Sriawalianda (50400119074)
Yunita (50400119061)
Afrisal (50400119073)
2021/2022
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
pikiran maupun materinya. Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah
ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
SAMPUL ……………………………………………………………………………………. i
KATA PENGANTAR………………………………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan…………………………………………………………………........ 8
B. Saran……………………………………………………………………………... 8
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………... 9
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kondisi nasional pendiri lembaga pengelola Dana ZIS sebenarnya adalah
untuk memenuhi kemaslahatan, dimana semua komponen bangsa dituntut untuk
berpartisipasi dalam pembangunan. Demikian pula dengan umat Islam merupakan salah
satu komponen bangsa yang wajib ikut serta dalam mengisi dan melanjutkan usaha-usaha
pengembangan itu. Bahkan umat Islam merupakan komponen dominan dan potensial
dalam mengisi pembangunan tersebut. Perintah Islam menganjurkan tuntunan
operasional mengenai bagamaina perintah itu dilakukan.
Salah satu kendala yang banyak dihadapi umat islam dalam pembangunan
tersebut ialah keterbatasan biaya. Biaya yang paling dominan dalam pembangunan
bukanlah dana yang besar dari bantuan pihak lain, melainkan dana yang digali dari
potensi sendiri berupa pemberdayaan potensi ekonomi umat atau bangsa.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari pengelola Dana ZIS ?
2. Bagaimana fungsi dan tugas dari pengelola Dana ZIS ?
3. Bagaimana penyaluran Zakat,Infaq,dan Shadaqah ?
4. Apa saja kendala dan strategi pengembangan dana ZIS ?
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian ZIS
Zakat, Infaq, Shodaqoh (ZIS) merupakan bagian dari kedermawaan dalam
konteks masyarakat muslim. Zakat merupakan kewajiban bagi setiap muslim yang
mampu serta menjadi unsur dari Rukun Islam , sedangkan Infaq dan shodaqoh
merupakan wujud kecintaan hamba terhadap nikmat dari Allah SWT yang telah diberikan
kepadanya sehingga seorang hamba rela menisihkan sebagaimana hartanya untuk
kepentingan agama baik dalam rangka membantu sesama maupun perjuangan dakwah
Islamiyah.
Di Indonesia, pengelolaan dana ZIS telah diatur dengan Undang-Undang Nomor
38 Tahun 1999 tentang pengelolaan zakat. UU ini mengatur tentang Organisasi
pengelolaan zakat(OPZ) yang boleh beroperasi di Indonesia. OPZ yang disebutkan
dalam UU tersebut merupakan Badan Amil Zakat (BAZ)dan Lembaga Amil Zakat
(LAZ). BAZ merupakan lembaga pengumpul dan pendayagunaan dana zakat yang
dibentuk oleh pemerintah dari tingkat pusat sampai dengan tingkat daerah sedangkan
LAZ merupakan OPZ yang dibentuk atas swadaya masyarakat.
Perkembangan BAZ dan LAZ di Indonesia perlu diikuti dengan proses
akuntabilitas publik yang baik dan transparan dengan mengedepankan motivasi
melaksanakan amanah umat. Pemerintah telah mengatur tentang proses pelaporan BAZ
dan LAZ dengan Keputusan Menteri Agama RI Nomor 373 tentang pelaksanaan UU
Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat Pasal 31 ang isinya: “Badan Amil
Zakat (BAZ) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ) memberikan pelaporan tahunan
pelaksanaan tugasnya kepada pemerintah sesuai dengan tingkatanya selambat-lambatnya
3 (tiga) bulan setelah akhir tahun.”
Bahkan dalam salah satu syarat pendiri LAZ yang tertuang pada Pasal 22 SK
Menteri Agama RI tersebut disebutkan bahwa untuk mendapatkan ijin dari pemerintah,
maka pelaporan keuangan LAZ untuk 2 tahun terakhir harus sudah diaudit oleh Akuntan
Publik. Selanjutnya, pelaporan keuangan LAZ tingkat pusat maupun propinsi harus
2
bersedia diaudit oleh Akuntan Publik dan disurvey sewaktu-waktu oleh Tim dari
Depatemen Agama.
3
tidak ada. Miskin merupakan orang yang tidak dapat mencukupi kebutuhan hidupnya
meskipun memiliki pekerjaan atau usaha tetap tetapihasil usaha itu belum dapat untuk
memenuhi kebutuhanya, dan orang yang menaggung juga tidak ada. Meskipun kedua
kelompok ini memiliki perbedaan yang cukup signifikan, akan tetapi dalam teknis
operasional sering dipersamakan, yaitu mereka tidak memiliki penghasilan sama
sekali, atau memiliki penghasilan akan tetapi tidak mencukupi kebutuhan pokok
dirinya dan keluarga yang menjadi tanggungannya.
Zakat yang disalurkan pada kelompok ini dapat bersifat konsumtif, yaitu untuk
memenuhi keperluan konsumsi sehari-harinya dan dapat pula bersifat produktif, yaitu
untuk modal kerja atau modal usaha. Penyaluran zakat yang bersifat konsumtif
dinyatakan antara lain dalam surah al-Baqarah ayat 273, sedangkan penyaluran zakat
secara produktif pernah terjadi di zaman Rasulullah Saw yang dikemukakan dalam
sebuah hadist riwayat Imam Muslim dari Salim Abdillah bin Umar dari ayahnya,
bahwa Rasulullah Saw telah memberikan kepadanya zakat lalu menyuruhnya untuk
dikembangkan atau disedekahkan lagi.
b. Amil
Amil merupakan orang atau panitia atau organisasi ang mengurusi zakat baik
mengumpulkan, membagi atau mengelolanya. Kelompok ini berhak mendapatkan
bagian dari zakat, maksimal satu per delapan atau 12, 5 persen, dengan catatan bahwa
petugas zakat ini memang melakukan tugas-tugas keamilan dengan sebaik-baiknya
dan waktunya sebagian besar atau seluruhnya untuk tugas tersebut. Jika hanya di
akhir bulan Ramadhan saja (dan biasanya hanya untuk pengumpulan zakat fitrah
saja), sebagianya para petugas ini tidak mendapatkan bagian zakat satu per delapan,
melainkan hanyalah sekedarnya saja untuk keperluan administrasi ataupun konsumsi
yang mereka butuhkan, misalnya lima persen saja. Bagian untuk amil mencakup
untuk biaya transportasi maupun biaya-biaya lain yang dibutuhkan untuk
melaksanakan tugasnya.
c. Muallaf
Muallaf merupakan orang yang masih lemah imamnya karenabaru memeluk
Agama Islam. Mereka diberi zakat agar bertambah kesungguhannya dalam ber-islam
dan bertambah keyakinan mereka, bahwa segala pengorbanan mereka dengan sebab
4
masuk Islam tidaklah sia-sia. Bahwa Islam dan umatnya sangat memperhatikan
mereka. Bagian muallaf dapat diberikan juga kepada lembaga-lembaga dakwah yang
mengkhususkan garapannya untuk menyebarkan Islam di daerah-daerah terpencil dan
di suku-suku terasing yang belum mengenal Islam dan sebagainya.
Riqab. Riqab merupakan (hamba sahaya) yang mempunyai perjanjian akan
dimerdekakan oleh majikannya (memerdekakan Budak). Bahwa zakat itu antara lain
dapat dialokasikan untuk membebaskan budak dan menghilangkan segala bentuk
perbudakan.
d. Ghorim
Ghorim merupakan orang yang berhutang atau orang-orang orang yang berhutang
dan tidak mampu melunasinya. Para ulama membagi kelompok ini pada dua bagian,
yaitu kelompok orang yang mempunyai hutang kebaikan dan kemaslahatan diri dan
keluarganya. Misalnya untuk membiayai dirinya dan keluarganya yang sakit, atau
untuk membiayai pendidikan. Yusuf al-Qaradhawi mengemukakan bahwa salah satu
kelompok yang termasuk gharimin adalah kelompok orang yang mendapatkan
berbagai bencana dan musibah, baik pada dirinya maupun pada hartanya, sehingga
dihadapkan pada kebutuhan yang mendesak untuk menjamin bagi dirinya dan
keluarganya.
e. Sabilillah
Sabilillah merupakan orang yang berjuang di jalan Allah. Usaha – usaha yang
dilakukan bertujuan untuk meninggikan syiar Agama Islam seperti membela Agama,
mendirikan tempat ibadah, pendidikan dan lembaga – lembaga keagamaan lainnya.
Pada zaman Rasulullah Saw golongan yang termasuk kategori ini adalah para
sukarelawan perang yang tidak mempunyai gaji tetap. Tapi berdasarkan lafaz dari
sabilillah „di jalan Allah SWT‟, sebagian ulama membolehkan zakat disalurkan untuk
membangun masjid, lembaga pendidikan, perpustakaan, pelatihan para da‟i,
menerbitkan buku, majalah, brosur, membangun mass media, dan lain sebagainya.
f. Ibnu Sabil
Ibnu Sabil merupakan orang yang kehabisan bekal dalam berpergian atau
perjalanan dengan maksud baik. Untuk saat sekarang, disamping para musafir yang
mengadakan perjalanan yang dianjurkan agama, mungkin juga dapat dipergunakan
5
untuk pemberian beasiswa atau beasantri (pondok pesantren) bagi para penuntut ilmu
yang terputus pendidikannya karena ketiadaan dana. Juga dapat dipergunakan untuk
membiayai pendidikan anak-anak jalanan yang kini semakin banyak jumlahnya, atau
merehabilitasi anak-anak miskin yang terkena narkoba atau perbuatan-perbuatan
buruk lainnya.
Adapun untuk menutupi kekurangan tersebut, maka kita perlu strategi yang tepat
supaya zakat dapat terkumpul dan tersalurkan dengan mudah dan tepat, diantaranya :
a. Zakat perlu disosialisasikan bukan hanya diwilayah keagamaan saja, tetapi zakat
perlu disampaikan ditempat-tempat umum.
b. Adanya peningkatan tentang pemahaman tentang zakat yang sebenarnya.sebab
kurangnya pemahaman masyarakat tentang zakat, maka tidak hanya melalui
pendekatan agama saja, tapi juga dengan pendekatan ekonomi, sosial, budaya dan
politik.
c. Perlunya peningkatan koordinasi antar lembaga-lembaga zakat, sebab kepercayaan
masyarakat terhadap lembaga zakat dapat diawali dari keadaan seperti ini.
6
d. Keberadaan UU tentang zakat memberikan banyak peluang untuk mendirikan atau
membuka lembaga zakat sebanyak-banyaknya. Setidaknya UU ini menjadi legitimasi
bagi umat Islam dalam mengembangkan lembaga zakat.
7
BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan
Zakat, Infaq, Shodaqoh (ZIS) merupakan bagian dari kedermawaan dalam
konteks masyarakat muslim. Zakat merupakan salah satu rukun Islam, dan menjadi
salah satu unsur pokok bagi tegaknya syariah Islam. Infaq adalah mengeluarkan harta
yang mencakup zakat dan bukan zakatShadaqah adalah pemberian harta kepada orang-
orang fakir, orang yang membutuhkan, ataupun pihak-pihak lain yang berhak menerima
shadaqah, tanpa disertai imbalan.
B. Saran
Bahwa melalui makalah ini kami sebagai penulis berharap agar
setiap pembaca dapat memahami makalah tentang strategi bersaing dalam unit bisnis,ada
pun kami juga sangat berharap kritik dan saran agar kedepannya lebih baik lagi. Terima
kasih.
8
DAFTAR PUSTAKA
Hasan, M. Ali. 2008. Zakat dan Infak : Salah Satu Solusi Mengatasi Problem Sosial di Indonesia.
Jakarta : Kencana.
Abdul, Kadir. 2002. Zakat dalam Perekonomian Modern, Jakarta. Gema Insani
Dian Septiandani. 2012. “Sinergitas Peran Badan Amil Zakat Nasional
(BAZNAS) dan Lembaga Amil Zakat Dalam Pengelolaan Zakat” Vol.5,
No.1, Januari 201