Anda di halaman 1dari 23

ANALISIS SWOT DALAM PENERAPAN ZAKAT

Disusun dalam rangka memenuhi tugas Mata Kuliah


“Akuntansi Islam”

Disusun Oleh:
M. KHALIQ MEIRIVAL (2201104010052)
CUT MEGA FAHIRA (2201104010056)
PUSPITA FARAH DIBA (2201104010067)
SITI MAULIZA AZHANI (2201104010069)
NAJWA FAKHRIYA (2201104010075)
SALWA YUMNA (2201104010077)
TALIDA FATIN (2201104010082)

PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSYITAH SYIAH KUALA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA
sehingga kami dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya. Tidak lupa
kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari seluruh
komponen yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi para pembaca, serta seluruh Masyarakat Indonesia
khususnya para mahasiswa untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah ini agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami
yakin dalam pembuatan makalah kali ini masih banyak ditemukan
kekurangan, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Kamis, 23 November 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ 2


DAFTAR ISI ........................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 4
A. Latar Belakang ..........................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 6
A. Zakat ..........................................................................................................6
1. Pengertian ............................................................................................. 6
2. Sejarah Zakat ........................................................................................ 7
3. Dasar Hukum Zakat .............................................................................. 8
4. Syarat Wajib Zakat ............................................................................... 9
B. Analisis SWOT Penerapan Zakat Di Indonesia ......................................10
1. Pengertian Analisis SWOT ................................................................. 10
2. SWOT Zakat di Indonesia .................................................................. 11
3. Strategi dalam Mengembangkan Zakat di Indonesia .......................... 17
C. Zakat dalam Akuntansi ............................................................................18
1. Pengertian Akuntansi .......................................................................... 18
2. Konsep Zakat dalam Praktik Akuntansi ............................................. 20
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 21
A. Kesimpulan ..............................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 22

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Zakat adalah salah satu rukun Islam yang wajib dipenuhi oleh setiap
muslim. Menunaikan zakat adalah urusan individu, sebagaimana pemenuhan
kewajiban seorang muslim. Apabila seorang mukmin telah beribadah dan
melaksanakan kewajibannya di sisi Allah swt dan mendapat ganjaran
sebagaimana yang Allah telah janjikan. Zakat dalam pelaksanaannya harus
ditetapkan dan diatur oleh agama dan Negara, baik dari segi jenis harta yang
dizakatkan, para muzzaki (wajib zakat) maupun para mustahik (penerima
zakat). Dalam hal ini pemerintah atau lembaga yang ditunjuk oleh pemerintah
untuk mengelola zakat demi kemaslahatan ummat. Sebagai Negara dengan
jumlah mayoritas muslim, Indonesia sebenarnya tidak hanya mengambil
rumusan langkalangkah strategis dari konsep Negara kesejahteraan, melainkan
juga dapat merujuk pada konsep dan paradigma kesejahteraan ummat yang ada
dalam ajaran Islam.
Zakat merupakan ibadah yang mengandung dua dimensi, ialah dimensi
hablum minallah dan hablum minannas. Ada beberapa tujuan yang ingin dicapai
oleh Islam dibalik kewajiban zakat, Secara umum zakat bertujuan untuk
menutupi kebutuhan pihak-pihak yang memerlukan dari harta kekayaan sebagai
perwujudan dari rasa tolong menolong antara sesama manusia beriman.
Zakat dalam Islam terbagi menjadi dua, yaitu zakat fitrah dan zakat mal.
Zakat mal adalah zakat harta yang dikenakan atas harta yang dimiliki oleh
individu dengan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan
secara syarak. Sedangkan Zakat fitrah ialah zakat diri yang diwajibkan atas diri
setiap individu lelaki dan perempuan muslim yang berkemampuan dengan
syarat-syarat yang ditetapkan. Kata fitrah yang ada merujuk pada keadaan
manusia saat baru diciptakan sehingga dengan mengeluarkan zakat ini manusia
dengan izin Allah akan kembali fitrah.

4
Zakat telah menjadi instrumen penyeimbang sektor ekonomi keuangan
masyarakat, dari sini Zakat perannya sangat penting dan strategis menjadi
tulang punggung kesejahteraan umat. Zakat juga menjadi sangat istimewa
karena dalam pengaturannya tidak hanya mengikat subjek (muzaki) dan objek
(mustahik) akan tetapi sangat paripurna dengan kelembagaannya (amil zakat)
yang fokus kegiatannya pada pengumpulan dan penyaluran zakat kepada yang
berhak.
Prosedur manajemen zakat harus didasarkan pada undang-undang yang
memastikan kewajiban ini dipenuhi oleh semua pihak tanpa menyimpangkan.
Kewajiban untuk menerapkan zakat zyariah menurut Maqasid adalah tanggung
jawab terhadap aspirasi rakyat, pemerintah indonesia telah mengeluarkan
Undang-undang No. 23/2011 yang mengatur tentang pengelolaan zakat di
Indonesia. Dimana undang-undang ini merupakan revisi dari undang-undang
No. 38/1999 yang mengatur dua hal : formalitas hukum yang berkaitan dengan
ibadah sosial dan proses ijtihad yang menandakan bahwa hukum tersebut dapat
diamandemen untuk kepentingan publik mengingat temuan penelitian ilmiah.
Badan Amil Zakat (BAZ) sebagai lembaga pengelolaan zakat yang
didirikan oleh pemerintah ternyata sistem manajemen pengelolaannya masih
belum optimal dan kurang dipercaya masyarakat atau muzakki. Dimana
kinerjanya masih perlu ditingkatkan lagi untuk menjaga kesinambungan
manfaat penggunaan zakat dan infak tersebut. Prinsip zakat dalam tatanan sosial
ekonomi mempunyai tujuan untuk memberikan pihak tertentu yang
membutuhkan untuk menghimpun dirinya selama satu tahun kedepan dan
bahkan diharapkan sepanjang hidupnya. Dalam konteks ini, zakat
didistribusikan untuk dapat mengembangkan ekonomi baik melalui
keterampilan yang menghasilkan maupun dalam bidang perdagangan.
Pendistribusian Zakat bisa melalui pembagian modal usaha kepada para
penerima zakat yang dapat digunakan dalam perdagangan.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Zakat
1. Pengertian
Zakat menurut terminologi (syari’) adalah sejumlah harta tertentu
yang diwajibkan oleh allah SWT untuk diberikan kepada orang yang berhak
menerima zakat (mustahik) yang disebutkan dalam al-Qur’an. Selain itu,
bisa juga berarti sejumlah harta tertentu dari harta tertentu yang diberikan
kepada orang yang berhak menerima zakat.
Menurut Yusuf Qardhawi, dalam al-Qur’an kata zakat disebut
sebanyak 30 (tiga puluh) kali. Sebanyak 8 (delapan) kali terdapat di dalam
surat makkiyah dan sebanyak 24 kali terdapat dalam surat madaniyah. Kata
zakat dalam ma’rifat disebutkan 30 (tiga puluh) kali di dalam al-Qur’an,
diantarannya 27 (dua puluh tujuh) kali disebutkan dalam satu ayat bersama
shalat, dan hanya satu kali disebutkan dalam konteks yang sama dengan
shalat tetapi tidak di dalam satu ayat, yaitu surat al-Mu’minum (23): 1-4.
Dalam literatur yang lain dijelaskan bahwa Zakat adalah suatu
kewajiaban bagi umat Islam yang telah ditetapkan dalam al-Qur’an, Sunah
nabi, dan ijma’ para ulama. Zakat merupakan salah satu rukun Islam sebagai
kewajiban setiap muslim yang mampu untuk membayarnya dan
diperuntukkan bagi mereka yang berhak menerimanya.
Sedangkan empat Madzhab memberikan defenisi yang secara
redaksional berbeda-beda mengenai makna zakat, berikut pengertian zakat
menurut keempat madzhab:
a. Mazhab Maliki
Zakat ialah mengeluarkan sebagian yang khusus dari harta yang khusus
pula yang telah mencapai nishab kepada orang-orang yang berhak
menerimanya. Manakala kepemilikan itu penuh dan sudah mencapai
haul (setahun) selain barang tambang dan pertanian.
b. Mazhab Hanafi

6
Zakat ialah menjadikan sebagian harta yang khusus dari harta yang
khusus sebagai milik orang yang khusus sesuai ketentuan syari’at.
c. Mazhab Syafi’i
Zakat ialah sebuah ungkapan untuk mengeluarkan harta atau tubuh
sesuai dengan cara yang khusus.
d. Mazhab Hambali
Zakat ialah hak yang wajib dikeluarkan dari harta yang khusus untuk
kelompok yang khusus pula.
Sedangkan makna terminologi – istilah yang digunakan dalam
pembahasan fiqih Islam – adalah “mengeluarkan sebagian dari harta tertentu
yang telah mencapai nishab (takaran tertentu yang menjadi batas minimal
harta tersebut diwajibkan untuk dikeluarkan zakatnya)” diberikan kepada
mereka yang berhak menerimanya (berdasarkan pengelompokan yang
terdapat dalam Al-Quran), dan harta tersebut merupakan milik sempurna –
dalam artian merupakan milik sendiri dan tidak terdapat kepemilikan orang
lain di dalamnya serta telah genap usia kepemilikannya selama setahun, hal
ini di kenal dengan istilah haul. Barang hasil tambang, barang temuan, dan
hasil pertanian turut pula terkena hal di atas, meskipun untuk jangka waktu
kepemilikannya (haul) berbeda. Barang tambang wajib dikeluarkan
zakatnya pada saat setelah barang tersebut ditambang. Sementara barang
temuan wajib dikeluarkan zakatnya pada saat barang tersebut ditemukan.
Dan produk hasil pertanian wajib dikeluarkan zakatnya pada saat panen.

2. Sejarah Zakat
Sebelum Islam diwahyukan kepada Nabi Muhammad S.A.W.
Semacam zakat telah dikenal di kalangan bangsa-bangsa Timur, memiliki
kekayaan duniawi akan menghalangi orang untuk memperoleh kebahagiaan
hidup di surga, khususnya di kalangan umat beragama. Hal ini terjadi atas
adanya pandangan hidup di kalangan bangsa-bangsa Timur bahwa
meninggalkan kesenangan duniawi adalah perbuatan terpuji dan bersifat
kesalehan. Sebaliknya, memiliki kekayaan duniawi akan menghalangi
orang untuk memperoleh kebahagiaan hidup di surga.

7
Dalam syari’at Nabi Musa a.s., zakat juga dikenal, tetapi hanya
dikenakan terhadap kekayaan yang berupa binatang ternak seperti: sapi,
kambing, dan unta. Zakat yang wajib dikeluarkan adalah 10 % dari nishab
yang di tentukan.
Shadaqah yang berlatarbelakang kemusyrikan di kalangan bangsa
Arab Jahiliyyah itu, setelah Islam datang diubah menjadi shadaqah yang
kemudian menjadi zakat, yang merupakan wajib keagamaan, yang
berkedudukan sebagai salah satu rukun Islam. Zakat merupakan ibadah
yang bercorak kemasyarakatan, untuk melaksanakan salah satu segi ajaran
Islam tentang keadilan atau kesejahteraan sosial. Oleh karena itu. Zakat
sering disebut sebagai iibadah maliyah ijtima’iyah, ibadah kebendaan yang
bertujuan kemasyarakatan.
Oleh karena zakat menjadi salah satu sendi agama Islam yang
menyangkut harta benda dan bertujuan kemasyarakatan, sangat banyak ayat
al-Qur’an yang menyebutkan perihal zakat dengan ungkapan yang beraneka
macam, disertai pula dengan ancaman-ancaman terhadap para wajib zakat
yang mengabaikannya. Dalam banyak ayat al-Qur’an kewajiban zakat
disebutkan bersama-sama dengan kewajiban shalat. Hal ini mengisyaratkan
bahwa kewajiban zakat adalah sama pentingnya dengan kewajiban shalat
kedua-duanya merupakan sendi-sendi agama Islam.

3. Dasar Hukum Zakat


Dalam ajaran Islam disebutkan bahwa zakat merupakan salah satu
rukun Islam dan juga menjadi kewajiban bagi umat Islam dalam rangka
pelaksanaan dua kalimat syahadat. Dalam Qur’an disebutkan, kata zakat dan
shalat selalu digandengkan disebut sebanyak 82 kali. Ini menunjukkan
hukum dasar zakat yang sangat kuat.
Adapun dasar hukum kewajiban zakat diantaranya adalah:
a. Al-Qur‟an
1) Surat Al-Baqarah ayat 43 :
Artinya : “Dan Dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan
ruku‟lah beserta orang-orang yang ruku.

8
2) Surat At-Taubah ayat 103 :
Artinya : “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan
zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan
mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi)
ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi
Maha Mengetahui.”
b. Hadits
Adapun dalil-dalil sunnah ialah sebagai mana diriwayatkan oleh
HR. Mutafaq Alaih yang berbunyi :
Artinya : “Dari Ibnu Umar ra. Bahwasanya Rasulullah saw.
bersabda: “Islam itu didirikan atas lima sendi, yaitu persaksian bahwa
tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad utusan Allah, mendirikan
shalat, menunaikan zakat, haji dan puasa di bulan Ramadhan.”(HR.
Mutafaq Alaih).

4. Syarat Wajib Zakat


Menurut para ahli hukum islam, ada beberapa syarat yang harus
dipenuhi agar kewajiban zakat dapat dibebankan pada harta yang dipunyai
oleh seorang muslim. Adapun syarat-syarat itu antara lain:
a. Pemilikan yang pasti
Artinya sepenuhnya berada dalam kekuasaan yang punya, baik
kekuasaan pemanfaatan maupun kekuasaan menikmati hasilnya.
b. Berkembang
Artinya harta itu berkembang, baik secara alami berdasarkan
sunnatullah maupun bertambah karena ikhtiar atau usaha manusia.
c. Melebihi kebutuhan pokok
Artinya harta yang dipunyai oleh seseorang itu melebihi kebutuhan
pokok yang diperlukan oleh diri dan keluargannya untuk hidup wajar
sebagai manusia.
b. Bersih dari hutang

9
Artinya harta yang dipunyai oleh seseorang itu bersih dari hutang, baik
hutang kepada allah (nazar , wasiat)maupun hutang kepada sesama
manusia.
c. Mencapai nisab
Artinya mencapai jumlah minimal yang wajib dikeluarkat zakatnya.
d. Mencapai haul
Haul yaitu kekayaan yang dimiliki seseorang apabila sudah mencapai
satu tahun hijriyah atau telah mencapai jangka waktu yang mewajibkan
seseorang mengeluarkan zakat.

B. Analisis SWOT Penerapan Zakat Di Indonesia


1. Pengertian Analisis SWOT
Analisis SWOT berasal dari kata Strengths (Kekuatan) dan Weakness
(Kelemahan) dari internal perusahaan serta Opportunities (peluang) dan
Threats (ancaman) dari lingkungan eksternal. Analisis SWOT adalah teknik
historis di mana manajer dapat menciptakan gambaran umum mengenai
situasi strategi perusahaan. Tujuan akhir analisis SWOT adalah
memberikan berbagai alternatif strategi. Sehingga strategi tersebut mudah
diterapkan dan diaplikasikan pada perusahaan. Analisis ini berdasarkan
asumsi bahwa strategi efektif adalah kesesuaian dari sumber daya internal
dengan eksternal. Kesesuaian ini akan dapat memanfaatkan kekuatan dan
peluang serta meminimalkan kelemahan dan ancaman.
a. Kekuatan (Strengths)
Kekuatan adalah segala hal yang tersedia bagi perusahaan yang
membuat organisasi lebih unggul dibanding dengan pesaingnya dalam
melayani kebutuhan pelanggan. Kekuatan muncul dari kompetensi yang
tersedia dari sumber daya milik organisasi.
b. Kelemahan (Weakness)
Kelemahan merupakan keterbatasan yang dimiliki organisasi dalam
beberapa sumber daya suatu organisasi, sehingga akan menjadi kurang
efektif dalam memenuhi kebutuhan para pelanggan.
c. Peluang (Opportunities)

10
Peluang adalah situasi yang sangat menguntungkan dalam lingkungan
eksternal suatu organisasi. Kecenderungan organisasi merupakan
bagian dari sumber peluang.
d. Ancaman (Threats)
Ancaman adalah situasi yang tidak menguntungkan dalam lingkungan
organisasi. Ancaman akan menjadi penghalang utama bagi organisasi
dalam mencapai tujuan yang diinginkan
Analisis SWOT merupakan pengolahan berbagai faktor secara
sistematis untuk menetapkan perumusan strategi organisasi. Analisis ini
didasarkan ketika memaksimalkan kekuatan dan peluang di perusahaan,
secara tidak langsung akan meminimalkan kelemahan dan ancaman.
Perencanaan strategis berkaitan dengan penetapan pengembangan misi,
tujuan, strategi dan kebijakan.

2. SWOT Zakat di Indonesia


a. Kekuatan dan kelemahan dalam Penghimpunan Zakat
Pentingnya lembaga amil zakat yang terpercaya dan diakui oleh
masyarakat merupakan hal yang krusial dalam pengelolaan zakat.
Seiring perkembangan zaman, beberapa lembaga tersebut juga telah
melengkapi diri dengan Organisasi Pengelola Zakat (OPZ) yang
memiliki peran penting dalam mengelola dana-dana seperti infaq,
sedekah, dan Dana Sosial Keagamaan Lainnya (DSKL). Ini
memberikan potensi yang besar sebagai sumber pendanaan yang dapat
dikembangkan lebih lanjut. Namun, masih terdapat beberapa kelemahan
dalam struktur yang ada, terutama terkait kebijakan Nomor Pokok
Wajib Zakat (NPWZ) yang belum memiliki sifat memaksa serta
kurangnya sentralisasi, membuat pemetaan muzakki (pemberi zakat)
menjadi suatu tantangan yang cukup rumit. Kurangnya edukasi dan
literasi masyarakat terkait zakat dan wakaf produktif juga menjadi
hambatan serius dalam optimalisasi potensi ini.
Sementara itu, wakaf juga telah menunjukkan kemajuannya
dengan adanya instrumen-instrumen yang bersifat hybrid dan terkait

11
dengan sistem keuangan komersial. Hal ini membuka peluang
diversifikasi pendanaan dan pengelolaan yang lebih kuat dalam konteks
wakaf. Namun, terdapat kekurangan dalam pengelolaan wakaf yang
masih cenderung parsial dan bersifat perseorangan. Ketidakpahaman
masyarakat terhadap potensi wakaf produktif serta kebutuhan untuk
lebih mengedukasi mereka tentang manfaat dan mekanisme wakaf
menjadi bagian penting dalam upaya mengatasi kendala ini.
Diperlukan upaya yang lebih besar dari lembaga-lembaga terkait,
baik pemerintah, lembaga amil zakat, OPZ, maupun komunitas, untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya zakat dan wakaf
produktif. Selain itu, penyempurnaan regulasi terkait NPWZ dan upaya
memperkuat struktur pengelolaan wakaf merupakan langkah krusial
untuk mengoptimalkan peran zakat dan wakaf sebagai instrumen
pemberdayaan ekonomi umat serta pemberi manfaat bagi masyarakat
yang membutuhkan.
b. Kekuatan dan kelemahan dalam pengelolaan Zakat
Pentingnya prinsip-prinsip Ziswaf (Zakat, Infaq, Sedekah, Wakaf)
sebagai landasan bagi pengelolaan zakat dan wakaf telah mengarah pada
pembentukan dan pemantapan model-model yang dianggap sebagai
pedoman utama, seperti Zakat Core Principle (ZCP) dan Wakaf Core
Principle (WCP). Langkah ini diperkuat dengan proses sertifikasi bagi
para Amil Zakat yang didukung oleh divisi monitoring dan evaluasi dari
regulator BAZNAS (Badan Amil Zakat Nasional), yang bertindak
sebagai pengawas yang mengendalikan tata kelola lembaga zakat di
berbagai tingkatan, baik nasional, provinsi, maupun kabupaten dan kota.
Peran penting pada sektor keuangan mikro, seperti Baitul Maal wat
Tamwil (BMT), diberikan ruang untuk menghimpun dana Ziswaf
melalui legalisasi Unit Pengumpul Zakat dan Nazhir wakaf yang secara
hukum berada di bawah naungan BAZ dan LAZ yang telah ada.
Meskipun demikian, terdapat beberapa kelemahan yang masih
terlihat jelas. Belum semua lembaga zakat memiliki fungsi perencanaan
yang optimal, yang menjadi kunci dalam mengelola dana zakat dengan

12
efektif. Selain itu, pola integrasi dan koordinasi antar Organisasi
Pengelola Zakat (OPZ) juga belum mencapai tingkat maksimal. Hal ini
tercermin dalam kurangnya sinergi di antara mereka dalam pengelolaan
zakat, infaq, sedekah, atau DSKL. Saat ini, lembaga-lembaga pengelola
zakat cenderung bersaing satu sama lain dan kurang menjalin kerjasama
yang erat, sehingga potensi optimalisasi pemanfaatan dana Ziswaf
belum sepenuhnya terwujud. Diperlukan langkah-langkah konkret
untuk meningkatkan kolaborasi antar lembaga zakat guna mencapai
tujuan bersama dalam memberdayakan dana Ziswaf demi kesejahteraan
umat.
c. Kekuatan dalam penyaluran Zakat
Penyaluran zakat, baik itu melalui penentuan penerima (asnaf)
maupun program-program yang dijalankan, telah menunjukkan
peningkatan dalam akurasi dan ketepatan sasaran. Banyaknya instrumen
evaluasi yang tersedia saat ini membantu dalam menilai dampak dari
penyaluran dan pemanfaatan dana zakat terhadap para penerima
manfaat (mustahik). Ketersediaan data dan metode evaluasi yang
canggih memungkinkan lembaga-lembaga zakat untuk memantau
secara lebih efisien apakah dana yang disalurkan telah memberikan
manfaat yang diharapkan kepada yang membutuhkan. Dengan
pendekatan yang lebih terukur dan terarah, penyaluran zakat kini dapat
dilihat secara lebih transparan dalam mencapai tujuan sosial dan
kemanfaatan yang diinginkan.
Meskipun demikian, masih terdapat kelemahan yang signifikan
dalam penyaluran zakat. Salah satunya adalah kurangnya skema atau
mekanisme yang mampu menjadikan zakat dan wakaf saling
melengkapi dan berkolaborasi secara lebih efektif. Kendati zakat dan
wakaf merupakan konsep-konsep filantropi yang sama-sama bertujuan
untuk memberdayakan masyarakat, terdapat kesenjangan dalam
penggunaan dan pemanfaatannya. Skema yang ada belum sepenuhnya
menggabungkan potensi zakat dan wakaf sehingga keduanya dapat
berperan secara sinergis dalam membantu mengatasi berbagai masalah

13
sosial dan ekonomi. Terdapat kebutuhan akan lebih banyak inovasi dan
keterlibatan strategis untuk menciptakan model yang mampu membuat
zakat dan wakaf saling mendukung dan memperkuat dampak sosialnya.
Dengan demikian, potensi penggunaan zakat dan wakaf secara bersama-
sama dapat diaktualisasikan secara lebih efisien dan efektif demi
kesejahteraan umat.
b. Peluang dalam penghimpunan Zakat
Tersedianya layanan zakat berbasis revolusi industri 4.0, seperti
layanan zakat berbasis mobile, crowdfunding atau internet banking pada
berbagai lembaga keuangan Syariah dan Wakaf juga Sudah terdapat
sejumlah Lembaga Keuangan Syariah yang menjadi nazir wakaf uang
(LKS-PWU), sehingga memperluas inklusivitas dan mempermudah
jangkauan terhadap wakif yang merupakan nasabah perbankan Syariah
bisa dikatakan Opportunities bersama di era digital ini dengan
meningkatnya keberagaman layanan multipayment dalam berbagai situs
ecommerce terkemuka ditopang oleh banyaknya jumlah muslim pada
kelompok menengah atas di Indonesia sebagai potensi muzakki.
Sedangkan yang masih dianggap sebagai ancaman dalam
penghimpunan Zakat adalah masih kurangnya kesadaran masyarakat
Indonesia untuk membayar zakat pendapatan secara rutin, penyebabnya
utama karena masih kurangnya edukasi dan pengetahuan masyarakat
Indonesia tentang nishab dan haul.
c. Peluang dalam pengelolaan
Pentingnya zakat dalam mencapai target Sustainable Development
Goals (SDGs) telah menjadi perhatian bersama antara lembaga zakat
dan lembaga internasional seperti United Nations Development
Programme (UNDP). Kolaborasi ini bertujuan untuk memaksimalkan
peran zakat dalam pembangunan berkelanjutan di Indonesia. Adanya
upaya pemetaan dan koordinasi antara lembaga-lembaga tersebut
memungkinkan pengalokasian dana zakat dengan lebih terarah dan
strategis, sehingga kontribusinya terhadap tujuan-tujuan pembangunan
yang terukur seperti pengentasan kemiskinan, pendidikan, kesehatan,

14
dan keberlanjutan lingkungan dapat dioptimalkan. Selain itu, banyak
pesantren di Indonesia yang berdiri atas tanah wakaf, menunjukkan
potensi besar pesantren sebagai laboratorium pengelolaan. Pesantren
dapat menjadi pusat inovasi dalam pengelolaan dana zakat dan wakaf
serta menjadi contoh dalam pemanfaatan dana sosial untuk
pengembangan pendidikan dan kesejahteraan masyarakat.
Namun, di balik peluang besar yang dimiliki, terdapat juga
ancaman dalam pengelolaan zakat. Salah satu tantangan utama adalah
ketidakpastian yang terkait dengan kondisi perekonomian dan sosial
pada masa tertentu. Penghimpunan dan penyaluran dana zakat sangat
dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal yang bersifat fluktuatif.
Perubahan ekonomi, keadaan sosial, dan kondisi politik dapat secara
signifikan memengaruhi jumlah dana yang terkumpul serta cara dan
waktu penyalurannya. Ketidakstabilan ini dapat menyulitkan
perencanaan jangka panjang dalam penggunaan zakat untuk program-
program yang berkelanjutan. Oleh karena itu, perlu adanya strategi
pengelolaan yang adaptif, responsif terhadap perubahan, serta
perencanaan yang cermat dalam menghadapi dinamika eksternal yang
mungkin memengaruhi jalannya penghimpunan dan penyaluran zakat.
d. Peluang dalam Regulasi dan kelembagaan Zakat
Sudah terdapat UU Pengelolaan Zakat No. 23 tahun 2011. Sudah
terdapatnya regulasi pendukung, seperti standar pengelolaan zakat,
misalnya Zakat Core Principle Beik (2015). Sudah terdapat berbagai
lembaga pendukung, seperti Asosiasi Pengelola Zakat (Forum Zakat)
dan organisasi sejenis lainnya. Wakaf: Sudah terdapatnya UU Wakaf
No. 41 tahun 2004. Sudah adanya Waqf Core Principles (WCP) sebagai
panduan pengelolaan wakaf.
e. Tantangan dalam Regulasi dan kelembagaan Zakat
Keberadaan aturan teknis yang rinci dan spesifik dalam
menjalankan regulasi terkait zakat menjadi sebuah kebutuhan
mendesak. Salah satu titik yang masih menjadi kelemahan adalah
kurangnya pedoman teknis yang jelas dalam melakukan audit terhadap

15
lembaga-lembaga zakat. Pentingnya pengaturan yang terperinci dalam
proses audit akan membantu memastikan transparansi, akuntabilitas,
dan kepatuhan lembaga zakat terhadap prinsip-prinsip syariah dan
hukum yang berlaku. Dengan demikian, audit yang lebih terstruktur
akan memastikan bahwa dana zakat disalurkan secara tepat sasaran dan
efektif kepada yang berhak menerimanya, sesuai dengan tujuan
sosialnya.
Selain itu, terdapat kendala dalam sinergi antar berbagai lembaga
terkait zakat. Meskipun ada banyak lembaga yang terlibat dalam
pengelolaan zakat, kurangnya koordinasi dan kerjasama antara mereka
menyulitkan terciptanya sistem yang komprehensif dan terintegrasi
dalam penyaluran zakat. Perlunya sinergi yang lebih kuat antar
lembaga-lembaga terkait zakat akan membantu dalam mengoptimalkan
efisiensi dan efektivitas dalam pengumpulan dan penyaluran dana zakat,
serta menghindari tumpang tindih atau kesenjangan informasi yang
dapat menghambat penyaluran dana secara tepat dan maksimal kepada
yang membutuhkan.
Tidak hanya dalam regulasi terkait zakat, namun juga perlunya
pembaruan dan penyempurnaan dalam Undang-Undang Wakaf No 41
tahun 2004. Pembaharuan ini diperlukan untuk memastikan adanya
landasan hukum yang lebih kuat, komprehensif, dan relevan dengan
dinamika perkembangan zaman serta kebutuhan masyarakat. Perlunya
penyesuaian regulasi ini akan membantu mendorong pengembangan
potensi wakaf, memperluas ruang lingkup pemanfaatannya, serta
meningkatkan manfaat sosial dan ekonomi dari aset-aset wakaf bagi
masyarakat luas. Dengan penyempurnaan yang tepat dalam peraturan
dan aturan terkait wakaf, dapat diharapkan peran serta wakaf dalam
pemberdayaan sosial dan ekonomi masyarakat akan semakin terwujud
dan memberikan dampak yang lebih luas.

16
3. Strategi dalam Mengembangkan Zakat di Indonesia
Pengembangan digitalisasi Zakat berpotensi besar untuk memberikan
kemudahan dalam layanan pembayaran Zakat. Tidak hanya itu, informasi
terkait program dan pendistribusian dana Zakat juga dapat dilakukan secara
digital melalui media sosial atau sejenisnya. Sehingga, secara tidak
langsung edukasi publik dan sosialisasi gerakan Zakat juga dapat dilakukan.
Dengan demikian, diharapkan realisasi penghimpunan Zakat dan
kepercayaan masyarakat pembayar Zakat dapat meningkat sehingga potensi
Zakat yang besar di Indonesia dapat dioptimalkan.
Terdapat banyak perubahan strategi untuk mengembangkan Zakat
dengan adanya revolusi Society 5.0, yakni Dalam Society 5.0 dimana
komponen utamanya adalah manusia yang mampu menciptakan nilai baru
melalui perkembangan teknologi dapat meminimalisir adanya kesenjangan
pada manusia dan masalah ekonomi dikemudian hari. Memang rasanya sulit
dilakukan di negara berkembang seperti Indonesia, namun bukan berarti
tidak bisa dilakukan karena saat ini Negara Jepang sudah membuktikannya
sebagai Negara dengan teknologi yang paling maju.
Konsep Society 5.0 merupakan penyempurnaan dari konsep-konsep
yang ada sebelumnya. Dimana seperti kita ketahui, Society 1.0 adalah pada
saat manusia masih berada di era berburu dan mengenal tulisan, Society 2.0
adalah era pertanian dimana manusia sudah mengenal bercocok tanam,
Society 3.0 : sudah memasuki era industry yaitu Ketika manusia sudah
mulai menggunakan mesin untuk membantu aktivitas sehari-hari, Society
4.0: manusia sudah mengenal computer hingga internet dan Society 5.0 era
dimana semua teknologi adalah bagian dari manusia itu sendiri, internet
bukan hanya digunakan untuk sekedar berbagi informasi melainkan untuk
menjalani kehidupan. Maka strategi yang dapat di gunakan dengan adanya
revolusi 5.0 ini yakni dengan melakukan pelatihan kepada lembaga amil
zakat terkait Teknologi yang akan di gunakan dalam pengembangan zakat
yakni contohnya dengan membuat aplikasi-aplikasi mobile yang mudah di
akses dimana pun masyarakat berada, khusus nya kepada para pengelola
baznas. Selain pengelola kepada masyarakat pun harus ada sosialisisi atau

17
seperti mengadakan kegiatan yang bertujuan untuk pentingnya zakat dalam
kehidupan beragama dan bernegara.
Selanjutnya, memperluas jaringan kepada seluruh pelosok negeri
sehingga bisa mengenalkan seberapa pentingnya zakat untuk kalangan
masyarakat muslim yang ada di negera Indonesia. Dengan adanya revolusi
5.0 ini pun dapat mempermudah lembaga amil zakat dalam mengelola dana
zakat masyarakat. Dan diharapkan kepada para lembaga yang mengelola
zakat harus profesional dalam menjalankan tugasnya sebagai mestinya.
Dengan kemajuan teknologi yang canggih dan profesional nya para
lembaga zakat yang mengelola zakat tersebut maka akan tercapainya tujuan
dari lembaga tersebut, dengan lancarnya pengeloaan dana tersebut maka
akan menciptakan masyarakat yang hidup sejahtera, dan yang pastinya akan
mengurangi kesenjangan sosial, dan apabila terjadi bencana alam maka
lembaga amil zakat akan sigap berupaya membantu jika terdapat kerusakan
baik fisik maupun material.

C. Zakat dalam Akuntansi


1. Pengertian Akuntansi
Secara umum akuntansi merupakan suatu sistem informasi yang
digunakan untuk mengubah data dari transaksi menjadi informasi keuangan.
Proses atau siklus akuntansi meliputi kegiatan
a. Mengidentifikasi, yaitu kegiatan meneliti dengan seksama
transaksitransaksi yang bisa dicatat, karena sebuah transaksi apabila
tidak memiliki bukti transaksi seperti nota, faktur, dll itu tidak bisa
dicatat dan dilaporkan ke dalam laporan keuangan,
b. Mencatat transaksi ke jurnal, yaitu setelah transaksi di identifikasi,
selanjutnya transaksi dicatat ke dalam jurnal. Jurnal berisi
transaksitransaksi yang terjadi dalam periode akuntansi.
c. Posting buku besar, yaitu setelah transaksi dicatat di dalam jurnal
selanjutnya diposting ke dalam buku besar, secara sigkatnya yaitu
meringkas transaksi-transaksi yang ada pada jurnal umum dan jurnal
khusus.

18
d. Penyusunan neraca saldo, yaitu yang bersisi uraian akun lengkap dengan
data saldo periode akuntansi. Untuk mengecek apakan debit dan kredit
sudah sesuai dengan yang ada di jurnal dan buku besar.
e. Penyusunan jurnal penyesuaian, yaitu untuk mengakui pendapatan pada
periode tertentu, pada saat pendapatan telah sah menjadi milik
perusahaan, dan juga untuk mencatat beban biaya.
f. Penyusunan neraca saldo setelah penyesuaian, yaitu penyusunan neraca
saldo kedua dengan memindahkan saldo yang telah disesuaikan di
dalam buku besar ke dalam neraca slado yang baru.
g. Penyusunan laporan keuangan, yang disusun sebagai berikut:
- Laporan posisi keuangan
- Laporan laba rugi
- Laporan perubahan modal
- Laporan arus kas
- CALK
h. Penyusunan jurnal penutup, yaitu rekening yang ditutup yaitu rekening
nominal atau rekening laba rugi saja.
Beberapa definisi akuntansi menurut para ahli, sebagai berikut:
Menurut Hans Kartikahadi, akuntansi adalah suatu sistem informasi
keuangan yang bertujuan untuk menghasilkan dan melaporkan informasi
yang relevan bagi berbagai pihak yang berkepentingan.
Menurut Rudianto akuntansi adalah sistem informasi yang
menghasilkan informasi keuangan kepada pihak-pihak yang berkepentingan
mengenai aktifitas ekonomi dan kondisi suatu perusahaan”.
Menurut Kiesso akuntansi adalah sistem informasi yang
mengidentifikasi, mencatat, dan mengkomunikasikan peristiwa ekonomi
dari suatu organisasi kepada pihak yang memiliki kepentingan”.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa akuntansi
adalah sebuah proses mengidentifikasi, mencatat, dan melaporkan
informasi keuangan serta kejadian-kejadian ekonomi yang berkaitan dengan
perusahaan untuk dilakukan penilaian dan keputusan yang tepat, jelas dan
tegas bagi pemakai informasi tersebut.

19
2. Konsep Zakat dalam Praktik Akuntansi
Konsep Zakat dalam Islam memiliki kaitan yang erat dengan praktik
akuntansi dalam beberapa cara:
a. Pengelolaan Keuangan:
Akuntansi berkaitan dengan mencatat, mengukur, dan melaporkan
informasi keuangan. Dalam konteks zakat, akuntansi dapat membantu
individu atau organisasi Muslim untuk mengelola keuangan mereka dengan
cara yang memungkinkan identifikasi harta yang dikenai zakat, pengukuran
nilainya, dan penentuan apakah telah mencapai nisab (ambang batas) untuk
wajib zakat.
b. Penghitungan Zakat:
Sistem akuntansi dapat membantu dalam menghitung jumlah harta
yang dikenakan zakat. Hal ini termasuk mengidentifikasi aset yang layak
dikenai zakat, seperti simpanan tunai, investasi, keuntungan, atau harta
lainnya, dan menghitung jumlahnya berdasarkan aturan zakat yang berlaku.
c. Pelaporan Zakat:
Akuntansi memberikan kerangka kerja untuk menyusun laporan
keuangan yang dapat digunakan untuk melaporkan jumlah zakat yang telah
dibayar. Ini mencakup pencatatan pembayaran zakat secara teratur,
mencatatnya dalam catatan keuangan, serta menyediakan dokumentasi yang
diperlukan untuk tujuan pelaporan dan audit.
d. Kepatuhan Syariah:
Dalam konteks zakat, akuntansi memainkan peran dalam memastikan
bahwa zakat dibayar sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam. Ini
mencakup pemisahan harta yang diwajibkan zakatnya dari harta pribadi,
perhitungan zakat yang benar, dan pemastian bahwa pembayaran zakat
dilakukan tepat waktu.
e. Transparansi dan Akuntabilitas:
Penggunaan praktik akuntansi yang tepat dalam hal zakat
memungkinkan transparansi dan akuntabilitas yang lebih besar dalam
pengelolaan keuangan.

20
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Lembaga Zakat harus dikelola secara professional sesuai dengan syari’ah
Islam, amanah, kemanfaatan, keadilan, kepastian hukum, terintegrasi, dan
akuntabilitas, sehingga dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan
dalam pengelolaan zakat menuju tata kelola lembaga yang baik (Good
Corporate Governacne) dengan strategi membangun pondasi yang kuat pada
sisi peningkatan SDM, inovasi pengembangan produk dan program zakat dan
wakaf, harmonisasi regulasi, penerapan teknologi informasi untuk menunjang
tingkat akuntabilitas lembaga secara nasional. Dengan strategi tersebut
diharapkan distribusi Zakat akan lebih efektif dan efisien serta memperkecil
GAP antara penerimaan dan penyalurannya. Dalam revolusi Era 5.0 ini akan
banyak pengaruh yang akan terjadi, yakni dengan pesatnya teknologi akan
mempermudah pelayanan dan pengelolaan oleh badan amil zakat dan
menyalurkannya kepada masyakat indonesia, dan target nya yang pastinya
yakni meningkatkan kualitas SDM dengan tujuan untuk mewujudkan cita-cita
negara indonesia sesuai nilai-nilai penting dipancasila.
Diharapkan untuk lembaga yang mengelola dana zakat melaksanakannya
profesional, tidak adanya penimbunan-penimbunan yang menyebabkan korupsi
dan sebagainya, karna dana zakat sangat berpengaruh dalam kehidupan negara,
dan dana zakat sangat memiliki peran penting dalam mewujudkan cita-cita
negara.

21
DAFTAR PUSTAKA

Jurnal Nasional:
Azmi, M., Susanti, R., Zurkarnaen, Z., & Pratama, M. R. A. (2023). Analisis SWOT
perkembangan Zakat dan Strategi Pengembangan Zakat di Indonesia dalam
Revolusi Era Society 5.0. Journal Of Economics and Business, 1(1), 9-15.
Masse, R. A., & wardy Putra, T. (2022). Analisis Swot dalam Strategi
Penghimpunan dan Pendayagunaan Zakat Di Inisiatif Zakat
Indonesia. COMSERVA, 2(6), 587-596.
Mukhlasin, A., & Pasaribu, M. H. (2020). Analisis Swot dalam membuat keputusan
dan mengambil kebijakan yang tepat. Invention: Journal Research and
Education Studies, 1(1), 33-44.
Nabilah, A., Bangun, U., & Athar, G. A. (2023, April). Analisis Strategi
Pengelolaan Dana Zakat di Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)
Kabupaten Langkat. In INTERNATIONAL SEMINAR ON ISLAMIC
STUDIES (Vol. 1, No. 1, pp. 337-345).
Sasoko, D. M., & Mahrudi, I. (2022). Teknik Analisis SWOT dalam Sebuah
Perencanaan Kegiatan. Jurnal Perspektif-Jayabaya Journal of Public
Administration, 22(1), 8-19.

Jurnal Internasional:
Andriani, N., & Syarvina, W. (2022). SWOT Analysis on PT. Bank Sumut Syariah
Sub-Branch Binjai. Jurnal Ekonomi, Manajemen, Akuntansi dan
Keuangan, 3(2), 681-686.
Bahtiar, E. (2020). SWOT analysis of the Mempawah regency baznas development
strategy in collecting zakat funds. J. Islamic L., 1, 115.
Fakhruddin, I., Setyadi, E. J., & Pramono, H. (2018). Implementation of Shariah
Accounting Standard: Reviewed from the Perception of the Accountants
Candidate. Advanced Science Letters, 24(1), 142-146.
Friantoro, D., & Zaki, K. (2018). Do we need financial technology for collecting
zakat?. In Indonesian Conference of Zakat-Proceedings.

22
Hay, G. J., & Castilla, G. (2006, July). Object-based image analysis: strengths,
weaknesses, opportunities and threats (SWOT). In Proc. 1st Int. Conf.
OBIA (pp. 4-5).
Ninglasari, S. Y., & Muhammad, M. (2021). Zakat digitalization: effectiveness of
zakat management in the COVID-19 pandemic era. Journal of Islamic
Economic Laws, 4(1).
Rahman, S. A., Pua’ad, M. H. A., Helmi, M. H. A. M., Azirwan, M. R., binti
Mohammad, A., binti Fauzi, F., & Dahari, M. A. (2021). The Assessment of
Organizational Strengths, Weakness, Opportunities, and Threats of Zakat
Distribution Organizations in Malaysia. Psikologika: Jurnal Pemikiran dan
Penelitian Psikologi, 26(2), 283-302.
Ramadan, A. S., Wahyuni, S., & Hasid, Z. (2023). SWOT Analysis Strategy in
Increasing Zakat Fund Acquisition at Laznas Baitul Maal Hidayatullah
Samarinda. Innovative: Journal Of Social Science Research, 3(5), 6801-
6809.
Rozaan, R. A., Ibadurahman, D., Kurniawan, R., & Pimada, L. M. (2023). The
Architecture of Zakat Institutions in Indonesia: A SWOT
Analysis. International Journal of Zakat, 8(Special), 14-28.
Salleh, M. S. (2014). Organizational and definitional reconfiguration of zakat
management. International Journal of Education and Research, 2(5), 61-70.

23

Anda mungkin juga menyukai