Anda di halaman 1dari 14

SEJARAH BERDIRI, MASA KEEMASAN, DAN MASA KERUNTUHAN

DINASTI UMAYYAH

(Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Peradaban Islam)

Dosen Pengampu : Dr. Nurhadi, S.Ag, MA

Disusun Oleh:

Anna Sufia Khofifa (22104020009)

M. Yusril Al-Ansori (22104020012)

Anggia Difha Salsabila (22104020013)

PROGRAM S1 PENDIDIKAN BAHASA ARAB

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat serta karuniaNya
penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun tema dari makalah ini
adalah “Sejarah Berdiri, Masa Keemasan, dan Masa Keruntuhan Dinasti Umayyah”.

Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada dosen
pengampu mata kuliah Peradaban Islam yang telah memberikan tugas kepada penulis.
Penulis juga ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang turut
membantu dalam pembuatan makalah ini.

Makalah ini jauh dari kata sempurna dan ini merupakan langkah awal serta langkah
yang baik dari studi yang sesungguhnya. Oleh karna itu, dikarenakan keterbatasan waktu dan
kemampuan penulis, maka kritik dan saran yang membangun senantiasa diharapkan. Semoga
makalah ini dapat berguna bagi penulis dan teman teman yang belajar menggunakan makalah
ini dan pihak lain yang berkepentingan pada umumnya.

Yogyakarta, 6 Maret 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................................4
1.1 Latar Belakang......................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................5
1.3 Tujuan Masalah.....................................................................................................5
BAB 2 PEMBAHASAN..........................................................................................................6
2.1 ~~............................................................................................................................6
2.2 ~~............................................................................................................................9
BAB 3 KESIMPULAN............................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Dari masa ke masa, manusia mengalami berbagai macam interaksi budaya
sehingga terjadilah pencampuran budaya seperti yang terjadi antara kebudayaan Barat
dan peradaban Islam. Peradaban adalah bagian-bagian dari kebudayaan yang memiliki
sistem teknologi, seni bangunan, seni rupa, sistem kenegaraan, dan ilmu pengetahuan
yang luas.1 Peradaban Islam memegang peranan penting dalam kemajuan peradaban
di dunia ini. Meskipun dalam sejarahnya Islam mengalami tidak hanya kemajuan,
namun juga kemunduran dalam membangun peradaban. Pada masa kejayaannya,
Islam memiliki peradaban yang berkembang pesat dengan baik,2 salah satu peradaban
yang menjadi awal dari tonggak sejarah peradaban Islam pada masa khalifah ialah
Dinasti Umayyah.
Dinasti Umayyah merupakan Khilafah Islam yang sudah awam diketahui
banyak orang dalam sejarah peradaban Islam di dunia ini. Peran utama dan pengaruh
bagi pemerintahan serta kemajuan agama Islam dapat diketahui dari berbagai fakta
sejarah yang ada. Kemajuan besar yang sukses telah mengukir perjalanan Dinasti
Umayyah di kancah sejarah Islam dunia.
Kesuksesan perluasan wilayah ke berbagai daerah, baik daerah bagian Timur
maupun daerah bagian Barat, menjadikan kekuasaan kekhalifahan Umayyah sangat
luas. Selain perluasan wilayah, Dinasti Umayyah juga berjasa dalam pembangunan di
berbagai bidang. Monumen megah yang masih berdiri megah sampai sekarang yang
merupakan hasil pembangunan pada masa tersebut salah satunya adalah Dome of the
Rock dan masjid Cordova. Kesuksesan besar ini tidaklah lepas dari apresiasi para
khalifah terhadap ilmu pengetahuan dan ulama.
Meskipun sudah melakukan banyak gerakan yang mengubah peradaban Islam
menjadi semakin maju, sepertinya hukum alam tetap berlaku pada Dinasti Umayyah.
Pada akhirnya, Dinasti Umayyah mengalami kemunduran sedikit demi sedikit
dikarenakan berbagai faktor kemudian mencapai pada masa keruntuhan dan kemudian
hancurlah dinasti ini.

1
M. Abdul Karim, 2009, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam¸(Yogyakarta: Pustaka Book Publisher), h. 35
2
Fauzi; Siti Aminatul Jannah, Peradaban Islam; Kejayaan dan Kemundurannya, (STIT Al Ibrohimy
Bangkalan: Jurnal Al-Ibrah vol. 6 No. 2, 2021) h. 1
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana sejarah berdinya Dinasti Umayyah?
2. Bagaimana masa keemasan Dinasti Umayyah?
3. Bagaimana sejarah keruntuhan Dinasti Umayyah?
1.3 TUJUAN MASALAH
1. Mengetahui sejarah berdinya Dinasti Umayyah?
2. Mengetahui masa keemasan Dinasti Umayyah?
3. Mengetahui sejarah keruntuhan Dinasti Umayyah?
BAB II
PEMBAHASAN
A. SEJARAH BERDIRINYA DINASTI UMAYYAH
Pada masa pemerintahan Khalifah Ali bin Abi Thalib, terjadi perang Shiffin
yang melibatkan Ali dan Muawiyah. Perang ini berakhir dengan kesepakatan tahkim,
namun kesepakatan ini tidaklah menuntaskan masalah namun malah memecah umat
Islam menjadi tiga golongan. Kemudian pada tahun 660 M, Khalifah Ali terbunuh
oleh salah satu anggota kelompok Khawarij. Ini juga menjadikan masa kekhalifahan
Khulafaur Rasyidin berakhir dan muncullah Dinasti Ummayah yang didirikan oleh
Muawiyah.3
Dinasti Umayyah adalah kekhalifahan Islam pertama setelah masa pemerintahan
Khulafaur Rasyidin yang berdiri sejak tahun 661 M sampai tahun 750 M yang
berkuasa di daerah Jazirah Arab dan sekitarnya. Nama dinasti ini diambil dari nama
kakek buyut pertama dari tokoh pendiri dinasti sekaligus khalifah Muawiyah I, yaitu
Umayyah bin Abd Syams.
Masa kekhalifahan Dinasti Umayyah bermula dari kekuasaan Muawiyah bin
Abi Sufyan, yang diberikan oleh Hasan bin Ali dalam upaya mendamaikan kaum
muslim pada masa itu dikarenakan menyebarnya fitnah akibat terbunuhnya Khalifah
Utsman bin Affan. Kekhalifahan yang awalnya bersifat Islamiyah, berubah menjadi
sistem Monarki atau kerajaan turun temurun di tangan Muawiyah. Beliau bermaksud
mencontoh sistem pemerintahan yang dilaksanakan oleh Persia dan Byzantium,
meskipun tetap menggunakan istilah “khalifah” sebagai pemimpin tertinggi dalam
pemerintahan dan menggunakan istilah tersebut untuk menempatkan dirinya pada
posisi tertinggi kepemimpinan. Ibu kota negara yang pada awalnya berada di
Madinah, telah Muawiyah pindahkan ke Damaskus, dimana tempat beliau menjabat
sebagai gubernur pada masa sebelumnya.
Latar belakang lahirnya Dinasti Umayyah adalah dinasti ini berdiri saat kondisi
dan situasi yang mencekam di tengah pertentangan politik antar golongan (Syi’ah,
Khawarij, Jami’iyah, dan Zubaer). Dari pertentangan itu, Bani Umayyah yang
dipelopori Muawiyah muncul sebagai pemenang yang kemudian mendirikan Dinasti
Umayyah. Corak politik suatu negara umumnya dipengaruhi oleh latar belakang
berdirinya negara bersangkutan dan dipengaruhi oleh situasi yang terjadi pada saat

3
Fuji Rahmadi, 2018, Dinasti Umayyah (Kajian Sejarah dan Kemajuannya) dalam jurnal Al-Hadi vol. 3 No. 2
Januari-Juni, (Medan), h. 670
didirikannya negara tersebut. Pada dasarnya, Bani Umayyah selalu bertentangan
dengan Bani Hasyim dalam kekuasaan di Makkah. Dalam sejarah pra-Islam, Bani
Umayyah selalu menjadi penguasa politik dan ekonomi. Namun, dengan diangkatnya
Nabi Muhammad SAW sebagai khatimul anbiya yang berasal dari Bani Hasyim dan
telah membawa perubahan besar bagi penduduk Mekkah, menimbulkan kecemburuan
dari Bani Umayyah karena mengubah pemetaan pemimpin Bani Umayyah yang selalu
berkuasa di Mekkah sebelum datangnya Islam. 4 Hal ini juga yang menjadi salah satu
alasan mengapa Muawiyah mengubah sistem pemerintahan menjadi monarki absolut.
Dinasti Umayyah yang berpusat di Damaskus telah dipimpin oleh 14 orang
khalifah. Namun diantara khalifah-khalifat tersebut, yang paling menonjol dalam
sejarah adalah Muawiyah bin Abi Sufyan, Abdul Malik bin Marwan, Walid bin Abdul
Malik, Umar bin Abdul Aziz, dan Hisyam bin Abdul Malik.5
B. MASA KEEMASAN DINATI UMAYYAH
Dalam 91 tahun kekuasaan, Dinasti Umayyah telah memperoleh berbagai
kemajuan contohnya dalam bidang administrasi, telah terbentuk berbagai lembaga
administrasi pemerintahan yang mendukung kekuatan tembok kepemimpinan Dinasti
Umayyah.6 Banyak kebijaksanaan yang dilakukan pada masa ini, diantaranya:
1. Perluasan Wilayah
Pada masa ini, Islam semakin melebarkan kekuasaannya hingga mampu mencapai
wilayah Spanyol, seluruh Jazirah Arab, Syiria, Palestina, Afrika Utara, sebagian
Anatolia, Irak, Persia, Afganistan, India serta Soviet Rusia (Turkmenistan,
Uzbekiztan dan Kirgiztari).7
2. Bidang Politik (Tata Pemerintahan)
Beberapa sekretariat yang dibentuk pada masa ini ialah:8
a. Katib ar-Rasail yang bertugas mengelola administrasi dan surat-menyurat
dengan pembesar setempat.
b. Katib al-Kharraj yang bertugas mencatat pemasukan dan pengeluaran negara.
c. Katib al-Jundi yang bertugas mengatur semua hal yang berkaitan dengan
ketentaraan.
4
Ensiklopedi Islam, jilid V, (Jakarta: Ikhtiar Baru Van Hoove, 2001) h. 131-132
5
Ira M, Lapidus, Sejarah Sosial Ummat Islam, (Jakarta: Grafindo Persada, 1999) h.94
6
Fuji Rahmadi, Dinasti Umayyah (Kajian Sejarah dan Kemajuannya, (Universitas Pembangunan Panca Budi
Medan: Jjurnal Al-Hadi, 2018), h. 674
7
Abrari Syauqi, Ahmad Kastalani, dkk, Sejarah Peradaban Islam, (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2016), h.
37-38
8
Fauzi; Siti Aminatul Jannah, Peradaban Islam; Kejayaan dan Kemundurannya, (STIT Al Ibrohimy
Bangkalan: Jurnal Al-Ibrah vol. 6 No. 2, 2021) h. 1
d. Katib asy-Syurtah yang bertugas mengurus keamanan dan ketertiban umum.
e. Katib al-Qudat yang bertugas dalam sistem pengadilan, kejaksaan, dan
kehakiman.
3. Bidang Kemiliteran
Dinasti ini membentuk organisasi kemiliteran yang terdiri dari angkatan laut (al-
Bariyah) dan angkatan kepolisian (asy-Syurtah).9
4. Bidang Ekonomi
Perkembangan dalam perdagangan dan ekonomi serta pengelolaan pendapatan
negara yang diatur dengan baik membawa hasil memuaskan. Tingkat kemakmuran
rakyat berada pada tingkat tinggi karena pajak yang dibayarkan digunakan untuk
pembangunan fasilitas umum oleh beberapa khalifah. Penerimaan pajak pada
wilayah Syam saja dapat tercatat sebesar 1.730.000 dinar emas tiap tahunnya.10
5. Bidang Kesehatan
Untuk meningkatkan kesejahteraan rakyatnya, Dinasti Umayyah mendirikan
rumah sakit yang tidak hanya berfungsi sebagai tempat pengobatan saja tetapi juga
tempat mendidik tenaga keperawatan serta sebagai pusat penelitian di bidang
kedokteran.11
6. Bidang Sosial Budaya
Interaksi sosial yang terjadi antara kaum Muslim dengan negri taklukan
menghasilkan akulturasi budaya baik di bidang kesenian maupun pengetahuan.
Dalam bidang seni bangunan atau arsitektur, Dinasti Umayyah membangun Dome
of the Rock (Qubah asy-Syakhra) di Yerusalam.12
7. Bidang Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan
Menurut George Zaidan, beberapa kemajuan yang diraih Dinasti Umayyah pada
bidang pendidikan dan ilmu pengetahuan diantaranya adalah pengembangan
bahasa Arab, ilmu qira’at, ilmu tafsir, ilmu hadits, ilmu fiqih, ilmu nahwu, dan
usaha penerjemahan kitab berbahasa Latin dari Yunani ke bahasa Arab.13 Adapun
lembaga pendidikan yang digunakan sudah berkembang, selain Masjid dan Kutab
terdapat juga Majelis Sastra, perpustakaan, dan madrasah madrasah.14 Lalu pada
9
Muhammad Infithar Al Ahqaf, Pemikiran dan Peradaban Islam pada Masa Banu Umayyah, (UIN Antasari
Banjarmasin: Jurnal Sejarah Peradaban Islam, 2020), h. 7
10
ibid.
11
Zainal Azman, Pendidikan pada Zaman Bani Umayyah, vol. XI, No.2 (El-Ghiroh, 2016), h. 79
12
Samsul Munir Amin, 2018, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Amzah), h. 132
13
Ahmad Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam Paradigma Teks, Rreflektif, dan Filosofis, (Surabaya: CV. Indo
Pramaha, 2012), h. 88
14
Zainal Azman, Pendidikan pada Zaman Bani Umayyah, vol. XI, No.2 (El-Ghiroh, 2016), h. 75-80
masa pemerintahan Walid bin Abdul Malik pada tahun 707-714 M, didirikan
masjid terbesar pada sat itu, yaitu Masjid Zaitunnah di Tunisia yang dianggap
sebagai universitas tertua hingga sekarang.15
8. Menyejahterakan Ilmuwan Muslim
Ilmuwan pada masa Dinasti Umayyah banyak bermunculan tidak hanya dengan
karya mereka tentang ilmu agama, namun banyak juga pemikiran mereka dalam
ilmu sains. Diantara ilmuwan yang berjasa dalam bidang ilmu agama adalah:16
a. Ilmu Fiqih, muncul ilmuwan seperti Imam Hanafi dengan kitab al-Faraid dan
Imam Malik dengan kitab al-Muwatta’.
b. Ilmu Tasawuf, muncul Hasal al-Basri dengan ajaran al-Khauf wal Raja’ dan
Rabi’ah al-Adawiyah dengan konsep Mahabbahnya.
c. Ilmu Hadits, para tabi’in yang ikut mengembangkan penulisan hadits anatara
lain Abu Qatadah, Muhammad Sirin, Asy-Sya’ibi, An-Nakhari, Ibn Munabbin
dan Yazid bin Habib.
d. Ilmu Tafsir, muncul ilmuwan seperti Abdullah bin Abbas, Abdullah bin
Mas’ud, Sa’ad bin Jabir, Al-Asmi, dan Mujahid.
Adapun ilmuwan yang berjasa pada ilmu pengetahuan sains, diantaranya:
a. Ilmu Kimia dan Fisika. Ilmu Kimia murni dan terapan yang merupakan dasar
dari Ilmu Farmasi yang berkaitan dengan Ilmu Kedokteran adalah karya dari
Abu al-Qasim Abbas bin Farnas.
b. Ilmu Kedokteran. Abu al-Qasim az-Zahrawi dengan kitabnya at-Ta’rif li man
‘Ajaza ‘an at-Ta’lif yang menjadi rujukan di universitas-universitas terkemuka
di Eropa. Beliau juga terkenal sebagai ahli bedah, perintis ilmu penyakit
telinga, dan pelopor ilmu untuk penyakit kulit.
c. Ilmu Sejarah. Abu Marwan Abdul Malik bin Habib dengan karyanya yang
berjudul at-Tarikh dan Abu Bakar Muhammad bin Umar (Ibn Quthiyah)
dengan bukunya yang berjudul Tarikh Iftitah al-Andalus.
d. Bahasa dan Sastra. Ali al-Qali dengan karyanya al-Amali dan an-Nawadir.
Abu Bakar Muhammad bin Umar dengan karyanya yang berjudul al-Af’al dan
Fa’alta wa Af’alat.

15
Muchlis, Perkembangan Pendidikan Masa Dinasti Umayyah (41-132 H/661-750 M) vol. 5 No. 1, (Tsaqofah
& Tarikh: Jjurnal Kkebudayaan Sejarah Islam), h. 48
16
https://id.scribd.com/document/393999794/Cendekiawan-Islam-Pada-Zaman-Bani-Umayyah diakses pada 3
Maret pukul 20.58
e. Matematika. Sudah tidak asing bagi masyarakat keilmuan dengan nama al-
Khawarizmi atau yang dikenal dengan Algorisme di dunia Barat yang
menemukan angka nol. Selain matematika, beliau juga berjasa besar di bidang
astronomi, geograsi, kartografi, teori aljabar, dan trigonometri.
f. Biologi. Ibn al-Haitam menemukan data penting mengenai cahaya sehingga
dengan temuan tersebut para ilmuwan Barat berhasil menciptakan mikroskop
dan teleskop. Percobaannya pada kaca yang dibakar berhasil menemukan teori
lensa pembesar. Beliau juga berhasil menemukan teori optik yang menjadi
rujukan penting dalam pengembangan sains Barat.17
C. SEJARAH KERUNTUHAN DINASTI UMAYYAH
Setelah mencapai kemajuan peradaban yang begitu pesat pada awal
pemerintahan, Dinasti Umayyah mengalami gejala kemunduran. Tidak hanya
dikarenakan faktor internal dari penguasa yang semakin tidak cakap, namun juga
faktor eksternal dan tekanan-tekanan yang didapatkan dinasti ini. Berikut beberapa
faktor penyebab kemunduran Bani Umayyah:18
a. Gerakan oposisi yang dilakukan pendukung Ali dan golongan Khawarij, sehingga
kekuatan pemerintah banyak terpusat pada penumpasan gerakan ini. Perlawanan
pertama dimulai oleh Farwah Ibn Naufal yang berasal dari golongan Khawarij
pada masa pemerintahan Mu’awiyah. Kemudia dari golongan Syi’ah sendiri,
pemberontakan dilakukan oleh Husein pada saat Muawiyah berusaha menjadikan
putranya, Yazid, untuk menjadi putra mahkota.
b. Sistem monarki dalam pemerintahan menyebabkan persaingan tidak sehat di
kalangan keluarga istana. Setelah Yazid meninggal, ia digantikan oleh anaknya
Muawiyah II yang hanya menjabat beberapa bulan saja karena ketidakcakapannya
dalam mengurus pemerintahan. Pada masa ini, keluarga Dinasti Umayyah bertikai
serius dan muncul ambisi untuk menjadi khalifah. Marwan menggantikan
Muawiyah II yang tidak memiliki anak pada saat itu karena pertimbangan dewan
istana dengan syarat setelah kekuasaan Marwan, maka Khalid akan menjadi
khalifah selanjutnya. Namun situasi menjadi runyam ketika Marwan malah
mengangkat dua putra mahkota sekaligus yaitu Abdul Malik sebagai putra
mahkota pertama dan Abdul Aziz sebagai putra mahkota kedua. Pada saat Abdul
17
Imam Amruisi Jailani, Kontribusi Ilmuan Muslim dalam Perkembangan Sains Modern vol. 29 No. 1 (UIN
Sunan Ampel Surabaya: Jurnal Theologia, 2018), h. 170-171
18
Muhammad Infithar Al Ahqaf, Pemikiran dan Peradaban Islam pada Masa Bani Umayyah, (UIN Antasari
Banjarmasin, Jurnal Sejarah Peradaban Islam, 2020), h. 9-10
Malik berkuasa, ia tidak memberikan kekuasannya pada Abdul Aziz melainkan
kepada putranya, Walid I sekaligus menunjuk puteranya yang lain yaitu Sulaiman
untuk menggantikan Walid I. Namun Walid I juga melakukan hal yang sama
seperti ayahnya, yaitu berusaha mengangkat puteranya sendiri, tetapi usaha
tersebut gagal. Begitulah konflik yang terjadi dalam keluarga istana disebabkan
tidak ada sistem dan aturan baku serta sikap egois penguasa yang sukses
memperburuk keadaan dinasti ini.
c. Kurangnya rasa satu kesatuan pada masyarakat. Seperti pertentangan antara Bani
Qaus dan Bani Kalb yang sudah terjadi sejak lama, namun lama kelamaan
semakin memanas. Pada masa pemerintahan Abdul Malik juga terjadi perbedaan
antara orang Arab dan orang non-Arab. Saat orang Ajam yang memeluk Islam
datang ke kota, mereka diusir oleh Hajaj bin Yusuf agar kembali ke kampung
masing-masing namun tetap dikenakan jizyah seperti sebelum menjadi muslim, ini
menimbulkan pandangan negatif orang Ajam terhadap orang Arab. Tidak hanya
itu, diskriminasi rasial semakin terlihat pada saat mempromosikan seseorang
untuk menjadi pejabat karena jabatan tersebut hanya diperuntukkan kepada orang
muslim Arab saja. Hal ini menyebabkan perbedaan perlakuan kepada masyarakat
Mawalli yang kemudian merencanakan pemberontakan dan bergabung dengan
gerakan oposisi pemerintah yaitu golongan Syi’ah dan Bani Abbasiyah.
d. Menurunnya moral dalam diri para petinggi dan kelemahan serta ketidakmampuan
beberapa khalifah dalam memimpin (masyarakat kecewa karena perhatian
penguasa terhadap agama sangat kurang). Contohnya pada saat pemerintahan
Sulaiman dan Walid II yang bersikap hedon. Mereka suka menghabiskan waktu
dengan berburu dan minum anggur serta lebih menyibukkan diri dengan musik
dan syair daripada ayat al-Qur’an dan urusan negara. Karena harta kekayaan yang
melimpah dan banyaknya jumlah budak, mereka berbuat semena-mena hingga
menyerahkan urusan negara kepada bawahan. Model kehidupan khalifah lainnya
juga kurang lebih sama, hanya Muawiyah, Abdul Malik, Walid I, Umar II, dan
Hisyam yang tidak berlaku demikian.19
e. Munculnya kekuatas baru dari keturunan al-Abbas bin Abdu Muthalib yang
mendapat dukungan dari Bani Hasyim, golongan Syi’ah serta masyarakat Mawalli

19
M. A. Shaban, Islamic History a New Interpretation I A. D. 600-750 (A. M. 132), Cambridge University Press,
1971, h. 123
untuk menggulingkan Dinasti Umayyah untuk kemudian mendirikan dinasti
baru.20
Gejala kehancuran Dinasti Umayyah mulai terjadi setelah wafatnya Khalifah ke-
delapan yaitu Umar bin Abdul Aziz. Dinasti Umayyah akhirnya diruntuhkan oleh
Bani Abbasiyah pada masa kekhalifahan Marwan bin Muhammad pada tahun 127 H
atau 744 M.21

BAB III
KESIMPULAN
Masa kekhalifahan Dinasti Umayyah bermula dari kekuasaan Muawiyah bin Abi Sufyan,
yang diberikan oleh Hasan bin Ali dalam upaya mendamaikan kaum muslim pada masa itu

20
Nelly Yusra, Diambang Kemunduran dan Kehancuran Dinasty Bani Umayyah vol. 37 No. 2 (UIN Suska
Riau: Jurnal Pemikiran Islam, 2012) h. 118
21
Samsul Munir Amin, 2018, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Amzah), h. 137
dikarenakan menyebarnya fitnah akibat terbunuhnya Khalifah Utsman bin Affan. Dalam 91 tahun
kekuasaan, Dinasti Umayyah telah memperoleh berbagai kemajuan contohnya di bidang administrasi,
terbentuk berbagai lembaga administrasi pemerintahan yang mendukung kekuatan tembok
kepemimpinan Dinasti Umayyah. Setelah mencapai kemajuan peradaban yang begitu pesat pada awal
pemerintahan, Dinasti Umayyah mengalami gejala kemunduran. Tidak hanya dikarenakan faktor
internal dari penguasa yang semakin tidak cakap, namun juga faktor eksternal dan tekanan-tekanan
yang didapatkan dinasti ini. Gejala kehancuran Dinasti Umayyah mulai terjadi setelah wafatnya
Khalifah ke-delapan yaitu Umar bin Abdul Aziz. Dinasti Umayyah akhirnya diruntuhkan
oleh Bani Abbasiyah pada masa kekhalifahan Marwan bin Muhammad pada tahun 127 H
atau 744 M.

DAFTAR PUSTAKA
Ahqaf, M. I. (2020). Pemikiran dan Peradaban Islam pada Masa Bani Umayyah. Sejarah
Peradaban Islam, 7.
Amin, S. M. (2018). Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Amzah.
Amin, S. M. (2018). Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Amzah.
Azman, Z. (2016). Pendidikan pada Zaman Bani Umayah vol. XI No. 2. El-Ghiroh.
Ensiklopedi Islam. (2001). Jakarta: Ikhtiar Baru.
Fauzi, & Jannah, S. A. (2021). Peradaban Islam; Kejayaan dan Kemundurannya. Al-Ibrah
vol. 6 No. 2, 1.
Fuah, A. Z. (2021). Sejarah Peradaban Islam Paradigma Teks, Reflektif, dan Filosofis.
Surabaya: Indo Pramaha.
Jailani, I. A. (2018). Kontribusi Ilmuan Muslim dalam Perkembangan Sains Modern vol. 29
No. 1. Theologia, 170-171.
Karim, M. A. (2009). Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam. Yogyakarta: Pustaka Book
Publisher.
M, I., & Lapidus. (1999). Sejarah Sosial Ummat Islam. Jakarta: Grafindo Persada.
Muchlis. (t.thn.). Perkembangan Pendidikan Masa Dinasti Umayyah (41-132 H/661-750 M)
vol. 5 No. 1. Kebudayaan Sejarah Islam, 48.
Rahmadi, F. (2018). Dinasti Umayyah (Kajian Sejarah dan Kemajuannya). Al-Hadi vol. 3
No. 2, 670.
Shaban, M. A. (1971). Islamic History a New Interpretation I A. D. 600-750 (A. M. 132).
Cambridgeshire: Cambridge University Press.
Syauqi, A., Kastalani, A., & dkk. (2018). Dinasti Umayyah (Kajian Sejarah dan
Kemajuannya). Al-Hadi, 674.
Yusra, N. (2012). Diambang Kemunduran dan Kehancuran Dinasty Bani Umayyag vol. 37
No. 2. Pemikiran Islam, 118.

Anda mungkin juga menyukai