Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PERADABAN ISLAM PADA MASA DINASI UMAYYAH


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok pada Mata Kuliah Sejarah Peradaban
Islam
Dosen Pengampu : Sugeng Ali Mansur, M.Pd

DISUSUN OLEH KELOMPOK 5:

MAHARDHIKA WAHYU R (230501110050)


AZKY NUR KUMALA (230501110051)
DIVA APRILIA (230501110052)

KELAS B

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan
judul “Peradaban Islam Pada Masa Dinasti Umayyah”. Semoga makalah ini
dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk, maupun pedoman bagi
pembaca.

Atas dukungan moral dan materi yang diberkan dalam penyusunan makalah
ini, maka penyusun mengucapkan terima kasih kepada Bapak Sugeng Ali Mansur,
M.Pd yang telah memberikan bimbingan dan masukan kepada kami. Harapan
penyusun semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi pembaca, sehingga penyusun dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah
ini sehingga kedepannya dapar lebih baik.

Penyusun menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dan masih
terdapat beberapa kekurangan, oleh karena itu penyusun sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca untuk penyempurnaan makalah ini.

Wassalamualikum Wr. Wb

Malang, 14 Oktober 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i

DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii

BAB 1 .................................................................................................................................. 4

PENDAHULUAN .............................................................................................................. 4

1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 4

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................. 5

1.3 Tujuan ...................................................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 6

2.1 Latar Belakang Berdirinya Dinasti Umayyah ..................................................... 6

2.2 Khalifah – Khalifah pada Masa Dinasti Umayyah .............................................. 7

2.3 Keberhasilan Masa Pemerintahan Dinasti Umayyah ....................................... 12

2.4 Keruntuhan Dinasti Umayyah ............................................................................. 14

2.5 Peninggalan-Peninggalan Masa Dinasti Umayyah ............................................ 15

BAB III PENUTUP .......................................................................................................... 17

3.1 Kesimpulan ............................................................................................................ 17

3.2 Saran ...................................................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 19

ii
iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Umat Islam terus berjuang menyebarkan Islam ke seluruh belahan dunia dan
memperluas wilayah kekuasaannya sepeninggal Rasulullah. Perluasan wilayah berlanjut
hingga masa pemerintahan Ali Ra. dan saat itu terjadi perpecahan yang tajam antara Ali
Ra. dan Mu'awiyah pada masa kekhalifahan, disertai peperangan yang memecah belah
umat Islam menjadi faksi-faksi. Pada awal Dinasti Umayyah, umat Islam tenggelam
dalam perang saudara seperti perang Khawarij, perang Karbala, dan pemberontakan
Hijaz. Kekacauan politik ini menghambat perkembangan Islam. Pengetahuan mereka
dihafal dengan hati dan juga diajarkan dengan hati. Mereka tidak berusaha
menuliskannya, kecuali Alquran.
Dinasti Umayyah merupakan salah satu dinasti penting yang menandai sejarah
peradaban Islam. Dinasti ini didirikan antara tahun 661 dan 750 Masehi. Dinasti ini
sukses selama kurang dari satu abad, namun pencapaian ekspansinya sangat besar.
Ekspansi ke negara-negara yang jauh dari pusat kekuasaan Islam terjadi dalam waktu
kurang dari setengah abad. Peristiwa ini benar-benar merupakan kemenangan luar biasa
bagi negara yang belum pernah memiliki pengalaman politik penuh. Terbentuknya dinasti
Umayyah tidak terlepas dari sosok Mu’awiyah bin Abi Sofyan. Ia masuk Islam di usia
yang masih sangat muda, jauh sebelum seluruh keluarga Abu Sofyan masuk Islam.
Mu'awiyah lahir empat tahun sebelum Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi rasul,
ada pula yang mengatakan dua tahun sebelum pengangkatan rasul atau 15 tahun sebelum
hijrah.
Dinasti Bani Umayyah yang pertama kali dipimpin oleh Mu’awiyah (gubernur
Syam) mencapai perkembangan materil, yaitu: mengatur sistem pemerintahan,
memperkuat posisi negara Arab di antara negara-negara yang dikuasai lainnya,
menciptakan kondisi yang menguntungkan dan mendorong perekonomian komersial dan
mengembangkan sektor kebudayaan. Salah satu aspek kebudayaan adalah perkembangan
ilmu pengetahuan, namun pada masa Dinasti Bani Umayyah pertama perkembangan ilmu
pengetahuan tidak berkembang dengan cepat dan perkembangannya tidak berlangsung
lama. Hal ini disebabkan karena pada masa pemerintahan Bani Umayyah I dari khalifah
pertama hingga terakhir, banyak terjadi peperangan dan perluasan wilayah, serta
munculnya sejumlah konflik internal dan eksternal. Bani Umayyah. Kemuliaan dan

4
kekuasaan mulai hilang dari perkembangan karena digantikan oleh dinasti lain. Hal ini
menyebabkan kemunduran dan kehancuran Bani Bani serta perkembangan ilmu
pengetahuan yang telah dibangun.
Dinasti Umayyah terus memberikan kontribusi besar terhadap ilmu pengetahuan di
seluruh dunia, khususnya di Eropa. Kemajuan Eropa hingga saat ini sebagian besar
disebabkan oleh khazanah ilmu Islam yang sebagian diperolehnya di Damaskus pada
masa pemerintahan Bani Umayyah I. Spanyol merupakan penyerap utama peradaban
Islam di Eropa, baik dalam bentuk politik, sosial, ekonomi dan politik. hubungan
peradaban antar bangsa.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan kami bahas dalam makalah ini yaitu :

1. Apa yang melatar belakangi berdirinya Dinasti Umayyah?

2. Siapa khalifah-khalifah yang memimpin pada masa Dinasti Umayyah?


3. Apa saja keberhasilan yang diperoleh selama masa pemerintahan Dinasti
Umayyah?
4. Apa faktor-faktor yang menyebabkan keruntuhan Dinasti Umayyah?
5. Apa saja peninggalan-peninggalan pada masa Dinasti Umayyah yang
masih dapat dilihat saat ini?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui sejarah berdirinya Dinasti Umayyah.


2. Untuk mengetahui khalifah-khalifah yang memimpin pada masa Dinasti
Umayyah
3. Untuk mengetahui keberhasilan yang diperoleh selama masa Dinasti Umayyah
4. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menyebabkan runtuhnya Dinasti
Umayyah
5. Untuk mengetahui peninggalan-peninggalan pada masa Dinasti Umayyah

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Latar Belakang Berdirinya Dinasti Umayyah


Dinasti Umayyah di dirikan oleh Muawiyah bin Abi Sufyan dengan cara
menolak membai’at Ali, memerangi Khalifah Ali dan melakukan perdamaian (tahkim)
yang dilihat secara politik hal ini sangat menguntungkan Muawiyah. Peristiwa tahkim
terjadi karena perang Siffin. Perang siffin terdiri atas dua golongan yang berseteru akibat
krisis kepemimpinan tersebut yaitu golongan Khalifah Ali dan golongan Muawiyah
dengan dalih menuntut darah Utsman – menuntut Ali agar menyikapi dan menyelesaikan
tragedi pembunuhan Utsman – dengan menyusun kekuatan menentang pemerintahan Ali.1
Keberuntungan Muawiyah berikutnya adalah keberhasilan pihak Khawarij
membunuh Khalifah Ali r.a. Jabatan Khalifah setelah Ali r.a wafat, dipegang oleh
putranya, Hasan Ibn Ali selama beberapa bulan. Akan tetapi, karena tidak didukung oleh
pasukan yang kuat, sedangkan pihak Muawiyah semakin kuat, akhirnya Muawiyah
melakukan perjanjian dengan Hasan Ibn Ali. Isi perjanjian itu adalah bahwa pergantian
pemimpin akan diserahkan kepada umat Islam setelah masa Muawiyah berakhir.
Perjanjian ini dibuat pada tahun 661 M. (41 H.) dan tahun tersebut di sebut am jama’ah
karena perjanjian ini mempersatukan umat Islam kembali menjadi satu kepemimpinan
politik.2
Keberhasilan Muawiyah mendirikan Dinasti Umayyah bukan hanya akibat dari
kemenangan diplomasi di perang siffin dan terbunuhnya Khalifah Ali saja, dari sejak
semula Gubernur Suriah itu memiliki basis rasional yang solid bagi landasan
pembangunan politiknya di masa depan. Pertama dukungan yang kuat dari rakyat suriah
dan dari keluarga Bani Umayyah sendiri. Kedua sebagai seorang administrator,
Muawiyah sangant bijaksana dalam menempatkan para pembantunya pada jabatan-
jabatan penting. Ketiga, Muawiyah memiliki kemampuan menonjol sebagai negarawan.
Gambaran dari sifat mulia tersebut dalam diri Muawiyah setidak-tidaknya tampak dalam
keputusannya yang berani memaklumkan jabatan Khalifah secara turun temurun.3
1
Ali Audoh, Ali bin Abi Tholib: Sampai Kepada Hasan dan Husein (Jakarta: Litera Antar Nusa, 2010), hal
253.
2
Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam (Bandung: CV Pustaka Setia, 2008), hal 104.
3
Ahmad Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam 2 (Jakarta: PT. Al Husna Zikra, 1995), hal 48.
6
Muawiyah juga merubah sistem khalifah menjadi sistem kerajaan dengan
mengangkat anaknya Yazid Ibn Muawiyah menjadi Khalifah. Selanjutnya, Muawiyah
mewajibkan seluruh umat untuk membaiat (bersumpah setia) kepada anaknya Yazid.
Walaupun demikian, Muawiyah termasuk orang yang berhasil memadukan
sistem musyawarah dengan sistem monarki dan Daulah Islamiyah dapat dikuasai karena
dia banyak memperhatikan riwayat kisah raja besar sebelumnya, baik dari kalangan arab
ataupun bukan, untuk meniru dan meneladani siasat dan politik mereka dalam
menghadapi pergolakan yang dihadapi.4
2.2 Khalifah – Khalifah pada Masa Dinasti Umayyah
Dinasti Umayyah selama kurun waktu sekitar 90 tahun di pimpin oleh empat
belas orang khalifah. Keempat belas khalifah Dinasti Umayyah ialah sebagai berikut:
A. Muawiyah (41-60 H/ 661-680 M)
Muawiyah dilahirkan kira-kira lima belas tahun sebelum Hijrah, dan masuk
Islam pada hari penaklukan kota Mekkah bersama-sama penduduk kota Mekkah lainnya.
Waktu itu ia berusia 23 tahun. Rasulullah ingin sekali mendekatkan orang-orang yang
baru masuk Islam diantara pemimpin-pemimpin keluarga ternama kepadanya, agar
perhatian mereka kepada Islam itu dapat terjamin, dan agar ajaran-ajaran Islam itu benar-
benar tertanam dalam hati mereka. Sebab itu Rasulullah berusaha supaya Muawiyah
menjadi lebih akrab dengan beliau. Muawiyah lalu diangkat menjadi salah satu penulis
wahyu.5 Inilah yang menyebabkan Khalifah Umar suka kepadanya. Selanjutnya, pada
masa Khalifah Utsman, semua daerah Syam diserahkan kepada Muawiyah. Dia sendiri
yang mengangkat dan memberhentikan pejabat-pejabat pemerintahannya. Dengan
demikian, Muawiyah telah berhasil memegang jabatan Gubernur selama 20 tahun. Dan
sesudah itu menjadi Khalifah selama 20 tahun pula. 6
B. Yazid (60-64 H/ 680-683 M)
Penunjukkan Muawiyah terhadap penggantinya adalah suatu tindakan yang
bijaksana, dan adanya yang baru itu dari kalangan Bani Umayyah adalah suatu hal yang
dapat diterima karena keadaan darurat. Muawiyah mewajibkan seluruh rakyatnya untuk
menyatakan setia terhadap anaknya Yazid. Meskipun dalam internal Bani Umayyah ada
orang yang lebih baik daripada Yazid, misalnya Abdul Malik Ibn Marwan. Deklarasi

4
Sudarsono, “Perkembangan Dinasti Bani http://digilib.uinsby.ac.id/3861/5/Bab%202.pdf (13 oktober
2017)
5
Sudarsono, Perkembangan Dinasti Umayyah, hal 24.
6
Sudarsono, Perkembangan Dinasti Umayyah, hal 25.
7
pengangkatan anaknya Yazid sebagai putera mahkota menyebabkan munculnya gerakan-
gerakan oposisi dikalangan rakyat yang mengakibatkan terjadinya perang saudara
beberapa kali dan berkelanjutan. 7Akhir riwayat hidup Yazid tidak panjang. Masa
pemerintahannya berlangsung hanya tiga tahun. Ia mati dalam usia muda. Ia tidak dapat
merasakan kenikmatan sebagai khalifah. Begitu ia naik tahta, dihadapannya telah
berkecamuk bermacam-macam peristiwa, yang merupakan penyakit berat bagi
negaranya.8 Pada masa pemerintahan Yazid terjadi gerakan oposisi dimana memperotes
Yazid yang naik kursi kekhalifaan tanpa musyawarah di kalangan kaum muslim. Gerakan
protes ini menyebabkan terbunuhnya cucu Rasulullah saw. Husein Ibn Ali oleh
Ubaidullah bin Ziyad dan memenggal kepalanya.
C. Muawiyah II (64 H/ 683 M)
Masa jabatannya tidak lebih dari 40 hari. Kemudian mengundurkan diri karena
sakit. Dan selanjutnya ia mengurung dirinya dirumah sampai ia meninggal tiga bulan
kemudian. 9Alasan ia dipilih karena kakeknya, yaitu Muawiyah I telah meletakkan asas-
asas sistem warisan dalam jabatan khalifah itu. Ia telah berjuang selama bertahun-tahun
untuk melaksanakan pengangkatan Yazid.10
D. Marwan Ibn Hakam (64-65 H/683-685 M)
Marwan bin Hakam memegang peranan penting dalam perang Jamal. Setelah
perang Jamal selesai, Marwan mengundurkan diri dari kancah politik kemudian ia
memberikan baiah dan sumpah setianya atas pengangkatan Ali menjadi Khalifah.
Muawiyah menganggap hal itu dilakukan Marwan hanyalah karena suatu sebab yang
memaksa, yaitu untuk menjaga kemaslahatan Bani Umayyah yang berada di Mekah dan
Madinah. Marwan adalah seorang yang bijaksana, berpikiran tajam, fasih berbicara, dan
berani. Ia ahli dalam pembacaan al-Quran dan banyak meriwayatkan hadis-hadis dari para
sahabat Rasulullah yang terkemuka, terutama dari Umar bin Khattab dan Usman bin
Affan. Ia juga telah berjasa dalam menertibkan alat-alat takaran dan timbangan. Ia
meninggal pada bulan Ramadhan tahun 63 H, setelah ia membujuk lebih dahulu dua
orang puteranya untuk menggantikannya berturut-turut, yaitu Abdul Malik dan Abdul

7
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), hal
45.
8
Ahmad Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam 2, hal 48.
9
Ahmad Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam 2, hal 50.
10
Sudarsono, Perkembangan Dinasti Umayyah, hal 27.
8
Aziz. Dengan demikian telah mengabaikan putusan Muktamar al Jabiyah.11 Isinya adalah
diputuskan adanya keharusan untuk mendirikan kekhalifahan, dalam pertemuan itu juga
telah diputuskan juga sebuah prinsip yang sangat penting bahwa pemilihan seorang
khalifah hanya terlaksana melalui prosedur pemilihan dari umat, aspirasi umat atau wakil
umat yang aspiratif dan mempresentasikan kedaulatan umat. 12
E. Abdul Malik Ibn Marwan (65-86 H/ 685-705 M)
Abdul Malik ini dipandang sebagai pendiri kedua bagi Daulah Umayyah. Ketika
ia diangkat menjadi Khalifah, alam islami sedang berada dalam keadaan terpecah-belah.
Ibn Zubair di Hijjaz/Mekah memproklamirkan dirinya sebagai Khalifah. Kaum Syiah
mengadakan pemberontakan. Dari kaum Khawarij membangkang pula. Namun, semua
kekacauan ini mampu dilewati oleh Abdul Malik. Ia berhasil mengembalikan seluruh
wilayah taat kepada kekuasaannya. Begitu pula, ia dapat menumpas segala
pembangkangan dan pemberontakan. Sebab itulah ia berhak disebut sebagai “pendiri yang
kedua” bagi Dinasti Umayyah13. Khalifah Abdul Malik memerintah paling lama, yakni
dua puluh satu tahun ditopang oleh para pembantunya yang juga termasuk orang kuat dan
menjadi kepercayaannya, seperti al-Hajjaj bin Yusuf yang gagah berani di medan perang
dan Abdul Aziz, saudaranya yang dipercaya memegang jebatan sebagai Gubernur Mesir.
Adapun karakter Abdul Malik, antara lain ialah: percaya diri, dan diantara orang-orang
yang semasa dengan dia tak ada yang dapat menandinginya. Diantara karya Abdul Malik
yang patut dipuji ialah mengarahkan kantor-kantor pemerintahan, membuat mata uang
dengan cara yang teratur.14
F. Al Walid Ibn Abdul Malik (86-96 H/ 705-715 M)
Khalifah al Walid dilahirkan pada tahun 50 H. Tumbuh dengan semua
kemewahan. Ia mempelajari Kebudayaan Islam. Tetapi pendidikannya tentang bahasa
Arab sangat lemah, sehingga ia berbicara kurang fasih. Khalifah al Walid bin Abdul
Malik memerintah sepuluh tahun lamanya. Pada masa pemerintahannya kekayaan dan
kemakmuran melimpah ruah. Kekuasaan Islam melangkah ke Spanyol dibawah pimpinan
pasukan Tariq bin Ziyad ketika Afrika Utara dipegang oleh Gubernur Musa bin Nusair.

11
Ahmad Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam 2, hal 54.
12
Mantrikarno’s Weblog, “Sistim Pemilihan Kepala Negara Masa Khulafarasyidin dan Konteks
Politiknya”. http://mantrikarno.wordpress.com/2008/11/22/sistim-pemilihan-kepala negara- masa-khulafa-
rasyidin-dan-konteks-politiknya/ (13 Oktober 2017).
13
Sudarsono, Perkembangan Dinasti Umayyah, h. 29.
14
Sudarsono, Perkembangan Dinasti Umayyah, h. 29-30.
9
Karena kekayaan melimpah ruah ia sempurnakan pembangunan gedung-gedung, pabrik-
pabrik, dan jalan-jalan yang dilengkapi dengan sumur untuk para kafilah dagang yang
berlalu lalang di jalur tersebut. Ia membangun masjid al-Amawwi yang terkenal hingga
masa kini di Damaskus. Disamping itu ia menggunakan kekayaan negerinya untuk
menyantuni para yatim piatu, diberinya mereka jaminan hidup, dan disediakannya para
pendidik untuk mereka. Begitu pula untuk orang-orang yang cacat, disediakannya
pelayan- pelayan khusus. Dan untuk orang-orang buta, disediakannya pula para penuntun.
Orang orang itu semua diberinya gaji yang teratur. Khalifah itu wafat tahun 96 H/715 M,
dan digantikan oleh adiknya, Sulaiman sebagaimana wasiat ayahnya.15
G. Sulaiman Ibn Abdul Malik (96-99 H/ 715-717 M)
Sulaiman bin Abdul Malik dilahiran pada tahun 54 H/674 M. Ia dilantik
menjadi Khalifah setelah saudaranya, Al Walid meninggal dunia. Sebelum wafatnya, Al
Walid pernah bermaksud untuk memecat Sulaiman dari kedudukannya sebagai putera
mahkota, karena ia ingin mengangkat puteranya sendiri yang bernama Abdul Aziz.
16
Khalifah Sulaiman tidak sebijaksana kakaknya, kurang bijaksana, suka harta
sebagaimana diperlihatkan ketika ia menginginkan harta rampasan perang (ganimah) dari
Spanyol yang dibawa oleh Musa bin Nusair. Ia menginginkan harta itu jatuh ke
tangannya, bukan ke tangan kakaknya, al Walid yang saat itu masih hidup walau dalam
keadaan sakit. Musa bin Nusair diperintahkan oleh Sulaiman agar memperlambat
datangnya ke Damascus dengan harapan harta yang dibawanya itu jatuh ke tangannya.
Namun Musa enggan melaksanakan perintah Sulaiman tersebut, yang mengakibatkan ia
disiksa dan dipecat dari jabatannya ketika Sulaiman naik menjadi Khalifah menggantikan
al-Walid. 17
H. Umar Ibn Abdul Aziz (99-101 H/ 717-720 M)
Khalifah ketiga yang besar ialah Umar bin Abdul Aziz, meskipun masa
pemerintahannya sangat pendek, namun Umar merupakan lembaran putih Bani Umayyah
dan sebuah periode yang berdiri sendiri, mempunyai karakter yang tidak terpengaruh oleh
kebijaksanaan-kebijaksanaan Daulah Umayyah yang banyak disesali. Dia merupakan
personifikasi seorang Khalifah yang takwa dan bersih, suatu sikap yang jarang sekali
ditemukan pada sebagian besar pemimpin Bani Umayyah.18

15
Sudarsono, Perkembangan Dinasti Umayyah, h. 30.
16
Sudarsono, Perkembangan Dinasti Umayyah, h. 31.
17
Ali Mufrodi, Islam di Kawasan Kebudayaan Arab (Jakarta: Logos, 1997), h. 77.
18
Ali Mufrodi, Islam di Kawasan Kebudayaan di Arab, h. 78.
10
I. Yazid Ibn Abdul Malik (101-105 H/ 720-724 M)
Ia tumbuh berkembang dalam kemewahan dan manja, membuatnya tidak
merasakan nilai dan harga kekuasaan. Sebab, ia mendapatkan kekuasaan dan sama sekali
tidak merasakan jerih payahnya. Ia menjadi khalifah setelah Umar bin Abdul Aziz, sesuai
dengan pesan saudaranya yang bernama Sulaiman bin Abdul Malik. 19Peristiwa-peristiwa
penting yang terjadi pada masa pemerintahan Yazid ini, antara lain ialah pemberontakan
yang dilakukan oleh Yazid bin Muhallab. Khalifah Umar mencurahkan tenaga yang tidak
sedikit untuk melenyapkan segala kezaliman dan memelihara Baitul mal milik kaum
muslimin, tetapi Yazid segera meruntuhkan usaha Khalifah yang terdahulu dengan cara
mengembalikan tanah- tanah dan hibah-hibah itu kepada para pemegangnya semula.
Yazid meninggal pada tahun 105 H/723 M dan memerintah selama 4 tahun. 20
J. Hisyam Ibn Abdul Malik (105-125 H/ 724-743 M)
Khalifah Hisyam bin Abdul Malik perlu dicatat juga sebagai khalifah yang
sukses. Ia memerintahkan dalam waktu yang panjang yakni 20 tahun . ia dapat pula
dikategorikan sebagai khalifah Umayyah yang terbaik karena kebersihan pribadinya,
pemurah, gemar kepada keindahan, berakhlak mulia dan tergolong teliti terutama dalam
hal keuangan, di samping bertakwa dan berbuat adil. 21Masa pemerintahan Hisyam cukup
lama, yaitu kira-kira dua puluh tahun. Hisyam termasuk Khalifah-khalifah yang terbaik.
Terkenal sebagai seorang yang penyantun dan bersih pribadinya. Ia telah mengatur
kantor-kantor pemerintahan dan membetulkan perhitungan keuangan Negara dengan amat
teliti. 22
K. Al Walid Ibn Yazid (125-126 H/ 743-744 M)
Al Walid dilahirkan pada tahun 90 H. Ketika ayahnya diangkat menjadi
Khalifah, al-Walid berusia sebelas tahun, dan ketika ayahnya menderita sakit yang
terakhir, al-Walid sudah berumur lima belas tahun. Diriwayatkan bahwa, pada waktu
kematian menghampiri ayahnya, al-Walid maju ke mimbar kemudian mengumumkan
kematian ayahnya dan kemudian al-Walid mendeklarasikan dia sebagai khalifah,
kemudian dia di bai’at. Al-Walid moralnya tidak begitu tinggi, dia mempunyai sifat
kegila-gilaan, yaitu sifat yang diwarisinya dari ayahnya. Faktor-faktor itulah nampaknya
yang telah mendorong pemuda itu untuk menguburkan rasa pilu dan sedihnya kedalam

19
Sudarsono, Perkembangan Dinasti Umayyah, h. 32.
20
Sudarsono, Perkembangan Dinasti Umayyah
21
Samsul Munir, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Amzah, 2009), h. 128.
22
Ahmad Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam 2, h. 99-100.
11
gelas minuman keras, dan hidup dalam pelukan dayang-dayang dan hamba-hamba sahaya
perempuan, bergelimang dosa dan maksiat.23
L. Yazid Ibn Walid
Yazid tidak dapat menikmati kedudukannya sebagai Khalifah, yang telah
dicapainya dengan usaha baik secara rahasia ataupun terang-terangan. Masa
pemerintahannya berlangsung lebih kurang enam bulan. Dan masa yang pendek itu penuh
24
dengan kesukaran-kesukaran. Yazid meninggal dunia setelah memangku jabatan
Khalifah dalam masa beberapa bulan itu. Ia memberikan wasiat bagi saudaranya, Ibrahim
untuk menjadi Khalifah sesudahnya.25
M. Ibrahim Ibn Walid (126 H/ 744 M)
Ibrahim bin al-Walid hanya memerintah dalam waktu singkat pada tahun 126 H
sebelum ia turun tahta, dan bersembunyi dari ketakutan terhadap lawan- lawan politiknya.
Karena kondisi pemerintahan saat itu mengalami goncangan, naiknya Ibrahim bin Walid
sebagai Khalifah tidak disetujui oleh sebagian kalangan keluarga Bani Umayyah. Bahkan
sebagian ahli sejarah menyebutkan di kalangan sebagian Bani Umayyah ada yang
menganggapnya hanya sebagai gubernur, bukan khalifah.26
N. Marwan Ibn Muhammad (127-132 H/ 744-750 M)
Ia dibaiat sebagai khalifah setelah ia memasuki Damaskus dan setelah Ibrahim
bin Walid melarikan diri dari Damaskus pada tahun 127 H/744 M. Marwan adalah orang
besar, berani dan memiliki kebijaksanaan serta kelicinan. Ia mempunyai pengalaman yang
luas dalam bidang pertempuran. Ia berhasil membuat rencana untuk penyusunan kembali
kekuatan-kekuatan Islam. Ia meninggalkan sistim pembagian balatentara kepada beberapa
kesatuan, yang masing-masingnya terdiri dari orang-orang yang berasal dari satu kabilah.
Dan sebagai ganti dari sistim tersebut ia menyusun suatu balatentara yang teratur, dimana
masing-masing anggotanya mendapat gaji tertentu.27

2.3 Keberhasilan Masa Pemerintahan Dinasti Umayyah


Dinasti Umayyah dalam keberhasilannya melakukan ekspansi kekuasaan Islam jauh
lebih besar daripada imperium Roma pada puncak kebesarannya. Keberhasilan ini diikuti

23
Sudarsono, Perkembangan Dinasti Umayyah, h. 33.
24
Ahmad Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam 2, h. 136.
25
Ahmad Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam 2, h. 108-109.
26
Sudarsono, Perkembangan Dinasti Umayyah, h. 34.
27
Sudarsono, Perkembangan Dinasti Umayyah, h. 34-35.
12
pula oleh keberhasilan perjuangan bagi penyebaran syariat Islam, baik dalam bidang
keagamaan maupun dalam bidang politik dan ekonomi. Dengan begitu, Umayyah Timur
berhasil pula mengembangkan aspek- aspek peradaban Islam yang sangat besar
konstribusinya bagi Islam pada masa selanjutnya. 28
1. Arsitektur
Seni bangunan (arsitektur) pada zaman Umayyah bertumpu pada bangunan sipil
berupa kota-kota, dan bangunan agama berupa masjid-masjid. 29Pada masa Walid bin Abd
al-Malik dibangun pula masjid agung yang terkenal dengan nama “Masjid Damaskus”
30
atas kreasi arsitektur Abu Ubaidah bin Jarrah. Khalifah Abdul Malik bin Marwan juga
menyediakan dana 10.000 dinar emas untuk memperluas dan menyempurnakan perbaikan
Masjid al-Haram. Begitu pula Masjid Nabawi, juga diperindah dan diperluas dengan
arsitektur Syiria di bawah pengawasan Umar bin Abdul Aziz.
2. Organisasi Militer
Pada masa Umayyah organisasi militer terdiri dari Angkatan Darat (al- Jund),
Angkatan Laut (al-Bahriyah), dan Angkatan Kepolisian (as-Syurtah). Adapun organisasi
kepolisian pada mulanya merupakan bagian dari organisasi kehakiman. Tetapi kemudian
bersifat independen, dengan tugas mengawasi dan mengurus soal-soal kejahatan. Pada
masa Hisyam bin Abdul Malik, dalam organisasi kepolisian dibentuk Nidham al-Ahdas
sistem penangkal bahaya yang bertugas hampir serupa dengan tugas-tugas tentara.31
3. Perdagangan
Setelah Dinasti Umayyah berhasil menguasai wilayah yang cukup luas, maka lalu
lintas perdagangan mendapat jaminan yang layak. Lalu lintas darat melalui jalan Sutera ke
Tiongkok guna memperlancar perdagangan sutera, keramik, obat-obatan dan wewangian.
Adapun lalu lintas di lautan ke arah negeri- negeri belahan timur untuk mencari rempah-
rempah, bumbu, anbar, kasturi, permata, logam mulia, gading, dan bulu-buluan. Keadaan
demikian membawa ibukota Bashrah di teluk Persi menjadi pelabuhan dagang yang
teramat ramai dan makmur, begitu pula kota Aden. Dari kedua kota pelabuhan itu iring-
iringan kafilah dagang hampir tak pernah putus menuju Syam dan Mesir.32

28
Siti Maryam, Sejarah Peradaban Islam dari Masa Klasik hingga Modern (Yogyakarta: LESFI, 2004), 67.
29
Siti, Maryam, Sejarah Peradaban Islam dari Masa Klasik hingga Modern, h. 75.
30
A. Hasimy, Sejarah Kebudayaan Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1975), h. 140.
31
Hasan Ibrahim Hassan, Sejarah dan Kebudayaan Islam, terj. Jahdan Bin Humam (Yogyakarta: Kota
Kembang, 1989), h. 478.
32
Siti Maryam, Sejarah Peradaban Islam dari Masa Klasik hingga Modern, h.77.
13
4. Kerajinan
Pada masa Khalifah Abd Malik mulai dirintis pembuatan tiraz (semacam bordiran),
yakni cap resmi yang dicetak pada pakaian Khalifah dan para pembesar pemerintahan. Di
bidang seni lukis, sejak Khalifah Muawiyah sudah mendapat perhatian masyarakat. Seni
lukis tersebut selain terdapat di masjid-masjid juga tumbuh di luar masjid. Adanya lukisan
di istana Bani Umayyah, merupakan langkah baru yang muncul di kalangan bangsawan
Arab. Sebuah lukisan yang pertama kali ditorehkan oleh Khalifah Walid I, adalah
diadopsi kebudayaan Yunani (Hellenistik), tetapi kemudian dimodifikasi menurut cara-
cara Islam, sehingga menarik perhatian para penulis Eropa.33
5. Pengembangan Ilmu-Ilmu Agama
Pengembangan ilmu-ilmu agama sudah mulai dikembangkan karena terasa betapa
penduduk-penduduk di luar Jazirah Arab sangat memerlukan berbagai penjelasan secara
sistematis dan kronologis tentang Islam. Ilmu-ilmu yang berkembang saat itu di antaranya
tafsir, hadis, fikih, ilmu kalam dan Sirah/Tariksh.34

2.4 Keruntuhan Dinasti Umayyah


Ada beberapa faktor yang menyebabkan Daulah Bani Umayyah lemah dan
membawanya kepada kehancuran. Faktor-faktor itu antara lain adalah: 35
a) Sistem pergantian khalifah melalui garis keturunan adalah sesuatu yang baru bagi
tradisi Arab yang lebih menekankan aspek senioritas. Pengaturannya tidak jelas.
Ketidakjelasan sistem pergantian khalifah ini menyebabkan terjadinya persaingan
yang tidak sehat di kalangan anggota keluarga istana.
b) Latar belakang terbentuknya Daulah Bani Umayyah tidak bisa dipisahkan dari
konflik-konflik politik yang terjadi di masa Ali. Kelompok Syi’ah (para pengikut
Ali) dan Khawarij terus menjadi gerakan oposisi, baik secara terbuka seperti di
masa awal dan akhir maupun secara tersembunyi seperti di masa pertengahan
kekuasaan Bani Umayyah. Penumpasan terhadap gerakan-gerakan ini banyak
menyedot kekuatan pemerintah.
c) Pada masa kekuasaan Bani Umayyah, pertentangan etnis antara suku Arabia Utara
(Bani Qays) dan Arabia Selatan (Bani Kalb) yang sudah ada sejak zaman sebelum
Islam, makin meruncing. Perselisihan ini mengakibatkan para penguasa Bani
33
Sudarsono, Perkembangan Dinasti Umayyah, h. 37.
34
Sudarsono, Perkembangan Dinasti Umayyah,
35
Fatah Syukur, Sejarah Peradaban Islam (Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 2010), h. 82-83.
14
Umayyah mendapat kesulitan untuk menggalang persatuan dan kesatuan. Di
samping itu, sebagian besar golongan mawali (non Arab), terutama di Irak dan
wilayah bagian timur lainnya, merasa tidak puas karena status mawali, ditambah
dengan keangkuhan bangsa Arab yang diperlihatkan pada masa Bani Umayyah.
d) Lemahnya pemerintahan daulah Bani Umayyah juga disebabkan oleh sikap hidup
mewah di lingkungan istana sehingga anak-anak khalifah tidak sanggup memikul
beban berat kenegaraan tatkala mereka mewarisi kekuasaan.
e) Kelemahan pemerintahan pusat dalam mengendalikan dan mengontrol wilayah
yang amat luas.
f) Penyebab langsung tergulingnya kekuasaan Daulah Bani Umayyah adalah
munculnya kekuatan baru yang dipelopori oleh keturunan Abbas bin Abdul
Muthalib. Gerakan ini mendapat dukungan penuh dari Bani Hasyim dan golongan
Syi’ah, serta dukungan dari kaum mawali yang merasa dikelas duakan oleh
pemerintah Bani Umayyah.
2.5 Peninggalan-Peninggalan Masa Dinasti Umayyah
a. Peninggalan Ilmu Pengetahuan
1. Al Ulumus Syari’ah, yaitu ilmu-ilmu Agama Islam, seperti Fiqih, tafsir Al-Qur’an
dan sebagainya.
2. Al Ulumul Lisaniyah, yaitu ilmu-ilmu yang perlu untuk memastikan bacaan Al
Qur’an, menafsirkan dan memahaminya.
3. Tarikh, yang meliputi tarikh kaum muslimin dan segala perjuangannya, riwayat
hidup pemimpin-pemimpin mereka, serta tarikh umum, yaitu tarikh bangsa-bangsa
lain.
4. Ilmu Qiraat, yaitu ilmu yang membahas tentang membaca Al Qur’an. Pada masa
ini termasyhurlah tujuh macam bacaan Al Qur’an yang terkenal dengan Qiraat
Sab’ah yang kemudian ditetapkan menjadi dasar bacaan, yaitu cara bacaan yang
dinisbahkan kepada cara membaca yang dikemukakan oleh tujuh orang ahli qiraat,
yaitu Abdullah bin Katsir (w. 120 H), Ashim bin Abi Nujud (w. 127 H), Abdullah
bin Amir Al Jashsahash (w. 118 H), Ali bin Hamzah Abu Hasan al Kisai (w. 189
H), Hamzah bin Habib Az-Zaiyat (w. 156 H), Abu Amr bin Al Ala (w. 155 H),
dan Nafi bin Na’im (169 H).
5. Ilmu Tafsir, yaitu ilmu yang membahas tentang undang-undang dalam
menafsirkan Al Qur’an. Pada masa ini muncul ahli Tafsir yang terkenal seperti

15
Ibnu Abbas dari kalangan sahabat (w. 68 H), Mujahid (w. 104 H), dan Muhammad
Al-Baqir bin Ali bin Ali bin Husain dari kalangan syi’ah.
6. Ilmu Hadis, yaitu ilmu yang ditujukan untuk menjelaskan riwayat dan sanad al-
Hadis, karena banyak Hadis yang bukan berasal dari Rasulullah. Diantara
Muhaddis yang terkenal pada masa ini ialah Az Zuhry (w. 123 H), Ibnu Abi
Malikah (w. 123 H), Al Auza’i Abdur Rahman bin Amr (w. 159 H), Hasan Basri
(w. 110 H), dan As Sya’by (w. 104 H).
7. Ilmu Nahwu, yaitu ilmu yang menjelaskan cara membaca suatu kalimat didalam
berbagai posisinya. Ilmu ini muncul setelah banyak bangsa-bangsa yang bukan
Arab masuk Islam dan negeri-negeri mereka menjadi wilayah negara Islam.
Adapun penyusun ilmu Nahwu yang pertama dan membukukannya seperti halnya
sekarang adalah Abu Aswad Ad Dua
b. Peninggalan Masjid
1. Masjid Damaskus

Merupakan masjid tertua dan terbesar peninggalan dinasti Umayyah yang terletak di
kota Damaskus, Suriah. Bangunan ini awalnya merupakan tempat peribadatan romawi
tempat menyembah dewa Jupiter yaitu kuil Jupiter damaskus yang dibangun pada tahun
64 SM , namun tahun 634 SM setelah peristiwa penaklukan damaskus bangunan ini
diubah menjadi sebuah kompleks yang berisi basilica katholik roma. Namun secara final
bangunan ini diubah dan ditingkatkan statusnya menjadi masjid pada tahun 706 SM atas
perintah khalifah Al- walid bin abdul malik.

2. Masjid Katedral Kordoba

Merupakan masjid islam di Kordoba Spanyol yang diubah menjadi katedral Kristen
pada abad ke -13 . Masjid tersebut merupakan bangunan yang memukai bagi dua agama
dan budaya yang membentuk Andalusia islam dan kristen . struktur asli bangunan
dibangun oleh abd Ar – Rahman I selaku penguasa dynasty Umayyah pada th 784- 786 .
3. Masjid Agung Aleppo

Masjid Aleppo merupakan masjid terbesar di kota Aleppo Suriah dan terletak di
distrik Al-jalloum kota tua Aleppo. Ciri khas dari masjid luhur Aleppo adalah pada
bidang menarayang berbentuk unik. Menara masjid ini sepenuhnya berwujud sisi empat
dari landasan hingga puncak.

16
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Setelah Khalifah Ali Ibn Abi Thalib wafat yang menjadi pemimpin umat Islam yaitu
Muawiyah Ibn Abi Sufyan. Dinasti Umayyah berdiri pada tahun 661 M dan di dirikan
oleh Mua'awiyah bin Abi Sufyan. Bani Umayyah adalah sebuah nama yang di adopsi dari
nama salah seorang tokoh kabilah Quraisy pada masa jahiliyah yaitu Umayyah ibn And
Al-Syam ibn And Manaf Ibn Qusay Al-Quraisyi Al-Amawiy. Muawiyah merubah sistem
pemilihan pemimpin Islam adalah musyawarah umat menjadi penunjukkan Putra
Mahkota. Sejak masa kepemimpinannya berdirilah Dinasti Umayyah selama kurang lebih
Sembilan puluh tahun. Ada empat belas orang khalifah yang memimpin umat Islam
selama kurang lebih Sembilan puluh tahun. Sebagian memiliki masa pemerintahan yang
lama dan sebagian lagi hanya sebentar bahkan hanya beberapa hari. Pemimpin-pemimpin
Dinasti Umayyah telah menunjukkan peradaban yang begitu maju di tandai dengan
arsitektur-arsitektur bangunan, pengembangan ilmu pengetahuan, organisasi
pemerintahan dan sebagainya. Majunya suatu peradaban tentu akan menemui masa
kehancuran.
Runtuhnya Dinasti Umayyah terjadi karena beberapa hal yaitu persaingan keluarga
kerajaan untuk menduduki kursi kepemimpinan, pemberontakan-pemberontakan,
pertentangan etnis antara suku Arabia Utara (Bani Qays) dan Arabia Selatan (Bani Kalb)
yang sudah ada sejak zaman sebelum Islam, makin meruncing, sikap hidup mewah anak-
anak khalifah, kelemahan pemerintah pusat dalam menangani wilayah kekuasaan yang
begitu luas, munculnya kekuatan baru yang dipelopori oleh keturunan Abbas Ibn Abdul
Muthalib yang di dukung kaum mawali dan syi’ah.
Salah satu keberhasilan pada masa Umayyah adalah perluasan wilayah, Muawiyah
yang berjasa pada pembangunan di berbagai bidang, mendirikan dinas pos dan tempat
tempat tertentu dan sebagainya dan memiliki 14 ulama yang mengembangkan ilmu pada
masa itu. Tak hanya masa keberhasilan, dinasti Umayyah juga memiliki masa kehancuran
setelah berkuasa selama 90 tahun yang di tandai dengan munculnya kelompok kelompok
yang merasa tidak puas dengan masa Umayyah, Tidak ada yang jelas dan tegas tentang
sistem pergantian Khalifah dan sebagainya. Di lihat dari kejayaan dan kehancuran pada
masa Dinasti Umayyah, Bani Umayyah juga memiliki peninggalan yang ada sampai saat
17
ini diantaranya peninggalan masjid yaitu Masjid Damaskus, Masjid Katedral Kordoba dan
Masjid Agung Aleppo. Tak hanya itu Bani Umayyah juga memiliki peninggalan berupa
ilmu yaitu, Ilmu fiqih, Ilmu tafsir, Ilmu hadits dan sebagainya.

3.2 Saran
Sejarah Dinasti Umayyah dalam makalah ini di harapkan dapat memberikan wawasan
yang lebih luas kepada pembaca dan dapat mengambil manfaat dari sebuah sejarah
melalui latar belakang berdirinya, khalifah-khalifah, keberhasilan, penyebab kehancuran,
dan sejarah peninggalan Bani Umayyah. Makalah ini jauh dari kata sempurna, di mohon
kiranya agar memberikan saran-saran yang bermanfaat sehingga dapat menyempurnakan
pembuatan makalah berikutnya.

18
DAFTAR PUSTAKA

Audah, A. (2010). Ali bin Abi Tholib: Sampai Kepada Hasan dan Husein. Jakarta: Litera
Antar Nusa.
Hasimy, A. (1975). Sejarah Kebudayaan Islam. Jakarta: Bulan Bintang.
Ibrahim Hassan, H. (1989). Sejarah dan Kebudayaan Islam. Terj. Jahdan Bin Humam.
Yogyakarta: Kota Kembang.
Maryam, S. (2004). Sejarah Peradaban Islam dari Masa Klasik hingga Modern.
Yogyakarta: LESFI.
Mufrodi, A. (1997). Islam di Kawasan Kebudayaan Arab. Jakarta: Logos.
Munir, S. (2009). Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Amzah.
Sudarsono. (2017, oktober 13). "Perkembangan Dinasti Bani Umayyah".
http://digilib.uinsby.ac.id/3861/5/Bab%202.pdf.
Supriyadi, D. (2008). Sejarah Peradaban Islam. Bandung: CV Pustaka Setia.
Syalabi, A. (1995). Sejarah dan Kebudayaan Islam 2. Jakarta: PT. Al Husna Zikra.
Syukur, F. (2010). Sejarah Peradaban Islam . Semarang: PT Pustaka Rizki Putra.
Weblog, M. (2017, oktober 13). "Sistem Pemilihan Kepala Negara Masa Khulafarasyidin
dan Konteks Politiknya". http://mantrikarno.wordpress.com/2008/11/22/sistim-
pemilihan-kepala-negara-masa-khulafa-rasyidin-dan-konteks-politiknya/.
Yatim, B. (2003). Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.

19
20

Anda mungkin juga menyukai