Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya. Dan harapan
kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah
isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.Karena keterbatasan pengetahuan
maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah
ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Pekanbaru, 21 April 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

PENGANTAR.................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Berdirinya Dinasti Abbasiyah.............................................................2
B. Kondisi Masyarakat di Masa Dinasti Abbasiyah.................................3
C. Pola Dakwah Dinasti Abbasiyah.........................................................6
D. Kemajuan dan Kemunduran Dinasti Abbasiyah..................................7

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan...........................................................................................13
B. Saran.....................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setelah nabi Muhammad wafat, islam tetap berkembang dengan peranan
para sahabat dan tabi’in dimasa sesudahnya dalam proses transisi yang sangat
panjang. Sampai pada akhirnya peradaban islam pesat ke seluruh dunia. Salah satu
masa diama islam berkembang pesat adalah pada masa Dinasti Abbasiyah, karena
pada masa ini islam maju dan menjadi salah satu agama yang memiliki banyak
peran dalam kemajuan dunia.
Bermula dari konflik yang terjadi antara Khalifah Ali bin Abi Thalib dan
Muawiyah bin Abi Sofyan, umat islam berselisih dalam dua medan, yaitu imamah
dan ushul, yang menyebabkan munculnya partai dan aliran khawarij, syi’ah, dan
murji’ah serta bani Umayyah yang berpusat di Damaskus (40-132 H), kemudian
Bani Abbasiyah yang berpusat di Baghdad (132-656 H).
Pada materi kali ini akan dijelaskan lebih lanjut masalah masalah yang
terjadi pada masa Dinasti Abbasiyah. Untuk lebih jelasnya terdapat dalam
pembahasan makalah ini.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses berdirinya Dinasti Abbasiyah?
2. Bagaimana kondisi masyarakat pada masa Dinasti Abbasiyah?
3. Apa saja pola dakwah yang dilakukan pada mas Dinasti Abbasiyah?
4. Apa saja kemajuan dan apa saja yang membuat dinasti Abbasiyah mundur ?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Berdirinya Dinasti Abbasiyah


1. Melihat Revolusi Abbasiyah
Pada tahun 132 hijiriyah pemerintahan Bani Umayyah. Lalu, keturunan
Al-Abbaspun naik untuk menduduki kursi khalifah. Dalam kejadian tersebut
ada kejadian besaryang oleh sejarawan hendak ditafsirkan. Dengan segera,
berbagai pemikiran berpendapat bahwa revolusi tersebut adalah revolusi dari
bangsa Persia terhadap pemerintahan Arab. Namun, pada permulaan abad ini,
sebagian orientalis, terutama Willhouzen dalam “Ad-Daulah Al-‘Arabiyyah”
mengingatkan bahwa pendapat tersebut tidak benar. Revolusi bukan dari
bangsa Persia untuk melawan bangsa Arab, tetapi Revolusi untuk melawan
Bani Umayyah saja. Tujuan untuk merubah pemerintahan Bani Umayyah
menjadi Bani Abbasiyah. Ibrahim bin Muhammadbin Ali, orang yang
menyebarkan propaganda Abbasiyah, pernah berwasiat kepada Abu Muslim.
Sesuai yang ada dalam didalam karya karya tarikh, dia berkata, “jika engkau
bisa untuk tidak meninggalkan lidah Arab di Khurusan, lakukanlah.
2. Perpindahan Propaganda dari Keluarga Ali Kepada Keluarga Al-Abbas
Diceritakan bahwa Abu Hasyim mengenal Muhammad bin Ali sebagai
orang memiliki ilmu ,pemahaman dan pengetahuan yang tinggi.Abu Hasyim
tidak memiliki pewaris. Lalu, dia berwasiat kepada Muhammad bin Ali untuk
menggantikannya. Sebagian sejarawan meragukan perpindahan tersebut.
Namun, tidak ada alasan yang bisa meragukan hal tu. Karena, Abu Hasyim
tidak memiliki pewaris. Padahal, secara alami dia akan mendapatkan pewaris
dari salah seorang keponakannya. 1
3. Menghabisi Bani Umayyah
Orang yang menyaingi mulai disingirkan dari panggun perpolitikan
hinggatersisa musuh paling besar yang harus disingkirkan seluruhnya, yaitu
bani Umayyah. Kita telah mengetahui bahwa Marwan telah dibunuh di
Bushir. Namun, beberapa orang Bani Umayyah masih ada di Syam, Irak dan
1
Munandar, Arif, Dinasti Abbasiyah, (Jakarta : Pustaka Al Kautsar, 2007), hlm. 9-10

2
Mesir. Bani Abbasiyah mengikuti mereka dengan licik, khianat, dan ingkar
janji.
Yang penting, mereka dibunuh hingga Bani Abbasiyah merasa tenan
bahwa dinegara mereka tidak ada seorangpun yang tersisa. Kalaupun ada, itu
hanya beberapa orang saja yang melarikan diri ketempat yang sangat jauh.2
4. Pendiri Dinasti Abbasiyah
Babak ketiga dalam drama besar politik islam dibuka dengan peran
penting yang dimainkan oleh Khalifah Abu Al-Abbas (750-754 M). Irak
menjadi panggung drama itu. Dalam khutbah penobatanya, yang disampaikan
setahun sebelumnya dimasjid Khufah, Khalifah Abbasiyah pertama itu
menyebut dirinya al-saffah, penumpahan darah yang kemudian menjadi
julukannya. Julukan itu merupakan pertanda buruk, karena dinasti yang baru
muncul ini mengisyaratkan bahwa mereka lebih mengutamakan kekuatan
dalam menjalankan kebijakannya. Untuk pertama kalinya dalam sejarah
Islam, disisi singgasana Khalifah tergelar karpet yang digunakan sebagai
tempat eksekusi. Al-saffah menjadi pendiri dinasti arab ketiga setelah khulafa
Al-Rasyidun dan Dinasti Umayyahyang sangat besar dan berusia lama. Dari
750 M sampai 1258 M penerus Abu Al-Abbas memegang pemerintahan,
meskipun mereka tidak selalu berkuasa.3

B. Kondisi Masyarakat dimasa Dinasti Abbasiyah


1. Kehidupan Keluarga dan Gaya Hidup Masyarakat
Pada masa awal Dinasti Abbasiyah kaum wanita cenderung menikmati
tingkat kebebasan yang sama dengan masa dinasti Umayyah, tapi menjelang
akhir abad ke 10, sistem pemingitan yang ketat dan pemisahan berdasarkan
jenis kelamin menjadi fenomena umum.pada masa itu banyak perempuan yang
mengukir prestasi dan berpengaruh dipemerintahan, baik dari kalangan atas
ataupun dari kalangan awam. Seperti wanita wanita muda arab yang pergi
berperang dan memimpin pasukan, mengubah puisi dan bersaing dengan laki

2
Ibid, hlm. 25
3
Hitti, Philip K, History of the Arabs, (New York: Palgrave Macmillan, 2002), hlm.358

3
laki dibidang sastra, atau mencerahkan masyarakat dengan kecerdasan, musik
dan keindahan suara mereka.
Hampir secara universal pernikahan dalam islam dipandang sebagai
kewajiban yang positif, yang meniscayakan hukuman keras bagi siapapun yang
mengabaikannya, dan karunia berupa seorang anak, terutama laki laki,
merupakan anugerah tuhan.
Pada masa Dinasti Abbasiyah sama dengan dinasti sebelumnya, berburu
menjadi pengisi waktu luang yang disenangi oleh para khalifah dan putra
mahkota. Itu diketahui dari adanya sejumlah buku arab klasik menulis tentang
berburu, membuat perangkap dan melatih elang membuktikan adanya minat
yang besar pada olahraga tersebut.4
2. Kedudukan Budak dan Mantan Budak
Para pembantu hampir semuanya budak yang direkrut secara paksa dari
kalangan non muslim, baik yang ditawan pada masa perang atau dibeli pada
masa damai. Budak budak yang bekerja dikaputren adalah laki laki yang telah
dikebiri (khishyan). Budak budak yang lainnya yang juga dikebiri, yang
dikenal dengan sebutan ghilman, menjadi kesayangan para tuannya,
mengenakkan busana yang mahal dan menarik, dan sering berhias dan
mengharumkan tubuh mereka.
Gadis gadis muda (jawari) dalam kelompok budak biasanya menjadi
penyanyi, penari dan selir. Beberapa diantara mereka memiliki pengaruh besar
terhadap khalifah yang menjadi tuan mereka. Dzal al-khal (sang mata mata)
merupakan contoh budak semacam itu, yang dibeli olehal –Rasyid seharga
70.000 dirham dan diserahkan kepada pembantu laki lakinya. Setelah
bersumpah akan memenuhi apapun permintaan perempuan itu, al- Rasyid
diriwayatkan mengangkat suami perempuan itu sebagai gubernur di Faris
selama 7 tahun.5

3. Perdagangan dan Industri

4
Hitti, Philip K, History of the Arabs, (New York: Palgrave Macmillan, 2002), hlm. 414
5
Ibid, hlm. 426-427

4
Pada masa kekhalifahan Abbasiyah para pedagang yang paling awal
adalah orang kristen, yahudi dan pengikut zoroaster, tapi pada masa
belakangan digantikan oleh orang Arab Islam, yang lebih suka berdagang dari
pada bertani. Disebelah timur, para pedagang islam telah menjelajah hingga ke
Cina, yang berdasarkan riwayat, telah dilakukan sejak masa Dinasti Abbasiyah,
yaitu khalifah kedua Al-Manshur.
Disebelah barat, para pedagang islam telah mencapai Maroko dan
spanyol. Pusat kota persia dan kota kota makmur di Samarkand dan Bukhara,
laut kaspia menjadi titik pertemuan dagang yang favorit. Para pedagang
muslim membawa kurma, gula, kapas, dan kain wol, juga peralatan dari baja
dan gelas. Mereka mengimpor barang barang seperti rempah rempah, kapur
barus dan sutera dari kawasan asia yang lebih jauh, juga gading, kayu eboni,
dan budak kulit hitam dari Afrika.
Tingkat aktivitas perdagangan seperti itu hanya bisa dicapai jika
didukung industri rumah tangga dan pertanian yang maju. Industri kerajian
tangan menjamur ke pelosok kerajaan. Salah satunya mesin penganyam persia
dan irak membuat karpet dan kain yang berakualitas tinggi. Industri penting
lain yang perlu dicatat disini adalah pembuatan kertas tulis,yang diperkenalkan
pada pertengahan abad ke-8 dari Cina ke Samarkand. Kertas Samarkand, yang
diduduki oleh orang Islam pada 704 M, dipandang tidak ada tadingannya pada
saat itu.6
4. Perkembangan Bidang Pertanian
Bidang pertanian berkembang pesat pada awal pemerintahan Dinasti
Abbaiyah karena pusat pemerintahannya sendiri berada didaerah yang sangat
subur, ditepian sungan yang biasa dikenal dengan nama Sawad; karena mereka
menyadari bahwa pertanian merupakan sumber utama pemasukan negara; dan
pengolahan tanah hanmpir semuanya dikerjakan oleh penduduk asli, yang
statusnya mengalami peningkatan pada rezim yang baru ini. Tanaman asli Irak
terdiri atas gandum, padi, kurma, wijen, kapas dan rami. Daerah yang sangat

6
Ibid, hlm.429

5
subur berada didataran tepian sungai ke selatan, Sawad, yang menumbuhkan
berbagai jenis buah dan sayuran, yang tumbuh didaerah panas maupun dingin.
Khurasan bersaing dengan Irak dan Mesir untuk menjadi negeri pertanian
terkaya. Gambaran tentang daftar pemasukan memperlihatkan bahwa daerah
itu salah satu menghasilkan pendapatan pajak terbesar kerajaan. Secara politik,
ia didiami oleh orang Transoxiana dan Sijistan, setidaknya untuk beberapa
lama, sehingga disana tersedia sumber daya manusia yang besar. Karena itu,
tidak mengherankan jika daerah itudai kenal pada masa Al Ma’mun sebagai
“kerajaan yang utuh”.
5. Warga Nonmuslim di Kekhalifahan Islam
Orang kristen pada masa kekhalifahan Islam pada umumnya menikmati
kebebasan beragama yang relatif besar. Hal itu terbukti dari beberapa peristiwa
sejarah. Misalnya sejumlah perdebatan keagamaan, mirip dengan perdebatan
yang biasa dilakukan dihadapan Mu’awiyah dan ‘Abd Al-Malik, yang
dilakukan pada periode Abbasiyah selalu dihadiri keluarga kerajaan.
Sebagian besar penduduk kristen pada masa dinasti Abbasiyah adalah
pengikut gereja suriah yang dianggap sebagai kelompok heterodoks, dan biasa
disebut sebagai sekte Yakobus dan Nestoryang kebanyakan tinggal di Irak.
Yurisdiksi orang katolik meliputi tujuh kota besar meliputi Bashrah, Mosul dan
Nisibis, yang masing masing dikepalai oleh dua atau tiga orang uskup. Seorang
patrik terpilih dinobatkan oleh Khalifah, dan diakui sebagai pemimpin semua
orang kristen diwilayah kerajan.7

C. Pola Dakwah Dinasti Abbasiyah


Selam abad pertama pemerintahan dinasti Abbasiyah, penaklukan
penaklukan iu memasuki tahapan berikutnya, yaitu terhadap keagamaan islam
sebagai agama. Pada tahap ini sebagian besar penduduk kerajaan masuk kedalam
agama ini. Sebagian besar peralihan agama itu memang bersamaan dengan
penaklukan militer paling awal, namun negeri seperti Suriah tetap
mempertahankan ciri khasnya sebagai kawasan kristen sepanjang masa Bani

7
Ibid, hlm.441

6
Umayyah. Namun, situasinya kinin mulai berubah. Kebijakan hukum yang tidak
toleran dari khalifah al-Rasyid dan al-Mutawakkil, tak pelak lagi telah
menghasilkan sejumlah besar pemeluk baru (mu’allaf).berbagai kasus pemaksaan
agama secara individual atau kolektif mengiringi pertambahan pemeluk baru yaitu
5000 orang kristen Banu Tanukh didekat Allepo mengikuti perintah al-Mahdi.8
Selain itu juga para khalifah juga mendorong dan memfasilitasi upaya
penerjemahan berbagai ilmu dai berbagai bahasa ke bahasa Arab, seperti filsafat,
ilmu kedokteran dan lain dain. Selain itu juga membuat pembaharuan sistem
pendidikan dengan munculnya Madrasah Nidzamul Muluk di Bagdad.
Pada level masyarakat aktivitas keislaman tidak tidur, dantidak terlalu
terpengaruh oleh kelemahan dan kerusakan yang terjadi dilevel negara. Meskipun
ada kelemahan yang nyata di level pemimpin dan banyaknya penyimpangan
agama namun dengan rahmat Allah, gerakan dakwah berjalan dengan baik yang
dilakukan oleh pribadi pribadi maupunyang dilakukan oleh kelompok. Para dai
berangkat melaksanakan kewajibanya ke berbagai tempat dan diantara hasilnya
adalah masuk islamnya sepertiga penduduk anak benua India dan masuk islamnya
penduduk negeri China dalam jumlah yang cukup besar.9

D. Kemajuan dan Kemunduran Dinasti Abbasiyah


1. Kemajuan Dinasti Abbasiyah
Pengaruh kebudayaan yang sudah maju terutama melaului gerakan
terjemahan bukan saja membawa kemajuan di bidang ilmu pengetahuan
umum, tapi juga ilmu pengetahuan agama. Dalam bidang tafsir, sejak awal
sudah dikenal dua metode, penafsiran pertama, tafsir bi al-ma’sur, dan yang
kedua, tafsir bi al-ra’yi.
Imam imam mazhab hukum yang empat hidup pada masa pemerintahan
Abbasiyah pertama. Imam Abu Hanifah (700-767 M) dalam pendapat
pendapat hukumnya dipengaruhi oleh perkembangan yang terjadi di Kufah,
kota yang ditengah tengah kebudayaan Persia yang hidup
8
Ibid, hlm.450-451
9
Wahyu Ilahi dan Harjani Hefni, Pengantar Sejarah Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2007), hlm.121-
122

7
kemasyarakatannyatelah mencapai tingkat kemajuan yang telah tinggi.
Berbeda dengan Abu Hanifah, Imam Malik (713-795 M) banyak menggunaan
hadist dn tradisi masyarakat Madinah. Pendapat dua tokoh mazhab hukum itu
ditengahi oleh Imam Syafi’I (767-820 M) dan Imam Ahmad Bin Hambal
(780-855).
Aliran aliran teologi sudah ada pada masa bani Umayyah, seperti
Khawarij, Murjiah, dan Mu’tazilah. Akan tetapi, perkembangan pemikirannya
masi terbatas. Pemikiran yang lebih kompleks dan sempurna baru dirumuskan
pada masa pemerintahan bani Abbas periode pertama, setelah terjadi kontak
dengan pemikiran Yunani yang membawa pemikiran rasional dalam Islam.
Dalam bidng filsafat banyak tokoh tokoh terkenal diantaranya Fabari, Ibn
Sina, dan Ibn Rasyd. Al Farabi banyak menulis tentang buku filsafat, logika,
jiwa, kenegaraan, etika dan interpretasi terhadap filsafal Aristoteles. Ibn Sina
juga banyak mengarang buku tentang filsafat. Yang terkenal diantaranya
adalah al-Syifa’. Ibn Rusyd yang dibarat yang dikenal dengan nama Averroes,
banyak berpengaruh dibarat dalam bidang filsafat, sehingga disan terdapat
aliran yang disebut dengan Averroisme.10

2. Kemunduran Dinasti Abbasiyah


Menurut W. Montgomery Watt, bahwa beberapa faktor yang
menyebabkan kemunduran pada masa Daulah Abbasyiah adalah sebagai
berikut.
a) luasnya kekuasaan daulah Abbasyiah, sementara komunikasi pusat dan
daerah sulit dilakukan. Bersamaan dengan itu tingkat saling percaya
dikalangan para penguasa dan pelaksana pemerintahan sangat rendah.
b) Denagn profesionalisasi angkatan bersenjata, ketergantungan Khalifah
kepada mereka sangat tinggi.
c) Keuangan negara sangat sulit karena biaya yang dikeluarkan untuk tentara
bayaran sangat besar. Pada saatkekuatan militer menurun, Khalifah tidak
sanggup memaksa pengiriman pajak ke baghdad.

10
Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), hlm.56-59

8
faktor kemunduran dan kehancuran Daulah Abbasyiah disebebkan oleh
dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal.11
a. Faktor Internal
1) Persaingan dengan bangsa lain
Khalifah Abbasyiah didirikan oleh bani Abbas yang besekutu
dengan orang orang Pesia. Persekutuan dilatarbelakangi oleh persaan
nasib kedua golongan itu pada masa Bani Umayyah berkuasa.
Keduanya sama sama tertindas.setelah Dinasti Abbasyiah berdiri.
Bani Abbasyiah tetap mempertahankan persekutuan itu. Pada masa ini
persaingan antar bangsa menjadi pemicu untuk saling berkuasa.
Kecenderungan masing masing bangsa untuk mendominasi kekuasaan
sudah dirasakan sejak awal Khalifah Abbasyiah berdiri.
Setelah al-Mutawakkil (232-247 H) seorang khalifah yang lemah,
naik tahta, dominasi tentara Turki semakin kuat, mereka dapat
menentukan siapa yang diangkat jadi khalifah. Sejak itu kekuasaan
Bani Abbas sudah berakhir. Kekuasaan berada ditangan orang orang
Turki. Krmudian posisi ini direbut oleh Bani Buaih, bangsa Persia,
pada periode ketiga (334-447), dan selanjutnya beralih kepada dinasti
Seljuk, bangsa Turki pada periode keempat (447-590 H)
2) Kemerosotan ekonomi
Kemerosotan ekonomi ini disebabkan oleh pembebanan pajak dan
pengaturan wilayah wilayah provinsi demi keuntungan kelas penguasa
telah menghancurakn bidan pertanian dan industri. Ketika para
penguasa semakin kaya, rakyat justru semakin miskin. Didalam
negara negara bagian tumbuh sebuah negeri kecil yang pemimpinnya
terbiasa menipurakyatnya.
Banjir didaratan rendah Mesopotamiakadang kadang disertai
malapetaka, yang semakin parah dengan terjadinya wabah kelaparan
di berbagai wilayah impremium. Wabah penyakit yang sering
menyerang yaitu cacar, malaria dan jenis demam lainnya, yang

11
Amin,Samsul Munir. 2014. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta : Amzah

9
banyak membinasakan penduduk diberbagai wilayah. Tidak kurang
empat puluh wabah penyakit penting yang tercatat dalam sejarah Arab
selama empat abad pertama pasca penaklukan. Kehancuran ekonomi
nasional tentu saja berakibat langsung pada turunya tingkat
intelektualitas masyarakat dan mengekang tumbuhnya pemikiran
kreatif.
3) Perebutan kekuasaan di pemerintahan pusat
Banyak sejarawan yang mengatakan bahwa perebutan kekuasaan
antara Bani Abbasyiah ialah ketika terjadinya perang saudara antara
Al-Amin dan Al-Makmun. Perebutan kekuasaan ini berdampak buruk
terutama setelah terbunuhnya khalifah Al-Amin. Peistiwa ini telah
menurunkan prestasi kekhalifahanDinasti Abbasyiah. Pada masa
pemerintahan khalifah Al-Ma’mun muncul berbagai pemberontakan
diantaranya adalah pemberontakan Abu Suraya, pemberontakan Nasr
bin Syabats, pemberontakan Baghdad, pemberontakan Zattidan
pemberontakan orang orang Mesir. Kota Baghdad mengalami krisis
akibat perang saudara yang berkepanjangan, sehingga situasi ekonomi
menjadi semakin buruk dan mengancam keberlangsungan Dinasti
Abbasyiah
4) Koflik keagamaan
Fanatisme terkait erat dengan persoalan kebangsaan pada periode
Abbasyiah, konflik keagamaan yang muncul menjadi isu setara
sehingga mengakibatkan terjadi perpecahan. Berbagai aliran
keagamaan seperti Mu’tazilah, Syi’ah, Ahlus Sunah, dan kelompok
kelompok lainnya menjadikan pemerintahan Abbasyiah mengalami
kesulitan untuk mempersatukan faham keagamaan yang ada.12

b. Faktor Eksternal
1) Serangan bangsa Mongol

12
Amin,Samsul Munir. 2014. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta : Amzah

10
Pada tahun 1253, Hulagu, cucu Jengis Khan, begerak dari Mongol
memimpin pasukan berkekuatan besar untuk membasmi kelompok
pembunuh (Hasyasyin) dan menyerang kekhalifahan Abbasyiah.
Inilah gelombang kedua yang dilakukan bangsa mongol. Mereka
menyapu bersih semua yang mereka lewati yang menghadang
perjalanan mereka. Pada januari 1258 anak buah Hulagu bergerak
dengan efektf untuk meruntuhkan tembok ibukota. Tak lama
kemudian usaha mereka membuahkan hasildengan runtuhnya sdalah
satu menara benteng. Denagn adanya serangan tersebut kekuatan
Abbasyiah menjadi lemah dan pada akhirnya menyerah pada kekuatan
Mongol.13

2) Perang salib
Perang salib merupakan sebab dari eksternal dari umat Islam.
Perang salib yang terjadi beberapa gelombang banyak memakan
korban. Konsentrasi dan perhatian pemerintahan Abbasyiah terpecah
balah mengahadapi tentara salib sehingga memunclkan kelemahan
kelemahan.perang salib terjadi dalam tiga periode.
a) Periode pertama
Pada musim semi pada tahun 1095 m, 150.000 orang eropa,
sebagian besar bangsa Prancis dan Norman, berangkat menuju
konstatinopel,kemudian ke Palestina.tentara salib yang
dipimpin oleh Godfrey, Bohemond, dan Raymondini
memperoleh kemenangan besar. Mereka juga berhasil
menduduki Bait Al-Maqdis.

b) Periode kedua
Pada periode ini umat islam kembali dapat merebut
Yarusalem dan membuat terpukul perasaan tentara salib.
Merekapun menyusun rencana balasan. Pada tanggal 2

13
Hitti, Philip K. 2002. History Of The Arabs. New York : Palgrave Macmillan

11
november 1192 M, dibuat perjanjian antara tentara salib dan
Shalah Al-Din Malik Al Kamilmelepaskan Poalestina,
Frederick menjamin keamanan kau muslimin disana dan
frederick tidak akan mengirim bantuan kepada kristen Syria.
Dalam perkembangan berikutnya, Palestina dapat direbut oleh
kaum muslimin tahun 1247M, dimasapemerintahan

c) Periode ketiga
Tentara salib pada periode ini dipimpin oleh raja Jerman,
Frederick II.kali ini mereka berusaha merebut Mesir lebih
dahulu sebelum ke Palestina’ pada tahun 1219 M, mereka
berhasil menduduki Dimyat. Raja mesir dari dinasti
Ayyubiyah waktu itu Al Malik AL kamil, membuat perjanjian
dengan Frederick. Isinya antara lain Frederick bersedia
melepaskan Dimyat, sementara Al Malik AL Kamil
melepaskan Palestina, Frederick menjamin keamanan kaum
muslimin disana dan tidak mengirim bantuan kepada kristen
Syria. Dalam perkembangan berikutnya, palestina dapat
direbut oleh kaum muslimin tahun 1247 M, dimas
pemerintahan Al Malik Shalih, penguasa mesir selanjutnya.14

14
Hitti, Philip K. 2002. History Of The Arabs. New York : Palgrave Macmillan

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dilihat dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pada masa Dinasti
Abbasiyah Islam banyak mengalami kemajuan imam mazhab hukum yang empat
hidup dizaman itu, kebudayaan, teologi, filsafat dan lainnya berkembang pada
masa dinasti Abbasiyah. Pada level masyarakat aktivitas keislaman tidak tidur,
dantidak terlalu terpengaruh oleh kelemahan dan kerusakan yang terjadi dilevel
negara.
Meskipun ada kelemahan yang nyata di level pemimpin dan banyaknya
penyimpangan agama namun dengan rahmat Allah, gerakan dakwah berjalan
dengan baik yang dilakukan oleh pribadi pribadi maupunyang dilakukan oleh
kelompok. Para dai berangkat melaksanakan kewajibanya ke berbagai tempat dan
diantara hasilnya adalah masuk islamnya sepertiga penduduk anak benua India
dan masuk islamnya penduduk negeri China dalam jumlah yang cukup besar.
Faktor yang menyebabkan kemunduran dinasti Abbasiyah yaitu ada dua
faktor, faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi persaingan
dengan bangsa lain, kemerosotan ekonomi, perebutan kekuasaan di pusat
pemerintahan dan konflik agama. Sedangkan faktor eksternal meliputi serangan
bangsa mongol dan perang salib.

B. Saran
Dengan kesimpulan diatas, sebaiknya bagi kita yang telah mengkaji
makalah ini, supaya lebih lihat diri sendiri ada atau tidak potesi dalam diri kita
masing masing. Serta memaksimalkan apa yang ada dalam diri kita supaya kita
dapat bahagia dunia maupun di akhirat kelak.
Dan juga dari materi diatas kita dapat melihat perjuangan khalifah dalam
menyebarkan agama Islam ini, jadikan itu semua batu loncatan bagi kita untuk
terus berdakwah menjalankan kewajiban kita sebagai seorang muslim.

13
DAFTAR PUSTAKA
Munandar, Arif. 2007. Dinasti Abbasiyah. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar
Hitti, Philip K. 2002. History of the Arabs. New York: Palgrave Macmillan
Illahi, Wahyu dan Hefni, Harjani. 2007. Pengantar Sejarah dakwah. Jakarta:
Kencana
Yatim, Badri. 2015. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Rajawali Pers
Amin,Samsul Munir. 2014. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta : Amzah

14

Anda mungkin juga menyukai