bani Umayyah, ada
juga beberapa sumbangan pemikiran untuk kemajuan ekonomi dari pada khilafah Bani
Umayyah, di antaranya :
1. Muawiyah bin Abu Sufyan
Pemikiran beliau pada tentang ekonomi antara lain :
- Mampu membangun sebuah masyarata muslim tertata rapi sebagai syarat
kondusifnya dalam berkeonomi.
- Mencetak mata uang, membangun birokrasi seperti fungsi pengumpulan
pajak dan administrasi politik
2. Abdul Malik bin Marwan
Pemikiran beliau dibidang ekonomi di antaranya :
- Menjatuhkan hukuman ta’zir kepada mereka yang mencetak mata uang
diluar percetakan negara.
E. Kehancuran Bani Umayyah
14
Kehancuran dinasti Bani Umayyah di picu oleh beberapa faktor di antaranya:
- Perlawanan Khawarij
Al-Asyja’i pada masa pemerintahan Mu’awiyyah (661-680 M). Setelah
Hasan mengundurkan diri serta menyerahkan khalifah kepada Mu’awiyyah,
dan setelah Mu’awiyyah datang ke Kufah, ketika itu Farwah berseru kepada
kaum Khawarij:” Kini telah datang sesuatu yang tidak diragukan lagi, maka
berangkatlah kamu untuk memerangi Mu’awiyyah, dan berjuanglah
terhadapnya !”. Namun kekuatan ini akhirnya dapat dipatahkan oleh
penduduk Kufah atas ancaman Mu’awiyyah. Setelah Mu’awiyyah dan
pahlawan-pahlawan yang telah melakukan bermacam usaha untuk
menghadapi dan menindas kaum Khawarij yaitu Mugirah Ibn Syu’bah,
Ziyad Ibn Abihi dan Ubaidillah Ibn Ziyad wafat, kaum Khawarij seolah-
olah terlepas dari belenggu yang membatasi gerakan mereka selama ini.
Apalagi ditambah dengan kegoncangan situasi setelah wafatnya
Mu’awiyyah. Maka kaum Khawarij kembali bergerak dibawah pimpinan
Nafi’ Ibn Azraq. Golongan ini bersifat keras dan banyak melakukan
penyelewengan-penyelewengan dalam bidang hukum. Mereka
menghalalkan membunuh anak-anak dan mengkafirkan orang-orang yang
tidak mau berperang, dan menganggap harta benda orang-orang yang
menantangnya halal bagi mereka. Nafi’ telah berhasil mendapatkan sukses
yang besar, karena mendapatkan bantuan dari kegoncangan-kegoncangan
yang timbul dalam tubuh Bani Umayyah dimasa itu. la dapat menaklukkan
daerah Ahwaz, dan berhasil menegakkan kekuasaannya di Sawad. Tetapi
karena prinsipprinsipnya di atas ia mendapatkan banyak musuh.
Oleb sebab itu orang-orang Basrah berkumpul dan mengangkat
Muhallab Ibn Abi Sufrah sebagai pemimpin mereka untuk menyerang kaum
Khawarij. Dan mereka berhasil membunuh Nafi’ Ibn Azraq. Selanjutnya di
bawah pimpinan Qathari Ibn Fuja’ah kaum Khawarij menggulangi lagi
kegiatannya di daerah Kirman dan Ashfihan, lebih-lebih ketika Muhallab
15
disingkirkan untuk membasmi mereka di waktu kekuasaan Ibn Zubair telah
sampai ke Basrah, dan Mus’ab mengangkat Muhallab sebagai Gubernur di
Jazirah dan sebagai gantinya ia mengangkat Umar Ibn Ubaidillah Ma’mar.
Namun ia tidak sanggup memerangi kaum Khawarij. Akhirnya Muhallab
dikembalikan pada jabatannya semula. Ketika riwayat Ibn Zubair telah
berakhir maka tugas untuk memerangi kaun Khawarij terletak di atas
pundak al-Hajjaj dan ‘Abdul Malik Ibn Marwarb Mereka menetapkan
Muhallab untuk melanjutkan perjuangannya membasiHkaum Khawarij.
Sementara itu terjadi perselisihan di kalangan pengikuvQathari, sehingga
mereka ferbagi menjadi dua golongan.
Muhallab mengadu dombakan mereka, hingga akhirnya pasukan Bani
Umayyah dapat membunuh Qathari dan kaumnya pada tahun 77. Dan di
bawah pimpinan Syabib Ibn Yazid asy-Syaibani kaum Khawarij
naerongrong kekuasaan alHajjaj. Pada tahun 76 H, Syabib keluar untuk
bertempur dan dapat menghancurkan banyak pasukan Bani Umayyah,
sehingga ia masuk ke Kufah dan mengancam istana kediaman al-Hajjaj Al-
Hajjaj lantas bergerak melawan Syabib dan terjadilah pertempuran yang
menyebabkan al-Hajjaj banyak menderita kekalahan. Tetapi akhirnya
Syabib terpaksa juga melarikan diri ke Ahwaz. Al-Hajjaj mengirimkan
pasukannya kesana di bawah pimpinan Sufyan Ibn Abrad. Sehingga ia
berbasil mengepung Syabib di laut dan menenggelamkannya pada tabun 78.
Pada masa Pemerintahan ‘Umar lbn ‘Abdil ‘Aziz pemberontakan kaum
Khawarij semakin berkurang karena ia memerintah sangat arif dan
Wjaksana. Tetapi setelah ia meninggal pemberontakan ini muncul kembali
di bawah pimpinan Abu Hamzah al-Khairiji di Mekkah pada tahun 129 H.
Pada waktu itu dinasti Bani Umayyah dipimpin oleh Malifah terakhir
Marwan Ibn Muhammad. Kemenangan-kemenangan Yang telah
diperolehnya meliputi kota Madinah pada tahun 130H. Akan tetapi Marwan
mengirimkan pasukan untuk menghancurkannya dan para pengikutnya.
16
Daulah Umayyah rubuh setelah kaum Khawarij mengalami kelemahan dan
kemerosotan tekad.10
10
Nelly Yusra, “DIAMBANG KEMUNDURAN DAN KEHANCURAN DINASTY BANI
UMAYYAH,” An-Nida Vol. 37 (2012). Hal 115.
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dinasti Umayyah merupakan kekhalifahan pertama setelah era Khulafaur
Rasyidin dalam sejarah Islam. Nama dinasti ini diambil dari Umayyah bin 'Abd
asy-Syams atau Muawiyah bin Abu Sufyan alias Muawiyah I, salah seorang
sahabat Nabi Muhammad, lalu menjadi khalifah yang memimpin pada 661-680
Masehi. Secara garis besar, pemerintahan Dinasti Umayyah yang berlangsung
selama hampir 90 tahun terbagi dalam dua periode, yakni masa Kekhalifahan
yang berpusat di Damaskus (Suriah) dan era kejayaan di Spanyol, Andalusia,
dengan pusatnya di Cordoba. Kejayaan Dinasti Umayyah mulai menurun ketika
kelompok yang tidak puas terhadap pemerintahan mulai muncul. Bani
Abbasiyyah memimpin upaya perlawanan ini dan pada akhirnya melemahkan
kekuasaan Bani Umayyah.
B. Saran
Dalam uraian makalah ini, tentu tidak luput dari berbagai macam kesalahan
untuk itu para penulis sangat berharap peran pembaca dalam memberikan saran dan
kritik yang dapat membangun. Terimakasih
18
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Al-Usairy, Sejarah Islam, (Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2004)
A, Salaby, Sejarah dan Kebudayaan Islam I, (Jakarta: Pustaka Al-Husna Zikra, 2000),
cet IV
19