Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

ZAKAT

DI SUSUN OLEH :

NURBAITI : (220201001)

UIN MATARAM

FAKULTAS SYAR’AH

JURUSAN HUKUM EKONOM SYAR’AH

TAHUN AJARAN 2023 – 2024


KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya sehingga makalah
ini dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran
maupun materi.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam

penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu

kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi

kesempurnaan makalah ini.

Mataram, 6 November 2023


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................

A. LATAR BELAKANG....................................................................................................1

B. RUMUSAN MASALAH................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................6

I. DEFINISI ZAKAT..........................................................................................................4

II. HIKMAH ZAKAT......................................................................................................6

III. PEMBAGIAN ZAKAT...............................................................................................8

IV. SYARAT WAJIB DAN SYARAT SAH NYA ZAKAT............................................9

V. MANAJEMEN PENGELOLA ZAKAT.......................................................................12

VI. HARTA YANG WAJIB DI ZAKATI......................................................................17

BAB III PENUTUP................................................................................................................19

A. KESIMPULAN.............................................................................................................19

DAFTAR PUSAKA................................................................................................................20
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Zakat merupakan salah satu ciri dari sistem ekonomi Islam, karena zakat
merupakan salah satu implementasi azas keadilan dalam Islam. Secara terminologis
zakat berarti tum-bull dan berkembang, kesuburan atau bertambah atau dapat pula berarti
membersihkan atau menyucikan. Adapun secara etimolo-gis (syara'),zakat diartikan
sebagai sejumlah harta tertentu yang diwajibkan oleh Allah untuk diserahkan kepada
golongan yang berhak (asnäf zakat), di samping mengeluarkan sejumlah lain sebagai
infak dan sedekah. Dalam sejarah Islam, zakat memiliki peran penting sebagai sumber
pemasukan negara. Selain didasarkan kepada Al-Qur'an dan Sunnah sehingga menjadi
sebagai Sarana untuk ibadah. Zakat juga berfungsi sebagai sarana untuk pemerataan
pendapatan, pertumbuhan, dan kesejahteraan yang keseluruhannya merupakan kegiatan
muamalah.

Zakat (zaküh) secara bahasa bermakna "mensucikan", "tumbuh" atau


"berkembang". Menurut istilah syara', zakat bermakna mengeluarkan sejumlah harta
tertentu untuk diberikan kepada orang-orang yang berhak menerimanya (mustahik)
sesuai dengan syarat-syarat yang telah ditentukan syariat Islam. Zakat merupakan salah
satu dari rukun Islam yang lima dan hukum pelaksanaannya adalah wajib. Zakat terbagi
dua jenis, yaitu zakat jiwa (zakåh al-fithr) dan zakat harta (zakäh al-mal).Dengan posisi
sentralnya dalam ajaran Islam sebagai salah satu ritual formal ('ibadah mahdhah)
terpenting, zakat memiliki ketentuan-ketentuan operasional yang lengkap meliputi jenis
harta yang terkena zakat (mal al-zaküh), tarif zakat (miqdar al-zaküh), batas minimal
harta terkena zakat (nishab), batas waktu pelaksanaan zakat (haul) hingga sasaran
pembelanjaan zakat (mashirifal-zaküh).

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana konsep zakat dalam Islam dipahami dan dijelaskan dalam Al-Quran dan
Hadis?
2. Apa saja harta yang wajib dizakati, dan bagaimana perhitungannya dilakukan
menurut ajaran Islam?
3. Bagaimana proses pengumpulan, distribusi, dan pengawasan zakat diatur dalam
masyarakat Muslim?
4. Bagaimana zakat berperan dalam mengurangi ketidaksetaraan sosial dan membantu
mereka yang membutuhkan?
5. Bagaimana peran zakat dalam mendorong pembangunan sosial dan ekonomi di
komunitas Muslim?
C. TUJUAN

1. Membantu yang Membutuhkan: Zakat bertujuan untuk memberikan bantuan kepada

mereka yang membutuhkan, seperti fakir, miskin, yatim piatu, dan orang-orang yang

kurang mampu.

2. Menyeimbangkan Kesejahteraan Sosial: Zakat berperan dalam mengurangi

ketidaksetaraan sosial dan membantu menciptakan keseimbangan dalam masyarakat

dengan mengalokasikan sumber daya kepada yang membutuhkan.

3. Pembersihan Harta: Zakat membantu membersihkan harta individu dari sifat serakah

dan mendidik orang untuk berbagi kekayaan mereka dengan yang lain.

4. Penguatan Komunitas Muslim: Zakat juga digunakan untuk memperkuat komunitas

Muslim dengan mempromosikan solidaritas dan rasa tanggung jawab sosial.

5. Peningkatan Kualitas Hidup: Dengan kontribusi zakat, individu dan masyarakat

dapat memperbaiki kualitas hidup mereka, terutama bagi mereka yang kurang

mampu.

6. Kepatuhan pada Ajaran Islam: Zakat merupakan salah satu dari lima rukun Islam,

dan tujuannya adalah untuk memastikan umat Muslim mematuhi ajaran agama

mereka.
BAB II

PEMBAHASAN

I. DEFINISI ZAKAT

Ditinjau dari segi bahasa, kata zakat mempunyai beberapa arti, yaitu "al-barakath"
'keberkahan', "al-nama" 'pertumbuhan', dan " al-taharah" 'kesucian'. Sedangkan pengertian
zakat secara istilah menurut imam Syafi ' i adalah suatu bagian harta benda yang
dikeluarkan oleh muzakki untuk keperluan membersihkan hartanya lalu diberikan kepada
orang yang berhak menerimanya.1

Menurut Syaukani, zakat adalah memberikan sebagian harta yang mencapai nisab
kepada orang fakir dan seumpamanya yang tidak mengandung halangan penggunaan
menurut syarak.2 Muhammad Daud Ali, memberikan definisi bahwa zakat adalah bagian
dari harta yang wajib diberikan oleh setiap muslim yang memenuhi syaratkepada orang-
orang tertentu, dengan syarat-syarat yang tertentu pula. 3 Menurut Taqiyuddin Abu Bakr,
zakat berarti sejumlah harta tertentu yang diserahan kepada orang orang yang berhak
dengan syarat-syarat tertentu.4

Menurut Yusuf Qardhawi zakat berarti sejumlah harta tertentu yang diwajibkan
Allah Swt. diserahkan kepada orang-orang yang berhak.5 'Abd al-Rahman al-Jaziri
memberikan definisi zakat dengan memberikan harta kepada orang yang berhak
menerimanya dengan syarat-syarat tertentu.6 Mahmud Syaltut memberikan definisi zakat
sebagai nama untuk sebagian dari harta yang dikeluarkan oleh orang-orang kaya untuk
saudara-saudaranya yang fakir dan untuk menegakkan kemashlahatan um um yang

1
Abdurrahman al-Jaziri, Fiqh Empat Mazhub, terj. Ali Yafie, Cet- I, (Jakarta: Darul Ulum Press, 1996)
hlm. 98.

2
Syaukani, Nailul Autar, Jul IV (Mesir: Mustafa al-Baby al-Halaby, 1990), hlm. 122.

3
Muhammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Waked (Jakarta: UI Press, 1998) hlm. 39.

4
Taqiyuddin Abu Bakar Al-llusaini, Kifayatul Akhyar, (Surabaya: C V. Bina Iman, 2003) hlm. 172,

5
Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat, terj. Salman Harun dkk. (Jakarta: Pustaka Litera antar Nusa, 1999)
hlm_ 34.

6
Abdurrahman al-Jaziri, Fiqh Empat Mazhab hlm. 590.
menjadi kebutuhan vital bagi masyarakat, baik untuk pemeliharaan masyarakat itu sendiri
maupun untuk penertibannya.7

Dalam bukuPedoman Zakat Departemen Agama RI disebutkan bahwa zakat adalah


sesuatu yang diberikan orang sebagai hak Allah Swt. kepada yang berhak menerima antara
lain para fakir miskin, menurut ketentuan- ketentuan agama Islam.8

Berdasarkan pemaparan di atas dapat dipahami, bahwa zakat adalah mengeluarkan


sebagian harta dari milik seseorang sebagai hak Allah Swt. untuk diserahkan kepada
orang-orang tertentu yang telah ditentukan oleh Al-Qur'an dengan tujuan membersihkan
atau mensucikan harta.

Secara sosial zakat berfungsi sebagai lembaga jaminan sosial, dengan adanya
lembaga zakat maka kelompok lemah dan kekurangan tidak akan lagi merasa khawatir
terhadap kelangsungan hidup yang mereka jalani. Hal ini terjadi karena dengan adanya
substansi zakat merupakan mekanisme yang menjamin kelangsungan hidup mereka
ditengah masyarakat, sehingga mereka merasa hidup di tengah masyarakat manusia yang
beradab, memiliki nurani, kepedulian dan juga tradisi saling tolong menolong.

Di Indonesia, organisasi pengelola zakat terbagi ke dalam dua jenis, Badan Amil
Zakat (BAZ) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ). Struktur organisasi BAZ dan LAZ
biasanya disusun berdasarkan pada kebutuhan spesifik masing-masing. Namun secara
umum, struktur tersebut terdiri atas Bagian Penggerak Dana, Bagian Keuangan, Bagian
Pendayagunaan dan Bagian Pengawasan. Organisasi pengelola zakat juga harus memiliki
Komite Penyaluran (Lending Committee) dengan mekanisme yang baik agar dana dapat
tersalurkan kepada yang benar-benar.

Hal terpenting dalam mengelola zakat adalah cara yang ditempuh dalam
menghimpun dan mendayagunakan dana zakat. Itulah yang menjadi latarbelakang
pentingnya peraturan perundangan tentang pengelolaan zakat agar organisasi pengelola
zakat tidak menempuh caranya sendiri-sendiri. Di Indonesia, pengelolaan zakat diatur
berdasarkan Undang-Undang No 23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat. Keputusan
Menteri Agama Nomor 581 tahun 1999 tentang pelaksanaan UU No 23 tahun 2011.
7
Mahmud Syaltut, Al-Fatwa Dirasrah Li Musykila! al-Muslim al-Mu 'ashirah fi Hayatihi al-Yaumiyah
wa al-(Mesir: Darul Qalam, tt,) him. 114.

8
Departemen Agama R.I. Pedoman Zakat, (Jakarta: Badan Proyek Peningkatan Zakat dan Wakaf, 2002)
hlm_ 39.
Dalam UU tersebut ditegaskan bahwa lembaga pengelola zakat yang ada di Indonesia
adalah Badan Amil Zakat yang dikelola oleh negara serta Lembaga Amil Zakat yang
dikelola masyarakat.

Semua program kegiatan yang telah dilakukan harus disampaikan kepada publik,
sebagai bagian dari pertanggung jawaban dan transparansi pengelolaan. Selain itu,
pemahaman tentang organisasi yang tampaknya kurang begitu dihayati oleh segenap
jajaran organisasi pengelola zakat. Organisasi bukan sekedar tempat berkumpul untuk
melaksanakan kegiatan bersama atas dasar kepentingan bersama. Organisasi merupakan
sistem kooperatif dengan pembagian otoritas yang jelas dan sesungguhnya kepada sub-sub
sistemnya. Unsur-unsur pokok organisasi meliputi uang (modal), sumber daya manusia,
material, struktur dan tugas-tugas, teknologi (metode dan alat perlengkapan) dan tujuan
organisatoris.9

II. HIKMAH ZAKAT

Dari berbagai hikmah zakat menurut para ulama’, maka dapat dibagi menjadi tiga
macam atau aspek, yaitu diniyyah, khuluqiyyah, dan ijtimaiyyah. Yaitu:10

1) Faidah diniyyah (segi agama)

a. Berzakat menghantarkan seorang hamba kepada kebahagiaan dan keselamatan


dunia dan akhirat

b. Sarana bagi hamba untuk taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah, akan
menambah keimanan karena keberadaanya yang memuat beberapa macam
ketaatan.

c. Pembayar zakat akan mendapatkan pahala besar yang berlipat ganda, sebagaimana
dalam firman Allah swt:

9
Winardi, Perilaku Organisasi, Bandung : Tarsito, 1989, 8.

10
Fakhruddin, Fiqh & Manajemen Zakat di Indonesia, (Malang: UIN Malang Press, cet. I, 2008) hlm.
30-32
‫َيۡم َح ُق ُهّٰللا الِّر ٰب وا َو ُيۡر ِبى الَّصَد ٰق ِتؕ‌ َوُهّٰللا اَل ُيِح ُّب ُك َّل َك َّفاٍر َاِثۡي ٍم‬

Artinya: “Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. dan Allah tidak
menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat
dosa”.11

d. Zakat merupakan sarana penghapus dosa, seperti yang pernah disabdakan


Rasulullah saw.

2) Faidah Khuluqiyyah (segi Akhlak)

Di antara hikmah zakat apabila ditinjau dari aspek khuluqiyyah adalah:

a. Menanamkan sifat kemuliaan, rasa toleran, dan kelapangan dada kepada pribadi
pembayar zakat

b. Pembayar zakat biasanya identic dengan sifat rahmah (belas kasih) dan lembut
kepada saudaranya yang tidak punya.

c. Merupakan realita bahwa menyumbang sesuatu raga bagi kaum muslimin akan
melapangkan dada dan meluaskan jiwa, sebab sudah pasti ia akan menjadi orang
yang dicintai dan dihormati sesuai tingkat pengorbanannya.

d. Di dalam zakat terdapat penyucian terhadap akhlak.

3) Faidah Ijtimaiyyah (segi Sosial Kemasyarakatan)

Adapun hikmah zakat apabila ditinjau dari aspek ijtimaiyyah ini adalah:

a. Zakat merupakan sarana untuk membantu dalam memenuhi hajat hidup para fakir
miskin yang merupakan kelompok mayoritas sebagian besar Negara di dunia.

b. Memberikan support kekuatan bagi kaum muslmin dan mengangkat eksistensi


mereka. Hal ini bisa dilihat dalam kelompok penerima zakat, salah satunya adalah
mujahidin fi sabilillah.

c. Zakat bisa mengurangi kecemburuan social, dendam dan rasa dongkol yang ada
dalam dada fakir miskin karena masyarakat bawah akan mudah tersulut rassa benci
dan permusuhan jika mereka melihat kelompok masyarakat ekonomi tinggi
menghambur-hamburkan harta yang demikian melimpah itu untuk mengentaskan

11
QS. al-Baqarah [2]: 276
kemiskinan tentu akan terjalin keharmonisan dan cinta kasih antara si kaya dan si
miskin.

d. Zakat akan memacu pertumbuhan ekonomi pelakunya dan yang jelas berkahnya
akan melimpah.

e. Membayar zakat berarti memperluas peredaran harta benda atau uang, karena
ketika harta dibelanjakan maka perputarannya akan meluas dan lebih banyak pihak
yang mengambil manfaat.

Hal tersebut seperti halnya firman ALLAH SWT dalam surat Al- Bayyinah
Ayat : 5

‫َو َم ۤا ُاِمُر ۤۡو ا ِااَّل ِلَيۡع ُبُدوا َهّٰللا ُم ۡخ ِلِص ۡي َن َلـُه الِّد ۡي َن ۙ ُح َنَفٓاَء َو ُيِقۡي ُم وا الَّص ٰل وَة َو ُيۡؤ ُتوا الَّز ٰك و ‌َة َو ٰذ ِلَك ِد ۡي ُن اۡل َقِّيَم ِة‬

“Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah dengan ikhlas menaati-Nya


semata-mata karena (menjalankan) agama, dan juga agar melaksanakan shalat dan
menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus (benar)”.

III. PEMBAGIAN ZAKAT

Secara umum, zakat terbagi menjadi dua jenis yaitu:

 Zakat nafs (Jiwa) atau disebut dengan zakat fitri fitrah. Zakat ini setara dengan 3,5
liter (2,7 kilogram) makanan pokok yang ada di daerah muzzaki bersangkutan
seperti halnya beras,sagu,dan sejenisnya.
Zakat fitrah merupakan zakat jiwa ( Zakat Al-Nafs ), yaitu kewajiban
berzakat bagi setiap individu baik untuk orang yang sudah dewasa maupun yang
belum dewasa, dan di bareingi dengan ibadah puasa (Shaum).12

 Zakat harta benda, atau disebut iuga 7.akat maa/. Pembagian zakat maal/ sendiri
terdiri kedalam beberapa ienis, seperti zakat peng- hasilan, zakat perniagaan,zakat
pertanian, zakat emas dan banyak lagi lainnya. Perhitungan zakat ini berbeda—
beda tergantung dari jenis harta benda yang diwaiibkan zakatnya. Hukum

12
Mursyidi , Akuntansi Zakat Kontemporer, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003), Cet. 1, h. 78
menunaikan zakat sendiri adalah wajib bagi setiap muslim dan muslimah yang
telah memenuhi syarat-syarat tertentu.

Seperti diuraikan terdahulu bahwa zakat sepadan dengan kata shadaqah, juga
bahkan dengan kata infaq. Ketiga istilah tersebut merupakan kata yang
mengindikasikan adanya ibadah maliyah, ibadah yang berkaitan dengan harta
konsep ini sudah di sepakati oeh para ahli Islam.13

IV. SYARAT WAJIB DAN SYARAT SAH NYA ZAKAT

 Syarat wajib zakat


a. Merdeka
b. Islam
c. Baligh- berakal
d. Kodisi harta itu dapat berkembang
e. Kondisi harta sampai nishab
f. Kepemilikan yang sempurna terhadap harta
g. Berlalu selama satu tahun, genapnya satu tahu adalah syarat untuk zakat
tanaman dan buah buahan.
h. Tidak ada utang i. Lebih dari kebutuhan pokok.14

 Syarat sahnya zakat


a. Niat, para fuqoha bersepakat bahwasannya niat adalah salah satu syarat
membayar zakat, demi membedakan dari kafarat dan sadaqah sadaqah yang
lain
b. Memberi kepemilikan. Disyariatkan pemberian hak kepemilikan demi
keabsahan pelaksanaan zakat. Yakni dengan memberikan zakat kepada orang
orang yang berhak.15

V. MANAJEMEN PENGELOLA ZAKAT

13
Ibid. h. 79
14
9Wahbah Az- Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, bahasa oleh Abdul Hayyie Al Kattani, (Jakarta:
Gema Insani, 2011), Cet. 1, h.
15
Ibid , h. 182
1. Zakat Fitrah

Zakat fitrah wajibdi keluarkan sebelum shalat ied, namun ada juga yang
membolehkan mengeluarkan mulai pertengahan bulan puasa. Bukan dikatakan zakat
fitrah apa bila dilakukan setelah shalat ied, ini pendapat yang paling kuat.

Zakat fitrah dibayarkan sesuai dengan kebutuhan pokok suatu masyarakat,


dengan ukuran yang juga disesuaikan dengan kondisi ukuran atau timbangan yang
berlaku, juga dapat dilakukan dengan satuan uang, di Indonesia, zakat fitrah diukur
dengan timbangan beras sebanyak 2,5 kilogram. Ini sebenarnya tidak cukup, karena
beberapa alasan , yaitu:

a. Ukuran berat gandum dan kurma adalah wajar karena kedua hasil bumi tersebut
dapat segera dimakan, atau dimasak tanpa lauk-pauk.
b. Ukuran yang disampaikan oleh nabi menunjukkan adanya indikasi sesuai dengan
kebutuhan sementara kebutuhan setiap orang terkadang berbeda. Juga
kemampuan setiap orang pun berbeda.

Oleh karena itu sangatlah layak jika ukuran zakat fitrah untuk di Indonesia perlu
ditinjau kembali sehingga standarnya dapat memenuhi kebutuhan orang miskin pada
saat itu.

Pendistribusian zakat fitrah dapat dilakukan kepada:

a. Delapan golongan mustahik secara merata dan bersifat wajib


b. Delapan golongan mustahik, dengan mengkhususkan golongan fakir.
c. Hanya orang-orang fakir, tidak kepada golongan mustahik lainnya.

2. Zakat Harta

Zakat harta Zakat harta adalah bagian yang disisihkan oleh seorang muslim
atau badan yang dimiliki oleh seorang muslim sesuai dengan ketentuan agama untuk
diberikan kepada yang berhak menerimanya. Syarat kekayaan itu dizakati antara lain
milik penuh, berkembang, cukup nisab, lebih dari kebutuhan pokok, bebas dari
utang, sudah berlalu satu tahun (haul). Harta yang dikenakan zakat, antara lain:

a. Emas, perak, dan uang


Emas dan perak merupakan logam mulia yang sering dijadikan perhiasan.
Termasuk dalam kategori emas dan perak, adalah mata uang yang berlaku pada
waktu itu dimasing-masing Negara. Oleh karenanya segala bentuk penyimpanan
uang seperti tabungan, deposito, cek, saham atau surat berharga lainnya, termasuk
kedalam kategori emas dan perak. Demikian juga pada harta kekayaan yang lain
nya, seperti rumah, villa, kendaraan, tanah, dan lain nya yang melebihi keperluan
menurut syara’ atau dibeli/dibangun dengan tujuan menyimpan uang dan
sewaktu- waktu dapat diuangkan. Pada emas dan perak atau lain nya yang
berbentuk perhiasan, maka tidak diwajibkan atas barang-barang tersebut. Seorang
muslim yang mempunyai emas dan perak wajib mengeluarkan nisab dan haul.
Adapun nisab emas adalah 20 dinar setara dengan 85 gr dan nisab perak adalah
200 dirham atau setara dengan 672 gram.

Contoh perhitungan: nyonya inur memiliki 120 gr, dipakai dalam aktivitas
sehari-hari sebanyak 15 gr. Maka zakat emas yang wajib dikeluarkan oleh wanita
tersebut adalah 120 gr – 15 gr = 105 gr. Bila harga emas Rp 70.000 per gram
maka zakat yang harus dikeluarkan sebesar: 105 gr x Rp 70.000 x 2,5 % = Rp
188.750.16

b. Perdagangan dan perusahaan

Harta perniagaan adalah semua yang diperuntukkan untuk diperjual belikan


dalam berbagai jenisnya, baik berupa barang seperti alat-alat, pakaian, makanan,
perhiasan, dan lain-lain. Perniagaan tersebut diusahakan secara perorangan atau
perserikatan seperti : CV, PT, koperasi dan sebagainya. Nisab zakat perdagangan
maupun perseroan. Perhitungan zakat dilakukan dengan rumus: (modal diputar +
keuntungan + piutang yang dapat dicairkan) – (utang+ kerugian) x 2,5 %.

Contoh perhitungan: pada akhir tutup buku perusahaan masih memiliki


kekayaan dalam bentuk barang senilai Rp 10 juta, uang tunai sebesar Rp 15 juta,
dan piutang sebesar Rp 2 juta. Namun perusahaan memiliki utang dan pajak yang
harus dibayarkan senilai Rp 7 juta. Sehingga perhitungan saldo yang dimiliki
perusahaan adalah (Rp 10 juta +15 juta + 2 juta – Rp 7 juta) = Rp 20 juta. Maka
zakat yang wajib dibayarkan adalah sebesar 2,5% x Rp 20 juta = Rp 500 ribu.

16
Andri Soemitra, Bank Dan Lembaga Keuangan Syari’ah ( Jakarta: Kencana, 2010) Cet. 2, hlm. 414
Contoh perhitungan ini dapat dilakukan pada perhitungan zakat yang diqiyas kan
pada zakat emas dan perak.17

c. Hasil pertanian dan hasil perkebunan

Hasil pertanian adalah hasil tumbuh-tumbuhan atau tanaman yang bernilai


ekonomis seperti biji-bijian, umbi-umbian, sayur-mayur, buah- buahan, tanaman
hias, rumput-rumputan, dedaunan, dan lain-lain. Nisab hasil pertanian adalah 5
wasq atau setara dengan 750 kg. apabila hasil pertanian termasuk makanan
pokok, seperti beras, jagung, gandum, kurma, dan sebagai nya, maka nisabnya
adalah 750 kg dari hasil pertanian tersebut. Tetapi jika hasil pertanian itu selain
makanan pokok, seperti buah-buahan, sayur-sayuran, daun, bunga, dan sebagai
nya, maka nisabnya, disetara kan dengan harga nisab dari makanan pokok yang
paling umum di daerah tersebut. Kadar zakat untuk hasil pertanian, apabila diairi
dengan air hujan, atau sungai/mata air/, maka 10%, apabila diairi dengan cara
disiram /irigasi (ada biaya tambahan) maka zakatnya 5%. Pada system pertanian
saat ini, biaya tidak sekedar air, akan tetapi ada biaya lain seperti pupuk,
insektisida, dan lain-lain. Maka untuk mempermudah perhitungan zakat nya,
biaya pupuk, intektisida dan sebagainya diambil dari hasil panen, kemudian
sisanya apabila lebih dari nisab dikeluarkan zakatnya 10% atau 5% tergantung
system pengairan nya.18

d. Hasil pertambangan

Ma’din (hasil tambang) adalah benda benda yang terdapat di dalam perut
bumi dan memiliki nilai ekonomis seperti emas, perak, timah, tembaga, marmer,
minyak bumi, batu bara dan lain lain. menurut mazhab hanafi dan qoul mazhab
syafi’I berpendapat bahwa wajib mengeluarkan zakatnya adalah 1/5. Sedangkan
mazhab maliki, syafi’I berpendapat bahwa yang wajib dikeluarkan zakatnya
adalah 1/40.19

e. Hasil peternakan
17
Ibid, h. 415
18
Ibid
19
Ibid. h. 416
Peternakan yang wajib dizakati terdiri dari ternak unta, sapi, kerbau, serta
kambing atau domba. Syarat syarat hewan sampai haul, mencapai nisabnya, di
gembalakan dan mendapatkan makanan di lapangan tempat pengembalaan
terbuka, tidak dipekerjakan, tidak boleh memberikan binatang yang cacat dan tua
(ompong), pembiayaan untuk operasional ternak dapat dapat mengurangi dan
bahkan menggugurkan zakat ternak,

1) Nisab unta adalah 5 ekor, artinya bila seseorang telah memiliki 5 ekor unta,
maka ia terkena kewjiban zakat. Selanhutnya zakat itu bertambah, jika
jumlah untanya dimiliki bertambah. 20

Jumlah ternak unta kurang dari 5 tidak wajib zakat. Lebih dari 120,
setiap 40 ekor, 1 ekor bintu labun, dan pada setiap 50 ekor, 1 ekor hiqqoh,
lebih dari 120-129, 3 ekor bintu labun.35 Imam Syafi’I berkata Apa bila unta
berjumlah 200 ekor dan di dapati ada ada 4 ekor unta betina yang berumur 3
tahun, maka zakatnya adalah unta yang berumur 3 tahun, dan ia tidak di
bebani kecuali apa yang menjadi kewajiban.

2) Zakat Sapi
Nisab sapi adalah 30 ekor, artinya jika seseorang telah memiliki 30
ekor sapi, maka ia telah kerkena wajib zakat. Selanjutnya setiap itu
bertambah 30 ekor, zakatnya bertambah 1 ekor tabi. Dan jika setiap jumlah
itu bertambah 40 ekor, zakatnya bertambah 1 ekor musinnah.21
3) Zakat Kambing/Domba
Nisab kambing / domba adalah 40 ekor, artinya bila seseorang telah
memiliki 40 ekor kambing / domba, maka ia telah terkena wajib zakat.
Selanjutnya, setiap jumlah itu bertambah 100 ekor maka zakatnya bertambah
1ekor.22
4) Ternak unggas (ayam,bebek,burung,dan lain-lain) dan perikanan Nisab pada
ternak unggas dan perikanan tidak di terapkan berdasarkan jumlahn
(ekor),sebagaimana halnya sapi, dan kambing.tetapi dihitungkan berdasarkan
skala usaha. Nisab ternak unggas dan perikanan adalah setara dengan 20
20
Imam Syafi’I Abu Abdullah Bin Muhammad Idris, Mukhtashar Kitab Al- Umm Fiil Fiqhi, alih bahasa
oleh Mohammad yasir Abd Muthallib,dkk, ( Jakarta: Pustaka Azzam, 2005). Cet. 2, hlm. 405
21
Andri Soemitra, op.cit. hlm. 417
22
Ibid. hlm. 418
dinar (1 dinar =4,25 gram emas murni) atau sama dengan 85 gram emas.
Artinya bila seorang berternak unggas atau perikanan,dan pada akhir tahun
(tutup buku) ia memiliki kekayaan yang berupa modal kerja dan keuntungan
lebih besar atau setara dengan 85 gram emas murni, maka ia terkena
kewajiban zakat sebesar 2,5 % .
5) Hasil pendapatan dan jasa (zakat profesi) Zakat profesi adalah zakat yang
dikeluarkan dari penghasilan profesi ( hasil profesi) bila telah mencapai
nisab. Profesi dimaksud mencakup profesi pegawai negri atau sewasta,
konsultan, dokter, notaries, akuntan, artis, wirawisata, dan lain-lain. Pendapat
ulama yg berkembang saat ini ,menganalogikan zakat profesi kepada zakat
pertanian, yakni di bayar ketika mendapatkan hasilnya,tanpa menunggu
setahun,demikian juga mengenai nisabnya;sebesar 1,350 kg gabah atau 750
kg beras. Zakat ini di bayarkan dari pendapatan bersih, bukan pendapatan
kotor. Sedangkan tarifnya, menurut ulama kontemporer, dianologikan kepada
zakat emas dan perak yakni sebesar 2,5% atas dasar qiyas asy-syabah, yaitu
dari segi waktu mengeluarkan dan nisabnya dianologikan kepada zakat
pertanian. Sedangkan dari segi tarifnya dianologikan kepada zakat
pertanian.sedangkan dari segi tarifnya dianologikan kepada zakat emas
perak. Contoh perhitungan: seorang pegawai negeri berpenghasilan Rp
2.000.000 dalam sebulan. Lalu dipotong kebutuhan dasar/ kebutuhan pokok,
seperti makan dan kredit/kontrak rumah. Jika sisa dari kebutuhan pokok,
seperti makan dan kredit/kontrak rumah. Jika sisa dari kebutuhan pokok
tersebut 1.000.000 sebulan, maka dalam setahun jumlahnya sebesar rp
12.000.000. jumlah ini telah mencapai nisab,maka zakat yang harus
dikeluarkan sebesar 2,5% x rp 12 juta,yaitu rp 300.000.
6) Rikaz
Rikaz adalah harta terpendam dari zaman dahulu atau biasa di sebut
dengan harta karun. Termasuk di dalamnya harta yang di temukan dan tidak
ada yang mengaku sebagai pemiliknya. Zakat rikaz adalah sebesar 20% dan
tidak di persyaratkan sampai 1 tahun karna wajib di keluarkan zakatnya pada
saat di dapat.23

VI. HARTA YANG WAJIB DI ZAKATI


a. Barang dagangan
23
Ibid, hlm. 419
b. Emas dan perak serta harta yang disamakan dengan emas dan perak.
c. Hasil pertanian dan buah-buahan
d. Hewan ternak Hasil tambang24

Zakat juga memiliki implikasi penting terhadap tabungan. Teori ekonomi


mempostulatkan bahwa tabungan adalah residu dari pendapatan setelah konsumsi
(S=Y-C). Dalam menentukan berapa pendapatan yang dialokasikan untukkonsumsi
Saat ini dan berapa yang ditabung untuk konsumsi masa depan, teori konvensional
menjelaskannya dalam perspektif positive time preference theory. Tingkat konsumsi
Saat ini dan tingkat tabungan akan ditentukan dengan menyamakan antara rate of time
preference dan rate of interest. Dengan kata lain, tingkat suku bunga akan memengaruhi
tingkat konsumsi Saat ini melalui hubungannya dengan tabungan. Dalam perspektif
Islam, tabungan bukanlah aktivitas residual, melainkan sebuah tindakan rasional yang
memiliki tujuan tertentu yang positif, bukan untuk ditimbun atau digunakan untuk
berspekulasi.Tabungan untuk persiapan di masa depan adalah diperbolehkan bahkan
dianjurkan (al-Qur'an 59 : 18). Di Saat yang sama, Islam melarang sikap berlebih-
lebihan (al-Qur'an 25 : 67).

Secara makro, penerapan zakat akan berdampak positif terhadap tingkat tabungan
nasional. Karena zakat juga dikenakan terhadap kekayaan (wealth) yang terakumulasi,
tidak hanya pada pendapatan (income) saja, maka pembayaran zakat akan mendorong
muzaki untuk meningkatkan rasio tabungan untuk mencegah tingkat kekayaannya
menurun. Sebagai misal, jika rate of return dari modal finansial adalah 10%, maka
muzaki harus menabung lebih dari 25% pendapatannya untuk menjaga tingkat
kekayaannya konstan.25

Motivasi untuk menabung dalam perekonomian Islam adalah expected rate of


return on savings, bukan suku bunga (interest rate). Dalam Islam, zakat diterapkan pada
tabungan sehingga nilai tabungan akan turun setiap tahunnya sebesar tarif zakat. Untuk
memperta- hankan tingkat kekayaan konstan atau mengembangkannya, maka tabungan
harus diinvestasikan pada kegiatan produktif di sektor riil. Dengan demikian rate of
24
Said Hawa, op.cit. hlm.164
25
Monzer Kahf. "A Contribution to the Theory of Consumer Behaviour in an Islamic Society", dalam
Khurshid Ahmad (Ed.), Studies in Islamic Economics, (Leicester: International Centre for Research in Islamic
Economics and The Islamic Foundation, 1980), hlm. 19-36.
return on saving sepenuhnya ditentukan rasio bagi hasil dan tingkat pengembalian
(return) proyek karena tarifzakat adalah konstan.26

Selain mengharapkan return, motivasi menabung lainnya yaitu untuk berjaga-


jaga (precautionary) menghadapi ketidakpastian di masa depan. Dengan kata lain,
menabung digunakan sebagai stok penyangga (buffer stock). Tranfer zakat ke
kelompok miskin, akan meningkatkan kemampuan kelompok ini untuk menabung. Di
Sisi lain, kelompok kaya akan mempertahankan tingkat tabungannya dari penurunan
akibat penalti zakat. Dengan demikian, penerapan zakat akan menurunkan pengeluaran
yang berlebihan dari kelompok kaya dengan dampak positif terhadap tabungan
kelompok miskin.

BAB III

PENUTUP

26
M.Fahim Khan,Essays In Islamic Economics,(Leicester: The Islamic Foundation,1995),hlm.33.
A. KESIMPULAN

Zakat yang dikelola dengan baik, dimungkinkan dalam membangun pertumbuhan


ekonomi sekaligus pemerataan pendapatan. Secara sosial zakat berfungsi sebagai
lembaga jaminan sosial, dengan adanya lembaga zakat maka kelompok lemah dan
kekurangan tidak akan lagi merasa khawatir terhadap kelangsungan hidup yang mereka
jalani.

Hal ini terjadi karena dengan adanya substansi zakat merupakan mekanisme yang
menjamin kelangsungan hidup mereka ditengah masyarakat, sehingga mereka merasa
hidup di tengah masyarakat manusia yang beradab, memiliki nurani, kepedulian dan juga
tradisi saling tolong menolong.

Untuk mencapai harapan yang demikian, maka diperlukan pengelola zakat yang
baik dan benar menurut syariat Islam. Hal terpenting dalam mengelola zakat adalah cara
yang ditempuh dalam menghimpun dan mendayagunakan dana zakat. Semua program
kegiatan yang telah dilakukan harus disampaikan kepada publik, sebagai bagian dari
pertanggung jawaban dan transparansi pengelolaan.

DAFTAR PUSAKA

Manajemen Zakat : Histori, Konsepsi,Dan Implementasi; Oleh : Rahmad Hakim


Zakat dalam Islam : Menelisik Aspek Historis,Sosiologis,Dan Yuridis; Oleh : Khairuddin

Zakat Dalam Perspektif Ekonomi Islam Oleh : Ali Ridlo

Mengelola Zakat Indonesia; Oleh : Yusuf Wibisono

Sinergi Pengelolaan Zakat Di Indonesia; Oleh : Ahmad Dahlan Malik

Manajemen Serta Fungsi Zakat Pada Badan Amil Zakat Dan Lembaga Amil Zakat Nurul
Fadia, Moh. Abd. Rahman

Anda mungkin juga menyukai