Anda di halaman 1dari 10

ETIKA BEKERJA DALAM ISLAM

Makalah

Di Ajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Etika Bisnis Islam Pada Program Studi
Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Syariah IAIN Manado

Oleh

NURSITA

20112002

SITI SUFAYHA KARUNDENG

20112047

Dosen Pengampu

ADRIANDI KASIM, S. HI., M.H

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

MANADO

2022
BAB I

1. Latar Belakang

Etika kerja Islam memberikan dampak yang baik terhadap perilaku individu dalam
bekerja. Sikap kerja yang positif memungkinkan hasil yang menguntungkan seperti kerja
keras, komitmen dan dedikasi terhadap pekerjaan dan sikap kerja lainnya yang tentu saja hal
ini dapat memberi keuntungan bagi individu itu sendiri dan organisasi. Agama Islam adalah
agama serba lengkap, yang di dalamnya mengatur seluruh aspek kehidupan manusia baik
kehidupan spiritual maupun kehidupan material termasuk di dalamnya mengatur masalah
Etos kerja. Secara implisit banyak ayat al Qur’an yang menganjurkan umatnya untuk bekerja
keras, diantaranya dalam Quran surat al Insirah: 7-8, yang artinya ”Apabila kamu telah
selesai (dari satu urusan), maka kerjakan dengan sungguh-sungguh (urusa) yang lain”. Juga
dijelaskan dalam hadis Rosul yang artinya: ”Berusahalah untuk urusan duniamu seolah-olah
engkau akan hidup selamanya.

Etos kerja dalam Islam terkait erat dengan nilai-nilai (values) yang terkandung dalam
al-Qur’an dan al-Sunnah tentang “kerja” yang dijadikan sumber inspirasi dan motivasi oleh
setiap Muslim untuk melakukan aktivitas kerja di berbagai bidang kehidupan. Manusia
diciptakan di dunia ini sebagai makhluk yang paling sempurna bentuknya (fi ahsani taqwīm),
yang ditugaskan untuk menyembah Allah dan menjauhi larangannya. Manusia merupakan
makhluk jasmaniah dan rohaniah yang memiliki sejumlah kebutuhan sandang, pangan,
papan, udara dan sebagainya. Guna memenuhi kebutuhan jasmaniah itu manusia bekerja,
berusaha, walaupun tujuan itu tidak semata-mata hanya untuk keperluan jasmaniah semata.

2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang diangkat pada makalah ini yaitu:

1. Jelaskan Pengertian Etika Bisnis Islam?


2. Bagaimana Pedoman Kerja dalam Islam?
3. Adapun Indikator Etika kerja dalam Islam?
4. Jelaskan Prinsip-prinsip Bekerja dalam Islam?
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Etika Bisnis Islam

Adapum pengertian etika kerja dalam Islam menurut para peneliti yang banyak kita
temui tulisannya didalam jurnal penelitian ilmiahnya. Menurut Ahmad,Set.almendefinisikan
etika kerja Islam sebagai berikut: ”Etika kerja Islam adalah sebagai seperangkat nilai atau
sistem kepercayaan yang diturunkan dari Al-Qur’an dan Sunnah atau Hadist mengenai kerja
dan kerja keras.” 1

Menurut Rizk dalam Marri, et.al, definisi etika kerja Islam sebagai berikut: “Etika
kerja Islam adalah orientasi terhadap pekerjaan, dan pendekatan itu sebagai kebajikan dalam
kehidupan manusia. Islam menempatkan pemahaman setinggi-tingginya pada nilai-nilai etika
seperti mengatur semua aspek kehidupan”.2

Batasan lainnya tentang definisi etika kerja Islam juga dikemukakan oleh Hayaati
yang dilansir oleh Marri, et.al yang berbunyi sebagai berikut : “Etika dalam Islam adalah
refleksi dari nilai - nilai yang baik dalam perilaku, tindakan, pemikiran atau bahkan hati.”3

Sementara definisi etika kerja Islam menurut Beekun dalam Rokhman, W. adalah
sebagai berikut: “Etika kerja Islam dapat didefinisikan sebagai tatanan prinsip moral yang
membedakan mana yang benar dan mana yang salah dalam kontek Islam.4

Secara etimologis, menurut Endang Syaifuddin Anshari, etika berarti perbuatan, dan
ada sangkut pautnya dengan kata-kata Khuliq( pencipta) dan Makhluq (yang diciptakan).
Akan tetapi, ditemukan juga pengertian etika berasal dari kata jamak dalam bahasa Arab
“Akhlaq”. Kata Mufradnya adalah khulqu, yang berarti : sajiyyah: perangai, mur’iiah : budi,
thab’in : tabiat, dan adab: adab (kesopanan). Etika pada umumnya diidentikkan dengan moral
(moralitas). Meskipun sama terkait dengan baik-buruk tindakan manusia, etika dan moral
memiliki perbedaan pengertian. Secara singkat, jika moral lebih cenderung pada pengertian
“nilai baik dan huruk dari setiap perbuatan manusia, etika mempelajari tentang baik dan
1
Shukri Ahmad et al,The Concept of Islamic Work Ethic : An Analysis of Some Salient
Points in the Prophetic Tradition, IJJBSSnet, Vol. 3, N0. 20, 2012, h. 54.
2
Rizk,R.R. dalam Marri, M.Y.K. et.al, The Impact of Islamic Work Ethics on Job
Satisfaction and Organizational Commitment: A Study of Agriculture Sector of Pakistan., IJJBBS,
Vol. 2, No. 12, 2012, h. 135.
3
Hayati Ibid, h. 130.
4
Beekun dalam Wahibur Rokhman, The Effect of Islamic Work Ethics on WorkOutcomes, EJBO, Vol.
15, No. 1, 2010, h. 345.
buruk”. Jadi,bisa dikatakan, etika berfungsi sebagai teori dan perbuatan baik dan
buruk( ethics atau ‘ilm al-akhlaq) dan moral (akklaq) adalah praktiknya. Sering pula yang
dimaksud dengan etika adalah semua perbuatan yang lahir atas dorongan jiwa berupa
perbuatan baik maupun buruk.5

Etika adalah salah satu cabang filsafat yang mempelajari tentang tingkah laku
manusia, perkataan etika berasal dari bahasa Yunani yaitu Ethos yang berarti adat kebiasaan.
Etika adalah sebuah pranata prilaku seseorang atau kelompok orang yang tersusun dari suatu
sistem nilai atau norma yang diambil dari gejala-gejala alamiyah sekelompok masyarakat
tersebut.6 Istilah etika diartikan sebagai suatu perbuatan standar ( standard of conduct ) yang
memimpin individu, etika adalah suatu studi mengenai perbuatan yang sah dan benar dan
moral yang lakukan seseorang. 7Aristoteles mendefinisikan etika sebagai suatu kumpulan
aturan yang harus dipatuhi oleh manusia.

2. Pedoman Kerja dalam Islam

Islam sebagai sumber kebenaran telah memberikan ruang yang seluas-luasnya kepada
umatnya untuk bekerja sepanjang yang dikerjakan tidak bertentangan dengan syariah. Syariah
lah yang menjadi pedoman dan referensi utama ketika manusia mengerjakan sesuatu baik
untuk dirinya maupun untuk orang lain. Allah swt. berfirman, “Dan katakanlah bekerjalah
kamu, maka Allah dan Rasulnya dan orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan
kamu akan dikembalikan kepada Allah Yang Maha Mengetahui Yang Gaib dan Yang Nyata,
lalu Dia terangkan kepadamu tentang apa yang telah kamu kerjakan” (Qs. at-Taubah: 105).
Maksud perintah Allah swt. supaya manusia bekerja, namun tidak boleh lupa bahwa apapun
yang dikerjakan akan dilihat oleh Allah dan Rasul-Nya, serta orang-orang mukmin yang
bermakna penyaksian dan kelak akan diperhadapkan kembali kepada Allah swt. mengenai
apa yang telah dikerjakan. Di sinilah makna penting jawaban manusia terhadap pekerjaan
atau amal yang dilaksanakannya.8

Berusaha dalam bidang bisnis dan perdagangan termasuk usaha kerja keras. Dalam
kerja keras itu, tersembunyi kepuasan batin yang tidak dinikmati oleh profesi lain. Kemauan
5
Muhammad Alfan, Filsafat Etika Islam,(Bandung: Pustaka Setia, 2011), h.20-21.
6
Aisal Badroen, Etika Bisnis Dalam Islam, (Jakarta : Kencana Perdana Media Group, 2006), Cet. Ke- 1,
hlm. 5.
7
Hamzah Ya’kub , Etika Islami : Pembinaan Akhlakkul Karimah, (Suatu Pengantar), (Bandung: CV,
Diponegoro, 1983), hlm. 12.    
8
Hasan Aedy, Teori dan Aplikasi Etika Bisnis Islam, (Bandung: Alfabeta, 2011.), hlm. 84.
keras ini dapat menggerakkan motivasi untuk bekerja dengan sungguh- sungguh. Orang-
orang yang berhasil atau bangsa yang berhasil ialah bangsa yang mau kerja keras, tahan
menderita, tapi berjuan terus memperbaiki nasibnya. Pekerjaan dakwah yang dilakukan oleh
Rasul pun mencerminkan kerja keras, sehingga dapat berhasil mendapat kejayaannya. Dalam
al-Quran dinyatakan bahwa, “Apabila engkau telah berazam, maka bertakwalah kepada
Allah” (Qs. Ali Imran: 159). Kerja keras bukan yang dilakukan pada saat memulai saja, tetapi
juga terus dilakukan walaupun kita sudah berhasil. 9

Sebagai orang muslim kita dituntut agar tidak hanya mementingkan atau
mengutamakan kerja keras untuk dunia saja atau akhirat saja, tetapi ditengah-tengah antara
keduanya, maksudnya jangan sampai kita dilalaikan oleh pekerjaan mencari harta saja, tapi
berusahalah dan selalu dekat kepada Allah swt. seperti dinyatakan dalam al-Quran surat al-
Qashas ayat 77,“Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan
Allah kepadamu, tetapi jangan lupakan bagianmu di dunia dan berbuat baiklah (kepada orang
lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan
di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan.”

Ajaran ini akan menggugah seorang muslim agar mau bekerja keras dalam segala
bidang kehidupan, tidak hanya menyerah kepada nasib. Sebelum nasib tiba, kita harus
berusaha lebih dulu dengan penuh tawakal kepada Allah. Allah tidak akan mengubah nasib
seseorang apabila orang tersebut tidak berusaha dan tidak mau mengubah nasibnya sendiri.
Jadi intinya ialah inisiatif, motivasi, kreatif, dan akhirnya akan meningkatkan produktivitas
guna perbaikan kehidupan. Berusaha dan bekerja keras sangat ditekankan oleh Rasulullah
saw., kita tidak boleh berpangku tangan, mengharap rezeki hanya dengan berdoa saja. Berdoa
tanpa usaha tidak ada gunanya. Diriwayatkan bahwa Umar bin Khattab selesai salat
menjumpai sekelompok orang yang membenamkan dirinya di masjid, dengan alasan tawakal
dan berdoa kepada Allah, maka beliau memperingatkan: “Janganlah sekali-kali di antara
kalian ada yang duduk-duduk malas mencari rezeki dan membaca doa Ya Allah
limpahkanlah rezeki kepadaku, padahal mereka mengetahui bahwa dari langit tidak akan
turun hujan emas dan perak”.10

Bahkan, Rasulullah sebagai utusan Allah dan penutup sekalian para Rasul, juga
bekerja. Selain berdagang, beliau pernah menggembala kambing. Itu juga bukand

9
Buchari Alma dan Donni Juni Priansa, Manajemen Bisnis Syariah: Menanamkan Nilai dan Praktik
Syariah dalam Bisnis Kontemporer, (Bandung: Alfabeta, 2014), hlm. 83
10
Ibid, hlm 255-256
kambingnya sendiri, tetapi ia menggembala dengan upah miliki sebagian penduduk Mekah.
Diterangkannya hal ini kepada umatnya untuk mengajar mereka, bahwa kebesaran justru
dimiliki oleh orang-orang yang suka bekerja, bukan oleh orang yang suka berfoya-foya tetapi
menganggur. Al-Quran juga mengkisahkan kepada kita tentang kisah Nabi Musa a.s., bahwa
dia pun bekerja sebagai buruh untuk seseorang yang sudah sangat tua. Dia bekerja sebagai
buruh selama 8 tahun sebagai persyaratan untuk dikawinkan dengan salah seorang puterinya.
Nabi Musa dinilai orang tua tersebut sebagai pekerja yang baik dan buruh yang terpuji. Maka
benarlah firasat puteri orang tua itu, ketika ia mengatakan kepada bapaknya, Ya bapakku
ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling
baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat
dipercaya” (Qs. al-Qashash: 26). Diriwayatkan oleh Ibnu Abbas, “bahwaNabi Daud bekerja
sebagai tukang besi untuk membuat baju besi. Adam bekerja sebagai petani, Nuh sebagai
tukang kayu, Idris sebagai penjahit, sedangkan Musa sebagai penggembala kambing” (HR.
Hakim).11

3. Indikator Etika kerja Islam

Ada sejumlah indikator yang dapat dipergunakan untuk mengukur

etika kerja Islam :

a. Mendedikasikan diri pada pekerjaan merupakan kebajikan.

b. Bekerja dengan baik bermanfaat bagi diri sendiri dan sesama.

c. Bersikap adil dan bijak di lingkungan kerja dibutuhkan untuk

kesejahteraan bersama.

d. Seseorang harus melakukan pekerjaan denagn kemampuan terbaiknya.

e. Pekerjaan bukanlah tujuan akhir, tetapi pengembangan diri dan hubungan

sosial merupakan hal terpenting bagi saya.

f. Hidup tidak bermakna tanpa kerja.

g. Menganggur dan membuang-buang waktu adalah baik untuk masyarakat.

11
Yusuf Qaradhawi, Halal dan Haram, diterjemahkan oleh Tim Kuadran dari Halal wal Haram fil
Islam, (Bandung: Jabal, 2007), hlm. 140-141
h. Pekerjaan dapat digunakan sebagai sarana mengontrol kebiasaan.

i. Kreatifitas dalam bekerja adalah sumber kebahagiaan dan prestasi.

j. Seseorang yang bekerja selangkah lebih maju dalam kehidupan.

k. Pekerjaan memberikan kesempatan seseorang untuk mandiri.

l. Seseorang dianggap sukses bila mampu memenuhi deadline

pekerjaannya.

m. Seseorang harus selalu kerja keras untuk memenuhi tanggung jawab.12

4. Prinsip-prinsip Bekerja dalam Islam

Islam sebagai agama dan ideologi memang mendorong pada umatnya untuk bekerja
keras, tidak melupakan kerja setelah beribadah,13 dan hendaknya kamu takut pada generasi
setelah yang ditinggal dalam kesusahan iman dan ekonomi. 14 Beberapa hadits Nabi
menyatakan pentingnya generasi (umat) yang kuat ketimbang yang lemah dan tidak boleh
menggantungkan diri pada orang lain,15 serta beberapa ajaran Islam yang mendorong
umatnya untuk menjalankan kegiatan atau aktivitas ekonominya secara baik, profesional,
sistematis, dan kontiyuitas. Misalnya,ajaran Islam yang telah menmpatkan kegiatan usaha
perdagangan sebagai salah satu bidang penghidupan yang sangat dianjurkan, 16 dengan
menggunakan cara-cara yang halal. Islam juga menempatkan prinsip kebebasan pada tempat
yang sentralnya guna mengejar tujuan keduniawian, namun serta merta juga mengharuskan
umat Islam bekerja secara etik menurut norma yang secara garis besar telah disuratkan dan
disiaratkan dalam al-Qur’an dan Hadis. Dari norma tersebut tampak bagian dan rangkaian
sistem nilai yang mewajibkan manusia untuk bekerja keras.17

Bekerja bagi manusia merupakan fitrah sekaligus identitas kemanusiaannya itu


sendiri. Dengan demikian bekerja yang berdasarkan pada orinsip-prinsip tauhid, bukan saja
menunjukkan fitrah seorang muslim, tetapi sekaligus meninggikan martabat dirinya sebagai

12
Adiwarman A. Karim, Ibid, h. 41.
13
Musa Asy’ari, Islam, Etos Kerja dan Pemberdayaan Ekonomi umat, (Yogyakarta: Lesfi dan IL, T.Th). h.
25.
14
Al- Jumu’ah: 10
15
An-Nisa: 9
16
HR Turmudzi.
17
An- Nisa: 29
hamba Allah yang berperan sebagai khalifah-Nya di muka bumi dalam mengelola alam
semesta sebagai wujud rasa syukurnya atas nikmat Allah SWT.18

Lawan dari bekerja adalah malas. Malas sangat dibenci Islam, sehingga Rasulullah
memberikan teladan pada umatnya untuk berdo’a agar terhindar dari sifat malas dengan
mengucapkan do’a berikut: yang artinya: “Ya Allah, hamba berlindung kepadamu dari sifat
lemah dan malas”. (HR Bukhari dan Muslim)

Dalam konteks inilah, diperlukan plannning yang matang sebelum melakukan sesuatu
pekerjaan baik yang berkaitan dengan pemodalan maupun operasionaliasi kerja, karena hal
itu merupakan sesuatu yang sangat penting dalam menggapai goal yang diharapkan. Planning
inilah yang akan melempangkan jalan bagi tercapainya tujuan dari realisasi program yang
direncanakan.

Planning yang matang tersebut haruslah didukung dengan semangat bekerja secara
efisien, kreatif, dan inovatif.19 Bekerja efisien artinya bekerja dengan menggunakan modal
dan waktu yang terbatas untuk mencapai hasil yang maksimal (sebesar-besarnya), atau
dengan kata lain melakukan segala sesuatu secara benar, tepat dan akurat. Oleh karena itu
diperlukan mobilitas yang tinggi untuk menggapai masa depan yang diharapkan.

BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan
18
Toto Tasmara, op. Cit., h. 56
19
Toto Tasmara, op. Cit., h. 91
Menurut Ahmad,Set.almendefinisikan etika kerja Islam sebagai berikut: ”Etika kerja
Islam adalah sebagai seperangkat nilai atau sistem kepercayaan yang diturunkan dari Al-
Qur’an dan Sunnah atau Hadist mengenai kerja dan kerja keras.” Menurut Rizk dalam Marri,
et.al, definisi etika kerja Islam sebagai berikut: “Etika kerja Islam adalah orientasi terhadap
pekerjaan, dan pendekatan itu sebagai kebajikan dalam kehidupan manusia.

Batasan lainnya tentang definisi etika kerja Islam juga dikemukakan oleh Hayaati
yang dilansir oleh Marri, et.al yang berbunyi sebagai berikut : “Etika dalam Islam adalah
refleksi dari nilai - nilai yang baik dalam perilaku, tindakan, pemikiran atau bahkan hati.”
Sementara definisi etika kerja Islam menurut Beekun dalam Rokhman, W. adalah sebagai
berikut: “Etika kerja Islam dapat didefinisikan sebagai tatanan prinsip moral yang
membedakan mana yang benar dan mana yang salah dalam kontek Islam.

Adapun indikator dalam etika kerja Islam yaitu adanya komitmen dalam bekerja,
harus bekerja keras, adanya dedikasi untuk bekerja, penghindaran metode tidak etis dan daya
saing di tempat kerja.

Beberapa hadits Nabi menyatakan pentingnya generasi (umat) yang kuat ketimbang
yang lemah dan tidak boleh menggantungkan diri pada orang lain, serta beberapa ajaran
Islam yang mendorong umatnya untuk menjalankan kegiatan atau aktivitas ekonominya
secara baik, profesional, sistematis, dan kontiyuitas. (HR Bukhari dan Muslim) Dalam
konteks inilah, diperlukan plannning yang matang sebelum melakukan sesuatu pekerjaan baik
yang berkaitan dengan pemodalan maupun operasionaliasi kerja, karena hal itu merupakan
sesuatu yang sangat penting dalam menggapai goal yang diharapkan.

DAFTAR PUSTAKA
Asy’ari, Musa. Islam, Etos Kerja dan Pemberdayaan Ekonomi umat. Yogyakarta: Lesfi dan
IL, T.Th.

Badroen, Aisal. Etika Bisnis Dalam Islam. Cet. I; Jakarta : Kencana Perdana Media Group.
2006.

Buchari Alma dan Donni Juni Priansa. Manajemen Bisnis Syariah: Menanamkan Nilai dan
Praktik Syariah dalam Bisnis Kontemporer. Bandung: Alfabeta. 2014.

http://eprints.stainkudus.ac.id/471/5/5%20BAB%20II.pdf

https://iainpspblog.blogspot.com/2019/05/makalah-etika-kerja-dalam-islam.html?m=1

Qaradhawi, Yusuf. Halal dan Haram. diterjemahkan oleh Tim Kuadran dari Halal wal


Haram fil Islam. Bandung: Jabal. 2007.

Anda mungkin juga menyukai