Anda di halaman 1dari 17

DINASTI UMAYYAH (661 -750 M)

(Makalah ini disusun untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Sejarah Peradaban Islam)

Dosen Pengampu ;
Fithrotin Jamilah H.MI

Oleh Kelompok 8 :
Ahmad Muslihin
M Iqbal Pratama
M Khafit Amiruallah
Irginiawan Listanto K

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM


FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS PSANTREN KH. ABDUL CHALIM
MOJOKERTO
2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt. Yang telah melimpahkan


rahmat, taufik, dan hidayah kepada kami, sehingga kami mampu
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Dinasti Umayyah (661 -
750 M)” ini dengan baik.
Makalah ini telah kami susun dengan usaha yang terbaik dengan
didukung oleh berbagai sumber. Atas terselesaikannya makalah ini,
kami mengucapkan terimakasih kepada pihak yang dapat membantu
khususnya kepada Ibu Fithrotin Jamilah M.HI Selaku dosen
pengampu mata kuliah Sejarah Peradaban Islam.
Kami sebagai tim penyusun mengharapkan makalah ini dapat
memberi manfaat dan pemahaman kepada pembaca. Untuk
penyempurnaan makalah ini, diharapkan saran dan kritik dari pembaca.
Kami memohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan kata
dan kalimat yang kurang efektif.

Mojokerto, 2 oktober 2023

Kelompok 8

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................………2
DAFTAR ISI ...............................................................................…........................ 3
BAB I PENDAHULUAN .......................................................…................……….4
A. Latar Belakang .....................................................................….....................…..4
B. Rumusan Masalah….............................................................…................….........6
BAB II PEMBAHASAN .........................................................…............................. 7
A. Sejarah Berdirinya Dinasti Bani Umayyah .......................….......................… ....7
B. Bentuk Pemerintahan Dinasti Bani Umayyah. .................….........................….... 8
C. Peradaban Pada Masa Dinasti Bani Umayyah ..................…........................…....9
1. Sistem Politik dan Perluasan Wilayah………………………………………….9
2. Sistem Ekonomi……………………………….………………………….……10
3. Sistem Sosial (Arab Malawi..………………………………………….……….10
4. Sistem Fiskal…………………………………………………………..……….11
5. Sistem Pradila………………………………………………………………….12
D. Pembangunan pada dinasti Bani Umayyah…………………………….……….12
E. Masa Keemasan Dinasi Bani Umayyah…………………………………………13
F. Keruntuhan Dinasti Bani Umayyah………………………………………….….14
BAB III PENUTUP….............................................................................……......... 16
A. Kesimpulan.........................................................................................………….16
B. Saran................................................................................................……………16
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................….…….17

3
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bani Umayyah atau Kekhalifahan Umayyah, adalah kekhalifahan
Islam pertama setelah masa Khulafaur Rasyidin yang memerintah dari
661 sampai 750 di Jazirah Arab dan sekitarnya (beribu kota di
Damaskus); serta dari 756 sampai 1031 di Cordoba, Spanyol sebagai
Kekhalifahan Cordoba. Nama dinasti ini dirujuk kepada Umayyah bin
‘Abd asy-Syams, kakek buyut dari khalifah pertama Bani Umayyah,
yaitu Muawiyah bin Abu Sufyan atau kadang kala disebut juga dengan
Muawiyah I.

Berakhirnya kekuasaan khalifah Ali bin Abi Thalib


mengakibatkan lahirnya kekuasaan yang berpola dinasti atau kerajaan.
Pola kepemimpinan sebelumnya (khalifah Ali) yang masih
menerapkan pola keteladanan Nabi Muhammad, yaitu pemilihan
khalifah dengan proses musyawarah akan terasa berbeda ketika
memasuki pola kepemimpinan dinasti-dinasti yang berkembang
sesudahnya.

Dinasti Bani Umayyah merupakan dinasti yang berkuasa selama


lebih kurang 90 tahun (41-132 H / 661-750 M). Dinasti Umayyah
merupakan kerajaan Islam pertama yang didirikan oleh Muawiyah
Ibnu Abi Sufyan. Perintisan dinasti ini dilakukannya dengan cara
menolak pembantaian terhadap khalifah Ali bin Abi Thalib, kemudian
ia memilih berperang dan melakukan perdamaian dengan pihak Ali
dengan strategi politik yang sangat menguntungkan baginya.

4
Jatuhnya Ali dan naiknya Muawiyah juga disebabkan
keberhasilan pihak khawarij (kelompok yang membangkang dari Ali)
membunuh khalifah Ali, meskipun kemudian tampuk kekuasaan
dipegang oleh putranya Hasan, namun tanpa dukungan yang kuat dan
kondisi politik yang kacau akhirnya kepemimpinannya pun hanya
bertahan sampai beberapa bulan. Pada akhirnya Hasan menyerahkan
kepemimpinan kepada Muawiyah, namun dengan perjanjian bahwa
pemilihan kepemimpinan sesudahnya adalah diserahkan kepada umat
Islam. Perjanjian tersebut dibuat pada tahun 661 M / 41 H dan dikenal
dengan am jama’ah karena perjanjian ini mempersatukan umat Islam
menjadi satu kepemimpinan, namun secara tidak langsung mengubah
pola pemerintahan menjadi kerajaan.

Meskipun begitu, munculnya Dinasti Umayyah memberikan


babak baru dalam kemajuan peradaban Islam, hal itu dibuktikan
dengan sumbangan-sumbangannya dalam perluasan wilayah,
kemajuan pendidikan, kebudayaan dan lain sebagainya.

5
B. Rumusan Masalah

Bagaimana sejarah berdirinya Dinasti Bani Umayyah?


Bagaimana bentuk pemerintahan Dinasti Bani Umayyah?
Bagaimana peradaban pada Masa Dinasti Umayyah?
Bagaimana pembangunan pada masa Dinasti Bani Umayyah?
Bagaimana masa keemasan Dinasti Bani Umayyah?
Bagaimana proses keruntuhan Dinasti Bani Umayyah?

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Berdirinya Dinasti Bani Umayyah


Sejarah berdirinya Daulah Umayyah berasal dari nama Umayyah
Ibn ‘Abdi Syams Ibn ‘Abdi Manaf, yaitu salah seorang dari pemimpin
kabilah Quraisy pada zaman jahiliah. Bani Umayyah baru masuk
agama Islam setelah mereka tidak menemukan jalan lain selain
memasukinya, yaitu ketika Nabi Muhammad berserta beribu-ribu
pengikutnya yang benar-benar percaya terhadap kerasulan dan
kepemimpinan yang menyerbu masuk ke dalam kota Makkah.
Memasuki tahun ke 40 H/660 M, banyak sekali pertikaian politik di
kalangan umat Islam, puncaknya adalah ketika terbunuhnya Khalifah
Ali bin Abi Thalib oleh Ibnu Muljam.
Setelah khalifah terbunuh, kaum muslimin diwilayah Irak
mengangkat al-Hasan putra tertua Ali sebagai khalifah yang sah.
Sementara itu Muawiyah sebagai gubernur provinsi Suriah juga
menobatkan dirinya sebagai Khalifah. Namun karena Hasan ternyata
lemah sementara Muawiyah bin Abi Sufyan bertambah kuat, maka
Hasan bin Ali menyerahkan pemerintahannya kepada Muawiyah bin
Abi Sufyan. Muawiyah sebagai pendiri dinasti Umayyah adalah putra
Abu Sufyan, seorang pemuka Quraisy yang menjadi musuh Nabi
Muhammad saw. Muawiyah dan keluarga keturunan Bani Umayyah
memeluk Islam pada saat terjadi penaklukan kota Makkah. Nabi
pernah mengangkatnya sebagai sekretaris pribadi dan Nabi berkenan
menikahi saudaranya yang perempuan yang bernama Umi Habibah.

Karier politik Muawiyah mulai meningkat pada masa


pemerintahan Umar Ibn Khattab. Setelah kematian Yazid Ibn Abu
Sufyan pada peperangan Yarmuk, Muawiyah diangkat. menjadi kepala

7
di sebuah kota di Syria. Karena keberhasilan kepemimpinannya, tidak
lama kemudian dia diangkat menjadi gubernur Syria oleh khalifah
Umar. Muawiyah selama menjabat sebagai gubernur Syria, giat
melancarkan perluasan wilayah kekuasaan Islam sampai perbatasan
wilayah kekuasaan Bizantine. Pada masa pemerintahan khalifah Ali
Ibn Abu Thalib, Muawiyah terlibat konflik dengan khalifah Ali untuk
mempertahankan kedudukannya sebagai gubernur Syria. Sejak saat itu
Muawiyah mulai berambisi untuk menjadi khalifah dengan
mendirikan dinasti Umayyah.

B. Bentuk Pemerintahan Dinasti Bani Umayyah


Setelah Muawiyah memindahkan pusat pemerintahan dari kota
Madinah ke Damaskus, maka pemerintahan Muawiyah berubah
bentuk dari Theo-Demokrasi menjadi monarki (kerajaan/dinasti) hal
ini berlaku semenjak ia mengangkat putranya Yazid sebagai putra
mahkota. Kebajikan yang dilakukan oleh Muawiyah ini dipengaruhi
oleh tradisi yang terdapat dibekas wilayah kerajaan Bizantium yang
sudah lama dikuasai oleh Muawiyah, semenjak dia diangkat menjadi
Gubernur oleh Umur Ibn Khatab di Suriah.
Setelah Muawiyah meninggal dunia orang-orang keturunan
Umayyah mengangkat Yazid bin Muawiyah menjadi Khalifah sebagai
pengganti ayahnya. semenjak itu sistim pemerintahan Bani Umayyah
memakai sistim turun-temurun sampai kepada Khalifah Marwan bin
Muhammad. Marwan bin Muhammad tewas dalam pertempuran
melawan pasukan Abdul Abbas As-Safah dari Bani Abas pada tahun
750 M. dengan demikian berakhir Dinasti Bani Umayyah dan diganti
oleh Dinasti Bani Abbas setelah memerintah lebih kurang 90 tahun.
Atas perubahan bentuk pemerintahan dari demokrasi ke monarki,
menimbulkan pertentangan dua tokoh, yakni Husen bin Ali dengan
Abdullah bin Zuber sehingga membuat Husen dan Abdullah
meninggalkan kota Madinah. Adapun khalifah-khalifah terbesar Bani

8
Umayyah adalah Muawiyah bin Abi Sofyan (661-680 M), Abd Al-
Malik bin Marwan (685-750 M), Al-Walid bin Abdul Malik (705-715),
Umar bin Abdul Azis (717-720 M), Hasyim bin Abdul Malik (720-743
M), puncak kejayaan Dinasti Bani Umayyah terjadi pada masa Umar
bin Abdul Aziz (717-720 M), setelah itu merupakan masa
keruntuhannya.

C. Peradaban pada Masa Dinasti Bani Umayyah


1. S is te m P olitik da n P e rlua s a n Wila ya h
Di jaman Muawiyah, Tunisia dapat ditaklukkan. Di sebelah timur,
Muawiyah dapat menguasai daerah Khurasan sampai ke sungai Oxus
dan Afganistan sampai ke Kabul. Angkatan lautnya melakukan
serangan-serangan ke Ibu Kota Bizantium, Konstantinopel. Ekspansi
ke timur yang dilakukan Muawiyah kemudian dilanjutkan oleh
Khalifah Abd Al-Malik, dia menyeberangi sungai Oxus dan dapat
berhasil menundukkan Baikh, Bukhara, Khawarizm, Ferghana dan
Samarkand. Mayoritas penduduk di kawasan ini kaum Paganisme.
Pasukan Islam menyerang wilayah Asia Tengah pada tahun 41 H / 661
M. pada tahun 43 H / 663 M mereka mampu menaklukkan Salistan dan
menaklukkan sebagian wilayah Thakaristan pada tahun 45 H / 665 M.
Ekspansi ke barat secara besar-besaran dilanjutkan di jaman Al-
Walid Ibn Abd Abdul Malik (705 M – 714 M). Masa pemerintahan
Walid adalah masa ketenteraman, kemakmuran dan ketertiban. Umat
Islam merasa hidup bahagia, tidak ada pemberontakan dimasa
pemerintahannya. Dia memulai kekuasaannya dengan membangun
Masjid Jami’ di Damaskus. Masjid Jami’ ini dibangun dengan sebuah
arsitektur yang indah, dia juga membangun Kubbatu Sharkah dan
memperluas masjid Nabawi, di samping itu juga melakukan
pembangunan fisik dalam skala besar.

9
Pada masa pemerintahannya terjadi penaklukan yang demikian
luas, penaklukan ini dimulai dari Afrika utara menuju wilayah barat
daya, benua Eropa yaitu pada tahun 711 M. Setelah Aljazair dan
Maroko dapat ditaklukkan, Tariq Bin Ziyad pemimpin pasukan Islam
dengan pasukannya menyeberangi selat yang memisahkan antara
Maroko dengan Benua Eropa dan mendarat di suatu tempat yang
sekarang dikenal nama Gibraltar (Jabal Tariq). Tentara Spanyol dapat
dikalahkan, dengan demikian Spanyol menjadi sasaran ekspansi.

2. S is te m Ekonomi
Bidang-bidang ekonomi yang terdapat pada jaman Bani
Umayyah terbukti berjaya membawa kemajuan kepada rakyatnya yaitu:
Dalam bidang pertanian Umayyah telah memberi tumpuan
terhadap pembangunan sektor pertanian, beliau telah memperkenalkan
sistem pengairan bagi tujuan meningkatkan hasil pertanian.
Dalam bidang industri pembuatan khususnya kerajinan tangan
telah menjadi nadi pertumbuhan ekonomi bagi Umayyah.

3. S is te m S os ia l (Ara b Ma la wi)
Masyarakat dunia Islam begitu luas terdiri dari pelbagai
kelompok etnis, Arab, Persia, Rusiah, Kopti, Barbar, Vandal, Gothik,
Turki dan lain-lain. Orang-orang Arab, meskipun merupakan unsur
minoritas di daerah-daerah yang ditaklukkan, tetapi mereka memegang
peranan penting dalam politik dan sosial. Orang Arab menganggap
bahwa mereka lebih mulia dari kaum muslimin bukan Arab sendiri.
Kaum muslimin bukan Arab (non-Arab) digelar dengan nama Al-
Muali (asal mula Muwali), yaitu budak-budak tawanan perang yang
telah dimerdekakan. Kemudian disebutnya Muali semua orang Islam
yang bukan Arab.
Bahkan mereka menggelarkan “Mawali” dengan Al-Hamra (Si
Merah). Orang-orang Arab memandang dirinya “Sayid” (tuan) atas

10
bangsa bukan Arab, seakan-akan mereka dijadikan tuan untuk
memerintah. Oleh karena itu, orang-orang Arab dalam zaman ini
hanya bekerja dalam bidang politik dan pemerintahan melulu,
sedangkan bidang usaha-usaha lain diserahkan kepada “Mawali”
seperti pertukangan dan kerajinan. Mawali ini membayar pajak jiwa
(Jizyah) sama dengan orang non-Islam yang tinggal diwilayah Islam.
Akibat dari politik kasta yang dijalankan Dinasti Umayyah ini,
maka banyaklah kaum Muwali yang bersikap membantu gerakan Bani
Hasyim turunan Alawiyah, bahkan juga memihak kaum Khawarij.
Akhirnya kaum Mawali menjadi berani untuk menentang
kesombongan Arab dengan kesombongan pula, dengan dalil Al-
Qur’an dan Hadist, bahwa tidak ada kelebihan orang arab atas orang
ajam (Mawali) kecuali dengan bertakwa. Di kalangan kaum Mawali
lahirlah satu gerakan rahasia yang terkenal dengan Asy-Syu’ubiyah
yang bertujuan melawan paham yang membedakan derajat kaum
Muslimin yang sebetulnya mereka adalah bersaudara.

4. S is tim Fis ka l (Ke ua nga n)


Ada beberapa tambahan sumber uang pada zaman Dinasti
Umayyah, seperti al-Dharaaib, kewajiban yang harus dibayar oleh
warga Negara. Kepada penduduk dari negeri-negeri yang baru
dilakukan, terutama yang baru masuk Islam ditetapkan pajak-pajak
istimewa. Saluran uang keluar, pada masa Daulah Bani Umayyah pada
umumnya seperti permulaan Islam. Yaitu untuk:
Gaji para pegawai dan tentara, serta biaya tata usaha negara.
Pembangunan pertanian, termasuk irigasi dan penggalian
terusan-terusan.
Ongkos bagi orang-orang tawanan perang.
Perlengkapan perang.
Hadiah-hadiah kepada para pujangga.

11
Pada masa Umayyah, Khalifah Abddul Malik mencetak mata
uang kaum muslimin secara teratur. Pembayaran diatur dengan
menggunakan mata uang ini, walaupun pada masa Khalifah Umar Bin
Khatab sudah dicetak mata uang, namun belum begitu teratur.

5. Sistem Peradilan
Pada masa dinasti Bani Umayyah ini pengadilan dipisahkan
dengan kekuasaan politik. Kehakiman pada masa ini mempunyai dua
ciri khasnya, yaitu:
Bahwa seorang Qadhi (Hakim) memutuskan perkara dengan
ijtihadnya, karena pada masa itu belum ada “Mazhab Yang Empat”
ataupun mazhab-mazhab lainnya. Pada masa ini para Qadhi menggali
hukum sendiri dari Al-Qur’an dan Sunah dengan berijtihad.
Kehakiman belum terpengaruh dengan politik. Karena para
Qadhi bebas merdeka dengan hukumnya, tidak terpengaruh pada
kehendak orang besar yang berkuasa. Mereka bebas bertindak, dan
keputusan mereka berlaku atas penguasa dan petugas pajak.

D. Pembangunan pada Masa Dinasti Bani Umayyah

Pada masa Bani Umayyah ini merupakan peletak dasar


pembangunan peradaban Islam yang nanti pada masa Bani Abas
merupakan puncak dari peradaban Islam. Pada masa Bani Umayyah
Ilmu Naqliyah mulai berkembang. Perkembangan yang lebih menonjol
adalah ilmu tafsir dan ilmu hadist. Khalifah Umar Bin Abdul Azis
sangat menaruh perhatian yang besar kepada pengumpulan Hadist.
Pengumpulan hadist dilaksanakan oleh ‘Asim al-Anshari. Pada masa
ini munjul ahli-ahli hadist seperti Abu bakar Muhammad bin Muslim
bin Abdillah al-Zuhri dan Hasan Basri. Di samping itu muncul pula
ilmu tata bahasa Arab (Nahwu), Sibaweih menyusun al-Kitab untuk
mempelajari bahasa Arab bagi orang yang tidak mengerti bahasa Arab.

12
Ilmu Aqliyah pada masa ini mulai dikenalkan. Khalifah
Muawiyah memerintahkan supaya diterjemahkan karya-karya bangsa
Grek (Ynani) yang mengandung bermacam-macam ilmu. Dengan
demikian orang Islam pada masa ini mulai mengetahui ilmu
kedokteran, ilmu Kalam, Seni bangun dan sebagainya. Ilmu Aqliyah
pada masa ini baru bertingkat permulaan dan pengenalan. Tingkat
perkembangan adalah pada masa khalifah Abdul Malik. Dinasti
Umayyah telah mampu membentuk peradaban yang kontemporer
dimasanya, baik dalam tatanan sosial, politik, ekonomi dan teknologi.

E. Masa Keemasan Dinasti Bani Umayyah

Masa ke-Khilafahan Bani Umayyah hanya berumur 90 tahun


yaitu dimulai pada masa kekuasaan Muawiyah bin Abu Sufyan, yaitu
setelah terbunuhnya Ali bin Abi Thalib, dan kemudian orang-orang
Madinah membaiat Hasan bin Ali namun Hasan bin Ali menyerahkan
jabatan kekhalifahan ini kepada Mu’awiyah bin Abu Sufyan dalam
rangka mendamaikan kaum muslimin yang pada masa itu sedang
dilanda bermacam fitnah yang dimulai sejak terbunuhnya Utsman bin
Affan, pertempuran Shiffin, perang Jamal, terbunuhnya Ali bin Abi
Thalib, serta pengkhianatan dari orang-orang Khawarij dan Syi’ah.
Pada masa Muawiyah bin Abu Sufyan perluasan wilayah yang
terhenti pada masa khalifah Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib
dilanjutkan kembali, dimulai dengan menaklukkan Tunisia, kemudian
ekspansi ke sebelah timur, dengan menguasai daerah Khurasan sampai
ke sungai Oxus dan Afganistan sampai ke Kabul,. Sedangkan angkatan
lautnya telah mulai melakukan serangan-serangan ke ibu kota
Bizantium, Konstantinopel. Sedangkan ekspansi ke timur ini kemudian
terus dilanjutkan kembali pada masa khalifah Abdul Malik bin
Marwan. Abdul Malik bin Marwan mengirim tentara menyeberangi

13
sungai Oxus dan berhasil menundukkan Balkanabad, Bukhara,
Khwarezmia, Ferghana dan Samarkand.
Di zaman Umar bin Abdul-Aziz, serangan dilakukan ke Perancis
melalui pegunungan Pirenia. Serangan ini dipimpin oleh Abdurrahman
bin Abdullah al-Ghafiqi. Ia mulai dengan menyerang Bordeaux,
Poitiers. Dari sana ia mencoba menyerang Tours. Namun, dalam
peperangan yang terjadi di luar kota Tours, al-Ghafiqi terbunuh, dan
tentaranya mundur kembali ke Spanyol. Di samping daerah-daerah
tersebut di atas, pulau-pulau yang terdapat di Laut Tengah (mediterania)
juga jatuh ke tangan Islam pada zaman Bani Umayyah ini.

F. Keruntuhan Dinasti Bani Umayyah

Sepeninggal Umar bin Abdul-Aziz, kekuasaan Bani Umayyah


dilanjutkan oleh Yazid bin Abdul-Malik. Masyarakat yang sebelumnya
hidup dalam ketenteraman dan kedamaian, pada masa itu berubah
menjadi kacau. Dengan latar belakang dan kepentingan etnis politis,
masyarakat menyatakan konfrontasi terhadap pemerintahan Yazid bin
Abdul Malik cenderung kepada kemewahan dan kurang
memperhatikan kehidupan rakyat. Kerusuhan terus berlanjut hingga
masa pemerintahan khalifah berikutnya, Hisyam bin Abdul-Malik.
Bahkan pada masa ini muncul satu kekuatan baru dikemudian hari
menjadi tantangan berat bagi pemerintahan Bani Umayyah. Kekuatan
itu berasal dari kalangan Bani Hasyim yang didukung oleh golongan
mawali.
Setelah Hisyam bin Abdul-Malik wafat, khalifah-khalifah Bani
Umayyah yang tampil berikutnya bukan hanya lemah tetapi juga
bermoral buruk. Hal ini semakin memperkuat golongan oposisi. Dan
akhirnya, pada tahun 750 M, Daulah Umayyah digulingkan oleh Bani
Abbasiyah yang merupakan bagian dari Bani Hasyim itu sendiri, di
mana Marwan bin Muhammad, khalifah terakhir Bani Umayyah,

14
walaupun berhasil melarikan diri ke Mesir, namun kemudian berhasil
ditangkap dan terbunuh di sana. Namun, salah satu penerus Bani
Umayyah yang bernama Abdurrahman Ad-dakhil dapat meloloskan
diri pada tahun 755 M.
Ia dapat lolos dari kejaran pasukan bani Abbasiyah dan masuk ke
Andalusia (Spanyol). Di Spanyol sebagian besar umat Islam di sana
masih setia dengan Bani Umayyah. Ia kemudian mendirikan
pemerintahan sendiri dan mengangkat dirinya sebagai amir (pemimpin)
dengan pusat kekuasaan di Cordoba. Kematian Marwan bin
Muhammad menandai berakhirnya kekuasaan Bani Umayyah di timur
(Damaskus) yang digantikan oleh Daulah Abbasiyah, dan dimulailah
era baru Bani Umayyah di Al-Andalus.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Daulah Umayyah berasal dari nama Umayyah Ibn ‘Abdi Syams
Ibn ‘Abdi Manaf, yaitu salah seorang dari pemimpin kabilah Quraisy
pada zaman jahiliah. Bani Umayyah baru masuk agama Islam setelah
mereka tidak menemukan jalan lain selain memasukinya, yaitu ketika
Nabi Muhammad berserta beribu-ribu pengikutnya yang benar-benar
percaya terhadap kerasulan dan kepemimpinan yang menyerbu masuk
ke dalam kota Makkah. Pada masa Bani Umayyah ini merupakan
peletak dasar pembangunan peradaban Islam yang nanti pada masa
Bani Abas merupakan puncak dari peradaban Islam. Pada masa Bani
Umayyah Ilmu Naqliyah mulai berkembang. Perkembangan yang
lebih menonjol adalah ilmu tafsir dan ilmu hadist.
Masa ke-Khilafahan Bani Umayyah hanya berumur 90 tahun
yaitu dimulai pada masa kekuasaan Muawiyah bin Abu Sufyan, yaitu
setelah terbunuhnya Ali bin Abi Thalib, dan kemudian orang-orang
Madinah membaiat Hasan bin Ali namun Hasan bin Ali menyerahkan
jabatan kekhalifahan ini kepada Mu’awiyah bin Abu Sufyan dalam
rangka mendamaikan kaum muslimin yang pada masa itu sedang
dilanda bermacam fitnah yang dimulai sejak terbunuhnya Utsman bin
Affan, pertempuran Shiffin, perang Jamal, terbunuhnya Ali bin Abi
Thalib, serta pengkhianatan dari orang-orang Khawarij dan Syi’ah.

B. Saran
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan maka dari itu saya
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kemajuan dan
kesempurnaan di masa mendatang.

16
DAFTAR PUSTAKA

Al-Usairy, Ahmad. 2007. Sejarah Islam. Jakarta: Akbar.

Amin Samsul Munir. 2009. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Amzah.

R, Darwin. 2013. Sejarah Peradaban dan Kebudayaan Islam. Bandar


Lampung: Anugrah Utama Raharja.

Sunanto, Musyrifah. 2003. Sejarah Islam Klasik. Jakarta Timur: Fajar


Interpratama Offset.

Yatim, Badri. 2010. Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II.


Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

https://id.wikipedia.org/wiki/Kekhalifahan_Umayyah

17

Anda mungkin juga menyukai