Anda di halaman 1dari 17

MASA KEJAYAAN ISLAM

MAKALAH

Untuk memenuhi tugas UAS Pengembangan Bahan Ajar

Dosen Pengampu :

Ikfi Khoulita, M.Pd.I.

Disusun oleh :

Nama : Bayu Afrizal Rosian Octaviano Putra

NIM : 12201193185

Kelas : PAI 2A

SEMESTER 2

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG

JUNI 2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayat-Nya.Tidak
lupa shalawat serta salam tetap terlimpahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW, yang
kita nanti-nantikan syafa’atnya di akhirat nanti. Dalam penyusunan makalah ini, kami sedikit
mengalami hambatan namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan dalam
materi ini tidak lain dari bantuan, dorongan, dan bimbingan dari berbagai pihak, Sehubungan
dengan penyusunan makalah ini maka penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Maftukhin, M.Ag. selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri
Tulungagung, yang telah memberikan sarana prasarana untuk penulis menyelesaikian
tugas penyusunan makalah ini.
2. Ibu Dr. Hj, Binti Maunah, M.Pd.I, selaku Dekan Institut Agama Islam Negeri
Tulungagung yang telah memberikan pelayanan akademik kepada seluruh mahasiswa.
3. Ibu Ikfi Khoulita, M.Pd.I., selaku dosen pengampu mata kuliah Pengembangan Bahan
Ajar.
4. Civitas Akademika IAIN Tulungagung.
5. Teman-teman mahasiswa FTIK khususnya kelas PAI 2A.
Selanjutnya demi kesempurnaan penulis dalam menyelesaikan makalah berikutnya,
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak sehingga dapat
menyelesaikan dengan baik dan sempurna. Mudah-mudahan dengan adanya makalah ini
dapat menambah wawasan bagi semua pihak sehingga dapat memetik isi yang terkandung
didalamnya.

Tulungagung, Juni 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

BAB 1 : PENDAHULUAN.............................................................................. 1

A. Latar Belakang................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah........................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan............................................................................ 1
BAB II : PEMBAHASAN................................................................................ 2
A. Pengertian masa kejayaan Islam..................................................... 2
B. Periodisasi sejarah kejayaan Islam................................................. 2
C. Kerajaan besar Islam.......................................................................3
D. Faktor-faktor yang mempengaruhi kejayaan Islam ....................... 9
BAB III : PENUTUP........................................................................................10
A. Kesimpulan...................................................................................12
B. Saran.............................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Zaman kejayaan Islam adalah masa ketika para filsuf, ilmuan, dan insinyur
dari dunia Islam menghasilkan banyak kontribusi terhadap perkembangan
teknologi dan kebudayaan, baik dengan menjaga tradisi yang telah ada maupun
dengan menambahkan penemuah dan inovasi mereka sendiri. Yaitu ketika daulah
Muawiyah dan selanjutnya digantikan oleh daulah Abbasiyah berkuasa, di tangan
para pemimpinnya Islam menjadi pusat studi bagi yang ingin menekuni bidang
ilmu sesuai apa yang mereka inginkan. Dan di zaman inilah banyak melahirkan
ilmuan muslim yang terkenal dan memiliki penemuan yang penting dalam dunia
pendidikan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian masa kejayaan Islam?
2. Apa manfaat periodisasi sejarah Islam?
3. Bagaimana peran kerajaan Islam dalam memajukan pendidikan?
4. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kejayaan Islam?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui masa kejayaan Islam.
2. Untuk mengetahui manfaat periodisasi sejarah Islam.
3. Untuk mengetahui peran kerajaan Islam dalam memajukan pendidikan.
4. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kejayaan Islam.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Masa Kejayaan Islam


Pergantian Bani Umayah oleh Bani Abbas di puncak kepemimpinan masyarakat Islam
memiliki arti yang lebih tinggi dari sekedar perubahan dinasti semata. Peristiwa ini
merupakan revolusi dalam sejarah Islam. Tonggak berdirinya dinasti Bani Abbas, berawal
sejak merapuhnya sistem internal dan performance penguasa Bani Umayah yang berujung
pada keruntuhan Bani Umayah di Damaskus, maka upaya untuk menggantikannya dalam
memimpin umat Islam adalah dari kalangan Bani Abbasiyah. Propoganda revolusi
Abbasiyah ini mendapat simpati masyarakat terutama dari kalangan Syi’ah, karena
bernuansa keagamaan, dan berjanji akan menegakkan kembali keadilan seperti yang
dipraktikkan oleh Khulafaur Rasyidin. Dari sinilah Islam kemudian berjaya dengan
sebutan abad pembangunan Daulah Islamiyah dimina dunia Islam mulai dari Cordoba di
Spanyol sampai Multan di Pakistan, mengalami pembangunan di segala bidang terutama
dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.1
B. Periodisasi Sejarah Kejayaan Islam
Harun Nasution dalam bukunya yang berjudul “Islam ditinjau dari aspeknya” membagi
sejarah Islam ke dalam tiga periode yaitu :
1. Periode Klasik (650-1250)
Periode klasik merupakan periode kejayaan Islam yang dibagi menjadi dua fase
yaitu :
a. Fase ekstensi dan integrasi (650-1000)
b. Fase desintegrasi (1000-1250)
2. Periode pertengahan (Periode Kemunduran Islam)
Dalam periode pertengahan dibagi menjadi dua fase yaitu :
a. Fase kemunduran (1250-1500 M)
b. Fase munculnya tiga kerajaan besar (1500-1800) yang dimulai dengan zaman
kemajuan (1500-1700) dan zaman kemunduran (1700-1800
3. Periode Modern (1800 dan seterusnya)

1
Ali Mustofa, “Masa Keemasan Pendidikan Islam”, Studi Tentang Peran Khalifah Harun Al-Rasyid Dalam
Pendidikan Islam, Volume 4 No. 2,1 September 2018, hlm.108

2
Periode modern disebut juga dengan periode kebangkitan umat Islam yang ditandai
dengan munculnya para pembaharu Islam.
C. Kerajaan besar Islam
Masa kejayaan Islam terjadi pada sekitar tahun 650-1250 M. Periode ini disebut juga
sebagai periode klasik. Pada kurun waktu itu terdapat dua kerajaan besar yaitu kerajaan
Umayah (Daulah Umayah) dan kerajaan Abbasiyah (Daulah Abbasiyah).
1. Islam masa daulah Bani Umayyah
Masa kekhilafahan Bani Umayyah hanya berumur 90 tahun yaitu dimulai pada
masa kekuasaan Muawiyah bin Abu Sufyan, yaitu setelah terbunuhnya Ali bin Abi
Thalib, dan kemudian orang-orang Madinah membaiat Hasan bin Ali namun Hasan
bin Ali menyerahkan jabatan kekhalifahan ini kepada Mu’awiyah bin Abu Sufyan
dalam rangka mendamaikan kaum muslimin yang pada masa itu sedang dilanda
bermacam fitnah yang dimulai sejak terbunuhnya Utsman bin Affan, pertempuran
Shiffin, perang Jaman dan penghianatan dari orang Khawarij dan Syi’ah, dan terakhir
terbunuhnya Ali bin Abi Thalib. Dan sejak tahun 41 H (661 M) inilah, kepemimpinan
dipegang oleh Muawiyah dan pusat pemerintahan dipindahkan ke Damaskus (Syam).2
Keinginan Bani Umayah meraih kekuasaan terhadap kaum muslimin yang
telah ada sejak kepemimpinan khalifah Abu Bakr mulai menemukan momentumnya
ketika Utsman Ibn Affan (Dari Bani Umayah) menggantikan posisi “Umar ibn al-
Khattab”. Muawiyah yang menjadi Gubernur Syam menggantikan saudaranya (Yazid
ibn Abi Sufyan) sejak kekhalifahan Umar semakin bersemangat dalam
mempersiapkan Syam sebagai pusat kepemimpinannya sehingga ia menunjukkan
penentangan kepada Khalifah Ali bin Abi Thalib dengan dalih menuntut balas atas
terbunuhnya Utsman bin Affan.
Pada masa Muawiyah bin Abu Sufyan perluasan wilayah yang terhenti pada
masa khalifah Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib dilanjutkan kembali, dimulai
dengan menaklukan Tunisia, kemudian ekspansi ke sebelah Timur, dengan menguasai
daerah Khurasan sampai ke sungai Oxus dan Afganistan sampai ke Kabul. Sedangkan
angkatan lautnya mulai melakukan serangan-serangan ke ibu kota Bizantium,
Konstantinopel. Sedangkan ekspansi ke Timur ini kemudian terus dilanjutkan kembali
pada masa khalifah Abdul Malik bin Marwan. Abdul Malik bin Marwan mengirim
tentara menyeberangi sungai Oxus dan berhasil menundukkan Balkanabad, Bukhara,

2
Ahmad Choirul Rofiq, Sejarah Islam, (Malang : Gunung Samudra, 2017), hlm. 135

3
Khawarizm, Ferghana dan Samarkand. Tentaranya bahkan sampai ke India dan
menguasai Bhalukistan, Sind dan daerah Punjab sampai Maltan.
Ekspansi ke Barat secara besar-besaran dilanjutkan di zaman Al-Walid bin
Abdul-Malik. Di masa pemerintahan Al-Walid adalah masa ketentraman,
kemakmuran dan ketertiban. Umat Islam merasa hidup bahagia. Pada masa
pemerintahannya yang berjalan kurang lebih sepuluh tahun itu tercatat suatu ekspedisi
militer dari Afrika Utara menuju wilayah Barat Daya, benua Eropa, yaitu pada tahun
711 M. Setelah Aljazair dan Maroko dapat ditundukan, Tariq bin Ziyad, pemimpin
pasukan Islam, dengan pasukannya menyeberangi selat yang memisahkan antara
Maroko (Maghrib) dengan benua Eropa, dan mendarat di suatu tempat yang sekarang
dikenal dengan nama Gibraltar (Jabal Thariq). Tentara Spanyol dapat dikalahkan.
Dengan demikian, Spanyol menjadi sasaran ekspansi selanjutnya. Ibu kota Spanyol,
Cordoba, dengan cepatnya dapat dikuasai. Menyusul setelah itu kota-kota lain seperti
Seville, Elvira dan Toledo yang dijadikan ibu kota Spanyol yang baru setelah
jatuhnya Cordoba. Pasukan Islam memperoleh kemenangan dengan mudah karena
mendapat dukungan dari rakyat setempat sejak lama menderita akibat kekejaman
penguasa.
Dengan keberhasilan ekspansi ke beberapa daerah, baik Timur maupun Barat,
wilayah kekuasaan Islam masa Bani Umayyah ini betul-betul sangat luas. Daerah-
daerah itu meliputi Spanyol, Afrika Utara, Syria, Palestina, Jazirah Arab, Irak,
sebagian Asia kecil, Persia, Afganistan, daerah yang sekarang disebut Pakistan,
Turkmenistan, Uzbekistan, dan Kirgista di Asia Tengah.
Disamping ekspansi kekuasaan Islam, Bani Umayyah juga banyak berjasa
dalam pembangunan di berbagai bidang. Muawiyah bin Abu Sufyan mendirikan dinas
pos dan tempat-tempat tertentu yang menyediakan kuda yang lengkap dengan
peralatannya di sepanjang jalan. Dia juga berusaha menertibkan angkatan bersenjata
dan mencetak mata uang. Al Walid bin Abdul-Malik (705-715) meningkatkan
pembangunan, diantaranya membangun panti-panti untuk orang cacat, dan pekerjanya
digaji oleh negara secara tetap, serta membangun jalan-jalan raya yang
menghubungkan suatu daerah dengan daerah lain, pabrik-pabrik, gedung-gedung
pemerintahan dan masjid-masjid yang megah.3
Era khalifah tinggi dimulai dengan munculnya Marwan bin Hakam (683-
585M) sebagai khalifah Bani Umayah, walaupun Marwan sendiri tidak pernah diakui
3
Siti Zubaidah, Sejarah Peradaban Islam, (Medan : Perdana Publising, 2016), hlm. 79-81

4
secara umum sebagai khalifah. Namun puteranya, Abdul Malik bin Marwan memiliki
sikap tegas sehingga menjadi khalifah yang besar setelah Umar bin Khattab dan
Mu’awiyah bin Abu Sufyan. Corak islami dalam pemerintahan Bani Marwan begitu
menonjol. Dunia Arab Islam memperoleh kemajuan yang mengagumkan.
Kebijakan Abdul Malik mengganti uang logam kekaisaran pra-Islam menjadi
uang logam dengan inskripsi Islam dan dorongan khalifah dalam menemukan cara-
cara efektif dan pasti dalam menuliskan Al-Qur’an menjadi prestasi religius yang
cermerlang. Begitu juga kebijakan khalifah membentuk qadhi (hakim untuk
menyelesaikan pertikaian antar umat Islam ) yang berdasarkan ajaran Islam. Di
bidang birokrasi Khalifah Abdul Malik mewajibkan penggunaan Bahasa Arab sebagai
bahasa resmi di seluruh lembaga birokrasi di bawah kekuasaan Bani Umayah.
Keberhasilan Bani Marwan yang lain adalah dapat menciptakan persatuan
wilayah-wilayah di bawah naungan khilafah Bani Umayah. Sejak era pemerintahan
Bani Marwan ini, masyarakat Islam telah membentuk sebuah negara tunggal yang
sangat luas dan kuat.
Pada masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz beliau telah meletakkan fondasi
baru dalam kebijakan pemerintahan yaitu memprioritaskan pembangunan dalam
negeri. Energi kekhalifahan dipusatkan untuk membangun dan memberdayakan
rakyat. Hal inilah yang menyebabkan munculnya era kemakmuran baru di dunia Islam
era Umar bin Abdul Aziz. Kebijakan-kebijakan Khalifah Umar bin Abdul Aziz yang
sekaligus menjadi prestasi gemilangnya dapat dijelaskan dalam lima hal yaitu :
a) Mampu meredakan ketegangan dan konflik dengan pihak oposisi terutama kaum
Syi’ah.
b) Mencurahkan perhatian yang sangat kuat untuk meningkatkan dan memajukan
pembangunan dalam negeri.
c) Memberi kebebasan yang lebih luas kepada penganut agama atau kepercayaan
lain untuk menjalankan ritual sesuai tradisi agama dan kepercayaan yang mereka
yakini.
d) Memperingan pajak.
e) Melakukan kebijakan penyetaraan antara kaum Mawali dan kaum muslim Arab.
Kegemilangan kekhalifahan Bani Umayah selalu diidentikan dengan
kebijakan Khalifah Umar bin Abdul Aziz sebagai khalifah ternama, adil dan
memperhatikan masyarakat bawah dan kaum minoritas.4
4
Syamsul Bakri, Tarikh Islam, (Surakarta : BukuKU Media, 2016), hlm. 92-99

5
Pemerintahan Daulah Umaiyah di Andalusia (138-422 H/755-1030 M)
berbagai karya paling fenomenal yang berhasil ditorehkan.
a. Penyatuan Andalusia di bawah pimpinan Abdurahman bin Hisyam (Ad-Dakhil –
Shaqar Quraisy)
b. Pembangunan beberapa galangan kapal untuk memproduksi kapal-kapal perang di
beberapa benteng di sungai maupun laut seperti Tarkuna, Tortousse, Sevilla, dan
lainnya.
c. Pembangunan daerah pinggiran Ar-Rashafah di sebelah barat daya Cordova untuk
mengenang Rashafah Syam yang dibangun Hisyam bin Abdul Malik.
Pembangunan tersebut dilakukan pada masa pemerintahan Abdurahman Ad-
Dakhil.
d. Pembangunan Masjid Jami’ Al-Umawi di Cordova pada masa Abdurrahman Ad-
Dakhil. Hanya saja ia meninggal dunia sebelum pembangunannya selesai.
Pembangunan masjid ini pun disempurnakan puteranya.
e. Pembangunan benteng Cordova yang besar.
f. Pembangunan gedung percetakan uang koin di Andalusia.
g. Pembangunan benteng-benteng Sevilla dengan bebatuan pada masa pemerintahan
Abdurrahman Al-Ausath.5

2. Islam masa daulah Abbasiyah


Abbul Abbas adalah pendiri Dinasti Abbasiyah. Pada waaktu di bai’ah
kekhalifahan bani Umayah masih berdiri di bawah pimpinan khalifah terakhir
Muhammad ibn Marwan. Ibn Marwan ini kemudian dikalahkan oleh Abbul Abbas
dalam pertempuran di Alfayaum Mesir tahun 132 H. Sejak itulah Daulah Abbasiyah
resmi berdiri.
Abul Abbas al-Saffah mulai menegakkan kekuasaannya dengan kekerasan
sehingga mendapat gelar al-saffah (penumpahan darah). Langkah pertama
mengadakan pembersihan terhadap keluarga Bani Umayah dan golongan Syiah yang
dianggap sebagai rivalnya. Abul Abbas berkuasa selama empat tahun sembilan bulan.
Kemudian digantikan oleh saudaranya, Abu Ja’far al-Mansur. Abu Ja’far al-Mansur
inilah pendiri dan penegak Daulah Abbasiyah. Dia adalah sebagai ayah segenap
Khalifah Abbasiyah.6

5
Masturi Ilham, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta : Pusaka Al-Kausar, 2016), hlm. 396-397

6
Semasa pemerintahannya, Abul Abbas tidak banyak melakukan perluasan
wilayah, tetapi lebih melakukan konsolidasi internal untuk menguatkan pilar-pilar
negara. Ia seorang yang bermoral tinggi dan mempunyai loyalitas sehingga beliau
disegani dan dihormati oleh kerabat-kerabatnya. Beliau mempunyai pengetahuan luas,
pemalu, budi pekerti yang baik dan dermawan. Ia wafat pada usia 33 tahun di Kota
Anbar, pada bulan Zulhijah tahun 136H/753M.7
Dengan naiknya Harun menduduki jabatan Khalifah, maka Daulah Abbasiyah
memasuki era baru yang sangat gemilang. Dia adalah seorang pengusaha yang paling
cakap dan paling mulia di antara Daulah Abbasiyah. Dia memerintah selama 23
tahun.
Harun al-Rasyid memperindah dan mempercantik kota Baghdad yang
dibangun oleh kakeknya al-mansur sebelumnya, sehinggah puncak keindahan,
kemegahan dan kecermelangan kota Baghdad sebagai ibu kota Daulah Abbasiyah
terjadi pada masa pemerintahan Harun al-Rasyid sampai mencapai kota terindah di
dunia kala itu. Sejak awal berdirinya, kota ini sudah menjadi pusat peradaban dan
kebangkitan ilmu pengetahuan dalam Islam. Itulah sebabnya Philip. K. Hitti
menyebutnya sebagai kota intelektual. Kota Baghdad menjadi lebih masyhur lagi,
karena perannya sebagai pusat perkembangan peradaban dan kebudayaan Islam,
sehingga banyak para ilmuwan dari berbagai penjuru datang ke kota ini untuk
mendalami ilmu pengetahuan yang ingin mereka tuntut.
Pada masa puncak keemasan kota Baghdad di masa pemerintahan khalifah
Harun al-Rasyid (786-809), dan anaknya al-Makmun (813-833), dari kota inilah
memancar sinar kebudayaan dan peradaban Islam ke seluruh dunia. Kebesarannya
tidak terbatas pada negeri Arab, tetapi meliputi seluruh negeri Islam. Baghdad ketika
itu menjadi pusat peradaban dan kebudayaan yang tertinggi di dunia.
Ada tiga keistimewaan kota ini, yaitu : pertama, prestise politik, kedua,
supremasi ekonomi, ketiga, aktivitas intelektual. Tidak mengherankan jika ilmu
pengetahuan dan sastra berkembang sangat pesat di wilayah ini. Banyak buku filsafat
yang sebelumnya dipandang sudah “mati” dihidupkan kembali dengan diterjemahkan
ke dalam bahasa Arab. Seni tari dan seni suara di tangan penari-panari dan penyanyi-
penyanyi terkenal pada masa itu.8
6
Munir Subarman, Sejarah Kelahiran Perkembangan dan Masa Keemasan Peradaban Islam, (Yogyakarta : CV.
Budi Utama, 2015), hlm. 150
7
Saufi Akhmad, Sejarah Peradaban Islam, (Yogyakarta : CV. Budi Utama, 2015), hlm. 182-183
8

7
Kemajuan ekonomi Daulah Abbasiyah yang pesat tidak saja berpengaruh
besar terhadap pembangunan untuk memperindah kota Baghdad, tetapi juga
dipergunakan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan intelektual sekaligus.
Dapat lebih ditegaskan kemegahan kota Baghdad dan kemewahan hidup di istana
merupakan sumber inspirasi tersendiri yang merangsang berkembangnya ilmu
pengetahuan dan intelektual di tangan para ilmuan. Seni tari dan seni suara di tangan
penari-penari dan penyanyi-penyanyi terkenal pada masa itu. Juga berkembang seni
sajak di tangan penyair-penyair yang sangat masyhur dalam kesusasteraan Islam.
Keluarga bangsawan Persia, yaitu Barmaki menjadi penyokong utaman bagi
Harun, baik dalam mengelola urusan pemerintahan maupun pengembangan ilmu
pengetahuan. Dalam mengelola urusan pemerintahan, Yahya bin Khalid (dari
keluarga Barmaki diangkat Harun menjadi Wazir dan penasehatnya. Empat orang
anaknya, yaitu : Fazal, Ja’far, Musa dan Muhammad diangkat Harun menjadi pejabat
negara. mereka sangat cekatan dan memiliki kemampuan administrasi yang tinggi.
Dalam memajukan ilmu pengetahuan, mereka ini berlomba-lomba memberikan
hadiah yang mahal kepada para penyair dan pencipta karya.
Di masa khalifah al-Makmun (813-833 M/198-218 H), pertemuan-pertemuan
ilmiah tidak lagi dilaksanakan di istana. Tetapi dia membangun tempat pertemuan
yang dipusatkan di “Balai Ilmu” atau “Baitul Hikmah”. Di balai ilmu ini senantiasa
ramai dikunjungi oleh ahli-ahli ilmu, ahli-ahli hukum, ahli-ahli pikir, sastra, ahli
agama dan bahasa. Untuk lebih pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan
intelektual, dan sebagai perwujudan kecintaan al-Makmun terhadap ilmu
pengetahuan, dia memfungsikan “balai ilmu” itu kedalam tiga fungsi: pertama,
sebagai akademi, kedua, sebagai perpustakaan, dan ketiga, sebagai tempat
penerjemahan berbagai macam ilmu pengetahuan.
Dengan demikian di masa al-Makmun terdapat tiga macam aktivitas
pengembangan ilmu, pertama, digalakkannya diskusi-diskusi ilmiah di kalangan para
tokoh dan ahli. Kedua, dilakukannya penerjemahan buku-buku secara besar-besaran
ke dalam bahasa Arab. Ketiga, didirikannya perpustakaan sebagai tempat
penyimpanan buku-buku tersebut.9

3. Perkembangan Ilmu Pengetahuan

8
Di antara ilmu-ilmu umum yang berkembang pada masa Daulah Abbasiyah
adalah sebagai berikut :
1) Ilmu Kedokteran
Pada waktu itu yang mengepalai pusat medisnya adalah Jirjis Bukhtyshu.
Selain itu melalui penerjemahan buku-buku kedokteran berbahasa Persia, Yunani
dan India ke dalam bahasa Arab turut juga mempengaruhi berkembangnya ilmu
kedokteran dalam Islam. Penerjemahan buku pertama buku kedokteran berbahasa
Persia ke dalam bahasa Arab adalah al-Muqaffa, sedangkan penerjemah yang
paling terkenal adalah Hunain bin Ishak, dan dia sekaligus sebagai dokter pribadi
al-Mukmin.
Akhirnya, melalui terjemahan-terjemahan buku tersebut melahirkan tokoh-
tokoh besar kedokteran Islam, seperti Ali bin Rabba al-Thabari, al-Razi dan Ibn
Sina. Bahkan dua yang terakhir sangat berpengaruh di timur dan barat.
Sumbangan terbesar al-Razi adalah tentang cacar dan campak, sedangkan karya
terbesar Ibn Sina di bidang kedokteran adalah bukunya al-Qanun fi al-Thibbi.
2) Ilmu Matematika
Perkembangan ilmu matematika dalam Islam terjadi pada masa al-Mansur
karena perencanaan pembangunan kota Baghdad di dasarkan pada perhitungan
matematis, sebab banyak berkumpul matematikawan untuk meneliti rencana
tersebut. Salah satu sumbangan besar matematikawan muslim adalah penemuan
dan penggunaan angka 0 (nol) dalam bahasa yang disebut sifir.
Di antara matematikawan muslim yang terkenal adalah Muhammad bin Musa al-
Khawarizmi. Dialah yang paling berjasa dalam memperkenalkan angka-angka
dalam perhitungan sebagai ganti alfabeta dan dia pula orang pertama yang
membicarakan aljabar secara sistematis.
3) Ilmu Astronomi
Di masa pemerintahan al-Mansur, dia menyuruh Abu Yahya al-Batriq
menerjemahkan buku Quadripartitumnya Ptolemius ke dalam bahasa Arab yang
berisi tentang pengaruh bintang-bintang dan buku-buku geometri dan fisika yang
dimintanya dari Kaisar Byxantium. Sarjana astronomi muslim termasyur pada
masa al-Makmun adalah Yahya bin Mansur. Dia mengumpulkan tabel-tabel
astronomi bekerja sama dengan Samad bin Ali. Buku “Prinsip-prinsip Astronomi”
karangan al-Faraghani memperoleh penghargaan tertinggi di Universitas Bologna
di Italia, selama masaa renaeissance.

9
4) Ilmu Kimia
Jabir bin Hayyan terkenal di seluruh dunia sebagai Bapak ilmu kimia muslim,
bahkan ada yang berpendapat bahwa tidak ada ilmu kimia sebelum Jabir dalam
pengertian yang sesungguhnya (sebelumnya hanya untuk tujuan-tujuan praktis).
Buku-buku Jabir tentang kimia dan sains-sains lainnya telah diterjemahkan ke
dalam bahasa Latin dan merupakan rujukan standar dan dipelajari sarjana-sarjana
Eropa seperti Kupp, Halmyard, M. Berthelat, P.Krans dan G. Sarten.
5) Ilmu Geografi
Di masa awal dinasti Abbasiyah telah muncul ahli geografi muslim bernama
Ibn Khardazabah yang menulis sebuah buku tentang geografi dengan judul al-
Masalik wa al-Mamalik. Buku-buku ini merupakan buku geografi tertua dalam
bahasa Arab.
6) Falsafat
Filosof Muslim pertama adalah al-Kindi (194-260 H) / 809-873 M). Al-Kindi
sangat berpengaruh dengan falsafat Aristoteles tentang hukum kausalitas dan
sebagian dari falsafat Neoplatonisme.
Al-Farabi (259-339 H/ 873-950 M) dikenal dalam dunia falsafat dengan julukan
al-Muallim al-Tsani. Selain sebagai filosof, dia juga dikenal sebagai peletak dasar
ilmu musik dan dia telah memberikan pembagian ilmu pengetahuan secara
sistematis.
Al-Ghazali (450-505 H/ 1055-1111 M) dikenal sebagai salah seorang filosof
muslim terkemuka. Karena kedalaman ilmunya, ia dikenal sebagai Hujjatul
Islam.10
D. Faktor yang mempengaruhi kejayaan Islam,
Pada masa Bani Abbasiyah ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu
pengetahuan. Kemajuan Islam pada masa ini meliputi bidang ilmu pengetahuan, ekonomi,
ilmu bangunan, sosial dan bidang militer.
1. Faktor Internal
a) Konsistensi dan istiqomah umat Islam kepada ajaran Islam.
b) Ajaran Islam yang mendorong umatnya untuk maju
c) Islam sebagai rahmat seluruh alam
d) Islam sebagai agama dakwah sekaligus keseimbangan dalam menggapai
kehidupan duniawi dan ukhrowi.
10

10
2. Faktor Eksternal
a) Terjadinya asimilasi antara bangsa Arab dan bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu
mengalami perkembangan dalam ilmu pengetahuan. Contohnya pengaruh persia
banyak berjasa dalam bidang pemerintahan, perkembangan ilmu filsafat dan sastra
sedangkan pengaruh Yunani masuk melalui bidang ilmu terutama filsafat.
b) Gerakan terjemahan pada masa periode klasik, usaha penerjemahan kitab-kitab
asing dilakukan dengan giat. Pengaruh kegiatan penerjemahan tersebut terlihat
dalam perkembangan ilmu pengetahuan umum terutama di bidang astronomi,
kedokteran, filsafat, kimia dan sejarah.

11
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian dan analisis sebagaimana tersebut di atas, dapat dikemukakan
beberapa catatan penutup sebagai berikut.
Pertama, tonggak berdirinya dinasti Bani Abbas, berawal sejak merapuhnya sistem
internal dan performance penguasa Bani Umayah yang berujung pada keruntuhan Bani
Umayah di Damaskus, maka upaya untuk menggantikannya dalam memimpin umat Islam
adalah dari kalangan Bani Abbasiyah.
Kedua, Harun Nasution dalam bukunya yang berjudul “Islam ditinjau dari aspeknya”
membagi sejarah Islam ke dalam tiga periode yaitu periode klasik, periode pertengahan
dan periode modern.
Ketiga, masa kejayaan Islam terjadi pada sekitar tahun 650-1250 M. Periode ini
disebut juga sebagai periode klasik. Pada kurun waktu itu terdapat dua kerajaan besar
yaitu kerajaan Umayah (Daulah Umayah) dan kerajaan Abbasiyah (Daulah Abbasiyah).
Keempat, pada masa Bani Abbasiyah ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu
pengetahuan. Kemajuan Islam pada masa ini meliputi bidang ilmu pengetahuan, ekonomi,
ilmu bangunan, sosial dan bidang militer.

2. Saran
Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut
dengan berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang membangun dari para
pembaca.

12
DAFTAR PUSTAKA

Akhmad, Saufi. 2015. Sejarah Peradaban Islam. Yogyakarta : CV. Budi Utama.
Bakri, Syamsul. 2016. Tarikh Islam : Surakarta : BukuKU Media.
Choirul Rofiq, Ahmad. 2017. Sejarah Islam. Malang : Gunung Samudra.
Ilham, Masturi. 2016. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta : Pusaka Al-Kausar.
Mustofa, Ali. 2018. Masa Keemasan Pendidikan Islam. Studi Tentang Peran Khalifah Harun
Al-Rasyid Dalam Pendidikan Islam, Volume 4 No. 2,1 September 2018.
Subarman, Munir. 2015. Sejarah Kelahiran, Perkembangan dan Masa Keemasan Peradaban
Islam. Yogyakarta : CV. Budi Utama.
Zubaidah, Siti. 2016. Sejarah Peradaban Islam. Medan : Perdana Publising.

13

Anda mungkin juga menyukai