ZAKAT
DI SUSUN OLEH :
NURBAITI : (220201001)
UIN MATARAM
FAKULTAS SYAR’AH
Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya sehingga makalah
ini dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran
maupun materi.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................
A. LATAR BELAKANG....................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................6
I. DEFINISI ZAKAT..........................................................................................................4
A. KESIMPULAN.............................................................................................................19
DAFTAR PUSAKA................................................................................................................20
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Zakat merupakan salah satu ciri dari sistem ekonomi Islam, karena zakat
merupakan salah satu implementasi azas keadilan dalam Islam. Secara terminologis
zakat berarti tum-bull dan berkembang, kesuburan atau bertambah atau dapat pula berarti
membersihkan atau menyucikan. Adapun secara etimolo-gis (syara'),zakat diartikan
sebagai sejumlah harta tertentu yang diwajibkan oleh Allah untuk diserahkan kepada
golongan yang berhak (asnäf zakat), di samping mengeluarkan sejumlah lain sebagai
infak dan sedekah. Dalam sejarah Islam, zakat memiliki peran penting sebagai sumber
pemasukan negara. Selain didasarkan kepada Al-Qur'an dan Sunnah sehingga menjadi
sebagai Sarana untuk ibadah. Zakat juga berfungsi sebagai sarana untuk pemerataan
pendapatan, pertumbuhan, dan kesejahteraan yang keseluruhannya merupakan kegiatan
muamalah.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana konsep zakat dalam Islam dipahami dan dijelaskan dalam Al-Quran dan
Hadis?
2. Apa saja harta yang wajib dizakati, dan bagaimana perhitungannya dilakukan
menurut ajaran Islam?
3. Bagaimana proses pengumpulan, distribusi, dan pengawasan zakat diatur dalam
masyarakat Muslim?
4. Bagaimana zakat berperan dalam mengurangi ketidaksetaraan sosial dan membantu
mereka yang membutuhkan?
5. Bagaimana peran zakat dalam mendorong pembangunan sosial dan ekonomi di
komunitas Muslim?
C. TUJUAN
mereka yang membutuhkan, seperti fakir, miskin, yatim piatu, dan orang-orang yang
kurang mampu.
3. Pembersihan Harta: Zakat membantu membersihkan harta individu dari sifat serakah
dan mendidik orang untuk berbagi kekayaan mereka dengan yang lain.
dapat memperbaiki kualitas hidup mereka, terutama bagi mereka yang kurang
mampu.
6. Kepatuhan pada Ajaran Islam: Zakat merupakan salah satu dari lima rukun Islam,
dan tujuannya adalah untuk memastikan umat Muslim mematuhi ajaran agama
mereka.
BAB II
PEMBAHASAN
I. DEFINISI ZAKAT
Ditinjau dari segi bahasa, kata zakat mempunyai beberapa arti, yaitu "al-barakath"
'keberkahan', "al-nama" 'pertumbuhan', dan " al-taharah" 'kesucian'. Sedangkan pengertian
zakat secara istilah menurut imam Syafi ' i adalah suatu bagian harta benda yang
dikeluarkan oleh muzakki untuk keperluan membersihkan hartanya lalu diberikan kepada
orang yang berhak menerimanya.1
Menurut Syaukani, zakat adalah memberikan sebagian harta yang mencapai nisab
kepada orang fakir dan seumpamanya yang tidak mengandung halangan penggunaan
menurut syarak.2 Muhammad Daud Ali, memberikan definisi bahwa zakat adalah bagian
dari harta yang wajib diberikan oleh setiap muslim yang memenuhi syaratkepada orang-
orang tertentu, dengan syarat-syarat yang tertentu pula. 3 Menurut Taqiyuddin Abu Bakr,
zakat berarti sejumlah harta tertentu yang diserahan kepada orang orang yang berhak
dengan syarat-syarat tertentu.4
Menurut Yusuf Qardhawi zakat berarti sejumlah harta tertentu yang diwajibkan
Allah Swt. diserahkan kepada orang-orang yang berhak.5 'Abd al-Rahman al-Jaziri
memberikan definisi zakat dengan memberikan harta kepada orang yang berhak
menerimanya dengan syarat-syarat tertentu.6 Mahmud Syaltut memberikan definisi zakat
sebagai nama untuk sebagian dari harta yang dikeluarkan oleh orang-orang kaya untuk
saudara-saudaranya yang fakir dan untuk menegakkan kemashlahatan um um yang
1
Abdurrahman al-Jaziri, Fiqh Empat Mazhub, terj. Ali Yafie, Cet- I, (Jakarta: Darul Ulum Press, 1996)
hlm. 98.
2
Syaukani, Nailul Autar, Jul IV (Mesir: Mustafa al-Baby al-Halaby, 1990), hlm. 122.
3
Muhammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Waked (Jakarta: UI Press, 1998) hlm. 39.
4
Taqiyuddin Abu Bakar Al-llusaini, Kifayatul Akhyar, (Surabaya: C V. Bina Iman, 2003) hlm. 172,
5
Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat, terj. Salman Harun dkk. (Jakarta: Pustaka Litera antar Nusa, 1999)
hlm_ 34.
6
Abdurrahman al-Jaziri, Fiqh Empat Mazhab hlm. 590.
menjadi kebutuhan vital bagi masyarakat, baik untuk pemeliharaan masyarakat itu sendiri
maupun untuk penertibannya.7
Secara sosial zakat berfungsi sebagai lembaga jaminan sosial, dengan adanya
lembaga zakat maka kelompok lemah dan kekurangan tidak akan lagi merasa khawatir
terhadap kelangsungan hidup yang mereka jalani. Hal ini terjadi karena dengan adanya
substansi zakat merupakan mekanisme yang menjamin kelangsungan hidup mereka
ditengah masyarakat, sehingga mereka merasa hidup di tengah masyarakat manusia yang
beradab, memiliki nurani, kepedulian dan juga tradisi saling tolong menolong.
Di Indonesia, organisasi pengelola zakat terbagi ke dalam dua jenis, Badan Amil
Zakat (BAZ) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ). Struktur organisasi BAZ dan LAZ
biasanya disusun berdasarkan pada kebutuhan spesifik masing-masing. Namun secara
umum, struktur tersebut terdiri atas Bagian Penggerak Dana, Bagian Keuangan, Bagian
Pendayagunaan dan Bagian Pengawasan. Organisasi pengelola zakat juga harus memiliki
Komite Penyaluran (Lending Committee) dengan mekanisme yang baik agar dana dapat
tersalurkan kepada yang benar-benar.
Hal terpenting dalam mengelola zakat adalah cara yang ditempuh dalam
menghimpun dan mendayagunakan dana zakat. Itulah yang menjadi latarbelakang
pentingnya peraturan perundangan tentang pengelolaan zakat agar organisasi pengelola
zakat tidak menempuh caranya sendiri-sendiri. Di Indonesia, pengelolaan zakat diatur
berdasarkan Undang-Undang No 23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat. Keputusan
Menteri Agama Nomor 581 tahun 1999 tentang pelaksanaan UU No 23 tahun 2011.
7
Mahmud Syaltut, Al-Fatwa Dirasrah Li Musykila! al-Muslim al-Mu 'ashirah fi Hayatihi al-Yaumiyah
wa al-(Mesir: Darul Qalam, tt,) him. 114.
8
Departemen Agama R.I. Pedoman Zakat, (Jakarta: Badan Proyek Peningkatan Zakat dan Wakaf, 2002)
hlm_ 39.
Dalam UU tersebut ditegaskan bahwa lembaga pengelola zakat yang ada di Indonesia
adalah Badan Amil Zakat yang dikelola oleh negara serta Lembaga Amil Zakat yang
dikelola masyarakat.
Semua program kegiatan yang telah dilakukan harus disampaikan kepada publik,
sebagai bagian dari pertanggung jawaban dan transparansi pengelolaan. Selain itu,
pemahaman tentang organisasi yang tampaknya kurang begitu dihayati oleh segenap
jajaran organisasi pengelola zakat. Organisasi bukan sekedar tempat berkumpul untuk
melaksanakan kegiatan bersama atas dasar kepentingan bersama. Organisasi merupakan
sistem kooperatif dengan pembagian otoritas yang jelas dan sesungguhnya kepada sub-sub
sistemnya. Unsur-unsur pokok organisasi meliputi uang (modal), sumber daya manusia,
material, struktur dan tugas-tugas, teknologi (metode dan alat perlengkapan) dan tujuan
organisatoris.9
Dari berbagai hikmah zakat menurut para ulama’, maka dapat dibagi menjadi tiga
macam atau aspek, yaitu diniyyah, khuluqiyyah, dan ijtimaiyyah. Yaitu:10
b. Sarana bagi hamba untuk taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah, akan
menambah keimanan karena keberadaanya yang memuat beberapa macam
ketaatan.
c. Pembayar zakat akan mendapatkan pahala besar yang berlipat ganda, sebagaimana
dalam firman Allah swt:
9
Winardi, Perilaku Organisasi, Bandung : Tarsito, 1989, 8.
10
Fakhruddin, Fiqh & Manajemen Zakat di Indonesia, (Malang: UIN Malang Press, cet. I, 2008) hlm.
30-32
َيۡم َح ُق ُهّٰللا الِّر ٰب وا َو ُيۡر ِبى الَّصَد ٰق ِتؕ َوُهّٰللا اَل ُيِح ُّب ُك َّل َك َّفاٍر َاِثۡي ٍم
Artinya: “Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. dan Allah tidak
menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat
dosa”.11
a. Menanamkan sifat kemuliaan, rasa toleran, dan kelapangan dada kepada pribadi
pembayar zakat
b. Pembayar zakat biasanya identic dengan sifat rahmah (belas kasih) dan lembut
kepada saudaranya yang tidak punya.
c. Merupakan realita bahwa menyumbang sesuatu raga bagi kaum muslimin akan
melapangkan dada dan meluaskan jiwa, sebab sudah pasti ia akan menjadi orang
yang dicintai dan dihormati sesuai tingkat pengorbanannya.
Adapun hikmah zakat apabila ditinjau dari aspek ijtimaiyyah ini adalah:
a. Zakat merupakan sarana untuk membantu dalam memenuhi hajat hidup para fakir
miskin yang merupakan kelompok mayoritas sebagian besar Negara di dunia.
c. Zakat bisa mengurangi kecemburuan social, dendam dan rasa dongkol yang ada
dalam dada fakir miskin karena masyarakat bawah akan mudah tersulut rassa benci
dan permusuhan jika mereka melihat kelompok masyarakat ekonomi tinggi
menghambur-hamburkan harta yang demikian melimpah itu untuk mengentaskan
11
QS. al-Baqarah [2]: 276
kemiskinan tentu akan terjalin keharmonisan dan cinta kasih antara si kaya dan si
miskin.
d. Zakat akan memacu pertumbuhan ekonomi pelakunya dan yang jelas berkahnya
akan melimpah.
e. Membayar zakat berarti memperluas peredaran harta benda atau uang, karena
ketika harta dibelanjakan maka perputarannya akan meluas dan lebih banyak pihak
yang mengambil manfaat.
Hal tersebut seperti halnya firman ALLAH SWT dalam surat Al- Bayyinah
Ayat : 5
َو َم ۤا ُاِمُر ۤۡو ا ِااَّل ِلَيۡع ُبُدوا َهّٰللا ُم ۡخ ِلِص ۡي َن َلـُه الِّد ۡي َن ۙ ُح َنَفٓاَء َو ُيِقۡي ُم وا الَّص ٰل وَة َو ُيۡؤ ُتوا الَّز ٰك و َة َو ٰذ ِلَك ِد ۡي ُن اۡل َقِّيَم ِة
Zakat nafs (Jiwa) atau disebut dengan zakat fitri fitrah. Zakat ini setara dengan 3,5
liter (2,7 kilogram) makanan pokok yang ada di daerah muzzaki bersangkutan
seperti halnya beras,sagu,dan sejenisnya.
Zakat fitrah merupakan zakat jiwa ( Zakat Al-Nafs ), yaitu kewajiban
berzakat bagi setiap individu baik untuk orang yang sudah dewasa maupun yang
belum dewasa, dan di bareingi dengan ibadah puasa (Shaum).12
Zakat harta benda, atau disebut iuga 7.akat maa/. Pembagian zakat maal/ sendiri
terdiri kedalam beberapa ienis, seperti zakat peng- hasilan, zakat perniagaan,zakat
pertanian, zakat emas dan banyak lagi lainnya. Perhitungan zakat ini berbeda—
beda tergantung dari jenis harta benda yang diwaiibkan zakatnya. Hukum
12
Mursyidi , Akuntansi Zakat Kontemporer, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003), Cet. 1, h. 78
menunaikan zakat sendiri adalah wajib bagi setiap muslim dan muslimah yang
telah memenuhi syarat-syarat tertentu.
Seperti diuraikan terdahulu bahwa zakat sepadan dengan kata shadaqah, juga
bahkan dengan kata infaq. Ketiga istilah tersebut merupakan kata yang
mengindikasikan adanya ibadah maliyah, ibadah yang berkaitan dengan harta
konsep ini sudah di sepakati oeh para ahli Islam.13
13
Ibid. h. 79
14
9Wahbah Az- Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, bahasa oleh Abdul Hayyie Al Kattani, (Jakarta:
Gema Insani, 2011), Cet. 1, h.
15
Ibid , h. 182
1. Zakat Fitrah
Zakat fitrah wajibdi keluarkan sebelum shalat ied, namun ada juga yang
membolehkan mengeluarkan mulai pertengahan bulan puasa. Bukan dikatakan zakat
fitrah apa bila dilakukan setelah shalat ied, ini pendapat yang paling kuat.
a. Ukuran berat gandum dan kurma adalah wajar karena kedua hasil bumi tersebut
dapat segera dimakan, atau dimasak tanpa lauk-pauk.
b. Ukuran yang disampaikan oleh nabi menunjukkan adanya indikasi sesuai dengan
kebutuhan sementara kebutuhan setiap orang terkadang berbeda. Juga
kemampuan setiap orang pun berbeda.
Oleh karena itu sangatlah layak jika ukuran zakat fitrah untuk di Indonesia perlu
ditinjau kembali sehingga standarnya dapat memenuhi kebutuhan orang miskin pada
saat itu.
2. Zakat Harta
Zakat harta Zakat harta adalah bagian yang disisihkan oleh seorang muslim
atau badan yang dimiliki oleh seorang muslim sesuai dengan ketentuan agama untuk
diberikan kepada yang berhak menerimanya. Syarat kekayaan itu dizakati antara lain
milik penuh, berkembang, cukup nisab, lebih dari kebutuhan pokok, bebas dari
utang, sudah berlalu satu tahun (haul). Harta yang dikenakan zakat, antara lain:
Contoh perhitungan: nyonya inur memiliki 120 gr, dipakai dalam aktivitas
sehari-hari sebanyak 15 gr. Maka zakat emas yang wajib dikeluarkan oleh wanita
tersebut adalah 120 gr – 15 gr = 105 gr. Bila harga emas Rp 70.000 per gram
maka zakat yang harus dikeluarkan sebesar: 105 gr x Rp 70.000 x 2,5 % = Rp
188.750.16
16
Andri Soemitra, Bank Dan Lembaga Keuangan Syari’ah ( Jakarta: Kencana, 2010) Cet. 2, hlm. 414
Contoh perhitungan ini dapat dilakukan pada perhitungan zakat yang diqiyas kan
pada zakat emas dan perak.17
d. Hasil pertambangan
Ma’din (hasil tambang) adalah benda benda yang terdapat di dalam perut
bumi dan memiliki nilai ekonomis seperti emas, perak, timah, tembaga, marmer,
minyak bumi, batu bara dan lain lain. menurut mazhab hanafi dan qoul mazhab
syafi’I berpendapat bahwa wajib mengeluarkan zakatnya adalah 1/5. Sedangkan
mazhab maliki, syafi’I berpendapat bahwa yang wajib dikeluarkan zakatnya
adalah 1/40.19
e. Hasil peternakan
17
Ibid, h. 415
18
Ibid
19
Ibid. h. 416
Peternakan yang wajib dizakati terdiri dari ternak unta, sapi, kerbau, serta
kambing atau domba. Syarat syarat hewan sampai haul, mencapai nisabnya, di
gembalakan dan mendapatkan makanan di lapangan tempat pengembalaan
terbuka, tidak dipekerjakan, tidak boleh memberikan binatang yang cacat dan tua
(ompong), pembiayaan untuk operasional ternak dapat dapat mengurangi dan
bahkan menggugurkan zakat ternak,
1) Nisab unta adalah 5 ekor, artinya bila seseorang telah memiliki 5 ekor unta,
maka ia terkena kewjiban zakat. Selanhutnya zakat itu bertambah, jika
jumlah untanya dimiliki bertambah. 20
Jumlah ternak unta kurang dari 5 tidak wajib zakat. Lebih dari 120,
setiap 40 ekor, 1 ekor bintu labun, dan pada setiap 50 ekor, 1 ekor hiqqoh,
lebih dari 120-129, 3 ekor bintu labun.35 Imam Syafi’I berkata Apa bila unta
berjumlah 200 ekor dan di dapati ada ada 4 ekor unta betina yang berumur 3
tahun, maka zakatnya adalah unta yang berumur 3 tahun, dan ia tidak di
bebani kecuali apa yang menjadi kewajiban.
2) Zakat Sapi
Nisab sapi adalah 30 ekor, artinya jika seseorang telah memiliki 30
ekor sapi, maka ia telah kerkena wajib zakat. Selanjutnya setiap itu
bertambah 30 ekor, zakatnya bertambah 1 ekor tabi. Dan jika setiap jumlah
itu bertambah 40 ekor, zakatnya bertambah 1 ekor musinnah.21
3) Zakat Kambing/Domba
Nisab kambing / domba adalah 40 ekor, artinya bila seseorang telah
memiliki 40 ekor kambing / domba, maka ia telah terkena wajib zakat.
Selanjutnya, setiap jumlah itu bertambah 100 ekor maka zakatnya bertambah
1ekor.22
4) Ternak unggas (ayam,bebek,burung,dan lain-lain) dan perikanan Nisab pada
ternak unggas dan perikanan tidak di terapkan berdasarkan jumlahn
(ekor),sebagaimana halnya sapi, dan kambing.tetapi dihitungkan berdasarkan
skala usaha. Nisab ternak unggas dan perikanan adalah setara dengan 20
20
Imam Syafi’I Abu Abdullah Bin Muhammad Idris, Mukhtashar Kitab Al- Umm Fiil Fiqhi, alih bahasa
oleh Mohammad yasir Abd Muthallib,dkk, ( Jakarta: Pustaka Azzam, 2005). Cet. 2, hlm. 405
21
Andri Soemitra, op.cit. hlm. 417
22
Ibid. hlm. 418
dinar (1 dinar =4,25 gram emas murni) atau sama dengan 85 gram emas.
Artinya bila seorang berternak unggas atau perikanan,dan pada akhir tahun
(tutup buku) ia memiliki kekayaan yang berupa modal kerja dan keuntungan
lebih besar atau setara dengan 85 gram emas murni, maka ia terkena
kewajiban zakat sebesar 2,5 % .
5) Hasil pendapatan dan jasa (zakat profesi) Zakat profesi adalah zakat yang
dikeluarkan dari penghasilan profesi ( hasil profesi) bila telah mencapai
nisab. Profesi dimaksud mencakup profesi pegawai negri atau sewasta,
konsultan, dokter, notaries, akuntan, artis, wirawisata, dan lain-lain. Pendapat
ulama yg berkembang saat ini ,menganalogikan zakat profesi kepada zakat
pertanian, yakni di bayar ketika mendapatkan hasilnya,tanpa menunggu
setahun,demikian juga mengenai nisabnya;sebesar 1,350 kg gabah atau 750
kg beras. Zakat ini di bayarkan dari pendapatan bersih, bukan pendapatan
kotor. Sedangkan tarifnya, menurut ulama kontemporer, dianologikan kepada
zakat emas dan perak yakni sebesar 2,5% atas dasar qiyas asy-syabah, yaitu
dari segi waktu mengeluarkan dan nisabnya dianologikan kepada zakat
pertanian. Sedangkan dari segi tarifnya dianologikan kepada zakat
pertanian.sedangkan dari segi tarifnya dianologikan kepada zakat emas
perak. Contoh perhitungan: seorang pegawai negeri berpenghasilan Rp
2.000.000 dalam sebulan. Lalu dipotong kebutuhan dasar/ kebutuhan pokok,
seperti makan dan kredit/kontrak rumah. Jika sisa dari kebutuhan pokok,
seperti makan dan kredit/kontrak rumah. Jika sisa dari kebutuhan pokok
tersebut 1.000.000 sebulan, maka dalam setahun jumlahnya sebesar rp
12.000.000. jumlah ini telah mencapai nisab,maka zakat yang harus
dikeluarkan sebesar 2,5% x rp 12 juta,yaitu rp 300.000.
6) Rikaz
Rikaz adalah harta terpendam dari zaman dahulu atau biasa di sebut
dengan harta karun. Termasuk di dalamnya harta yang di temukan dan tidak
ada yang mengaku sebagai pemiliknya. Zakat rikaz adalah sebesar 20% dan
tidak di persyaratkan sampai 1 tahun karna wajib di keluarkan zakatnya pada
saat di dapat.23
Secara makro, penerapan zakat akan berdampak positif terhadap tingkat tabungan
nasional. Karena zakat juga dikenakan terhadap kekayaan (wealth) yang terakumulasi,
tidak hanya pada pendapatan (income) saja, maka pembayaran zakat akan mendorong
muzaki untuk meningkatkan rasio tabungan untuk mencegah tingkat kekayaannya
menurun. Sebagai misal, jika rate of return dari modal finansial adalah 10%, maka
muzaki harus menabung lebih dari 25% pendapatannya untuk menjaga tingkat
kekayaannya konstan.25
BAB III
PENUTUP
26
M.Fahim Khan,Essays In Islamic Economics,(Leicester: The Islamic Foundation,1995),hlm.33.
A. KESIMPULAN
Hal ini terjadi karena dengan adanya substansi zakat merupakan mekanisme yang
menjamin kelangsungan hidup mereka ditengah masyarakat, sehingga mereka merasa
hidup di tengah masyarakat manusia yang beradab, memiliki nurani, kepedulian dan juga
tradisi saling tolong menolong.
Untuk mencapai harapan yang demikian, maka diperlukan pengelola zakat yang
baik dan benar menurut syariat Islam. Hal terpenting dalam mengelola zakat adalah cara
yang ditempuh dalam menghimpun dan mendayagunakan dana zakat. Semua program
kegiatan yang telah dilakukan harus disampaikan kepada publik, sebagai bagian dari
pertanggung jawaban dan transparansi pengelolaan.
DAFTAR PUSAKA
Manajemen Serta Fungsi Zakat Pada Badan Amil Zakat Dan Lembaga Amil Zakat Nurul
Fadia, Moh. Abd. Rahman