Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PERADABAN ISLAM PADA MASA DINASTI ABBASIYAH (750-1258 M)


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Peradaban Islam
Dosen Pengampu: Muhammad Masrur, M.E.I

Oleh:

1. Nuzul Al Rahmat Al Zaytun (4320036)


2. Dina Irfina (4320044)
3. Zakiyah Mubarok (4320049)

Kelas A

PROGRAM STUDI AKUNTANSI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UIN KH. ABDURRAHMAN WAHID PEKALONGAN

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat
dan petunjuk-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah yang
berjudul “Peradaban Islam pada Masa Dinasti Abbasiyah (750-1258 M)” disusun
untuk memenuhi salah satu tugas makalah dalam mata kuliah Sejarah Peradaban
Islam. Pada kesempatan ini penulis ucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Zaenal Mustakim, M. Ag. Selaku Rektor UIN KH.


Abdurrahman Wahid Pekalongan beserta jajaran
2. Ibu Dr. Shinta Dewi Rismawati, S.H., M.H. selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam beserta jajaran
3. Bapak Muhammad Masrur, M. E. I selaku dosen pengampu mata kuliah
Sejarah Peradaban Islam
4. Pihak-pihak lain yang tidak dapat kami sebutkan satu-persatu

Akhir kata, tidak ada manusia yang sempurna, demikian pula dengan
makalah ini yang masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang
konstruktif sangat penulis harapkan demi perbaikan makalah ini. Semoga makalah
sederhana ini bermanfaat bagi kita semua.

Pekalongan, 19 Maret 2023

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................1
DAFTAR ISI....................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................3
A. Latar Belakang.....................................................................................................3
B. Rumusan Masalah................................................................................................4
C. Tujuan...................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................5
A. Sejarah Berdirinya Dinasti Abbasiyah...............................................................5
B. Para Khalifah Dinasti Abbasiyah.......................................................................7
C. Masa Kemajuan Dinasti Abbasiyah....................................................................9
D. Dinasti yang Memerdekakan Diri dari Bani Abbasiyah.................................12
E. Kemunduran dan keruntuhan Dinasti Abbasiyah...........................................13
F. Masa Akhir Kekuasaan Bani Abbasiyah..........................................................15
BAB III PENUTUP........................................................................................................17
A. Kesimpulan.........................................................................................................17
B. Saran...................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................19

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peradaban islam mengalami puncak kejayaan pada masa daulah
Abbasiyah. Perkembangan ilmu pengetahuan sangat maju yang diawali
dengan penerjemahan naskah asing terutama yang berbahasa Yunani ke dalam
bahasa Arab, pendirian pusat pengembangan ilmu dan perpustakaan dan
terbentuknya mazhab ilmu pengetahuan dan keagamaan sebagai buah dari
kebebasan berfikir. Dinasti Abbasiyah merupakan dinasti Islam yang paling
berhasil dalam mengembangkan peradaban Islam. Para ahli sejarah tidak
meragukan hasil kerja para pakar pada masa pemerintahan dinasti Abbasiyah
dalam memajukan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam.
Kekuasaan Dinasti Bani Abbasiyah adalah melanjutkan kekuasaan
Dinasti Bani Umayyah. Dinamakan Daulah Abbasiyah karena para pendiri
dan penguasa Dinasti ini adalah keturunan Abbas, paman Nabi Muhammad
SAW. Dinasti Abbasiyah didirikan oleh Abdullah al-Saffah Ibn Muhammad
Ibn Ali Ibn Abdullah Ibn al-Abbass. Dia dilahirkan di Humaimah pada tahun
104 H. Dia dilantik menjadi Khalifah pada tanggal 3 Rabiul awwal 132 H.
Kekuasaan Dinasti Bani Abbasiyah berlangsung dari tahun 750-12 (Ratu
Suntiah dan Maslani, 1997:44). Pada abad ketujuh terjadi pemberontakan
diseluruh negeri. Pemberontakan yang paling dahsyat dan merupakan puncak
dari segala pemberontakan yakni perang antara pasukan Abbul Abbas
melawan pasukan Marwan Ibn Muhammad (Dinasti Bani Umayyah) yang
akhirnya dimenangkan oleh pasukan Abbul Abbas. Dengan jatuhnya negeri
Syiria, berakhirlah riwayat Dinasti Bani Umayyah dan bersama dengan itu
bangkitlah kekuasaan Abbasiyah (A. Syalabi. 2008: 175). Pada masa inilah
masa kejayaan Islam yang mengalami puncak keemasan pada masa itu
berbagai kemajuan dalam segala bidang mengalami peningkatan seperti
bidang pendidikan, ekonomi, politik dan sistem pemerintahannya.

3
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah berdirinya Dinasti Abbasiyah?
2. Siapa para khalifah Dinasti Abbasiyah?
3. Bagaimana masa kemajuan Dinasti Abbasiyah?
4. Dinasti apa yang memerdekakan diri dari Dinasti Abbasiyah?
5. Apa faktor kemunduran Dinasti Abbasiyah?
6. Bagaimana akhir kekuasaan Dinasti Abbasiyah?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah berdirinya Dinasti Abbasiyah
2. Untuk mengetahui para khalifah Dinasti Abbasiyah
3. Untuk mengetahui masa kemajuan Dinasti Abbasiyah
4. Untuk mengetahui Dinasti yang memerdekakan diri dari Dinasti
Abbasiyah
5. Untuk mengetahui faktor kemunduran Dinasti Abbasiyah
6. Untuk mengetahui akhir kekuasaan Dinasti Abbasiyah

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Berdirinya Dinasti Abbasiyah


Abu al-Abbas Ash-shaffah mendirikan Dinasti Abbasiyah pada
tahun 132 H/750 M, dan ia menjadi khalifah pertama. Dinasti ini
memerintah selama lima abad yang sangat Panjang, yaitu dari tahun 132-
656 H/750-1258 M. Dinasti Abbasiyah dianggap sebagai sebuah
kemenangan pemikiran yang dulu dinyatakan oleh Bani Hasyim
(alawiyun) setelah kematian Rasulullah, yaitu bahwa hanya keturunan dan
anak-anak Rasulullah yang berhak memerintah.1
Kehadiran Dinasti Abbasiyah berhubungan erat dengan gerakan
oposisi yang dilancarkan oleh kelompok Syi’ah terhadap pemerintah Bani
Umayyah. Selama pemerintahan Bani Umayyah, kelompok Syi’ah terasa
tertindas dan terpinggirkan karena kebijakan pemerintah. Hal ini dimulai
setelah pembunuhan Husein Bin Ali dan pengikutnya di Karbala. Gerakan
oposisi di kalangan Syi’ah dipimpin oleh Muhammad Bin Ali, yang diakui
sebagai imam oleh orang-orang Syi’ah setelah memberikan sumpah setia
kepadanya. 2
Muhammad Bin Ali berjuang untuk merebut kekuasaan dan posisi
khalifah dari tangan Bani Umayyah karena menurut keyakinan orang
Syi’ah, hanya keturunan Ali Bin Abi Thalib yang berhak Smenjadi imam
atau khalifah, bukan keturunan Bani Umayyah yang dianggap tidak
berasal dari keturunan Ali Bin Abi Thalib. Pada awalnya, kelompok ini
dikenal sebagai Bani Hasyim dan belum menonjolkan nama Syi’ah atau
Bani Abbasiyah, hal ini dilakukan untuk mendapakan dukungan dari
masyarakat. Kelompok Bani Hasyim yang tergabung dalam gerakan ini
terdiri dari keturunan Ali Bin Abi Thalib dan Abbas Bin Abdul Muthalib

1
Nailatus Saadah Maziyah, ”Peradaban Islam Pada Zaman Dinasti Bani Abbasiyah”
2
Abdul Muid, “Peradaban pada zaman dinasti abbasiyah”

5
dan mereka bekerja sama untuk menghancurkan kekuasaan Bani
Umayyah.
Muhammad bin Abdul Muthalib adalah seorang propagandis aktif
yang menjadi pemimpin suku Bani Hasyim dan menetap di Huymaima,
sebuah kota antara Yordania dan Arab. Pada tahun 718 M, dia mengatur
misi pertamanya ke provinsi Persia, bekerja dengan hati-hati dan diam-
diam dengan berbisik kepada orang-orang yang simpatik. Orang-orang di
daerah ini lebih bersimpati kepada Bani Hasyim daripada Bani Umayyah.
Muhammad bin Ali, seorang propagandis Bani Hasyim yang bekerja
dengan hati-hati, akhirnya ditangkap dan dipenjara pada masa khalifah
Hisyam bin Abdul Malik. Padahal sebenarnya Hisyam sudah mengetahui
keberadaannya. Meskipun dia disiksa dan diinterogasi dengan kejam,
Muhammad tetap tidak membuka rahasia organisasinya hingga akhir
hayatnya. 3
Sebelum ditangkap, Muhammad telah memberikan wasiat kepada
putranya, Ibrahim, yang kelak dikenal sebagai al-Imam, untuk meneruskan
perjuangannya. Di bawah kepemimpinan al-Imam, propaganda Abbasiyah
semakin intensif dan berhasil mencapai kemajuan yang signifikan. Pada
masa al-Imam, tercatat sekitar 12 propagandis dalam sejarah. Mereka
ditugaskan untuk melakukan perjalanan ke berbagai daerah seperti
Khurasan, Kufah, Irak, bahkan ke Mekkah selama musim haji. Mereka
menjelaskan tentang penindasan yang dilakukan oleh pemerintah Bani
Umayyah terhadap orang-orang yang dapat dipengaruhi mengenai hak-hak
Bani Hasyim yang telah dirampas dari mereka.4
Para propagandis berhasil melakukan tugas mereka dengan sukses
dalam mempengaruhi banyak orang di berbagai daerah seperti Khurasan,
Kufah, Irak, dan Mekah selama musim haji. Mereka menjelaskan tentang
kezaliman yang dilakukan oleh pemerintah Bani Umayyah terhadap Bani
Hasyim yang telah dirampas hak-haknya. Bani Hasyim sendiri mengalami

3
Prof. DR. IMAM FU’ADI, M.Ag, “ Sejarah Peradaban Islam”,(Yogyakarta : Teras, 2011), hal 108
4
Ibid, 108

6
perlakuan yang buruk, termasuk penganiayaan, pengejaran, dan
pembunuhan oleh keluarga Bani Umayyah. Kelompok Abbasiyah memilih
Khurasan dan Kufah sebagai pusat propaganda mereka karena kedua
daerah itu terletak di Persia, yang dianggap sangat strategis. Mereka
berharap untuk mendapatkan dukungan dari Persia, bukan dari Arab yang
merupakan basis kekuasaan Bani Umayyah yang berkuasa saat itu. Di
Khurasan dan Kufah terdapat banyak orang yang tidak senang dengan
pemerintahan khalifah yang tidak berasal dari Bani Hasyim, sehingga
faktor ini mendukung strategi kelompok Abbasiyah untuk memfokuskan
propaganda mereka di dua daerah tersebut.5
Ketika al-Imam mengirim Abu Muslim ke Khurasan pada tahun
743 M untuk memimpin perjuangan, Abu Muslim berhasil menyelesaikan
tugasnya dengan sukses dan mendapatkan pengakuan dari al-Imam. Abu
Muslim dikenal sebagai tokoh penting dalam upaya untuk menggulingkan
pemerintahan dinasti Umayah. Ia berusaha memperkuat perjuangan dan
juga menetapkan seragam hitam sebagai pakaian resmi bagi para prajurit
yang ia pimpin. Selain Abu Muslim, Abu Salamah juga memiliki peran
penting dalam mempromosikan Bani Hasyim. Abu Salamah berperan
sebagai penghubung antara al-Imam, yang merupakan pemimpin tertinggi
yang berdomisili di Humaima, dengan para pengikutnya di Khurasan yang
telah dipimpin oleh Abu Muslim al-Khurasani. Perjuangan dan gerakan
kelompok yang mengusung nama Bani Hasyim berhasil menciptakan
kondisi yang anti terhadap Bani Umayah dan menyusun kekuatan militer
yang akan menentukan jalannya sejarah dan betul-betul mengancam
pemerintahan Bani Umayah.6
B. Para Khalifah Dinasti Abbasiyah
Periode kekuasaannya yang berlangsung selama dinasti ini
memanjang dari tahun 132-654 H / 750-1258 M dan mengalami perubahan
pola pemerintahan yang berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik,

5
Ibid, 109
6
Ibid, 110

7
sosial, dan budaya. Sejarawan biasanya membagi masa pemerintahan Bani
Abbas menjadi lima periode berdasarkan perubahan pola pemerintah dan
politik yang terjadi.7
1. Periode Pertama (32-232 H / 750-847 M) Pengaruh Persia Pertama
2. Periode Kedua (232-334 H / 847-945 M) Pengearuh Turki Pertama
3. Periode Ketiga (334-447 H / 945-1055 M) Pengaruh Persia Kedua
4. Periode Keempat (447-590 H / 1055-1194 M) Pengaruh Turki Kedua
5. Periode Kelima (590-656 H / 1194-1258 M) Masa Khalifah bebas dari
pengaruh dinasti lain tetapi kekusaaannya hanya efektif disekitar
Bagdad.8
Dalam kurun waktu 508 tahun, Dinasti Abbasiyah melanjutkan
kekuasaan Dinasti Bani Umayyah. Selama masa tersebut, ada 37 khalifah
yang memimpin pemerintahan yang terdiri dari :
1. Abu al’Abbas al-Saffah (132-136 H / 750-754 M)
2. Abu Ja’far al-Manshur (136-158 H / 754-775 M)
3. Abu ‘Abdullah Muhammad al-Mahdi (158-169 H / 775-785 M)
4. Abu Muhammad Musa al-Hadi (169-170 H / 785-786M)
5. Abu Ja’far Harun al-Rasyid (170-193 H / 786-809 M)
6. Abu Musa Muhammad al-Amin (193-198 H / 809-813M)
7. Abu Ja’far ‘Abdullah al-Ma’mun (198-218 H / 813-833M)
8. Abu Ishaq Muhammad al-Mu’tashim (218-227 H / 833-842 M)
9. Abu Ja’far Harun al-Watsiq (227-232 H / 842-847 M)
10. Abu al-Fadhl Ja’far al-Mutawakkil (232-247 H / 847-861 M)
11. Abu Ja’far Muhammad al-Muntashir (247-248 H / 861-862 M)
12. Abu al-‘Abbas Ahmad al-Musta’in (248-252 H / 862-866 M)
13. Abu ‘Abdullah Muhammad al-Mu’taz (252-255 H / 866-869M)
14. Abu Ishaq Muhammad al-Muhtadi (255-256 H / 869-870 M)
15. Abu al-‘Abbas Ahmad al-Mu’tamid (256-279 H / 870-892 M)
16. Abu al-‘Abbas Ahmad al-Mu’tadhid (279-289 H / 892-902 M)
7
Dr. Yatim Badri, “Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II”, (Jakarta: pt rajagrafindo
persada, 2010), hal 49
8
Ibid, 50

8
17. Abu Muhammad ‘Ali al-Muktafiy (289-295 H / 902-905 M)
18. Abu al-Fadhl Ja’far al-Muqtadir (295-320 H / 905-932M)
19. Abu Manshur Muhammad al-Qahir (320-322 H / 932-934 M)
20. Abu al’Abbas Muhammad al-Radhi (322-329 H / 934-940 M)
21. Abu Ishaq Ibrahim al-Muttaqi (329-333 H / 940-944 M)
22. Abu al-Qasim ‘Abdullah al-Mustakfiy (333-334 H / 944-946M)
23. Abu al-Qasim al-Fadhl al-Muthi’ (334-362 H / 946-974M)
24. Abu al-Fadhl ‘abd al-Karim al-Thai’ (362-381 H / 974-991 M)
25. Abu al-‘Abbas Ahmad al-Qadir (381-422 H / 991-1031M)
26. Abu Ja’far ‘Abdullah al-Qaim (422-467 H / 1031-1075 M)
27. Abu al-Qasim ‘Abdullah al-Muqtadi (467-487 H / 1075-1094 M)
28. Abu al-‘Abbas Ahmad al-Mustazhhir (487-512 H / 1094-1118 M)
29. Abu Manshur al-Fadhl al-Mustarsyid (512-529 H / 1118-1135 M)
30. Abu Ja’far al-Mansur al-Rasyid (529-530 H / 1135-1136M)
31. Abu ‘Abdillah Muhammad al-Muqtafiy (530-555 H / 1136-1160M)
32. Abu al-Muzhaffar al-Mustanjid (555-566 H / 1160-1170M)
33. Abu Muhammad al-Hasan al-Mustadhi (566-575 H / 1170-1180M)
34. Abu al-‘Abbas Ahmad al-Nashir (575-622 H / 1180-1225M)
35. Abu Nashr Muhammad al-Zhahir (622-623 H / 1225-1226M)
36. Abu Ja’far al-Manshur al-Mustanshir (623-640 H / 1226-1242 M)
37. Abu Ahmad ‘Abdullah al-Musta’shim (640-656 H / 1242-1258M)9
C. Masa Kemajuan Dinasti Abbasiyah
Sejarah telah mengukir bahwa pada masa dinasti Abbasiyah, umat
Islam benar-benar berada di puncak kejayaan dan memimpin peradaban
dunia pada saat itu. Masa pemerintahan ini merupakan golden age dalam
perjalanan sejarah peradaban Islam terutama pada masa khalifah Harun al-
Rasyid dan Khalifah al-Makmun. Pergantian dinasti Ummayah kepada
dinasti Abbasiyah tidak hanya pergantian kepemimpinan. Lebih dari itu,
pergantian tersebut telah menorehkan wajah dunia Islam dalam refleksi

9
Edianto, “BANI ABBASIYAH (Pembentukan, Perkembangan dan Kemajuan)”, Jurnal Hikmah, Vol.
19 No. 2 (2017), 51-52

9
pengembangan wawasan dan disiplin ilmu pengetahuan. Dimana
peningkatan itu sempat menjadi kiblat bagi perkembangan keilmuan dunia
pada saat itu.10
1. Kemajuan di Bidang Keagamaan
Masa ini melahirkan ulama-ulama besar ternama dan karya-
karya agung dalam berbagai bidang ilmu agama. Misalnya dalam
bidang ilmu tafsir, ilmu hadits, ilmu kalam, dan ilmu fiqih.
a. Ilmu Tafsir
Pada masa Abbasiyah ini, ilmu tafsir mengalami
perkembangan yang sangat pesat dengan dilakukannya
penafsiran secara sistematis, berangkai dan menyeluruh serta
terpisah dari Hadits.
b. Ilmu Hadits
Pengkodifikasian Hadits sebelum masa Abbasiyah
dilakukan tanpa mengadakan penyaringan, sehingga bercampur
antara Hadits Nabi Saw. Dan yang bukan Nabi Saw., berkenaan
dengan keutamaan Hadits sebagai sumber kedua setelah Al-
Qur’an, maka para ulama Islam pada masa Abbasiyah ini
berusaha semaksimal mungkin menyaring Hadits-Hadits
Rasulullah agar diterima sebagai sumber hukum.
c. Ilmu Kalam
Pengembangan ilmu kalam pada masa ini mempunyai
peran yang cukup besar yaitu dalam menjaga akidah Islam
dengan menggunakan argumentasi manthiq dan filosofi
rasional.
d. Ilmu Fiqih
Diantara kebanggaan zaman pemerintahan daulah bani
Abbasiyah adalah terdapatnya empat Imam Madzhab yang
ulung ketika itu. Yang mereka itu adalah, Imam Syafi‟i, Imam

10
Muhammad Asra, dkk,”PERADABAN DINASTI ABBASIYAH (Perkembangan Ilmu Pengetahuan)”,
Jurnal Ushuluddin Adab dan Dakwah, Vol. 3 No. 2 (2020) 49-61

10
Malik, Imam Abu Hanifah, dan Imam Ahmad bin Hambal.
Keempat imam madzhab tersebut dengan karya-karya mereka
merupakan para ulama fikih yang paling agung dan tiada
bandingannya di dunia Islam waktu itu.
2. Kemajuan Ilmu-Ilmu Umum
Kemajuan bidang pengetahuan dan teknologi yang telah dicapai
meliputi:
a. Geometri, Perhatian cendekiawan muslim terhadap geometri
dibuktikan oleh karya-karya matematika, seperti Muhammad ibn
Musa al-Khawarizmi telah menciptakan ilmu al-Jabar.
b. Trigonometri, pengantar kepada risalah astronomi dari Jabir
Ibnu Aflah dari Seville, ditulis oleh Islah al-Majisti pada
pertengahan abad, berisi tentang teori-teori trigonometrikal.
c. Geografi, al-Mas‟udi ahli dalam ilmu geografi diantara
karyanya adalah Muruj al-Zahab wa Ma’aadzin al-Jawahir.
d. Antidote (penawar racun), Ibnu Sarabi menulis sebuah risalah
elemen kimia penangkal racun dalam versi Hebrewdan Latin.
e. Bidang kimia terkenal nama Jabir ibn Hayyan. Dia berpendapat
bahwa logam seperti timah, besi dan tembaga dapat diubah
menjadi emas atau perak dengan mencampurkan sesuatu zat
tertentu.
f. Ilmu kedokteran dikenal nama al-Razi tokoh pertama yang
membedakan penyakit cacara dengan measles dan Ibn Sina yang
berhasil menemukan sistem peredaran darah pada manusia.
g. Bidang optikal Abu Ali al-Hasan Ibn al-Haitami, yang di Eropa
dikenal dengan nama al-Hazen dengan teorinya bahwa bendalah
yang mengirim cahaya ke mata.
h. Filsafat, tokoh yang terkenal adalah al-Farabi, Ibn Sina dan Ibn
Rusyd. al-Farabi banyak menulis buku tentang filsafat, logika,
jiwa, kenegaraan, etika, dan interpretasi terhadap filsafat
Aristoteles.

11
3. Kemajuan Bidang Kesenian
Kesenian yang berkembang pada masa dualah bani
Abbasiyahini adalah musik. Banyak risalah musikal telah ditulis
oleh tokoh dari sekolah Maragha, Nasiruddin Tusi dan Qutubuddin
asy-Syirazi, tetapi lebih banyak teoritikus besar pada waktu itu
adalah orang-orang Persia lainnya. Safiuddin adalah salah seorang
penemu skala paling sistematis yang disebut paling sempurna dari
yang pernah ditemukan.
D. Dinasti yang Memerdekakan Diri dari Bani Abbasiyah
Terdapat beberapa dinasti yang memerdekakan diri dari kekhalifahan
Bani Abbasiyah di wilayah Timur negara Islam, dimana masing-masing
pemerintah memiliki karakter dan tujuan sendiri-sendiri. 11 Dinasti tersebut
diantaranya Dinasti Shafariyah, Dinasti Zaidiyah, Dinasti Samaniyah, dan
Dinasti Ghaznawiyah.
1. Dinasti Shafariyah
Pendiri dinasti ini adalah Yaqub bin Al-Laits Ash-Shaffar.
Awalnya Yaqub bekerja sebagai tukang tembaga kemudian bergabung
dengan pasukan di bawah kekuasaan Shaleh bin An-Nadhir Al-Kannani.
Dengan ketangkasan dan keikhlasannya, Yaqub menjadi kepercayaan
Shaleh dan diangkat sebagai wakilnya. Ketika pemimpin pasukan wafat
dan digantikan oleh Dirham bin Nashr yang kurang kompeten
menyebabkan para personel pasukan menaruh harapan pada Yaqub.
Yaqub semakin memperluas daerah kekuasaannya hingga ke
beberapa wilayah di sekitar Sijistan. Pada tahun 257 H/870 M, Khalifah
Al-Mu’tamid Alallah menyetujui penggabungan wilayah Balakh,
Thakharistan, dan Sind pada kekuasaan Yaqub sehingga kedudukannya
semakin kuat. Yaqub terus melancarkan serangan hingga Khalifah
Abbasiyah terpaksa menyetujui tuntutan-tuntutan Yaqub dan mengangkat

11
DR. Fathi Zaghrut, “Bencana-bencana Besar Dalam Sejarah Islam (Jakarta:Pustaka Al-
Kautsar,2014)

12
Yaqub sebagai walikota Khurasan, Sijistan, Persia, Karman, Tiberistan,
Jurjan, dan wilayah-wilayah timur negara Islam lainnya.
2. Dinasti Zaidiyah
Pendiri dinasti berhaluan Syiah ini adalah Al-Hasan bin Zaid bin
Muhammad bin Ismail. Para penduduk mengangkat Al-Hasan sebagai
pemimpin mereka dan mengalahkan Bani Thahir sehingga mampu
menguasai kota terpenting dan strategis di provinsi Tiberistan seperti Ethel
dan Sariah. Al-Hasan melanjutkan gerakan bersenjata hingga ia menguasai
Ar-Ray, Jurjan, dan Qaumas.
3. Dinasti Samaniyah
Berdirinya Dinasti Samaniyah bermula dari pengangkatan empat
orang cucu Saman oleh Khalifah Al-Ma’mun untuk menempati jabatan
gubernur di wilayah Samarkand, Pirghana, Shash, dan Harat. Keempat
wilayah tersebut ketika itu berada di bawah pemerintahan Thahiriyah,
yang masih dipercaya oleh Abbasiyah menjalankan pemerintahan. Namun
ternyata keempat cucu Saman itu memiliki hasrat yang sangat besar untuk
menguasai wilayah yang diberikan khalifah, dan mendirikan
pemerintahannya sendiri terlepas dari pemerintahan Abbasiyah. Mereka
pun mendapatkan simpat yang cukup besar dari rakyat Iran.
4. Dinasti Ghaznawiyah
Dinasti Ghaznawiyah didirikan oleh Sabaktakin. Ia adalah seorang
komandan militer berkebangsaan Turki. Awalnya, Sabaktakin hanyalah
seorang budak dari Al-Batakin. Tuannya adalah seorang gubernur jenderal
di Dinasti Samaniyah yang awalnya menguasai wilayah Khurasan.
Namun, ia pindah ke Ghaznah dan berkuasa atasnya melalui kekuatan
militer. Perpindahan ini dilakukannya setelah mengalami permusuhan
dengan seorang wali kota Dinasti Samaniyah yang bernama Manshur bin
Nuh. Sabaktakin memperoleh posisi sebagai pemimpin setelah terjadi
perebutan kekuasaan di antara komandan militer di Ghaznah. Perebutan
kekuasaan terjadi akibat wafatnya Al-Batakin dan putranya yang bernama

13
Abu Ishaq. Posisi sebagai pemimpin diperoleh Sabaktakin pada tahun 366
H atau 976 M.
E. Kemunduran dan keruntuhan Dinasti Abbasiyah
Kemunduran dan keruntuhan Dinasti Abbasiyah disebabkan oleh dua
faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
1. Faktor Internal
a. Perebutan Kekuasaan di Pusat Pemerintahan
Kecenderungan masing-masing bangsa untuk mendominasi
kekuasaan sudah dirasakan sejak awal Khalifah Abbasiyah berdiri.
Namun pada saat itu, Khalifah merupakan orang-orang kuat yang
mampu menjaga keseimbangan politik. Sehingga pada masa itu tidak
terjadi adanya keruntuhan.
b. Munculnya Dinasti-Dinasti Kecil Yang Memerdekakan Diri
Penyebab utama munculnya dinasti-dinasti kecil yang
memerdekakan diri karena terjadinya perebutan kekuasaan di
pemerintahan pusat yaitu antara Bangsa Persia dan Turki, yang
mengakibatkan pengikut dari beberapa provinsi di pinggiran mulai
lepas dari kuasa Bani Abbasiyah.
c. Kemerosotan Perekonomian
Menyempitnya wilayah kekuasaan menyebabkan pendapatan
negara menurun. Sedangkan pengeluaran membekak karena
kehidupan para khalifah dan pejabat yang semakin mewah sehingga
jenis pengeluaran semakin beragam, dan para pejabat banyak yang
melakukan korupsi. Selain itu, kemerosotan ekonomi disebabkan
karena diberlakukannya peringanan pajak dan banyaknya dinasti-
dinasti kecil yang memerdekakan diri sehingga mereka tidak
membayar upeti.
d. Munculnya Aliran-Aliran Sesat dan Fanatisme Keagamaan
Pada masa Khalifah Al-Mansur muncul gerakan yang benama
Zindiq. Gerakan tersebut muncul karena beberapa orang Persia
kecewa karena tidak menjadi penguasa. Mereka mempropagandakan

14
ajaran Manuisme, Zoroasterisme, dan Mazdakisme. Selain itu terjadi
juga konflik dengan aliran Islam lainnya seperti perselishan antara
Ahlusunnah dengan Mu’tazilah, dan adanya konflik bersenjata antara
Al-Afsyin dan Qaramithah.
2. Faktor Eksternal
a. Perang Salib
Perang Salib terjadi pada tahun 1095 M. Perang ini terjadi karena
kekalahan tentara Romawi, dan kebencian itu bertambah setelah Dinasti
Seljuk menerapkan aturan yang menyulitkan kaum Kristen untuk
berziarah kesana. Sehingga Paus Urbanus II menyerukan kepada umat
Kristen Eropa untuk melakukan perang salib, dan mereka berhasil
menguasai Baitl Maqdis, Eddesa, Nicea, Tripoli, Akka, dan Kota Tyre.
b. Serangan Mongolia
Sebagai awal penghancuran Baghdad dan Kilafah Islam. Orang-
orang Mongolia menguasai Khurasan, Persia dan negeri-negeri di
Kawasan Asia Tengah. Pada Januari 1258 M Hulagu Khan
menghancurkan tembok ibukota, membakar kota Baghdad dan
melakukan pembunuhan terhadap Khalifah Al-Mu’tashim, para
pemimpin Fuqaha, dan orang-orang lainnya dengan jumlah korban yang
mencapai dua juta orang. Pembunuhan tersebut berlangsung selama 40
hari. Terbunuhnya Khalifah Al-Mutashim menandai babak akhir dari
Dinasti Abbasiyah.
F. Masa Akhir Kekuasaan Bani Abbasiyah
Akhir dari kekuasaan Bani Abbasiyah adalah saat Baghdad dihancurkan
oleh pasukan Mongol yang dipimpin oleh Hulagu Khan (656 H/1258 M). Ia
adalah saudara dari Kubilay Khan yang berkuasa di Cina sampai ke Asia
Tenggara, dan saudaranya Mongke Khan yang menugaskannya untuk
mengembalikan wilayah-wilayah sebelah barat dari Cina kepangkuannya.
Baghdad dihancurkan dan diratakan dengan tanah. Pada mulanya Hulagu
Khan mengirim suatu tawaran kepada Khalifah Bani Abbasiyah yang terakhir
Al-Mu'tashim billah untuk bekerja sama menghancurkan gerakan Assassin.

15
Tawaran tersebut tidak dipenuhi oleh khalifah.Oleh karena itu timbullah
kemarahan dari pihak Hulagu Khan. Pada bulan september 1257 M, Khulagu
Khan melakukan penjarahan terhadap daerah Khurasan, dan mengadakan
penyerangan didaerah itu. Khulagu Khan memberikan ultimatum kepada
khalifah untuk menyerah, namun khalifah tidak mau menyerah dan pada
tanggal 17 Januari 1258 M tentara Mongol melakukan penyerangan. Pada
waktu penghancuran kota Baghdad, khalifah dan keluarganya dibunuh
disuatu daerah dekat Baghdad sehingga berakhirlah Bani Abbasiyah.
Penaklukan itu hanya membutuhkan beberapa hari saja, tentara Mongol tidak
hanya menghancurkan kota Baghdad tetapi mereka juga menghancurkan
peradaban ummat Islam yang berupa buku-buku yang terkumpul di Baitul
Hikmah hasil karya ummat Islam yang tak ternilai harganya. Buku-buku itu
dibakar dan dibuang ke sunagi Tigris sehingga berubah warna air sungai
tersebut, dari yang jernih menjadi hitam kelam karena lunturan air tinta dari
buku-buku tersebut.

16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bani Abbasiyah didirikan oleh Abu al-Abbas Ash-shaffah mendirikan
Dinasti Abbasiyah pada tahun 132 H/750 M, dan ia menjadi khalifah pertama.
Kehadiran Dinasti Abbasiyah berhubungan erat dengan gerakan oposisi yang
dilancarkan oleh kelompok Syi’ah terhadap pemerintah Bani Umayyah.
Periode kekuasaan yang berlangsung selama dinasti ini memanjang dari tahun
132-654 H / 750-1258 M dan mengalami perubahan pola pemerintahan yang
berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, sosial, dan budaya. Pada masa
Dinasti Abbasiyah, Islam mengalami kemajuan khususnya pada masa
pemerintahan Harun al-Rasyid dan Khalifah al-Makmun. Kemajuan ini
ditandai dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dalam bidang keagamaan,
pengetahuan umum, dan dalam bidang kesenian.
Pemimpin Dinasti Abbasiyah membagi beberapa daerah dengan
mengangkat beberapa walikota pada daerah masing-masing dan membentuk
dinasti-dinasti kecil. Karena keserakahan pemimpin beberapa dinasti kecil,
beberapa diantaranya memerdekakan diri dari Dinasti Abbasiyah seperti
Dinasti Shafariyah, Dinasti Zaidiyah, Dinasti Samaniyah, dan Dinasti
Ghaznawiyah. Selain keluarganya dinasti kecil dari dinasti Abbasiyah,
kemunduran Dinasti Abbasiyah juga disebabkan oleh perebutan kekuasaan di
pusat pemerintahan, kemerosotan ekonomi, munculnya aliran sesat dan
fanatisme agama, perang salib, dan serangan Mongolia. Akhir dari kekuasaan
Bani Abbasiyah adalah saat Baghdad dihancurkan oleh pasukan Mongol yang
dipimpin oleh Hulagu Khan (656 H/1258 M).
B. Saran
Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, serta masih terdapat banyak kekurangan baik dari tulisan maupun
bahasan yang disajikan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
dari pembaca sangat diharapkan sebagai bahan evaluasi kedepannya. Penulis

17
berharap dengan adanya makalah ini, semoga dapat memberikan manfaat dan
menambah ilmu pengetahuan bagi pembaca.

18
DAFTAR PUSTAKA

Amin, M. (2016a). Kemunduran Dan Kehancuran Dinasti Abbasiyah Serta


Dampaknya Terhadap Dunia Islam Kontemporer. El-Hekam, 1(1), 87.
https://doi.org/10.31958/jeh.v1i1.340

Amin, M. (2016b). Serta Dampaknya Terhadap Dunia Islam Program


Pascasarjana Universitas Islam Negeri ( Uin ) Raden Fatah Palembang.

Asra, M., Rifai, M., & Abd. Azis, M. (2020). Institut Agama Islam Al Mawaddah
Warrahmah Kolaka. Jurnal Ushuluddin Adab Dan Dakwah, 3(1), 49–61.
https://doi.org/10.5281/zenodo.5076703

Dr. Yatim Badri, M. . (2010). SEJARAH PERADABAN ISLAM Dirasah Islamiyah


II (1st ed.). PT RAJAGRAFINDO PERSADA.

Edianto. (2017). Bani Abbasiyah. Jurnal Al Hikmah, XIX(2), 38–59.

Fathiha, N. (2021). Peradaban Islam Masa Dinasti Abbasiyah (Periode


Kemunduran). Istoria, 17(1), 17.

Maziyah, N. S. (n.d.). Sejarah Peradaban Islam Masa Abbasiyah.

Oleh, P., & Muid, A. (2016). Peradaban Islam Pada Zaman Dinasti Bani
Abbasiyah. Jurnal Ilmu Pengetahuan Dan Pendidikan Islam, 3(3), 1–12.

Prof. DR. IMAM FU’ADI, M. A. (2011). SEJARAH PERADABAN ISLAM. Teras.

Yunia, A., Fraizilla, N., Nikmah, E. F., & Pd, D. S. M. (2022).


PERKEMBANGAN DAN KERUNTUHAN DINASTI ABBASIYAH 1(2), 1–7.

Zaghrut, D. F. (2014). Bencana-Bencana Besar Dalam Sejarah Islam. Pustaka Al-


Kautsar. https://books.google.co.id/books?
id=qdvdDwAAQBAJ&printsec=frontcover&hl=id&source=gbs_ge_summar
y_r&cad=0#v=onepage&q&f=false

19

Anda mungkin juga menyukai