Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

EKONOMI ISLAM PADA MASA BANI ABBASIYAH

DOSEN PENGAMPU : ASRIL UMAR, SE. M.Pd.I

DISUSUN OLEH

ARNISA PUTRI DAULAY


AINA ALI

PGMI SEMESTER III

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM

AL HIKMAH
TANJUNGBALAI
2020
KATA PENGANTAR
 

Puja dan puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. karena berkatrahmat-Nya
kami dapat merampungkan makalah berjudul " Ekonomi Islam pada Masa bani Abbasiyah "
ini walau jauh dari katasempurna.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad
berserta sahabat, karena berkat beliau kami bisa merasakan manisnya iman seperti sekarang.
Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Asril Umar, SE. M.Pd.I selaku pengajar
mata kuliah yang telah memberikan kami kesempatan untuk membuat makalah ini.
Tak lupa kami mengharap saran dan kritik yang membangun dari para pembaca agar
pemuatan makalah yang akan datang bisa menjadi lebih baik.
Amin …

Tanjungbalai, 22 Januari 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENANTAR .......................................................................................................i


DAFTAR ISI....................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
A. Latar Belakang .....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan ..................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................2
A. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Pada Masa Bani Abbasiyah ..........................2
B. Khalifah yang pernah memimpin pemerintahan saat Dinasti Abbasiyah.............4
C. Sumber-Sumber Pemikiran Ekonomi Dinasti Abbasiyah.....................................5
D. Sebab–sebab Keruntuhan Daulah Abbasyiah.......................................................7

BAB III PENUTUP...........................................................................................................9


A. Kesimpulan ...........................................................................................................9
B. Saran......................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Pasca  wafatnya  Rasulullah SAW pemerintahan berkembang di bawah  era Khulafaur
Rasyidin,  termasuk didalamnya pemikiran ekonomi yang dimotori oleh para khalifah.
Hingga kemudian pemberontakan  yang  terjadi  di  akhir  masa  kepemimpinan Ali  bin  Abi
Thalib menimbulkan era baru di masa pemerintahan  Islam, yaitu Bani Umayyah. Di masa
pemerintahan  Bani  Umayyah  yang bertahan  selama  91  tahun  ini  juga  tumbuh pemikiran
ekonom  klasik, mulai  dari Abu Hanifah, Abu Yusuf, Asy  SyaiBani, Al Awza‟i,dan
Malik  bin  Anas.  Namun kekuasaan Bani Umayyah akhirnya runtuh karena adanya penge
lompokan kebangsaan  yang  mementingkan  orang  Arab  dan lemahnya kepemimpinan
khalifah yang terbiasa hidup mewah.
Kendati masa  pemerintahan Bani Umayyah telah  berakhir, para ekonom dimasa
itu mewarisi  sejumlah  pemikiran ekonomi yang turut pula memberikan sumbangan
pemikiran dan  ide ekonomi yang berkembang di masa  setelahnya. Setelah itu pemerintahan
Bani Umayyah pegang oleh Bani abbasiyah yang banyak melakukan suatu perubahan dalam
bidang keilmuan dan ekonomi.
Maka dalam pembahan makalah ini akan dipaparkan mengenai sejarah pemikiran
ekonomi Islam pada masa Bani Abbasiyah yang pada masa pemerintahannya banyak
melakukan kemajuan dalam bidang keilmuan dan ekonomi.

B. Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu :
1. Bagaimanakah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Pada Masa Bani Abbasiyah ?
2. Siapasaja Khalifah yang pernah memimpin pemerintahan saat Dinasti Abbasiyah?
3. Apa saja Sumber-Sumber Pemikiran Ekonomi Dinasti Abbasiyah ?
4. Bagaimana perkembangan Ekonomi Islam pada masa Dinasti (Daulah) Abbasiyah?
5. Apa yang menjadi penyebab Keruntuhan Daulah Abbasyiah ?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas dari dosen mata kuliah
serta menjawab semua pertanyaan yang telah kami rumuskan sebelumnya diatas.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Pada Masa Bani Abbasiyah 


Daulah Abbasiyah adalah sebuah negara yang melanjutkan kekuasaan bani Umayyah.
Dinamakan daulah Abbasiah karena para pendiri dan penguasa dinasti ini adalah keturunan
Al-Abbas paman Nabi Muhammad SAW. Pendiri dinasti ini adalah Abdullah Al-Safah bin
Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Al- Abbas. Dia dilahirkan di Humaimah pada tahun
104 H. Dia dilantik menjadi Khalifah pada tanggal 3 Rabiul awwal 132 H1.
Sejarah peralihan kekuasaan dari Daulah Umayyah kepada Daulat ‘Abbasiyah
bermula ketika Bani Hasyim menuntut kepemimpinan Islam berada di tangan mereka,
karena, mereka adalah keluarga nabi yang terdekat. Tuntutan itu sebenarnya telah ada ketika
wafatnya Rosullalalh. Tetapi tuntutan itu baru mengeras ketika Bani Umayyah naik tahta
dengan mngalahkan Ali bin Abi Thalib. Bani Hasyim yang menuntut kepemimpinan Islam
itu digolongkan menjadi dua golongan besar. Pertama golongan ‘Alawi, keturunan Ali bin abi
Thalib. Mereka ini dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu: pertama keturunan dari Fatimah,
dan yang kedua keturunan dari Muhammad bin Al-Hanafiyah. Dan yang kedua adalah
golongan Abbasiyah (Bani Abbasiyah), keturunan Al-Abbas paman Nabi tersebut. Perbedaan
dari kedua golongan tersebut, yaitu golongan Abbasiyah lebih mementingkan kemampuan
politik yang lebih besar daripada golongan ‘Alawi.
Pada abad ketujuh terjadi pemberontakan diseluruh negeri. Pemberontakan yang
paling dahsyat dan merupakan puncak dari segala pemberontakan yakni perang antara
pasukan Abbul Abbas melawan pasukan Marwan ibn Muhammad (Dinasti Bani Umayyah).
Yang akhirnya dimenangkan oleh pasukan Abbul Abbas. Dengan jatuhnya negeri Syiria,
berakhirlah riwayat Dinasti Bani Umayyah dan bersama dengan itu bangkitlah kekuasaan
Abbasiyah. Dari sini dapat diketahui bahwa bangkitnya Daulah Abbasiyah bukan saja
pergantian Dinasti akan tetapi lebih dari itu adalah penggantian struktur sosial dan ideologi.
Sehingga dapat dikatakan kebangkitan Daulah Bani Abbasiyah merupakan suatur evolusi.
Menurut Crane Brinton dalam Mudzhar (1998:84), ada 4 ciri yang menjadi identitas revolusi
yaitu :
1) Bahwa pada masa sebelum revolusi ideologi yang berkuasa mendapat kritik keras dari
masyarakat disebabkan kekecewaan penderitaan masyarakat yang di sebabkan
ketimpangan-ketimpangan dari ideologi yang berkuasa itu.
1  A Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam, (Jakarta: P.T. Jayamurti 1997), hlm. 44.
2) Mekanisme pemerintahannya tidak efesien karena kelalaiannya menyesuaikan
lembaga-lembaga sosial yang ada dengan perkembangan keadaan dan tuntutan zaman.
3) Terjadinya penyeberangan kaum intelektual dari mendukung ideologi yang berkuasa
pada wawasan baru yang ditawarkan oleh para kritikus.
4) Revolusi itu pada umumnya bukan hanya di pelopori dan digerakkan oleh orang-
orang lemah dan kaum bawahan, melainkan dilakukan oleh para penguasa, oleh
karena hal-hal tertentu yang merasa tidak puas dengan sistem yang ada2.

Dinasti Abbasiyah lebih menekankan pada pembinaan peradaban dan kebudayaan


islam dari pada perluasan wilayah. Seperti pada gerakan terjemah yang membawa kemajuan
ilmu pengetahuan.
Imam madzhab yang sempat hidup pada masa ini adalah Imam Abu Hanifah (700-
767M), madzhab ini lebih banyak menggunkan rasio dari pada Hadits. Karena madzhab ini
dipengaruhi perkembangan Kufah. Sedangkan Imam Malik (713-795 M) banyak
menggunakan Hadits dan tradisi masyarakat Madinah. Pendapat dua tokoh ini ditengahi oleh
Imam Syafi’I (767-820 M) dan Imam Ahmad ibn Hambal (780-855 M)3.
Awal kekuasaan Dinasti Abbasiah ditandai dengan pembangkangan oleh Dinasti Umayah di
Andalusia (spanyol) yaitu pembangkangan Abd al-Rahman al-Dakhil
terhadap Bani Abbas yang tidak tunduk kepada khalifah di Baghdad yang mirip dengan
Muawiyyah terhadap Ali Ibn Abi Thalib.
Abu al-Abbas al-Safah (750-754M) adalah pendiri Dinasti Abbas. Akan tetapi karena
kekuasaannya sangat singkat, Abu Ja’far al-Manshur (754-775M) yang banyak berjasa
membangun Dinasti Abbasiyah. Ia digambarkan sebagai orang yang kuat dan tegas. Pada
masa pemerintahanya Baghdad sangat disegani oleh kekuasaan Byzantium. Bani Abbas juga
meraih tumpukan kekuasaan setelah menggulingkan Dinasti Umayyah pada tahun 750H.
Pada masa ini istilah jihbis yang dulu dikenal sebagai penagih pajak dan penghitung pajak
atas barang dan tanah sekarang popular sebagai penukaran uang. Pada masa ini juga
dikenalkan uang jenis baru yang disebut fulus yang terbuat dari tembaga, yang sebelumnya
uang terbuat dari emas (dinar) dan perak (dirham). Di zaman ini, jihbiz juga bisa menerima
titipan dana, meminjamkan uang dan jasa pengiriman uang.

B. Khalifah yang pernah memimpin pemerintahan saat Dinasti Abbasiyah


2 Ahmad Syafi’i Ma’arif, M. Amin Abdullah, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, Cet. I, (Yogyakarta:
Pustaka Book Publisher, 2007), hlm. 144
3 Nur Chamid, Jejak Langkah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm.118.
Beberapa Khalifah yang pernah memimpin pemerintahan saat Dinasti Abbasiyah 4:
1)   Abu Ja’far Al-Manshur:
Pada awal pemerintahan beliau, perbendaharaan Negara dapat dikatakan tidak ada
karena khalifah sebelumnya al-Saffah, banyak menggunakan dana Baitul Maal untuk
diberikan kepada para sahabat dan tentara. Karena hal tersebut khalifah al-Manshur untuk
bersikap keras dalam peneguhan kedudukan keuangan Negara, di samping itu juga
penumpasan musuh-musuh khalifah, sehingga pada zaman itu dikenal sebagai masa yang
penuh dengan kekerasan.
Dalam mengendalikan harga-harga, Khalifah al-Manshur memerintahkan
bawahannya untuk melaporkan harga, jika terjadi kenaikan harga maka Khalifah al-Manshur
akan memerintahkan wakilnya agar menurunkan harga ke harga semula. Di samping itu
beliau juga sangat menghemat dana Baitul Maal sehingga saat beliau wafat kekayaan kas
Negara sampai 810 juta dirham karena Khalifah al-Manshur betul-betul meletakkan dasar-
dasar yang kuat bagi ekonomi dan Negara, sehingga dengan demikian pembangunan dalam
segala cabang ekonomi dia pandang soal yang paling penting.

2)   Harun al Rasyid:
Popularitas Daulah Abbasiyyah mencapai puncaknya pada Khalifah Harun al-Rasyid
(786-809 M) dan putranya al-Makmun. Kesejahteraan sosial, kesehatan, pendidikan, ilmu
pengetahuan, dan kebudayaan serta kesusatraan berada dalam zaman keemasan.
Penerjemahan buku-buku Yunani ke bahasa Arab pun dimulai. Orang-orang dikirim ke
Kerajaan Romawi, Eropa untuk membeli “Manuscript”. Pada mulanya buku-buku mengenai
kedokteran, kemudian meningkat mengenai ilmu pengetahuan lain dan filsfat. Ia juga banyak
mendirikan sekolah. Salah satu karyanya yang paling besar yaitu mendirikan Baitul Hikmah,
yaitu pusat penerjemah yang berfungsi sebagai perguruan tinggi dengan perpustakaan yang
besar.
Pada masa ini pertumbuhan ekonomi berkembang dengan pesat dan kemakmuran
Daulah Abbasiyah mencapai puncaknya. Ia membangun Baitul Maal untuk mengurus
keuangan Negara dengan menunjuk seorang wazir yang mengepalai beberapa dirwan.
Pendapatan Baitul Maal dialokasikan untuk reset ilmiah dan penterjemah buku-buku Yunani,
disamping itu untuk biaya pertahanan dan anggaran rutin pegawai. Pendapatan tersebut juga
dialokasikan untuk membiayai para tahanan dalam hal penyediaan bahan makanan dan
pakaian musim panas dan dingin.
4 Nur Chamid, Jejak Langkah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm.120.
Selain itu, Khalifah Harun juga sangat memperhatian masalah perpajakan, sehingga beliau
menunjuk Abu Yusuf menyusun sebuah kitab pedoman mengenai perekonomian syari’ah
yang kitabnya berjudul al-Kharaj.

C. Sumber-Sumber Pemikiran Ekonomi Dinasti Abbasiyah


Sumber-sumber pemikiran ekonomi pada masa itu diperoleh dari sektor-sektor yang
beragam5:
a)    Perdagangan Dan Industri :
Segala usaha ditempuh untuk memajukan perdagangan dengan cara memudahkan jalan-
jalannya, umpamanya :
·  Dibangun sumur dan tempat-tempagt istirahat dijalan-jalan yang dilewati kafilah dagang.
·  Dibangunkan armada-armada dagang.
·  Dibangunkan armada-armada untuk melindungi pantai-pantai Negara dari serangan bajak
laut.
Untuk tidak terjadi penyelewengan-penyelewengan dalam bidang perdagangan, maka
Khalifah Harun al-Rasyid membuktikan satu badan khusus yang bertugas mengawasi pasaran
dagang, mengatur ukuran timbangan, menentukan harga pasar, atau dengan kata lain
mengatur politik
Komoditas lain yang berorientasi komersil selain barang-barang logam seperti mas dan perak,
bahan pakaian, hasil laut, kertas dan obat-obatan, adalah budak-budak. Pada saat itu budak
merupakan komuditas yang dihasilkan untuk diperjual belikan. Daerah pemasok utama budak
yaitu Farghana dan Asia Tenga, serta Afrika dan Turki. Budak ini apabila sudah dibeli oleh
tuannya di gunakan untuk tenaga kerja ladang pertanian, perkebunan dan pabrik.
Namun bagi pemerintah, budak-budan ini direkrut sebagai anggota militer demi
mempertahankan Negara.

b)   Pertanian dan perkebunan :


Terbentuknya kekhalifahan yang stabil, juga mempengaruhi pekembangan–perkembangan
didalam sektor ekonomi khususnya di sektor pertanian. Sebagai contoh Irak , sebelum di
kuasai kaum Muslim keadaan dari produksi pertanian sangat merosot, di mana banjir
melanda di beberapa kanal dan bendungan Tigris, kemudian bencana ini di perbaiki oleh
kaum Muslimin setelah Irak di kuasai oleh kaum Muslimin.
5 Nur Chamid, Jejak Langkah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm.123.
Kota administratif dan tentara Muslim seperti Busrah , Kufah , Masul dan Al- wasid menjadi
pusat usaha pengembanggan pertanian. Untuk menggarap daerah ini, di datangkan buruh tani
dari kawasan Afrika Timur, sehingga pertumbuhaan desa-desa kecil, karena majunnya usaha
tani dan perkebunan6.

c)    Perkembangan ilmu pertanian :


Berbeda dengan khalifah dari Daulah Umayyah yang bersikap menindas para petani dengan
pajak yang sangat amatlah tinggi, masa pemerintahan khalifah Daulah Abasiyyah justru
sebaliknya, mereka membela dan menghormati kaum tani, bahkan meringankan pajak hasil
bumi dan ada pula yang dihapus sama sekali. Disamping itu di lakukan banyak kebijakan
untuk kaum tani, di antaranya7 :
Ø  Memperlakukan ahli zimah dan mawaly dengan perlakuan adil dan menjamin hak
miliknya.
Ø  Mengambil tindakan keras terhadap para pejabat yang berlaku keras terhadap para petani.
Ø  Memperluas daerah pertanian di berbagai wilayah negara.
Ø  Membangun dan menyempurnakan perhubungan ke daerah pertanian , baik udara atau air.
Ø  Membangun dan memperbaiki kanal dan bendungan, agar tidak ada wilayah yang
kesulitan dalam hal irigasi.

d)   Pendapatan Negara :
Selain dari sector perdagangan, pertanian, dan perindustrian, sumber pendapatan Negara  juga
berasal dari pajak. Pendapatan dari jizyah juga merupakan masukan bagi Negara. Jizyah
adalah pajak kepala yang dipungut dari penduduk non Muslim kepada pemerintahan Islam
sebagai wujud loyalitas mereka kepada pemerintah dan konsekuensi dari perlindungan yang
diberikan pemerintah Islam untuk mereka. Sumber pendapatan lain adalah dari zakat, ‘asyur
al-tijarah, dan kharaj.
Pada masa Harun al-Rasyid terdapat klasifikasi pembayaran jizyah. Mereka yang kaya
dikenakan jizyah sebesar 48 dirham, golongan ekonomi menengah 24 dirham, sedangkan
dibawah itu hanya 12 dirham.

e)    Sistem Moneter:

6 Nur Chamid, Jejak Langkah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm.129.
7 ibid hlm.130.
Sebagai alat tukar , para pelaku ekonomi menggunakan mata uang dinar dan dirham.
Mata uang dinar emas di gunakan oleh para pedagang, di wilayah kekuasaan setelah Barat,
meniru orang- orang Bizantium. Sedangkan mata uang dirham perak di gunakan oleh para
pedagang di wilayah Timur, meniru kekaisaran Sassaniah.
Penggunaan dua mata uang ini menurut Azumardi Azra, memiliki dua
konsekuensi. Pertama mata uang dinar harus di perkenalkan di wilayah- wilayah yang hanya
mengenal mata uang dirham, kedua dengan mengeluarkan emas ini mengurangi penyimpanan
emas batangan atau perhiasan. Mata uang emas maupun perak, tidak bisa menempuh
perjalanan jauh, karena dengan resiko yang ssangat besar. Karena itu para pedagang dan
orang-orang yang mengadakan perjalanan jauh memerlukan sistem cek. Bisa di pastikan
sistem cek yang di perkenalkan oleh sistem perbankan modern, berasal di bahasa arab shakk.
Dan terjadiya kegiatan peningkatan ekonomi, maka berlangsunglah sirkulasi kekayaan dan
surplus ekonomi di dalam wilayah kekuasaan islamDalam masa–masa ini orang-orang yang
semula miskin ,tetapi emilki etos kerja dan etos ekonomi yang timggi, sangat mungkin
melakukan mobilitas sosial melalui usaha-usaha ekonomi.Di dalam situasi dimana kekayaan
neredar dengan bebas dan lancar, maka bakat, kemauan, dan kerja keras lebih menjanjikan
untuk mencapai ,mobilitas sosial dari keturunan.mobilitas yang cepat, khususnya di masa
dinasti abbasiyah semakin mungkin sehubungan dengan penekanan ajaran islam tentang
derajat persamaan muslim 8.

D. Sebab–sebab Keruntuhan Daulah Abbasyiah


Keruntuhan dari segi internal ( dari dalam ), mayoritas kholifah Abbasyiah periode
akhir lebih mementingkan urusan pribadi dan melalaikan tugas dan kewajiban mereka
terhadap negara. Luasnya wilayah kekuasaan kerajaan Abbasyiah, menyebabkan komunikasi
pusat dengan daerah sulit dilakukuan. Semakin kuatnya pengaruh keturunan Turki,
mengakibatkan kelompok Arab dan Persia menaruh kecemburuan atas posisi mereka. Dengan
profesionalisasi angkatan bersenjata ketergantungan khalifah kepada mereka sangat tinggi.
Permusuhan antar kelompok suku dan kelompok agama, serta merajalelanya korupsi
dikalangan pejabat kerajaan. Keruntuhan dari segi eksternal (dari luar ) Perang Salib yang
berlangsung beberapa gelombang dan menelan banyak korban. Penyerbuan Tentara Mongol
dibawah pimpinan Hulagu Khan yang menghancurkan Baghdad. Jatuhnya Baghdad
menandai berakhirnya kerajaan Abbasyiah dan muncul Kerajaan Syafawiah di Iran, Kerajaan
Usmani di Turki dan Kerajaan Mughal di India.
8 Nur Chamid, Jejak Langkah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm.135.
Daulah Abbasiyah Lenyap dari Permukaan Bumi, runtuhnya daulah ini ketika dijabat
oleh khalifah Al-Musta’sim (khalifah terakhir di daulah ini), beliau besarta putra-putranya
dan seluruh pembesar-pembesar kota Bagdad mati dibunuh, akibat ulah khianat laskar
Holako, sebagian besar penduduk dari kota ini disembelih, laksana menyembelih binatang.
Lalau laskar Holako merampas,, menjarah dan melakukan perbuatan-perbuatan yang tiada
terperikan kejam dan ganasnya, mereka juga merusak gedung-gedung nan indah permai,
madrasah-madrasah dan masjidmasjid serta kitab-kitab pengetahuan yang tiada ternilai
harganya, mereka lempar ke dalam sungai Tigris sehingga hitam airnya lantaran tinta yang
luntur. Daulah Abbasiyah lenyap dari permukaan bumi, runtuh terkubur dalam kota Bagdad
yang hangus dibawah runtuhnya gedung-gedung dan istana yang indah permai. 9

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pemerintahan Daulah Abbasiyah merupakan kelanjutan dari pemerintahan Daulah
Bani Umayah yang telah runtuh di Damaskus. Dinamakan kekhalifahan Abbasiyah karena

9 Osman, Latif. Ringkasan Sejarah Islam.( Jakkarta: Widjaya IKAPI) hal. 136
para pendiri dan penguasa daulah ini adalah keturunan Abbas, paman Nabi Muhammad saw.
Dinasti ini berkuasa selama lebih kurang lima abad, mulai dari tahun132-656 H / 750-1528.

Pusat pemerintahannya bertempat di kota Bagdad. Kemajuan di bidang ekonomi


tentunya berimbas pada kemakmuran rakyat secara keseluruhan. Puncak kemakmuran rakyat
dialami pada masa Harun al-Rasyid (786- 809M) dan putranya al-Ma’mun (813-833 M).
kekayaan yang melimpah pada masa ini digunakan untuk kegiatan-kegiatan di berbagai
bidang seperti sosial, pendidikan, kebudayaan, pendidikan, Ilmu Pengetahuan, kesehatan,
kesusastraan dan pengadaan fasilitas-fasilitas umum. Pada masa inilah berbagai bidang-
bidang tadi mencapai puncak keemasannya.

Perkembangan ekonomi pada masa Dinasti Bani Umayyah sudah mulai meningkat
dibanding dengan masa sebelumnya. Peningkatan perekonomian yang pada gilirannya akan
membawa kemakmuran pada dinasti ini, pada dasarnya tidak terlepas dari kebijaksanaan-
kebijaksanaan yang diterapkan para khalifah, disamping partisipasi dan dukungan masyarakat
terhadap kebijaksanaan-kebijaksanaan tersebut.

B. Saran

Maju mundurnya peradaban Islam tergantung dari sejauh mana dinamika umat islam
itu sendiri. Dalam sejarah islam tercatat, bahawa salah satu dinamika umat islam itu dicirikan
oleh kehadiran kerajaan-kerajaan islam diantaranya Abbasiyah, Abbasiyah memiliki
peradaban yang tinggi, diantaranya memunculkan ilmuwan-ilmuwan dan para pemikir
muslim. Seperti Pesan presiden pertama kita IR. Soekarno. Karena tidak mungkin kita bisa
mengenal siapa diri kita dan bagaimana kita bisa seperti sekarang ini, tanpa menengok
sejarah. Dengannya kita bisa bercermin untuk mempertahankan dan meningkatkan prestasi
emas para pendahulu kita dan menghilangkan sekaligus memperbaiki kekurangan dan
kegagalannya.

DAFTAR PUSTAKA

Chamid Nur, 2010. Jejak Langkah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar,
Ma’arif Syafii Ahmad, 2007.  Abdullah Amin, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam,  
Cet. I, Yogyakarta: Pustaka Book Publisher, 2007

Osman, Latif. 2000. Ringkasan Sejarah Islam. Jakkarta: Widjaya IKAPI

Syalabi A, 1997. Sejarah dan Kebudayaan Islam, Jakarta: P.T. Jayamurti 1997

Anda mungkin juga menyukai