Anda di halaman 1dari 16

PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA BANI UMAYYAH

Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi Tugas Mata Kuliah


(Sejarah Pendidikan Islam)
Yang diampu oleh Ikhsan Asdiki, M.Sos

Di Susun Oleh:
KELOMPOK 3

Tasya Puspita Dewi (Nim: 02230922)


Siti Nur Huda (Nim: 02230921)

MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


SEKOLAH TINGGI ILMU TERBIYAH BATU BARA
SUMATERA UTARA
2024
KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-nya kepada penulis, sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pendidikan Islam Pada
Masa Bani Umayyah” dengan sebaik dan sebisa mungkin dan Inn Syaa Allah
bisa bermanfaat bagi semua pembaca.
Dalam penyelesaian makalah ini, penulis banyak mendapat dorongan serta
bimbingan dari berbagai pihak. Karenanya pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya.
Dengan selesainya makalah ini sebagai salah satu tugas “Sejarah
Pendidikan Islam” ini, penulis menyadari bahwa makalah ini masih belum
sempurna walaupun penulis telah berusaha dengan semaksimal mungkin dan daya
upaya yang ada pada penulis. oleh kerana itu penulis sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari para pembaca guna perbaikan dalam makalah
yang lebih baik kedepannya. Dan dengan penuh rasa harap semoga makalah ini
dapat bermanfaat dan menambah ilmu bagi penulis dan kita semua. Amin yaa
rabba ‘alamin.

Batu Bara, April 2024


Hormat Kami

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i


DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
C. Tujuan Masalah ......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 3
A. Dinasti Umayyah ....................................................................................... 3
B. Sistem Pendidikan yang Diterapkan Pada Dinasti Umayyah ................... 4
C. Pusat Pendidikan Islam Pada Masa Bani Umayyah .................................. 8
D. Metode-metode Pendidikan Islam Pada Masa Bani Umayyah ................. 9
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 11
A. Kesimpulan ............................................................................................... 11
B. Saran.......................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Nama ibnu umayyah berasal dari nama seorang pemimpin kabilah kuraisy
pada zaman jahiliyah ialah Umayyah Ibnu Abdi Syam Ibnu ‘Abdi Manaf. pada
masa hidupnya Umayyah selalu bersaing dengan pamannya yang bernama
Hasyim ibnu ‘ abdi manaf dalam merebut pimpinan dan pengaruh masyarakat
bangsanya. Dalam persaingan ini, Umayyah dapat mencapai kemenangan dan
dapat merebut kekuasaan karena ia berasal dari keluarga bangsawan, mempunyai
banyak harta dan sepuluh orang putra yang terhormat dalam masyarakat.
Bani Umayyah baru masuk Islam setelah tidak ada pilihan lain kecuali
harus masuk Islam. Pada waktu itu Nabi Muhamad SAW bersama ribuan kaum
muslimin menyerbu kota Mekah dan disitulah Bani Umayyah menyatakan masuk
Islam. Walaupun Bani Umayyah pernah menjadi musuh Rasulullah yang keras
dan masuk Islamnya juga yang paling belakang, tetapi setelah masuk Islam,
mereka dengan segera dapat menunjukan semangat kepahlawanan yang sulit
dicari tandingannya. Mereka telah banyak sekelai mencatat prestasi dalam
penyebaran agama Islam. Antara lain, peperangan yang dilancarkan dalam
memerangi orang-orang murtat, orang-orang yang mengaku dirinya nabi, dan
orang-orang yang enggan membayar zakat.
Pada waktu Umar Bin Khatab menjadi khalifah, Mu’awiyah Bin Abi
Sufyan (dari bani Umayyah) diangkat sebagai gubernur daerah syam. Demikian
pula pada masa Khalifah Utsman Bin Affan, jabatan sebagai gubernur didaerah
syam masih tetap dan bahkan masi kuat kedudukannya. Dengan demikian, pada
masa khalifah Ali Bin Abi Thalib, Muawiyah mempunyai kesempatan berjuang
terus untuk merebut kekuasaan dan akhirnya Ali bin Abi Thalib dapat dikalahkan.
Dengan berakhir pemeritahan Ali bin Abi Thalib, berarti pemerintahan
khulafahurasyidin telah berakhir pula dan selanjutnya secara resmi jabatan
khalifah berpindah kepada Mu’awiyah dari bani Umayyah.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah dinasti umayyah?
2. Bagaimanakah sistem pendidikan yang diterapkan pada dinasti umayyah?
3. Bagaimanakah pusat pendidikan islam pada masa bani umayyah?
4. Bagaimanakah metode-metode pendidikan islam pada masa bani
umayyah?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dinasti umayyah.
2. Untuk mengetahui sistem pendidikan yang diterapkan pada dinasti
umayyah.
3. Untuk mengetahui pusat pendidikan islam pada masa bani umayyah.
4. Untuk mengetahui metode-metode pendidikan islam pada masa bani
umayyah.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Dinasti Umayyah
Kekuasaan Bani Umayyah berumur kurang lebih 90 tahun. Ibu kota negara
dipindahkan Muawiyyah dari Madinah ke Damaskus, tempat ia berkuasa sebagai
gubernur sebelumnya. Muawwiyah Ibn Abi Sofyan adalah pendiri Dinasti
Umayyah yang berasal dari suku Quraisy keturunan Bani Umayyah yang
merupakan khalifah pertama dari tahun 661-750 M, nama lengkapnya ialah
Muawwiyah bin Abi Harb bin Umayyah bin Abdi Syam bin Manaf. Setelah
Muawwiyah diangkat jadi khalifah ia menukar system pemerintahan dari Theo
Demikrasi menjadi Monarci (Kerajaan/Dinasti) dan sekaligus memindahkan Ibu
Kota Negara dari Kota Madinah ke Kota Damaskus. Muawwiyah lahir 4 tahun
menjelang Nabi Muhammad SAW menjalankan Dakwah Islam di Kota Makkah,
ia beriman dalam usia muda dan ikut hijrah bersama Nabi ke Yastrib. Disamping
itu termasuk salah seorang pencatat wahyu dan ambil bagian dalam beberapa
peperangan bersama Nabi Yusuf Syu’aib.
Pada masa khalifah Abu Bakar Siddiq dan Kalifah Umar ibn Khattab,
Umayyah menjabat sebagai panglima pasukan dibawah pimpinan Ubaidah ibn
Jarrah untuk wilayah Palestina, Suriah dan Mesir. Pada masa khalifah Usman ibn
Affan ia diangkat menjadi Wali untuk wilayah Suriah yang berkedudukan di
Damaskus. Pada masa pemerintahan Ali ibn Abi Thalib tahun 661 M diwarnai
dengan krisis dan pertentangan yang sangat tajam di wilayah Islam dimana
ditandai dengan perang Shuffin yang pada akhirnya Ali ibn Abi Thalib mati
terbunuh sewaktu shalat shubuh di Mesjid Nabawi Madinah. Sepeninggal Ali ibn
Abi Thalib tahun 661 M sebagian umat Islam di Iraq memilih dan mengangkat
Hasan ibn Ali ibn Thalib menjadi Khalifah. Akan tetapi Hasan adalah orang yang
taat, bersikap damai serta tidak tega dengan perpecahan dalam Islam. Akhirnya
diadakanlah serah terima kekuasaan di Kota Khuffah. Dengan demikian
dimulailah Dinasti Umayyah.
Bani Umayyah perluasan daerah Islam sangat luas sampai ke timur dan
barat. Begitu juga dengan daerah Selatan yang merupakan tambahan dari Daerah

3
Islam di zaman Khulafa ar Rasyidin yaitu: Hijaz, Syiria, Iraq, Persia dan Mesir.
Seiring dengan itu pendidikan pada masa Bani Umayyah telah ada beberapa
lembaga seperti: Kutub, Mesjid dan Majelis Sastra. Materi yang diajarkan
bertingkat-tingkat dan bermacam-macam. Metode pengajarannya pun tidak sama.
Sehingga melahirkan beberapa pakar ilmuan dalam berbagai bidang tertentu.1

B. Sistem Pendidikan yang Diterapkan pada Dinasti Umayyah


Secara essensial pendidikan Islam pada masa dinasti umayyah kurang
begitu diperhatikan, sehingga sistem pendidikan berjalan secara alamiyah.
Walaupun sistemnya masih sama seperti pada masa Nabi dan Khulafaur Rasyidin.
Pada masa ini pola pendidikan telah berkembang, sehingga peradaban Islam sudah
bersifat internasional yang meliputi tiga Benua, yaitu sebagian Eropa, sebagian
Afrika dan sebagian besar Asia yang kesemuanya itu di persatukan dengan bahasa
Arab sebagai bahasa resmi negara. Dengan kata lain Periode Dinasti Umayyah ini
merupakan masa inkubasi. Dimana dasar-dasar dari kemajuan pendidikan
dimunculkan, sehingga intelektual muslim berkembang.
Adapun Corak pendidikan pada Dinasti Umayyah yang dikutip dari Hasan
Langgulung yaitu;
1. Bersifat Arab dan Islam tulen artinya pada periode ini pendidikan masih
didominasi orang-orang arab, karna pada saat itu unsur-unsur Arab yang
memberi arah pemerintahan secara politis, agama dan budaya. Meskipun
hal ini tidak semuanya diterapkan pada semua pemerintahan Dinasti
Umayyah hal ini terbukti dengan masa Muawiyah yang membangun
pemerintahannya yang mengadopsi kerangka pemerintahan Bizantium,
dan dalam bidang keilmuan lainnya yang mengadopsi sebagian dari
negara-negara taklukan.
2. Menempatkan pendidikan dan penempatan birokrasi lainnya, yang
sebagian ditempati oleh orang-orang non-muslim dan non-arab.
3. Berusaha Meneguhkan Dasar-Dasar Agama Islam yang Baru Muncul Hal
ini berawal dari pandangan mereka bahawa Islam adalah agama, negara,
sekaligus sebagai budaya, maka wajar dalam periode ini banyak
1
Yusnadi, Fakhrurrazi, Pendidikan Islam Pada Masa Daulah Bani Umayyah, At-Ta’dib,
Jurnal Ilmiah Prodi Pendidikan Agama Islam, Vol. 12, No. 2, 2020, h. 164-165.

4
melakukan penaklukan wilayah-wilayah dalam rangka menyiarkan dan
memperkokoh ajaran Islam. Hal ini terbukti ketika pada masa
pemerintahan Umar bin abd Aziz pernah mengutus 10 orang ahli fikih ke
Afrika utara untuk mengajarkan anak-anak disana.
4. Perioritas pada Ilmu Naqliyah dan Bahasa. Pada periode ini pendidikan
Islam memprioritaskan pada ilmu-ilmu naqliyah seperti baca tulis al-
Quran, pemahaman fiqih dan tasyri, kemudian dengan ilmu-ilmu yang
berhubungan dengan ilmu-ilmu tersebut yaitu ilmu bahasa, seperti nahwu,
sastra. Meskipun pada gilirannya terdapat juga penekanan pada ilmu-ilmu
aqliyah, hal ini terbukti dengan munculnya aliran-aliran theologies dan
filsafat pada masa ini.
5. Menunjukkan bahan tertulis pada bahasa tertulis sebagai bahan media
komunikasi.2
Pada masa Umayyah juga penulis semakin banyak, seperti membagi
penulis dalam bidang pemerintahan, seperti, penulis surat-surat, harta-harta, dan
pada bidang pemerintahan lainnya termasuk penulis dalam kalangan intelektual,
(penerjemah). Hal ini di buktikan dengan membuka jalan Pengajaran Bahasa
Asing. Hal ini terbukti dengan semakin meluasnya kawasan Islam di semenanjung
Arab, sehubungan degan hal ini nabi Muhammad juga pernah bersabda “barang
siapa yang mempelajari bahasa suatu kaum, niscaya ia akan selamat dari
kejahatannya”. Keperluan ini semakin dirasakan penting karena pada masa
pemerintahan Dinasti Umayyah kawasan Islam semakin meluas sampai ke Afrika
dan Cina serta negeri-negeri lainnya yang berbeda dengan Bahasa Arab. Dengan
demikian pengajaran bahasa diperketat, hal ini untuk menunjukkan bahwa Islam
merupakan agama universal.
Lebih lanjut Pada masa Dinasti Umayyah pola pendidikannya bersifat
desentralisasi dan belum memiliki tingkatan dan standar umum. Kajian
pendidikan pada masa itu berpusat di Damaskus, Kufah, Mekah, Madinah, Mesir,
Kardoba dan beberapa kota lainnya, seperti Basyarah, Kuffah (Irak) Damsyik dan
Palestina (Syam), Fistat (Mesir). Diantara ilmu-imu yang dikembangkan yaitu,
Kedokteran, Filsafat, Astronomi, Ilmu Pasti, Sastra, Seni Bagunanan, Seni rupa,
2
Ahamd Tafsir, Cakrawala Pemikiran Pendidikan Islam, (Bandung: Mimbar Pustaka,
2004), h. 258.

5
maupun Seni suara. Dengan demikian pendidikan tidak hanya berpusat di
Madinah seperi pada zaman nabi dan Khulaur Rasyidin melainkan ilmu itu telah
mengalami ekspansi seiring dengan ekspansi teritorial. Lebih lanjut Menurut H.
Soekarno dan ahmad Supardi. Memaparkan bahwa Pada periode Dinasti Umayah
terdapat dua jenis pendidikan, yaitu;
1. Pendidikan khusus yaitu pendidikan yang diselenggarakan dan
diperuntukan bagi anak-anak khalifah dan anak-anak para pembesarnya,
Tempat Proses pembelajaran berada dalam lingkungan istana, Materi yang
diajarkan diarahkan untuk kecakapan memegang kendali pemerintahan
atau hal-hal yang ada sangkut pautnya dengan keperluan dan kebutuhan
pemerintahan, sehingga dalam penentuan dan penetapan kurikulumnya
bukan hanya oleh guru melainkan orang tua pun turun menentukannya.
Adapun Materi yang diberikan yaitu materi membaca dan menulis al-
Quran, al-Hadits, bahasa arab dan syair-syair yang baik, sejarah bangsa
Arab dan peperangannya, adab kesopanan, pelajaran-pelajaran
keterampilan, seperti menunggang kuda, belajar kepemimpinan berperang.
Pendidik atau guru-gurunya dipilih langsung oleh khalifah dengan
mendapat jaminan hidup yang lebih baik. Peserta didik atau Anak-anak
khalifah dan anak-anak pembesar.
2. Pendidikan yang di peruntukan bagi rakyat biasa. Proses pendidikan ini
merupakan kelanjutan dari pendidikan yang telah diterapkan dan
dilaksanakan sejak zaman Nabi Muhammad SAW masih hidup. Sehingga
kelancaran proses pendidikan ini ditanggungjawabi oleh para ulama,
merekalah yang memikul tugas mengajar dan memberikan bimbingan
serta pimpinan kepada rakyat. Mereka bekerja atas dasar kesadaran moral
serta tanggung jawab agama bukan dasar pengangkatan dan penunjukan
pemerintah, sehingga mereka tidak memperoleh jaminan hidup (gaji) dari
pemerintah. Jaminan hidup mereka tanggungjawabi sendiri dengan
pekerjaan lain diluar waktu mengajar, atau ada juga yang menerima
sumbangan dari murid-muridnya.3

3
Ahmad Masrul Anwar, Pertumbuhan dan Perkembangan Pendidikan Islam Pada masa
Bani Umayyah, Jurnal Tarbiya, Volume. 1, No. 1, 2015, h. 58.

6
3. Majlis Sastra, Kemudian ada majlis sastra, majlis ini guna untuk
membahas persoalan hukum agama dan berdiskusi mengenai masalah-
masalah yang memerlukan pemecahan dan penyelesaian. Saat itu Khalifah
Muawiyah sangat tertarik dengan sejarah, yang mana sejarah sangat
berguna untuk tugas dan jabatannya dalam usahanya untuk mengendalikan
pemerintahan. Khalifah Muawiyah dapat mengambil contoh dan teladan
untuk kehidupan dan menentukan sikap untuk masa yang akan datang.
Berbeda dengan anak-anaknya, mereka lebih cenderung tertarik dan
mencintai syair.
4. Perpustakaan. Pada dinasti Umayyah, perhatian terhadap pembinaan dan
pengembangan perpustakaan mengalami peningkatan. Perpustakaan pada
masa dinasti Umayyah turut maju dan berkembang. Selain fungsinya
sebagai tempat untuk menyimpan dan memelihara buku, pada masa dinasti
Umayyah perpustakaan juga difungsikan untuk melakukan kegiatan
belajar mengajar, pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan serta
kegiatan penelitian dan penulisan karya ilmiyah.
5. Al-Bimaristan. Cucu Muawiyah, Khalid bin Yazid, sangat tertarik pada
ilmu kimia dan kedokteran. Melalui wewenang yang dimilikinya, ia
menyediakan sejumlah dana dan memerintahkan para sarjana yang ada di
Mesir untuk menerjemahkan buku-buku kimia dan kedokteran ke dalam
bahasa Arab, terutama membangun alBimaristan sebagai tempat belajar,
magang dan penelitian bagi calon dokter. Selanjutnya, peran yang paling
penting terhadap keberlangsungan pendidikan ditempati oleh para
pendidik. Pemerintah Umayyah memberikan pendidik terbaik pada tiap-
tiap lembaga yang ada pada masa itu.Termasuk memberikan sarana dan
prasarana agar pendidikan dapat berlangsung dengan meminimalisir segala
hambatan. Termasuk di dalamnya dana yang dibutuhkan bagi
perkembangan dan tumbuh pendidikan.4
C. Pusat Pendidikan Islam pada Masa Bani Umayyah
Perluasan negara Islam bukanlah perluasan dengan merobohkan dan
menghancurkan, bahkan perluasan dengan teratur diikuti oleh ulama-ulama dan

4
Samul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Amzah, 2009), h.137.

7
guru-guru agama yang turut bersama-sama tentara Islam. Pusat pendidikan telah
tersebar di kota-kota besar sebagai berikut: di kota Makkah dan Madinah (Hijaz),
di kota Baṣrah dan Kufah (Irak), di kota Damsyik dan Palestina (Syam), di kota
Fistat (Mesir). Madrasah-madrasah yang ada pada masa Bani Umayyah adalah
sebagai berikut:
1. Madrasah Makkah: Guru pertama yang mengajar di Makkah sesudah
penduduk Makkah takluk ialah Mu’ādh bin Jabal. Ialah yang mengajarkan
Al-Quran dan mana yang halal dan haram dalam Islam. Pada masa
khalifah ‘Abd al-Mālik bin Marwān ‘Abdullah bin Abbās pergi ke
Makkah, lalu mengajar disana di Masjidil Harām. Ia mengajarkan tafsir,
fiqh dan sastra. ‘Abdullah bin Abbāslah pembangun madrasah Makkah
yang termasyhur di seluruh negeri Islam.
2. Madrasah Madinah: Madrasah Madinah lebih termasyhur dan lebih dalam
ilmunya, karena di sanalah tempat tinggal Ṣahabat-Ṣahabat Nabi Ṣalāllahu
‘alaihi wa sallam. Berarti disana banyak terdapat ulama-ulama terkemuka.
3. Madrasah Baṣrah: Ulama sahabat yang termasyur di Baṣrah ialah Abu
Musā al-Ash’ari dan Anas bin Mālik. Abu Musā al- Ash’ari adalah ahli
fiqih dan ahli hadīth, serta ahli Al-Quran. Sedangkan Abbās bin Mālik
termasyhur dalam ilmu hadīth. Al-Hasan Baṣry sebagai ahli fiqih, juga ahli
pidato dan kisah, ahli fikir dan ahli tasawuf. Ia bukan saja mengajarkan
ilmu-ilmu agama kepada pelajar-pelajar, bahkan juga mengajar orang
banyak dengan mengadakan kisah-kisah di masjid Baṣrah.
4. Madrasah Kufah: Madrasah Ibnu Mas’ud di Kufah melahirkan enam orang
ulama besar, yaitu: ‘Alqamah, Al-Aswād, Masroq, ‘Ubaidah, Al-Hāris bin
Qais dan ‘Amr bin Syurahbil. Mereka itulah yang menggantikan
‘Abdullah bin Mas’ud menjadi guru di Kufah. Ulama Kufah, bukan saja
belajar kepada ‘Abdullah bin Mas’ud menjadi guru di Kufah. Ulama
Kufah, bukan saja belajar kepada ‘Abdullah bin Mas’ud, bahkan mereka
pergi ke Madinah.
5. Madrasah Damsyik (Syam): Setelah negeri Syam (Syria) menjadi sebagian
negara Islam dan penduduknya banyak memeluk agama Islam. Maka
negeri Syam menjadi perhatian para Khilafah. Madrasah itu melahirkan

8
imam penduduk Syam, yaitu ‘Abdurrahman al-Auza’iy yang sederajat
ilmunya dengan Imam Mālik dan Abu Hanīfah. Mazhabnya tersebar di
Syam sampai ke Magrib dan Andalusia. Tetapi kemudian mazhabnya itu
lenyap, karena besar pengaruh mazhab Syāfi’I dan Māliki.
6. Madrasah Fistat (Mesir): Setelah Mesir menjadi negara Islam ia menjadi
pusat ilmu-ilmu agama. Ulama yang mula-mula madrasah di Mesir ialah
‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘As, yaitu di Fisfat (Mesir lama). Ia ahli hadith
dengan arti kata yang sebenarnya. Karena ia bukan saja menghafal hadith-
hadith yang didengarnya dari Nabi Ṣalāllahu ‘alaihi wa sallam, melainkan
juga dituliskannya dalam buku catatan, sehingga ia tidak lupa atau khilaf
meriwayatkan hadith-hadith itu kepada murid-muridnya. Oleh karena itu
banyak sahabat dan tabi’in meriwayatkan hadith-hadith dari padanya.
Karena pelajar-pelajar tidak mencukupkan belajar pada seorang ulama di
negeri tempat tinggalnya, melainkan mereka melawat ke kota yang lain
untuk melanjutkan ilmunya. Pelajar Mesir melawat ke Madinah, pelajar
Madinah melawat ke Kufah, pelajar Kufah melawat Syam, pelajar Syam
melawat kian kemari dan begitulah seterusnya. Dengan demikian dunia
ilmu pengetahuan tersebar seluruh kota-kota di Negara Islam.5

D. Metode-metode Pendidikan Islam pada Masa Bani Umayyah


Pada masa pemerintahan Daulah Bani Abbasiyah tidak jauh berbeda
dengan Daulah Bani Umayyah, metode pengajaran yang digunakan dapat
dikelompokkan menjadi empat macam, yaitu:
1. Metode lisan
Metode lisan dapat berupa dikte, ceramah, qira’ah, dan diskusi. Dikte
(imla) adalah metode penyampaian pengetahuan yang dianggap baik dan aman
karena dengan imla ini peserta didik mempunyai catatan yang akan membantunya
ketika ia lupa. Ceramah (al-sama’) adalah guru menjelaskan isi suatu buku dengan
hafalan, sedangkan peserta didik mendengarkannya. Qira’ah biasanya digunakan
untuk belajar membaca. Diskusi merupakan metode yang khas pada masa ini.
2. Metode menghafal
5
Zainal Azman, Pendidikan Pada Zaman Bani Umayyah, El-Ghiroh, Vol. XI, No. 02,
2016, h. 79-81.

9
Metode menghafal merupakan metode yang peserta didik harus membaca
secara berulang-ulang pelajarannya hingga pelajaran tersebut dihafalnya.
Sehingga dalam proses selanjutnya, peserta didik harus mengkontekstualisasikan
pelajaran yang telah dihafalnya.
3. Metode tulisan
Metode tulisan dapat dikatakan sebagai pengkopian buku-buku ulama.
Dalam pengkopian terjadi proses intelektualisasi hingga tingkat penguasaan ilmu
peserta didik semakin tinggi, karena dalam pengkopian tidak semata-mata menulis
saja dan melakukan telaah terhadap buku tersebut. Metode tulisan ini juga
menguntungkan
4. Rihlah
Metode rihlah adalah metode mencari hadis yang tersebar ke seluruh
daerah pada masa Umar bin Abdul Aziz karena mulai ada orang-orang
menyelewengkan makna hadis, sehingga muncul ilmu nahwu.6

BAB III
PENUTUP

6
Muhammad Faiq hirzullah, Setiantono, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan
Pendidikan Pada Masa Dinasti Umayyah, Jurnal Social Science Academic, volume. 1, No. 1,
2023, h. 157-158.

10
A. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa:
Pada awal pemerintahan Dinasti Umayyah terdapat dua sistem pendidikan
yang berbeda; (1) Pendidikan untuk anak-anak khalifah dan para pembesarnya,
sehingga sistem pendidikan ini bertujuan untuk memperoleh kekuasaan dan
kekuatan politik, sehingga dengan demikian akan menghasilkan manusia
pimpinan formal yang didukung oleh jabatan kenegaraan dengan wibawa
kekuasaan; (2) Pendidkan untuk anak-anak dan masyarakat umum, bertujuan
mengembangkan keilmuan dengan ditunjang oleh keyakinan agama, yang
diharapkan mampu menghasilkan pimpinan yang didukung kharismatik dan ilmu
pengetahuan. (3) Majlis Sastra, Kemudian ada majlis sastra, majlis ini guna untuk
membahas persoalan hukum agama dan berdiskusi mengenai masalah-masalah
yang memerlukan pemecahan dan penyelesaian. (4) Perpustakaan. Pada dinasti
Umayyah, perhatian terhadap pembinaan dan pengembangan perpustakaan
mengalami peningkatan. (5) Al-Bimaristan. Cucu Muawiyah, Khalid bin Yazid,
sangat tertarik pada ilmu kimia dan kedokteran. Melalui wewenang yang
dimilikinya, ia menyediakan sejumlah dana dan memerintahkan para sarjana yang
ada di Mesir untuk menerjemahkan buku-buku kimia dan kedokteran ke dalam
bahasa Arab, terutama membangun alBimaristan sebagai tempat belajar, magang
dan penelitian bagi calon dokter.

B. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan oleh penulis terkait dengan
pembahasan diatas adalah:
Secara essensial pendidikan Islam pada masa dinasti umayyah kurang
begitu diperhatikan, sehingga sistem pendidikan berjalan secara alamiyah.
Walaupun sistemnya masih sama seperti pada masa Nabi dan Khulafaur Rasyidin.
Pada masa ini pola pendidikan telah berkembang, sehingga peradaban Islam sudah
bersifat internasional yang meliputi tiga Benua, yaitu sebagian Eropa, sebagian
Afrika dan sebagian besar Asia yang kesemuanya itu di persatukan dengan bahasa
Arab sebagai bahasa resmi negara. Dengan kata lain Periode Dinasti Umayyah ini
merupakan masa inkubasi. Dimana dasar-dasar dari kemajuan pendidikan

11
dimunculkan, sehingga intelektual muslim berkembang, semoga makalah ini bisa
menjadi rujukan bagi teman-teman semua terutama dalam membahas: Analisis
Kebutuhan Sistem Informasi Bagi organisasi Sesuai Aturan dan prosedur Yang
berlaku.

DAFTAR PUSTAKA

Amin Munir Samul. 2009. Sejarah Peradaban Islam, Jakarta, Amzah.

12
Anwar Masrul Ahmad. 2015. Pertumbuhan dan Perkembangan Pendidikan Islam
Pada masa Bani Umayyah, Jurnal Tarbiya, Volume. 1, No. 1.
Azman Zainal. 2016. Pendidikan Pada Zaman Bani Umayyah, El-Ghiroh, Vol.
XI, No. 02.
Hirzullah Faiq Muhammad, Setiantono. 2023. Sejarah Pertumbuhan dan
Perkembangan Pendidikan Pada Masa Dinasti Umayyah, Jurnal Social
Science Academic, volume. 1, No. 1.
Tafsir Ahamd. 2004. Cakrawala Pemikiran Pendidikan Islam, Bandung, Mimbar
Pustaka.
Yusnadi, Fakhrurrazi. 2020. Pendidikan Islam Pada Masa Daulah Bani
Umayyah, At-Ta’dib, Jurnal Ilmiah Prodi Pendidikan Agama Islam,
Vol. 12, No. 2.

13

Anda mungkin juga menyukai