Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang karena anugerah dari-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah tentang "Bani Abbasiyah" ini. Sholawat dan salam semoga
senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah
menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama Islam yang sempurna dan
menjadi anugerah serta rahmat bagi seluruh alam semesta.

Penulis sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang menjadi tugas
Sejarah Kebudayaan Islam dengan judul "Bani Abbasiyah". Disamping itu, kami
mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami selama
pembuatan makalah ini berlangsung sehingga terealisasikanlah makalah ini.

Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini bisa bermanfaat dan
jangan lupa ajukan kritik dan saran terhadap makalah ini agar kedepannya bisa diperbaiki.

Purwakarta, Februari 2017

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................................................ 1
C. Tujuan.......................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah Berdirinya Bani Abbasiyah............................................................. 2
B. Masa Kekuasaan Bani Abbasiyah................................................................ 3
C. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Kemunduran Bani Abbasiyah.............. 7
D. Akhir Kekuasaan Bani Abbasiyah............................................................... 8
E. Tokoh Ilmu Perhitungan Ibnu Al Jabar....................................................... 9

BAB III PENUTUP


Kesimpulan......................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Nama dinasti Abbasiyah diambilkan dari nama salah seorang dari paman Nabi
Muhammad SAW. yang bernama al-Abbas ibn Abd al-Muttalib ibn Hasyim. Orang
Abbasiyah merasa lebih berhak dari pada Bani Umayyah atas kekhalifahan islam,sebab
mereka adalah dari cabang Bani Hasyim yang secara nasab keturunan lebih dekat dengan
Nabi Muhammad SAW.Dinasti Abbasiyah yang memerintah setelah dinasti Umayyah
adalah dinasti terlama dalam sejarah peradapan Islam sekitar lebih dari 5 abad dan juga
dinasti yang mengantarkan Islam pada masa Golden Age. Namun demikian, tidaklah
dapat di pungkiri bahwa pemerintahan Abbasiyah merupakan pemerintahan yang
kompleks sekompleks permasalahan yang melandanya.Permasalahan yang yang di
maksud adalah terjadinya kudeta, pemberontakan, bahkan dinasti-dinasti baru.Awalnya,
Abbasiyah merupakan pemimpin tunggal di daerah Asia.

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana sejarah berdirinya Bani Abbasiyah ?
2. Seperti apa masa kekuasaan dan pembagian/fase-fase masa pemerintahan Bani
Abbasiyah ?
3. Apa faktor-faktor yang menyebabkan kemunduran Bani Abbasiyah ?
4. Bagaimana akhir masa kekuasaan Bani Abbasiyah ?
5. Siapakah tokoh ilmu perhitungan Ibnu Al Jabar ?

C. Tujuan
1. Mengetahui sejarah berdirinya Bani Abbasiyah
2. Mengetahui seperti apa masa kekuasaan dan pembagian/fase-fase masa pemerintahan
Bani Abbasiyah
3. Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan kemunduran Bani Abbasiyah
4. Mengetahui akhir masa kekuasaan Bani Abbasiyah
5. Mengetahui tokoh ilmu perhitungan Ibnu Al Jabar

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Berdirinya Bani Abbasiyah


Kekhalifahan bani Abbasiyah merupakan kelanjutan dari kekhalifahan bani
Umayyah, diman pendiri bani Abbasiyah adalah keturunan al-Abbas, paman nabi
Muhammad SAW yaitu Abdullah al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali bin Abdullah ibn al-
Abbas. Dimana pola pemerintahan yang di terapkan berbeda-beda sesuai dengan
perubahan politik, sosial, dan budaya.
Ketika dinasti Umayyah berkuasa bani Abbas telah melakukan usaha perebutan
kekuasaan.Bani Abbas telah mulai melakukan upaya perebutan kekuasaan sejak masa
khalifah Umar bin Abdul Aziz (717-720 M) berkuasa.Khalifah itu dikenal liberal dan
memberikan toleransi pada kegiatan keluarga Syiah. Gerakan itu didahului oleh saudara-
saudara dari Bani abbas, seperti Ali bin Abdullah bin Abbas, Muhammad serta Ibrahim
al-Imam, yang semuanya mengalami kegagalan, meskipun belum melakukan gerakan
yang bersifat politik. Sementara itu Ibrahim meninggal dalam penjara karena tertangkap,
setelah menjalani hukuman kurungan karena melakukan gerakan makar.Barulah usaha
perlawanan itu berhasil ditangan Abu Abbas, setelah melakukan pembantaian terhadap
seluruh bani Umayyah, termasuk khalifah Marwan II yang sedang berkuasa.
Orang-orang Abbasiyah, sebut saja bani Abbas merasa lebih berhak dari pada bani
Umayyah atas kekhalifahan Islam, sebab mereka adalah keturunan bani Hasyim yang
secara nasab keturunan lebih dekat dengan Nabi. Menurut mereka, orang-orang
Umayyah secara paksa menguasai kekhalifahan melalui tragedi perang siffin.Oleh karena
itu, untuk mendirikan dinasti Abbasiyah mereka mengadakan gerakan yang luar biasa
dalam bentuk pemberontakan terhadap bani Umayyah.Propaganda Abbasiyah
dilaksanakan dengan strategi yang cukup matang sebagai gerakan rahasia. Akan tetapi
Imam Ibrahim pemimpin Abbasiyah yang berkeinginan mendirikan kekuasaan
Abbasiyah, gerakannya diketahui oleh khalifah Umayyah terakhir yaitu Marwan bin
Muhammad. Ibrahim tertangkap oleh pasukan dinasti Umayyah dan dipenjarakan di
Haran sebelum akhirnya di eksekusi.Ia mewasiatkan kepada adiknya yaitu Abul Abbas
untuk menggantikan kedudukannya ketika tahu ia akan dibunuh dan memerintahkan
untuk pindah ke Kufah dan pemimpin propaganda dibebankan kepada Abu Salamah.
Penguasa Umayyah di Kufah, Yazid bin Umar bin Hubairah ditaklukkan oleh
Abbasiyah dan diusir ke Wasit. Abu Salamah selanjutnya berkemah di Kufah yang telah
ditaklukkan. Abdullah bin Ali, salah seorang paman Abul abbas diperintahkan untuk
mengejar khalifah Umayyah terakhir, Marwan bin Muhammad bersama pasukannya
yang melarikan diri. Khalifah ini terus menerus melarikan diri hingga ke Fustat di Mesir
dan akhirnya terbunuh di Busir wilayah Al-Fayyum, tahun 132 H/750 M di bawah
pimpinan Salih bin Ali, dengan demikian maka tumbanglah kekuasaan dinasti Umayyah

4
dan berdirilah Dinasti Abbasiyah yang dipimpin oleh khalifah pertamanya, yaitu Abul
Abbas Ash-Shafah dengan pusat kekuasaan awalnya di Kufah.
Abdullah bin Muhammad alias Abul Al-Abbas diumumkan sebagai khalifah pertama
Dinasti Abbasiyah tahun 750 M. Dalam khutbah pelantikan yang disampaikan di Masjid
Kufah, ia menyebut dirinya dengan Al-Saffah (penumpah darah) yang akhirnya menjadi
julukannya. Hal ini sebenarnya menjadi permulaan yang kurang baik diawal berdirinya
dinasti ini, dimana kekuatannya tergantung kepada pembunuhan yang ia jadikan sebagai
kebijaksanaan politiknya.

B. Masa Kekuasaan Bani Abbasiyah.


Kekuasaan bani Abbasiyah berlangsung dalam rentang waktu yang panjang, dari
tahun 132 H (750 M) sampai dengan 656 H (1258 M). Selama dinasti ini berkuasa, pola
pemerintahan yang di terapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, sosial dan
budaya. Para Khalifah Bani Abbasiyah berjumlah 37 Khalifah.
1. Sistem politik.
Adapaun sistem politik yang di jalankan oleh daulah Abbasiyah antara lain:
a. Para Khalifah tetap dari keturunan Arab murni, sementara para mentri, gubernur,
panglima, dan pegawailainya banyak di angkat dari golongan mawali turunan
persia.
b. Kota Baghdad digunakan sebagai ibu kota negara, yang menjadi pusat kegiatan
politik, ekonomi sosial dan kebudayaan.
c. Ilmu pengetahuan dipandang sebagai suatu yang sangat penting dan mulia.
d. Kebebasan berfikir sebagai HAM diakui sepenuhnya.
e. Para menteri turunan Persia diberi kekuasaan penuh untuk menjalankan tugasnya
dalam pemerintah
2. Sistem pemerintahan dan bentuk negara.
Berdasarkan perubahan pola pemerintahan dan politik,para sejarawan membagi masa
pemerintahan Bani Abbasiyah menjadi lima periode/fase,yaitu sebagai berikut:
a. Periode/fase pertama (750847 M)
Pada periode pertama pemerintahan Bani Abbasiyah mencapai masa
keemasannya.Secara politis, para Khalifah betul-betul tokoh yang kuat dan
merupakan pusat kekuasaan politik dan agama sekaligus. Di sisi lain,
kemakmuran masyarakat mencapai tingkat tertinggi. Periode ini juga berhasil
menyiapkan landasan bagi perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan dalam
Islam.Masa pemerintahan Abu al-Abbas, pendiri Dinasti ini sangat singkat. Dia
mengangkat sejumlah personal untuk menduduki jabatan di lembaga eksekutif
dan yudikatif. Di bidang pemerintahan dia menciptakan tradisi baru dengan
mengangkat wazir sebagai koordinator departemen. Jabatan wazir yang
menggabungkan sebagian fungsi perdana menteri dengan menteri dalam negeri
itu selama lebih dari 50 tahun berada di tangan keluarga terpandang berasal dari

5
Balkh, Persia (Iran). Wazir yang pertama adalah Khalid bin Barmak, kemudian
digantikan oleh anaknya, Yahya bin Khalid. Yang terakhir ini kemudian
mengangkat anaknya, Jafar bin Yahya, menjadi wazir muda. Sedangkan anaknya
yang lain, Fadl bin Yahya, menjadi Gubernur Persia Barat dan kemudian
Khurasan. Pada masa tersebut persoalan-persoalan administrasi negara lebih
banyak ditangani keluarga Persia itu.
Masuknya keluaraga non Arab ini ke dalam pemerintahan merupakan unsur
pembeda antara Daulah Abbasiyah dan Daulah Umayyah yang berorientasi ke
Arab.Khalifah al-Mansur juga membentuk lembaga protokol negara, sekretaris
negara, dan kepolisian negara di samping membenahi angkatan bersenjata.Dia
menunjuk Muhammad ibn Abd al-Rahman sebagai hakim pada lembaga
kehakiman negara.Jawatan pos yang sudah ada sejak masa Dinasti Bani Umayyah
ditingkatkan peranannya dengan tambahan tugas. Kalau dulu hanya sekedar untuk
mengantar surat, pada masa al-Mansur, jabatan pos ditugaskan untuk
menghimpun seluruh informasi di daerah-daerah sehingga administrasi
kenegaraan.
Khalifah al-Mansur juga berusaha menaklukan kembali daerah-daerah yang
sebelumnya membebaskan diri dari pemerintahan pusat, dan memantapkan
keamanan di daerah perbatasan.Di pihak lain, dia berdamai dengan kaisar
Constantine V dan selama genjatan senjata 758-765 M, Bizantium membayar
upeti tahunan.Pada masa al-Mansur pengertian Khalifah kembali berubah.
Popularitas Daulah Abbasiyah mencapai puncaknya di zaman Khalifah
Harun al- Rasyid (786-809 M) dan putranya al-Mamun (813-833 M).Kekayaan
yang banyak dimanfaatkan Harun al-Rasyid untuk keperluan sosial, rumah sakit,
lembaga pendidikan dokter dan farmasi didirikan.Tingkat kemakmuran paling
tinggi terwujud pada zaman Khalifah ini.Kesejahteraan sosial, kesehatan,
pendidikan, ilmu pengetahuan dan kebudayaan serta kesusasteraan berada pada
zaman keemasannya.Pada masa inilah negara Islam menempatkan dirinya sebagai
negara terkuat dan tak tertandingi.Dengan demikian telah terlihat bahwa pada
masa Khalifah Harun al-Rasyid lebih menekankan pembinaan peradaban dan
kebudayaan Islam dari pada perluasan wilayah yang memang sudah
luas.Orientasi kepada pembangunan peradaban dan kebudayaan ini menjadi unsur
pembanding lainnya antara Dinasti Abbasiyah dan Dinasti Umayyah.
Al-Makmun, pengganti al-Rasyid dikenal sebagai Khalifah yang sangat cinta
kepada ilmu.Pada masa pemerintahannya, penerjemahan buku-buku asing
digalakkan.Ia juga mendirikan sekolah, salah satu karya besarnya yang terpenting
adalah pembangunan Bait al-Hikmah, pusat penerjemahan yang berfungsi sebagai
perguruan tinggi dengan perpustakaan yang besar. Pada masa al-Makmun inilah
Baghdad mulai menjadi pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan.

6
Al-Muktasim, Khalifah berikutnya (833-842 M) memberi peluang besar
kepada orang-orang Turki untuk masuk dalam pemerintahan.Demikian ini di latar
belakangi oleh adanya persaingan antara golongan Arab dan Persia pada masa al-
Mamun dan sebelumnya.Keterlibatan mereka dimulai sebagai tentara
pengawal.Tidak seperti pada masa Daulah Umayyah, Dinasti Abbasiyah
mengadakan perubahan sistem ketentaraan.Praktek orang-orang Muslim
mengikuti perang sudah terhenti.Tentara dibina secara khusus menjadi prajurit-
prajurit profesional.Dengan demikian, kekuatan militer Dinasti Bani Abbasiyah
menjadi sangat kuat.
b. Periode/fase kedua (847-945 M)
Perkembangan peradaban dan kebudayaan serta kemajuan besar yang dicapai
Dinasti Abbasiyah pada periode pertama telah mendorong para penguasa untuk
hidup mewah, bahkan cenderung mencolok.Kehidupan mewah para Khalifah ini
ditiru oleh para hartawan dan anak-anak pejabat.Demikian ini menyebabkan roda
pemerintahan terganggu dan rakyat menjadi miskin.Kondisi ini memberi peluang
kepada tentara profesional asal Turki yang semula diangkat oleh Khalifah al-
Mutasim untuk mengambil alih kendali pemerintahan. Usaha mereka berhasil,
sehingga kekuasaan sesungguhnya berada di tangan mereka, sementara
kekuasaan Bani Abbas di dalam Khilafah Abbasiyah yang didirikannya mulai
pudar, dan ini merupakan awal dari keruntuhan Dinasti ini, meskipun setelah itu
usianya masih dapat bertahan lebih dari empat ratus tahun.
Khalifah Mutawakkil (847-861 M) yang merupakan awal dari periode ini
adalah seorang Khalifah yang lemah.Pada masa pemerintahannya orang-orang
Turki dapat merebut kekuasaan dengan cepat.Setelah Khalifah al-Mutawakkil
wafat, merekalah yang memilih dan mengangkat Khalifah.Dengan demikian
kekuasaan tidak lagi berada di tangan Bani Abbas, meskipun mereka tetap
memegang jabatan Khalifah.Sebenarnya ada usaha untuk melepaskan diri dari
para perwira Turki itu, tetapi selalu gagal.Dari dua belas Khalifah pada periode
kedua ini, hanya empat orang yang wafat dengan wajar, selebihnya kalau bukan
dibunuh, mereka diturunkan dari tahtanya dengan paksa.Wibawa Khalifah
merosot tajam.Setelah tentara Turki lemah dengan sendirinya, di daerah-daerah
muncul tokoh-tokoh kuat yang kemudian memerdekakan diri dari kekuasaan
pusat, mendirikan Dinasti-Dinasti kecil.Inilah permulaan masa disintregasi dalam
sejarah politik Islam.
Adapun faktor-faktor penting yang menyebabkan kemunduran Bani Abbas
pada periode ini adalah sebagai berikut:
a) Luasnya wilayah kekuasaan Daulah Abbasiyah yang harus dikendalikan,
sementara komunikasi lambat.
b) tingkat saling percaya di kalangan para penguasa dan pelaksana pemerintahan
sangat rendah.

7
c) Dengan profesionalisasi tentara, ketergantungan kepada mereka menjadi
sangat tinggi.
d) Kesulitan keuangan karena beban pembiayaan tentara sangat besar. Setelah
Khalifah merosot, Khalifah tidak sanggup memaksa pengiriman pajak ke
Baghdad.
c. Periode/fase ketiga (945 -1055 M)
Pada periode ini, Daulah Abbasiyah berada di bawah kekuasaan Bani
Buwaih.Keadaan Khalifah lebih buruk dari sebelumnya, terutama karena Bani
Buwaih adalah penganut aliran Syiah.Khalifah tidak lebih sebagai pegawai yang
diperintah dan diberi gaji. Bani Buwaih membagi kekuasaannya kepada tiga
bersaudara : Ali untuk wilayah bagian selatan negeri Persia, Hasan untuk wilayah
bagian utara, dan Ahmad untuk wilayah Al- Ahwaz, Wasit dan Baghdad. Dengan
demikian Baghdad pada periode ini tidak lagi merupakan pusat pemerintahn
Islam karena telah pindah ke Syiraz Buwaih yang memiliki kekuasaan Bani
Buwaih.
Di dalam bidang ilmu pengetahuan Daulah Abbasiyah terus mengalami
kemajuan pada periode ini.Pada masa inilah muncul pemikir-pemikir besar
seperti al-Farabi, Ibnu Sina, Al-Biruni, Ibnu Maskawaih, dan kelompok studi
Ikhwan as- Safa.Bidang ekonomi, pertanian, dan perdagangan juga mengalami
kemajuan.Kemajuan ini juga diikuti dengan pembangunan masjid dan rumah
sakit.Pada masa Bani Buwaih berkuasa di Baghdad, telah terjadi beberapa kali
kerusuhan aliran antara Ahlussunnah dan Syiah, pemberontakan tentara dan
sebagainya.
d. Periode/fase keempat (1055-1199 M).
Periode ini ditandai dengan kekuasaan Bani Seljuk atas Daulah
Abbasiyah.Kehadiran Bani Seljuk ini adalah atas undangan Khalifah untuk
melumpuhkan kekuatan Bani Buwaih di Baghdad.Keadaan Khalifah memang
membaik, paling tidak karena kewibawaannya dalam bidang agama kembali
setelah beberapa lama dikuasai oleh orang-orang Syiah.Sebagaimana pada
periode sebelumnya, ilmu pengetahuan juga berkembang pada periode ini.
Nizam al-Mulk, perdana menteri pada masa Alp Arselan dan Malikhsyah,
mendirikan Madrasah Nizamiyah (1067 M) dan madrasah Hanafiyah di Baghdad.
Cabang-cabang Madrasah Nizamiyah didirikan hampir di setiap kota di Irak dan
Khurasan. Madrasah ini menjadi model bagi perguruan tinggi dikemudian
hari.Dari madrasah ini telah lahir banyak cendekiawan dalam berbagai disiplin
ilmu. Di antara para cendekiawan Islam yang dilahirkan dan berkembang pada
periode ini adalah al-Zamakhsari, penulis dalam bidang Tafsir dan Ushul al-Din
(teologi), Al-Qusyairi dalam bidang tafsir, al-Ghazali dalam bidang ilmu kalam
dan tasawwuf, dan Umar Khayyam dalam bidang ilmu perbintangan. Dalam
bidang politik, pusat kekuasaan juga tidak terletak di kota Baghdad. Mereka

8
membagi wilayah kekuasaan menjadi beberapa propinsi dengan seorang
Gubernur untuk mengepalai masing-masing propinsi tersebut
e. Periode/fase kelima (1199-1258 M)
Berakhirnya kekuasaan Dinasti Seljuk atas Baghdad atau khilafah Abbasiyah
merupakan awal di periode kelima.Pada periode ini, khilafah Abbasiyah tidak lagi
berada di bawah kekuasaan Dinasti tertentu, walaupun banyak sekali Dinasti
Islam berdiri.Ada di antaranya yang cukup besar, namun yang terbanyak adalah
Dinasti kecil.Para Khalifah Abbasiyah sudah merdeka dan berkuasa kembali,
tetapi hanya di Baghdad dan sekitarnya.Wilayah kekuasaan Khalifah yang sempit
ini menunjukkan kelemahan politiknya.Pada masa inilah tentara Mongol dan
Tartar menyerang Baghdad.Baghdad dapat direbut dan dihancur luluhkan tanpa
perlawanan yang berarti.Kehancuran Baghdad akibat serangan tentara Mongol ini
awal babak baru dalam sejarah Islam, yang disebut masa pertengahan.
Sebagaimana terlihat dalam periodisasi khilafah Abbasiyah, masa kemunduran
dimulai sejak periode kedua.Namun demikian, faktor-faktor penyebab
kemunduran ini tidak datang secara tiba-tiba.Benih-benihnya sudah terlihat pada
periode pertama, hanya karena Khalifah pada periode ini sangat kuat, benih-benih
itu tidak sempat berkembang. Dalam sejarah kekuasaan Bani Abbas terlihat
bahwa apabila Khalifah kuat, para menteri cenderung berperan sebagai kepala
pegawai sipil, tetapi jika Khalifah lemah, mereka akan berkuasa mengatur roda
pemerintahan.

C. Faktor-faktor yang Menyebabkan Kemunduran Bani Abbasiyyah


Setelah mengalami kemajuan, dinasti Bani Abbasiyah mengalami kemunduran dan
kehancuran yang disebabkan oleh faktor internal dan eksternal.
Adapun faktor internal, yaitu:
1. Persaingan antar bangsa
Khalifah Abbasiyah didirikan oleh bani Abbas yang bersekutu dengan orang-orang
persia. Persekutuan di latar belakangi oleh persamaan nasib kedua golongan pada
masa bani Umayyah berkuasa (sama-sama tertindas).Pada masa ini persaingan antara
bangsa menjadi pemicu untuk saling berkuasa.Kecendrungan masing-masing bangsa
untuk mendominasi kekuasaan sudah di rasakan sejak awal khalifah Abbasiyah
sendiri.
2. Kemerosotan ekonomi
Pada periode kemunduran, pendapatan Negara menurun sementara pengeluaran
meningkat lebih besar.Hal ini disebabkan wilayah kekuasaannya semakin menyempit,
banyak terjadi kerusuhan yang mengganggu perekonomian rakyat, diperingankannya
pajak, dan banyak dinasti kecil yang memerdekakan diri tidak lagi membayar upeti.

9
3. Konflik keagamaan
Kekecewaan orang Persia terhadap cita-cita yang tak tercapai mendorong sebagian
mereka mempropagandakan ajaran Mazuisme, Zoroasterisme, dan
Mazzdakisme.Antara orang beriman dan kaum zindik terjadi konflik bersenjata
seperti gerakan al-Afsyn dan Qaramitah.Adanya konflik Syiah dan
Ahlussunnah.Terjadi Mihnah pada masa al-Mamun (813-833 M) yang menjadikan
Mutazilah menjadi mazhab resmi Negara.Al-Mutawakkil (847-861 M) menghapus
Mutazilah digantikan dengan golongan Salaf pengikut Hambali yang tidak toleran
terhadap Mutazilah yang rasional, menyempitkan horizon intelektual.Mutazilah
bangkit kembali pada masa Buwaihi dan Saljuk, Asyariah menyingkirkan Mutazilah
yang didukung al-Ghazali tidak menguntungkan bagi pengembangan kreativitas
entelektual Islam.
Faktor eksternal kemunduran dinasti Bani Abbasiyah, yaitu:
1. Perang Salib
Perang antara umat Kristen dengan umat Islam yang berlangsung dari tahun 1095-
1291 M, telah menelan banyak korban jiwa, ini menyebabkan khilafah Bani
Abbasiyah menjadi lemah. Dalam kondisi demikian , mereka bukan menjadi bersatu
tetapi malah terpecah belah. Banyak dinasti kecil yang memerdekakan diri dari
pemerintahan pusat Dinasti Abbasiyah di Baghdad.
2. Serangan Hulagu Khan
Hulagu Khan, cucu Jengis Khan, melakukan serangan-serangan menuju Baghdad
dengan mengalahkan Khurasan di Persia dan Hasysyasyin di Alamut terlebih dahulu.
Pada tanggal 10 Februari 656 H/1258 M, ia dan pasukannya sampai ke tepi kota
Baghdad. Perintah untuk menyerah ditolak oleh khalifah al-Mustashim (khalifah
terakhir Bani Abbasiyyah), sehingga Baghdad dikepung dan dihancurkan.[6]

D. Akhir Kekuasaan Bani Abbasiyyah


Akhir dari kekuasaan Dinasti Abbasiyyah ialah ketika Baghdad dihancurkan oleh
pasukan Mongol yang dipimpin oleh Haluga Khan, 656H/1258M. Hulagu Khan adalah
seorang saudara Kubilay Khan yang berkuasa di Cina hingga ke Asia Tenggara, dan
saudara Mongkhe Khan yang menugaskanya untuk mengembalikan wilayah wilayah
sebelah barat dari Cina kepangkuanya. Disebutkan bahwa Hulagu Khan, panglima
tentara Mongol, sangat membenci Islam karena ia banyak dipengaruhi oleh orang-orang
Budha dan Kristen Nestorian. Baghdad dibumihanguskan dan diratakan dengan tanah.
Khalifah Bani Abbasiyyah yang terakhir dengan keluarganya, Al-Mutashim Billah
dibunuh, buku-buku yang terkumpul dibaitul Hikmah dibakar dan dibuang disungai
Tigris sehingga berubahlah warna air tersebut yang jernih bersih menjadi hitam kelam
karena lunturan tinta yang ada pada buku-buku itu.

10
E. Tokoh Ilmu Perhitungan Ibnu Al Jabar
Muammad bin Ms al-Khawrizm (Arab:
) adalah seorang ahli matematika,
astronomi, astrologi, dan geografi yang berasal dari
Persia. Lahir sekitar tahun 780 di Khwrizm (sekarang
Khiva, Uzbekistan) dan wafat sekitar tahun 850. Hampir
sepanjang hidupnya, ia bekerja sebagai dosen di Sekolah
Kehormatan di Baghdad
Buku pertamanya, al-Jabar, adalah buku pertama
yang membahas solusi sistematik dari linear dan notasi
kuadrat. Sehingga ia disebut sebagai Bapak Aljabar.
Translasi bahasa Latin dari Aritmatika beliau, yang
memperkenalkan angka India, kemudian diperkenalkan
sebagai Sistem Penomoran Posisi Desimal di dunia
Barat pada abad ke 12. Ia merevisi dan menyesuaikan
Geografi Ptolemeus sebaik mengerjakan tulisan-tulisan tentang astronomi dan astrologi.
Kontribusi beliau tak hanya berdampak besar pada matematika, tapi juga dalam
kebahasaan. Kata Aljabar berasal dari kata al-Jabr, satu dari dua operasi dalam matematika
untuk menyelesaikan notasi kuadrat, yang tercantum dalam buku beliau. Kata logarisme dan
logaritma diambil dari kata Algorismi, Latinisasi dari nama beliau. Nama beliau juga di serap
dalam bahasa Spanyol Guarismo dan dalam bahasa Portugis, Algarismo yang berarti digit.
Biografi
Sedikit yang dapat diketahui dari hidup beliau, bahkan lokasi tempat lahirnya
sekailpun. Nama beliau mungkin berasal dari Khwarizm (Khiva) yang berada di Provinsi
Khurasan pada masa kekuasaan Bani Abbasiyah (sekarang Xorazm, salah satu provinsi
Uzbekistan). Gelar beliau adalah Ab Abd Allh (Arab: ) atau Ab Jafar.
Sejarawan al-Tabari menamakan beliau Muhammad bin Musa al-Khwrizm al-
Majousi al-Katarbali (Arab: ) . Sebutan al-Qutrubbulli
mengindikasikan beliau berasal dari Qutrubbull, kota kecil dekat Baghdad.
Tentang agama al-Khawrizm, Toomer menulis:
Sebutan lain untuk beliau diberikan oleh al-abar, al-Majs, dapat dilihat
mengindikasikan ia adalah pengikut Zoroaster.Ini mungkin terjadi pada orang yang berasal
dari Iran. Tetapi, kemudian buku Al-Jabar beliau menunujukkan beliau adalah seorang
Muslim Ortodok,jadi sebutan Al-Tabari ditujukan pada saat ia muda, ia beragama Majusi.
Dalam Kitb al-Fihrist Ibnu al-Nadim, kita temukan sejarah singkat beliau, bersama
dengan karya-karya tulis beliau. Al-Khawarizmi menekuni hampir seluruh pekerjaannya
antara 813-833. setelah Islam masuk ke Persia, Baghdad menjadi pusat ilmu dan
perdagangan, dan banyak pedagang dan ilmuwan dari Cina dan India berkelana ke kota ini,
yang juga dilakukan beliau. Dia bekerja di Baghdad pada Sekolah Kehormatan yang

11
didirikan oleh Khalifah Bani Abbasiyah Al-Mamun, tempat ia belajar ilmu alam dan
matematika, termasuk mempelajari terjemahan manuskrip Sanskerta dan Yunani.
Karya
Karya terbesar beliau dalam matematika, astronomi, astrologi, geografi, kartografi,
sebagai fondasi dan kemudian lebih inovatif dalam aljabar, trigonometri, dan pada bidang
lain yang beliau tekuni. Pendekatan logika dan sistematis beliau dalam penyelesaian linear
dan notasi kuadrat memberikan keakuratan dalam disiplin aljabar, nama yang diambil dari
nama salah satu buku beliau pada tahun 830 M, al-Kitab al-mukhtasar fi hisab al-jabr wal-
muqabala (Arab ) atau: Buku Rangkuman untuk Kalkulasi
dengan Melengkapakan dan Menyeimbangkan, buku pertama beliau yang kemudian
diterjemahkan ke dalam bahasa Latin pada abad ke-12.
Pada buku beliau,Kalkulasi dengan angka Hindu, yang ditulis tahun 825,
memprinsipkan kemampuan difusi angaka India ke dalam perangkaan timur tengah dan
kemudian Eropa. Buku beliau diterjemahkan ke dalam bahasa Latin, Algoritmi de numero
Indorum, menunjukkan kata algoritmi menjadi bahasa Latin.
Beberapa kontribusi beliau berdasar pada Astronomi Persia dan Babilonia, angka India,
dan sumber-sumber Yunani.
Sistemasi dan koreksi beliau terhadap data Ptolemeus pada geografi adalah sebuah
penghargaan untuk Afrika dan Timur Tengah. Buku besar beliau yang lain, Kitab surat al-
ard (Pemandangan Bumi;di terjemahkan oleh Geography), yang memperlihatkan koordinat
dan lokalisasi yang diketahui dasar dunia, dengan berani mengevaluasi nilai panjang dari
Laut Mediterania dan lokasi kota-kota di Asia dan Afrika yang sebelumnya diberikan oleh
Ptolemeus.
Ia kemudian mengepalai konstruksi peta dunia untuk Khalifah Al-Mamun dan
berpartisipasi dalam proyek menentukan tata letak di Bumi, bersama dengan 70 ahli geografi
lain untuk membuat peta yang kemudian disebut ketahuilah dunia. Ketika hasil kerjanya
dikopi dan di transfer ke Eropa dan Bahasa Latin, menimbulkan dampak yang hebat pada
kemajuan matematika dasar di Eropa. Ia juga menulis tentang astrolab dan sundial.
Buku I Aljabar
Sebuah halaman dari Aljabar al-Khwrizm al-Kitb
al-mukhtaar f isb al-jabr wa-l-muqbala (Arab:
Buku Rangkuman Kalkulasi
dengan Melengkapkan dan Menyeimbangkan) adalah buku
matematika yang ditulis tahun 830.
Buku tersebut merangkum definisi aljabar. Buku ini
diterjemahkan ke dalam Bahasa Latin berjudul Liber
algebrae et almucabala oleh Robert of Chester (Segovia,
1145) dan juga oleh Gerard of Cremona.

12
Metode beliau dalam menyelesaikan linear dan notasi kuadrat dilakukan dengan
meredusi notasi ke dalam 6 bentuk standar (dimana b dan c adalah angka positif)
Angka ekual kuadrat (ax2 = c)
Angka ekual akar (bx = c)
Kuadrat dan akar ekual (ax2 + bx = c)
Kuadrat dan angka akar ekual (ax2 + c = bx)
Akar dan angka kuadrat ekual (bx + c = ax2)
Kuadrat ekual akar (ax2 = bx)
Dengan membagi koefisien dari kuadrat dan menggunakan dua operasi aljabar (Arab:
penyimpanan atau melengkapkan) dan al-muqbala (menyeimbangkan). Aljabar adalah
proses memindahkan unit negatif, akar dan kuadrat dari notasi dengan menggunakan nilai
yang sama di kedua sisi. Contohnya, x2 = 40x 42 disederhanakan menjadi 52 = 40x. Al-
muqbala adalah proses memberikan kuantitas dari tipe yang sama ke sisi notasi. Contohnya,
x2 + 14 = x + 5 disederhanakan ke x2 + 9 = x.
Beberapa pengarang telah menerbitkan tulisan dengan nama Kitb al-abr wa-l-
muqbala, termasuk Ab anfa al-Dnawar, Ab Kmil (Rasla fi al-abr wa-al-muqbala),
Ab Muammad al-Adl, Ab Ysuf al-Mi, Ibnu Turk, Sind bin Al, Sahl bin Bir, dan
arafaddn al-s.
Buku 2 Dixit algorizmi
Buku kedua besar beliau adalah tentang aritmatika, yang bertahan dalam Bahasa Latin,
tapi hilang dari Bahasa Arab yang aslinya. Translasi dilakukan pada abad ke-12 oleh Adelard
of Bath, yang juga menerjemahkan tabel astronomi pada 1126.
Pada manuskrip Latin,biasanya tak bernama,tetapi umumnya dimulai dengan kata:
Dixit algorizmi (Seperti kata al-Khawrizm), atau Algoritmi de numero Indorum (al-
Kahwrizm pada angka kesenian Hindu), sebuah nama baru di berikan pada hasil kerja
beliau oleh Baldassarre Boncompagni pada 1857. Kitab aslinya mungkin bernama Kitb al-
Jama wa-l-tafrq bi-isb al-Hind (Buku Penjumlahan dan Pengurangan berdasarkan
Kalkulasi Hindu)
Buku 3 Rekonstruksi Planetarium
Peta abad ke-15 berdasarkan Ptolemeus sebagai perbandingan.
Buku ketiga beliau yang terkenal adalah Kitb rat al-Ar (Bhs.Arab:
Buku Pemandangan Dunia atau Kenampakan Bumi diterjemahkan oleh Geography),
yang selesai pada 833 adalah revisi dan penyempurnaan Geografi Ptolemeus, terdiri dari
daftar 2402 koordinat dari kota-kota dan tempat geografis lainnya mengikuti perkembangan
umum.
Hanya ada satu kopi dari Kitb rat al-Ar, yang tersimpan di Perpustakaan
Universitas Strasbourg. Terjemahan Latinnya tersimpan di Biblioteca Nacional de Espaa di
Madrid. Judul lengkap buku beliau adalah Buku Pendekatan Tentang Dunia, dengan Kota-

13
Kota, Gunung, Laut, Semua Pulau dan Sungai, ditulis oleh Abu Jafar Muhammad bin Musa
al-Khawarizmi berdasarkan pendalaman geografis yamg ditulis oleh Ptolemeus dan Claudius.
Buku ini dimulai dengan daftar bujur dan lintang, termasuk Zona Cuaca, yang menulis
pengaruh lintang dan bujur terhadap cuaca. Oleh Paul Gallez, dikatakan bahwa ini sanagat
bermanfaat untuk menentukan posisi kita dalam kondisi yang buruk untuk membuat
pendekatan praktis. Baik dalam salinan Arab maupun Latin, tak ada yang tertinggal dari buku
ini. Oleh karena itu, Hubert Daunicht merekonstruksi kembali peta tersebut dari daftar
koordinat. Ia berusaha mencari pendekatan yang mirip dengan peta tersebut.
Buku 4 Astronomi
Kampus Corpus Christi MS 283 Buku Zj al-sindhind (Arab: tabel astronomi)
adalah karya yang terdiri dari 37 simbol pada kalkulasi kalender astronomi dan 116 tabel
dengan kalenderial, astronomial dan data astrologial sebaik data yang diakui sekarang.
Versi aslinya dalam Bahasa Arab (ditulis 820) hilang, tapi versi lain oleh astronomer
Spanyol Maslama al-Majr (1000) tetap bertahan dalam bahasa Latin, yang diterjemahkan
oleh Adelard of Bath (26 Januari 1126). Empat manuskrip lainnya dalam bahasa Latin tetap
ada di Bibliothque publique (Chartres), the Bibliothque Mazarine (Paris), the Bibliotheca
Nacional (Madrid) dan the Bodleian Library (Oxford).
Buku 5 Kalender Yahudi
Al-Khawrizm juga menulis tentang Penanggalan Yahudi (Risla fi istikhrj tarkh al-
yahd Petunjuk Penanggalan Yahudi). Yang menerangkan 19-tahun siklus interkalasi,
hukum yang mengatur pada hari apa dari suatu minggu bulan Tishr dimulai;
memperhitungkan interval antara Era Yahudi(penciptaan Adam) dan era Seleucid ; dan
memberikan hukum tentang bujur matahari dan bulan menggunakan Kalender Yahudi. Sama
dengan yang ditemukan oleh al-Brn dan Maimonides.
Karya lainnya
Beberapa manuskrip Arab di Berlin, Istanbul, Tashkent, Kairo dan Paris berisi
pendekatan material yang berkemungkinan berasal dari al-Khawarizm. Manuskrip di
Istanbul berisi tentang sundial, yang disebut dalam Fihirst. Karya lain, seperti determinasi
arah Mekkah adalah salah satu astronomi sferik.
Dua karya berisi tentang pagi (Marifat saat al-mashriq f kull balad) dan determinasi
azimut dari tinggi (Marifat al-samt min qibal al-irtif).
Beliau juga menulis 2 buku tentang penggunaan dan perakitan astrolab. Ibnu al-Nadim
dalam Kitab al-Fihrist (sebuah indeks dari bahasa Arab) juga menyebutkan Kitb ar-
Ruma(t) (buku sundial) dan Kitab al-Tarikh (buku sejarah) tapi 2 yang terakhir disebut
telah hilang.

14
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan.
Dinamakan khilafah bani Abbasiyah karena para pendiri dan penguasanya adalah
keturunan al Abbas paman Nabi Muhammad SAW.Dinasti ini didirikan oleh Abdullah al-
Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn Abbas.Berdirinya Dinasti ini tidak
terlepas dari keamburadulan Dinasti sebelumnya, yaitu dinasti Umaiyyah.Bani
Abbasiyah merupakan masa pemerintahan umat Islam yang merupakan masa keemasan
dan kejayaan dari peradaban umat Islam yang pernah ada.Pada masa Bani Abbasiyah
kekayaan negara melimpah ruah dan kesejahteraan rakyat sangat tinggi. Pusat peradaban
Islam mengalami kemajuan yang pesat sehingga pada masa ini banyak muncul para
tokoh ilmuan dari kalangan Ummat Islam, baik itu ilmu pengatuhan yang bersifat umum
seperti ilmu kedokteran yang telah mencetak dokter seperti Ibnu Sina, Ibnu Rusyd dan
lain-lainnya. Demikian juga dari biang ilmu agama, adanya perkembangan ilmu tafsir,
ilmu kalam, filsafat Islam, dan ilmu tashauf, yang juga melairkan tokoh-tokoh dibidang
ilmu masing-masing. Pada masa pemerintahan khalifah Harun Al-rasyid kesejahteraan
ummat sangat terjamin, karena pada masa inilah puncak dari kejayaan Bani Abbasiyah,
pembangunan dilakukan dimana-mana, baik pembangunan rumah sakit, irigasi, dan
pemandian-pemandian umum.
Namun diakhir pemerintahan Khalifah Bani Abbasiyah, Islam mengalami
keterpurukan yang sangat parah. Hal ini disebabkan dari serangan tentara Mongol yang
telah mengahancurkan pusat peradaban Ummat Islam di Baghdad dan mengahancurkan
Pusat ilmu pengetahuan yaitu Baitul Hikmah, yang berisi buku-buku karangan pakar
ilmu ummat Islam yang tak ternilai harganya.

15
DAFTAR PUSTAKA

Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam, ( Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2004),
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2010),
http://akitephos.wordpress.com/sejarah-pendidikan-islam/islam-pada-masa-daulah-bani-
abbasiyah/, di akses 27 januari 2015 jam 16.00 WIB.
http://peradabandansejarah.blogspot.co.iddi akses 27 januari 2015 jam 16.23 WIB.

16

Anda mungkin juga menyukai