FIKIH ZAKAT
Oleh :
Fitriana (4320022)
Kelompok 1
TAHUN 2022
1
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah dengan judul “Fikih Zakat” ini
disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata Fikih Zakat.
Kami menyadari makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
2
DAFTAR ISI
COVER .......................................................................................................................................1
PRAKATA ..................................................................................................................................2
BAB I ..........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN ......................................................................................................................4
B.Rumusan Masalah....................................................................................................................4
C.Tujuan.......................................................................................................................................5
BAB II..........................................................................................................................................6
PEMBAHASAN .........................................................................................................................6
PENUTUP ..................................................................................................................................14
A.Kesimpulan ............................................................................................................................14
B.Saran .......................................................................................................................................14
3
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Zakat merupakan salah satu rukun islam yang ketiga. Zakat merupakan suatu
ibadah yang paling penting kerap kali disebut dalam Al – Qur’an. Allah menerangkan
zakat beriringan dengan menerangkan sholat. Zakat digunakan untuk membantu
masyarakat lain, menstabilkanekonomi masyarakat dari kalangan bawah hingga kalangan
atas, sehingga dengan adanya zakat umat islam tidak ada yang tertindas karena zakat
dapat menghilangkan jarak antara si kaya dan si miskin. Oleh karena itu, zakat sebagai
salah satu instrument Negara dan juga sebuah tawaran solusi untuk membangkitkan
bangsa dari keterpurukan. Zakat juga sebuah ibadah mahdhah yang diwajibkan bagi
orang-orang islam, namun diperuntukkan bagi kepentingan seluruh masyarakat. Zakat
merupakan suatu ibadah yang dipergunakan untuk kemaslahatan umat sehingga dengan
adanya zakat (baik zakat fitrah maupun zakat mall) kita dapat mempererat tali silaturahmi
dengan sesama umat islam maupun dengan umat lain. Salah satu landasan utama agama
islam adalah zakat, zakat merupakan salah satu pondasi utama yang menegakkan agama
islam itu sendiri, hal ini telah disabdakan Rasulullah Saw dalam hadist shahihnya yang
artinya: “islam dibangun di atas lima landasan: syahadat bahwa tiadatuhan selain Allah
dan Muhammad utusan Allah, menegakkan sholat, menunaikan zakat, puasa ramadhan
dan haji.” (HR. Bukhari Muslim).
2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
4
3. Tujuan Penulisan
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Zakat
Menurut bahasa (etimologi), zakat berarti suci (al-thaharah), tumbuh dan
berkembang (al-nama’), keberkahan (al-barakah), dan baik (thayyib) (Ilyas dan
Darmuin, 2009:1). Kata "zakat" secara harfiah berarti "tumbuh," "berkembang,"
"menyucikan," atau "meningkatkan". Kata “zakat” juga berasal dari bahasa Arab
“Zakat” yang berarti berkah, pertumbuhan, kebersihan, dan kebaikan (Fadilah, 2016:1).
Wahidi mengatakan bahwa Yusuf Qardhawi, dalam bukunya berjudul Hukum Zakat:
Studi komparatif mengenai status dan filsafat zakat berdasarkan Qur’an dan Hadits
dijelaskan bahwa Zakat berarti bertambah dan tumbuh, sehingga bisa dikatakan, tanaman
itu zaka, artinya tumbuh, sedangkan tiap sesuatu yang bertambah disebut zaka artinya
bertambah. Bila satu tanaman tumbuh tanpa cacat, maka kata zaka di sini berarti bersih.
Azhari berkata bahwa zakat juga menciptakan pertumbuhan buatorang-orang miskin.
Zakar adalah cambuk ampuh yang membuat zakat tidak hanya menciptakan
pertumbuhan material dan spiritual bagi orang-orang miskin, tetapi juga
mengembangkan jiwa dan kekayaan orong;orang kaya.
6
dalam bukunya “Akuntansi Zakat Kontemporer” merinci lebih lanjut pengertian zakat
yang ditinjau dari segi bahasa sebagai berikut:10
Tumbuh, artinya menunjukkan bahwa benda yang dikenai zakat adalah benda yang
tumbuh dan berkembang biak (baik dengan sendirinya maupun dengan diusahakan,
lebih-lebih dengan campuran dari keduanya); dan jika benda tersebut sudah dizakati,
maka ia akan lebih tumbuh dan berkembang biak, serta menumbuhkan mental
kemanusiaan dan keagamaan pemiliknya (muzakki) dan si penerimanya (mustahik).
Baik, artinya menunjukkan bahwa harta yang dikenai zakat adalah benda yang baik
mutunya, dan jika itu telah dizakati kebaikan mutunya akan lebih meningkat, serta akan
meningkatkan kualitas muzakki dan mustahik-nya.
Berkah, artinya menunjukkan bahwa benda yang dikenai zakat adalah benda yang
mengandung berkah (dalam arti potensial). Ia potensial bagi perekonomian, dan
membawa berkah bagi setiap orang yang terlibat di dalamnya jika benda tersebut telah
dibayarkan zakatnya.
Suci, artinya bahwa benda yang dikenai zakat adalah benda suci. Suci dari usaha yang
haram, serta mulus dari gangguan hama maupun penyakit, dan jika sudah dizakati, ia
dapat mensucikan mental muzakki dari akhlak jelek, tingkah laku yang tidak senonoh
dan dosa, juga bagi mustahik-nya.
Kelebihan, artinya benda yang dizakati merupakan benda yang melebihi dari kebutuhan
pokok muzakki, dan diharapkan dapat memenuhi kebutuhan pokok mustahik-nya.
Tidaklah bernilai suatu zakat jika menimbulkan kesengsaraan bagi muzakki. Zakat
bukan membagi-bagi atau meratakan kesengsaraan, akan tetapi justru meratakan
kesejahteraan dan kebahagiaan bersama.
Adapun pengertian zakat secara syar’iy (terminologi), menurut para ulama adalah
sejumlah yang diwajibkan oleh Allah SWT diambil dari harta orang tertentu, untuk
diserahkan kepada yang berhak menerimanya, dengan syarat tertentu (Usman,
2002:158)
Zakat menurut istilah agama Islam artinya kadar harta tertentu, yang diberikan kepada
yang berhak menerimanya dengan beberapa syarat (Rasjid, 2010:192). Dalam
terminologi ilmu fikih, zakat diartikan sebagai “sejumlah harta tertentu yang diwajibkan
7
Allah untuk diserahkan kepada orangorang yang berhak menerimanya dengan
persyaratan tertentu”. Bila dihubungkan dengan pengertian secara kebahasaan, maka
definisi konseptual zakat tersebut menunjukkan bahwa harta yang dikeluarkanuntuk
berzakat akan menjadi berkah, tumbuh, berkembang, bertambah, suci dan baik (Ilyas dan
Darmuin, 2009:1). Menurut Mas‟udi dalam buku Masdar Farid, zakat adalah dana agama
dan pajak adalah dana negara, berdasarkan konsep agama zakat bersifat ruhaniah dan
personal, sementara dari konsep kelembagaan zakat bersifat profan (tidak bertujuan
keagamaan) dan sosial. Dari beberapa paparan Mas‟udi tersebut dapat diambil
kesimpulan bahwa zakat tidak dapat dipisahkan dengan pajak, diibaratkan seperti zakat
adalah ruhnya dan pajak adalah badannya. Membayar pajak dengan niat zakat kepada
negara/pemerintah yang sudah dianggap sah dan telah gugur kewajiban agamanya
(Mas"udi, 2005).
Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa pengertian zakat yaitu
mengeluarkan sejumlah harta tertentu karena telah mencapai nasab dan diwajibkan oleh
Allah SWT untuk dikeluarkan dan diberikan kepada orang-orang yang berhak
menerimanya dengan ketentuan syarat yang berlaku.
B. Dasar Hukum Zakat
Perintah menunaikan zakat beriringan dengan perintah shalat karena keduanya
memiliki tujuan yang hampir sama, yaitu perbaikan kualitas kehidupan masyarakat.
Tujuan dari zakat adalah untuk membersihkan diri dari sifat rakus dan kikir, dan
mendorong manusia untuk bersikap dermawan serta simpati terhadap orang lain.
Sehingga kehidupan manusia akan terhindar dari sifat fakhsya (kejahatan) dan mungkar
(kerusakan) (Khasanah, 2010). Zakat merupakan salah satu rukun Islam, dan menjadi
salah satu unsur pokok bagi tegaknya syariah Islam. Oleh sebab itu, hukum zakat adalah
wajib (fardhu) atas setiap muslim yang memenuhi syarat-syarat tertentu. Dasar hukum
kewajiban zakat disebutkan dalam Al Quran, Sunnah dan Ijma Ulama. Dasar hukum
zakat akan dijelaskan dalam bagian-bagian berikut:
a) Bersumber dari Al Quran
Surat Al Baqarah ayat 43
َو َأِقيُم وا الَّص اَل َة َو آُتوا الَّز َكاَة َو اْر َك ُعوا َم َع الَّراِكِع ين
8
Artinya: “Dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat dan ruku’lah bersama orang-
orang yang ruku”
َي ْو َم ُيْح َم ٰى َع َلْيَه ا ِفي َن اِر َجَهَّنَم َفُتْك َو ٰى ِبَه ا ِج َب اُهُهْم َو ُج ُن وُبُهْم َو ُظُه وُر ُهْم ۖ َٰه َذ ا َم ا َكَن ْز ُتْم َأِلْنُفِس ُك ْم َف ُذ وُقوا َم ا ُكْنُتْم َتْك ِن ُز وَن
Artinya: (Ingatlah) pada hari ketika emas dan perak dipanaskan dalam
neraka Jahanam lalu disetrikakan (pada) dahi, lambung, dan punggung mereka
(seraya dikatakan), “Inilah apa (harta) yang dahulu kamu simpan untuk dirimu
sendiri (tidak diinfakkan). Maka, rasakanlah (akibat dari) apa yang selama ini
kamu simpan.”
At-Taubah : 60
ِإَّنَم ا الَّصَد َقاُت ِلْلُفَقَر اِء َو اْلَم َس اِكيِن َو اْلَع اِمِليَن َع َلْيَها َو اْلُم َؤ َّلَفِة ُقُلوُبُهْم َوِفي الِّر َق اِب َو اْلَغ اِرِم يَن َوِفي َس ِبيِل ِهَّللا َو اْبِن الَّس ِبيِل ۖ َفِريَض ًة
ِم َن ِهَّللاۗ َو ُهَّللا َع ِليٌم َحِكيٌم
At-Taubah : 71
َو اْلُم ْؤ ِم ُنوَن َو اْلُم ْؤ ِم َناُت َبْعُضُهْم َأْو ِلَياُء َبْع ٍضۚ َيْأُم ُروَن ِباْلَم ْعُروِف َو َيْنَهْو َن َع ِن اْلُم ْنَك ِر َو ُيِقيُم وَن الَّص اَل َة َو ُيْؤ ُت وَن الَّز َك اَة َو ُيِط يُع وَن
َهَّللا َو َر ُسوَلُهۚ ُأوَٰل ِئَك َسَيْر َحُم ُهُم ُهَّللاۗ ِإَّن َهَّللا َع ِز يٌز َحِكيٌم
9
Surat At Taubah ayat 103
ُخ ْذ ِم ْن َأْم َو اِلِه ْم َص َد َقًة ُتَطِّهُر ُهْم َو ُتَز ِّك يِه ْم ِبَها َو َص ِّل َع َلْيِهْم ۖ ِإَّن َص اَل َتَك َس َكٌن َلُهْم ۗ َو ُهَّللا َسِم يٌع َع ِليٌم
Rasulullan SAW bersabda yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari
Abdullah Bin Umar. Artinya: “Islam dibangun atas lima rukun: Syahadat
tiada Tuhan kecuali Allah SWT dan Muhammad SAW utusan Allah SWT,
menegakkan shalat, membayar zakat, menunaikan haji dan puasa di
Ramadhan”.
10
C. Syarat Wajib Zakat
Syarat wajib zakat dibagi menjadi dua kategori yaitu pertama, orang-orang yang
diwajibkan atasnya berzakat (muzakki) dan kedua, benda atau harta kekayaan yang
wajib dizakati.
1
Ahmad Sudirman Abbas, Zakat Ketentuan dan Pengelolaannya,(Bogor: CV. Anugrahberkah Sentosa, 2017), 22-23
11
dengan sengaja atau kekayaan itu sendiri mempunyai potensi berkembang.
Artinya kekayaan itu menghasilkan keuntungan, bunga atau pendapatan,
keuntungan investasi dan semacamnya.
Harta itu telah cukup nisab, menurut pendapat jumhur ulama, harus mencapai
nisab yaitu jumlah minimal yang menyebabkan harta terkena kewajiban zakat.
Misalnya nisab zakat emas yaitu 85 gram, nisab zakat hewan ternak kambing
yaitu 40 ekor, dan sebagainya.
Halal, maksudnya harta tersebut harus diperoleh dengan cara yang baik dan halal.
Artinya, harta yang haram baik substansi benda maupun cara mendapatkannya
jelas tidak dapat dikenakan kewajiban zakat, karena Allah SWT tidak akan
menerimanya.
Lebih dari kebutuhan pokok, sebagian ulama mazhab Hanafi menyaratkan
kewajiban zakat setelah terpenuhi kebutuhan pokoknya, atau dengan kata lain
zakat dikeluarkan setelah terdapat kelebihan dari kebutuhan hidup sehari-hari
yang terdiri atas kebutuhan sandang, pangan, dan papan. Mereka berpendapat
bahwa yang dimaksud dengan kebutuhan pokok adalah kebutuhan yang harus
dipenuhi jika tidak dipenuhi akan mengakibatkan kerusakan dan kesengsaraan
dalam hidup.
Bebas dari hutang, hal ini disyaratkan oleh Hanafiyah pada zakat selain tanaman
dan buah-buahan. Apabila pemilik mempunyai utang yang menghabiskan atau
mengurangi jumlah senisab itu, zakat tidaklah wajib.2
2
(Badan Amil Zakat Nasional, 2018)
12
D. Perbedaan Zakat dan Sedekah
Zakat, infak, dan sedekah merupakan suatu bentuk ibadah dalam islam yang
ditunaikan selain untuk tujuan ibadah kepada Allah SWT juga bertujuan untuk berderma
dan memberikan sumbangan bagi orang-orang miskin (sesuai dengan firman Allah SWT
dalam QS. Al-Baqarah ayat 265). Zakat, infak dan sedekah (ZIS) mempunyai persamaan
dalam kontribusinya pada upaya pengentasan permasalahan kemiskinan yang ada pada
masyarakat. Adapun perbedaan yang dari zakat, infak, dan sedekah antara lain:3
Zakat, infak dan sedekah merupakan bentuk ibadah dalam islam yang dapat berkontribusi
pada upaya pengentasan permasalahan kemiskinan yang ada pada masyarkat. Berdasarkan tabel
diatas sudah jelas bahwa perbedaan zakat dan sedekah yaitu zakat dari segi sifat hukumnya wajib
sedangkan sedekah hukumnya sunnah. Orang yang berhak menerima zakat itu ditentukan
berdasarkan Al-Qur’an (8 asnaf) sedangkan sedekah orang yang berhak menerima tidak
ditentukan oleh siapapun atau bebas. Zakat yang diberikan dapat berbentuk harta sedangkan
sedekah dapat diberikan dalam bentuk harta maupun nonharta. Zakat dapat ditunaikan dalam
3
Tika Widiastuti, dkk, Ekonomi dan Manajemen ZISWAF (Zakat, Infak, Sedekah, Wakaf),(Surabaya: Airlangga
University Press, 2022) 20-21
13
waktu yang ditentukan sedangkan sedekah waktunya tidak ditentukan atau bebas. Zakat ada
ketentuan nisabnya sedangkan sedekah tidak ada ketentuan nisabnya.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Zakat adalah sejumlah harta yang wajib dikeluarkan oleh umat Muslim untuk diberikan
kepada golongan yang berhak menerima, seperti fakir miskin dan semacamnya, sesuai dengan
yang ditetapkan oleh syariah yang bersumber pada alquran dan alhadist.zakat terdiri dari 2 jenis
yaitu zakat fitrah dan zakat maal (harta). Dengan menunaikan zakat yang benar banyak manfaat
dan hikmah yang bisa diambil dari menunaikan zakat. Untuk memperoleh hikmah zakat tentu
saja zakat harus di terima oleh orang yang tepat dan membutuhkan, orang orang yang tidak
berhak mendapatkan zakat tidak boleh menerima zakat itu
SARAN
Semoga dengan adanya makalah ini diharapkan akan menambah minat mahasiswa untuk
membaca, mempelajari, dan menambah rujukan atau referensi mengenai materi “Fiqih Zakat”.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya yang telah membaca, dan kami
selaku penyusun makalah ini.
14
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, A.S (2017). Zakat Ketentuan dan Pengelolaannya. Bogor: CV. Anugrah berkah sentosa.
Ismail, A.S, dkk. (2018). Fikih Zakat Kontekstual Indonesia. Jakarta: Badan Amil Zakat
Nasional.
Qardhawi, Y. (1996). Hukum Zakat : Studi Komparatif Mengenai Status dan Filsafat Zakat
berdasarkan Qur'an dan Hadist, Bogor: Pustaka Litera Antarnusa
Tika Widiastuti, dkk. (2022). Ekonomi dan Manajemen ZISWAF (Zakat, Infak, Sedekah, Wakaf).
Surabaya: Airlangga University Press.
Usman, S. (2002). Hukum Islam : Asas-asas dan Pengantar Studi Hukum Islam dalam Tata
Hukum Indonesia. Jakarta: Gaya Media Pratama
15