Nurliani : 2231710019
SAMARINDA
TAHUN 2023
I
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya dan sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Makalah Sejarah
Peradaban Islam yang berjudul “Dinasti Umayyah (661-750 M)” ini tepat pada
waktunya. Tidak lupa shalawat serta salam Kami Haturkan pada Junjungan kita
nabi Muhammad SAW. Semoga syafaat nya Mengalir pada kita di hari akhir kelak.
Adapun tujuan dari penulisan Makalah Sejarah Peradaban Islam ini adalah
untuk memenuhi tugas dosen Ibu Fitri Trihardini, S. Hut, M. H pada mata kuliah
Sejarah Peradaban Islam. Selain itu, Makalah Dinasti Umayyah (661-750) ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang topik Dinasti Bani Umayyah bagi
para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen Ibu Fitri Trihardini, S. Hut,
M. H selaku dosen mata kuliah Sejarah Peradaban Islam yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi kami. Kami
juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami
menyadari, Makalah Dinasti Umayyah (661-750) yang kami tulis ini masih jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami
nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Kelompok 4
II
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah........................................................................................... 2
KESIMPULAN ................................................................................................. 19
SARAN ............................................................................................................. 21
III
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setelah Ali bin Abi Thalib meninggal, Hasan bin Ali segera di bait’at oleh
rakyat sebagai khalifah. Dan hanya berkuasa selama enam bulan. Pada masa
pemerintahannya dia melihat banyak perselisihan di antara sahabat-sahabatnya.
Maka, dia pun melakukan kesepakatan damai dan menyerahkan pemerintahan
kepada Mu’awiyyah pada bulan Rabiul Awwal tahun 41 H/661 M.1 Dengan
terbunuhnya Ali bin Abi Thalib maka berakhirlah pula khilafah rasyidah yang
sesuai dengan manhaj Allah Swt secara sepenuhnya.
1
Ahmad al-Usairy, Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX, (Cet. Ke 4
Akbar Media Eka Sarana), Jakarta, 2003, Hal.177.
1
islam setelah masa Mu’awiyyah berakhir. Perjanjian isi dibuat pada tahun 661
Masehi (41 Hijriyah) dan tahun tersebut disebut am jama’ah karena perjanjian ini
mempersatukan umat islam kembali menjadi satu kepemimpinan politik, yaitu
Mu’awiyyah, dan Mu’awiyyah mengubah sistem khilafah menjadi kerajaan.2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan
beberapa rumusan masalah, yaitu
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas, penyusunan
makalah ini bertujuan untuk :
2
Dedi Supriyadi, Nurul Aen,. Sejarah Peradaban Islam,. Bandung, Hal. 103-104.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pendirian Dinasti Umayyah
1. Pengertian Masa Bani Umayyah
Bani Umayyah adalah sebuah nama yang diadopsi dari nama salah seorang
tokoh kabilah Quraisy pada masa jahiliyyah, yaitu Umayyah bin Abd Al-Syam bin
Abd Manaf bin Qusay Al-Quraisyi Al-Amawiy. Dinasti Umayyah dinisbatkan
kepada Mu’awiyah bin Abu Sofyan bin Harb bin Umayyah bin Abd Al-Syams yang
merupakan pembangun dinasti Umayyah dan juga khalifah pertama yang
memindahkan ibu kota kekuasaan Islam dari Kufah ke Damaskus.
3
Fuji Rahmadi, “Dinasti Umayyah (Kajian Sejarah dan Kemajuannya)”, Vol. III No. 2
Januari-Juni 2018, hal, 669-670.
3
Abbasiyah. Lalu Bani Umayyah di Andalusia terbagi menjadi dua fase, yaitu fase
kekuasaan ke-Emiran dan fase bangkitnya kembali ke-Khilafahan.4
Setelah Ali bin Abi Thalib meninggal, kedudukan nya sebagai khalifah di
jabat oleh anaknya Hasan bin Ali. Namun karna penduduk khufah tidak
mendukungnya, seperti sikap mereka kepada ayahnya maka Hasan bin Ali semakin
lemah sementara Mu’awiyah semakin kuat. Maka Hasan mengadakan perjanjian
damai dengan Mu’awiyah dengan menanggalkan jabatan khilafah pada tahun 41
Hijriyah (661 M) agar tidak terjadi pertumpahan darah yang sia-sia perjanjian
tersebut dapat mempersatukan umat islam dalam satu kepempinan politik, yakni di
bawah kepempinan Mu’awiyah bin Abu Sufyan. Tahun tersebut dalam sejarah
dikenal sebagai tahun al-jama`ah (tahun persatuan), sebagai tanda bahwa umat
islam telah menyepakati secara aklamasi mempunyai hanya satu orang khalifah. Di
sisi lain penyerahan tersebut menjadikan Mu’awiyyah sebagai penguasa dalam
islam. Dengan demikian, maka berakhirlah apa yang di sebut dengan masa
khulafa`al-Rasydin yang bersifat demokratis, dan di mulailah kekuasaan Bani
Umayyah dalam sejarah politik islam yang bersifat keturunan.5
4
Didik Darmadi, Dinasti Bani Umayyah : Sejarah Pendirian dan Pola Kepemimpinannya.
2018, Hal. 4-5.
5
Taufik Rachman, “Bani umayyah dilihat dari tiga fase (fase terbentuk, kejayaan dan
kemunduran)”, Jurnal Sejarah Peradaban Islam, vol. 2 No. 1, 2018, hal. 87-88.
4
Umar bin Khattab dan Utsman bin Affan. Selama ia menjabat gubernur, ia telah
membentuk kekuatan militer yang dapat memperkuat posisinya di masa-masa
mendatang. Ia tidak segan-segan menghamburkan harta kekayaan untuk merekrut
tentara bayaran yang mayoritas adalah keluarganya sendiri. Bahkan pada masa
Umar bin Khattab, ia mengusulkan untuk mendirikan angkatan laut, tetapi Umar
menolaknya. Dan angkatan lautnya berhasil didirikan ketika masa pemerintahan
Utsman bin Affan.6
Nama lengkapnya adalah Mu’awiyah bin Abu Sofyan bin Harb bin
Umayyah bin Abd al-Syams bin Abd Manaf bin Qushay. Ibunya Hindun binti
Utbah bin Rabiah bin Abd al-Syams. Mu’awiyah dilahirkan di Makkah lima tahun
sebelum kerasulan Nabi Muhammad SAW. dan masuk Islam bersama ayahnya
(Abu Sofyan) saudaranya (Yazid) dan ibunya (Hindun) pada waktu penaklukan
kota Makkah. Muawiyah adalah salah seorang yang ahli dan paling menguasai
dunia politik, cerdik, ahli siasat, penguasa yang kuat dan bagus planingnya dalam
urusan pemerintahan. Maka tidak mengherankan jika dia dapat menjadi gubernur
selama dua puluh dua tahun (pada masa khalifah Umar dan Usman, 13-35 H) dan
menjadi khalifah selama dua puluh tahun (40-60 H).7
6
Fuji Rahmadi, “Dinasti Umayyah (Kajian Sejarah dan Kemajuannya)”, Vol. III No. 2
Januari-Juni, 2018, hal. 669.
7
Syamruddin Nasution, Sejarah Peradaban Islam, Pekanbaru, Yayasan Pusaka Riau, 2013,
hal 103-104.
5
ini dinamai Bani Umayyah dan bukan Bani Mu’awiyah dikarenakan nasab para
Khalifahnya berbeda-beda, namun mereka bertemu di jalur Umayyah, karena itulah
disebut dengan Bani Umayyah.
Jalur Khalifah Bani Umayyah berasal dari dua anak Umayyah, yaitu Harb
dan Abul Ash. Dari anak keturunan Harb melahirkan tiga Khalifah Bani Umayyah
periode pertama yaitu Mu’awiyah I, Yazid I, dan Mu’awiyah II. Dan dari Abul Ash
melahirkan 11 Khalifah berikutnya, yaitu Marwan I, Abdul Malik, Walid I,
Sulaiman, Umar, Yazid II, Hisyam, Walid II, Yazid III, Ibrahim, dan Marwan II.8
1. Dukungan yang kuat dari rakyat Syiria dan dari keluarga Bani Umayyah.
2. Sebagai administrator, Mu’awiyah mampu berbuat secara bijak dalam
menempatkan para pembantunya pada jabatan-jabatan penting.
3. Mu’awiyah memiliki kemampuan yang lebih sebagai negarawan sejati,
bahkan mencapai tingkat (hilm) yaitu sifat tertinggi yang dimiliki oleh para
pembesar Mekkah zaman dahulu, yang mana seorang manusia hilm seperti
8
Didik Darmadi, Dinasti Bani Umayyah : Sejarah Pendirian dan Pola Kepemimpinannya,
2018, Hal. 6.
6
Mu’awiyah dapat menguasai diri secara mutlak dan mengambil keputusan
keputusan yang menentukan, meskipun ada tekanan dan intimidasi. 9
Kebijakan-kebijakannya :
9
Muhammad Nur, “Pemerintahan Islam Pada Masa Daulat Bani Umayyah (Pembentukan,
Kemajuan, dan Kemunduran)”, Jurnal Pusaka, Vol. 3, No. 1, 2015, Hal. 114.
7
f) Memisahkan urusan keuangan dari urusan pemerintahan dengan
mengangkat seorang pejabat khusus yang diberi gelar Sahibul kharaj.
g) Mendirikan Kantor Cap (Pencetakan mata uang).
Marwan bin Hakam pada masa Utsman bin Affan, seorang pemegang
stempel khalifah, pada masa Mu’awiyah bin Abu Sufyan ia adalah gubernur
Madinah dan menjadi penasihat pada masa Yazid bin Mu’awiyah di Damaskus.
8
Mu’awiyah II tidak menunjuk penggantinya sebagai khalifah kemudian keluarga
besar Bani Umayyah menunjuknya sebagai khalifah, sebab ia dianggap paling
depan mengendalikan kekuasaan dengan pengalamannya. Marwan menghadapi
segala kesulitan satu persatu kemudian ia dapat menduduki Mesir, Palestina, Hijaz
dan Irak. Namun kepemimpinannya tidak berlangsung lama hanya 1 tahun, sebelum
ia wafat ia menunjuk Abdul Malik dan Abdul Aziz sebagai pengganti
sepeninggalnya secara berurutan
Ia merupakan orang kedua yang terbesar dalam deretan para khalifah Bani
Umayyah sehingga ia disebut-sebut sebagai “pendiri kedua” bagi kedaulatan
Umayyah. Pada masa kepemimpinannya ia mampu mengembalikan sepenuhnya
integritas wilayah dan wibawa kekuasan Bani Umayyah dengan dapat
ditundukkannya gerakan separatis Abdullah bin Zubair di Hijjaz, pemberontakan
kaum Syi’ah dan Khawarij, aksi teror al-Mukhtar bin Ubaid As-Saqafi di Kufah,
pemberontakan Mus’ab bin Zubair di Irak, serta Romawi yang menggoncangkan
pemerintahan Umayyah.
Berikut ini beberapa kebijakan yang diambil oleh Abdul Malik selama masa
kepemimpinannya:
9
6. Al-Walid bin Abdul Malik (86-96 H/ 705- 714 M)
Umar bin Abdul Aziz disebut-sebut sebagai khalifah ketiga yang besar
dalam dinasti Bani Umayyah. Ia seorang yang takwa dan bersih serta adil. Ia banyak
menghabiskan waktunya di Madinah dikota dimana ia menjadi gubernur pada masa
al-Walid, untuk mendalami ilmu agama Islam, khususnya hadits. Sebelumnya ia
merupakan pejabat yang kaya akan ilmu dan harta namun ketika menjadi khalifah
ia berubah menjadi orang yang zahid, sederhana, bekerja keras, dan berjuang tanpa
henti sampai akhir hayatnya. Ia bahkan mengembalikan sebagian besar hartanya
berupa tanah dan perhiasan istrinya ke baitul-mal. Umar wafat pada usia 39 tahun
10
setelah berkuasa kurang lebih selama 2 tahun, jasadnya dimakamkan di Dair Simon
dekat Hims.
Setelah kematin Yazid, saudaranya Hisyam bin Abdul Malik naik tahta.
Pada saat ia naik tahta. Pada masa kepemimpinannya terjadi perselisihan antara
Bani Umayyah dengan Bani Hasyim. Pemerintahannya yang lunak dan jujur,
banyak jasanya dalam pemulihan keamanan dan kemakmuran, tetapi semua
kebijakannya tidak dapat membayar kesalahan-kesalahan para pendahulunya.
Inilah yang semakin memperlicin kemerosotan dinasti Umayyah. Hisyam adalah
seorang penyokong kesenian dan sastra yang tekun. Kecintaannya kepada ilmu
pengetahuan membuat ia meletakkan perhatian besar kepada pengembangan ilmu
pengetahun.
11
11. Al-Walid bin Yazid (125-126 H/ 742- 743M)
Walid oleh para penulis Arab dilukiskan sebagai orang yang tidak bermoral,
pemabuk, dan pelanggar. Pada awal mulanya ia menunjukkan kebaikan-kebaikan
kepada fakir miskin dan orang-orang lemah. Namun semua itu digugurkan dengan
sifatnya yang pendendam, serta jahat kepada sanak saudaranya. Sikapnya ini
semakin mempertajam kemerosotan Bani Umayah. 10
Beliau seorang ahli negara yang bijaksana dan seorang pahlawan. Beberapa
pemberontak dapat ditumpas, tetapi dia tidak mampu menghadapi gerakan Bani
Abbasiyyah yang telah kuat pendukungnya. Marwan bin Muhammad melarikan diri
ke Hurah, terus ke Damaskus. Namun Abdullah bin Ali yang ditugaskan
membunuh Marwan oleh Abbas As-Syaffah yang selalu mengejarnya. Akhirnya
sampailah Marwan di Mesir. Di Bushair, daerah al Fayyun Mesir, dia mati terbunuh
oleh Shalih bin Ali, orang yang menerima penyerahan tugas dari Abdullah. Marwan
10
Taufik Rachman, “Bani Umayyah Dilihat dari Tiga Fase (Fase Terbentuk, Kejayaan, dan
Kemunduran)”, Jurnal Sejarah Peradaban Islam, vol. 2 No. 1, 2018, Hal. 89-93.
12
terbunuh pada tanggal 27 Dzulhijjah 132 H/750 M. Dengan demikian tamatlah
kedaulatan Bani Umayyah, dan sebagai tindak lanjutnya dipegang oleh Bani
Abbasiyyah11
Ekspansi wilayah yang di lakukan pada masa Usman dan Ali terhenti
sehingga dilanjutkan oleh Dinasti Umayyah. Penaklukan di masa pemerintahan
Bani Umayyah meliputi tiga wilayah yaitu : Pertama, melawan pasukan Romawi
di asia kecil. Penaklukan ini sampai dengan pengepungan Konstantinopel dan
beberapa kepulauan di laut tengah. Kedua, wilayah Afrika Utara. Penaklukan ini
sampai ke samudera Atlantik kemudian menyebrang ke gunung Thariq hingga ke
Spanyol. Ketiga, wilayah Timur. Penaklukan ini sampai ke sebelah timur Irak.
Kemudian meluas ke wilayah Turkistan di utara serta ke wilayah Sindh di bagian
selatan.12
11
Muhammad Nur, “Pemerintahan Islam Pada Masa Daulat Bani Umayyah (Pembentukan,
Kemajuan, dan Kemunduran)”, Jurnal Pusaka, Vol. 3, No. 1, 2015, Hal. 118-119.
12
Ahmad al-Usairy, Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX, (Cet. Ke 4 Akbar
Media Eka Sarana), Jakarta, 2003, Hal.188.
13
Tentaranya bahkan sampai ke India dan dapat menguasai Balukhistan, Sind dan
daerah Punjab sampai ke Maltan.
14
D. Peradaban Islam Pada Masa Dinasti Umayyah
Disamping keberhasilan dalam ekspansi wilayah, Bani Umayyah juga
banyak berjasa dalam pembangunan berbagai bidang baik politik maupun sosial
kebudayaan. Dalam bidang politik Bani ummayyah menyusun tata pemerintahan
yang sama sekali baru. Untuk memenuhi tuntutan perkembangan wilayah dan
administrasi kenegaraan yang semakin kompleks. Selain mengangkat majelis
penasihat sebagai pendamping, khalifah Bani Umayyah dibantu oleh beberapa
orang sekertaris untuk membantu pelaksanaan tugas yang meliputi:
3). Katib al-Jundi, sekertaris yang bertugas menyelenggarakan berbagai hal yang
berkaitan dengan ketentaraan.
13
Din Muhammad Zakariya, Sejarah Peradaban Islam : Prakenabian Hingga Islam di
Indonesia. (Cet. Ke 1 Madani Media), Malang, 2018, Hal.144-145.
15
Menurut Jurji Zaidan, pada masa Dinasti Ummayyah terdapat beberapa
kemajuan dalam bidang pengembangan ilmu pengetahuan antara lain sebagai
berikut:
Dinasti Umayyah juga mendirikan sebuah kota kecil sebagai pusat kegiatan
ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Pusat kegiatan ilmu dan kebudayan itu
dinamakan Marbad, kota satelit dari Damaskus. Di Kota Marbad inilah berkumpul
para pujangga filsuf, ulama, penyair, dan cendekiawan lainnya, sehingga kota ini
diberi gelar ukadz-nya Islam.
Ilmu Qira'at adalah ilmu seni baca Alquran. Ilmu Qira'at merupakan ilmu
syariat tertua yang telah dibina sejak zaman Khulafaur Rasyidin. Kemudian masa
Dinasti Umayyah dikembang luas sehingga menjadi cabang ilmu syariat yang
sangat penting.
16
5). Ilmu Hadits
Ketika kaum muslimin telah berusaha memahami Alquran ternyata ada satu
hal yang juga sangat mereka butuhkan, yaitu ucapan ucapan Nabi Saw yang disebut
hadits. Oleh karena itu, timbulah usaha untuk mengumpulkan hadits, menyelidiki
asal usulnya, sehingga akhirnya menjadi satu ilmu yang berdiri sendiri yang
dinamakan ilmu hadits. Di antara para ahli hadits termasyhur pada masa Dinasti
Umayyah adalah Muhammad bin Syihab al-Zuhri, Hasan Basri, Ibnu Abu Malikah,
dan al-Sya'bi Abu Amru Amir bin Syurahbil.
Setelah Islam menjadi daulah, maka para penguasa sangat mem butuhkan
adanya peraturan-peraturan untuk menjadi pedoman dalam menyelesaikan berbagai
masalah. Mereka kembali kepada Alquran dan Hadits, dan mengeluarkan syariat
dari kedua sumber tersebut untuk mengatur pemerintahan dan memimpin rakyat.
Alquran adalah dasar fiqih Islam, dan pada zaman ini ilmu fiqih telah menjadi satu
cabang ilmu syariat yang berdiri sendiri. Di antara ahli fiqih yang terkenal adalah
Qasim Ubaidullah, Urwah dan Kharijah.
Kemajuan peradaban pada masa Dinasti Umayyah tidak lepas dari peran
khalifah di zamannya. Diantaranya para khalifah yang memberikan dorongan
dalam bidang pendidikan adalah:
17
pelajaran yang paling utama adalah “Adab” hingga madrasah itu dinamakan Majelis
Adab dan gurunya disebut “Muaddib” juga “Mu’allim”
Umar bin Abdul Aziz adalah khalifah yang shaleh dan sangat
memperhatikan pendidikan khususnya hadist. Dia mememerintahkan agar hadist-
hadist di bukukan dan diajarkan di majelis-majelis ilmu. Dia menulis surat kepada
para gubernurnya “periksalah hadist Nabi Muhammad SAW, dan tulislah karena
aku khawatir bahwa ilmu hadist akan lenyap dengan meninggalnya ulama.
Hendaklah hadist disebarkan dan diajarkan dalam majelis-majelis sehingga
orang-orang yang tidak mengetahui menjadi mengetahuinya”. Atas perintah
khalifah, pengumpulan hadist dilakukan oleh ulama. Diantaranya adalah
Muhammad bin Syihab al-Szuhri (guru imam Malik). Akan tetapi, buku hadist yang
dikumpulkan oleh imam al-Zuhri tidak diketahui dan tidak sampai kepada kita.
18
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat ditarik kesimpulan yaitu
sebagai berikut :
1. Bani Umayyah adalah sebuah nama yang diadopsi dari nama salah seorang
tokoh kabilah Quraisy pada masa jahiliyyah, yaitu Umayyah bin Abd Al-Syam
bin Abd Manaf bin Qusay Al-Quraisyi Al-Amawiy. Dinasti Umayyah
dinisbatkan kepada Mu’awiyah bin Abu Sofyan bin Harb bin Umayyah bin Abd
Al-Syams yang merupakan pembangun dinasti Umayyah dan juga khalifah
pertama yang memindahkan ibu kota kekuasaan Islam dari Kufah ke Damaskus.
Setelah Ali bin Abi Thalib meninggal, kedudukan nya sebagai khalifah di jabat
oleh anaknya Hasan bin Ali. Namun karna penduduk khufah tidak
mendukungnya, seperti sikap mereka kepada ayahnya maka Hasan bin Ali
semakin lemah sementara Mu’awiyah semakin kuat. Maka Hasan mengadakan
perjanjian damai dengan Mu’awiyah dengan menanggalkan jabatan khilafah
pada tahun 41 Hijriyah (661 M) agar tidak terjadi pertumpahan darah yang sia-
sia. Daulah Bani Umayyah berdiri pada tahun 41 H/661 M. Didirikan oleh
Mu’awiyyah bin Abu Sufyan. Ia adalah gubernur Syam pada masa
pemerintahan Umar bin Khattab dan Utsman bin Affan. Sebab Penisbatan
Nama ‘Bani Umayyah’. Nama Bani Umayyah berarti anak keturunan
Umayyah, nama ini dinisbatkan kepada Umayyah bin Abdi Syams bin Abdi
Manaf. Nasab ini bertemu dengan Rasulullah SAW di kakek buyut beliau yang
bernama Abdu Manaf. Dinasti ini dinamai Bani Umayyah dan bukan Bani
Mu’awiyah dikarenakan nasab para Khalifahnya berbeda-beda, namun mereka
bertemu di jalur Umayyah, karena itulah disebut dengan Bani Umayyah.
2. Keberhasilan Mu’awiyah mendirikan Dinasti Umayyah bukan hanya akibat
dari kemenangan diplomasi Siffin dan terbunuhnya Khalifah Ali bin Abi
Thalib, akan tetapi ia memiliki basis rasional yang solid bagi landasan
pembangunan politiknya di masa depan. Di dalam sejarah peradaban Islam,
Mu’awiyah tampil sebagai penguasa pertama yang mengubah sistem
19
pemerintahan dalam Islam, dari sistem pemerintahan yang bersifat demokrasi
mufakat menjadi pemerintahan monarki absolut (keturunan). Dinasti Bani
Umayyah berkuasa kurang lebih 90 tahun, yakni dari tahun 661 M /14 H sampai
dengan 750 M/132 H, selama kurun waktu tersebut, terdapat 14 orang khalifah
yang pernah memerintah yaitu :
1. Mu’awiyah bin Abu Sufyan (41-60 H/661-679 M)
2. Yazid bin Mu’awiyah (60-64 H/ 679-683 M)
3. Mu’awiyah bin Yazid (64 H/ 683 M)
4. Marwan bin Hakam (64-65 H/ 683-684 M)
5. Abdul Malik bin Marwan (65-86 H/ 684- 705 M)
6. Al-Walid bin Abdul Malik (86-96 H/ 705- 714 M)
7. Sulaiman bin Abdul Malik (96-99 H/714-717 M)
8. Umar bin Abdul Aziz (99-101 H)/ 717-719 M)
9. Yazid bin Abdul Malik (101-105 H/ 719-723 M)
10. Hisyam bin Abdul Malik (105-125 H/ 723-742 M)
11. Al-Walid bin Yazid (125-126 H/ 742- 743M)
12. Yazid bin Walid (Yazid III) (126 H/744 M)
13. Ibrahim bin Walid bin Malik (126-127 H/744 M)
14. Marwan bin Muhammad (127-132 H/745-750 M)
3. Di sebelah timur, Muawiyah dapat menguasai daerah Khurasan sampai ke
sungai Oxus dan afganistan sampai ke Kabul. Tentaranya bahkan sampai ke
India dan dapat menguasai Balukhistan, Sind dan daerah Punjab sampai ke
Maltan. Pada masa pemerintahannya yang berlangsung kurang lebih sepuluh
tahun itu tercatat suatu ekspedisi militer dari Afrika Utara menuju wliyah barat
daya, Benua Eropa, yaitu pada tahun 711 M setelah al-Jazair dan Marokko dapat
ditundukan, Thariq bin Ziyad, pemimpin pasukan Islam, dengan pasukannya
menyeberangi laut yang memisahkan antara Marokko dengan benua Eropa, dan
mendarat di suatu tempat yang sekarang dikenal dengan nama Gibraltar (Jabal
Tariq). Dari sana dia menyerang Tours, namun peperangan yang terjadi di luar
kota Tours, al-Ghafiqi terbunuh, dan tentaranya mundur kembali ke Spanyol.
4. Bani Umayyah juga banyak berjasa dalam pembangunan berbagai bidang baik
politik maupun sosial kebudayaan. Dalam bidang politik Bani ummayyah
20
menyusun tata pemerintahan yang sama sekali baru. Untuk memenuhi tuntutan
perkembangan wilayah dan administrasi kenegaraan yang semakin kompleks.
Dalam bidang sosial budaya, Bani Ummayyah telah membuka terjadinya
kontak antarbangsa muslim (Arab) dengan negeri-negeri taklukan yang terkenal
memiliki tradisi yang luhur seperti Persia, Mesir, Eropa, dan lain sebagainya.
Di bidang seni terutama di bidang pembangunan (arsitektur), Bani Ummayyah
mencatat satu pencapaian yang gemilang seperti Dome of The Rock (Qubah al-
Shakhra) di Yarussalem menjadi monumen terbaik yang hingga kini tak henti-
hentinya di kagumi oleh banyak orang. Dalam bidang peradaban Dinasti
Ummayyah telah menemukan jalan yang lebih luas ke arah perkembangan dan
perluasan berbagai bidang ilmu pengetahuan, dengan bahasa Arab sebagai
media utamanya. Menurut Jurji Zaidan, pada masa Dinasti Ummayyah terdapat
beberapa kemajuan dalam bidang pengembangan ilmu pengetahuan antara lain
sebagai berikut :
1. Pengembangan Bahasa Arab
2. Marbad Kota Pusat Kegiatan Ilmu
3. Ilmu Qira'at
4. Ilmu Tafsir
5. Ilmu Hadits
6. Ilmu Fiqih
7. Ilmu Nahwu
SARAN
Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan diatas penulis menyadari kami
masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih fokus dan detail
dalam menjelaskan tentang makalah ini dengan sumber yang lebih banyak dan
tentunya dapat dipertanggung jawabkan.
21
DAFTAR PUSTAKA
Aizid, Rizem. Sejarah Peradaban Islam Terlengkap : Periode Klasik,
Pertengahan, dan Modern. Yogyakarta: Divapress, 2021.
Al-Usairy, Ahmad. Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX.
Jakarta: Media Eka Sarana, 2003.
Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyyah II. Depok: Rajawali
Pers, 2017.
Rachman, Taufik. “Bani Umayyah Dilihat Dari Tiga Fase (Fase Terbentuk,
Kejayaan, dan Kemunduran)”, Dalam Jurnal Sejarah Peradaban
Islam, No.1 Vol II Tahun 2018.
22