Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

FIKIH ZAKAT

Disusun guna memenuhi tugas kelompok mata kuliah Fikih Zakat

Dosen Pengampu : Dr. Agus Fakhrina, M.S.I

Oleh :

Risdiana Meirani (4319057)

Fitriana (4320022)

Putri Handayani (4320056)

Kelompok 1

Kelas : Fikih Zakat C

JURUSAN AKUNTANSI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KH. ABDURRAHMAN WAHID

TAHUN 2022

1
PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah dengan judul “Fikih Zakat” ini
disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata Fikih Zakat.

Pada kesempatan ini, kami ingin menyampaikan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Zaenal Mustakim, M. Ag selaku rektor UIN KH. Abdurrahman


Wahid Pekalongan beserta jajaran.
2. Ibu Dr. Hj. Shinta Dewi Rismawati, S.H, M.H selaku dekan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Islam beserta jajaran. Bapak Dr. Agus Fakhrina, M.S.I. selaku dosen
pengampu mata kuliah Fikih Zakat.
3. Pihak-pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu.

Kami menyadari makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Pekalongan, 07 September 2022

2
DAFTAR ISI
COVER .......................................................................................................................................1

PRAKATA ..................................................................................................................................2

DAFTAR ISI ...............................................................................................................................3

BAB I ..........................................................................................................................................4

PENDAHULUAN ......................................................................................................................4

A.Latar Belakang Masalah...........................................................................................................4

B.Rumusan Masalah....................................................................................................................4

C.Tujuan.......................................................................................................................................5

BAB II..........................................................................................................................................6

PEMBAHASAN .........................................................................................................................6

A.Pengertian dari zakat................................................................................................................6


B.Hukum dan dalil disyariatkannya zakat ..................................................................................8

C.Syarat Wajib Zakat..................................................................................................................11

D.Perbedaan zakat dan sedekah .................................................................................................13

BAB III ......................................................................................................................................14

PENUTUP ..................................................................................................................................14

A.Kesimpulan ............................................................................................................................14
B.Saran .......................................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................15

3
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Zakat merupakan salah satu rukun islam yang ketiga. Zakat merupakan suatu
ibadah yang paling penting kerap kali disebut dalam Al – Qur’an. Allah menerangkan
zakat beriringan dengan menerangkan sholat. Zakat digunakan untuk membantu
masyarakat lain, menstabilkanekonomi masyarakat dari kalangan bawah hingga kalangan
atas, sehingga dengan adanya zakat umat islam tidak ada yang tertindas karena zakat
dapat menghilangkan jarak antara si kaya dan si miskin. Oleh karena itu, zakat sebagai
salah satu instrument Negara dan juga sebuah tawaran solusi untuk membangkitkan
bangsa dari keterpurukan. Zakat juga sebuah ibadah mahdhah yang diwajibkan bagi
orang-orang islam, namun diperuntukkan bagi kepentingan seluruh masyarakat. Zakat
merupakan suatu ibadah yang dipergunakan untuk kemaslahatan umat sehingga dengan
adanya zakat (baik zakat fitrah maupun zakat mall) kita dapat mempererat tali silaturahmi
dengan sesama umat islam maupun dengan umat lain. Salah satu landasan utama agama
islam adalah zakat, zakat merupakan salah satu pondasi utama yang menegakkan agama
islam itu sendiri, hal ini telah disabdakan Rasulullah Saw dalam hadist shahihnya yang
artinya: “islam dibangun di atas lima landasan: syahadat bahwa tiadatuhan selain Allah
dan Muhammad utusan Allah, menegakkan sholat, menunaikan zakat, puasa ramadhan
dan haji.” (HR. Bukhari Muslim).

2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1) Apa pengertian dari zakat?

2) Apa saja hukum dan dalil di syariatkannya zakat?

3) Apa syarat wajib zakat?

4) Apa perbedaan zakat dan sedekah?

4
3. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

1) Untuk mengetahui pengertian dari Zakat

2) Untuk mengetahui sumber hukum dan dalil di syariatkannya zakat

3) Untuk mengetahui syarat wajib zakat

4) Untuk mengetahui perbedaan zakat dan sedekah

5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Zakat
Menurut bahasa (etimologi), zakat berarti suci (al-thaharah), tumbuh dan
berkembang (al-nama’), keberkahan (al-barakah), dan baik (thayyib) (Ilyas dan
Darmuin, 2009:1). Kata "zakat" secara harfiah berarti "tumbuh," "berkembang,"
"menyucikan," atau "meningkatkan". Kata “zakat” juga berasal dari bahasa Arab
“Zakat” yang berarti berkah, pertumbuhan, kebersihan, dan kebaikan (Fadilah, 2016:1).
Wahidi mengatakan bahwa Yusuf Qardhawi, dalam bukunya berjudul Hukum Zakat:
Studi komparatif mengenai status dan filsafat zakat berdasarkan Qur’an dan Hadits
dijelaskan bahwa Zakat berarti bertambah dan tumbuh, sehingga bisa dikatakan, tanaman
itu zaka, artinya tumbuh, sedangkan tiap sesuatu yang bertambah disebut zaka artinya
bertambah. Bila satu tanaman tumbuh tanpa cacat, maka kata zaka di sini berarti bersih.
Azhari berkata bahwa zakat juga menciptakan pertumbuhan buatorang-orang miskin.
Zakar adalah cambuk ampuh yang membuat zakat tidak hanya menciptakan
pertumbuhan material dan spiritual bagi orang-orang miskin, tetapi juga
mengembangkan jiwa dan kekayaan orong;orang kaya.

Menurut Al-Qur'an (9:103), zakat adalah pengambilan sebagian dari kekayaan


seorang Muslim "untuk kesejahteraan umat Islam oleh Muslim" (QS. 51: 19). Menurut
fiqh, zakat mengacu pada jumlah tertentu dari harta yang diwajibkan oleh Allah SWT dan
diberikan kepada yang memenuhi syarat. Mazhab Syafi'i berpendapat bahwa zakat adalah
ekspresi penyerahan harta atau tubuh secara unik (Fadilah, 2016: 1). Mazhab Hambali,
sebaliknya, berpendapat bahwa zakat adalah hak yang harus diberikan dari suatu harta
khusus bagi golongan tertentu, yaitu golongan yang ditentukan oleh Al-Qur'an. Dan
menurut Ibnu Taimiah (dalam Fathurrahman: 2009.5), individu yang membayar zakat
memiliki jiwa dan harta yang suci, bersih, dan berkembang secara bermakna. Artinya,
orang yang mengeluarkan zakat karena kewajiban agama niscaya akan mendapatkan
kebaikan yang besar. Lembaga penelitian dan pengkajian masyarakat (LPPM)
Universitas Islam Bandung/ UNISBA (1991) sebagaimana yang dikutip oleh Mursyidi

6
dalam bukunya “Akuntansi Zakat Kontemporer” merinci lebih lanjut pengertian zakat
yang ditinjau dari segi bahasa sebagai berikut:10
 Tumbuh, artinya menunjukkan bahwa benda yang dikenai zakat adalah benda yang
tumbuh dan berkembang biak (baik dengan sendirinya maupun dengan diusahakan,
lebih-lebih dengan campuran dari keduanya); dan jika benda tersebut sudah dizakati,
maka ia akan lebih tumbuh dan berkembang biak, serta menumbuhkan mental
kemanusiaan dan keagamaan pemiliknya (muzakki) dan si penerimanya (mustahik).
 Baik, artinya menunjukkan bahwa harta yang dikenai zakat adalah benda yang baik
mutunya, dan jika itu telah dizakati kebaikan mutunya akan lebih meningkat, serta akan
meningkatkan kualitas muzakki dan mustahik-nya.
 Berkah, artinya menunjukkan bahwa benda yang dikenai zakat adalah benda yang
mengandung berkah (dalam arti potensial). Ia potensial bagi perekonomian, dan
membawa berkah bagi setiap orang yang terlibat di dalamnya jika benda tersebut telah
dibayarkan zakatnya.
 Suci, artinya bahwa benda yang dikenai zakat adalah benda suci. Suci dari usaha yang
haram, serta mulus dari gangguan hama maupun penyakit, dan jika sudah dizakati, ia
dapat mensucikan mental muzakki dari akhlak jelek, tingkah laku yang tidak senonoh
dan dosa, juga bagi mustahik-nya.
 Kelebihan, artinya benda yang dizakati merupakan benda yang melebihi dari kebutuhan
pokok muzakki, dan diharapkan dapat memenuhi kebutuhan pokok mustahik-nya.
Tidaklah bernilai suatu zakat jika menimbulkan kesengsaraan bagi muzakki. Zakat
bukan membagi-bagi atau meratakan kesengsaraan, akan tetapi justru meratakan
kesejahteraan dan kebahagiaan bersama.

Adapun pengertian zakat secara syar’iy (terminologi), menurut para ulama adalah
sejumlah yang diwajibkan oleh Allah SWT diambil dari harta orang tertentu, untuk
diserahkan kepada yang berhak menerimanya, dengan syarat tertentu (Usman,
2002:158)
Zakat menurut istilah agama Islam artinya kadar harta tertentu, yang diberikan kepada
yang berhak menerimanya dengan beberapa syarat (Rasjid, 2010:192). Dalam
terminologi ilmu fikih, zakat diartikan sebagai “sejumlah harta tertentu yang diwajibkan

7
Allah untuk diserahkan kepada orangorang yang berhak menerimanya dengan
persyaratan tertentu”. Bila dihubungkan dengan pengertian secara kebahasaan, maka
definisi konseptual zakat tersebut menunjukkan bahwa harta yang dikeluarkanuntuk
berzakat akan menjadi berkah, tumbuh, berkembang, bertambah, suci dan baik (Ilyas dan
Darmuin, 2009:1). Menurut Mas‟udi dalam buku Masdar Farid, zakat adalah dana agama
dan pajak adalah dana negara, berdasarkan konsep agama zakat bersifat ruhaniah dan
personal, sementara dari konsep kelembagaan zakat bersifat profan (tidak bertujuan
keagamaan) dan sosial. Dari beberapa paparan Mas‟udi tersebut dapat diambil
kesimpulan bahwa zakat tidak dapat dipisahkan dengan pajak, diibaratkan seperti zakat
adalah ruhnya dan pajak adalah badannya. Membayar pajak dengan niat zakat kepada
negara/pemerintah yang sudah dianggap sah dan telah gugur kewajiban agamanya
(Mas"udi, 2005).
Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa pengertian zakat yaitu
mengeluarkan sejumlah harta tertentu karena telah mencapai nasab dan diwajibkan oleh
Allah SWT untuk dikeluarkan dan diberikan kepada orang-orang yang berhak
menerimanya dengan ketentuan syarat yang berlaku.
B. Dasar Hukum Zakat
Perintah menunaikan zakat beriringan dengan perintah shalat karena keduanya
memiliki tujuan yang hampir sama, yaitu perbaikan kualitas kehidupan masyarakat.
Tujuan dari zakat adalah untuk membersihkan diri dari sifat rakus dan kikir, dan
mendorong manusia untuk bersikap dermawan serta simpati terhadap orang lain.
Sehingga kehidupan manusia akan terhindar dari sifat fakhsya (kejahatan) dan mungkar
(kerusakan) (Khasanah, 2010). Zakat merupakan salah satu rukun Islam, dan menjadi
salah satu unsur pokok bagi tegaknya syariah Islam. Oleh sebab itu, hukum zakat adalah
wajib (fardhu) atas setiap muslim yang memenuhi syarat-syarat tertentu. Dasar hukum
kewajiban zakat disebutkan dalam Al Quran, Sunnah dan Ijma Ulama. Dasar hukum
zakat akan dijelaskan dalam bagian-bagian berikut:
a) Bersumber dari Al Quran
 Surat Al Baqarah ayat 43
‫َو َأِقيُم وا الَّص اَل َة َو آُتوا الَّز َكاَة َو اْر َك ُعوا َم َع الَّراِكِع ين‬

8
Artinya: “Dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat dan ruku’lah bersama orang-
orang yang ruku”

 Surat At Taubah ayat 35

‫َي ْو َم ُيْح َم ٰى َع َلْيَه ا ِفي َن اِر َجَهَّنَم َفُتْك َو ٰى ِبَه ا ِج َب اُهُهْم َو ُج ُن وُبُهْم َو ُظُه وُر ُهْم ۖ َٰه َذ ا َم ا َكَن ْز ُتْم َأِلْنُفِس ُك ْم َف ُذ وُقوا َم ا ُكْنُتْم َتْك ِن ُز وَن‬

Artinya: (Ingatlah) pada hari ketika emas dan perak dipanaskan dalam
neraka Jahanam lalu disetrikakan (pada) dahi, lambung, dan punggung mereka
(seraya dikatakan), “Inilah apa (harta) yang dahulu kamu simpan untuk dirimu
sendiri (tidak diinfakkan). Maka, rasakanlah (akibat dari) apa yang selama ini
kamu simpan.”

 At-Taubah : 60

‫ِإَّنَم ا الَّصَد َقاُت ِلْلُفَقَر اِء َو اْلَم َس اِكيِن َو اْلَع اِمِليَن َع َلْيَها َو اْلُم َؤ َّلَفِة ُقُلوُبُهْم َوِفي الِّر َق اِب َو اْلَغ اِرِم يَن َوِفي َس ِبيِل ِهَّللا َو اْبِن الَّس ِبيِل ۖ َفِريَض ًة‬
‫ِم َن ِهَّللاۗ َو ُهَّللا َع ِليٌم َحِكيٌم‬

Artinya: "Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir,


orang-orang miskin, para amil zakat, orang-orang yang dilunakkan hatinya
(mualaf), untuk (memerdekakan) para hamba sahaya, untuk (membebaskan)
orang-orang yang berutang, untuk jalan Allah dan untuk orang-orang yang sedang
dalam perjalanan (yang memerlukan pertolongan), sebagai kewajiban dari Allah.
Allah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana."

 At-Taubah : 71

‫َو اْلُم ْؤ ِم ُنوَن َو اْلُم ْؤ ِم َناُت َبْعُضُهْم َأْو ِلَياُء َبْع ٍضۚ َيْأُم ُروَن ِباْلَم ْعُروِف َو َيْنَهْو َن َع ِن اْلُم ْنَك ِر َو ُيِقيُم وَن الَّص اَل َة َو ُيْؤ ُت وَن الَّز َك اَة َو ُيِط يُع وَن‬
‫َهَّللا َو َر ُسوَلُهۚ ُأوَٰل ِئَك َسَيْر َحُم ُهُم ُهَّللاۗ ِإَّن َهَّللا َع ِز يٌز َحِكيٌم‬

Artinya: "Orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan, sebagian


mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (berbuat)
makruf dan mencegah (berbuat) mungkar, menegakkan salat, menunaikan zakat,
dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka akan diberi rahmat oleh Allah.
Sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.

9
 Surat At Taubah ayat 103

‫ُخ ْذ ِم ْن َأْم َو اِلِه ْم َص َد َقًة ُتَطِّهُر ُهْم َو ُتَز ِّك يِه ْم ِبَها َو َص ِّل َع َلْيِهْم ۖ ِإَّن َص اَل َتَك َس َكٌن َلُهْم ۗ َو ُهَّللا َسِم يٌع َع ِليٌم‬

Artinya: Ambillah zakat dari harta mereka (guna) menyucikan332) dan


membersihkan mereka, dan doakanlah mereka karena sesungguhnya doamu
adalah ketenteraman bagi mereka. Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui."

b) Bersumber dari Sunnah

 Rasulullan SAW bersabda yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari
Abdullah Bin Umar. Artinya: “Islam dibangun atas lima rukun: Syahadat
tiada Tuhan kecuali Allah SWT dan Muhammad SAW utusan Allah SWT,
menegakkan shalat, membayar zakat, menunaikan haji dan puasa di
Ramadhan”.

 Hadist diriwayatkan oleh Ath-Thabrani dari Ali ra: Artinya: "Sesungguhnya


Allah mewajib-kan (zakat) atas orang-orang kaya dari umat Islam pada harta
mereka dengan batas sesuai kecukupan fuqoro diantara mereka. Orang-orang
fakir tidak akan kekurangan pada saat mereka lapar atau tidak berbaju kecuali
karena ulah orang-orang kaya diantar mereka. Ingatlah bahwa Allah akan
menghisab mereka dengan keras dan mengadzab mereka dengan pedih".

c) Bersumber dari Ijma Ulama


Ulama baik salaf (klasik) maupun khalaf (kontemporer telah sepakat akan
kewajiban zakat dan bagi yang mengingkarinya berarti telah kafir dari Islam”
(Naharus suruh, kutipan Subkhi Risa). Karena zakat adalah haqqul mal, seperti
kata Abu Bakar ra, dalam penegasannya saat memerangi orang murtad yang tidak
mau membayar zakat. Dan Haqqul Mal diambil dari setiap jiwa yang memenuhi
syarat termasuk anak kecil dan orang gila sekalipun. Di lain hal, zakat berkaitan
dengan harta, bukan dengan personalnya. Pendapat ini dipegang oleh madzab
Syafii, Maliki dan Hambali (Fadhilah, 2016).

10
C. Syarat Wajib Zakat

Syarat wajib zakat dibagi menjadi dua kategori yaitu pertama, orang-orang yang
diwajibkan atasnya berzakat (muzakki) dan kedua, benda atau harta kekayaan yang
wajib dizakati.

a. Syarat-syarat muzakki (orang yang diwajibkan berzakat)


 Islam, seorang muzakki disyaratkan muslim dan tidak dikenakan kewajiban zakat
bagi orang kafir. Ketentuan ini telah menjadi ijma’ dikalangan kaum muslimin,
karena ibadah zakat tergolong upaya pembersihan bagi orang islam. Adapun
orang kafir dianggap tidak bersih jiwanya selama dia tetap berada di dalam
kekafirannya, sehingga tidak diwajibkan atasnya menzakati harta kekayaan yang
ia miliki.1
 Merdeka, berdasarkan kesepakatan ulama, zakat tidak wajib atas budak. Karena
dia tidak memiliki dan tuannya yakni pemilik apa saja yang ada di tangan
budaknya, hanya saja kepemilikannya tidak sempurna. Ulama Malikiyah
mengatakan, bahwa tidak ada kewajiban zakat pada harta budak, tidak atas budak
itu, tidak pula tuannya (yang mengeluarkannya). Zakat hanya wajib pada
kepemilikan sempurna, juga karena tuan tidak memiliki harta si budak.
b. Syarat-syarat harta yang wajib dizakati :
 Milik penuh, maksudnya yang mana harta tersebut berada di bawah kontrol dan di
dalam kekuasaan pemiliknya, atau seperti menurut sebagian ulama bahwa harta
itu berada di tangan pemiliknya, di dalamnya tidak tersangkut dengan hak orang
lain, dan ia dapat menikmatinya. Adapun yang menjadi alasan penetapan syarat
ini adalah kepemilikan yang jelas (misalnya harta kamu atau harta mereka).
 Harta itu berkembang, maksudnya berkembang secara alamiah sebab sunatullah
atau berkembang sebab usaha manusia. Dengan kata lain bahwa ketentuan tentang
kekayaan yang wajib dizakatkan merupakan kekayaan yang dikembangkan

1
Ahmad Sudirman Abbas, Zakat Ketentuan dan Pengelolaannya,(Bogor: CV. Anugrahberkah Sentosa, 2017), 22-23

11
dengan sengaja atau kekayaan itu sendiri mempunyai potensi berkembang.
Artinya kekayaan itu menghasilkan keuntungan, bunga atau pendapatan,
keuntungan investasi dan semacamnya.
 Harta itu telah cukup nisab, menurut pendapat jumhur ulama, harus mencapai
nisab yaitu jumlah minimal yang menyebabkan harta terkena kewajiban zakat.
Misalnya nisab zakat emas yaitu 85 gram, nisab zakat hewan ternak kambing
yaitu 40 ekor, dan sebagainya.
 Halal, maksudnya harta tersebut harus diperoleh dengan cara yang baik dan halal.
Artinya, harta yang haram baik substansi benda maupun cara mendapatkannya
jelas tidak dapat dikenakan kewajiban zakat, karena Allah SWT tidak akan
menerimanya.
 Lebih dari kebutuhan pokok, sebagian ulama mazhab Hanafi menyaratkan
kewajiban zakat setelah terpenuhi kebutuhan pokoknya, atau dengan kata lain
zakat dikeluarkan setelah terdapat kelebihan dari kebutuhan hidup sehari-hari
yang terdiri atas kebutuhan sandang, pangan, dan papan. Mereka berpendapat
bahwa yang dimaksud dengan kebutuhan pokok adalah kebutuhan yang harus
dipenuhi jika tidak dipenuhi akan mengakibatkan kerusakan dan kesengsaraan
dalam hidup.
 Bebas dari hutang, hal ini disyaratkan oleh Hanafiyah pada zakat selain tanaman
dan buah-buahan. Apabila pemilik mempunyai utang yang menghabiskan atau
mengurangi jumlah senisab itu, zakat tidaklah wajib.2

2
(Badan Amil Zakat Nasional, 2018)

12
D. Perbedaan Zakat dan Sedekah

Zakat, infak, dan sedekah merupakan suatu bentuk ibadah dalam islam yang
ditunaikan selain untuk tujuan ibadah kepada Allah SWT juga bertujuan untuk berderma
dan memberikan sumbangan bagi orang-orang miskin (sesuai dengan firman Allah SWT
dalam QS. Al-Baqarah ayat 265). Zakat, infak dan sedekah (ZIS) mempunyai persamaan
dalam kontribusinya pada upaya pengentasan permasalahan kemiskinan yang ada pada
masyarakat. Adapun perbedaan yang dari zakat, infak, dan sedekah antara lain:3

Pembeda Zakat Infak Sedekah


Sifat hukum Wajib Wajib/sunnah Sunnah
Orang yang Ditentukan dalam Al- Tidak ditentukan Tidak ditentukan
berhak Qur’an (8 asnaf) (bebas) (bebas)
menerima
Bentuk Berbentuk harta Berbentuk harta Berbentuk harta dan
non harta
Waktu Ditentukan Tidak ditentukan Tidak ditentukan
penunaian
Ketentuan Ada ketentuan nisab Tidak ada ketentuan Tidak ada ketentuan
nisab nisab nisab

Zakat, infak dan sedekah merupakan bentuk ibadah dalam islam yang dapat berkontribusi
pada upaya pengentasan permasalahan kemiskinan yang ada pada masyarkat. Berdasarkan tabel
diatas sudah jelas bahwa perbedaan zakat dan sedekah yaitu zakat dari segi sifat hukumnya wajib
sedangkan sedekah hukumnya sunnah. Orang yang berhak menerima zakat itu ditentukan
berdasarkan Al-Qur’an (8 asnaf) sedangkan sedekah orang yang berhak menerima tidak
ditentukan oleh siapapun atau bebas. Zakat yang diberikan dapat berbentuk harta sedangkan
sedekah dapat diberikan dalam bentuk harta maupun nonharta. Zakat dapat ditunaikan dalam

3
Tika Widiastuti, dkk, Ekonomi dan Manajemen ZISWAF (Zakat, Infak, Sedekah, Wakaf),(Surabaya: Airlangga
University Press, 2022) 20-21

13
waktu yang ditentukan sedangkan sedekah waktunya tidak ditentukan atau bebas. Zakat ada
ketentuan nisabnya sedangkan sedekah tidak ada ketentuan nisabnya.

BAB III

PENUTUP
KESIMPULAN

Zakat adalah sejumlah harta yang wajib dikeluarkan oleh umat Muslim untuk diberikan
kepada golongan yang berhak menerima, seperti fakir miskin dan semacamnya, sesuai dengan
yang ditetapkan oleh syariah yang bersumber pada alquran dan alhadist.zakat terdiri dari 2 jenis
yaitu zakat fitrah dan zakat maal (harta). Dengan menunaikan zakat yang benar banyak manfaat
dan hikmah yang bisa diambil dari menunaikan zakat. Untuk memperoleh hikmah zakat tentu
saja zakat harus di terima oleh orang yang tepat dan membutuhkan, orang orang yang tidak
berhak mendapatkan zakat tidak boleh menerima zakat itu

SARAN

Semoga dengan adanya makalah ini diharapkan akan menambah minat mahasiswa untuk
membaca, mempelajari, dan menambah rujukan atau referensi mengenai materi “Fiqih Zakat”.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya yang telah membaca, dan kami
selaku penyusun makalah ini.

14
DAFTAR PUSTAKA

Abbas, A.S (2017). Zakat Ketentuan dan Pengelolaannya. Bogor: CV. Anugrah berkah sentosa.

Fadilah, S. (2016). Tata Kelola dan Akuntansi Zakat. Bandung: Manggu.

Ismail, A.S, dkk. (2018). Fikih Zakat Kontekstual Indonesia. Jakarta: Badan Amil Zakat
Nasional.

Khasanah, U. (2010). Manajemen Zakat Modern : Instrumen Pemberdayaan Ekonomi Umat.


Malang: UIN-Maliki Press

Mas''udi, M. F. (2005). Pajak itu Zakat. Bandung: Mizan Media Utama.

Qardhawi, Y. (1996). Hukum Zakat : Studi Komparatif Mengenai Status dan Filsafat Zakat
berdasarkan Qur'an dan Hadist, Bogor: Pustaka Litera Antarnusa

Qomari, N. (2017). Zakat : Solusi Pengentasan Kemiskinan. Iqtishodia, 15-25

Rasjid, S. (2010). Fiqh Islam. Bandung : Sinar Baru Algensindo

Supena, dkk. (2009). Manajemen Zakat. Semarang: Walisongo Press

Tika Widiastuti, dkk. (2022). Ekonomi dan Manajemen ZISWAF (Zakat, Infak, Sedekah, Wakaf).
Surabaya: Airlangga University Press.

Usman, S. (2002). Hukum Islam : Asas-asas dan Pengantar Studi Hukum Islam dalam Tata
Hukum Indonesia. Jakarta: Gaya Media Pratama

15

Anda mungkin juga menyukai